BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 8 36 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan atau disebut dengan PraSiklus. Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Blotongan 02 semester II tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Untuk mengetahui keadaan PraSiklus atau sebelum tindakan, maka peneliti melakukan observasi terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa. 4.1.1 Keaktifan Siswa PraSiklus Keaktifan siswa merupakan keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini ada 10 indikator keaktifan siswa yang digunakan untuk mengukur seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Indikator tersebut antara lain : 1. Siswa mendengar, menyimak, dan memperhatikan pejelasan guru. 2. Siswa akan mengajukan pertanyaan jika tidak memahami materi pembelajaran. 3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 4. Siswa ikut berdiskusi untuk memecahkan masalah dalam kelompok. 5. Siswa mempresentasikan hasil kerja. 6. Siswa membaca materi dan mengamati demonstrasi. 7. Siswa membuat rangkuman materi pelajaran setelah guru selesai memberikan materi pelajaran. 8. Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. 9. Siswa menanggapi atau memberi pendapat tentang presentasi atau hasil kerja siswa lainnya. 10. Siswa berani maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal-soal latihan. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri Blotongan 02, diperoleh hasil bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran 38

39 belum memenuhi indikator keaktifan belajar siswa yang telah ditentukan yaitu ratarata mencapai 80. Walaupun sudah terdapat indikator yang dilaksanakan siswa, namun masih banyak indikator keaktifan siswa yang belum dilaksanakan oleh siswa. Adapun hasil observasi keaktifan siswa yang diperoleh sebelum ada tindakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pra Siklus No Interval Nilai Frekuensi Kategori Keaktifan 1 85 100 0 Sangat Tinggi 2 72 85 7 Tinggi 3 58 71 12 Sedang 4 44 57 6 Rendah 5 30 43 6 Sangat Rendah Nilai Rata-rata 60,32 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terndah 30 Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keaktifan siswa sebelum diadakan tindakan adalah 60,32. Nilai terendah yaitu 30 dan nilai tertinggi 80. Ratarata keaktifan PraSiklus dapat dikatakan rendah karena masih sangat jauh dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu rata-rata 80. 4.1.2 Hasil Belajar Siswa PraSiklus Selain keaktifan siswa, observasi awal juga dilakukan untuk mengetahui hasil belajar kelas IV SD Negeri Blotongan 02. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, terlihat dari nilai ulangan harian siswa sebelum tindakan pada mata pelajaran matematika sebagian besar siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM= 67). Adapun hasil observasi hasil belajar yang diperoleh sebelum ada tindakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

40 Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar PraSiklus No Interval Nilai Frekuensi Persen (%) Keterangan 1 86 98 3 9,67 % Tuntas 2 67 85 6 19,35 % Tuntas 3 54 66 8 25,80 % Tidak Tuntas 4 41 53 5 16,12 % Tidak Tuntas 5 30 42 3 9,67 % Tidak Tuntas 6 17 29 5 16,12 % Tidak Tuntas 7 16 1 3,22 % Tidak Tuntas KKM 67 9 29 % Tidak Tuntas 22 71 % Tuntas Nilai Rata-rata 53 Nilai Tertinggi 98 Nilai Terendah 10 Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan hanya mencapai 53. Pada pra siklus perolehan nilai tertinggi 98 dan nilai terendah 10. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 86-98 sebanyak 3 siswa dengan persentase 9,67 %. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 67-85 yaitu 6 siswa dengan persentase 19,35 %. Siswa yang mendapat nilai pada rentang nilai 54-66 yaitu 8 siswa dengan persentase 25,80 %. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentan nilai 41-53 yaitu 5 siswa dengan pesentase 16,12%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentan nilai 30-42 yaitu 3 siswa dengan persentase 9,67%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentan nilai 17-29 yaitu 5 siswa dengan pesentase 16,12 % dan siswa yang memperoleh nilai 16 yaitu 1 siswa dengan prosentase 3,22 %. Siswa yang sudah mencapai KKM (67) yaitu 9 siswa dengan persentase 29 % dan siswa yang belum mencapai KKM (67)

41 yaitu 22 siswa dengan persentase 71%. Dari data distribusi hasil belajar siswa pada pra siklus, dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut : 29% tuntas 71% belum tuntas Gambar 4.1 Persentase Hasil Belajar PraSiklus Gambar 4.1 Diagram ketuntasan belajar pada pembelajaran PraSiklus menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 67 atau belum mencapai KKM yaitu sebesar 71% dengan jumlah siswa sebanyak 22 siswa. Siswa yang mendapatkan nilai 67 atau sudah mencapai KKM yaitu sebesar 29% dengan jumlah siswa sebanyak 9 siswa. Sebagian besar dari keseluruhan jumlah siswa kelas IV pada PraSiklus mendapat nilai di bawah KKM (67). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebelum ada tindakan, hasil belajar kelas IV SD Negeri Blotongan 02 rendah. 4.2 Deskripsi Siklus 1 4.2.1 Rencana tindakan Rencana pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pertemuan I dan II. Adapun rencana tindakannya yaitu setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas IV sebagai guru kolaborator mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan alat penunjang lainnya yang perlu digunakan.

