Lampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI
|
|
- Hadian Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI
2 Lampiran.Hasil Orientasi Menentukan Eluen (Fase Gerak) dengan Menggunakan Alat KCKT.1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Natrium Diklofenak BPFI dengan kosentrasi 500 mcg/ml, fase gerak MeOH : Buffer Asetat ( 90:10), waktu tambat 3,9 menit.. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Natrium Diklofenak BPFI dengan kosentrasi 500 mcg/ml, fase gerak MeOH : Buffer Asetat ( 85:15), waktu tambat 4,5 menit
3 Lampiran (lanjutan).3. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Natrium Diklofenak BPFI dengan kosentrasi 500 mcg/ml, fase gerak MeOH : Buffer Asetat ( 80:0), waktu tambat 6,9 menit.4. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Natrium Diklofenak BPFI dengan kosentrasi 500 mcg/ml, fase gerak MeOH : Buffer Asetat ( 70:30), waktu tambat 10,1 menit
4 Lampiran 3. Plasma yang Diperoleh Secara KCKT 3.1 Plasma Kosong dari Hewan Percobaan dimana Perlakuan Pemberian Natrium Diklofenak Tanpa Vitamin C 3.. Plasma Kosong pada Hewan Percobaan dengan Pemberian Natrium Diklofenak dengan Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/kg BB selama 7 hari berturut-turut
5 3.3 Natrium diklofenak dalam Plasma tanpa Pemberian Vitamin C 3.4 Natrium Diklofenak dalam Plasma dengan Pemberian Vitamin C 50 mg/kg BB yang diberikan sebelumnya selama 7 hari berturut-turut
6 Lampiran 4 Perhitungan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi 4.1. Perhitungan persamaan regresi dari kurva kalibrasi Natrium Diklofenak BPFI yang diperoleh Secara KCKT Data X Y X Y X Y Total Rataan Y = ax + b n a = n = ( ΣXY ) ( ΣX )( ΣY ) ( ΣX ) ( ΣX ) ( ) 550( ) 4( 97500) ( 550) = b = Y ax r = r = = = n ( )( ) ( ΣXY ) ( ΣX )( ΣY ) [ n ( ΣX ) ( ΣX ) ] n ( ΣY ) ( ΣY ) 4 [ ] ( ) ( 550)( ) [ ] [ 4(97500) (550) ] 4( ) ( ) r =0,9870 Jadi Persamaannya didapat : Y = X
7 Lampiran 4 (lanjutan) 4.. Perhitungan persamaan regresi dari kurva kalibrasi Natrium Diklofenak BPFI dengan perlakuan Vitamin C 50 mg/kg BB yang diberikan sebelumnya selama 7 hari berturut-turut yang diperoleh Secara KCKT Data X Y X Y X Y Total Rataan Y = ax + b n a = n = ( ΣXY ) ( ΣX )( ΣY ) 4 ( ΣX ) ( ΣX ) ( ) 550( ) 4( 97500) ( 550) = b = Y ax r = r = = = n ( )( ) ( ΣXY ) ( ΣX )( ΣY ) [ n ( ΣX ) ( ΣX ) ] n ( ΣY ) ( ΣY ) [ ] 4( ) ( 550)( ) ( 97500) ( 550) [ 4 ][ ( ) ( ) ] r =0,9998 Jadi Persamaannya didapat : Y = X
8 Lampiran 5. Flowsheet 5.1. Pengambilan Cuplikan Darah Untuk Kurva Baku Natrium Diklofenak Kelinci Dipuasakan minimal 8 jam sebelum percobaan Ditimbang Dicukur bulu telinganya hingga bersih Diambil darah sebanyak 5 ml di dalam tabung yang telah diberi tetes heparin Cuplikan Darah 5.. Pengambilan Cuplikan Darah Untuk Kurva Baku Natrium Diklofenak dengan Pemberian Vitamin C dosis 50 mg/kg BB selama 7 Hari Berturut-turut Kelinci Ditimbang Diberikan larutan vitamin C dosis 50 mg/kg BB selama 7 hari berturut-turut Pada hari keenam dipuasakan minimal 8 jam sebelum percobaan Dicukur bulu telinganya hingga bersih Pada hari ketujuh, diambil darah sebanyak 5 ml setelah 4 jam pemberian vitamin C ke dalam tabung yang telah di isi tetes heparin Cuplikan Darah
9 Lampiran 5 (lanjutan) 5.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak Natrium Diklofenak Ditimbang 5,0 mg Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml Ditambah fase gerak sampai larut Dicukupkan dengan fase gerak sampai garis tanda Larutan Natrium Diklofenak (LIB) (500 mcg/ml) Hasil Dipipet larutan LIB sebanyak 0,1; 0,; 0,3 dan 0,5 ml Diencerkan dengan darah hingga 1 ml Divorteks dan sentrifug pada 000 rpm selama 10 menit sehingga didapatkan supernatan Diukur supernatan dengan alat KCKT pada panjang gelombang 73 nm
