Lampiran 1. Gambar Sampel Minuman Berenergi. 1. Merek Kratingdaeng. 2. Merek Kratingdaeng-S

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pelarut HCl 0,1 N

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet

Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel : DKL A1. Expire Date : September 2015

Gambar 2. Sampel B Sirup Kering

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI

massa = 2,296 gram Volume = gram BE Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi ml Natrium Fosfat 28 mm massa 1 M = massa 0,028 =

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Kuning Metanil

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Daun Tempuyung

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

Kentang (Solanum tuberosum L.)

No Nama RT Area k Asym N (USP)

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1)

Lampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel. 1. Kalibrasi Piknometer. Piknometer Kosong = 15,302 g. Piknometer berisi Aquadest Panas.

Lampiran 1. Data kalibrasi kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom. dan Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r).

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. tanpa bahan tambahanmakanan yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional,

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

a = r = Y = 0,3538 X =2 Y = a X + b Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Besi No. X Y XY X 2 Y 2 0,0 0,00 0,0000 0,0000 0,000 0,0992 0,5670 0,315

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB III METODE PENELITIAN

Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal = 17 cm = 0,9235 = 0,9058 = 0,8529. Harga Rf untuk sampel VIII + baku pembanding = = 0,8588

n = n = 6 n = Jumlah sampel yang diteliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh

Lampiran 1. Kurva Absorbansi Maksimum Kalsium

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

VALIDATION METHOD OF ULTRAVIOLET SPECTROPHOTOMETRY DETERMINATIONN OF CONTENTT IN AMBROXOL HCl TABLET

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Plumbum (Pb)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan ODF Antalgin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

Lampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

Lampiran 1. Sampel yang Digunakan. Gambar 4. Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Gambar 5. Ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Transkripsi:

Lampiran 1. Gambar Sampel Minuman Berenergi 1. Merek Kratingdaeng 2. Merek Kratingdaeng-S 66

Lampiran 2. Komposisi Sampel Minuman Berenergi Spesifikasi sampel minuman berenergi: Merek Kratingdaeng No. Bets 495P120 K 13 Tanggal Kadaluarsa: Mei 2015 Taurin 1000 mg Kafein 50 mg Inositol 50 mg Vitamin B3 20 mg Vitamin B6 5 mg Provitamin B5 5 mg Vitamin B12 5 mcg Gula 25 mg Merek Kratingdaeng-S No. Bets 437A110 C 11 Tanggal Kadaluarsa: September 2015 Taurin 1000 mg Kafein 50 mg Inositol 50 mg Vitamin B3 20 mg Vitamin B6 2 mg Provitamin B5 5 mg Vitamin B12 5 mcg Gula 25 mg Ponceau 4R Cl 16255 Ponceau 4R Cl 16255 Tartrazine Cl 19140 Tartrazine Cl 19140 Asam Sitrat Asam Sitrat Trisodium Sitrat Trisodium Sitrat Natrium Benzoat Natrium Benzoat Perasa BPOM RI SL 03160091 Perasa BPOM RI SL 03160091 Lisin 50 mg Choline Bitartrate 50 mg Glukuronolakton 400 mg Panjang gelombang maksimum bahan-bahan dalam sampel minuman berenergi: Bahan Panjang gelombang maksimum (nm) Rujukan Taurin 570 Draganov, dkk., 2014 Kafein 273 Moffat, dkk., 2005 Inositol 261 Moffat, dkk., 2005 Vitamin B3 261 Moffat, dkk., 2005 Vitamin B6 290 Moffat, dkk., 2005 Vitamin B12 361 Moffat, dkk., 2005 Sukrosa 190 Sumantri, dkk., 2013 Natrium Benzoat 230 Moffat, dkk., 2005 Tartrazin 425 Moffat, dkk., 2005 Asam sitrat 208 Sari, 2014 Ponceau 4R 506 Kartadarma, dkk., 2007 Vitamin B5 200 Engel, 2009 67

Lampiran 3. Gambar Alat Spektrofotometer Ultraviolet 68

Lampiran 4. Uji Kualitatif Asam Sitrat dengan Pereaksi Deninges Zat Identifikasi Hasil Pengamatan Larutan asam sitrat + pereaksi Deninges (pembanding) Endapan Putih (+) Sampel Kratingdaeng + pereaksi Deninges Endapan Putih (+) Sampel Kratingdaeng-S + pereaksi Deninges Endapan Putih (+) 69

Lampiran 5. Perhitungan Pembuatan HCl 0,1N HCl pekat = 37% setara dengan 12 N V 1 x N 1 = V 2 x N 2 V 1 x 12 N = 1000 ml x 0,1 N V 1 = 1000 ml x12 N 0,1 N = 8,3 ml 70

