STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAMUR TIRAM PUTIH (PLEUROTUS OSTREATUS) DI KABUPATEN REJANG LEBONG (STUDI KASUS UD. MEKAR SARI)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

VII. FORMULASI STRATEGI

METODOLOGI PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODOLOGI KAJIAN

PENENTUAN STRATEGI BISNIS DI ATMOSPHERE CAFÉ DENGAN MENGGUNAKAN METODE QSPM

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

3. METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

METODOLOGI PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI BALI

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung)

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KERIPIK BUAH DI UKM VANESHA FRUIT CHIPS MALANG JAWA TIMUR

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB 3 METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR PARTY PARTNER MARKET DEVELOPMENT STRATEGY OF PARTY PARTNER

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN MANISAN CARICA CV YUASAFOOD KABUPATEN WONOSOBO

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. industri tersebut sangat membutuhkan informasi dan kreativitas dengan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis, L) KLON UNGGUL DI KECAMATAN BIREM BAYEUN KABUPATEN ACEH TIMUR

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG MERAH GORENG PO MEKAR WANGI DESA TARAJU, KECAMATAN SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN. Oleh UUM SUMIATI H

Pengembangan Ekonomi Lokal Batik Tegalan: Pendekatan Swot Analisis Dan General Electrics

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

FORMULASI STRATEGI MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI KULINER PADA EINS BISTRO & BOUTIQUE DI BANDUNG *

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

Strategi Bertahan Pelaku Usaha Kecil Tahu Cibuntu

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

Transkripsi:

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAMUR TIRAM PUTIH (PLEUROTUS OSTREATUS) DI KABUPATEN REJANG LEBONG (STUDI KASUS UD. MEKAR SARI) AGRIBUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY OYSTER MUSHROOM WHITE CASE IN REGENCY REJANG LEBONG (CASE STUDIES UD. MEKAR SARI) Febri Nur Pramudya, SP.,M.Si Program Studi Agribisnis, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Rejang Lebong ABSTRACT This study was conducted to determine the right strategy to develop agribusiness white oyster mushroom in Rejang Lebong, analysis tools used in this study is the SWOT matrix and QSPM matrix. Respondents in this study were as many as 10 experts from their respective fields. From the research results, obtained 12 strategies from the SWOT matrix, then there are three strategies QSPM processed using a matrix to get the best. strategy 3, this is the increased use of technology to improve the quality and quantity of oyster mushroom production with value 2,747, which was selected second strategy is to Improve the type of processed products with nilai2,463 oyster mushroom, and the third strategy is creating market information services with a value of 3,479. Expected from the various factors that have been, UD. Sari blooms can choose the one most appropriate strategy for the development of their businesses. Keywords: Development strategy, SWOT, QSPM PENDAHULUAN Jamur adalah salah satu komoditas hortikultura yang dapat digunakan untuk pangan dan nutraceutical (makanan dan minuman untuk pencegahan dan pengobatan penyakit). Budidaya jamur memiliki prospek yang cukup cerah di Indonesia karena kondisi alam yang sangat mendukung, selain itu bahan baku untuk membuat substrat atau log tanam jamur cukup berlimpah. Sentra agribisnis pada Kabupaten Rejang Lebong salah satunya jamur merupakan salah satu bentuk upaya pembangunan wilayah. Subsistem hulu, usaha tani, hilir pemasaran dan penunjangnya dikembangkan seoptimal mungkin untuk memberi kontribusi yang berarti bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat khususnya petani jamur. Sejak tahun 2009 usaha jamur mulai menarik perhatian untuk dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong sebagai usaha utama maupun usaha sampingan. Prospek usaha jamur cukup menjanjikan untuk dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong.. Teknologi budi daya jamur pun mudah untuk dipelajari, serta resiko kegagalannya yang rendah. Dari rumusan masalah di atas, dihasilkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah (a) mengetahui internal apa saja dalam melakukan strategi ini (b) mengetahui eksternal apa saja dalam melakukan strategi ini (c) memilih strategi yang tepat untuk

