Ikhtisar Eksekutif. 1 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

dokumen-dokumen yang mirip
L a p o r a n K i n e r j a ( L K j ) T r i w u l a n I II TAHUN 2016

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR

L A K I P D J P B T r i w u l a n I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR

L a p o r a n K i n e r j a ( L K j ) T r i w u l a n I TAHUN 2015 KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n 1 D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV BPBAP TAKALAR TAHUN Latar Belakang

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II TAHUN 2015 BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU JEPARA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

L a p o r a n K i n e r j a ( L K j ) T r i w u l a n I II TAHUN 2015 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Ambon, 5 Juli 2017 Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon. Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

2.1 Rencana Strategis

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Produksi, Ir. Coco Kokarkin Soetrisno,M.Sc

Laporan Kinerja (LKj) Triwulan II TAHUN 2015 KATA PENGANTAR. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Laporan Kinerja Tahun 2015

KATA PENGANTAR. Ambon, 8 Januari 2018 Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon. Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2017 LOKA PEMERIKSAAN PENYAKIT IKAN DAN LINGKUNGAN SERANG

Laporan Kinerja LP2IL Serang 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Rencana Strategis. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2015 BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU JEPARA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a, K K P

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA

LAPORAN KINERJA TA Loka Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB : Prof. Dr. Ir. Brata Pantjara, M.P. KONTRIBUTOR :

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja 2014

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

L A P O R A N K I N E R J A

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I SUPM NEGERI PARIAMAN TAHUN 2017

L A P O R A N K I N E R J A

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2016 Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan. Ir. Nilanto Perbowo, M.

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

reformasi birokrasi yang harus diwujudkan dan dilaksanakan oleh seluruh instansi pemerintahan. Salah satu wujud atas pelaksanaan tugas dan

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

BBPPBL Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Laut Institute for Mariculture Research And Development

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL NOMOR 1/PER-SJ/2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

LAPORAN KINERJA SUPM NEGERI PARIAMAN TAHUN 2016

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/VIII/2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

DAFTAR PENYUSUN. Penasehat : Penanggung Jawab : Ketua Tim Penyusun : Tim Penyusun : Penerbit : Kepala PusatPenelitian dan Pengembangan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

DRAFT RENCANA STRATEGIS

TIM PENYUSUN : Dr. Imron, S.Pi, M.Si KONTRIBUTOR : Noor Bimo Adhiyudanto, S.Si. Warsono, S.A.P. Nunuk Listiyowati, S.Pi. Sunarso, S.

L A K I P. Satuan Kerja (sebutkan) TAHUN ANGGARAN. PUSAT STATISTIK (sebutkan Satuan Kerja) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN AERTEMBAGA BITUNG

K A T A P E N G A N T A R

PERATURAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT NOMOR PER. /Balitbang KP.3.1/BPOL/RC.310/I/2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

Kata Pengantar. Sorong, Januari 2017 NIP LAPORAN KINERJA POLITEKNIK KP SORONG 2016

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

2018, No Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45/PERMEN-KP/2015 perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasa

Ikhtisar Eksekutif. vii

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

I N S P E K T O R A T

2017, No Negara dan Reformasi Birokrasi dalam surat Nomor 116/M.KT.01/2017, tanggal 7 Maret 2017; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam

Transkripsi:

Ikhtisar Eksekutif Laporan Kinerja BPBAP Takalar Tahun 2017 disusun sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKJ) yang menegaskan bahwa setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi instansi pemerintah terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, Laporan Kinerja BPBAP Takalar Tahun 2017 melaporkan capaian kinerja (performance result) selama tahun 2017 yang dikaitkan dengan rencana kerja (performance plan) Tahun 2017 yang sepenuhnya mengacu kepada Renstra BPBAP Takalar Tahun 2015 2019. Pencapaian pelaksanaan kegiatan pada tahun 2017 menunjukkan kemajuan dalam upaya pencapaian target akhir di tahun Renstra 2015-2019. Secara umum, pencapaian sasaran strategis Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan dan on track. Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan sebanyak 25, yang dibagi dalam 4 perspective yaitu Stakeholder perspective terdiri atas 1 (satu) SS dengan 3 (tiga) IKU, Costumer perspective terdiri atas 1 (satu ) SS dengan 4 (empat) IKU, Internal Process Perspective terdiri dari 1 (satu) SS dengan 10 (sepuluh) IKU dan Learn and Growth Perspective terdiri dari 4 (empat) SS dengan 8 (delapan) IKU. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 IKU yang berstatus sangat baik dan 9 IKU berstatus baik. Pada Tahun 2017, capaian nilai per sasaran strategis Ditjen Perikanan Budidaya adalah sebesar 92,90 %. Sedangkan capaian nilai persasaran Strategi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar adalah sebesar 104,21 % yang artinya secara garis besar seluruh sasaran yang dibebankan pada BPBAP Takalar dapat tercapai dengan sangat baik. Adapun rincian pencapaian indikator kinerja utama (IKU) adalah sebagai berikut: 1. Dari 25 IKU yang telah ditetapkan, 16 (enam belas) yag berstatus sangat baik dan 9 (Sembilan) berstatus baik atau mencapai target ; 2. IKU yang capaiannya telah mencapai target yang telah ditentukan, yaitu : a) Rata rata pendpatan pembudidaya sebesar 108,16%. b) Jumlah produksi benih BPBPAP Takalar 104,46% c) Jumlah produksi calon induk unggul sebesar 100,47% 1 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