42 Selain materi dan media pembelajaran yang didiskusikan dengan guru yaitu pembagian kelompok yang dilakukan secara heterogen. Sebelum mengajar pada pertemuan I, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja siswa, media pembelajaran, dan lembar observasi. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) silkus I dengan pokok bahasan Mengurutkan dan Membandingkan Pecahan. Pada pertemuan I yang akan dibahas yaitu pengertian pecahan dan konsep pecahan. Pada pertemuan II yang akan dibahas yaitu mengurutkan dan membandingkan pecahan. Pada tahap akhir pertemuan II siswa diberikan tes evaluasi sebagai tes siklus I. 4.2.2 Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan I Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 15 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu guru menjelaskan sekilas tentang materi pengertian serta konsep pecahan. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang beranggotakan siswa secara heterogen. Siswa diminta bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap anggota diberi nomor 1-7. Guru memberikan LKS mengenai pecahan dikerjakan di dalam kelompok. Siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan LKS selanjutnya diadakan game. Guru memanggil siswa perwakilan masing-masing kelompok dengan nomor dada siswa secara urut. kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab pertanyaan. Siswa kelompok lain diberi

43 kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil jawaban dari anggota kelompok lain. Kemudian siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dalam game dengan benar maka diberikan poin bagi kelompoknya. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan PR. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. b. Pertemuan II Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II dilakukan pada hari rabu tanggal 22 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan mengoreksi PR. Setelah selesai guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti yaitu guru menjelaskan sekilas tentang materi mengurutkan dan membandingkan pecahan. Selanjutnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang beranggotakan siswa secara heterogen. Siswa diminta bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap anggota diberi nomor 1-7. Guru memberikan LKS mengenai pecahan dikerjakan di dalam kelompok. Siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan LKS selanjutnya diadakan game. Guru memanggil siswa perwakilan masing-masing kelompok dengan nomor dada siswa secara urut. kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab pertanyaan. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil

44 diskusi kelompok lain. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan soal evaluasi berbentuk pilihan ganda sebagai tes siklus I. Setelah selesai pembelajaran diakhiri guru menyampaikan materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 4.2.3 Observasi a. Pertemuan I Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan I berlangsung, peneliti meminta bantuan observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi beberapa item indikator untuk mengamati aktivitas guru dan siswa. Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran TGT antara lain saat kegiatan pembelajaran, guru kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, dan guru kurang dalam membimbing siswa pada saat diskusi kelompok untuk bekerjasama. tetapi guru telah menegur siswa yang melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran, saat menyusun kesimpulan telah melibatkan siswa. Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran TGT yaitu ketika guru menjelaskan tentang materi yang dipelajari ada sebagian siswa yang malah asyik bermain sendiri. Saat guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan guru, siswa cenderung malu dan takut dalam menjawab. Siswa belum memperhatikan betul langkah=langkah pembelajaran TGT. Ketika mengerjakan LKS masih belum bekerjasama dengan baik. tetapi siswa sudah terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Dari observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT kedalam

45 kegiatan pembelajaran, siswa juga belum terbiasa dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran. b. Pertemuan II Pada siklus I pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai berjalan dengan baik hal ini dapat dilihat guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik dan menyampaikan materi dengan baik. Saat guru memberi pertanyaan dan latihan soal, sebagian besar siswa sudah berani menjawab dan maju ke depan kelas untuk mengerjakan latihan soal di papan tulis. Ketika guru menjelaskan tentang materi, siswa juga sudah memperhatikan walaupun masih terdapat beberapa siswa yang masih belum memperhatikan dengan baik. Ketika siswa akan diminta mengejakan LKS guru meminta siswa bergabung dengan kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat bekerjasama dan saling membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah lebih baik dalam memberikan pendapat dan menyatukan pendapat. Namun pada saat game berlangsung, keadaan kelas masih sangat gaduh dikarenakan guru belum bisa menerapkan langkah-langkah pembelajaran TGT.. 4.2.4 Hasil Tindakan Siklus I 4.2.4.1 Hasil observasi keaktifan a. Pertemuan I Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi keaktifan pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Lembar observasi keaktifan yang diambil dari indikator keaktifan belajar digunakan untuk mengukur keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan keaktifan siswa. Aspek yang diukur meliputi Kegiatan visual, Kegiatan-kegiatan lisan (oral), Kegiatan-kegiatan mendengarkan, Kegiatan-kegiatan menulis, Kegiatan-kegiatan menggambar, Kegiatan mental, Kegiatan-kegiatan emosional. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