Strategi Pengembangan Agribisnis Jamur Tiram. (Febri Nur Pramudya) mengembangkan usaha jamur putih UD. Mekar Sari di Kabupaten Rejang Lebong. METODE PENELITIAN Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yakni di Kabupaten Rejang Lebong. Didasarkan pada pertimbangan bahwa di Kabupaten Rejang Lebong terdapat satu-satunya petani jamur yang melakukan pembudidayaan dan pengolahan jamur putih, yakni Usaha Mekar Sari. Responden Penelitian ini dilakukan terhadap Industri Jamur Tiram Putih Mekar Sari yang berada di Kabupaten Rejang Lebong. Narasumber dalam penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja) dan meliputi : Tabel 1. Pakar Terlibat Dalam Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih Stakeholde r Instansi Jumlah (Org) Pemerintah Pengusaha A Akademisi Dinas Pertanian Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pemerintah Daerah Rejang Lebong Dinas Koperasi Pengusaha(unit budidaya dan pengolahan Industri Jamur Tiram Putih Mekar Sari) Dosen Universitas 1 1 1 1 1 5 Bengkulu 10 Jumlah Analisis data dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal berupa ISSN : 1412-4262 1521 kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dianalisis secara kualitatif. Setelah mengetahui faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka dilakukan pembobotan. Pembobotan dilakukan untuk menentukan prioritas dari identifikasi faktor-faktor internal, sedangkan pengolahan dan analisis kuantitatif digunakan dengan alat batu komputer melalui program Microsoft Excel, yang kelak akan menghasilkan matrik EFE dan matrik IFE (David, 2004). Berikutnya adalah matriks SWOT, yang diperoleh dari hasil identifikasi Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) yaitu berupa kekutan dan kelemahan dan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) yaitu berupa peluang dan ancaman yang nantinya akan menghasilkan alternative-alternatif strategi (David, 2006). Tahap terakhir dalam perumusan strategi adalah tahap keputusan, QSPM adalah alat yang membantu untuk menentukan strategi yang terbaik dari alternative strategi yang telah dimiliki sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Faktor Internal Faktor internal menggambarkan tentang lingkungan perusahaan, menurut David (2004) membagi fungsional bisnis untuk analisis internal terdiri dari lima variable analisis, yakni: a) manajemen, b) pemasaran, c) keuangan, d) produksi atau operasi, e) penelitian dan pengembangan, dan f) sistem informasi manajemen (SIM). Penilaian Faktor Identifikasi Internal Penilaian faktor identifikasi internal ini dilakukan oleh 10 orang, yakni 1 orang pelaku usaha yang tergabung dalam UD.

1522 Mekar Sari, 4 orang oleh pihak pemerintah daerah yakni Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, dinas koperasi dan 5 orang dari pakar akademik yakni dosen Universitas Bengkulu. Penilaian tersebut dapat dilihat pada lampiran. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Identifikasi faktor internal mencakup kekuatan (strenght) dan kelemahan (weakness) yang berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Hasil pembobotan dan pemberian rating dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Usaha Jamur Faktor-faktor strategis Internal Bobot Rating Skor KEKUATAN Sektor Hulu Kualitas bibit jamur putih) 0,055 4,333 0,24 Kemudahan memperoleh sekam 0,05 4 0,199 Kesesuaian agroklimat untuk budidaya jamur 0,055 4 0,221 Pengolahan produk oleh petani jamur 0,056 3,667 0,205 sendiri Kualitas dan kuantitas bahan baku 0,056 3 0,168 Potensi nilai tambah dari pengolahan 0,053 4,667 0,249 produk/pasca panen Sektor Hilir Orientasi usaha menuju agribisnis 0,057 3,333 0,191 Posisi tawar petani jamur dalam 0,047 3,333 0,157 pemasaran produk stabil Ketersediaan dukungan finansial/modal dari 0,05 3,667 0,182 perbankan KELEMAHAN Sektor Hulu Kurangnya kemampuan mengadakan bibit 0,036 2,667 0,097 jamur kontuinitas pasokan bibit rendah 0,032 1,667 0,053 Tidak adanhya manajerial petani jamur 0,029 2,667 0,078 keragaman produk olahan rendah 0,036 2,667 0,097 perlakuan penyimpanan produk seadanya 0,029 2 0,059 Ketepatan penggunaan teknologi dalam 0,029 2,667 0,078 proses pasca panen rendah Sektor Hilir Segmentasi konsumen produk jamur 0,135 3,667 0,494