d) Nilai PNBP BPBAP Takalar sebesar 101,71%. e) Kawasan budidaya yang penyakit ikan pentingnya dapat dikendlikan melalui surveilen sebesar 100%. f) Jumlah Laboratorium HPI dan residu yang memenuhi standar teknis sebesar 100%. g) Jumlah bantuan/retocking benih sebesar 121,23 %. h) Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perkeyasaan bidang budidaya air payau sebesar 120 %. i) Jumlah unit pembenihan yang menerapkan iso 9001:2008 sebesar 100%. j) Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB sebesar 122 %. k) Jumlah kelompok pembudidaya yang siap disertifikasi CBIB sebesar 110 %. l) Jumlah tenaga teknis binaan sebesar 170,4 %. m) Jumlah lokasi restocking sebesar 155,55 %. n) Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya sebesar 100%. o) Jumlah layanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan sebesar 162,68 %. p) Indeks kompetensi dan integritas lingkup ditjen perikanan budidaya sebear 117,36 %. q) Nilai kinerja reformasi birokrasi DJPB sebesar 114,84%. r) Nilai maturitas SPIP sebesar 138%. s) Nilai AKIP DJPB sebesar 103,75%. t) Nilai kinerja anggaran BPBAP Takalar sebesar 101,58%. u) Persentase kepahan terhadap sap lingkup DJPB sebesar 100% 3. IKU yang capaiannya tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, yaitu ; a) Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) sebesar 96,67 %. b) Pertumbuhan PDB perikanan sebesar 84,38%. c) Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) sebesar 79,35%. d) Persentase tindak lanjut direktif pimpinan sebesar 80%. Peningkatan kinerja terhadap pencapaian terhadap beberapa IKU yang masih di bawah target yang ditetapkan perlu senantiasa dilakukan melalui kerja keras pada 2 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