10 Lampiran 5 (lanjutan) 5.4. Perlakuan Pada Hewan Percobaan dengan Pemberian Natrium Diklofenak Tanpa Vitamin C KELINCI Dipuasakan minimal 8 jam sebelum percobaan Ditimbang Cuplikan Darah Dicukur bulu telinganya hingga bersih Diambil darahnya 1 ml ke dalam tabung yang berisi heparin Diberikan Natrium diklofenak dengan dosis yasng telah dikonversikan terhadap dosis lazim 5 mg secara oral Diambil darah 1 ml ke dalam tabung yang berisi heparin pada waktu 0,5; 0,5; 0,75; 1,5; 1,75;,5; 3,5; 4,5 dan 5,5 jam setelah pemberian Natrium diklofenak Ditambahkan TCA 0% sebanyak 1 ml Lalu dihomogenkan dengan vortex Disentrifug pada 000 rpm selama 10 menit Diambil supernatan dan diukur dengan alat KCKT pada panjang gelombang 73 nm Hasil
11 Lampiran 5 (lanjutan) 5.5. Perlakuan Pada Hewan Percobaan dengan Pemberian Natrium Diklofenak dengan Pemberian Vitamin C dosis 50 mg/kg BB selama 7 hari berturut-turut KELINCI Cuplikan Darah Pada hari ke enam dipuasakan selama 8 jam Ditimbang Diberikan vitamin C dosis 50 mg/kg BB selama 7 hari berturut-turut Diambil darah 1 ml dimasukkan ke dalam tabung yang telah diberi tetes heparin Pada hari ke tujuh, 4 jam setelah pemberian vitamin C diberikan Natrium diklofenak dengan dosis yang telah dikonversikan terhadap dosis lazim 5 mg Diambil darah 1 ml kedalam tabung yang telah berisi tetes heparin pada waktu 0,5; 0,5; 0,75; 1,5; 1,75;,5; 3,5; 4,5 dan 5,5 jam setelah pemberian Natrium diklofenak Hasil Masing-masing cuplikan darah, ditambahkan TCA 0% sebanyak 1 ml Lalu dihomogenkan dengan Vortex Disentrifug pada 000 rpm selama 10 menit Diambil supernatan dan diukur dengan alat KCKT pada panjang gelombang 73 nm
12 Lampiran 6. Konversi Perhitungan Dosis Antar Jenis Hewan Percobaan Konversi Perhitungan Dosis Antar Jenis Hewan Percobaan (Donatus, 1996) Perlakuan Mencit 0g Tikus 00g Marmot 400g Kelinci 1,5kg Kera 4kg Anjing 1kg Manusia 70kg Mencit 0g 1,0 7,0 1,5 7,8 64,1 14, 387,9 Tikus 00g 0,14 1,0 1,74 3,9 9, 17,8 56,0 Marmot 400g 0,08 0,57 1,0,5 5, 10, 31,5 Kelinci 1,5kg 0,04 0,5 0,44 1,0,4 4,5 14, Kera 4kg 0,016 0,11 0,19 0,4 1,0 1,9 6,1 Anjing 1kg 0,008 0,06 0,10 0, 0,5 1,0 3,1 Manusia 70kg 0,006 0,018 0,031 0,07 0,16 0,3 1,0
13 Lampiran 7. Perhitungan Dosis yang Diberikan Kepada masing-masing Hewan Percobaan 7.1. Dosis Natrium Diklofenak Tanpa Perlakuan Vitamin C Kelinci I Dosis lazim = 5 mg Berat hewan = kg Konversi pada hewan kelinci = 0,07 Dosis konversi = 5 x 0,07 = 1,75 mg Dosis dari perkiraan berat per kg BB = 1000g 1500g x 1,75 mg = 1,17 mg / kg BB 000g Dosis = 1000g x 1,17 mg =,34 mg Volume dosis yang diberikan =,34mg 0,5mg x 1 ml = 4.68 ml 7.. Dosis Natrium Diklofenak Setelah Kelinci Jantan Mendapat Perlakuan Vitamin C 50 mg/kg BB selama 7 Hari Berturut-turut Kelinci I Dosis lazim = 5 mg Berat hewan = 1,8 kg Konversi pada hewan kelinci = 0,07 Dosis konversi = 5 x 0,07 = 1,75 mg Dosis dari perkiraan berat per kg BB = 1000g 1500g x 1,75 mg = 1,17 mg / kg BB Dosis = Volume dosis yang diberikan = 1800g 1000g x 1,17 mg =,106 mg,106mg 0,5mg x 1 ml = 4,1 ml
14 Lampiran 7 (lanjutan) 7.3 Dosis Vitamin C pada Kelinci dengan Perlakuan Vitamin C 50 mg/kg BB selama 7 Hari Berturut-turut Kelinci I Berat hewan = 1,8 kg Dosis = Volume = 1800g 1000g 90mg 10mg x 50 mg = 90 mg x 1 ml = 9 ml