46 Tabel 4.3 Hasil keaktifan Siklus I Pertemuan I No Interval Nilai Frekuensi Kategori Keaktifan 1 85 100 10 Sangat Tinggi 2 72 82 2 Tinggi 3 58 71 7 Sedang 4 44 57 6 Rendah 5 30 43 6 Sangat Rendah Nilai Rata-rata 66,77 Nilai Tertinggi 100 NIlai Terendah 30 Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui rata-rata keaktifan siswa 66,45, nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 100. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I pertemuan I rata-rata kelas masih kurang dari nilai rata-rata kelas sesuai dengan indikator kebehasilan yang ditentukan yaitu rata-rata 80. Oleh karena itu, hasil nilai rata-rata keaktifan pada siklus I pertemuan I penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT belum mencapai indikator keberhasilan keaktifan yang ditentukan oleh peneliti. b. Pertemuan II Pada pertemuan II yang diperoleh berdasarkan lembar hasil observasi keaktifan dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan TGT diperoleh hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

47 Tabel 4.4 Hasil keaktifan Siklus I Pertemuan II No Interval Nilai Frekuensi Kategori Keaktifan 1 85 100 9 Sangat Tinggi 2 72 82 2 Tinggi 3 58 71 13 Sedang 4 44 57 7 Rendah 5 30 43 0 Sangat Rendah Nilai Rata-rata 73,22 Nilai Tertinggi 100 NIlai Terendah 50 Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui rata-rata keaktifan siswa 73,22. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I pertemuan II rata-rata kelas masih kurang dari 80 sesuai dengan indikator keberhasilan yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil ratarata observasi keaktifan pada siklusi I pertemuan II penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, belum mencapai indikator keberhasilan keaktifan yang ditentukan oleh peneliti. c. Rekap hasil observasi keaktifan siklus I Hasil keaktifan siswa pada siklus I ini terdiri dari II pertemuan, jika dilihat dari masing-masing pertemuan, dari pertemuan I, dan II terjadi adanya peningkatan dari aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran dan pada setiap pertemuan aspek keaktifan siswa yang mengalami peningkatan pada pertemuan berikutnya dibandingkan sebelum dilaksanakan tindakan. Hal ini terlihat dari peningkatan aspek indikator keaktifan yang meningkat dari setiap pertemuan. Ini disebabkan karena siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok, siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab,

48 berdiskusi dalam kelompok dan aktif mengemukakan pendapat ataupun menerima pendapat. Dan secara kesuluruhan proses pembelajaran sudah baik sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran siswa aktif dalam pembelajaran. Dari ketiga pertemuan tersebut maka diambil rata-rata dalam satu siklus. Hasil rata-rata observasi dapat dilihat pada sebagai berikut: Tabel 4.5 Rekap Hasil Observasi keaktifan Siklus I No Pertemuan Rata-rata Keaktifan 1 Pertemuan 1 66,77 2 Pertemuan 2 73,22 Jumlah 139,99 Rata-rata 69,99 Data tabel 4.5 di atas adalah hasil rekap rata-rata keaktifan siswa pada pertemuan 1 dan 2 siklus I. Dapat diketahui bahwa rata-rata keaktifan siswa yaitu 69,99. Rata-rata keaktifan 69,99 masih kurang dari 80 sesuai dengan indikator keberhasilan, maka indikator keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I belum tercapai. Sebagai upaya meningkatkan meningkatkan lagi keaktifan siswa dan tercapainya indikator keberhasilan keaktifan siswa yang sudah ditentukan yaitu 80 maka akan dilanjutkan pada siklus II. 4.2.4.2 Hasil belajar siswa Setelah dilaksanakan tindakan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru memberikan evaluasi secara tertulis kepada siswa pada akhir siklus I yaitu pada pertemuan II. Dari hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Hasil nilai yang diperoleh siswa sebelum dilaksanakan tindakan dari jumlah 31 siswa yang mencapai ketuntasan (KKM=67) terdapat 9 siswa, sedangkan