beberapa kegiatan pendukung IKU dimaksud serta melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan yang ada untuk lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran strategis. Dengan demikian, diharapkan di masa yang akan datang dapat terjadi peningkatan capaian kinerja yang lebih optimal melalui kegiatan-kegiatan pendukung yang dilakukan secara efektif dan efisien 3 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) III Tahun 2015 2019, telah mengamanatkan untuk terus melakukan pembangunan perikanan budidaya secara berkelanjutan, karena diyakini dengan potensi dan kekuatan yang ada, perikanan budidaya mampu memberi kontribusi pada 9 (sembilan) agenda pembangunan nasional pemerintah (NAWACITA), diantaranya mewujudkan kemandirian ekonomi (termasuk pembudidaya ikan), dan memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan melalui peningkatan produksi budidaya yang berdaya saing, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya. Kebijakan Ditjen Perikanan Budidaya tahun 2015 2019 adalah mengembangkan program dan kegiatan untuk tercapainya sasaran strategis perikanan budidaya. Arah kebijakan pembangunan perikanan budidaya adalah; (i) Meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya; (ii) Meningkatkan daya saing dan potensi ekonomi sumberdaya perikanan budidaya; dan (iii) Meningkatkan kelestarian dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya. Di Samping arah kebijakan dan pelaksanaan strategi diatas, pada periode 2015 2019 Direktorat Perikanan Budidaya juga diberikan mandat untuk melaksanakan quickwins dan program lanjutan. Quickwins merupakan langkah inisiatif yang mudah dan cepat dapat dijadikan contoh acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang dijalankan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat. Adapun rancangan program quickwins Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2015 2019 difokuskan untuk membangun Gerakan Kemandirian Pembudidaya Ikan melalui : (i) Penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) untuk 20.000 pembudidaya sampai tahun 2019; (ii) Penjaminan mutu benih di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan unit pembenihan lainnya pada 900 unit pembenihan sampai tahun 2019; (iii) Pengembangan 100 kebun bibit rumput laut dan Kultur Jaringan ; (iv) Penerapan teknologi biofloc budidaya lele dan patin di 24 lokasi sampai tahun 2019. Sedangkan rancana program lanjutan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang dimandatkan pada periode 2015 2019 adalah Pengembangan Budidaya di Keramba Jaring Apung (KJA), pengembangan Pakan Mandiri, pengembangan sarana prasarana perikanan budidaya. 4 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Oleh karena itu guna mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang lebih terarah, terukur, konsisten dan akuntabel, maka Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memfokuskan kegiatan peningkatan produksi dan peningkatan kualitas terhadap komoditas penting dan bernilai ekonomis. Beberapa jenis komoditas yang dikembangkan di BPBAP Takalar antara lain pembenihan udang windu (Penaeus monodon fabs), rajungan (P. pelagicus), Kepiting Bakau (Scylla sirata), Bandeng (Chanos-chanos), Kerapu macan (E. fuscoguttatus), Kakap putih (Lates calclifer) serta penyediaan bibit Rumput Laut (E. cottoni, Gracillaria sp) dan Lawi-lawi (Caulerpa sp). Untuk kegiatan pembesaran antara lain pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei), Kerapu Cantang (Ephynepelus), dan Bandeng (Chanos-chanos). Selain itu terdapat kegiatan yang bersifat dukungan terhadap kegiatan produksi yaitu produksi pakan alami (Fitoplankton dan Zooplantonkton), produksi pakan buatan serta pengelolaan Laboratorium Uji yang meliputi pengendalian hama penyakit ikan dan pemantauan kualitas air. Mengacu pada Instruksi Presiden (INPRES) No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Balai Perikanan Budidaya Air Payau berkewajiban menyusun Laporan Kinerja. Dokumen Laporan Kinerja merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan renstra maupun rencana kerja tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. Laporan Kinerja juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara garis besar Laporan Kinerja bertujuan untuk; a). Mengetahui kegiatan yang telah dilaksanakan; b). Mengetahui perkembangan kegiatan yang telah dilaksanakan berikut hasil pengolahan dan evaluasi; c). Sebagai dasar untuk pelaksanaan kegiatan tahun berikutnya; d). Tertibnya pengadministrasian hasil kegiatan; e). Sebagai bukti laporan program dan hasil kegiatan kepada publik. LKJ Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar tahun 2017 mendeskripsikan input, output, outcome, dan benefit dari setiap pelaksanaan program dan kegiatan untuk menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada dalam kurun waktu tahun 2017 secara terstruktur. 5 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

1.2. Maksud dan Tujuan Laporan Kinerja (LKj) Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar tahun 2017 merupakan salah satu bentuk media informasi atas pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan anggaran Ditjen Perikanan Budidaya. Adapun tujuan penyusunan LKj Balai Perikanan Budidaya Air Payau Tahun 2017 adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar selama Tahu 2017. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan suatu kesimpulan yang dapat menjadi salah satu bahan masukan dan referensi dalam menetapkan kebijakan pembangunan perikanan budidaya ke depan. 1.3. Tugas Dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 6 /PERMEN- KP/2014, Tanggal 3 Februari 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Budidaya Air Payau, Balai Budidaya Air Payau yang selanjutnya disebut BPBAP adalah unit Pelaksana teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan dibidang budidaya air payau yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Mempunyai tugas melaksanakan penerapan teknik perbenihan dan pembudidayaan ikan air payau serta pelestarian sumberdaya induk, benih ikan dan lingkungan. Kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya Air Tawar, Perikanan Budidaya Air Payau, dan Perikanan Budidaya Laut, maka Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar mempunyai tugas melaksanakan uji terap teknik dan kerja sama, produksi, pengujian laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan, serta bimbingan teknis perikanan budidaya air payau. Dalam melaksanakan tugas tersebut Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut : a. Penyusunan rencana kegiatan teknis dan anggaran, pemantauan dan evaluasi serta laporan; b. Pelaksanaan uji terap teknik perikanan budidaya air payau; 6 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

c. Pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi perikanan budidaya air payau; d. Pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air payau; e. Pelaksanaan kerja sama teknis perikanan budidaya air payau; f. Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi, dan publikasi perikanan budidaya air payau; g. Pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis perikanan budidaya air payau; h. Pelaksanaan pengujian kesehatan ikan dan lingkungan budidaya air payau; i. Pelaksanaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi perikanan budidaya air payau; j. Pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air payau; dan k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Adapun susunan organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar, terdiri dari: a. Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama; Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama mempunyai tugas melakukan melaksanakan teknik dan penyiapan bahan standarisasi, sertifikasi, kerjasama teknis, serta pengelolaan dan pelayanan system informasi perikanan budidaya air payau. b. Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis; Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis mempunyai tugas melaksanakan kegiatan monitoring kawasan budidaya penyakit ikan, penting dapat dikendalikan melalui surveilen, jumlah laboratorium dan residu yang memenuhi standar teknis, jumlah layanan pengujian laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan, jumlah produksi calon induk, jumlah benih dan mutu terjamin, jumlah produksi budidaya pembesaran, jumlah kawasan kebun bibit, jumlah produksi rumput laut, jumlah tenaga teknis binaan, jumlah produksi pakan mandiri, produksi pakan alami, pemeliharaan, perbaikan genset dan instalasi listrik, pemeliharaan, perbaikan pompa air laut dan air tawar serta instalasi air laut dan air tawar, perbaikan dan pemeliharaan blower dan instalasi blower. c. Subbagian Tata Usaha; Subbagian Tata Usaha mempunyai melakukan penyiapan bahan 7 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaporan keuangan, kegiatan teknis, anggaran, pengelolaan kepegawaian, tata laksana, barang milik negara, rumah tangga, dan ketatausahaan. d. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penerapan teknik dan pengujian perikanan budidaya air payau, serta kegiatan lain sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional dan peraturan perundang-undangan. Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar terdiri dari Perekayasa, Litkayasa, Pengawas Perikanan, Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan dan pranata humas, yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

KEPALA BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR KASUBBAG TATAUSAHA KEPALA SEKSI UJI TERAP TEKNIK DAN KERJASAMA KEPALA SEKSI PENGUJIAN DAN DUKUNGAN TEKNIS KOORDINATOR JABATAN FUNGSIONAL FUNGSIONAL PEREKAYASA FUNGSIONAL LITKAYASA FUNGSIONAL PENGAWAS FUNGSIONAL PHPI FUNGSIONAL HUMAS Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar didukung oleh SDM sebanyak 98 orang (sampai dengan Desember 2017), dengan rincian sebagai berikut : 1. Jumlah pegawai menurut pendidikan: S3 sebanyak (2 orang), S2 sebanyak (10 orang), S1 sebanyak (30 orang), D4 sebanyak (4 orang), SM/D3 sebanyak (9 orang), SLTA sebanyak (41 orang) dan SLTP sebanyak (3 orang). 9 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Gambar 2. Jumlah Pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Menurut Tingkat Pendidikan Dari diagram di atas digambarkan bahwa pegawai dengan tingkat pendidikan SLTA memiliki jumlah yang terbesar yaitu 43% atau 41 orang dan pegawai dengan tingkat pendidikan SLTP hanya 3 orang. Dari komposisi demikian untuk meningkatkan kinerja diperlukan peningkatan kualitas pegawai melalui pelatihan atau diklat serta pendidikan gelar maupun non gelar. 1.4. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar pada dasarnya adalah untuk menginformasikan pencapaian kinerja selama tahun 2017. Capaian kinerja tahun 2017 tersebut dibandingkan dengan kinerja tahun 2016, sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Adapun sistematika penyajian laporan adalah sebagai berikut : Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini disajikan tujuan, sasaran, capain kinerja, permasalahan yang dihadapi dalam pencapain kinerja dan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta antisipasi untuk menanggulangi permasalahan yang mungkin terjadi pada tahun mendatang. Bab I pendahuluan, pada bab ini disajikan hal-hal umum tentang Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar serta uraian singkat tentang tugas pokok dan fungsi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar. 10 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja, pada bab ini disajikan rencana strategis, gambaran singkat mengenai sasaran dan kebijakan dan program Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar pada tahun 2010-2017 serta sasaran dan rencana kerja tahun 2017. Bab III Akuntabilitas, pada bab ini disajikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akutabilitas kinerja termasuk didalamnya keberhasilan dan kegagalan serta permasalahan yang dihadapi dan upaya tindak lanjut penyelesaian masalah. Dalam bab ini juga disampaikan akuntabilitas keuangan yang mencakup alokasi dan realisasi anggaran termasuk pula penjelasan tentang efisiensi. Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan tinjauan secara umum tentang keberhasilan, kegagalan dan permasalahan serta upaya tindak lanjut untuk perbaikan tahun mendatang. 11 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