Lampiran 6. Bagan Alir Prosedur Penelitian Kafein ditimbang 25 mg dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dan dicukupkan dengan HCL 0,1N LIB I Kafein 1000 μg/ml diambil 2,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dan dicukupkan dengan HCL 0,1N LIB II Kafein 100 μg/ml diambil 0,4 ml diambil 0,8 ml diambil 1 ml Baku 1 4 μg/ml Baku 3 8 μg/ml Baku 4 10 μg/ml diambil 1,2 ml Baku 2 6 μg/ml diambil 0,6 ml Serapan Maksimum diukur serapan maksimum pada λ 200-400 nm Baku 5 12 μg/ml 71

Lampiran 6. (Lanjutan) Asam Sitrat ditimbang 250 mg LIB Asam Sitrat 10.000 μg/ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dan dicukupkan dengan HCL 0,1N diambil 0,2 ml diambil 0,4 ml diambil 0,5 ml Baku 1 200 μg/ml Baku 3 400 μg/ml Baku 4 500 μg/ml Baku 2 diambil 0,3 ml Baku 5 diambil 0,6 ml diukur serapan maksimum pada λ 200-400 nm 300 μg/ml 600 μg/ml Serapan Maksimum 72

Lampiran 6. (Lanjutan) Larutan Baku Kafein (4; 6; 8; 10; 12 μg/ml ) diukur serapan pada λ 200-400 nm ditransformasikan ke serapan derivat pertama ditransformasikan ke serapan derivat kedua ditentukan zero crossing ditentukan panjang gelombang analisis λ kafein = 293.60 nm dibuat kurva kalibrasi Persamaan Regresi 73

Lampiran 6. (Lanjutan) Larutan Baku Asam Sitrat (200; 300; 400; 500; 600 μg/ml) λ asam sitrat = 236.0 nm diukur serapan pada λ 200-400 nm ditransformasikan ke serapan derivat pertama ditransformasikan ke serapan derivat kedua ditentukan zero crossing ditentukan panjang gelombang analisis dibuat kurva kalibrasi Persamaan Regresi 74

Lampiran 6. (Lanjutan) Sampel diambil 25 ml dimasukkan ke dalam beaker gelas disaring dibuang ± 10 ml filtrat pertama filtrat selanjutnya ditampung diambil 0,3 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dan dicukupkan dengan HCL 0,1N diukur pada λ 293.60 nm dan 236.0 nm Nilai Absorbansi dihitung Kadar 75

Lampiran 7. Kurva Serapan Kafein Baku dan Asam Sitrat Baku 2.00000 1.50000 Abs. 1.00000 0.50000 0.00000 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 76

Lampiran 7. (Lanjutan) 1.00000 Abs. 0.50000 0.00000 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 77

Lampiran 7. (Lanjutan) 1.50000 Abs. 1.00000 0.50000 0.00000 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 78

Lampiran 7. (Lanjutan) 0.40000 Abs. 0.20000 0.00000 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 79

Lampiran 7. (Lanjutan) 0.40000 Abs. 0.20000 0.00000 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 80

Lampiran 8. Kurva Serapan Derivat Pertama Kafein dan Asam Sitrat 0.00000 Abs. -0.05000-0.10000-0.12672 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 81

Lampiran 8. (Lanjutan) 0.00000 Abs. -0.05000-0.07514 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 82

Lampiran 8. (Lanjutan) 0.05000 Abs. 0.00000-0.05000-0.10000-0.12717 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 83

Lampiran 8. (Lanjutan) 0.00000 Abs. -0.01000-0.01694 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 84

Lampiran 8. (Lanjutan) 0.00000 Abs. -0.01000-0.02000-0.02475 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 85

Lampiran 9. Kurva Serapan Derivat Kedua Kafein dan Asam Sitrat 0.00000 Abs. -0.02000-0.04038 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 86

Lampiran 9. (Lanjutan) 0.00500 0.00000 Abs. -0.00500-0.01000-0.01573 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 87

Lampiran 9. (Lanjutan) 0.00000 Abs. -0.02000-0.04038 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 88

Lampiran 9. (Lanjutan) 0.00100 0.00000 Abs. -0.00100-0.00178 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 89

Lampiran 9. (Lanjutan) 0.00100 Abs. 0.00000-0.00100-0.00200-0.00238 200.00 250.00 300.00 350.00 nm. 90

Lampiran 10. Kurva Serapan Panjang Gelombang Analisis Kafein dan Asam Sitrat Kurva serapan derivatif kedua kafein konsentrasi 10 μg/ml pada λ = 293.60 nm Kurva serapan derivatif kedua asam sitrat konsentrasi 500 μg/ml pada λ = 236.0 nm 91

Lampiran 10. (Lanjutan) Kurva serapan derivat kedua campuran kafein konsentrasi 10 μg/ml dan asam sitrat konsentrasi 500 μg/ml 92

