BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dan dalam bahasa inggris disebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional atau hanya menggunakan metode ceramah saja. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa, guru lebih aktif dari pada siswa, sehingga siswa menjadi pasif dan cenderung bosan. Ketidak aktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi faktor yang menyebabkan hasil belajar menjadi kurang maksimal. Ketika belajar mengajar berpusat pada guru, siswa pasif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tidak mengalami proses yang bermakna. Maka pengetahuan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan maksimal melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada kekurang aktifan siswa kelas III dalam menerima materi pembelajaran. Adapun rumus untuk menentukan Range, banyak kategori dan interval adalah sebagai berikut : Range / Jangkauan = skort tertinggi skor terendah Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n Interval = Dalam menentukan pembuatan interval nilai mencari cara menentukan interval nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang di peroleh siswa dengan rumus sebagai berik K= Jumlah kelas interval Log= logaritma n= jumlah data Log 18 = 1,25 4

47 K = 1 + 3,3 log n = 18 K = 1 + 3,3.1,25 K = 1 + 4.125 K = 5,125 dibulatkan menjadi. Berikut disajikan data hasil belajar IPA sebelum diberikan tindakan, melalui tabel berikut ini: Tabel 4. 1 Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan No Interval Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 40 4 5 27.78 Tidak tuntas 2 47 53 3 1.7 Tidak tuntas 3 54 0 33.33 Tidak tuntas 4 1 7 - - - 5 8 74 2 11.11 Tuntas 75 81 2 11.11 Tuntas Jumlah 18 100 KKM 5 Rata-rata 55.39 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 40 Siswa yang Tuntas 4 Siswa yang Belum Tuntas 14 Mengacu pada tabel diatas, diketahui bahwaperbandingan siswa yangbelum mencapai KKM adalah 14 siswa atau sebesar 77.78%, sedangkan siswa yang tuntas dari KKM adalah 4 siswa atau 22. 22 %. Uraian siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM seperti diuraikan melalui tabel 1.1, yaitu bahwa siswa yang mendapat nilai 40 4 sebanyak 5 siswa dengan persentase sebesar 27.78%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai 47-53 sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 1.7%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval 54-0 sebanyak siswa, dengan persentase sebesar 33.33%, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 1 7, sementara siswa yang tuntas KKM, yang mendapatkan nilai pada interval nilai 8 74 sebanyak 2 siswa dengan persentase 11.11%; siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai 75 81 sebanyak 2

48 siswa dengan persentase 11.11. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 55.39 dengan perolehan nilai terendah yaitu 40 dan tertinggi 80. Adapun data rekapitulasi ketuntasan belajar sebelum diberikan tindakan disajikan pada grafik berikut ini: Hasil dan Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan 4 2 5 3 2 2 0 40-4 47-53 54-0 1-7 8-74 75-81 Gambar 4. 1 Diagram Hasil dan Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan Adapun keseluruhan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas belajar sebelum dilakukan tindakan disajikan dalam diagram berikut ini: 14 14 12 10 8 4 2 0 4 Sebelum Tindakan Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 2 Total Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Sebelum Tindakan Berdasarkan pada acuan KKM = 5, maka persentase keseluruhan siswa yang mencapai kriteria KKM maupun yang belum mencapai kriteria KKM, disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4. 2

49 Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1 < 5 14 77.77 Belum tuntas 2 5 4 22.23 Tuntas Jumlah 18 100 Rata-rata 55.39 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 40 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas III SDN Kauman Kidul Salatiga, sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 5) sebanyak 14 siswa atau 77.77% dari total keseluruhan siswa; sedangkan siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 4 siswa atau 22.23%. Berikut persentase siswa yang belum mencapai KKM ataupun yang telah mencapai KKM disajikan pada gambar berikut ini: 80 0 40 20 0 77.77 22.23 Persentase Ketuntasan Sebelum Tindakan Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 3 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan Berdasarkan pengamatan sebelum dilakukan penelitian, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pelajaran IPA. Dalam proses pembelajaran, siswa kelas III cenderung ramai, dan malas untuk mengerjakan tugas dari gurunya. Selain itu, cara guru mengajar yang masih didominasi dengan ceramah membuat kelas menjadi monoton dan sajian pelajaran menjadi kurang menarik perhatian siswa. Mengacu pada data hasil belajar, termasuk ketuntasan belajar yang dicapai siswa kelas III SDN Kauman Kidul

50 Salatiga, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas, dalam rangka untuk mengubah situasi pembelajaran yaitu hasil dan ketuntasan belajar yang dicapai siswa; juga di dalamnya mengubah proses pembelajaran agar ssiwa menjadi tertarik untuk belajar IPA. Penelitian PTK ini menggunakan metode discovery dan media benda nyata, yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus akan memuat dua pertemuan. 4.1.1 Siklus I a. Perencanaan Sebelum dilakukan penelitian tindakan, terlebih dahulu diadakan sosialisasi rencana tindakan kelas yang sebelumnya telah dirancang oleh peneliti; dalam bentuk didiskusikan dan dibahas dengan guru peneliti (guru mitra yang akan mengajar), tentang pembelajaran IPA dengan metode discovery dan media benda nyata. Sosialisasi ini dimaksudkan agar ada kesepahaman, antara peneliti dengan guru kelas yang berkolaborasi dalam penelitian tindakan kelas ini. Berdasarkan hasil sosialisasi dengan kolaborator ini, maka hal-hal yang diputuskan dan direncanakan dalam tahap ini antara lain: 1) Menyepakati bahwa tindakan akan dilakukan pada dua siklus, dimana masingmasing siklus dilaksanakan masing-masing dua pertemuan. 2) Menyusun kembali RPP berdasarkan kesepakatan antara guru sebagai kolaborator yang mengajar dengan peneliti; dimana RPP yang disusun kembali, tetap mengacu pada sintaks pembelajaran discovery dan media benda nyata. 3) Menyiapkan semua alat peraga; dimana alat peraga yang disiapkan, berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan. 4) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi hasil kesepakatan dengan guru. b. Pelaksanaan Tindakan Setelah disusun RPP, menyiapkan dan mengecek semua alat peraga, juga instrumen observasi yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti dan guru