BAB 2. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1. Rencana Strategi BPBAP Takalar Pengembangan teknologi perikanan budidaya melalui kegiatan perekayasaan, diseminasi, pelayanan masyarakat dan produksi yang telah dilaksanakan BPBAP Takalar selama ini telah membawa hasil yang cukup menggembirakan, khususnya pengembangan teknologi budidaya air payau di kawasan timur Indonesia (KTI). Namun demikian, perubahan arah kebijakan serta pengembangan perikanan budidaya yang selama ini hanya berorientasi untuk tujuan peningkatan produksi melalui pemanfaatan potensi lahan serta keaneragaman plasma nutfah, namun dewasa ini juga dituntut untuk pengembangan perikanan budidaya yang ramah lingkungan (environmental friendly) serta melaksanakan tata cara budidaya yang bertanggung jawab dan berkelanjutan (responsible and suistainable aquaculture) dalam rangka menyesuaikan dan memenuhi tantangan lingkungan strategis perikanan budidaya air payau. 2.1.1. Visi BPBAP Takalar Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut ke mana instansi pemerintah harus dibawa dan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antusias, inovatif serta produktif. Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah. Atau dengan kata lain visi merupakan suatu kondisi atau harapan yang harus diwujudkan pada masa yang akan datang. Berkenaan dengan hal tersebut, maka langkah awal dalam penyusunan perencanaan strategi adalah berhubungan dengan penetapan visi organisasi. Perumusan visi dilakukan dengan memperhatikan keselarasan dan kesesuaian antara visi yang hendak diwujudkan dengan tupoksi yang diemban oleh BPBAP Takalar. Selain itu juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan rencana pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean gonernment) dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, khususnya dalam bidang kelautan dan perikanan. Sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka dalam perumusan visi BPBAP Takalar tidak terlepas dari 12 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

idealisme dan cita-cita Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sebagai induk organisasi dan Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan secara umum. Dasar pemikiran penyusunan rencana strategis BPBAP Takalar tidak terlepas dari paradigma baru dalam pengembangan budidaya di Indonesia. Misi yang akan di laksanakan oleh BPBAP Takalar sejalan dengan misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam mewujudkan visi di atas adalah sebagai berikut : a. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalui pemanfaatan sumberdaya berbasis pemberdayaan masyarakat. b. Mewujudkan produk perikanan budidaya berdaya saing melalui peningkatan teknologi inovatif. c. Memanfaatkan sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan Maka Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar yang berada pada wilayah kerja di Kawasan Timur Indonesia, menerapkan visi yang searah dengan KKP yang mengacu pada kondisi potensi keragaan, peluang dan tantangan yang dihadapi saat ini dan masa akan datang yang diarahkan guna pencapaian tujuan organisasi pemerintahan. Dari uraian di atas, dirumuskan Visi BPBAP Takalar adalah : Terwujudnya BPBAP Takalar sebagai Pusat Pelayanan Masyarakat dan Penyedia Teknologi terapan dalam Pengembangan Budidaya Air Payau di Kawasan Timur Indonesia 2.1.2. Misi BPBAP Takalar Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran institusi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu misi merupakan penggambaran langkah-langkah nyata yang perlu dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi BPBAP Takalar serta diarahkan untuk mewujudkan misi yang telah dirumuskan. 13 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Misi yang telah ditetapkan oleh BPBAP Takalar adalah sebagai berikut: 1. Penyediaan paket teknologi terapan yang efisien. 2. Pengembangan komoditas unggulan air payau bernilai ekonomis penting pada masyarakat dan pembudidaya berbasis kawasan. 3. Peningkatan layanan masyarakat, akses informasi teknologi dan pengawasan budidaya secara kontinyu dan konsisten. 4. Peningkatan kualitas perekayasaan teknologi, pengendalian kesehatan ikan, lingkungan budidaya dan potensi sumber daya perikanan berbasis kawasan. 5. Peningkatan kemampuan SDM dan sistem kelembagaan. 6. Peningkatan jumlah kawasan yang menjadi binaan sukses. 2.1.3. Tujuan Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam dan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang dengan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Tujuan dari BPBAP Takalar yang merupakan penjabaran dari misi yang telah ditetapkan berdasarkan upaya-upaya organisasi yang akan dilakukan di masa mendatang di adalah : 1. Melakukan perekayasaan dan pengembangan teknologi pada usaha perbenihan dan budidaya, 2. Melakukan penerapan teknologi budidaya air payau pada masyarakat dan pembudidaya khususnya, 3. Menerapkan sistem usaha budidaya ramah lingkungan dan berkelanjutan, 4. Meningkatkan upaya pencegahan terhadap penurunan potensi sumberdaya perikanan, 5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sarana dan prasarana budidaya air payau 6. Meningkatkan jasa pelayanan dan sertifikasi 7. Mengembangkan sistem informasi perikanan budidaya Sedangkan sasaran yang ditetapkan oleh BPBAP Takalar adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan pembudidaya ikan. 2. Pengembangan sistem perbenihan. 14 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

