BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB III METODE PENELITIAN

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Belajar IPA kelas IV Pada Prasiklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan pembelajaran akuntansi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I/ Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Bima Albert*

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus Keaktifan belajar siswa dikelas V SD Negeri Mangunsari 05 tergolong cukup aktif berdasarkan hasil observer yang dilakukan oleh peneliti menggunakan lembar observasi keaktifan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang digunakan guru dalam sehari-hari sebagian besar dilakukan ceramah. Kegiatan pembelajaran tanpa siswa dihadapkan pada permasalahan, media dan alat peraga, jadi dapat dikatakan bahwa pengajaran IPA merupakan pembelajaran hafalan dan tidak bermakna, tidak relevan dengan apa yang dihadapi siswa dalam kehidupannya sehari-hari.hasil observasi setiap siswa diolah berdasarkan langkah Naniek Sulistya Wardani, dkk. (2012:402) sehinga dapat digolongkan menjadi keaktifan belajar kategori kurang aktif (skor < 17), cukup aktif ( skor< 34), aktif (skor < 51), dan sangat aktif (skor < 68). Hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dapat dilihat pada tabel 4:1. Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Pra Siklus Kategori Frekuensi Persentase Keaktifan (%) Sangat aktif 3 10,71 Aktif 5 17,86 Cukup aktif 9 32,14 Kurang aktif 11 39,29 Jumlah 28 100 Rata-rata 32 39

40 Tabel 4.1. Siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 05 mempunyai kategori keaktifan yang sangat aktif adalah 3 siswa dengan persentase 10,71%, siswa kategori aktif ada 5 orang dengan persentase 17,86%, kemudian siswakategori cukup aktif ada 9 orang dipersentasekan 32,14%, dan siswa kategori kurang aktif ada 11 orang dengan persentase 39,29%. Rata-rata kelas dengan skor keaktifan hanya 32 dikategorikan cukup aktif. Lembar hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil belajar pra siklus sebelum diterapkan model pembelajaran TSTS dengan bantuan media konkrit dalam pelajaran IPA. Pra siklus diketahui bahwa dari total siswa yaitu 28 siswa, 18 siswa dinyatakan belum lulus KKM (70) yang ditetapkan sekolah, sementara yang tuntas baru mencapai 10 siswa. Hasil pra siklus disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Pra Siklus Keterangan Frekuensi Persentase (%) Tidak Tuntas 18 64.29 Tuntas 10 35.71 Jumlah 28 100 Berdasarkan tabel 4.2. Hasil belajar siswa mata pelajaran IPA yang tuntas sebanyak 10 siswa (35.71%), yang belum tuntas sebanyak 18 siswa (64.29%). Hasil perolehan tabel 4.2 tersebut disajikan dalam gambar 4.1 berikut ini:

41 70 60 50 40 30 20 10 0 64.29% PRA SIKLUS Tidak Tuntas Tuntas 35.71% Tidak Tuntas Tuntas Gambar 4.1 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Mangusari 05 Pra Siklus Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak lanjuti agar hasil belajar meningkat melalui penelitian tindakan kelas.penelitian tindakan kelas ini telah disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran TSTS dengan bantuan media konkrit yang dilaksanakan dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan). 4.2 Deskripsi Hasil Siklus I Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan Cahaya dan sifat-sifatnya sub pokok bahasan Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.siklusi ini dilakukan melalui dua kali pertemuan. 4.2.1 Perencanaan Tindakan Hasil evaluasi pra siklus menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat untukmeningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V.Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan pertemuan pertama ini adalah mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, tujuan pada LKS, lembar observasi siswa, guru dan keaktifan siswa, alat dan bahan untuk penelitian agar tujuan pembelajaran dapat terlakasana dengan baik.