Strategi Pengembangan Agribisnis Jamur Tiram. (Febri Nur Pramudya) ISSN : 1412-4262 1523 belum ada Kurangnya promosi penjualan produk 0,121 3,667 0,442 Kurangnya Ketersediaan dukungan teknis 0,117 3,333 0,389 dari pemerintah/tenaga ahli TOTAL 1 3,599 Sumber Hasil Pengolahan Data Primer (2014) Dari Tabel IFE tersebut diketahui bahwa total nilai tertimbang adalah 3,599. Saat ini bahwa petani dapat merespons kekuatan dan kelemahan dengan baik, yaitu dapat memanfaatkan kekuatan yang ada dan meminimalisasi kelemahan internal. Identifikasi Faktor Eksternal Faktor eksternal menggambarkan tentang lingkungan luar dari perusaaan, dalam hal ini berkaitan dengan lingkungan makro yang terbagi menjadi 5 kategori, yakni: a) kekuatan ekonomi, b) kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, c) kekuatan politik, pemerintah dan hukum, d) kekuatan teknoogi, dan e) kekuatan persaingan. Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal yang dimiliki dalam pengembangan usaha jamur putih UD. Mekar Sari di Kabupaten Rejang Lebong.. Penilaian Faktor Identifikasi Eksternal Penilaian faktor identifikasi eksternal ini dilakukan oleh 10 orang. Dapat terlihat nilai skor yang menunjukkan peluang dan ancaman dari pengembangan usaha jamur putih UD. Mekar Sari. Dalam hal ini, ditentukan berdasarkan kriteria yang telah disusun. Setelah dinilai dan mendapatkan peluang dan ancaman dari perusahaan, maka tahap selanjutnya ialah pembobotan dari masing-masing faktor. Eksternal Faktor Evaluation (EFE) Analisis matriks EFE merupakan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap jamur putih UD. Mekar Sari. Pembobotan dilakukan oleh 3 orang responden yang merupakan pakar dalam hal ini ialah dinas pertanian dan dosen dari Universitas Bengkulu. Skor bobot akan didapatkan dari hasil bobot yang dinilai oleh ke-3 responden, kemudian dikalikan dengan skor penilaian yang telah dilakukan. Tabel 3. Matrik Evaluasi Faktor Eksternal Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih UD. Mekar Sari di Kabupaten Rejang Lebong Faktor-faktor strategis eksternal BOBOT RATING SKOR PELUANG Sektor Hulu Tidak adanya persaingan sesama petani jamur 0,059 4,333 0,256 Masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan 0,051 3 0,153 jamur Tingginya keinginan masyarakat dalam 0,050 3,667 0,183 mengkonsumsi jamur

