BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Belajar IPA kelas IV Pada Prasiklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Diskripsi Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian siswa kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada semester II tahun 2013/2014, pembelajaran IPA yang dilaksanakan masih bersifat konvensional. Desain pembelajaran menggunakan model masyarakat belajar dalam CTL belum pernah dirancang. Masyarakat belajar merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada proses kerja sama antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan gurunya, dan antara peserta didik dengan lingkungannya. Masyarakat belajar terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu menyimak tujuan pembelajaran, membentuk kelompok, mengerjakan tugas dalam kelompok, berbagi pengalamannya kepada teman, menyampaikan pendapat terhadap cerita teman, sharing hasil pekerjaan dengan kelompok lain, membuat kesimpulan bersama, melakukan evaluasi. Aktivitas siswa yang ada di kelas V siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan kemudian siswa mencatat, mengerjakan soal latihan. Aktifitas siswa dengan berbagi pengalaman kepada teman, serta menyampaikam pendapat terhadap cerita teman dan sharing dalam diskusi kelompok masih kurang dilakukan. Hal itu dikarenakan guru tidak pernah membuat RPP dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga pembelajaran yang dilakukan guru tidak terencana. Dalam pembelajaran perlu adanya pengukuran untuk melihat apakah pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Pengukuran tersebut masih berbentuk angka, untuk itu perlu dilakukan asesmen untuk mengolah angka tersebut menjadi penilaian. Hasil penilaian inilah yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar adalah 39

besarnya skor yang diperoleh dari pengukuran baik tes maupun non tes yang dijadikan acuan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tingkat kelulusan yang ditentukan. Hasil belajar yang ada di kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang diperoleh dari tes saja baik itu ulangan harian, tes tengah semester, dan tes akhir semester. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar maka digunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 75. Distribusi hasil belajar pada pra siklus secara rinci dapat disajikan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus Skor Frekuensi Persentase (%) 35-44 33 91,67 45-54 3 8,33 Jumlah 36 100 Sumber: Data Sekunder Tabel 4.1 tentang distribusi hasil belajar IPA pada pra siklus nampak bahwa skor maksimal yang dicapai oleh siswa yaitu 46 berada antara skor 45-54. Sedangkan skor minimal dicapai oleh siswa yaitu 35 berada antara skor 35-44 dengan skor ratarata 37,75. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 35-44 ada 33 siswa atau 91,67%. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 45-54 ada 3 siswa atau 8,33%. Distribuisi skor hasil belajar IPA pada Pra Siklus juga dapat disajikan lebih jelas dengan menggunakan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.1. 40

Sumber: Data Primer Gambar 4.1 Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Pra Siklus Gambar 4.1 tentang grafik batang distribusi hasil belajar berdasarkan pengelompokkan skor pra siklus nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 33 dari 36 siswa yaitu sebesar 91,67% pada interval skor 35-44. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh siswa sebanyak 3 dari 36 siswa yaitu sebesar 8,33% pada interval skor 45-54. Dari gambar 4.1 tersebut nampak bahwa ketuntasan belajar tidak tercapai pada seorang siswa atau siswa yang tidak tuntas mencapai 100% yakni 36 siswa. Hal itu didukung oleh skor maksimal yang diperoleh siswa sebesar 46 dan skor minimalnya sebesar 35 dengan skor rata-rata 37,75. 4.1.2 Siklus 1 1. Tahap Perencanaan Dalam tahap perencanaan tindakan siklus I di kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. RPP dirancang untuk 2 kali pertemuan. Kompetensi dasar (KD) dalam pembelajaran IPA ini meliputi KD 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. 41