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Serapan Derivat Kedua Kafein, Asam Sitrat dan Campuran Kafein dan Asam Sitrat pada λ 200-300 nm 93

Lampiran 11. (Lanjutan) 94

Lampiran 11. (Lanjutan) 95

Lampiran 11. (Lanjutan) 96

Lampiran 11. (Lanjutan) 97

Lampiran12. Data Kalibrasi Kafein BPFI, Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi Kalibrasi Serapan Derivat Kedua Kafein pada Panjang Gelombang 293,60 nm No. Konsentrasi (μg/ml) (X) Absorbansi (Y) 1. 0,0000 0,00000 2. 4,0000 0,00118 3. 6,0000 0,00179 4. 8,0000 0,00238 5. 10,0000 0,00299 6. 12,0000 0,00358 Perhitungan Persamaan Garis Regresi No. X Y XY X 2` Y 2 1. 0,0000 0,00000 0,0000 0,0000 0,000000000 2. 4,0000 0,00118 0,00472 16,0000 0,000001392 3. 6,0000 0,00179 0,01074 36,0000 0,000003204 4. 8,0000 0,00238 0,01904 64,0000 0,000005702 5. 10,0000 0,00299 0,02990 100,0000 0,000008940 6. 12,0000 0,00358 0,04296 144,0000 0,000012816 ΣX = 40 =6,666667 ΣY = 0,01192 = 0,00198667 ΣXY = 0,10736 ΣY 2 = 360 Σ Y 2 = 0,000032054 Maka, persamaan garis regresinya adalah 98

Lampiran 12. (Lanjutan) Perhitungan Koefisien Korelasi ( ) = 0,9997 Maka, koefisien korelasi dari data kalibrasi serapan derivat kedua kafein pada panjang gelombang 293,60 nm adalah 0,9997. 99

Lampiran 13. Data Kalibrasi Asam Sitrat, Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi Kalibrasi Serapan Derivat Kedua Asam Sitrat Pada Panjang Gelombang 236,0 nm No. Konsentrasi (μg/ml) (X) Absorbansi (Y) 1. 0,0000 0,00000 2. 200,0000 0,00059 3. 300,0000 0,00093 4. 400,0000 0,00119 5. 500,0000 0,00150 6. 600,0000 0,00181 Perhitungan Persamaan Garis Regresi No. X Y XY` X 2 Y 2 1. 0,0000 0,00000 0,0000 0,0000 0,0000 2. 200,0000 0,00059 0,118 40000 3,48.10-7 3. 300,0000 0,00093 0,278 90000 8,64.10-7 4. 400,0000 0,00119 0,476 160000 14,16.10-7 5. 500,0000 0,00150 0,750 250000 22,5.10-7 6. 600,0000 0,00181 1,086 360000 32,76.10-7 ΣX = 2000 =333,333 ΣY = 0,00602 = 0,0010033 ΣXY = 2,709 ΣX 2 = 900000 ΣY 2 = 81,54.10-7 Maka persamaan garis regresinya adalah 100

Lampiran 13. (Lanjutan) Perhitungan Koefisien Korelasi ( ) = Maka, koefisien korelasi dari data kalibrasi serapan derivat kedua asam sitrat pada panjang gelombang 236,0 nm adalah 0,9999. 101

Lampiran 14. Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Kafein dan Asam Sitrat 1. Persamaan garis regresi kafein adalah No. X Y Yi (10-6 ) Y-Yi (10-6 ) (Y-Yi) 2 (10-12 ) 1 0,0000 0,00000 6,1-6,1 37,21 2 4,0000 0,00118 1189,5-9,5 90,25 3 6,0000 0,00179 1787,3 2,7 7,29 4 8,0000 0,00238 2385,1-5,1 26,01 5 10,0000 0,00299 2982,9 7,1 50,41 6 12,0000 0,00358 3580,7-7 49 Σ(Y-Yi) 2 260,17 8,065.10-6 0,0809 μg/ml 0,2698 μg/ml 2. Persamaan garis regresi asam sitrat adalah Y = (6,1027X + 0,4019). 10-4 No. X Y Yi (10-6 ) Y-Yi (10-5 ) (Y-Yi) 2 ( 10-9 ) 1 0,0000 0,00000 0,0000 0,0000 0,0000 2 200,0000 0,00059 601,8-1,18 1,3924 3 300,0000 0,00093 902,7 2,73 7,4529 4 400,0000 0,00119 1203,6-1,36 1,8496 5 500,0000 0,00150 1504,5-0,45 0,2025 6 600,0000 0,00181 1805,4 0,46 0,2116 Σ (Y-Yi) 2 11,1090 1,6665.10-5 16,615 μg/ml 55,5838 μg/ml 102