1524 Tingginya inovasi produk olahan 0,031 3,667 0,114 Resiko produk petani jamur cukup rendah 0,026 2,667 0,069 Tidak ada persaingan penjualan produk lokal 0,059 2,333 0,138 dengan produk wilayah lain Sektor Hilir Masih terbukanya pasar produk petani jamur 0,065 4 0,260 Prospek pasar dan harga produksi jamur 0,077 3,667 0,282 relatif meningkat Permintaan produk berbahan baku jamur yang terus 0,067 4 0,268 meningkat ANCAMAN Sektor Hulu Kenaikan harga bahan baku, tarif listrik dan PDAM 0,126 1 0,126 Daya tarik jenis jamur lainnya 0,118 2 0,236 Persaingan antar daerah dalam menghasilkan jamur 0,103 1,667 0,172 Penanggulangan limbah produksi pascapanen 0,133 1,667 0,222 Tidak tersedianya informasi penanganan limbah 0,103 1,667 0,172 produksi yang baik daya tarik inovasi jamur olahan lainnya 0,111 1,333 0,148 Sektor Hilir Kurangnya perhatian pemerintah dalam pemasaran 0,118 1 0,118 jamur Berkembangnya teknologi dan informasi yang 0,103 1,667 0,172 semakin pesat (IPTEK) Tarif pajak izin usaha dalam pengembangan usaha 0,087 1,667 0,145 jamur TOTAL 1 3,233 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (2014) Analisis Strategi Sektor Hulu Dari Tabel EFE tersebut diketahui Menggunakan Matriks SWOT total nilai tertimbang adalah3,233. Berarti, Analisis matriks SWOT saat ini bahwa petani dapat merespons menggunakan hasil analisis dari matriks peluang dan ancaman dengan baik. EFE dan matriks IFE. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Strategi Pengembangan Agribisnis Jamur Tiram. (Febri Nur Pramudya) ISSN : 1412-4262 1525 Tabel 4. Matriks SWOT Sektor Hulu Pengembangan Usaha Jamur Tiram No. Faktor Internal Utama Sektor Hulu Faktor Eksternal Utama Sektor Hulu Strategi Kekuatan (S) Peluang (O) Strategi S-O 1 Kualitas bibit jamur 2 Kesesuaian agroklimat untuk budidaya jamur 3 Kemudahan memperoleh sekam Tidak adanya persaingan sesama petani jamur Masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan jamur Keinginan masyarakat dalam mengkonsumsi jamur Peningkatan kapasitas produksi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi usaha (S1,S3,03) Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi W-O 1 Tidak adanya manajerial petani jamur 2 Kontuinitas pasokan bibit rendah Tidak adanya persaingan sesama petani jamur Masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan jamur Peningkatan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jamur (W3,O1,O2,O3) 3 Kurangnya kemampuan mengadakan bibit Keinginan masyarakat dalam mengkonsumsi jamur jamur Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diperoleh beberapa alternative strategi yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Alternatif strategi yang diperoleh adalah: Strategi S-O - Peningkatan kapasitas produksi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi usaha Pengembangan budidaya jamur putih di Kabupaten Rejang Lebong dilakukan dengan upaya peningkatan kapasitas produksi melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. Strategi W-O Peningkatan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jamur. Skala usaha yang masih mikro tidak menuntut teknologi dan proses yang sesuai dengan standar yang umum ada seperti di daerah yang telah lama membudidayakan jamur. Proses produksi bibit masih tradisional, peralatan pembibitan yang seadanya dalam skala kecil, tingginya kontaminasi/ kerusakan proses produksi, tata letak ruang pembibitan diluar standar lab, dan perlakuan penyimpanan produk seadanya merupakan kelemahan sistem agribisnis jamur. Infrastruktur penunjang pengembangan produk jamur yang ada di Kabupaten Rejang Lebong baru

1526 pada fasilitas jalan yang cukup baik satu tahun terakhir. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang telah disebutkan tadi adalah peningkatan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jamur. No. Faktor Internal Utama Sektor Hulu Faktor Eksternal Utama Sektor Hulu Strategi Kekuatan (S) Ancaman (T) Strategi S-T 1 Kualitas bibit jamur 2 Kesesuaian agroklimat untuk budidaya jamur 3 Kemudahan memperoleh sekam Kenaikan harga Bahan bakar, tarif listrik, dan PDAM Daya tarik jenis jamur lainnya Persaingan antar daerah dalam menghasikan jamur Penjaminan bibit jamur berkualitas oleh pemerintah daerah (S3,T2,T3) Kelemahan (W) Ancaman (T) Strategi W-T 1 Tidak adanya manajerial petani jamur 2 Kontuinitas pasokan bibit rendah 3 Kurangnya kemampuan mengadakan bibit jamur Strategi S-T Penjaminan bibit jamur berkualitas oleh pemerintah Penyediaan bibit jamur yang berkualitas yang langsung diawasi dan diselenggarakan oleh pemerintah perlu dilakukan agar dapat Kenaikan harga Bahan bakar, tarif listrik, dan PDAM Daya tarik jenis jamur lainnya Persaingan antar daerah dalam menghasilkan jamur Dukungan penyuluhan,teknis dan finansial dalam pengembangan jamur dari pemerintah daerah (W1,W2,W3,T1,T2,T3) meningkatkan kapasitas produksi jamur itu sendiri. Selama ini kualitas bibit yang dibudidaya oleh petani merupakan bibit yang asal-asalan, tidak diawasi dengan standar mutu yang ketat, sehingga hasil panen jamur juga tidak berjalan dengan maksimal.