42 4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I ini telah sesuai dengan yang direncanakan. Langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan cukup baik, pada kegiatan awal peneliti telah mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran, selanjutnya tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu: 1) Pertemuan I 1. Kegiatan Awal Menyiapkan mental siswa dengan cara mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengatur tempat duduk siswa, meminta siswa menyiapkan alat dan mengajak siswa untuk berdoa.membangun pandangan awal tentang sifat sifat cahaya Mengapa ikan dan bendabenda lain dapat terlihat jelas di dasar kolam yang berair jernih? Apakah air dapat ditembus cahaya?membangun motivasi dengan cara menyadarkan pentingnya cahaya dalam kehidupan sehari - hari, menyampaikan tujuan pembelajaran serta langkah langkah pembelajaran dengan menggunakan model two stay two stray.guru memberi penjelasan tentang langkah-langkah pembelajaran dengan model two stay two stray 2. Kegiatan Inti Melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentangtopik/tema materi IPA tentang sifat-sifat cahaya. Guru mengajak siswauntuk menggali pengetahuan siswa materi IPA tentang sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa.guru menjelaskan kepada siswa aturan berdiskusi dengan mengunakan model two stay two stray (dua tinggal dua tamu).membagi siswa kedalam kelompok kecil dengan model TSTS yakni dalam setiap kelompok ada 4 siswa.setiap kelompok di berikan lembar tugas, yang berupa sub materi pembelajaran dan LKS yang berbeda.setiap kelompok di berikan waktu selama 15 menit untuk memahami materi pembelajaran. Setiap kelompok memilih dua anak untuk menyampaikan materi ke kelompok lain (kelompok yang bertamu) sedangkan dua anak lagi

43 bertamu kekelompok lain untuk mencari informasi yang berbeda dari kelompoknya.siswa di berikan kesempatan diskusi kelompok untuk memperbandingkan dan membahas materi.memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secarakelompok.memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerjakelompok. 3. Kegiatan Akhir Guru bersama siswamenyimpulkan tentang pembelajaran yang telah dilakukan, siswa menerima pesan penyemangat dari guru berupa penegasan pesan moral untuk tekun, disiplin dan tanggung jawab dalam belajar. 2) Pertemuan II 1. Kegiatan Awal Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, Menyiapkan mental siswa dengan cara mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengatur tempat duduk siswa, meminta siswa menyiapkan alat dan mengajak siswa untuk berdoa.membangun pandangan awal tentang sifat sifat cahaya Mengapa ikan dan bendabenda lain dapat terlihat jelas di dasar kolam yang berair jernih? Apakah air dapat ditembus cahaya?membangun motivasi dengan cara menyadarkan pentingnya cahaya dalam kehidupan sehari - hari, menyampaikan tujuan pembelajaran serta langkah langkah pembelajaran dengan menggunakan model two stay two stray.guru memberi penjelasan tentang langkah-langkah pembelajaran dengan model two stay two stray. 2. Kegiatan Inti Guru memberi penjelasan tentang langkah-langkah pembelajaran dengan model two stay two stray.melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi IPA tentang sifat-sifat cahaya. Guru mengajak siswa untuk menggali pengetahuan siswa materi IPA tentang sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Membantu siswa memberi informasi

44 jika diperlukan siswa.guru menjelaskan kepada siswa aturan berdiskusi dengan mengunakan model two stay two stray (dua tinggal dua tamu).membagi siswa kedalam kelompok kecil dengan model TSTS yakni dalam setiap kelompok ada 4 siswa.setiap kelompok di berikan lembar tugas, yang berupa sub materi pembelajaran dan LKS yang berbeda.setiap kelompok di berikan waktu selama 15 menit untuk memahami materi pembelajaran. Setiap kelompok melakukan percobaan dengan alat peraga yang sudah disiapkan oleh peneliti dan sesuai dengan sub materi dan LKS yang sudah dibagi.setiap kelompok memilih dua anak untuk menyampaikan materi ke kelompok lain (kelompok yang bertamu) sedangkan dua anak lagi bertamu kekelompok lain untuk mencari informasi yang berbeda dari kelompoknya.siswa di berikan kesempatan diskusi kelompok untuk memperbandingkan dan membahas materi.memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secarakelompok.memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerjakelompok. 3. Kegiatan Akhir Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru, Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan, siswa menerima pesan penyemangat dari guru berupa belajarlah lebih giat dan jangan suka bermain sama teman-teman saat pembelajaran berlangsung. 4.2.3 Hasil Observasi 1. Guru Dan Siswa Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan keseluruhan sintaks model ataukah ada yang belum terlaksana.