Lampiran 15. Kurva Serapan Derivat Kedua Kafein dan Asam Sitrat dalam Sampel Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -1 Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -2 103

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -3 Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -4 104

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -5 Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -6 105

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -1 adisi asam sitrat sebanyak 500 µg/ml Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -2 adisi asam sitrat sebanyak 500 µg/ml 106

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -1 adisi asam sitrat sebanyak 600 µg/ml Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng -2 adisi asam sitrat sebanyak 600 µg/ml 107

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -1 Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -2 108

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -3 Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -4 109

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -5 Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -6 110

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -1 adisi asam sitrat sebanyak 500 µg/ml Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -2 adisi asam sitrat sebanyak 500 µg/ml 111

Lampiran 15. (Lanjutan) Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -1 adisi asam sitrat sebanyak 600 µg/ml Kurva serapan kafein dan asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S -2 adisi asam sitrat sebanyak 600 µg/ml 112

Lampiran 16. Hasil Analisis Kandungan Jumlah Kafein dan Asam Sitrat dalam Sampel 1. Sampel Kratingdaeng a. Absorbansi kafein No Absorbansi Kafein pada λ 293,60 nm Konsentrasi Kafein (µg/ml) Kadar Kafein persaji (mg) 1 0,00119 3,9632 49,5400 2 0,00118 3,9301 49,1263 3 0,00119 3,9632 49,5400 4 0,00120 3,9964 49,9550 5 0,00119 3,9632 49,5400 6 0,00118 3,9301 49,1263 b. Absorbansi asam sitrat dan absorbansi asam sitrat dalam sampel yang diadisi dengan asam sitrat sebanyak 500 µg/ml No Absorbansi awal pada λ 236,0 nm Absorbansi setelah diadisi baku asam sitrat 500 µg/ml Absorbansi analisis asam sitrat Konsentrasi asam sitrat (µg/ml) Kadar asam sitrat persaji (mg/kg) 1-0,00079 0,00075 0,00004 13,2270 1050,7742 2-0,00079 0,00075 0,00004 13,2270 1050,7742 3-0,00077 0,00076 0,00003 9,9701 788,0779 4-0,00078 0,00076 0,00004 13,2270 1050,7742 5-0,00078 0,00076 0,00004 13,2270 1050,7742 6-0,00079 0,00076 0,00005 16,6168 1313,4631 c. Absorbansi asam sitrat dan absorbansi asam sitrat dalam sampel yang diadisi dengan asam sitrat sebanyak 600 µg/ml No Absorbansi awal pada λ 236,0 nm Absorbansi setelah diadisi baku asam sitrat 600 µg/ml Absorbansi analisis asam sitrat Konsentrasi asam sitrat (µg/ml) Kadar asam sitrat persaji (mg/kg) 1-0,00079 0,00106 0,00005 16,6168 1313,4631 2-0,00079 0,00106 0,00004 13,2270 1050,7742 3-0,00077 0,00107 0,00004 13,2270 1050,7742 4-0,00078 0,00107 0,00005 16,6168 1313,4631 5-0,00078 0,00106 0,00004 13,2270 1050,7742 6-0,00079 0,00106 0,00005 16,6168 1313,4631 113

Lampiran 16. (Lanjutan) 2. Sampel Kratingdaeng-S a. Absorbansi kafein No Absorbansi Kafein pada λ 293,60 nm Konsentrasi Kafein (µg/ml) Kadar Kafein persaji (mg) 1 0,00122 4,1020 50,7828 2 0,00122 4,1020 50,7828 3 0,00122 4,1020 50,7828 4 0,00122 4,1020 50,7828 5 0,00123 4,1355 51,1975 6 0,00123 4,1355 51,1975 b. Absorbansi asam sitrat dan absorbansi asam sitrat dalam sampel yang diadisi dengan asam sitrat sebanyak 500 µg/ml No Absorbansi awal pada λ 236,0 nm Absorbansi setelah diadisi baku asam sitrat 500 µg/ml Absorbansi asam sitrat Konsentrasi kafein (µg/ml) Kadar asam sitrat persaji (mg/kg) 1-0,00061 0,00096 0,00007 23,2635 1834,3387 2-0,00061 0,00095 0,00006 19,9402 1572,2932 3-0,00062 0,00095 0,00007 23,2635 1834,3387 4-0,00061 0,00095 0,00006 19,9402 1572,2932 5-0,00062 0,00096 0,00008 26,5869 2096,3909 6-0,00061 0,00095 0,00006 19,9402 1572,2932 c. Absorbansi asam sitrat dan absorbansi asam sitrat dalam sampel yang diadisi dengan asam sitrat sebanyak 600 µg/ml No Absorbansi Absorbansi Konsentrasi Kadar asam setelah diadisi Absorbansi awal pada kafein sitrat persaji baku asam sitrat asam sitrat λ 236,0 nm (µg/ml) (mg) 600 µg/ml 1-0,00061 0,00125 0,00006 19,8405 1572,2932 2-0,00061 0,00125 0,00006 19,8405 1572,2932 3-0,00062 0,00125 0,00007 23,2635 1834,3387 4-0,00061 0,00126 0,00007 23,2635 1834,3387 5-0,00062 0,00125 0,00007 23,2635 1834,3387 6-0,00061 0,00125 0,00006 19,8405 1572,2932 114