49 22 siswa masih dibawah ketuntasan. Setelah siklus I terdapat 26 siswa yang sudah mencapai KKM, sedangkan 5 siswa masih dibawah KKM. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I No Interval Nilai Frekuensi Persen (%) Keterangan 1 91 95 1 3,22 % Tuntas 2 86 90 5 16,12 % Tuntas 3 82 86 3 9,67 % Tuntas 4 77 81 3 9,67 % Tuntas 5 72 76 10 32,25 % Tuntas 6 67 71 4 12,90 % Tuntas 7 66 5 16,12 % Tidak Tuntas KKM 67 26 84 % Tuntas KKM 67 5 16 % Tidak Tuntas Nilai Rata-rata 76,77 Nilai Tertinggi 95 Nilai Terendah 60 Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan hanya mencapai 76,77. Pada Siklus I perolehan nilai tertinggi 98 dan nilai terendah 10. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 91-95 sebanyak 1 siswa dengan persentase 3,22%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 86-90 yaitu 5 siswa dengan persentase 16,12%. Siswa yang mendapat nilai pada rentang nilai 82-86 yaitu 5 siswa dengan persentase 9,67%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentan nilai 77-81 yaitu 3 siswa dengan pesentase 9,67%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentan nilai 72-76 yaitu 10 siswa dengan persentase 32,25%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentan nilai 67-

50 71 yaitu 4 siswa dengan persentase 12,90% dan siswa yang memperoleh nilai 66 yaitu 5 siswa dengan prosentase 16,12%. Siswa yang sudah mencapai KKM (67) yaitu 26 siswa dengan persentase 84% dan siswa yang belum mencapai KKM (67) yaitu 5 siswa dengan persentase 16%. Dari data distribusi hasil belajar siswa pada pra siklus, dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut : 16% 84% tuntas belum tuntas Gambar 4.2 Persentase Nilai Siklus I Gambar 4.1 Diagram ketuntasan belajar pada pembelajaran Siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 67 atau belum mencapai KKM yaitu sebesar 16% dengan jumlah siswa sebanyak 5 siswa. Siswa yang mendapatkan nilai 67 atau sudah mencapai KKM yaitu sebesar 84% dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa. Sebagian besar dari keseluruhan jumlah siswa kelas IV pada PraSiklus mendapat nilai di bawah KKM (67). Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus I, hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan. Namun untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa di atas KKM diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan pembelajaran kooperatif TGT dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

51 4.2.5 Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari pembelajaran TGT. Selain itu digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan indikator yang diharapkan. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan I dan II maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas, observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas IV. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran kooperatif tipe TGT bagi guru kelas, guru observer, siswa, dan peneliti. Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT mendapat pengalaman dan wawasan baru dalam pembelajaran serta guru merasa lebih mudah dalam mengajar, bagi siswa pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti. Berdasarkan observasi keaktifan siswa dengan rata-rata dalam siklus I yaitu 69.83 artinya lebih kecil dari indikator keberhasilan kektifan yang ditetapkan peneliti yaitu 75,00 sehingga indikator keberhasilan yang ditentukan belum tercapai. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan KKM= 67 maka diperoleh dari seluruh siswa yang berjumlah 31 siswa dalam belajarnya sebanyak 26 siswa tuntas dengan prosentase 84% dan rata-rata 72. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa, peneliti memberikan patokan 80% dari jumlah keseluruhan siswa dinyatakan hasil belajarnya meningkat yaitu dengan KKM 67. Dari hasil evaluasi siswa pada siklus I yaitu 84% maka sudah dikatakan tercapai karena sudah memenuhi indicator keberhasilan yang ditentukan peneliti yaitu 80%. Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada setiap kegiatan

52 pembelajaran agar meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: a. Kelebihan 1. Rancangan pembelajaran sudah terprogram. 2. Siswa lebih tertarik dalam belajar dengan menggunakan pembelajaran tipe TGT. 3. Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, kerjasama siswa lebih meningkat. 4. Siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok. 5. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai. b. Kekurangan 1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT belum terbiasa dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa bingung dalam melaksanakan game dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Suasana kelas menjadi gaduh saat siswa berebut menjawab pertanyaan dalam game. 3. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal. c. Penyelesaian 1. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal pada setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa. 2. Saat suasana gaduh maka guru dapat memberi peringatan bagi siswa yang gaduh maka point yang diperoleh dalam kelompoknya akan dikurangi. Dengan begitu siswa akan dapat terkendali dan tiidak gaduh. 3. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi sehingga keterampilan kerjasama kelompok siswa lebih meningkat. 4.3 Deskripsi Siklus II 4.3.1 Rencana Tindakan Rencana pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pertemuan I dan II. Adapun rencana tindakannya yaitu setelah diperoleh informasi