51 bersepakat untuk melakukan perbaikan pembelajaran, dengan rincian sebagai berikut: Pertemuan I 1) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti meliputi beberapa kegiatan seperti yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa dan melakukan apersepsi. Siapakah yang pernah melihat gunung? Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu salah satu bentuk permukaan bumi: pergunungan adalah kumpulan gunung-gunung, pergunungan tertinggi di Indonesia adalah Jaya Wijaya. Setelah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran itu. Setelah penjelasan tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu kegiatan inti. 2) Kegiatan Inti Sebelum memberikan pemaparan materi tentang bentuk permukaan bumi, yaitu pergununggan dapat di daratan yang paling tinggi dibandingkan daratan lainnya, terlebih dahulu guru membagi siswa dalam empat kelompok, dimana dua kelompok pertama, masing-masing beranggotakan lima siswa, dan dua kelompok lainnya, masing-masing beranggotakan empat siswa. Pengelompokkan siswa dilakukan atas pertimbangan heterogenitas, mulai dari jenis kelamin, prestasi akademik, maupun usia. Setelah dilakukan pembagian kelompok, guru membagikan beberapa contoh gambar dan diperlihatkan benda nyata di luar kelas. Langkah berikut yang dilakukan guru adalah memberikan pemaparan dan penjelasan materi bentuk permukaan bumi yaitu bentuk kenampakan permukaan bumi terdiri dari daratan, dan pergunungan. Setelah memberikan pemaparan tentang materi bentuk permukaan bumi, guru menginstruksikan kepada masingmasing kelompok untuk berdiskusi tentang materi, dan selanjutnya menuntun siswa untuk melihat pemandangan diluar kelas. Hasil percobaan dan pengamatan

52 siswa kemudian didiskusikan dalam kelompok dan selanjutnya dipresentasikan di depan kelas. 3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan ini, guru bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan tentang materi yang baru saja dipelajari. Sebelum menutup pelajaran, guru memberikan tugas terkait dengan materi untuk dikerjakan di rumah. Tujuan pemberian tugas ini adalah agar siswa dapat mengetahui yang mana termasuk wilayah perairan dan wilayah daratan, tentang materi yang baru saja dipelajari. Pada bagian akhir, guru juga mengingatkan bahwa akan masih ada pertemuan berikutnya membahas materi yang sama, dengan sub materi yang berbeda. Pertemuan II 1) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada pertemuan II ini, meliputi beberapa kegiatan seperti membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa, meminta siswa untuk mengumpulkan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, dan melakukan apersepsi. Apersepsi diberikan dalam bentuk pertanyaan: Siapa yang pernah melihat globe? Bagaimana bentuk globe? Bagaimana bentuk bumi kita? Setelah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran itu. Setelah penjelasan tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu kegiatan inti. 2) Kegiatan Inti Setelah dilakukan menjelaskan tujuan pembelajaran, guru memperlihatkan globe benda nyata, yang akan diperlihatkan ke siswa tersebut. Langkah berikut yang dilakukan guru adalah memberikan pemaparan dan penjelasan materi bentuk permukaan bumi yaitu wilayah daratan dan wilayah perairan. Setelah memberikan pemaparan tentang materi bentuk permukaan bumi, guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi tentang materi, dan selanjutnya menuntun siswa untuk membedakan bentuk globe dan bola. Setelah

53 pengamatan siswa kemudian berdiskusi dalam kelompok dan selanjutnya dipresentasikan di depan kelas. 3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan ini, guru bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan tentang materi yang baru saja dipelajari. Sebelum menutup pelajaran, guru memberikan tes tentang materi yang baru saja dipelajari, juga materi dari pertemuan I sebelumnya. Demi memperkuat pemahaman pada materi yang baru saja diberikan, guru memberikan tugas kepada siswa. Pada bagian akhir, guru juga mengingatkan bahwa akan masih ada pertemuan berikutnya membahas materi yang sama, dengan sub materi yang berbeda. c. Observasi 1) Kinerja Guru Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah keseluruhan aktivitas atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Fokus amatannya adalah bagaimana penerapan metode pembelajaran discovery dan media benda nyata dalam pembelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi. Hasil observasi disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4. 3 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Penerapan Metode Discovery dan Media Benda Nyata Siklus Materi Total Nilai Kriteria skor aktivitas I Bentuk kenampakan permukaan bumi terdiri dari daratan dan perairan. 54 7,5% Cukup baik Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan metode discovery dengan memanfaatkan media benda nyata dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003): Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