45 Hasil observasi guru dan siswa dalam melaksanakan sintaks diperoleh data bahwa dari kegiatan inti dari 15 sintaks model pembelajaran TSTS dengan bantuan media gambar, ada 2 sintaks tidak terlaksana. Sintaks yang belum terlaksana adalahmenyampaikan langkah-langkah model pembelajaran TSTS, memberi pesan penyemangat. Hasil sintaks TSTS dengan bantuan media gambar dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Observasi Ketidak Terlaksanaan Sintaks TSTS Dengan Bantuan Media KonkritSiswa Kelas V SD Mangunsari 05 Siklus I Kegiatan Mengajar Siklus I Jumlah sintaks yang Jumlah sintaks yang belum Jumlah keseluruhan sintaks dilaksanakan terlaksana Guru 13 2 15 Siswa 13 2 15 Tabel 4.3 dapat dilihat hasil observasi ketidak terlaksanaan sintaks model pembelajaran TSTS dengan bantuan media konkrit pada Siklus I ada 15 sintaks, yang telah dilaksanakan guru dan siswa berjumlah 13 sintaks dan ada 2 sintaks yang tidak terlaksana. Lembar hasil observasi terdapat pada lampiran 6 dan 7. 2. Keaktifan Belajar Siswa Hasil obervasi keaktifan belajar diperoleh melalui pengamatan, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA, diolah dengan langkah Naniek Sulistya Wardani, dkk. (2012:402) sehinga dapat digolongkan menjadi keaktifan belajar kategori kurang aktif (skor < 17), cukup aktif ( skor< 34), aktif (skor < 51), dan sangat aktif (skor < 68). Hasil observasi keaktifan belajar siswa, menggunakan model pembelajaran TSTS dengan bantuan media gambar, dalam tabel 4.4berikut ini:

46 Tabel 4.4 Hasil Observasi Keatifan Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Siklus I Kategori Frekuensi Persentase Keaktifan (%) Sangat aktif 6 21,43 Aktif 13 46,43 Cukup aktif 9 32,14 Kurang aktif - - Jumlah 28 100 Rata-rata 40,11 Tabel 4.4. Siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 05 mempunyai kategori keaktifan yang sangat aktif adalah 6 siswa dengan persentase 21,43%, siswa kategori aktif ada 13 orang dengan persentase 46,43%, kemudian siswa kategori cukup aktif ada 9 orang dipersentasekan 32,14%, Rata-rata kelas dengan skor keaktifan 40,11 dikategorikan aktif. Lembar hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 8. 4.2.4 Hasil Belajar Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakanpertemuan II pada siklus I. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, setelah diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran TSTS dengan bantuan media konkrit. Berikut ini disajikan dalam tabel 4.5 perolehan hasil belajar setelah tindakan pada siklus I: Tabel 4.5 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Siklus I Keterangan frekuensi Persentase % Tidak tuntas 8 28.57% Tuntas 20 71.43% Jumlah 28 100%

47 Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Cahaya dan sifat-sifatnya setelah diberikan tindakan pada siklus I, yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa (28.57%), dan siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa (71.43%). Hasil perolehan dari tabel tersebut disajikan dalam gambar 4.2 berikut ini: 80 Hasil Belajar Siklus I 70 60 50 Tuntas 71.43% 40 30 20 10 0 Tidak Tuntas 28.57% Tidak Tuntas Tuntas Gambar 4.2 Diagaram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Siklus I 4.2.5 Evaluasi dan Refleksi Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, maka dilakukan refleksi. Refleksi dilakukan terkait dengan temuan-temuan selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran TSTS dengan bantuan media konkrit berlangsung. Hal-hal yang ditemukan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Keaktifan Belajar Siswa Keaktifan belajar siswa yang masih setengan dari seluruh siswa atau 50% adalah sebagai berikut: Membawa buku sumber.