Perangkat pembelajaran yang disusun dalam RPP ini meliputi lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama proses pembelajaran dengan menggunakan model masyarakat belajar dalam CTL. Materi pembelajaran yang akan dibagikan dengan judul jenis batuan dan pelapukan (lampiran 1), kisi-kisi penilaian (lampiran 7), butir soal evaluasi (lampiran 6), dan rubrik penilaian kinerja (lampiran 5). Media gambar batuan (lampiran 2), dan gambar pelapukan (lampiran 3). 2. Implementasi Tindakan dan Observasi Implementasi tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 5 dan 12 Mei 2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan yaitu: Pertemuan 1 Kegiatan awal dalam pembelajaran ini, siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masingmasing, guru mengabsensi siswa, setelah itu siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran masyarakat belajar dalam CTL. Dalam kegiatan inti siswa membentuk kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 6 orang. Kemudian guru membagikan bacaan yang berisi materi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran serta lembar kerja kelompok. Selanjutnya siswa diberi waktu membaca mandiri. Kemudian siswa menceritakan pengalamannya sesuai dengan perintah yang ada dalam lembar kerja kelompok yang berkaitan dengan batuan dengan teman sekelompoknya. Siswa menanggapi cerita teman sekelompoknya dengan memberikan pendapat. Pada saat itu pula guru melakukan penilaian proses dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja siswa ketika siswa dapat menceritakan dan berpendapat. Dari hasil berbagi cerita pengalaman dan saling berpendapat siswa dapat mengerjakan lembar kerja kelompok. Setelah selesai, perkelompok menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok lainnya (sharing). 42

Saat mengakhiri pembelajaran siswa bersama guru bernyanyi judul lagu Jenisjenis Batuan untuk membuat kesimpulan hasil pembelajaran hari itu. Siswa mengucapkan selamat siang kepada guru untuk mengakhiri pembelajaran pada pertemuan pertama, kemudian berdoa. Pertemuan 2 Kegiatan awal siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian siswa bersama-sama dengan guru berdoa sesuai dengan keyakinan masing masing. Kemudian guru mulai bertanya jawab kepada siswa mengungkap materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya, setelah itu guru mulai memberikan penjelasan materi yang akan dipelajari kepada siswa tentang pelapukan tanah. Siswa menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan saat ini. Kegiatan inti siswa duduk secara berkelompok sesuai dengan pertemuan sebelumnya. Kemudian siswa menceritakan contoh-contoh proses pelapukan yang ada disekitar lingkungannya, siswa yang lain ada yang menanggapi dengan memberikan pendapatnya. Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok yang harus dikerjakan secara kelompok. Siswa mengerjakan tugasnya secara kelompok. Setelah itu secara bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke kelompok lain. Bersama guru, siswa menegaskan kembali tentang proses pelapukan dan contoh-contohnya. Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif. Untuk mengakhiri proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi terhadap langkah-langkah model masyarakat belajar. Observer yang menjadi pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah peneliti. Lembar observasi implementasi tindakan model masyarakat belajar dalam CTL terdri dari 31 butir. 43

3. Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 ini maka selanjutnya diadakan refleksi. Refleksi dilakukan antara observer (peneliti), guru kelas tentang hasil observasi implementasi tindakan. Sedangkan refleksi terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan hasil analisis statistik sederhana. Hasil di refleksi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran pada siklus 1 dengan menggunakan model masyarakat belajar dalam CTL memiliki kelebihan sebagai berikut: 1. Ada peningkatan ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan model masyarakat belajar dalam CTL. 2. Walaupun guru barusaja menerapkan pembelajaran IPA masyarakat belajar dalam CTL sudah nampak proses pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. 3. Siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran IPA yang menggunakan model masyarakat belajar CTL. 4. Siswa nampak melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran tematik dengan model masyarakat belajar dalam CTL. 5. Siswa nampak antusias memperhatikan siswa yang sedang menyampaikan hasil diskusinya ke kelompok lain (sharing). Di sisi lain, melalui pembelajaran masyarakat belajar dalam CTL pada siklus 1 menunjukkan ada beberapa kelemahan yaitu: 1. Dalam pembentukan kelompok memerlukan waktu yang agak lama, dan gaduh. Solusinya guru harus membantu proses pembentukan kelompok. 2. Setiap siswa belum ingin menceritakan pengalamannya yang dimilikinya saat pelaksanaan model masyarakat belajar dalam CTL, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa. 3. Setiap siswa belum ingin menanggapi cerita teman tersebut dengan memberikan pendapat, siswa banyak terdiam dan pasif, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa. 44