54 >8% = baik sekali 70 85% = baik 55 9% = cukup baik <54% = kurang Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 54 atau persentasenya adalah 7,5%. Meskipun berada pada kategori cukup baik, namun secara umum dapat dikatakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan kurang maksimal. Pembelajaran berlangsung kurang maksimal, karena jika diamati tiap item pada lembar kinerja guru masih terdapat beberapa kekurangan yaitu: (1) kesesuaian antara apersepsi dengan pokok bahasan yang dibahas, masih berada pada kategori dilakukan kurang baik; (2) sumber belajar dalam hal ini media nyata yang dipilih guru dapat belum dapat meningkatkan semangat belajar dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran karena item ini pun masih berada dalam kategori kurang baik; (3) demikian juga pada item melibatkan siswa secara langsung maupun tidak langsung dalam pemanfataan media benda nyata; (4) interaksi yang bersifat positif atau interaksi yang nyaman antara guru dan siswa juga berada pada kategoi masih kurang baik; (5) item guru membimbing kelompok-kelompok belajar dalam berdiskusi juga masih berada pada kategori kurang baik; dan () guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok dalam mempresentasikan hasil kerjanya juga berada pada kategori kurang baik. 2) Aktivitas Siswa Selain kinerja guru, perlu juga diamati aktivitas siswa. Pengamatan aktivitas siswa ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana metode discovery learning dengan memanfaatkan media benda nyata sebagai metode pembelajaran memberikan pengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Disamping itu, pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai kesesuaian langkah pembelajaran metode discovery learning dengan memanfaatkan media benda nyata dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Tabel 4. 4

55 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Penerapan Metode Discovery dan Media Benda Nyata Siklus Materi Total Nilai Kriteria skor aktivitas I Bentuk kenampakan permukaan bumi terdiri dari daratan dan perairan. 49 1.25% Cukup baik Data aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran metode discovery learningdengan memanfaatkan media benda nyata pada siklus I dihitung dengan cara sebagai berikut: Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >8% = baik sekali 70 85% = baik 55 9% = cukup baik <54% = kurang Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 49 atau persentasenya adalah 1.25%. Meskipun berada pada kategori cukup baik, namun secara umum dapat dikatakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan kurang maksimal. Pembelajaran berlangsung kurang maksimal, karena jika diamati tiap item pada lembar aktivitas masih terdapat beberapa kekurangan yaitu: (1) siswa belum siap menerima pelajaran, karena pada item ini skor yang diperoleh adalah 2 atau berada pada kategori kurang baik; (2) siswa juga belum mendengarkan secara baik penjelasan kompetensi yang hendak dicapai dalam pembelajaran yang akan berlangsung; (3) siswa juga masih kurang baik tingkat keaktifannya dalam bertanya ketika guru menjelaskan materi pelajaran; (4) disamping itu, ditemukan bahwa belum ada interaksi yang positif, yang nyaman dan saling mendukung, dalam diskusi diantara para siswa; (5) keterlibatan siswa juga masih kurang dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kebiasaan siswa yang hanya mendengarkan ceramah guru, sehingga ketika diminta untuk menjadi partisipan aktif dalam belajar, tampak bahwa siswa masih sangat canggung dengan hal ini; () ditemukan juga bahwa keberanian siswa

5 dalam mengungkapkan pendapatnya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya ataupun menanggapi, masih juga berada pada kategori kurang baik; (7) tampak juga bahwa siswa belum termotivasi dan antusias selama mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode discovery dengan memanfaatkan media benda nyata; (8) tampak juga bahwa siswa belum merasa tertarik mempelajari materi dengan media benda nyata yang ditentukan oleh guru; (9) siswa juga merasa belum terbimbing selama proses pembelajaran berlangsung; dan (10) siswa masih pasif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi bentuk permukaan bumi yang belum dipahami. Penelitian ini adalah penelitian tindakan, dalam maksud untuk memperbaiki situasi pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan pada kinerja guru maupun aktivitas siswa, dengan hasil seperti dipaparkan di atas, maka dapat dipastikan bahwa kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, akan berkontribusi langsung pada hasil belajar siswa. 3) Hasil Belajar Siswa Penilaian belajar siswa dilakukan pada akhir siklus I pertemuan 2, dalam bentuk tes tertulis pilihan ganda. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus dari Sugiyono (2011:34-35) yang menggunakan rumus K=1+3,3 log n. Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut: Range / Jangkauan = skort tertinggi skor terendah Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n Interval Dalam menentukan pembuatan interval nilai mencari cara menentukan interval nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang di peroleh siswa dengan rumus sebagai berikut: K= Jumlah kelas interval Log= logaritma

57 n= jumlah data Log 18 = 1,25 K = 1 + 3,3 log n = 18 K = 1 + 3,3.1,25 K = 1 + 4.125 K = 5,125 dibulatkan menjadi. Hasil belajar siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4. 5 Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I No Interval Nilai Siklus I Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 55 1 33.33 Tidak tuntas 2 2 8 4 22.22 Tuntas 3 9 75 7 38.89 Tuntas 4 7 82 1 5.5 Tuntas Jumlah 18 100 KKM 5 Rata-rata.39 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 55 Siswa yang Tuntas 12 Siswa yang Belum tuntas Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I, yang mencapai kentuntasan belajar (KKM= 5) sebanyak 12 siswa atau.7% dari kondisi awal yang hanya mencapai 22.23%, sedangkan siswa yang belum mencapai kentuntasan belajar sebanyak siswa atau sebanyak 33.33%, dari kondisi awal sebelum tindakan yaitu 77.77%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas sebelum tindakan adalah 55.39 dengan perolehan nilai terendah yaitu 40 dan

58 tertinggi 80. Kondisi ini berubah setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana perolehan nilai terendah yaitu 55 dan nilai tertinggi 80, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi.39. Nilai pada rentang 55 1 sebanyak siswa dengan persentase 33.33%, siswa yang mendapat nilai pada interval nilai 2 8 sebanyak 4 siswa dengan persentase 22.22%, siswa yang mendapat interval nilai 9 75 sebanyak 7 orang dengan persentase 38.89%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai interval 7 82 sebanyak 1 orang dengan persentase 5.5%. Rekapitulasi perolehan hasil belajar pada siklus I tersebut, disajikan pada gambar berikut ini: Hasil Belajar Siklus 1 8 4 2 0 7 4 1 55-1 2-8 9-75 7-82 Gambar 4. 4 Jumlah Perolehan Nilai Berdasarkan Interval Nilai Total siswa yang tuntas maupun belum tuntas belajar pada siklus I disajikan dalam diagram berikut ini: 12 12 10 8 4 2 0 Siklus I Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 5 Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Pada Siklus I