48 Mempelajari materi pelajaran dirumah. Memiliki inisiatif untuk bertanya tanpa ditunjuk. Bertanya lebih dari 1 kali. Bertukar pikiran dalam memecahkan masalah dengan kelompok. Menanggapi hasil kerja kelompok lain. 2. Hasil Belajar Siswa Selain keaktifan belajar siswa, hal yang harus menjadi masukan untuk diperbaiki pada siklus II adalah peningkatan hasil belajar siswa. Meskipun terjadi peningkatan hasil belajar pra siklus setelah tindakan siklus I, peningkatan hasil ini belum menjawab ketentuan indikator kinerja yang diharapkan, dimana ketuntasan kelas belum mencapai minimal 100% total siswa. 4.3 Deskripsi Hasil Siklus II 4.3.1 PerencanaanTindakan Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, hal-hal yang direncanakan untuk dilaksanakan sebagai perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. keaktifan Belajar Siswa Keaktifan belajar siswa, hal-hal yang perlu diperhatikan agar menjadi perbaikan pada siklus II adalah membawa buku sumber, sudah mempelajari materi pelajaran dirumah, dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dalam lembar kerja, bertanya lebih dari 1 kali dan menanggapi hasil kerja kelompok lain. 2. Hasil Belajar Siswa Hal yang harus diperhatikan dalam tindakan adalah mengupayakan dan melakukan pengkondisian tertentu agar ketuntasan belajar siswa, minimal mencapai target yaitu 100% dari total jumlah siswa, tuntas dalam KKM.

49 4.3.2 Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan 1 1. Kegiatan Awal Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdo a, pengkondisian kelas dan absensi. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi. Setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. 2. Kegiatan Inti Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa, kemudian guru menjelaskan materi Cahaya dan sifat-sifatnya dengan bantuan media konkrit. Gurumembimbing siswa untuk membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4 orang siswa. Siswa diminta untuk mengidentifikasi dan menyebutkan menggunakan LKS tentang Cahaya dan sifat-sifatnya dengan bantuan media konkrit,setelah selesai diskusi masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sedangkan dari kelompok lain memberikan tanggapan kepada kelompok yang presentasi, dan siswa mengerjakan lembar kerja kuis selanjutnya guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 3. Kegiatan Akhir Guru bersama siswa menyimpulkan tentang pembelajaran yang telah dilakukan, siswa menerima pesan penyemangat dari guru berupa belajarlah lebih giat lagi. 2) Pertemuan II 1. Kegiatan Awal Menyiapkan mental siswa dengan cara mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, mengatur tempat duduk siswa, meminta siswa menyiapkan alat dan mengajak siswa untuk berdoa.membangun pandangan awal tentang sifat-sifat cahaya.membangun motivasi dengan cara menyadarkan pentingnya cahaya dalam kehidupan sehari-hari,

50 menyampaikan tujuan pembelajaran serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model Two Stay Two Stray. 2. Kegiatan Inti Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa, Guru mengajak siswa untuk menggali pengetahuan siswa materi IPA tentang sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa.guru menjelaskan kepada siswa aturan berdiskusi dengan mengunakan model two stay two stray (dua tinggal dua tamu).membagi siswa kedalam kelompok kecil dengan model TSTS yakni dalam setiap kelompok ada 4 siswa.setiap kelompok di berikan lembar tugas, yang berupa sub materi pembelajaran dan LKS yang berbeda. Setiap kelompok di berikan waktu selama 15 menit untuk memahami materi pembelajaran.setiap kelompok memilih dua anak untuk menyampaikan materi ke kelompok lain (kelompok yang bertamu) sedangkan dua anak lagi bertamu kekelompok lain untuk mencari informasi yang berbeda dari kelompoknya.siswa diberikan kesempatan diskusi kelompok untuk memperbandingkan dan membahas materi. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secarakelompok. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja kelompok. 3. Kegiatan Akhir Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru, Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan, siswa menerima pesan penyemangat dari guru berupa belajarlah lebihgiat dan hormatilah orang yang tua dari kalian. 4.3.3 Hasil Observasi Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan juga obervasi. Hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan

51 menerapkan model pembelajaran TSTS dengan bantuan alat peraga, termasuk akibat menerapkan model pembelajaran TSTS dengan bantuan alat peraga dalam pembelajaran IPA. Adapun hal-hal tersebut yaitu: 1. Kinerja Guru dan siswa Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan keseluruhan sintaks model ataukah ada yang belum terlaksana. Hasil observasi guru dan siswa dalam melaksanakan sintaks diperoleh data bahwakegiatan inti dari 15 sintaks model pembelajaran TSTS dengan bantuan media gambar. Hasil dari 15 sintaks sudah terlaksana semua dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Observasi Ketidak Terlaksanaan Sintaks TSTS Dengan Bantuan Media KonkritGuru dan Siswa Kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Siklus II Kegiatan Mengajar Jumlah Jumlah sintaks Jumlah keseluruhan Siklus I sintaks yang dilaksanakan yang belum terlaksana sintaks Guru 15-15 Siswa 15-15 Tabel 4.6 dapat dilihat hasil observasi dari 15 sintaks model pembelajaran TSTS dengan bantuan media gambar pada siklus IIsemua terlaksana. Lembar hasil observasi terhadap guru dan siswa dilampiran 11 dan 12. 2. Keaktifan Belajar Siswa Hasil obervasi keaktifan belajar diperoleh melalui pengamatan, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA, diolah dengan

52 langkah Naniek Sulistya Wardani, dkk. (2012:402) sehinga dapat digolongkan menjadi keaktifan belajar kategori kurang aktif (skor < 17), cukup aktif ( skor< 34), aktif (skor < 51), dan sangat aktif (skor < 68). Hasil observasi keaktifan belajar siswa, menggunakan model pembelajaran TSTS, dalam tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Siklus II Kategori Frekuensi Persentase keaktifan (%) Sangat aktif 9 32,14 Aktif 19 67,86 Cukup aktif - - Kurang aktif - - Jumlah 28 100 Rata-rata 47,43 Tabel 4.7. Siswa kelas V SD Negeri Mangunsari 05 mempunyai kategori keaktifan yang sangat aktif adalah 9 siswa dengan persentase 32,14%, dan siswa kategori aktif ada 19 orang dengan persentase 67,86%. Rata-rata kelas dengan skor keaktifan 47,43 dikategorikan aktif. Lembar hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 13. 4.3.4 Hasil Belajar Evaluasi dimaksudkan untuk melihat perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, setelah diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran TSTS dengan bantuan media konkrit, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

53 Tabel 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Siklus II Keterangan frekuensi Persentase Tidak tuntas 0 - % Tuntas 20 100% Jumlah 28 100% Tabel4.8 bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Cahaya dan sifat-sifatnya setelah diberikan tindakan pada siklus II, tidak ada lagi siswa yang tidak tuntas, siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa (100%). Hasilperolehan dari tabel tersebut disajikan dalam gambar 4.3 berikut ini: Hasil Belajar Siklus II Tuntas, 100 100% 50% 0% Tuntas Gambar 4.3 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Siklus II. 4.3.5 Evaluasi dan Refleksi Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan masukan pada siklus I, dan setelah guru memperbaiki kinerjanya, maka diketahui bahwa keaktifan belajar dan jumlah serta persentase ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat setelah diberikan tindakan pada siklus II. Hal ini

