BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DISKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lokasi cukup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA PERSIKLUS DAN ANALISIS DATA AKHIR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 22% Jumlah Nilai tertinggi 76 Nilai terendah 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pada tahapan ini peneliti akan menyajikan data-data hasil penelitian tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus I sampai pada siklus II. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran. Secara sistematis data yang diperoleh dalam hasil penelitian ini meliputi tahap Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II yang diuraikan sebagai berikut : 4.1.1 Deskripsi Pra Siklus (Kondisi Awal) Tahapan pra siklus ini merupakan kondisi sebelum diberikannya tindakan pada 16 siswa. Data awal mengenai keadaan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. pada tahapan pra siklus adalah nilai tes mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Duren 01 Tengaran sebelum diadakan tindakan. Nilai ketuntasan (KKM) mata pelajaran IPA kelas V adalah 65. Pada kondisi awal sebelum tindakan hasil belajar, nilai siswa lebih banyak yang belum tuntas. Hal tersebut dibuktikan dari data bahwa hanya 4 siswa (25%) yang medapatkan nilai lebih dari KKM atau telah mencapai KKM. Dan 12 siswa (75%) mendapatkan nilai dibawah KKM atau belum mencapai KKM. Nilai ratarata yang diperoleh kelas pada kondisi awal adalah 56,25 dengan perolehan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Untuk lebih jelasnya, rekapitulasi ketuntasan hasil belajar sebelum diberikan tindakan disajikan dalam tabel berikut ini. 24

25 Tabel 4.1 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal Sebelum Tindakan No Nilai Jumlah Keterangan Persen (%) Siswa 1 <65 12 75 Belum Tuntas 2 65 4 25 Tuntas Jumlah 16 100 Rata-rata 56,25 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 40 Sumber: analisis data penelitian Berdasarkan tabel presentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran sebelum tindakan, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 12 siswa atau 75% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 4 siswa atau 25% dari total keseluruhan siswa. Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadapa materi. Hal itu disebabkan oleh guru kurang mempunyai keterampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan selalu menggunakan metode konvensional. Penggunaan metode konvensional secara terus menerus akan terasa monoton sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik bagi siswa. Siswa merasa jenuh dan terkesan pasif dalam pembelajaran. Transformasi ilmupun terjadi kurang maksimal, karena pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga pembelajaran berjalan kurang efektif. Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas V di SDN Duren 01 Tengaran Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015, maka diuji coba melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) guna meningkatkan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua siklus, yang dalam setiap siklus akan dilakukan tiga pertemuan.

26 4.2 Pelaksanaan Penelitian Siklus I 4.2.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I Sebelum melaksanakan tindakan, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh penulis, antara lain : a. Bersama dengan guru kolaborator memeriksa kembali RPP yang telah disusun dan mencermati setiap butir yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan. b. Menyiapakan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. c. Mengecek kembali kelengkapan alat pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah disepakati bersama dengan guru kolaborator. d. Membuat kesepakatan dengan teman sejawat untuk menentukan fokus observasi. 4.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, penulis bersama observer menyepakati untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari tiga pertemuan pembelajaran yaitu: Pertemuan I Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 15 April 2015 dengan kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Pada pertemuan pertama terdapat dua indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana, misalnya pengungkit, bidang miring, katrol dan roda, dan menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol dan roda. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada Siklus I pertemuan pertama: a) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran

27 dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan memperlihatkan beberapa gambar pesawat sederhana dan menanyakan kepada murid gambar apa yang di tunjukanan oleh guru. Siswa diminta menyebutkan apa saja gambar yang ditunjukkan oleh guru. Setelah apersepsi, kemudian pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL). b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti, pengajar menjelaskan tentang pesawat sederhana dengan memperlihatkan gambar pada siswa. Kemudian guru memberikan umpan balik kepada siswa untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa mengenai pesawat sederhana dengan menyuruh siswa menunjukkan berbagai jenis pesawat sederhana, yaitu pengungkit/tuas, bidang miring, katrol serta roda dan poros. Siswa dibagi ke dalam 3 kelompok. Tiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Kelompok 1 mengidentifikasi tentang tuas, kelompok 2 mengidentifikasi tentang bidang miring, kelompok 3 mengidentifikasi tentang katrol. Setiap kelompok mencari peralatan rumah tangga yang menerapkan prinsip kerja pesawat sederhana yang sesuai dengan bagian kelompok masing-masing. Setelah selesai mengidentifikasi dan mencari peralatan rumah tangga sesuai dengan bagian masing-masing kelompok, setiap kelompok menulis laporan dan mempresentasikan hasilnya dengan menjelaskan ke kelompok lain. Kelompok1 maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka mengenai mengidentifikasi tentang tuas. Setelah selesai mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok 1. Pengajar dan siswa melakukan refleksi selama pembelajaran. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami c) Kegiatan Penutup Pengajar bersama-sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang mengidentifikasi tentang tuas yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL).

28 Pengajar memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut. Pengajar juga menyampaikan pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan II Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 April 2015 dengan kompetensi dasar yang masih sama yaitu menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Pada pertemuan kedua kali ini guru melanjutkan indicator, yaitu mengidentifikasi tentang bidang miring, mengidentifikasi tentang katrol. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada Siklus I pertemuan kedua: a) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menanyakan kepada siswa tentang kegiatan yang sebelumnya telah siswa pelajari bersama-sama mengenai mengidentifikasi tentang tuas. Setelah apersepsi, kemudian pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dengan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL). b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti yang dilakukan pengajar hampir sama pada kegiatan inti pertemuan pertama, pengajar menyuruh kelompok selanjutnya untuk bergantian mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas. kelompok 2 maju untuk mengidentifikasi tentang bidang miring di depan kelas, Setelah selesai mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok 2, begitupun juga selanjutnya untuk kelompok 3 mengidentifikasi tentang katrol di depan kelas dan guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok 3.

29 Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran berdasarkan masalah. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami c) Kegiatan Penutup Pengajar bersama-sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang mengidentifikasi tentang tuas, mengidentifikasi tentang bidang miring, dan mengidentifikasi tentang katrol yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL). Pengajar memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut dan materi pertemuan sebelumnya, karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan evaluasi. Pertemuan III Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari senin tanggal 20 april 2015 pengajar menyampaikan kepada siswa tentang kesiapan dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Pengajar menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian pengajar membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan pengajar mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, pengajar bersama siswa mencocokkan hasil kerja siswa dan langsung mengumumkan hasil nilai tes kepada siswa. 4.2.3 Tahap Observasi Tindakan Siklus I Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang mengacu pada kegiatan guru pada saat pembelajaran. Hasil observasi dianalisis untuk mengetahui pengaruh upaya tindakan perbaikan nilai. Observasi dilakukan oleh guru kolaborator yang merupakan wali kelas V. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, pengajar telah menerapkan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan baik. Pengajar dapat mengatur serta mengendalikan keberlangsungan proses belajar mengajar. Pada saat awal pembelajaran berdasarkan masalah

30 banyak siswa yang masih bingung, tetapi pengajar dapat mengantisipasi hal tersebut dengan cara menjadi fasilitator yang baik dan membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan. 4.2.4 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus I Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan pada hari Senin, 20 April 2015 didapatkan hasil belajar 16 siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Duren 01 dengan materi mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana, yaitu dengan menerapkan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL) menunjukkan bahwa jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (KKM 65) lebih banyak dari pada jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasann belajar. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 10 siswa atau 62,5% sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa atau 37,5%. Kondisi ini mengalami perubahan dibandingkan pada kondisi awal sebelum tindakan. Nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 72. Nilai terendah yang dicapai pada siklus I adalah 50 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 90. Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 65) maka jumlah persentase hasil belajar siswa disajikan dalam tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Siklus I No Nilai Jumlah Keterangan Persen (%) Siswa 1 65 6 37,5 Belum Tuntas 2 65 10 62,5 Tuntas Jumlah 16 100 Rata-rata 71,875 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 50 Sumber: Analisis Data Penelitian