59 siklus I. Berikut disajikan dalam tabel, persentase ketuntasan belajar siswa pada Tabel 4. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I No Nilai Siklus I Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1 < 5 33.33 Belum tuntas 2 5 12.7 Tuntas Jumlah 18 100 Rata-rata. 39 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 55 Persentase ketuntasan belajar siswa sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 14 siswa atau 77.77%; sedangkan yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 4 siswa dengan persentase 22.23%. Kondisi ini berubah setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang berhasil lulus KKM sebanyak 12 siswa atau.7% dan siswa yang belum berhasil lulus KKM sebanyak siswa atau 33.33%. Berikut persentase hasil belajar siklus I disajikan pada gambar di bawah ini: 80 0 40 20 0 33.33.7 Persentase Ketuntasan Pada Siklus I Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I 4) Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan Siklus I untuk mengukur perubahan hasil belajar IPA siswa.

0 Berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan belajar IPA siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan siklus 1. Tabel 4. 7 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan Siklus I No Kode Nilai Siswa Awal Keterangan Siklus I Keterangan 1 AV2014 40 Belum tuntas 55 Belum tuntas 2 BV2014 0 Belum tuntas 0 Belum tuntas 3 CV2014 50 Belum tuntas 0 Belum tuntas 4 DV2014 70 Tuntas 70 Tuntas 5 EV2014 0 Belum tuntas 5 Tuntas FV2014 55 Belum tuntas 5 Tuntas 7 GV2014 45 Belum tuntas 70 Tuntas 8 HV2014 70 Tuntas 75 Tuntas 9 IV2014 50 Belum tuntas 0 Belum tuntas 10 JV2014 40 Belum tuntas 5 Tuntas 11 KV2014 55 Belum tuntas 70 Tuntas 12 LV2014 75 Tuntas 75 Tuntas 13 MV2014 45 Belum tuntas 5 Tuntas 14 NV2014 0 Belum tuntas 0 Belum tuntas 15 OV2014 50 Belum tuntas 70 Tuntas 1 PV2014 80 Tuntas 80 Tuntas 17 QV2014 55 Belum Tuntas 0 Belum tuntas 18 RV2014 40 Belum Tuntas 70 Tuntas Jumlah nilai 1015 1195 Rata-rata 55.5.39 Perbandingan jumlah siswa maupun persentase siswa yang tuntas hasil belajarnya sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I, disajikan melalui tabel berikut ini:

1 No. Tabel 4. 8 Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan Siklus I Kondisi Awal Siklus I Nilai Jumlah Persentase Jumlah Siswa Persentase (%) Siswa (%) 1 Tuntas 4 22.23 12.7 2 Belum Tuntas 14 77.77 33.33 Jumlah 18 100% 18 100% Mengacu pada tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan, jumlah siswa yang tuntas yaitu 4 siswa dengan persentase 22.23%, meningkat menjadi 12 siswa pada siklus I dengan persentase.7% atau terjadi kenaikan 44.44%. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus I yaitu 14 siswa dengan persentase 77.77% dan turun menjadi siswa dengan persentase 33.33%, setelah diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami penurunan 44.44%. Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I 15 14 10 5 4 Belum Tuntas Tuntas 0 Sebelum Tindakan Gambar 4. 7 Total Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Sebelum Tindakan

2 12 10 8 4 2 0 Siklus I 12 Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 8Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Siklus 1 14 12 10 8 4 2 0 14 12 4 Sebelum Tindakan Siklus I Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 9 Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Sebelum Tindakan dengan Siklus I Sementara itu, perbandingan persentase ketuntasan belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan disajikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4. 9 Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan Siklus I No. Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas Frekuensi % Frekuensi % 1. Kondisi Awal 4 22.23 14 77.77 2. Siklus I 12.7 33.33

3 Adapun perbandingan persentase ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I, disajikan melalui diagram berikut ini: 80 77.77 0 40 20 0 22.23 Persentase Ketuntasan Sebelum Tindakan Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 10 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan 70 0 50 40 30 20 10 0 33.33.7 Persentase Ketuntasan Pada Siklus I Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 11 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I 77.77% 80.00%.7% 0.00% 40.00% 22.23% 33.33% Belum Tuntas Tuntas 20.00% 0.00% Sebelum Tindakan Siklus I Gambar 4. 12 Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan Siklus I

4 d. Refleksi Refleksi merupakan tahap analisis melihat kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-kelebihan yang perlu diperbaiki dan dipertahankan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan pada hasil observasi melalui kinerja guru dan aktivitas siswa, dilakukan diskusi dengan guru agar dilakukan perbaikan pada kinerja guru maupun aktivitas siswa pada siklus berikutnya. Adapun berdasarkan hasil diskusi dengan guru, maka hal-hal yang perlu untuk menjadi masukan perbaikan pada siklus II, antara lain: 1) Guru a) Mengupayakan agar ada kesesuaian antara apersepsi dengan pokok bahasan yang dibahas. b) Mengupayakan agar memilih sumber belajar dalam hal ini media nyata dapat meningkatkan semangat belajar dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. c) Perlu melibatkan siswa secara langsung maupun tidak langsung dalam pemanfataan media benda nyata. d) Perlu membangun interaksi yang bersifat positif atau interaksi yang nyaman antara guru dan siswa. e) Perlu untuk membimbing kelompok-kelompok belajar dalam berdiskusi. f) Perlu untuk mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok dalam mempresentasikan hasil kerjanya. 2) Siswa a) Agar siap menerima pelajaran. b) Agar mendengarkan secara baik penjelasan kompetensi yang hendak dicapai dalam pembelajaran yang akan berlangsung. c) Agar menjadi dalam bertanya ketika guru menjelaskan materi pelajaran. d) Agar terjadi interaksi yang positif, yang nyaman dan saling mendukung, dalam diskusi diantara para siswa. e) Agar terlibat penuh dalam pembelajaran.