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Kadar Kafein dan Asam Sitrat dalam Sampel Kratingdaeng Volume sampel yang digunakan = 0,3 ml Absorbansi analisis (Y) kafein (293,60 nm) = 0,00119 Persamaan regresi pada panjang gelombang maksimum kafein (λ= 293,60 nm) : Y = 298,9X 6,1. 10-6 Untuk mendapatkan kadar (X) sampel, disubtitusikan absorbansi (Y) terhadap persamaan regresi pada masing-masing panjang gelombang. Konsentrasi Kafein : Y = 298,9X 6,1. 10-6 0, 00119 = 298,9X 6,1. 10-6 0,00119 + 0,0000061 = 298,9. 10-6 X X = 4,0016 μg/ml Kadar Kafein dalam sampel: C V Fp W : konsentrasi kafein dalam larutan sampel (μg/ml) : volume larutan pengenceran sampel (ml) : faktor pengenceran : volume sampel (ml) Kadar kafein dalam sampel = = 333,4667 µg/ml 115

Lampiran 17. (Lanjutan) Kadar kafein sebenarnya = kadar kafein dalam sampel x persen baku kafein = 333,4667 µg/ml x 99,04% = 330,2654 µg/ml Volume setiap botol sampel Kratingdaeng = 150 ml Kadar kafein = Kadar kafein sebenarnya x volume sampel = 330,5624 µg/ml x 150 ml = 495400 µg = 49,5400 mg Volume sampel yang digunakan = 0,3 ml Absorbansi awal asam sitrat (236,0 nm) = -0,00079 Absorbansi baku asam sitrat C = 500 µg/ml (236,0 nm) = 0,00150 Absorbansi asam sitrat setelah diadisi baku asam sitrat C = 500 µg/ml (236,0 nm). Maka Abs. analisis asam sitrat adalah = perubahan Abs. asam sitrat setelah diadisi Abs. baku asam sitrat = (Abs. asam sitrat setelah diadisi Abs. awal asam sitrat) Abs. baku asam sitrat = 0,00075 (-0,00079) 0,00150 = 0,00154 0,00150 = 0,00004 Absorbansi analisis asam sitrat (236,0 nm) = 0,00004 116

Lampiran 17. (Lanjutan) Persamaan regresi pada panjang gelombang maksimum asam sitrat (λ = 236,0 nm) Y = 3,009X. 10-6 Konsentrasi Asam Sitrat : Y = 3,009X. 10-6 0, 00004 = 3,009X. 10-6 X = = 13,2935 µg/ml Kadar Asam Sitrat dalam sampel : C V Fp W : kosentrasi asam sitrat dalam larutan sampel (μg/ml) : volume larutan pengenceran sampel (ml) : faktor pengenceran : volume sampel (ml) Kadar asam sitrat dalam sampel = = 1107,7917 µg/ml Kadar asam sitrat sebenarnya = Kadar asam sitrat dalam sampel x persen baku asam sitrat = 1107,7917 µg/ml x 99,50% = 1102,2527 µg/ml Dilakukan penyetaraan dalam berat dengan melakukan penimbangan dalam 100 ml sampel yang wadahnya telah dikalibrasi dengan hasil sebagai berikut: 100 ml sampel setara dengan berat sampel 104,8991 g Kadar asam sitrat = 1102,2527 µg/ml = 110225,27 µg/100 ml = 110225,27 µg g/104,8991 g = 1050,7742 µg/g = 1050,7742 mg/kg 117

Lampiran 18. Contoh Perhitungan Kadar Kafein dan Asam Sitrat dalam Sampel Kratingdaeng-S Volume sampel yang digunakan = 0,3 ml Absorbansi analisis (Y) kafein (293,60 nm) = 0,00121 Persamaan regresi pada panjang gelombang maksimum kafein (λ= 293,60 nm) : Y = 298,9X 6,1. 10-6 Untuk mendapatkan kadar (X) sampel, disubtitusikan absorbansi (Y) terhadap persamaan regresi pada masing-masing panjang gelombang. Konsentrasi Kafein : Y = 298,9X 6,1. 10-6 0, 00122 = 298,9X 6,1. 10-6 0,00122 + 0,0000061 = 298,9. 10-6 X X = 4,1020 μg/ml Kadar Kafein dalam sampel : C V Fp W : konsentrasi kafein dalam larutan sampel (μg/ml) : volume larutan pengenceran sampel (ml) : faktor pengenceran : volume sampel (ml) Kadar kafein dalam sampel = = 341,8333 µg/ml 118