31 4.2.5 Tahap Refleksi Siklus I Tahapan ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Refleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil. Kegiatan refleksi dilakukan bersama antara guru pengajar, guru kolaborator (observer) dan siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran berdasarkan masalah. Pembelajaran IPA kelas V pada materi mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhanapada siklus I ini belum sesuai kriteria yang ditentukan, yaitu ketuntasan klasikal telah mencapai lebih dari 80%. Nilai yang diperoleh pada siklus I ini terendah 50 dan nilai tertinggi 90, dengan rata-rata 72. Hal ini karena masih ada kelemahan selama pembelajaran berlangsung. Hasil diskusi guru pengajar dengan observer mengungkapkan kekurangan dalam pembelajaran tersebut yaitu: a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali ketika siswa bekerja berpasangan dan pada saat presentasi di depan kelas. b) Pada awal pertemuan, siswa belum menemukan pengetahuannya sendiri atau belum menemukan ide ide mereka sendiri untuk belajar. c) Tidak semua siswa memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil presentasi temannya. d) Guru belum memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar. Mengacu pada kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran, peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: a) Guru pengajar lebih membimbing siswa supaya siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri selama langkah-langkah pembelajaran. b) Guru pengajar mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan siswa yang sedang presentasi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil presentasi tersebut. c) Memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar baik secara individu maupun berpasangan.

32 4.3 Pelaksanaan Penelitian Siklus II 4.3.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II Pada tahap perencanaan tindakan siklus II ini, peneliti bersama observer memperbaiki skenario pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi dengan observer dan refleksi siklus I, maka guru pengajar melakukan upaya perbaikan pembelajaran, yaitu membimbing siswa supaya siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri dalam tiap langkah-langkah pembelajaran, mengarahkan siswa untuk memperhatikan dan memberikan komentar terahadap hasil presentasi siswa lain dan memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar. Selain itu guru pengajar juga menyiapkan kembali lembar kerja siswa, lembar evaluasi dan alat peraga. 4.3.1 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II ini sama dengan tindakan siklus I, pembelajaran dilaksanakan tiga pertemuan pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: Pertemuan I Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 mei 2015 dengan kompetensi dasar mengidentisikasi sifat-sifat bangun ruang. Pada pertemuan pertama terdapat 4 indikator yaitu, Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana, misalnya pengungkit, bidang miring, katrol dan roda, Menggolongkan berbagai alat rumahtangga sebagai pengungkit, bidang mirirng, katrol dan roda, Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana, Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada Siklus II pertemuan pertama: a) Kegiatan Awal 1. Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing untuk mengawali kegiatan pembelajaran, pengajar memeriksa kehadiran siswa, pengajar mengkondisikan siswa untuk siap meneri mamateri,

33 pengajar member motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan memancing siswa dalam menjawab pertanyaan, melakukan tanaya jawab dengan dengan mengajukan pertanyaan coba anak-anak siapa yang di rumah mengambil air dengan menggunakan anak timba? Apa yang menyebabkan anak timba bisa bergerak?, Menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti, pengajar memperlihatakan beberapa gambar pesawat sederhana dan menanyakan kepada murid gambar apa yang di tunjukan oleh guru, Setelah siswa menjawab pertanyaan guru. Guru menjelaskan tentang gambargambar tersebut, pengajar menjelaskan tentang pesawat sederhana dengan memperlihatkan gambar pada siswa. Kemudian guru memberikan umpan balik kepada siswa untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa mengenai pesawat sederhana dengan menyuruh siswa menunjukkan berbagai jenis pesawat sederhana, yaitu pengungkit/tuas, bidang miring, katrol serta roda dan poros. Kemudian siswa diberikan Lembar kerja tentang soal-soal menjodohkan pesawat sederhana (picture and picture), setelah selesai mengerjakan guru dan siswa membahas soal-soal tersebut. Siswa dibagi ke dalam 3 kelompok. Tiap kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Kelompok 1 mengidentifikasi tentang tuas, kelompok 2 mengidentifikasi tentang bidang miring, kelompok 3 mengidentifikasi tentang katrol.setiap kelompok mencari peralatan rumah tangga yang menerapkan prinsip kerja pesawat sederhana yang sesuai dengan bagian kelompok masing-masing. Setelah selesai mengidentifikasi dan mencari peralatan rumah tangga sesuai dengan bagian masing-masing kelompok, setiap kelompok menulis laporan dan mempresentasikan hasilnya dengan menjelaskan ke kelompok lain. Kelompok 1 maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok yang mengidentifikasi tentang tuas. Sedangkan kelompok lain memperhatikan. Setelah selesai mempresentasikan, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok tersebut. Setelah selesai kelompok pertama mempresentasikan hasilnya, Pengajar memberi reward/ penguatan kepada kelompok 1 yang sudah maju presentasi. Pengajar dan siswa