5 f) Agar memiliki keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya ataupun menanggapi. g) Agar termotivasi dan antusias selama mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode discovery dan media benda nyata. h) Agar tertarik mempelajari materi dengan media benda nyata yang ditentukan oleh guru. i) Agar merasakan dan mengalami terbimbing selama proses pembelajaran berlangsung; j) Agar menjadi aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi bentuk permukaan bumi. Hal-hal di atas, direncanakan akan dilakukan pada siklus II. Maksudnya adalah, dengan mengandaikan jika melakukan hal-hal yang menjadi kekurangan di atas, maka situasi pembelajaran akan terus menjadi lebih baik, dan konsekuensi ikutannya adalah hasil belajar maupun jumlah dan persentase ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat. 4.1.2 Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka dalam perencanaan ini hal-hal yang rencananya akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II antara lain: 1. Merevisi kembali apersepsi yang telah disusun pada RPP sebelumnya, dimana apersepsi yang direncanakan pada siklus II ini, agar lebih sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan. 2. Merevisi benda-benda nyata yang akan digunakan, agar dapat meningkatkan semangat dan pemahaman belajar siswa. 3. Memposisikan diri sebagai fasilitator dalam kelas, agar siswa dapat terlibat secara penuh dalam pembelajaran. 4. Menjadi lebih rileks dan lebih terbuka, agar siswa menjadi lebih nyaman selama proses pembelajaran. 5. Merencanakan membimbing kelompok-kelompok belajar siswa, melalui mendampingi siswa selama melakukan diskusi, memberikan petunjuk-

petunjuk agar siswa lebih mudah menemukan jawaban atas soal-soal yang sedang didiskusikan.. Memberikan evalusi pada hasil diskusi, termasuk memberikan penghargaan berbentuk pujian dan motivasi kepada siswa maupun kelompok yang antusias dalam melakukan diskusi. b. Pelaksanaan Pertemuan I 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti meliputi beberapa kegiatan seperti yang telah didesain dalam revisi rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa, juga mengatur suasana agar lebih nyaman dan melakukan apersepsi. Apersepsi diberikan dalam bentuk pertanyaan Siapakah yang pernah pergi ke pantai? bagaimana dengan bentuk pantai yang kalian lihat? Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu salah satu bentuk permukaan bumi, Bentuk kenampakan permukaan bumi terdiri dari daratan dan perairan. Setelah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran. Setelah penjelasan tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu kegiatan inti. 2. Kegiatan Inti Setelah dilakukan menjelaskan tujuan pembelajaran, guru membagikan alatalat berupa benda nyata, yang dilakukan diluar kelas. Benda nyata yang digunakan adalah air, sawah, dan sungai. Langkah berikut yang dilakukan guru adalah membeikan pemaparan dan penjelasan materi bentuk permukaan bumi

7 yaitu cekungan dan tonjolan selalu ada. Setelah memberikan pemaparan tentang materi bentuk permukaan bumi, guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok untuk terlebih dahulu melakukan percobaan agar memahami pertanyaan apersepsi, termasuk materi bentuk permukaan bumi yaitu bentuk kenampakan permukaan bumi terdiri dari daratan dan perairan. Selanjutnya, siswa diminta berdiskusi tentang materi. Selama diskusi kelompok, guru berkeliling ruangan, bertanya kepada masing-masing kelompok, kendala-kendala apa saja yang dihadapi kelompok, termasuk guru memberikan petunjuk-petunjuk mengenai kemungkinan jawaban yang harus didiskusikan oleh kelompok. Setelah selesai berdiskusi, guru menuntun dan menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas. Selama presentasi, guru menuntun yang lain untuk aktif bertanya, dengan memberikan petunjuk-petunjuk agar siswa mendapatkan ide untuk mengajukan pertanyaan. Dengan cara ini, siswa mulai aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada kelompok. Guru juga menuntun kelompok yang presentasi untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kelompok lain. Ternyata, dengan cara ini, siswa mulai aktif baik mengajukan pertanyaan, maupun mengajukan jawaban, dan sebaliknya siswa melakukan sanggahan atas jawaban-jawaban. Setelah waktu presentasi selesai, tidak lupa guru mengevaluasi presentasi kelompok, juga mengevaluasi tiap-tiap siswa dalam mengajukan pertanyaan maupun mengajukan jawaban atas pertanyaan. 3. Kegiatan Akhir Setelah waktu selesai, siswa diberikan tugas secara individual untuk dikerjakan di rumah, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum memahami pelajaran termasuk belum memahami metode pembelajaran untuk bertanya, guru bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan dan guru mengingatkan untuk mempelajari sub materi berikutnya yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Tidak lupa, guru juga memberikan pujian kepada siswa yang aktif bertanya, sambil memotivasi pada siswa yang lain, bahwa bertanya adalah hal yang penting dan mendasar di dalam belajar.