15 Lampiran 8. Kadar Natrium Diklofenak Pada Kelinci Jantan dalam Plasma Setiap Waktu Pengambilan Sampel 8.1. Kadar Natrium Diklofenak Pada Kelinci Jantan Setelah Pemberian Natrium Diklofenak Peroral Tanpa Perlakuan Vitamin C Waktu (t) (jam) HEWAN UJI Rata-Rata Kadar ± SD I II III IV V VI (mcg/ml) Area Kadar Area kadar Area Kadar Area Kadar Area Kadar Area Kadar ± ± ± ± ± ± ± ± ±0.915
16 Lampiran 8 (lanjutan) 8.. Gambar Konsentrasi (log C) vs Waktu (t) Natrium Diklofenak tanpa Vitamin C masing-masing n = 6 ekor
17 Lampiran 8 (lanjutan) 8.. Kadar Natrium Diklofenak Pada Kelinci Jantan Setelah Kelinci Jantan Mendapat Perlakuan Vitamin C 7 Hari Berturut- Turut dan Diberi Natrium Diklofenak Per Oral Waktu (t) (jam) HEWAN UJI Rata-Rata I II III IV V VI Kadar ± SD (mcg/ml) Area Kadar Area kadar Area Kadar Area Kadar Area Kadar Area Kadar ± ± ± ± ± ± ± ± ±1.41
18 Lampiran 8 (lanjutan) 8.3. Gambar Konsentrasi (log C) vs Waktu (t) Natrium Diklofenak tanpa Vitamin C dan Natrium Diklofenak setelah Pemberian Vitamin C 50 mg/kg BB Selama 7 Hari Berturut-turut per Oral, masing-masing n = 6 ekor
19 Lampiran 9. Parameter Farmakokinetika Kelompok Natrium Diklofenak dan Kelompok Natrium Diklofenak yang sebelumnya mendapat perlakuan Vitamin C selama 7 hari berturut-turut 9.1 Parameter Farmakokinetika Kelompok Natrium Diklofenak Pada Kelinci Jantan Setelah Diberikan natrium Diklofenak per Oral Tanpa Pelakuan Vitamin C Kelinci BB Dosis Ka(Jam 1 ) t1/ a Tmaks Cmaks Vd AUC 0- AUMC 0- MRT Kel t1/el CL (kg) (mg) (jam) (jam) (mcg/ml) (mg) (mcg/ml.jam) (mcg/ml.jam ) (jam) (jam 1 ) (jam) (ml/jam) I,3401 3,0449 0,3 1,438 76,93 8, , II,1,4571 3,5303 0,0 1,87 85,69 30, III 1,7 1,989,5198 0,7 1, ,69 4, IV 1,6 1,87,1943 0,3 1,87 74,31 3, V,4,808 1,373 0,50,785 88, VI 1,7 1,989,4747 0,8 1,67 76, x SD
20 Lampiran 9 (lanjutan) 9. Parameter Farmakokinetika Kelompok Natrium Diklofenak Setelah Kelinci Jantan Mendapat Perlakuan Vitamin C 50 mg/kg BB selama 7 Hari Berturut-Turut Kelinci BB Dosis Ka t1/ a Tmaks Cmaks Vd AUC 0- AUMC 0- MRT Kel t1/el CL (kg) (mg) (Jam -1 ) (jam) (jam) (mcg/ml) (mg) (mcg/ml.jam) (mcg/ml.jam ) (jam) (jam -1 ) (jam) (ml/jam) I II III 1, IV V VI x SD
21 Lampiran 10. Contoh Perhitungan Parameter Farmakokinetika Secara Manual Hewan I Waktu (t) Konsentrasi (C) A.e K el t Residual (jam) (mcg / ml) (mcg/ml) (mcg/ml) 0,5 66,40 80,70 /-14,3/ 0,5 70,06 79,89 /-9,84/ Ln R = LnB-K a.t 0,75 73,79 79,09 /-5,31/ =3,6680 3,0449t 1,5 76,78 77,51 /0,740/ R = B.e -K a. t 1,75 81,30 75,57 /5,3/ = 39,17 e -3,0449t, ,45 /1,06) r = -0,98 Ln CE = Ln A-K el.t 3,5 7,18 = 4,4009-0,0403 4,5 67,44 CE = A.e -K el.t 5,5 66,59 = 8i,5e -0,0403 t r = -0,998 K el = 0, 0403 jam -1 T 1/ el 0,693 = 0,0403 = 17,19 jam K a = 3, 0449 jam -1 T 1/ ab = AUC (Area Under the Curve) AUC 0-t = { C xt 1 1 } + { + C1) x( t 0,693 3,0449 ( C t1 ) } + { = 0,3 jam 66,40x0,5 ( 66, ,06)(0,5 0,5) AUC 05,5 ={ }+{ }+ { +{ ( 73, ,78)(1,5 0,75) ( 70, ,79)(0,75 0,5) }+{ ( Cn + Cn 1 n tn 1 ) x( t ) } ( 76, ,30)(1,75 1,5) ( 81, ,5)(,5 1,75) ( 86,5 + 7,18)(3,5,5) +{ }+{ } ( 7, ,44)(4,5 3,5) ( 67, ,59)(5,5 4,5) +{ }+{ } = 378,635 mcg / ml jam } }
22 Lampiran 10 (lanjutan) AUC 5,5- AUC 0- c. AUMC t Ctn = Kel = 66,59 0,0403 = 165,357 mcg / ml jam = AUC 0-5,5 + AUC 5,5- = 378, ,357 = 030,99 (mcg/ml) x jam Ct 0,5 16,6 0,5 35,03 0,75 55,34 1,5 95,97 1,75 14,75,5 194,67 3,5 34,59 4,5 86,44 5,5 349,60 ( C1t1xt AUMC 0-t = { 1) ( Ct + C1t1)( t t1) ( Cntn + Cn 1tn 1 )( tn tn 1) }+{ }+{ } ( 16,6x0,5) ( 16,6 + 35,03)(0,5 0,5) AUMC 05,5 ={ }+{ }+ ( 35, ,34)(0,75 0,5) { } ( 55, ,97)(1,5 0,75) ( 95, ,75)(1,75 1,5) +{ }+{ } ( 14, ,67)(,5 1,75) ( 194, ,59)(3,5,5) +{ }+{