4. Pelaksanaan penilaian proses belum terlalu optimal, karena guru juga sibuk mendampingi pelaksanaan diskusi kelompok. ini. Hasil belajar IPA siklus 1 secara rinci dapat disajikan melalui tabel 4.2 berikut Tabel 4.2 Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 1 Skor Frekuensi Persentase (%) 65-74 9 25 75-84 22 61,11 85 5 13,89 Jumlah 36 100 Sumber: Data Primer Tabel 4.2 distribusi hasil belajar IPA pada siklus 1 nampak bahwa besarnya skor maksimal yang dicapai oleh siswa berada pada antara skor 85 yakni 87,5, sedangkan skor minimal yang dicapai oleh siswa berada pada antara skor 65-74 yakni 70, adapun skor rata-rata mencapai 77,70. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 65-74, ada 9 siswa atau sebesar 25%. Siswa yang memperoleh skor pada interval 75-84 ada 22 siswa atau 61,11%. Siswa yang memperoleh skor pada interval 85 ada 5 siswa atau sebesar 13,89%. Distribusi hasil belajar pada siklus 1 secara rinci dapat disajikan lebih jelas dengan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.2. 45

Sumber: Data Primer Gambar 4.2 Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 1 Gambar 4.2 tentang grafik batang distribusi hasil belajar IPA pada siklus 1. Nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 22 dari 36 siswa yaitu sebesar 61,11% pada antara skor 75-84. Sedangkan batang yang terendah diperoleh siswa sebanyak 5 dari 36 siswa (13,89%) pada interval skor 85. Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar, untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan KKM sebesar 75. Secara rinci distribusi ketuntasan IPA pada siklus 1 siswa kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dapat disajaikan melalui tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Ketuntasan Belajar IPA Siklus 1 No Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%) 1 75 Tuntas 27 75 2 < 75 Tidak tuntas 9 25 Jumlah 36 100 Sumber: Data Primer 46

Tabel 4.3 distribusi ketuntasan belajar IPA pada siklus 1, nampak bahwa pada siklus 1 terdapat 9 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM 75 atau sebesar 25% dan yang sudah tuntas dengan KKM 75 ada 27 siswa atau sebesar 75%. Ketuntasan belajar siswa juga dapat digambarkan dengan diagram lingkaran seperti disajikan melalui gambar 4.3. Sumber: Data Primer Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 Gambar 4.3 diagram lingkaran distribusi ketuntasan belajar IPA Siklus 1. Nampak bahwa ketidaktuntasan mencapai 25% ditunjukkan oleh warna merah dan ketuntasan mencapai 75% ditunjukan oleh warna biru pada gambar diagram lingkaran. Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari total 50% skor tes dan 50% skor non tes. 4.1.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 2 1. Tahap Perencanaan Dalam tahap perencanaan tindakan siklus II di kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang disusun perangkat pembelajaran IPA dengan materi tanah dan struktur bumi. RPP dirancang untuk 2 kali pertemuan. 47