34 melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL). Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. c) Kegiatan Penutup Pengajar bersama-sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang mengidentifikasi tentang tuas yang telah ditemukan oleh siswa. Pengajar memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut, dan juga menyampaikan pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan II Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 7 Mei 2015 dengan kompetensi dasar yang masih sama, yaitu menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Pada pertemuan kedua kali ini guru melanjutkan indikator selanjutnya yaitu mengidentifikasi tentang bidang miring, mengidentifikasi tentang katrol. Berikut adalah langkahlangkah pembelajaran pada Siklus II pertemuan kedua: a) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menanyakan kepada siswa tentang kegiatan yang sebelumnya telah siswa pelajari bersama-sama mengenai mengidentifikasi tentang tuas. Setelah apersepsi, kemudian pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL). b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti yang dilakukan pengajar hampir sama pada kegiatan inti pertemuan pertama, pengajar menyuruh kelompok selanjutnya untuk bergantian mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas. kelompok 2 maju untuk mengidentifikasi tentang bidang miring di depan kelas dan kelompok lain memperhatikan, Setelah selesai mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka,

35 guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok 2, begitupun juga selanjutnya untuk kelompok 3 mengidentifikasi tentang katrol di depan kelas dan kelompok yang lain pun memperhatikan, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok 3. Pengajar memberi reward/penguatan kepada kelompok 2 dan 3. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran berdasarkan masalah. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. c) Kegiatan Penutup Pengajar bersama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang mengidentifikasi tentang tuas, mengidentifikasi tentang bidang miring, dan mengidentifikasi tentang katrol yang telah ditemukan oleh siswa. Pengajar berpesan kepada siswa agar mempelajari kembali materi-materi dalam pertemuan, karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan evaluasi. Pertemuan III Pertemuan terakhir dari penelitian tindakan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 Mei 2015 pengajar menyampaikan kepada siswa tentang kesiapan dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Pengajar menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian pengajar membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan pengajar mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, pengajar bersama siswa mencocokkan hasil kerja siswa dan langsung mengumumkan hasil nilai tes kepada siswa. 4.3.2 Tahap Observasi Tindakan Siklus II Sama halnya pada siklus sebelumnya, pada siklus ini kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh guru kolaborator meliputi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah serta respon siswa. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan

36 pembelajaran yang diinginkan. Observasi dilakukan oleh guru kolaborator yang merupakan wali kelas V. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, pengajar telah menerapkan pembelajaran model CTL dengan baik. Pengajar dapat mengatur serta mengendalikan keberlangsungan proses belajar mengajar. 4.3.3 Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siklus II Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan pada hari Jumat 8 Mei 2015 didapatkan hasil belajar 16 siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II pada mata pelajaran IPA kelas V SDN Duren 01 dengan materi mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana, dapat dilihat bahwa dengan menerapkan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL) menunjukkan bahwa semua siswa telah mencapai ketuntasan belajar (KKM = 65). Siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 16 siswa atau 100%. Kondisi ini mengalami perubahan dibandingkan pada siklus I. Nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 85. Nilai terendah yang dicapai pada siklus II adalah 70 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 100. Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.3. Tabel 4.3 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II Siklus I No Nilai Jumlah Siswa Presentase (%) Keterangan 1 65 0 0 Belum Tuntas 2 65 16 100 Tuntas Jumlah 16 100 Rata-rata 85 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 70 Sumber: Analisis Data Penelitian Presentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SDN Duren 01 siklus II, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria

37 Ketuntasan Minimal (KKM = 65) sebanyak 0 siswa dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau 100% dari total keseluruhan siswa. 4.3.4 Tahap Refleksi Siklus II Tahapan ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Refleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil. Kegiatan refleksi dilakukan bersama antara guru pengajar, guru kolaborator (observer) dan siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran berdasarkan masalah. Pembelajaran IPA kelas V pada materi mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana pada siklus II ini telah berhasil sesuai kriteria yang ditentukan, yaitu ketuntasan klasikal telah mencapai lebih dari 80%. Nilai yang diperoleh pada siklus II ini terendah 70 dan nilai tertinggi 100, dengan rata-rata 85. Hal ini dapat tercapai karena adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: a) Guru pengajar lebih membimbing siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri selama langkah-langkah pembelajaran. b) Guru pengajar mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan siswa yang sedang presentasi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil presentasi tersebut. c) Memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar, baik secara individu maupun kelompok. 4.3.5 Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Pencapaian hasil belajar 16 siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II disajikan dalam grafik di bawah ini.

38 Grafik 4.1 Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II 120 100 Balok Hasil Belajar Siswa Nilai IPA 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Pra Siklus 60 60 60 40 40 40 60 40 70 40 90 40 70 90 60 40 Siklus 1 70 80 80 60 60 50 80 70 90 60 90 50 80 90 80 60 Siklus 2 80 90 90 80 80 70 80 90 100 70 100 80 100 100 80 70 KKM 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 Sumber: Nilai Tes Siswa pada Tahap Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2. Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai siswa meningkat tajam, walaupun pada siklus I masih ada siswa yang berada di bawah KKM. Peningkatan nilai terutama pada siswa yang pada tahap pra siklus berada di bawah KKM. Bahkan ada siswa yang semula mendapatkan nilai 40 dapat meningkat pesat mencapai nilai 80 dan 90 pada tes siklus kedua. Hal ini membuktikan bahwa model CTL mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

39 Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada tiap tahapan disajikan dalam tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Kondisi Awal Siklus I Siklus II No Nilai Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%) 1 Tuntas 4 25 10 63 16 100 2 Belum Tuntas 12 75 6 37 0 0 Jumlah 16 100 16 100 16 100 Rata-rata 56,25 71,875 85 Nilai Tertinggi 90 90 100 Nilai Terendah 40 50 70 Sumber: Analisis Data Penelitian Berdasarkan tabel 4.4, penelitian tindakan dengan menerapkan pembelajaran CTL ini telah meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan kriteria minimal (KKM 65) sebanyak 4 siswa dari 16 siswa atau 25%. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kondisi awal adalah 56,25 dengan pencapaian nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I mendapatkan hasil peningkatan, yaitu sebanyak 10 siswa telah memperoleh nilai diatas kriteria ketuntasan minimal, jika dalam presentase siswa yang telah tuntas sebanyak 62,5%. Nilai rata-rata yang dicapai juga meningkat menjadi 71,875 dengan pencapaian nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Berdasarkan hasil tersebut penelitian tindakan pada siklus I belum berhasil mencapai kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, yaitu ketuntasan klasikal sebesar 80%. Peningkatan dari ketuntasan 25% menjadi 62,5% atau meningkat sebesar 37,5%, dari rata-rata 56,25 menjadi 71,875 atau meningkat sebesar 15,625. Siklus I belum berhasil, maka penelitian tindakan ini tetap masih dilanjutkan ke siklus II. Hasil dari penelitian tindakan siklus II juga mengalamai peningkatan lagi, dengan ketuntasan belajar menjadi 100%. Sebanyak 16 siswa yang mencapai nilai lebih dari KKM. Nilai rata-rata yang