Strategi Pengembangan Agribisnis Jamur Tiram. (Febri Nur Pramudya) Strategi W-T Dukungan Teknis Dan Finansial Dalam Pengembangan Jamur Dari Pemerintah ISSN : 1412-4262 1527 Dukungan teknis dan finansial dalam pengembangan jamur dari pemerintah dan para stakeholder sangat dibutuhkan dalam menjamin keberhasilan pengembangan budidaya jamur di Kabupaten Rejang Lebong di masa mendatang.. Tabel 5. Matriks SWOT Pengembangan Usaha Jamur No. Faktor Internal Utama Faktor Eksternal Utama Strategi Kekuatan (S) Peluang (O) Strategi S-O 1 Pengolahan produk oleh petani jamur 2 Kualitas dan kuantitas bahan baku 3 Potensi nilai tambah dari pengolahan produk/pasca panen Tingginya inovasi produk olahan Peningkatan kapasitas bersaing petani jamur melalui kelembagaan (S1,S2,S3,O1,O2,O3) Resiko produk petani jamur cukup rendah Tidak adanya Persaingan penjualan produk lokal dengan produk wilayah lain Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi W-O 1 Ketepatan penggunaan teknologi dalam proses pasca panen 2 Keragaman produk olahan rendah 3 Perlakuan penyimpanan produk seadanya Strategi S-O Peningkatan kapasitas bersaing petani jamur melalui kelembagaan Kapasitas atau kemampuan bersaing petani jamur melalui kelembagaan perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar petani jamur memiliki kemampuan negosiasi terutama dalam penetapan harga jual jamur. anggota Tingginya inovasi produk olahan Resiko produk petani jamur cukup rendah Tidak adanya Persaingan penjualan produk lokal dengan produk wilayah lain Rekrutmen dan pengadaan peran penyuluh pertanian pada komoditi jamur olahan (W1,W2,W3,O1,O2,O3) dalam kelompok tersebut saling terkoordinasi dengan baik. Stategi W-O Rekrutmen dan pengadaan peran penyuluh pertanian pada komoditi jamur.

1528 Salah satu kelemahan terbesar sistem agribisnis jamur di Kabupaten Rejang Lebong kurang tersedianya dukungan program pemerintah, secara otomatis diikutkan dengan tidak tersedianya juga dukungan teknis penyuluh untuk jamur. No. Faktor Internal Utama Faktor Eksternal Utama Sektor Agroindustri Strategi Kekuatan (S) Ancaman (T) Strategi S-T 1 Pengolahan produk oleh petani jamur sendiri 2 Kualitas dan kuantitas bahan baku 3 Potensi nilai tambah dari pengolahan produk/pasca panen Daya tarik usaha jamur jenis olahan lainnya Penanggulangan limbah produksi pasca panen Tidak tersedianya informasi penanganan Meningkatkan jenis produk olahan jamur (S1,S2,,T1) limbah produksi pascapanen Kelemahan (W) Ancaman (T) Strategi W-T 1 Ketepatan penggunaan teknologi dalam proses pasca panen 2 Keragaman produk olahan rendah Daya tarik usaha jamur jenis olahan lainnya Penanggulangan limbah produksi pasca panen Meningkatkan pelatihan dan pengembangan SDM aparatur dan petani yang berwawasan agribisnis dari pemerintah maupun lembaga pendukung lainnya. (W1,T2,T3) 3 Perlakuan penyimpanan produk seadanya Tidak tersedianya informasi penanganan limbah produksi pascapanen Strategi S-T Meningkatkan jenis produk olahan jamur. Strategi ini diupayakan untuk mengatasi keragaman produk yang rendah, rendahnya inovasi produk olahan dan mulai adanya daya tarik usaha jamur jenis lain. Strategi W-T Meningkatkan pelatihan dan pengembangan SDM aparatur dan petani