8 Pertemuan II 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada pertemuan II ini, meliputi beberapa kegiatan seperti membuka pembelajaran dengan salam, menyapa masing-masing siswa agar suasana lebih rileks dan santai, berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur tempat duduk siswa, meminta siswa untuk mengumpulkan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, dan melakukan apersepsi. Agar siswa mudah menjawab apersepsi, berdasarkan acuan pada pertemuan I, guru sebelumnya memberikan sedikit percobaan berkaitan dengan pertanyaan apersepsi, Apa yang kalian lihat dari lingkungan yang ada dilingkungan sekolah? bagaimana bentuk dataran tinggi, bentuk rendah, bentuk sungai? Setelah siswa menjawab pertanyaan apersepsi dengan benar, guru melanjutkan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui pembelajaran pada hari itu. 2. Kegiatan Inti Melihat perkembangan keaktifan siswa pada pertemuan pertama dengan beberapa revisi yang dilakukan guru dalam pembelajaran, dalam kegiatan inti ini ada beberpa langkah yang dilakukan guru, memberikan pemaparan dan penjelasan materi sifat-sifat cahabentuk permukaan bumiya yaitu cekungan dan tonjolan selalu ada. Setelah memberikan pemaparan tentang materi bentuk permukaan bumi, sama seperti pada pertemuan pertama, guru menginstruksikan kepada masing-masing kelompok untuk terlebih dahulu melakukan percobaan agar memahami pertanyaan apersepsi, termasuk materi bentuk permukaan bumi yaitu cekungan dan tonjolan selalu ada. Selanjutnya, siswa diminta berdiskusi tentang materi. Selama diskusi kelompok, guru berkeliling ruangan, bertanya kepada masing-masing kelompok, kendala-kendala apa saja yang dihadapi kelompok, termasuk guru memberikan petunjuk-petunjuk mengenai kemungkinan jawaban yang harus didiskusikan oleh kelompok. Setelah selesai berdiskusi, guru menuntun dan menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas. Selama presentasi, guru menuntun yang lain untuk aktif bertanya, dengan

9 memberikan petunjuk-petunjuk agar siswa mendapatkan ide untuk mengajukan pertanyaan. Dengan cara ini, siswa ternyata makin aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada kelompok. Guru juga menuntun kelompok yang presentasi untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kelompok lain. Ternyata, dengan cara ini, siswa menjadi makin aktif baik mengajukan pertanyaan, maupun mengajukan jawaban, dan sebaliknya siswa melakukan sanggahan atas jawaban-jawaban. Setelah waktu presentasi selesai, tidak lupa guru mengevaluasi presentasi kelompok, juga mengevaluasi tiap-tiap siswa dalam mengajukan pertanyaan maupun mengajukan jawaban atas pertanyaan. 3. Kegiatan Akhir Setelah semua kelompok selesai melakukan presentasi, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya pada hal-hal yang belum dipahami. Ada siswa mengacungkan tangan; awalanya guru berpikir bahwa siswa tersebut hendak bertanya, ternyata siswa tersebut mengeluarkan pendapatnya : bu, ternyata metode discovery menyenangkan ya bu, saya jadi banyak tahu tentang materi yang diajarkan. Dibandingkan kalau dengar saja, saya jadi bosan dan mengantuk. Sebelum menutup pelajaran, guru memberikan tes akhir kepada siswa, juga memberikan pujian dan mengucapkan terimakasih atas kerjasama selama peneliti melakukan penelitian. Guru juga mengingatkan siswa, untuk dapat menggunakan metode discovery pada mata pelajaran yang lain, atau mungkin juga dalam membuat rencana-rencana yang lain. c. Observasi Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah hasil revisi keseluruhan aktivitas atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Fokus amatannya adalah bagaimana penerapan metode pembelajaran discovery dan media benda nyata dalam pembelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi; juga bagaimana respons siswa dalam melakukan pembelajaran dengan metode discovery dan media benda nyata. Hasil observasi disajikan dalam tabel berikut ini:

70 1) Kinerja Guru Mendasarkan pada refleksi siklus I, diadakan perbaikan-perbaikan tindakan mengenai kinerja guru dalam menerapkan metode discovery dan media benda nyata dalam pelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi. Dalam maksud untuk mengetahui terjadi perubahan kinerja guru dalam menerapkan metode discovery dan media benda nyata, berikut ini diuraikan dalam tabel hasil pengamatan guru menerapkan metode discovery dan media benda nyata. Tabel 4. 10 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II dalam Menerapkan Metode Discovery dan Media Benda Nyata Siklus Materi Total Nilai Kriteria skor aktivitas II Cahaya dapat dibiaskan dan cahaya dapat diuraikan 74 92.5% Baik sekali Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 74 atau persentasenya adalah 92.5%. Dengan perolehan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa kinerja guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, setelah mendapatkan masukan untuk melakukan beberapa revisi pelaksanaan pembelajaran dengan acuan pada hasil observasi siklus I. Kinerja guru dikatakan masuk dalam kriteria baik sekali, karena jika dilihat pada tiap item langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan, ada 90 % langkah-langkah yang masuk dalam kategori dilaksanakan sangat baik, dan 10% sisanya masuk dalam kategori dilaksanakan cukup baik (Kinerja guru dapat dilihat pada lampiran lembar observasi kinerja guru siklus II). 2) Aktivitas Siswa Selain kinerja guru, perlu juga diamati aktivitas siswa. Pengamatan aktivitas siswa ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana metode discovery dan media benda nyata sebagai model pembelajaran memberikan pengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Disamping itu, pengamatan ini