53 pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas IV sebagai guru kolaborator mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe TGT dan alat penunjang lainnya yang perlu digunakan. Selain materi dan media pembelajaran yang didiskusikan dengan guru yaitu pembagian kelompok yang dilakukan secara heterogen. Sebelum mengajar pada pertemuan I, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja siswa, media pembelajaran, dan lembar observasi. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) silkus I dengan pokok bahasan operasi hitung pecahan. Pada pertemuan I yang akan dibahas yaitu penjumlahan dan penggurangan pecahan. Pada pertemuan II yang akan dibahas yaitu mengubah pecahan biasa menjadi desimal dan membulatkan pecahan desimal. Pada tahap akhir pertemuan II siswa diberikan tes evaluasi sebagai tes siklus II. 4.3.2 Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan I Pelaksanaan siklus II pertemuan I dilakukan pada hari jumat tanggal 28 Maret 2014. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.kemudian menyampaikan langkah-langkah pembelajaran menggunakan TGT. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu guru menjelaskan sekilas tentang materi tentang operasi hitung pecahan, membulatkan pecahan desimal serta operasi hitung desimal. Pada sela-sela penjelasan materi guru menggunakan alat peraga sebagai alat bantu penyampaian materi. Siswa juga diminta menggunakan alat peraga tersebut. Setelah penjelesan materi guru memberikan latihan soal di papan tulis, kemudian beberapa siswa diminta untuk maju mengerjakan soal latihan di papan tulis. Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok 5beranggotakan 5-7 siswa. Anggota kelompok dibagi

54 secara heterogen. Siswa diminta bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap anggota diberi nomor 1-7. Guru memberikan LKS berisi pertanyaan mengenai operasi hitung pecahan. Selanjutnya siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan LKS selanjutnya diadakan game. Guru memanggil siswa perwakilan masing-masing kelompok dengan nomor dada siswa secara urut. kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab pertanyaan. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil jawaban dari anggota kelompok lain. Kemudian siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dalam game dengan benar maka diberikan poin bagi kelompoknya. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa. Kemudian siswa bersama guru melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan PR. Setelah selesai pembelajaran berakhir, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. b. Pertemuan II Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II dilaksanaan pada hari selasa tanggal 01 April 2014. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan mengoreksi PR. Setelah selesai guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya. Kemudian menanyakan guru bertanya kepada siswa pernahkah siswa menemui bilangan atau angka yang terdapat koma. Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju materi pembelajaran yaitu membulatkan pecahan desimal dan operasi hitung pecahan desimal. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

55 Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan kegiatan inti yaitu guru menjelaskan sekilas tentang materi tentang operasi hitung pecahan, membulatkan pecahan desimal serta operasi hitung desimal. Setelah penjelesan materi guru memberikan latihan soal di papan tulis, kemudian beberapa siswa diminta untuk maju mengerjakan soal latihan di papan tulis. Selanjutnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 5-7 siswa. Anggota kelompok dibagi secara heterogen. Siswa diminta bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap anggota diberi nomor 1-7. Guru memberikan LKS berisi pertanyaan mengenai pembulatan dan operasi hitung pecahan desimal. Selanjutnya siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan LKS selanjutnya diadakan game. Guru memanggil siswa perwakilan masing-masing kelompok dengan nomor dada siswa secara urut. kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab pertanyaan. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil jawaban dari anggota kelompok lain. Kemudian siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dalam game dengan benar maka diberikan poin bagi kelompoknya. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan. Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan soal evaluasi berbentuk pilihan ganda sebagai tes siklus II. 4.3.3 Observasi a. Pertemuan I Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan I berlangsung, peneliti meminta bantuan Observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir

56 pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut meliputi item untuk mengamati aktivitas guru dan siswa. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik. Guru telah menjelaskan materi dengan baik. Dalam membimbing siswa sudah baik terlihat semua kelompok sudah dibimbing. Saat guru menunjuk salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan, siswa sudah berani menjawab. Dalam menyimpulkan telah melibatkan siswa. Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah memperhatikan dengan baik. Ketika guru meminta siswa bergabung dengan kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat bekerjasama dan saling membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah baik dan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik. Dari observasi yang dilakukan bahwa guru telah menerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan baik dikarenakan siswa terbiasa dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT. b. Pertemuan II Pada siklus II pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik hal ini dapat dibuktikan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik. Guru telah menjelaskan materi dengan baik. Dalam membimbing siswa sudah baik terlihat semua kelompok sudah dibimbing. Saat guru menunjuk salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan, siswa sudah berani menjawab. Dalam menyimpulkan talah melibatkan siswa. Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah memperhatikan dengan baik. Ketika guru meminta siswa bergabung dengan kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat bekerjasama dan saling membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah baik dan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik

57 4.3.4 Hasil Tindakan Siklus II 4.3.4.1 Hasil Observasi Keaktifan a. Pertemuan I. Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi kerjasama pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi kerjasama yang diambil dari indikator keterampilan kooperatif seperti pada siklus I. Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan TGT diperoleh hasil observasi/pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil keaktifan Siklus II Pertemuan I No Interval Nilai Frekuensi Kategori Keaktifan 1 85 100 9 Sangat Tinggi 2 72 82 6 Tinggi 3 58 71 15 Sedang 4 44 57 1 Rendah 5 30 43 0 Sangat Rendah Nilai Rata-rata 78,70 Nilai Tertinggi 100 NIlai Terendah 50 Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui rata-rata hasil keaktifan siswa 78,70. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Dari hasil observasi dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II pertemuan I rata-rata kurang dari 80 sesuai dengan indikator kebehasilan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil nilai rata-rata observasi keaktifan pada siklusi II pertemuan I penerapan pembelajaran kooperatif

58 tipe TGT belum mencapai indikator keberhasilan keaktifan yang ditentukan oleh peneliti. b. Pertemuan II. Hasil tindakan pada siklus II pertemuan II yang diperoleh berdasarkan lembar hasil observasi keaktifan dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan TGT diperoleh hasil observasi/ pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil keaktifan Siklus II Pertemuan II No Interval Nilai Frekuensi Kategori Keaktifan 1 85 100 12 Sangat Tinggi 2 72 82 7 Tinggi 3 58 71 12 Sedang 4 44 57 0 Rendah 5 30 43 0 Sangat Rendah Nilai Rata-rata 82,25 Nilai Tertinggi 100 NIlai Terendah 60 Dari tabel 4.9 di atas dapat diketahui rata-rata keaktifan siswa 82,25. Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Dari hasil observasi penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II pertemuan II rata-rata lebih dari 80 sesuai dengan indikator keberhasilan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil skor rata-rata observasi keaktifan pada siklus II pertemuan II penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT sudah mencapai indikator keberhasilan keaktifan yang ditentukan oleh peneliti.

59 c. Rekap hasil observasi keaktifan siklus II Hasil keaktifan siswa pada siklus I ini terdiri dari II pertemuan, jika dilihat dari masing-masing pertemuan, dari pertemuan I, dan II terjadi adanya peningkatan dari aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran dan pada setiap pertemuan aspek keaktifan siswa yang mengalami peningkatan pada pertemuan berikutnya dibandingkan sebelum dilaksanakan tindakan. Hal ini terlihat dari peningkatan aspek indikator keaktifan yang meningkat dari setiap pertemuan. Ini disebabkan karena siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok, siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab, berdiskusi dalam kelompok dan aktif mengemukakan pendapat ataupun menerima pendapat. Secara kesuluruhan proses pembelajaran sudah baik sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran siswa aktif dalam pembelajaran. Dari kedua pertemuan tersebut maka dimbil rata-rata dalam satu silkus. Hasil rata-rata observasi dapat dilihat pada sebagai berikut: Tabel 4.9 Rekap Hasil Keaktifan Siklus II No Pertemuan Rata-rata Keaktifan 1 Pertemuan 1 78,70 2 Pertemuan 2 82,25 Jumlah 160,95 Rata-rata 80,47 Dari tabel 4.9 di atas dapat diketahui rata-rata keaktifan siswa adalah 80,47. Dari hasil observasi yang dilakukan observer pada keseluruhan kegiatan pembelajaran siklus II berdasarkan hasil observasi keaktifan memperoleh skor rata-rata 80,47. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kegiatan pembelajaran pada siklus II rata-rata lebih dari 80 sesuai dengan indikator keberhasilan. Dari hasil diatas maka indikator keberhasilan peneliti sudah tercapai.

60 4.3.4.2 Hasil belajar siswa Setelah dilaksanakan tindakan dalam pembelajaran TGT, guru memberikan evaluasi secara tertulis kepada siswa pada akhir siklus II pada pertemuan II. Dari hasil belajar siswa siklus I dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada hasil rekap nilai tes evaluasi siswa tindakan siklus I terdapat 26 siswa tuntas dan 5 siswa tidak tuntas. Hasil nilai yang diperoleh siswa dilaksanakan tindakan siklus II terdapat 28 siswa tuntas dan 3 siswa tidak tuntas, artinya ada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meskipun pada siklus II tidak semua siswa mencapai KKM (67) namun ada peningkatan dan sudah mencapai indicator keberhasilan. Dari jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas pada siklus II dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 4.10 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II No Interval Nilai Frekuensi Persen (%) Keterangan 1 97 100 10 32,25 % Tuntas 2 91 96 4 12,90 % Tuntas 3 85 90 8 25,80 % Tuntas 4 79 84 2 6,45 % Tuntas 5 73 78 1 3,22 % Tuntas 6 67 72 3 9,67 % Tuntas 7 66 3 9,67 % Tidak Tuntas KKM 67 28 90 % Tuntas KKM 67 3 10 % Tidak Tuntas Jumlah 31 100 % Maksimal 100 Minimal 45