Strategi Pengembangan Agribisnis Jamur Tiram. (Febri Nur Pramudya) ISSN : 1412-4262 1529 yang berwawasan agribisnis dari pemerintah maupun lembaga pendukung lainnya. Tabel 6. Matriks SWOT Sektor Hilir Pengembangan Usaha Jamur Tiram No. Faktor Internal Utama Sektor Hilir Faktor Eksternal Utama Sektor Hilir Strategi Kekuatan (S) Peluang (O) Strategi S-O 1 Orientasi usaha menuju Masih terbukanya Meningkatkan kapasitas produksi agribisnis pasar produk petani jamur untuk memenuhi permintaan pasar (S1,S2,S3,O1,O2,O3) 2 Posisi tawar petani Prospek pasar dan jamur dalam harga produksi jamur pemasaran produk terus meningkat stabil 3 Ketersediaan dukungan Permintaan produk finansial/modal dari berbahan baku jamur perbankan terus meningkat Kelemahan (W) Peluang (O) Strategi W-O 1 Segmentasi konsumen produk jamur belum ada 2 Kurangnya promosi penjualan produk 3 Kurang tersedianya dukungan teknis dari pemerintah/tenaga ahli Strategi S-O Meningkatkan Kapasitas Produksi Untuk Memenuhi Permintaan Pasar Peluang tingginya permintaan produk jamur dan tingginya animo masyarakat pada usaha jamur merupakan peluang terbesar lingkungan eksternal sistem agribisnis jamur yang juga didukung persaingan petani jamur yang kondusif, serta infrastruktur penunjang pengembangan jamur yang cukup baik dapat dimanfaatkan dengan kekuatan internal sistem agribisnis jamur. Masih terbukanya pasar produk petani jamur Prospek pasar dan harga produksi jamur terus meningkat Permintaan produk berbahan baku jamur terus meningkat Menciptakan layanan informasi pasar (W1,W2,W3,O1,O2,O3) Strategi W-O Menciptakan layanan informasi pasar Pasar jamur di Kota Bengkulu sudah memiliki segmentasi konsumen di cakupan pemasaran yang cukup luas.. Salah satu upaya untuk menghadapi keadaan tersebut adalah menciptakan layanan informasi pasar yang dapat diakses oleh pelaku agribisnis jamur agar kekuatan-kekuatan internal dalam strategi ini dapat dimanfaatkan maksimal

1530 No. Faktor Internal Utama Sektor Hilir Faktor Eksternal Utama Sektor Hilir Strategi Kekuatan (S) Ancaman (T) Strategi S-T 1 Orientasi usaha menuju agribisnis 2 Posisi tawar petani jamur dalam pemasaran produk stabil 3 Ketersediaan dukungan finansial/modal dari perbankan Tarif pajak izin usaha dalam pengembangan jamur Berkembangya teknologi dan informasi yang semakin pesat (IPTEK) Kurang perhatian pemerintah setempat dalam pengembangan jamur belum jelas Kelemahan (W) Ancaman (T) Strategi W-T 1 Segmentasi konsumen produk jamur belum ada 2 Kurangnya promosi penjualan produk Tarif pajak izin usaha dalam pengembangan jamur Berkembangya teknologi dan informasi yang semakin pesat (IPTEK) Kurangnya perhatian pemerintah setempat dalam pemasaran jamur 3 Kurang tersedianya dukungan teknis dari pemerintah/tenaga ahli Strategi S-T Kemudahan dan fasilitasi pemerintah terhadap usaha budidaya jamur Dalam usaha pengembangan budidaya jamur di Kabupaten Rejang Lebong, diperlukan dukungan dari pemerintah melalui instansi/dinas terkait. Upaya-upaya tersebut tidak hanya sebatas pemberian informasi dan pelatihan teknis saja namun lebih dari hal tersebut seperti fasilitas dalam bidang permodalan, fasilitas dalam bidang pemasaran, kemudahan mendapatkan perizinan dan sebagainya. Dukungan pemerintah tersebut perlu diriil-kan dengan memasukkan program budidaya jamur sebagai program unggulan daerah yang Kemudahan dan fasilitasi pemerintah terhadap usaha budidaya jamur (S1,S2,S3,T1,T2,T3) Melakukan promosi penjualan (W1,W2,T3) didukung dengan rutinitas untuk mengadakan penyuluhan bagi petani jamur. Strategi W-T Melakukan promosi penjualan. Kuranganya promosi penjualan produk agribisnis jamur dan perkembangan teknologi informasi yang belum mendukung, menyebabkan promosi penjualan harus dilakukan untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman tersebut. Promosi penjualan dapat dilakukan dengan pemasaran pertanian online.