Kompetensi dasar (KD) dalam pembelajaran IPA ini meliputi 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah, 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi. Perangkat pembelajaran yang disusun dalam RPP ini meliputi lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model masyarakat belajar dalam CTL. Materi pembelajaran yang berjudul tanah dan struktur bumi (lampiran 1), kisi-kisi penilaian (lampiran 6), butir soal evaluasi (lampiran 5), dan rubrik penilaian kinerja (lampiran 4). Lembar kerja kelompok (lampiran 2 dan 3) 2. Implementasi Tindakan dan Observasi Implementasi tindakan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 22 dan 31 Mei 2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan. Pertemuan 1 Kegiatan awal dalam pembelajaran ini, siswa mengucapkan salam kepada guru, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masing-masing, siswa menyimak tujuan pembelajaran dan penjelasan materi guru tentang susunan tanah yang akan di capai. Serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan masyarakat belajar dalam CTL. Dalam kegiatan inti siswa duduk dengan kelompok masing-masing sesuai pertemuan pada siklus 1. Guru bertanya jawab dengan siswa untuk memancing siswa, agar bercerita dengan teman satu kelompok. Siapa yang pernah ke pantai, gunung, sawah? Disana kalian menemukan tanah apa? Bagaimana ciri tanah tersebut? Siswa yang lain akan menanggapi dengan memberikan pendapat terhadap cerita temannya. Pada saat itu pula guru melakukan penilaian proses dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja siswa ketika siswa dapat menceritakan dan berpendapat. Setelah itu, guru membagikan lembar kerja kelompok dan tanah, setiap kelompok mendapat satu jenis tanah saja. Secara kelompok siswa mengamati tanah dan mengidentifikasi ciri dan fungsi tanah. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok 48

tersebut. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka ke kelompok lain sehingga kelompok yang mendapatkan tanah yang jenisnya berbeda menuliskan ciri-ciri di lembar kerja kelompoknya. Kegiatan penutup siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari. Dan doa penutup. Pertemuan 2 Kegiatan awal siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian siswa bersama guru berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Guru mengungkap kembali materi yang sudah disampaikan di pertemuan kemarin. Siswa menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan saat ini. Pada kegiatan inti siswa mengamati demonstrasi guru tentang lapisan bumi menggunakan buah apel. Guru bertanya jawab dengan siswa menggali pendapat siswa tentang bahan penyusun tiap lapisan bumi. Siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan peristiwa berdasarkan pengalamannya yang berkaitan dengan struktur lapisan bumi untuk menanamkan konsep bahan penyusun bumi. Tadi sudah tahu apa saja bahan penyusun tiap lapisan bumi, sekarang sebutkan contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan lapisan bumi? Misalnya : Gunung berapi yang meletus. Coba ceritakan bagaimana proses terjadinya gunung berapi yang meletus? Setelah itu siswa membentuk kelompok. Guru membagikan lembar kerja kelompok. Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas tersebut. Setelah selesai mengerjakan, per kelompok menunjukkan hasil tugas kelompok mereka kepada kelompok yang lain. Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi tentang proses pembelajaran IPA yang telah dilakukan. Untuk menutup proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi terhadap langkah-langkah model masyarakat belajar dalam CTL. Observer yang menjadi 49

pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah peneliti. Lembar observasi implementasi tindakan model masyarakat belajar dalam CTL yang terdri dari 31 butir. 3. Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 ini maka selanjutnya diadakan refleksi. Refleksi dilakukan antara observer (peneliti) dan guru kelas tentang hasil observasi implementasi tindakan. Sedangkan refleksi terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan hasil analisis statistik sederhana. Hasil di refleksi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA pada siklus 2 dengan menggunakan model masyarakat belajar memiliki kelebihan sebagai berikut: 1. Guru sudah bisa merangsang siswa untuk berbagi pengalaman dengan strategi yang dilakukan. 2. Guru sudah bisa merangsang siswa untuk berpendapat menunjukan bahwa keberanian dan percaya diri siswa sudah tumbuh, meskipun belum maksimal 3. Proses pembelajaran sudah sesuai dengan rancangan yang telah di rencanakan. 4. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan model masyarakat belajar. 5. Kegiatan pembelajaran nampak lebih hidup. Karena guru tidak mendominasi pembelajaran secara keseluruhan. Di sisi lain pelaksanaan pembelajaran IPA pada siklus 2 ada beberapa kelemahan yaitu: 1. Siswa masih belum bisa tenang ketika guru memberikan bimbingan. 2. Guru kurang bisa memenejemen waktu, terbukti waktu yang dialokasikan dalam pembelajaran masih kurang. Hasil belajar IPA siklus 2 secara rinci dapat disajikan melalui tabel 4.4. 50