71 dimaksudkan untuk menilai apakah revisi yang menjadi masukan pada siklus I, telah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran metode discovery dan media benda nyata dengan proses pembelajaran yang berlangsung. Tabel 4. 11 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Penerapan Metode Discovery dan Media Benda Nyata Siklus Materi Total Nilai Kriteria skor aktivitas II Bentuk kenampakan permukaan bumi terdiri dari daratan dan perairan. 71 88.75% Baik sekali Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 71 atau persentasenya adalah 88.75%. Dengan perolehan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa meningkat setelah guru melakukan beberapa revisi pelaksanaan pembelajaran dengan acuan pada hasil observasi siklus I. Aktivitas siswa dikatakan masuk dalam kriteria baik sekali, karena jika dilihat pada tiap item langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan, ada 55 % langkah-langkah yang masuk dalam kategori dilaksanakan sangat baik, dan 45% sisanya masuk dalam kategori dilaksanakan cukup baik (Total aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran lembar observasi aktivitas siswa siklus II). 3) Hasil Belajar Siswa Penilaian belajar siswa dilakukan pada akhir siklus II pertemuan 2, dalam bentuk tes tertulis pilihan ganda. Dalam menentukan interval nilai agar lebih mudah mengelompokkan berbagai nilai atau data yang sudah diperoleh, maka kita bisa menggunakan pengelompokkan dalam bentuk tabel. Dengan demikian akan lebih mudah melihat dan mengetahui tentang jangakuan skor tertinggi dan skor terendah, banyaknya katagori serta interval dari data yang ada. Dalam hal ini,

72 peneliti menggunakan rumus dari Sugiyono (2011:34-35) yang menggunakan rumus K=1+3,3 log n. Adapun rumus untuk menentukan Range. Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut: Range / Jangkauan = skort tertinggi skor terendah Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n Interval Dalam menentukan pembuatan interval nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang di peroleh siswa dengan rumus sebagai berikut: K= Jumlah kelas interval Log= logaritma n= jumlah data Log 18 = 1,25 K = 1 + 3,3 log n = 18 K = 1 + 3,3.1,25 K = 1 + 4.125 K = 5,125 dibulatkan menjadi. Hasil belajar siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4. 12 Hasil Belajar Siswa Siklus II No Interval Nilai Siklus II Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 5 71 1 5.5 Tuntas 2 72 78 10 55.5 Tuntas 3 80 85 33.33 Tuntas 4 8 92 1 5.5 Tuntas Jumlah 18 100 KKM 5 Rata-rata 77.22 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 5 Siswa yang Tuntas 18 Siswa yang Belum Tuntas -

73 Mengacu pada tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Jika pada siklus I, siswa yang tuntas belajar mencapai.7% dari total jumlah keseluruhan siswa, maka pada siklus II siswa yang tuntas belajar 100%; dengan uraian sebagai berikut: siswa yang mendapatkan nilai pada interval 5 71 berjumlah 1 siswa dengan persentase 5.5%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval 72 78 ada 10 siswa dengan persentase 55.5%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval 79 85 ada siswa dengan persentase 33.33%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval 8 92 ada 1 dengan persentase masing-masing 5.5%. Adapun perolehan jumlah siswa yang mendapatkan nilai pada masing-masing interval di atas, disajikan melalui diagram berikut ini: Hasil Belajar Siklus II 12 10 8 4 2 0 10 1 1 5-71 72-78 79-85 8-92 Gambar 4. 13 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II Berikut disajikan dalam tabel persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II, Berikut ini. Tabel 4. 13 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II No Nilai Siklus II Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1 < 5 - - Belum tuntas 2 5 18 100 Tuntas Jumlah 18 100 Rata-rata 77. 22 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 5

74 Mengacu pada tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan, jumlah siswa yang tuntas yaitu 4 siswa dengan persentase 22.23%, meningkat menjadi 12 siswa pada siklus I dengan persentase.7% atau terjadi kenaikan 44.44%, Kemudian mengalami lagi peningkatan pada siklus II menjadi 100% atau mengalami kenaikan 77.7% dibandingkan sebelum tindakan atau 33.33% setelah tindakan pada siklus I. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus I yaitu 14 siswa dengan persentase 77.77% dan turun menjadi siswa dengan persentase 33.33%, setelah diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami penurunan 44.44%, dan mengalami penurunan lagi menjadi tidak ada lagi siswa yang belum tuntas pada siklus II. 4) Perbandingan Hasil dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II Untuk mengukur perubahan hasil belajar IPA siswa, berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan belajar IPA siswa sebelum tindakan, setelah tindakan pada siklus I dan setelah tindakan pada siklus II melalui tabel berikut ini. No Kode Siwa Tabel 4. 14 Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dengan Siklus II Nilai Keterangan Siklus II Keterangan Siklus I 1 AV2014 55 Belum tuntas 5 Tuntas 2 BV2014 0 Belum tuntas 75 Tuntas 3 CV2014 0 Belum tuntas 75 Tuntas 4 DV2014 70 Tuntas 80 Tuntas 5 EV2014 5 Tuntas 85 Tuntas FV2014 5 Tuntas 75 Tuntas 7 GV2014 70 Tuntas 80 Tuntas 8 HV2014 75 Tuntas 75 Tuntas 9 IV2014 0 Belum tuntas 75 Tuntas 10 JV2014 5 Tuntas 75 Tuntas 11 KV2014 70 Tuntas 80 Tuntas 12 LV2014 75 Tuntas 75 Tuntas