23 Lampiran 10 (lanjutan) AUMC 5,5- AUMC 0 - ( 34, ,66)(4,5 3,5) ( 86, ,60)(5,5 4,5) +{ }+ } = 993,8 mcg / ml jam Cttn Ctn = + Kel (Kel) = MRT = 346,60 0, ,59 + (0,0403) =8600, ,4 = 49601,9 (mcg/ml) x jam = AUMC 0-5,5 + AUMC 5,5- = 993, ,9 = 5059, mcg / ml jam = C maks = AUMC AUC ,mcg / ml. jam 030,59mcg / ml. jam = 4,91 jam = f. Dosis ke. t max Vd e 1x340mcg 0,0403x1,438 8,70ml. e = 69,639 mcg / ml,303 Ka T maks = log Ka ke Ke =,303 3,0449 = 1,438 jam log 0,0403 3,0449 0,0403
24 Lampiran 10 (lanjutan) Dosis. f Vd = 0 Cp 340mcg = 81,5mcg / ml = 8,70 ml Kliren (CL) = Dosis AUC 0 = 1,15 ml / jam 340mcg = 030,59mcg / ml. jam
25 Lampiran 11. Contoh Perhitungan Pengujian Hipotesis Perhitungan C maks No Tanpa Vitamin C Dengan Vitamin C 1 76,93 66,91 85,69 66, ,69 66, ,31 66,7 5 88,59 75, ,11 67,96 x 79,7 68,398 SD 5,89 3,7375 Ho: σ 1 = σ H1: σ 1 σ Pengujian Hipotesis f = S L / Ss 5,89 f = 3,7375 =,485 dibandingkan dengan nilai kritis : f α/, v1, v f tabel = f α/, v1, v f tabel = f 0,05, 6, 6 = 4,8 f hitung < f tabel Bila f hitung < f kritis (tidak dapat ditolak), maka harga kedua variansi tersebut adalah sama, maka uji selanjutnya dalam membedakan dua mean menggunakan uji t. Ho : µ 1 = µ H1: µ 1 µ Pengujian hipotesis t = ( y y / s 1/ r1 + 1 r 1 /
26 Lampiran 11 (lanjutan) r r r / i i 1 i 1 i= s= y y r1 + y y / r /( r + r ) 1i i 1 i= 1 r 1i \ s = [( 76,93) + ( 85,69) + ( 76,69) + ( 74,31) + ( 88,59) + ( 76,11) ( 76, , , ,31+ 88, ,11) / 6] [( 66,91) + ( 66,13) + ( 66,74) + ( 66,7) + ( 75,93) + ( 67,96) ( 66,91+ 66, , ,7 + 75, ,96) / 6] / ( ) s = {( 38305, ,6704) + ( 8139, ,990) }/( 10) s = {( 173,583) + ( 69,84548) }/( 10) s = 0, 485 s = 0,4985 t = ( y y / s 1/ r1 + 1 r 1 / t = 1 ( 79,7 68,3983/ 0, t = 11,317 / 0,878 t = 39,33 nilai t hasil pengujian statistik ini, kemudian dibandingkan dengan nilai kritis ( t tabel) yaitu t tabel = ± t α/, (r1+r-) t tabel = ± t 0,05, (6+6-) t tabel = ± t 0,05, 10 t tabel = ±,8 t hitung > t tabel (bermakna, p < 0,05)
27 Lampiran 1. Gambar Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi a. Alat KCKT (Shimadzu) b. Syringe 100 µl (SGE)
28 Lampiran 1 (lanjutan) c. Sonifikator (Branson 1510) d. Pompa Vakum (Gast DO A-PG04-BN) dan alat penyaring fase gerak.
29 Lampiran 1(lanjutan) e. Degasser (DGU 0 AS)
30 Lampiran 13. Gambar Alat Tambahan Untuk Penentuan Profil Farmakokinetika a. N eraca Analitik b. Alat Sentrifuge c. Alat Vorteks
31 Lampiran 13 (lanjutan) d. Erlenmeyer e. Beker Glass f. Pipet Tetes g. Gelas Ukur
32 Lampiran 14. Gambar Hewan Percobaan dan Proses Pengambilan Darah a. Kelinci b. Proses Pengambilan Darah c. Tabung Reaksi dan Rak Tabung
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan 4 Lampiran. Sertifikat Analisis Natrium diklofenak (PT. Dexa Medika) 43 Lampiran 3. Kerangka Pikir Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Simplisia
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis natrium diklofenak (PT. Dexa Medica) Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis natrium diklofenak (PT. Dexa Medica) 47 Lampiran 2. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan 48 Lampiran 3. Bunga, simplisia bunga pepaya jantan dan Serbuk simplisia bunga
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl
Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl Gambar 10. Alat KCKT (Shimadzu) Gambar 11. Syringe 100 µl (SGE) Lampiran 2. Gambar Sonifikator (Branson 1510) dan Penyaring Gambar. 12. Sonifikator (Branson