Tabel 4.4 Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 2 Skor Frekuensi Persentase (%) 75-84 10 27,78 85 26 72,22 Jumlah 36 100 Sumber: Data Primer Tabel 4.4 distribusi hasil belajar IPA Siklus 2 nampak bahwa besarnya skor maksimal yang dicapai oleh siswa berada pada skor 85 yakni 95, sedangkan skor minimal yang dicapai oleh siswa berada pada antara skor 75-84 yakni 77,5, adapun rata-rata skor mencapai 85,49. Siswa yang memperoleh skor pada interval 75-84 ada 10 dari 36 siswa atau 27,78%. Siswa yang memperoleh skor pada interval 85 ada 26 dari 36 siswa atau 72,22%. Distribusi skor hasil belajar juga dapat disajikan lebih jelas dengan menggunakan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.4. Sumber: Data Primer Gambar 4.4 Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 2 51

Gambar 4.4 tentang grafik batang distribusi hasil belajar IPA pada siklus 2. Nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 26 dari 36 siswa 72,22% pada interval skor 85. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh sebanyak 10 dari 36 siswa 22,78% pada interval skor 75-84. Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar, untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan KKM sebesar 75. Nampak ketuntasan belajar IPA siklus 2 siswa kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang mencapai ketuntasan 100% artinya tak seorang siswa pun yang tidak tuntas. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Hasil belajar siswa di kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada pra siklus menunjukkan bahwa belum ada satupun dari 36 siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75. Hal itu nampak pada skor maksimal yang dicapai siswa baru mencapai 46 dan skor minimal mencapai 35 dengan rata-rata skor baru mencapai 37,75. Keadaan ini dikarenakan hasil belajar di kelas V baru diukur dari tes tertulis saja sedangkan unjuk kerja siswa tidak diukur. Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar proses pendidikan dasar dan Menengah menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran ini tidak hanya ranah kognitif siswa yang akan dinilai namun sikap dan keterampilan siswa juga perlu dinilai. Pendapat lain dikemukakan oleh Krathwohl, Bloom dan Masia (Suprihatiningrum, 2013: 38) membedakan hasil belajar menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pertama, aspek kogitif ini berhubungan dengan kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kedua, aspek afektif berkaitan dengan kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ketiga, aspek psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan yang bersifat manual dan motorik. Penilaian kognitif 52

dapat dilakukan dengan tes yang dapat berupa tes tertulis, akan tetapi penilaian afektif dan psikomotor tidak dapat dilakukan dengan penilaian tes tertulis. Untuk mengetahui hasil belajar maka diperlukan pengukuran. Pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Alen dan Yen dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:48). Menurut Mardapi Djoemari (2008 : 2) Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan dengan angka. Penilaian hasil belajar dapat menggunakan teknik tes dan non tes. Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama (Wardani Naniek Sulistya 2012: 142). Teknik non tes berisi tentang pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori (Wardani Naniek Sulistya, dkk 2012:73). Namun pada kenyataannya pada kondisi pra siklus guru baru menilai hasil belajar siswa melalui tes saja, sedangkan unjuk kerja siswa tidak di nilai sebagai hasil belajar. Hal itu menunjukkan bahwa guru baru mengukur dari kognitifnya (intelektual) saja, sedangkan afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan) belum diukur sebagai penilaian hasil belajar. Asesmen pada semua siklus dilakukan dengan tes dan unjuk kerja yang di analisis menggunakan statistik sederhana melalui penjumlahan dan presentase. Siswa dianggap sudah tuntas apabila siswa mampu mencapai KKM 75, dan jika siswa tidak mampu mencapai KKM 75 maka dianggap tidak tuntas. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang nampak bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakana model masyarakat belajar dalam CTL. Pada kondisi pra siklus besarnya skor rata-rata 37,75, 53