Lampiran 18. (Lanjutan) Kadar kafein sebenarnya = kadar kafein x persen baku = 341,8333 µg/ml x 99,04% = 338,5517 µg/ml Volume setiap botol sampel Kratingdaeng-S = 150 ml Kadar kafein = kadar kafein sebenarnya x volume sampel = 338,5517 µg/ml x 150 ml = 50782,755 µg = 50,7828 mg Volume sampel yang digunakan = 0,3 ml Absorbansi awal asam sitrat (236,0 nm) = -0,00061 Absorbansi baku asam sitrat C = 500 µg/ml (236,0 nm) = 0,00150 Absorbansi asam sitrat setelah diadisi baku asam sitrat C = 500 µg/ml (236,0 nm). Maka Abs. analisis asam sitrat adalah = perubahan Abs. asam sitrat setelah diadisi Abs. baku asam sitrat = (Abs. asam sitrat setelah diadisi Abs. awal asam sitrat) Abs. baku asam sitra = 0,00096 (-0,00061) 0,00150 = 0,00157 0,00150 = 0,00007 Absorbansi analisis asam sitrat (236,0 nm) = 0,00007 119

Lampiran 18. (Lanjutan) Persamaan regresi pada panjang gelombang maksimum asam sitrat (λ= 236,0 nm) Y = 3,009X. 10-6 Konsentrasi Asam Sitrat : Y = 3,009X. 10-6 0, 00007 = 3,009X. 10-6 X = = 23,2635 µg/ml Kadar Asam Sitrat dalam sampel : C V Fp W : kosentrasi larutan sampel (μg/ml) : volume larutan pengenceran (ml) : faktor pengenceran : volume sampel (ml) Kadar asam sitrat dalam sampel = = 1938,6250 µg/ml Kadar asam sitrat sebenarnya = kadar asam sitrat dalam sampel x persen baku asam sitrat = 1938,6250 µg/ml x 99,50% = 1928,9319 µg/ml Dilakukan penyetaraan dalam berat dengan melakukan penimbangan dalam 100 ml sampel yang wadahnya telah dikalibrasi dengan hasil sebagai berikut: 100 ml sampel setara dengan berat sampel 105,1568 g Kadar asam sitrat = 1928,9319 µg/ml = 192893,19 µg/100 ml = 192893,19 µg g/105,1568 g = 1834,3387 µg/g = 1834,3387 mg/kg 120

Lampiran 19. Perhitungan Statistik Kadar Kafein dan Asam Sitrat dalam Sampel Kratingdaeng 1. Jumlah Kafein No. X Jumlah (mg) 1 49,5400 1,653 2,7324 2 49,1263 1,653 2,7324 3 49,5400-0,826 0,6829 4 49,9550 1,653 2,7324 5 49,5400-3,306 10,9309 6 49,1263-0,826 0,6829 49 Σ = 20,4939 SB = = = = 0,3103 Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1= 5, maka t (α/2,dk) = 4,0321 Data diterima jika t hitung < t tabel t hitung 1 = = 0,5428 t hitung 2 = = 2,7230 t hitung 3 = = 0,5428 121

Lampiran 19. (Lanjutan) t hitung 4 = = 3,8177 t hitung 5 = = 0,5428 t hitung 6 = = 2,7230 Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima. Kadar Kafein dalam sampel Kratingdaeng : μ = ± (t α/2, dk) x SB/ n) = 49,4713 mg ± (4,0321 x 0,3103/ 6) = 49,4713 mg ± (4,0321 x 0,1267) = (49,4713 ± 0,5109) mg/sajian 2. Kadar Asam Sitrat No. X Kadar (μg/g) 1 1050,7742 0,0013 0,00000169 2 1050,7742 0,0013 0,00000169 3 788,0779-262,6950 69008,6630 4 1050,7742 0,0013 0,00000169 5 1050,7742 0,0013 0,00000169 6 1313,4631 262,6902 69006,1412 1050,7729 Σ = 138014,8042 SB = 122

Lampiran 19. (Lanjutan) = = 166,1414 Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1=5, maka t (α/2,dk) = 4,0321 Data diterima jika t hitung < t tabel t hitung 1 = = 0,00002 t hitung 2 = = 0,00002 t hitung 3 = = 3,8730 t hitung 4 = = 0,00002 t hitung 5 = = 0,00002 t hitung 6 = = 3,8729 Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima. Kadar asam sitrat pada sampel Kratingdaeng : μ = ± (t α/2, dk) x SB/ n) = 1050,7729 μg/g ± (4,0321 x 166, 1414/ ) = (1050,7729 ± 273,4848) μg/g = (1050,7729 ± 79,9639) mg/kg 123