54 memberikan refleksi bahwa memperhatikan proses dan memperhatikan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung adalah sesuatu yang penting dan mendasar demi mencapai hasil belajar dan ketuntasan belajar yang diharapkan. 4.4 Perbandingan Ketuntasan Hasil Penelitian 4.4.1 Keaktifan Belajar Berdasarkan hasil pengamtan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keaktifan belajar pada mata pelaj IPA di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. Perbandingan keaktifan siswa disajikan pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kategori Pra siklus Siklus I Siklus II Keaktifan Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%) Sangat aktif 3 10,71 6 21,43 9 32,14 Aktif 5 17,86 13 46,43 19 67,86 Cukup aktif 9 32,14 9 32,14 - - Kurang aktif 11 39,29 - - - - Jumlah 28 100 28 100 28 100 Rata-rata 32 40,11 47,43 Tabel 4.9 yaitu perbandingan keaktifan belajar pra Siklus, Siklus I dan Siklus II maka dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan belajar dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan belajar pra siklus pada kategori sangat aktif ada 3 siswa, kategori aktif ada 5 siswa, sedangkan pada kategori cukup aktif ada 9 siswa, dan pada kategore kurang aktif ada 11 orang, rata-rata siswa dengan skor 32. Siklus I meningkat pada kategori sangat aktif ada 6 siswa, sedangkan pada kategori aktif ada 13 siswa, dan pada kategori cukup aktif 9 dengan niali rata-rata 40,11. Siklus II

55 meningkat pada kategorp sangat aktif ada 9 siswa, dan pada kategori aktif ada 19 siswa, dengan rata-rata skor keaktifan 47,43. 4.4.2 Hasil Belajar Berdasarkan pembahasan masing-masing siklus sudah terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang baik sesuai harapan.pada pra siklus sampai pada pelaksanaan siklus I jumlah siswa yang tuntas sejumlah 20 siswa dan meningkat menjadi 10 siswa. Setelah mendapat perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II menggunakan model TSTS dengan bantuan Media konkrit, jumlah siswa yang tuntas meningkat sangat pesat menjadi 28 siswa. Lebih jelas nya tentang peningkatan dari masing-masing siklus dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II Keterangan frekuensi (%) frekuensi (%) frekuensi (%) Tidak tuntas 18 64.29% 8 28.57% - - Tuntas 10 35.71% 20 71.43% 28 100% Jumlah 28 100% 28 100% 28 100% Pada tabel 4.10 diketahui bahwa kondisi awal siswa yang tuntas adalah 10 siswa dengan persentase 35.71%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 20 siswa dengan persentase 71.43% atau terjadi peningkatan 35.71%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 28 dengan persentase 100% atau terjadi peningkatan 28.57%. Siswa yang belum tuntas pada kondisi awal adalah 18 siswa dengan persentase 64.29%.Setelah diberikan tindakan pada siklus I, mengalami penurunan menjadi 8 siswa dengan persentase 28.57%, atau terjadi penurunan 35.71%.Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi penurunan lagi menjadi tidak ada atau mengalami penurunan lagi

56 28.57%.Peningkatan hasil tes formatif siswa antara pra siklus, siklus I dan sesudah siklus II dapat dilihat pada gambar 4.4. 100 100% 90 80 70 60 64.29% 71.43% Pra Siklus 50 40 30 28.57% 35.71% Siklus I Siklus II 20 10 0 0% Tidak Tuntas Tuntas Gambar 4.4 Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Salatiga Antara Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.4 telah terjadi peningkatan dari Pra siklus, siklus I dan siklus II, maka dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran TSTS dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas Vsemester II tahun ajaran 2015/2016. 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, melalui model pembelajaran kooperatif TSTSupaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Mangunsari Salatiga.Hal ini dapat dilihat dari keaktifan dan hasil belajar siswa yang semakin meningkat. Sedangkan untuk Keaktifan siswa berdasarkan hasil pengamatan. Dari jumlah keseluruhan 28 siswa, saat pra siklus, kategori sangat aktif ada 3 siswa (10,71%), dan kategori aktif ada 5 siswa (17,86%), sedangkan pada kategori cukup aktif ada 9 siswa (32,14%), dan pada kategore kurang aktif ada