pada siklus 1 skor rata-rata meningkat menjadi 77,70 dengan skor tertinggi 87,5 dan skor terendah 70. Berarti pembelajaran telah berhasil dengan tingkat keberhasilan 75% dari jumlah seluruh siswa sebanyak 36 siswa, dan pada siklus 1 ini hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan meskipun masih ada beberapa siswa yang belum tuntas sebanyak 25%. Karena ketuntasan yang diharapakan belun mencapai target keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 80% dari seluruh siswa sehingga perlu diadakan tindakan pada siklus 2. Perolehan hasil belajar pada siklus 1 ini belum tercapai secara optimal, beberapa kekurangan dalam penelitian tindakan siklus 1 ini antara lain dalam pembentukan kelompok memerlukan waktu yang agak lama serta gaduh, solusinya guru membantu proses pembentukan kelompok, setiap siswa belum ingin menceritakan pengalamannya yang dimilikinya saat pelaksanaan model masyarakat belajar dalam CTL, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa, setiap siswa belum ingin menanggapi cerita teman tersebut dengan memberikan pendapat, siswa banyak terdiam dan pasif, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa, pelaksanaan penilaian proses belum terlalu optimal, karena guru juga sibuk mendampingi pelaksanaan diskusi kelompok, siswa masih belum bisa tenang ketika guru memberikan bimbingan. Berdasarkan hasil belajar pada siklus 1 nampak bahwa sudah ada peningkatan ketuntasan hasil belajar yang cukup signifikan. Namun karena tingkat ketuntasan hasil belajar belum mencapai tingkat keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu 75%. Maka diadakan perbaikan pada siklus 2 dengan melakukan perbaikan atas semua kekurangan yang ada di siklus 1. Proses pembelajaran yang ada pada siklus 2 nampak bahwa siswa sudah tertib dalam pembentukan kelompok sehingga waktu tidak terbuang banyak hanya untuk membentuk kelompok. Seluruh siswa juga sudah mampu menanya saat proses pembelajaran. Siswa mulai tertarik memberikan tanggapan atas presentasi kelompok lain. Akan tetapi dalam diskusi kelompok siswa masih kurang tertip saat guru memberikan bimbingan. Pada siklus 2 hasil belajarnya meningkat menjadi 100% skor 54

rata-rata meningkat menjadi 85,49 dengan skor tertinggi mencapai 95 dan skor terendah sebesar 77,5. Pada siklus 2 sudah 100% siswa yang tuntas dan ketuntasan yang diharapakan sudah mencapai target keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran masyarakat belajar dalam CTL pada pembelajaran IPA kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2013/ 2014 nampak bahwa ada peningkatan hasil belajar yang signifikan setelah penilaian hasil belajar dilakukan dengan penilaian tes dan unjuk kerja pada pra siklus 1, dan siklus 2. Perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar lebih jelasnya dapat disajikan melalui tabel 4.5. Tabel 4.5 Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Ketuntasan Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Belajar Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Tuntas 0 0 27 75 36 100 Tidak tuntas 36 100 9 25 0 0 Jumlah 36 100 36 100 36 100 Sumber: Data Primer Tabel 4.5 perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, nampak bahwa pada pada pra siklus belum ada siswa dari 36 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Pada siklus 1 terdapat 27 dari 36 siswa yang tuntas (75%) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 9 dari 36 siswa (25%). Sedangkan pada siklus 2 siswa yang tuntas ada 36 dari 36 siswa (100%) artinya tak seorang siswa pun yang tidak tuntas.. Perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar pra siklus dengan siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan grafik linier di bawah ini melalui gambar 4.5. 55

Sumber: Data Primer Gambar 4.5 Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Gambar 4.5 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 nampak ada peningkatan ketuntasan belajar siswa yang cukup signifikan. Nampak pada pra siklus persentase ketuntasannya masih 0%. Sedangkan pada siklus 1 persentase ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi 75%. Di siklus 2 persentase hasil belajar juga mengalami peningkatan menjadi 100%. Ini menunjukkan model masyarakat belajar dalam CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Selain persentese ketuntasan belajar peningkatan juga terjadi pada skor maksimal, skor minimal dan rata-rata skor pada siklus 1, dan siklus 2 jika di bandingkan dengan pra siklus. Distribusi perbandingan peningkatan skor masimal, skor minimal dan rata-rata skor pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan tabel 4.6 dibawah ini. 56