Lampiran 20. Perhitungan Statistik Kadar Kafein dan Asam Sitrat dalam 1. Jumlah Kafein Sampel Kratingdaeng-S No. X Jumlah (mg) 1 50,7828-0,1382 0,0191 2 50,7828-0,1382 0,0191 3 50,7828-0,1382 0,0191 4 50,7828-0,1382 0,0191 5 51,1975 0,2765 0,0765 6 51,1975 0,2765 0,0765 50,9210 Σ = 0,2294 SB = = = 0,2142 Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1=5, maka t (α/2,dk) = 4,0321 Data diterima jika t hitung < t tabel t hitung 1 = = 1,5812 t hitung 2 = = 1,5812 t hitung 3 = = 1,5812 t hitung 4 = = 1,581 124

Lampiran 20. (Lanjutan) t hitung 5 = = 3,1636 t hitung 6 = = 3,1636 Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima. Kadar Kafein dalam sampel Kratindaeng-s : μ = ± (t α/2, dk) x SB/ n) = 50,9210 mg ± (4,0321 x ) = (50,9210 ± 0,3524) mg 2. Kadar Asam Sitrat No. X Kadar (μg/g) 1 1834,3387 87,3474 7629,5683 2 1572,2932-174,6981 30519,4261 3 1834,3387 87,3474 7629,5683 4 1572,2932-174,6981 30519,4261 5 2096,3909 349,3996 122080,0805 6 1572,2932-174,6981 30519,4261 1746,9913 Σ = 228897,4954 SB = = = 213,9614 125

Lampiran 20. (Lanjutan) Pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1=5, maka t (α/2,dk) = 4,0321 Data diterima jika t hitung < t tabel t hitung 1 = = 1,0000 t hitung 2 = = 2,0001 t hitung 3 = = 1,0000 t hitung 4 = = 2,0001 t hitung 5 = = 4,0002 t hitung 6 = = 1,0000 Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa semua t hitung < t tabel, maka semua data tersebut diterima. Kadar asam sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S : μ = ± (t α/2, dk) x SB/ n) = μg/g ± (4,0321 x ) = ( ± 352,1797) μg/g = (1746,9913± 352,1797) mg/kg 126

Lampiran 21. Kurva Serapan Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat dalam sampel Kratingdaeng-S Kurva Serapan Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat dalam sampel Kratingdaeng -1 Kurva Serapan Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat dalam sampel Kratingdaeng -2 127

Lampiran 21. (Lanjutan) Kurva Serapan Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat dalam sampel Kratingdaeng -3 Kurva Serapan Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat dalam sampel Kratingdaeng -4 128

Lampiran 21. (Lanjutan) Kurva Serapan Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat dalam sampel Kratingdaeng -5 Kurva Serapan Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat dalam sampel Kratingdaeng -6 129

Lampiran 22. Hasil Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat Setelah Penambahan Masing-Masing Larutan Standar Pada Sampel 1. Hasil Analisis Kafein Setelah Penambahan Larutan Standar Kafein Sampel Serapan λ 293.60 nm Setelah penambahan Baku Konsentrasi (µg/ml) Sebelum penambahan Baku Baku yang ditambahkan Persen Perolehan Kembali (%) 1 0,00240 664,3809 330,2667 333,3333 100,23 2 0,00238 658,8584 327,5083 333,3333 99,41 3 0,00239 661,6197 330,2667 333,3333 99,41 4 0,00240 664,3809 333,0333 333,3333 99,31 5 0,00237 656,0972 330,2667 333,3333 97,75 6 0,00237 656,0972 327,5083 333,3333 98,58 = 99,12 2. Hasil Analisis Asam Sitrat Setelah Penambahan Larutan Standar Asam Sitrat Sampel Setelah penambahan Baku (Sampel + Standar Asam Sitrat 500 µg/ml + Standar Asam Sitrat 200 µg/ml ) Serapan pada λ 236.0 nm Sebelum penambahan Baku (Sampel + Standar Asam Sitrat 500 µg/ml) 1 0,00136 0,00075 2 0,00135 0,00075 3 0,00136 0,00076 4 0,00137 0,00076 5 0,00136 0,00076 6 0,00136 0,00076 Sampel Setelah penambahan Baku Konsentrasi (mg/kg) Sebelum penambahan Baku Baku yang ditambahkan Persen Perolehan Kembali (%) 1 35726,2020 19701,9471 15808,8424 101,36 2 35463,5048 19701,9471 15808,8424 99,70 3 35726,2020 19964,6397 15808,8424 99,70 4 35988,8899 19964,6397 15808,8424 101,36 5 35726,2020 19964,6397 15808,8424 99,70 6 35726,2020 19964,6397 15808,8424 99,70 = 100,25 130