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan 44 Lampiran 2. Bunga, simplisia bunga pepaya jantan dan Serbuk simplisia bunga pepaya jantan a. Bunga Pepaya Jantan b. Simplisia bunga pepaya jantan
Lebih terperinciNo Nama RT Area k Asym N (USP)
Lampiran 1. Hasil kromatogram Penyuntikan Propranolol HCl Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak Metanol-Air dan Laju Alir yang Optimal untuk Analisis. 1 Propranolol HCl 3.1 24823 359.7 2.32* 1410*
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl Alat KCKT Syringe 50 µl Lampiran 2. Gambar Perangkat Penelitian Lainnya Ultrasonic cleaner Pompa vakum dan seperangkat penyaring fase gerak Lampiran 2. (Lanjutan)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group
Lebih terperinciPENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI
PENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI SKRIPSI OLEH: RIVA IERSA NIM 081524045 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciPENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)
PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) SKRIPSI OLEH: MIRNAWATY NIM 091524071 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciPerbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit
Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Deksklorfeniramin maleat Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M - Metanol yang Optimal untuk Analisis. A Perbandingan fase
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PROFIL FARMAKOKINETIKA
Lebih terperinciLAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis
LAMPIRAN Lampiran 1. Flowsheet pembuatan larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis Natrium dihidrogen fosfat ditimbang 0,8 g Dinatrium hidrogen fosfat ditimbang 0,9 g dilarutkan dengan 100 ml aquadest bebas
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2
LAMPIRAN Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2 NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 1 3,0000 0,226 0,678 9,0000 0,051076 2 4,2000 0,312 1,310 17,64 0,0973 3 5,4000 0,395 2,133
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmasi dan di Laboratorium
Lebih terperinciLampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Kromatogram penyuntikan larutan Naa Siklamat ph dapar fosfat yang optimum pada analisis untuk mencari Dapar fosfat ph 4,5 dengan perbandingan fase gerak dapar fosfat : methanol (70:30) dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos. Konsentrasi 1665,5 mcg/ml sebagai Larutan Baku I (LB1)
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Baku Profenofos Kadar baku Profenofos = 98,% Berat Profenofos yang ditimbang = 4,4 mg Volume larutan = 5 ml Konsentrasi Profenofos 98,% = 4,4mg 98, 6 10 mcg =
Lebih terperinciPerbandingan fase gerak metanol-air (50:50)
Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Kloramfenikol Baku untuk Menentukan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum Perbandingan fase gerak metanol-air (40:60) Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Perbandingan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PROFIL FARMAKOKINETIKA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan
Lebih terperinciDitimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan
Lampiran 1. Flowsheet Destruksi Basah Sampel yang telah dihomogenkan Ditimbang 5 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 5 ml Didiamkan selama 4 jam Sampel + HNO 3 (p) Larutan Sampel Hasil Dipanaskan di