Tabel 4.6 Perbandingan Distribusi Skor Maksimal, Skor Minimal, dan Rata-rata Skor Pada Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Skor Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Skor Maksimal 46 87,5 95 Skor Minimal 35 70 77,5 Rata-rata skor 37,75 77,70 85,49 Sumber: Data Primer Tabel 4.6 Perbandingan Distribusi Skor Maksimal, Skor Minimal, dan Rata-rata Skor Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 nampak bahwa pada pra siklus skor maksimal baru mencapai 46. Pada siklus 1 skor maksimal mencapai 87,5 dan siklus 2 skor maksimal sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana skor maksimalnya mencapai 95. Di sisi lain peningkatan skor juga terjadi pada skor minimal yang di peroleh siswa. Di pra siklus skor minimal yang diperoleh sebesar 35 dan pada siklus 1 skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 70. Peningkatan juga terjadi di siklus 2, skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 77,5. Apabila dibandingkan dengan skor minimal yang diperoleh siswa pada pra siklus skor minimal yang diperoleh sampai dengan siklus 2 ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Peningkatan juga terjadi pada skor rata-rata yang diperoleh siswa jika dibandingkan antara pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Skor rata-rata yang diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 37,75 sedangkan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus 1 skor rata-rata sudah mencapai 77,70. Pada siklus 2 juga terjadia peningkatan skor rata-rata sebesar 85,49. Peningkatan skor masimal, skor minimal dan rata-rata skor pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan gambar 4.6 di bawah ini. 57

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pra Siklus Siklus 1 Category 3 Skor maksimal Skor minimal Sor rata-rata Sumber: Data Primer Gambar 4.6 Perbandingan Skor Maksimal, Skor Minimal dan Rata-rata Skor Pada Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Gambar 4.6 perbandingan skor maksimal dari pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Nampak bahwa pada pra siklus skor maksimal yang diperoleh siswa hanya 46 bila dibandingkan dengan siklus 1 skor maksimal 87,5 dan siklus 2 dengan skor maksimal 95 terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan pada pra siklus dan siklus 1 yaitu ada peningkatan sebanyak 41,5 lalu siklus 1 dan siklus 2 yaitu ada peningkatan sebanyak 7,5. Ini menunjukkan model masyarakat belajar dalam CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Di sisi lain peningkatan skor juga terjadi pada skor minimal yang di peroleh siswa. Di pra siklus skor minimal yang diperoleh sebesar 35 sedangkan pada siklus 1 skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 70. Berdasarkan data tersebut menujukkan adanya peningkatan skor minimal pada siklus 1 sebanyak 34. Peningkatan juga terjadi di siklus 2, skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 77,5. Berdasarkan data tersebut menujukkan adanya peningkatan skor minimal pada siklus 2 bila dibandingkan dengan pra siklus dengan peningkatan sebanyak 7,5. Apabila 58

dibandingkan dengan skor minimal yang diperoleh siswa skor minimal yang diperoleh sampai dengan siklus 2 ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Selain itu nampak pula peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa jika dibandingkan antara pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Skor rata-rata yang diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 37,75 sedangkan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus 1 skor rata-rata sudah mencapai 77,70. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan skor ratarata pada siklus 1 sebanyak 39,95. Pada siklus 2 juga terjadia peningkatan skor ratarata sebesar 85,49. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pada siklus 2 sebanyak 7,79. Berdasarkan data yang ada menunjukkan adanya peningkatan skor minimal, skor maksimal, dan skor rata-rata pada siklus 1, dan siklus 2 bila dibandingkan dengan pra siklus. Dalam penelitian ini hipotesis tindakan terbukti bahwa apabila pembelajaran dengan menerapkan model masyarakat belajar dalam CTL maka hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014 meningkat. 59