40 dicapai setelah siklus II ini juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu 85 dengan pencapaian nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dengan materi pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN Duren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, Tahun Ajaran 2014/2015. 4.4 Pembahasan Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Duren 01. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata dan menemukan pengetahuan sendriri berdasarkan pembelajaran dengan pendekatan model Contextual Teaching and Learning(CTL). Dalam pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok sehingga akan dapat mengoptimalkan kerja sama siswa dalam kelompok. Setelah itu, siswa juga diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaiaannya di depan kelas dan siswa lain memberi komentar atau tanggapan. Dominasi guru dalam pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi berkurang, sehingga mengutamakan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru selalu berusaha mengoptimalkan interaksi antar siswa atau antara siswa dengan guru melalui kegiatan diskusi dan presentasi. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Perolehan hasil belajar siswa pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan, dengan ketuntasan klasikal yang telah mecapai 62,5% dan perolehan nilai rata-rata 71,875. Akan tetapi hal ini belum menunjukkan bahwa penelitian tindakan pada siklus I telah mengalami keberhasilan karena belum mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu ketuntasan klasikal sebesar 80%. Dalam pembelajaran pada awal pertemuan banyak siswa yang masih bingung dalam mengikuti langkah pembelajaran berdasarkan masalah. Terdapat empat siswa

41 yang terlihat belum aktif dalam pembelajaran, salah satunya disebabkan karena mereka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat. Kerjasama antar siswa sudah nyata dalam diskusi kelompok dan saat mempresentasikan hasil kerja. Siklus I belum berhasil, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki dan lebih mengoptimalkan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi. Perbaikan tersebut diantaranya berkat bimbingan guru kepada siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri selama proses pembelajaran berlangsung, siswa diminta guru untuk memperhatikan siswa lain yang sedang presentasi. Sebagai umpan balik diskusi, siswa agar memberikan komentar terhadap hasil presentasi temannya. Guru juga memberikan reward/ penguatan kepada siswa, melalui tepuk tangan dan kalimat pujian kepada siswa yang menjawab benar, baik secara individu maupun dalam kelompok. Hasil ketuntasan belajar 16 siswa pada siklus II ini meningkat lagi. Semua siswa memperoleh nilai di atas 65, bahkan rata-rata nilai mata pelajaran IPA sebesar 85 sehingga dapat dikatakan bahwa 100% siswa telah mencapai ketuntasan belajar, yang telah memenuhi standar ketuntasan belajar 80%. Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, semua siswa mencapai nilai tuntas. Hasil refleksi dari guru kelas, mengakui bahwa ternyata pembelajaran model CTL menarik perhatian siswa mengikuti mata pelajaran. Siswa terlihat serius mendengarkan guru dan siswa berkonsentrasi memahami materi yang diajarkan guru. Biasanya ada saja siswa yang tidak bersemangat ketika guru menerangkan, yang ditunjukkan oleh sikap siswa yang mengantuk, berbicara dengan temannya atau beralasan ke belakang. Perubahan motivasi siswa untuk belajar terlihat dari hasil nilai tes yang meningkat, walau masih ada yang di bawah KKM tetapi dilihat dari perolehan nilai siswa tersebut meningkat dengan baik. Setidaknya CTL mampu merubah motivasi belajar siswa menjadi responsif, sehingga pembelajaran ilmu pengetahuan menjadi lebih bermakna. Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru telah menerapkan model Contextual Teaching and Learning

42 (CTL) dengan baik. Interaksi antar siswa atau antara siswa dengan guru melalui kegiatan diskusi dan presentasi menunjukkan kerjasama yang baik. Guru lebih membimbing siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri dalam proses pembelajaran. Melalui presentasi dan diskusi, perhatian guru dan siswa terfokus pada materi pembelajaran tersebut. Motivasi belajar siswa meningkat, terlihat dari semua siswa yang serius mendengarkan dan bersemangat. Siswa memperhatikan presentasi dan mau memberikan komentar terhadap hasil presentasi tersebut. Dalam pembelajaran siswa terlibat aktif dan menemukan sendiri pengetahuannya sehingga daya serap terhadap materi juga sangat baik. Dengan demikian alat peraga IPA sebagai penerapan model CTL berhasil meningkatkan hasil belajar siswa yang terwujud dari nilai tes melebihi nilai KKM (ketuntasan).