Lebih terperinciLampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H
Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Gambar 1 Krim merek Klorfeson Gambar 2 Krim merek Chloramfecort-H 48 Lampiran 2. Komposisi krim Klorfeson dan Chloramfecort-H Daftar Spesifikasi krim 1. Klorfeson
Lebih terperinciLampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul
Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul 43 Lampiran 2. Komposisi Neo Antidorin Kapsul Setiap kapsul mengandung:
Lebih terperinciLampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan
43 Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan Furosemida Sifat Fisikokimia Serbuk hablur berwarna putih s/d kekuningan dan tidak berbau Praktis tidak larut dalam air pka 3,9 Log P 0,74 Kelarutan 0,01 (mg/ml)
Lebih terperinciLampiran 1. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Kuning Metanil
Lampiran 1. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Kuning Metanil No. Menit ke- Serapan (A) 1 10 0,432 2 11 0,432 3 12 0,433 4 13 0,432 5 14 0,433 6 15 0,432 7 16 0,433 8 17 0,435 9 18 0,435 10 19 0,435 11
Lebih terperinciPenentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin
Penentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin Tujuan Umum Menentukan parameter farmakokinetikasuatu obat dengan menggunakan data Turin Tujuan Khusus - Mahasiswa mampu menerapkan cara mendapatkan
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol
Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol Gambar 1. Gambar krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol 48 Lampiran 2. Komposisi krim merek X Contoh
Lebih terperinciLampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet
Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet 50 Lampiran 2. Komposisi Tablet Pulna Forte Daftar Spesifikasi Sampel 1. Pulna Forte No. Reg : DKL 0319609209A1 ExpireDate :Agustus 2017 Komposisi : Ethambutol HCL...
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom
Lebih terperinciLampiran 1. Tumbuhan dandang gendis dan simplisia
Lampiran 1. Tumbuhan dandang gendis dan simplisia Gambar 1. Tumbuhan dandang gendis Gambar 2. Simplisia daun dandang gendis Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan lampiran. Bagan Pembuatan Nata de coco
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT
Lebih terperinciLampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI
Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI Lampiran. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Triprolidin HCl BPFI Lampiran 3. Kurva Serapan Penentuan Panjang Gelombang Analisis
Lebih terperinciBAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml
23 BAB 3 BAHAN dan METODE 3.1 ALAT Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT 2. Detektor PDA 3. Neraca analitik 4. PH meter 5. Erlenmeyer 250 ml 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml 7. Spatula
Lebih terperinciSpektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml
Lampiran 1. Spektrum Serapan Penentuan Panjang Gelombang Analisis Spektrum serapan derivat kedua deksametason 5 mcg/ml Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml 45 Lampiran 1. (lanjutan)
Lebih terperinciBAB III METODE PERCOBAAN
BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Instrument PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 9 pada bulan Februari
Lebih terperinciGambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).
Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2 Suci Baitul Sodiqomah Feby Fitria Noor Diyana Puspa Rini
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar Sediaan Tablet
Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet Gambar 1.TabletPritacort Lampiran 2. Komposisi Tablet Pritacort Daftar spesifikasi sampel Nama sampel : Pritacort No. Reg : DKL9730904510A1 Tanggal Kadaluarsa : Mei 2017
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pelarut HCl 0,1 N
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pelarut HCl 0,1 N HCl pekat = 37% ~ 12 N V 1 x N 1 = V 2 x N 2 V 1 x 12 N = 1000 ml x 0,1 N V 1 = 1000 ml x 0,1 N 12 N = 8,3 ml = 8,5 ml Lampiran 2. Bagan Alir Prosedur
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi
Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot
Lebih terperinciLampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid
Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi 11.5% (Formula 4). Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat tablet 50 mg dan diameter
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I) 500 ppm 500 mcg/ml Berat Natrium tetraboraks yang ditimbang 500 mcg / ml
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II UJI PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SUATU OBAT SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA URIN DAN DARAH Disusun oleh : Kelas
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.
BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)
Lebih terperinciLampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm
Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm No Menit ke- Absorbansi 1 4 0,430 5 0,431 3 6 0,433 4 7 0,434 5 8 0,435 6 9 0,436 7 10 0,437 8 11 0,438 9 1 0,439
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap kadar enzim transaminase (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus musculus)
Lebih terperinciGambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco
Lampiran 1. Gambar Nata de Coco dan Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Gambar Nata de Coco basah Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Lampiran. Hasil Uji Mikroskopik Selulosa Mikrokristal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu dengan mengamati kemungkinan diantara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap kelompok
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi sampel
Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 56 Lampiran 2. Gambar tanaman singkong (Manihot utilissima P.) Tanaman Singkong Umbi Singkong Pati singkong 57 Lampiran 3. Flowsheet isolasi pati singkong Umbi singkong
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil identifikasi tanaman
Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman Lampiran 2. Gambar serbuk majakani (Quercus infectoria G. Olivier) Lampiran 3. Bagan kerja penelitian Tikus Dikondisikan selama 2 minggu 1. Diukur Kadar 2. Diinduksi
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel : DKL A1. Expire Date : September 2015
Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel 1. Celestamin (Schering-plough) No. Reg : DKL 9106604510A1 Expire Date : September 2015 Komposisi : Betametason... 0,25 mg
Lebih terperinciLampiran 1: Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan. Marmot. Kelinci. 400 g. 1,5 kg 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9
Lampiran 1: Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan Mencit Tikus Marmot Kelinci Kera Anjing Manusia 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 4 kg 12 kg 70 kg Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9 20 g Tikus 0,14
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan adalah alat permeasi in vitro Crane dan Wilson
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan adalah alat permeasi in vitro Crane dan Wilson (modifikasi), spektrofotometer UV-visibel (Shimadzu), neraca analitik (Metler Toledo),
Lebih terperinciGambar 2. Sampel B Sirup Kering
Lampiran 1. Gambar Sampel A dan B Sirup Kering 1. Sampel A 2. Sampel B Gambar 1. Sampel A Sirup Kering Gambar 2. Sampel B Sirup Kering 53 Lampiran 2. Komposisi Sirup Kering Claneksi dan Clavamox DaftarSpesifikasiSampel
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml
Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran Diketahui: Nilai Absorptivitas spesifik (A 1 1 = 351b) λ= 276 nm Tebal sel (b) = 1 cm A = A 1 1 x b x c c = c = c = 0,001237 g/100ml c = 12,37 µg/ml Konsentrasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat
Lebih terperinciBAHAN DAN CARA KERJA Serbuk teofilina anhidrida,
BAB I I BAHAN DAN CARA KERJA 1. BAHAN DAN ALAT. 1.1. Bahan. 1.1.1. Serbuk teofilina anhidrida, Sebagai baku digunakan serbuk teofilina anhidrida murni yang didapat dari P.T. Pharos Indonesia (dari Byk
Lebih terperinciPROFIL FARMAKOKINETIKA ASPIRIN PADA PLASMA TIKUS PUTIH JANTAN. Vidia Prajna Lakhsita, Islamudin Ahmad, Rolan Rusli
PROFIL FARMAKOKINETIKA ASPIRIN PADA PLASMA TIKUS PUTIH JANTAN Vidia Prajna Lakhsita, Islamudin Ahmad, Rolan Rusli 1 Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian Farmaka Tropis, Fakultas Farmasi,
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Dibuat formula untuk 100 tablet, berat pertablet 00 mg dan penampang tablet 9 mm. Berat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)
Lebih terperinciLampiran 1. Identifikasi tumbuhan
Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Gambar Talus Rumput Laut Sargassum ilicifolim (Turner) C. Agardh 1 2 3 Makroskopik Tumbuhan Segar Rumput Laut Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agardh Keterangan:
Lebih terperinciGambar 1. Ekstrak daun sukun
Gambar 1. Ekstrak daun sukun Gambar 2. Pengambilan darah melalui ekor 61 COOH CH3 COOH CH3 CO CH.NH 2 ALT CH.NH 2 CO CH 2 + COOH CH 2 + COOH CH 2 Alanin CH 2 Asam piruvat COOH Asam alfa ketoglutarat COOH
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan ODF Antalgin
LAMPIRAN Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan ODF Antalgin Dilarutkan sejumlah HPMC dalam 7 ml akuades. Diamkan 10 menit agar mengembang Sorbitol dilarutkan dalam sejumlah air hangat dan mentol dilarutkan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan cairan tubuh manusia yaitu plasma secara in vitro. 3.2 Subyek Penelitian Subyek penelitian
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat. Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield
LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield a. Larutan alginat 80-120 cp konsentrasi 4,5% No spindle : 64 Speed : 12 Faktor koreksi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 30 Juni 2016 Nama Mahasiswa : 1. Irma Yanti 2. Rahmiwita 3. Yuliandriani Wannur Azah
Lebih terperinciPENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA) mammae mencit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)
Lebih terperinciKentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati
Lampiran 1. Flow Sheet Pembuatan Pati Kentang Kentang Residu Filtrat Ditimbang ± 10 kg Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong Diblender hingga halus Disaring dan diperas menggunakan kain putih yang bersih
Lebih terperinciA. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Kerja Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.), Pengambilan Sampel Darah, Penetapan Profil Urea Darah (DAM) dan Penentuan Profil Asam Urat Darah (Follin-Wu)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran. Gambar Cibet (Orthetrum sp.) dan Capung (Orthetrum Sabina) sp.) (Orthetrum sabina) Capung Lampiran 3. Data Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N Rumus normalitas larutan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak rimpang teki dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan antara lain
Lebih terperinci2. Menentukan kadar berbagai tablet Vitamin C menggunakan metoda HPLC. HPLC(HighPerfomance Liquid Cromatografi)
LAPORAN PRAKTIKUM 8 HPLC: ANALISA TABLET VITAMIN C Oleh : Maria Lestari dan Henny E. S. Ompusunggu Hari/Tanggal/Jam Praktikum : Rabu/ 19 Desember 2012/ 12.00 s/d selesai Tujuan : 1. Mengetahui prinsip
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di
30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan
Lebih terperinciPharmacokinetika for Oral Absorption. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt
Pharmacokinetika for Oral Absorption Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt Introduction Pemberian obat secara ekstravaskular lebih rumit dibandingkan pemberian obat secara intravaskular. Terutama dalam pengaturan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel. 1. Kalibrasi Piknometer. Piknometer Kosong = 15,302 g. Piknometer berisi Aquadest Panas.
Lampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel 1. Kalibrasi Piknometer Piknometer Kosong = 15,30 g Piknometer berisi Aquadest Panas NO Aquadest Panas 1 5,330 5,37 3 5,38 4 5,35 5 5,39 6 5,3 Jumlah Rata-rata
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. B. BAHAN Levofloksasin
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.
Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) 1. 1000 5,1. 1003 5,14 3. 101 5, Normalitas NaOH Berat Kalium Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) Berat Ekivalen
Lebih terperinciLampiran 1. Surat Ethical clearance
Lampiran 1. Surat Ethical clearance 41 Lampiran 2. Surat identifikasi tumbuhan 42 Lampiran 3. Karakteristik tumbuhan mahkota dewa Gambar : Tumbuhan mahkota dewa Gambar : Daun mahkota dewa 43 Lampiran 3
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Parameter Nonspesifik Ekstrak Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : warna coklat kehitaman, berbau spesifik dan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian
Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian 49 Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan 50 Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam. ) Tanaman kelor Daun kelor 51 Lampiran 3. (Lanjutan)
Lebih terperincimassa = 2,296 gram Volume = gram BE Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi ml Natrium Fosfat 28 mm massa 1 M = massa 0,028 =
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi 1. 500 ml Natrium Fosfat 28 mm M massa 1 x Mr V(liter) 0,028 massa 1 x 164 0, 5 massa 2,296 gram 2. 500 ml Amonium Molibdat 4 mm M massa 1 x Mr V(liter) massa
Lebih terperinci2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10%
31 2. Memberikan label pada masing-masing bahan dimana T0 sebagai control, sedangkan T1 dan T2 diberikan perlakuan. 3. Masing-masing pati ubi kayu dan jagung dibuat dengan konsentrasi 10% (b/v) dalam larutan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut : Konsentrasi tawas dalam perendaman Variabel independen Kadar aluminium
Lebih terperinci