57 11 orang (39,29%),dengan nilai rata-rataskor 32. Saat pelaksanaan siklus I meningkat pada kategori sangat aktif ada 6 siswa (21,43%), sedangkan pada kategori aktif ada 13 siswa (46,43%), dan pada kategori cukup aktif ada 9 siswa (32,14%), dengan niali rata-rataskor 40,11. Siklus II meningkat pada kategori sangat aktif ada 9 siswa (32,14%), dan pada kategori aktif ada 19 siswa (67,86%), dengan rata-rata skor keaktifan 47,43. Untuk KKM yang telah ditentukan sekolah adalah 70. Dari jumlah keseluruhan 28 siswa, saat pra siklus hanya 10 siswa (35,71%) yang tuntas, dan 18 tidak tuntas dengan presentase (64,29 %). pada siklus I meningkat menjadi 20 siswa (71,43%) tuntas, dan siswa yang tidak tuntas 8 siswa dengan presentase (28,57 %) dan pada siklus II meningkat menjadi 28 siswa (100%) tuntas.model Pembelajaran Kooperaktif Two Stay Two Stray (TSTS) MenurutMenurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pendekatan pembelajaraan kooperatif tipe TSTS maka Keaktifan dan Hasil belajar siswa dapat meningkat dengan mengaitkan pembelajaran dan atau materi dengan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama atau gotong-royong. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukanoleh Fajariyanto, Septian Dwi tahun 2014 denganjudul Peningkatan Sikap Positif dan Hasil Belajar IPA Melalui Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas IV SDN Delik 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014.Menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan menggunakan cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan sikap dan hasil belajar. Peningkatan nampak pada persentase pada pra siklus sebesar 34%, siklus I sebesar 76%, dan siklus II 100%. Persentase hasil belajar juga mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan, ketuntasan pada pra siklus sebesar 38%, siklus I sebesar 71%, dan siklus II sebesar 86%.

58 Hasil Penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Belki tahun 2013 denganjudul Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Straydapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Randuacir 01 semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Terbukti dengan perolehan nilai hasil belajar dilihat dari pra siklus yaitu rata-rata kelas 66, pada siklus 1 meningkat menjadi 75,8 dan siklus 2, meningkat menjadi 82,5. Hasil Penelitian ini juga relevan dengan hasil penelitian Fajariyanto, Septian Dwi tahun 2014 denganjudul Peningkatan Sikap Positif dan Hasil Belajar IPA Melalui Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray pada Siswa Kelas IV SDN Delik 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014.Hasil penelitian menunjukkan menggunakan cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan sikap dan hasil belajar. Peningkatan nampak pada persentase pada pra siklus sebesar 34%, siklus I sebesar 76%, dan siklus II 100%. Persentase hasil belajar juga mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan, ketuntasan pada pra siklus sebesar 38%, siklus I sebesar 71%, dan siklus II sebesar 86%. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurt Sudjana, (2010:22) bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia meneriman pengalaman belajarnya.menurut Nasution (2011:176) hasil belajar adalah nyata dari apa yang dapat dilakukannya dan yang tidak dapat dilakukannya sebelumnya. Maka terjadi perubahan kelakuan yang dapat kita amati dan dapat dibuktikannya dalam perbuatan. Hal ini juga sesuai Menurut Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal antara lain: (1) faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh); (2) faktor psikologis (intelegensi, minat, perhatian, bakat motif, dan kematangan); dan (3) faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).

59 Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu. Adapun hal-hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah: (1) faktor keluarga (cara mendidik orang tua, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan); (2) faktor sekolah (metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, isiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah); (3) faktor masyarakat (keadaan siswa dalam masyarakat, massa media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Keunggulan dari penelitian yang saya lakukan ini adalah adanya keaktifan siswa yang mendorong keberasilan hasil belajar siswa, jika siswa tidak aktif maka dapat mempengaruhi hasil belajar siswa maka yang diutamakan dalam penelitian ini agar hasil belajar siswa berhasil adalah keaktifan siswa.