61 Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa perolehan nilai Siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM (67) sebanyak 28 siswa atau 90%, sedangkan yang belum mencapai KKM (67) sebanya atau 10%. Nilai terendah 45 dan nilai tertinngi 100. Berdasarkan Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.10 dapat digambarkan dalam grafik lingkaran sebagai berikut: ` 10% tuntas 90% belum tuntas Gambar 4.3 Persentase Nilai Siklus II Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan. Dari hasil tes evaluasi siklus II diperoleh siswa yang tumtas 28 siswa atau 90% dari siswa keseluruhan. Berdasarkan indikator keberhasilan bahwa 80% siswa nilai diatas KKM (67) maka dapat disimpulkan pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan sesuai dengan yang diinginkan peneliti. 4.3.5 Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan I dan II maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas IV. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran kooperatif tipe TGT bagi guru kelas, siswa, dan peneliti.

62 Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan baik, bagi siswa pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta dengan kerjasama kelompok siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti. Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari pembelajaran TGT. Setelah selesai pembelajaran pada siklus II pertemuan II maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil observasi keaktifan siswa dengan rata-rata dalam siklus II yaitu 80,47. Sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian ratarata pada keaktifan siswa penulis memberikan patokan 80. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa, indikator keberhasilan yang ditentukan sudah tercapai indikator yang telah ditentukan. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan KKM= 67 maka diperoleh sebanyak 28 dengan prosentase 90% siswa tuntas artinya 90% siswa telah tuntas dan rata-rata dari jumlah keseluruhan 90. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa, peneliti memberikan patokan 80% dari jumlah keseluruhan siswa dinyatakan hasil belajarnya meningkat yaitu dengan mencapai nilai 67. Dari hasil evaluasi siswa pada siklus II ternyata ketuntasan siswa baru mencapai 90%. Artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang ditentukan hasil evaluasi tertulis siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan penulis. Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut: 1. Rancangan pembelajaran sudah terprogram 2. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT 3. Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, kerjasama siswa lebih meningkat. 4. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai. 5. Siswa lebih aktif didalam proses pembelajaran.

63 4.4 Analisis Data Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II Berikut ini dapat dilihat tabel nilai sebelum tindakan, siklus I dan siklus II serta rekapitulasi pengelompokkan nilai keaktifan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil keaktifan siswa PraSiklus, Siklus I, Siklus II Statistik Deskriptif Nilai Tindakan PraSiklus Siklus I Siklus II Rata-rata 60,32 69,99 80,47 Nilai Terendah 30 50 60 Nilai Tertinggi 80 100 100 Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui rata-rata keaktifan siswa kelas PraSiklus 60,32. Nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 80. Pada siklus I nilai rata-rata keaktifan siswa diperoleh sebesar 69,99. Nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Pada siklus II, nilai rata-rata keaktifan siswa diperoleh sebesar 80,47. Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa setelah tindakan siklus I dan Siklus II ada peningkatan dan menjadi lebih baik dibandingkan sebelum diberi tindakan pembelajaran menggunakan TGT. Dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan siswa dalam setiap siklusnya melalui grafik rata-rata keaktifan siswa sebagai berikut:

64 100 keaktifan 80 60 40 20 0 Prasiklus Siklus I Siklus II Gambar 4.4 Pengelompokan Rata-Rata Keaktifan Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Analisis data kuantitatif yang berasal dari hasil belajar siswa saat prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 akan disajikan dalam sebuah tabel dan grafik. Perbandingan ketuntasan siswa kelas IV saat prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.12 Rekap Ketuntasan Siswa PraSiklus, Siklus I, Siklus II Prasiklus Siklus I Siklus II kriteria Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen siswa % siswa % siswa % Tuntas 9 29 26 84 28 90 Tidak tuntas 22 71 5 16 3 10 Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan menjadi: Klasifikasi tuntas artinya nilai 67 Klasifikasi tidak tuntas artinya nilai 67 Dari tabel 4.12 rekapitulasi pengelompokkan nilai diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 9 orang.