Lampiran 23. Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kafein dan Asam Sitrat dengan Menggunakan Sampel Kratingdaeng Volume sampel yang digunakan = 0,3 ml Absorbansi analisis (Y) : Kafein (293.40 nm) = 0,0048 Asam sitrat (213.20 nm)= 0,0058 Persamaan regresi pada panjang gelombang maksimum kafein (λ=293.40 nm) : Y = (3,0214X 0,1782). 10-4 Persamaan regresi pada panjang gelombang maksimum natrium benzoat (λ= 213.20 nm) : Y = (6,1027X + 0, 4019). 10-4 Konsentrasi Kafein : Y = (298,9 X -6,1 ). 10-6 0, 00240 = (298,9 X -6,1 ). 10-6 X = 8,0498 μg/ml Konsentrasi Asam Sitrat : Y = (3,009. 10-6 ) X 0,00136 = (3,009. 10-6 ) X X = 451,9774 μg/ml 1. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kafein Konsentrasi kafein setelah penambahan larutan baku = 8,0498 μg/ml Kadar kafein = 131

Lampiran 23. (Lanjutan) = = 670,8208 µg/ml C F = kadar kafein x persen baku kafein = 670,8208 µg/ml x 99,04% = 664,3809 µg/ml Kadar kafein sampel setelah ditambah larutan baku (C F ) 664,3809 µg/ml Kadar kafein sampel sebelum ditambah larutan baku (C A ) = 330,2667 µg/ml Kadar larutan baku yang ditambahkan (C * A) C * A = ml yang ditambahkan = 1 ml = 333,3333 µg/ml Maka persen perolehan kembali kafein = 100 % = 100% = 100,23 % 2. Perhitungan Uji Perolehan Kembali Asam Sitrat Konsentrasi asam sitrat setelah penambahan larutan baku = 451,9774 µg/ml Kada rasam sitrat = x Faktor pengenceran 132

Lampiran 23. (Lanjutan) = = 37664,7883 µg/ml = 3766478,83 µg/100 ml = 3766478,83 µg/104,8991 g = 35905,7307 µg/g C F = kadar asam sitrat x persen baku asam sitrat = 35905,7307µg/g x 99,5% = 35726,2020 µg/g Kadar asam sitrat sampel setelah ditambah larutan baku (C F ) = 35726,2020 µg/g Kadar asam sitrat sampel sebelum ditambah larutan baku (C A ) = 19701,9471 µg/g Kadar larutan baku yang ditambahkan (C * A) C * A = ml yang ditambahkan = 0,5 ml C * A = 16666,6667 µg/ml = 16666,6667 µg/100 ml = 1666666,67 µg/ 104,8991 g = 15888,2838 µg/g = kadar asam sitrat x persen baku asam sitrat = 15888,2838 µg/g x 99,5% = 15808,8424 µg/g Maka persen perolehan kembali asam sitrat = 100 % = 100% = 101,36% 133

Lampiran 24. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standard Deviation, RSD) Persen Perolehan Kembali Kafein No. Persen Perolehan Kembali (Xi) (Xi - ) (Xi - ) 2 1 100,23 1.11 1,2321 2 99,41 0,29 0,0841 3 99,41 0,29 0,0841 4 99,31 0,19 0,0361 5 97,75-1,37 1,8769 6 98,58 0,54 0,2916 = 99,12 = 3,6049 SB = = = 0,8491 µg/ml RSD = x 100% = x 100% = 0,8566 = 0,86% 134

Lampiran 25. Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standard Deviation, RSD) Persen Perolehan Kembali Asam Sitrat No. Persen Perolehan Kembali (Xi) (Xi - ) (Xi - ) 2 1 101,36 1,11 1,2321 2 99,70-0,55 0,3025 3 99,70-0,55 0,3025 4 101,36 1,11 1,2321 5 99,70-0,55 0,3025 6 99,70-0,55 0,3025 = 100,25 = 3,6742 SB = = = 0,8572 µg/ml RSD = x 100% = x 100% = 0,8550% = 0,86% 135

Lampiran 26. Daftar Nilai Distribusi t Lampiran 27. Sertifikat Pengujian Kafein 136

137

Lampiran 28. Label Asam Sitrat Pro Analisis 138

Lampiran 29. SNI 01-6684-2002 Tentang Minuman Berenergi 139

Lampiran 29. (Lanjutan) 140

Lampiran 29. (Lanjutan) 141

Lampiran 30. Peraturan Kepala BPOM R.I. No. 8 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengatur Keasaman 142

Lampiran 30. (Lanjutan) 143

Lampiran 30. (Lanjutan) 144

Lampiran 30. (Lanjutan) 145