75 13 MV2014 5 Tuntas 75 Tuntas 14 NV2014 0 Belum tuntas 75 Tuntas 15 OV2014 70 Tuntas 80 Tuntas 1 PV2014 80 Tuntas 90 Tuntas 17 QV2014 0 Belum tuntas 75 Tuntas 18 RV2014 70 Tuntas 80 Tuntas Jumlah nilai 1195 1390 Rata-rata.39 77.22 Dari data tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I siswa yang tuntas hasil belajar 12 siswa (.7%), siswa yang belum tuntas belajar mencapai siswa (33.33%) dari total 18 siswa, dengan nilai rata-rata pada siklus I yaitu.39. Pada siklus II, peningkatan hasil belajar meningkat mencapai 18 siswa (100%) dari 18 siswa, nilai rata-rata dari studi awal.39 naik menjadi 77.22. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, dan pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil, karena semua siswa berhasil lulus dari KKM. Berikut disajikan perbandingan jumlah ketuntasan siswal belajar pada siklus I dengan siklus II. Tabel 4. 15 Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II No Nilai Jumlah Siswa Siklus I Persentase (%) Jumlah Siswa Siklus II Persentase (%) 1 Tuntas 12.7 18 100 2 Belum Tuntas 33.33 - - Jumlah 18 100% 18 100% Mendasarkan pada tabel di atas, berikut akan disajikan dalam diagram jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas pada siklus I dengan siklus II berikut ini:

7 12 10 8 4 2 0 Siklus I 12 Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 14 Jumlah Siswa Tuntas dan Belum Tuntas pada Siklus I 20 18 15 10 12 Belum Tuntas Tuntas 5 0 Siklus I Siklus II Gambar 4. 15 Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Siklus I dengan Siklus II Pada pemaparan berikut ini, akan disajikan perbandingan keseluruahan hasil belajar maupun jumlah dan persentase ketuntasan belajar siswa mulai sebelum tindakan, siklus I hingga siklus II. Berikut disajikan perbandingannya melalui tabel berikut ini:

77 Tabel 4. 1 Perbandingan Jumlah Siswa dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa No Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II Nilai Jumlah Siswa Tuntas % Belum Tuntas Jumlah Siswa 1 Pra Tindakan 4 22.23 14 77.77 2 Siklus I 12.7 33.33 3 Siklus II 18 100 - - % Mengacu pada tabel di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan, jumlah siswa yang tuntas yaitu 4 siswa dengan persentase 22.23%, meningkat menjadi 12 siswa pada siklus I dengan persentase.7% atau terjadi kenaikan 44.44%, Kemudian mengalami lagi peningkatan pada siklus II menjadi 100% atau mengalami kenaikan 77.7% dibandingkan sebelum tindakan atau 33.33% setelah tindakan pada siklus I. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus I yaitu 14 siswa dengan persentase 77.77% dan turun menjadi siswa dengan persentase 33.33%, setelah diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami penurunan 44.44%, dan mengalami penurunan lagi menjadi tidak ada lagi siswa yang belum tuntas pada siklus II. Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode discovery dan media benda nyata berhasil pada pelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi pada siswa kelas III SDN Kauman Kidul Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014. Hasil ini disajikan pada diagram perbandingan ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dapat dilihat berikut ini:

78 15 14 10 5 4 Belum Tuntas Tuntas 0 Sebelum Tindakan Gambar 4. 1 Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II 15 14 10 5 4 Belum Tuntas Tuntas 0 Sebelum Tindakan Gambar 4. 17 Total Jumlah Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Sebelum Tindakan 12 10 8 4 2 0 Siklus I 12 Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 18 Jumlah Total Siswa Tuntas dan Belum Tuntas pada Siklus I

79 18 1 14 12 10 8 4 2 0 14 4 Sebelum Tindakan 18 12 Siklus I Siklus II Belum Tuntas Tuntas Gambar 4. 19 Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Sebelum Tindakan dengan Siklus I dan siklus 2 d. Refleksi Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya, penulis bersama observer melakukan refleksi. Ternyata hasil perbaikan pembelajaran memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana semua siswa pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya. 4.2 Pembahasan Berdasarkan data yang telah dipaparkan oleh peneliti, penerapan discovery learning dengan memanfaatkan media benda nyata pada siswa kelas III SDN Kauman Kidul Salatiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra Siklus atau sebelum tindakan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 4 siswa (22.23%) dari 18 siswa, dengan nilai rata-rata 55.5. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 12 siswa (.7%) dengan nilai rata-rata.39. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal ke siklus I yaitu 44.44%, Setelah mempertimbangkan berbagai kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II, diketahui bahwa semua siswa berhasil tuntas dalam belajarnya, dengan perolehan nilai ratarata 77.22. Mengacu pada hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan

80 ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 33.33%. Berdasarkan pada hasil ini maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan metode discovery learning dan media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang direncanakan. Mengantisipasi hal tersebut, sebelum dilakukan tindakan pada siklus II terlebih dahulu peneliti berdiskusi dengan observer tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dan lebih difokuskan pada siklus II. Di atas telah dipaparkan bahwa setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi ketuntasan hasil belajar sebesar 33.33%. Semua siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning dan media benda nyata pada mata pelajaran IPA materi bentuk permukaan bumi, lulus dari kriteria KKM, dengan nilai rata-rata 77.22. Demikian juga dengan keaktifan belajar siswa. Jika pada siklus I, keaktifan belajar siswa untuk menggunakan metode discovery dan media benda nyata adalah 1.25%, terjadi peningkatan keaktifan belajar untuk menggunakan metode discovery dan media benda nyata sebanyak 27.5% lagi sehingga menjadi 88.75%. Hasil ini mengindikasikan bahwa metode discovery dan media benda nyata sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran IPA. Metode pembelajaran ini cocok diterapkan, karena metode ini sesungguhnya berangkat dari hal-hal nyata yang telah diketahui siswa, namun hanya dicocokan dengan konsep dan teori-teori IPA yang dipelajari. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II dengan standar kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam bahwa penerapan discovery learning dengan memanfaatkan media benda nyata dapat peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas III semester II SDN Kauman Kidul Salatiga pada mata pelajaran IPA tentang bentuk permukaan bumi tahun ajaran 2013/2014.

81