65 Sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 26 siswa dan siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 26 siswa atau semua siswa tuntas. Pada klasifikasi tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 22 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran Matematika, setelah siklus I terdapat 5 siswa tidak tuntas dan siklus II terdapat 3 siswa tidak tuntas. Ini membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa meningkat dalam setiap siklusnya. Berdasarkan table 4.14 diatas tentang siswa tuntas dan tidak tuntas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Frekuensi 30 25 20 15 10 5 0 Peningkatan Ketuntasan Belajar Tuntas Tidak Tuntas Pra siklus Siklus I Siklus II Gambar 4.5 Pengelompokkan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pada Tabel 4.12 dan diagram linear 4.5 menunjukkan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar dan menurunya jumlah siswa yang tidak tuntas. 4.5 Pembahasan Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Blotongan 02 ditemukan bahwa tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman siswa tentang materi pecahan belum

66 menekankan pada aspek keterampilan kerjasama siswa dalam kelompok. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, siswa lebih cenderung mendengarkan ceramah guru sehingga siswa terkesan bosan pada proses pembelajaran. Siswa masih banyak yyang pasif dalam mengikuri pelajaran. Siswa terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran Matematika rendah. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 60. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) hanya 9 siswa atau 29% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 22 siswa atau 71%. Nilai tertinggi yang didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 98 sedangkan nilai terendahnya adalah 10. Berdasarkan observasi keaktifan menunjukan keaktifan siswa rendah dapat diketahui rata-rata keaktifan siswa kelas PraSiklus adalah 60. Nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 80. Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat memahami materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja, karena ke-28 siswa ini memang mempunyai kemampuan dalam belajar yang lebih baik dibandingkan teman-temannya walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 3 siswa yang lain belum bisa memahami materi yang disajikan oleh guru karena kemampuan mereka dalam belajar mereka rendah. Pemahaman materi dalam pembelajaran mereka rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Setiap individu siswa mempunyai faktor yang berbeda. Menurut informasi dari guru kelas IV, siswa satu mengalami pemahaman materi pembelajaran dikarenakan siswa banyak mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti mengikuti berbagai lomba karate, sehingga waktu untuk belajarnya kurang. Menurut informasi dari guru kelas IV dan riwayat nilai dari kelas 1, siswa dua mengalami pemahaman materi yang rendah karena memang siswa tersebut tergolong low learned terbukti dari kelas 1 ia selalu mendapat nilai yang rendah. Menurut guru kelas IV dan observasi oleh peneliti, siswa tiga mengalami pemaham materi pembelajaran rendah kare siswa tersebut hiperaktif, sehingga ia tidak bisa fokus

67 terhadap pembelajaran mengakibatkan perolehan hasil belajar yang rendah. Adanya tiga siswa yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan tindakan yaitu pendekatan terhadap siswa dan menyesuaikan pembelajaran dengan karakter siswa tersebut, dan bila diperlukan guru sebaiknya memberikan tambahan pelajaran bagi siswa tersebut agar siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran. Peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa didapatkan dari hasil perolehan nilai siklus I dan II adalah sebagai berikut: a. Siklus I Pada Siklus I dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan observasi keaktifan didapat nilai rata-rata keaktifan adalah 69,83. Nilai terendah yaitu 50 dan nilai tertinggi 100. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=67) sebanyak 26 siswa atau 84% dan terdapat 5 siswa atau 16% yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 76,77 sedangkan nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendah adalah 60. b. Siklus II Pada Siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT berdasarkan observasi keaktifan didapat rata-rata keaktifan adalah 80,47. Nilai terendah yaitu 60 dan nilai tertinggi 100. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=67) sebanyak 28 siswa atau 90% dan yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=67) sebanyak 3 siswa atau 10%. Nilai rata-ratanya adalah 87,41 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 45. Dari uraian diatas dapat dilihat kondisi PraSiklus rata-rata keaktifan 60 dan terdapat 9 siswa tuntas dari 31 siswa. Pada Siklus I dengan rata-rata keaktifan 69,83 dan terdapat 26 siswa tuntas dari 31 siswa. Pada Siklus II dengan rata-rata kerjasama 80.47 dan 28 siswa tuntas dari 31. Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT baik digunakan untuk siswa yang belum tuntas maupun yang sudah tuntas. Dengan pembelajaran yang dilakukan menunjukan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat.

68 Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT membutuhkan partisipasi dan kerjasama siswa. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial dan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai tujuan utama dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Rusman, 2011: 209). Berdasarkan perolehan nilai keaktifan dan hasil belajar yang didapatkan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih menekankan pada aspek aktivitas dan keterampilan kerjasama siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk memudahkan siswa memahami materi sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa siswa kelas IV SD N Blotongan 02 semester II Tahun 2013/2014.