Strategi Pengembangan Agribisnis Jamur Tiram. (Febri Nur Pramudya) Menentukan Urutan Prioritas Strategi Menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Pemilihan strategi dengan QSPM dilakukan oleh petani dan stakeholder sebagai pengambil keputusan dalam pengembangan usaha jamur di Kabupaten Rejang Lebong. Alternatifalternatif strategi yang telah dihasilkan diperingkatkan sesuai dengan Jumlah Total ISSN : 1412-4262 1531 Nilai Daya Tarik atau Sum Total Atractiveness Score (STAS). Semakin tinggi STAS, menunjukkan keputusan strategi. Adapun urutan prioritasyang dihasilkan oleh QSPM seperti pada Tabel 7 sebagai berikut: Tabel. 7 Matrix QSPM Sektor Hulu Pengembangan Jamur Tiram Putih ALTERNATIF STRATEGI SEKTOR HULU STAS PERINGKAT Peningkatan kapasitas produksi melalui intensifikasi dan 2,741 II ekstensifikasi usaha Peningkatan penggunaan teknologi untuk meningkatkan 2,747 I kualitas dan kuantitas produksi jamur Penjaminan bibit jamur berkualitas oleh pemerintah daerah 2,364 IV Dukungan penyuluhan,teknis dan finansial dalam 2,548 III pengembangan jamur dari pemerintah daerah ALTERNATIF STRATEGI AGROINDUSTRI STAS PERINGKAT Peningkatan kapasitas bersaing petani jamur melalui 2,284 III kelembagaan Rekrutmen dan pengadaan peran penyuluh pertanian pada 2,297 III komoditi jamur olahan Meningkatkan jenis produk olahan jamur 2,463 I Meningkatkan pelatihan dan pengembangan SDM aparatur 2,25 IV dan petani yang berwawasan agribisnis dari pemerintah maupun lembaga pendukung lainnya. ALTERNATIF STRATEGI HILIR STAS PERINGKAT Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi 3,101 III permintaan pasar Menciptakan layanan informasi pasar 3,479 I Kemudahan dan fasilitasi pemerintah terhadap usaha budidaya 3,19 II jamur Melakukan promosi penjualan 3,083 IV kualitas dan kuantitas produksi jamur Berdasarkan tabel diatas strategi terpilih yang tepat dilakukan oleh Usaha Mekar Sari dengan STAS 2,747 dan strategi sektor agroindustri Meningkatkan jenis produk Kabupaten Rejang Lebong untuk olahan jamur dengan STAS 2,463 mengembangkan usaha jamur putih yakni strategi sektor hulu Peningkatan serta sektor hilir Menciptakan layanan informasi pasar 3,479. penggunaan teknologi untuk meningkatkan

1532 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Faktor internal kekuatan utama sektor hulu adalah kualitas bibit jamur putih. Dari sektor agroindustri adalah potensi nilai tambah dari pengolahan produk/pasca panen. Pada sektor hilir orientasi usaha menuju agribisnis merupakan faktor tertinggi. Faktor kelemahan yang utama dari usaha pengembangan jamur putih pada sektor hulu di Kabupaten Rejang Lebong adalah kurangnya kemampuan mengadakan bibit jamur dan pada sektor agroindustri keragaman produk olahan rendah serta pada sektor hilir segmentasi konsumen produk jamur belum ada. 2. Faktor eksternal yang menjadi peluang dari sektor hulu terbesar yang dimiliki oleh petani jamur adalah tidak adanya persaingan sesama petani jamur. Sektor agroindustri adalah tidak adanya persaingan penjualan produk lokal dengan produk wilayah lain serta pada faktor sektor hilir prospek pasar dan harga produksi jamur relatif meningkat. Faktor dari sektor hulu usaha pengembangan jamur putih DAFTAR PUSTAKA David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Edisi Kesembilan. Prentice Hal. Indeks.Jakarta. David, Fred R. 2006. 2006. Manajemen Strategis. Buku 1 Edisi 10. Penerbit Salemba Empat Jakarta. di Kabupaten Rejang Lebong adalah daya tarik inovasi jamur olahan lainnya. Pada sektor agroindustrti yaitu penanggulangan limbah produksi pascapanen serta pada sektor hilir berkembangnya teknologi dan informasi yang semakin pesat (IPTEK). 3. Strategi yang tepat dilakukan oleh Usaha Mekar Sari Kabupaten Rejang Lebong untuk mengembangkan usaha jamur putih yakni strategi sektor hulu Peningkatan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jamur dengan nila STAS 2,747 dan strategi sektor agroindustri Meningkatkan jenis produk olahan jamur dengan nilai STAS 2,463 serta sektor hilir Menciptakan layanan informasi pasar 3,479. Saran Setiap subsistem agribisnis dapat menjalankan alternatif strategi yang telah disusun untuk menghasilkan kerjasama yang sinergi bagi pengembangan usaha jamur di Kabupaten Rejang Lebong. Subsistem budidaya dapat ditingkatkan agar dapat bekerjasama dan bersinergi dengan peningkatan subsistem yang lainnya Pratiwi, Putri Sekar, 2010. Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya.Jakarta Sumarsih,Sri.2010.Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram.Penebar Swadaya. Jakarta