3. Pengembangan sistem produksi pembudidayaan ikan 4. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis lainnya. 5. Pengawalan dan penerapan teknologi terapan adaptif perikanan budidaya. Perwujudan sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Di mana sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis. 2.1.4. Kebijakan Strategis Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar menetapkan beberapa kebijakan yang dijadikan pedoman untuk pencapaian target kegiatan, yaitu: 1. Meningkatkan kemampuan para pihak/pembudidaya dan kawasan dalam kegiatan budidaya air payau untuk mendukung program budidaya yang berkelanjutan 2. Penciptaan dan peningkatan jumlah paket teknologi budidaya yang berkualitas dan berbasis aquabisnis. 3. Peningkatan kualitas perekayasaan dan produksi. 4. Mengembangan kualitas SDM melalui penguasaan IPTEK dan peningkatan profesionalisme aparatur. 5. Peningkatan kelembagaan institusi dan standarisasi teknologi. 2.1.5. Program Pembangunan Perikanan Budidaya Pencapaian pelaksanaan pembangunan perikanan budidaya di BPBAP Takalar ditempuh melalui Program peningkatan produksi perikanan budidaya. Dalam melaksanakan program tersebut, dilaksanakan melalui lima kegiatan prioritas yaitu sebagai berikut: 1. Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan, dengan sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah Terpenuhinya Kawasan Perikanan Budidaya yang Sehat Serta Produk Perikanan yang Aman Dikonsumsi. 2. Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan, dengan sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah terpenuhinya kebutuhan benih untuk produksi dan pasar dengan mutu terjamin. 15 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

3. Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan, dengan sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah terpenuhinya jumlah pembudidaya yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya. 4. Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya ditjen perikanan Budidaya, dengan sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan kehumasan, organisasi dan tata laksanana serta hukum dan perundangan, perencanaan, pengendalian dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu di lingkungan BPBAP Takalar, layanan perkantoran dan pengelolaan keuangan. 5. Pengawalan dan Penerapan Teknologi Adaptif Perikanan Budidaya, dengan sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksanannya Pengembangan teknologi Terapan, pengawalan dan pendampingan teknologi dalam rangka pengembangan kawasan perikanan budidaya. Berdasarkan Revisi Peta Strategi tersebut, maka sasaran strategis pembangunan perikanan budidaya berdasarkan tujuan yang akan dicapai dijabarkan dalam 4 (empat) perspektif dengan masing-masing IKU sebagai berikut : Stakeholder Perspective 1. Terwujudnya kesejahteraan masyakarat Perikanan Budidaya, dengan Indikator Kinerja a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi); b. Pertumbuhan PDB perikanan; c. Rata-rata pendapatan pembudidaya. Customer Perspective, 2. Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan a) Jumlah produksi benih BPBAT Takalar (ekor) b) Jumlah produksi calon induk dan atau calon induk unggul (ekor). c) Nilai PNBP BPBAT Takalar (Rp). d) Jumlah lokasi budidaya yang dilakukan survailan dan/atau monitoring penyakit ikannya (kab/kota; non kumulatif). 16 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Internal Process Perspective 3. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan a) Laboratorium yang memenuhi standar teknis (unit) b) Jumlah Bantuan Benih Ikan (juta ekor) c) Jumlah hasil perekayasaan teknologi terapan bidang budidaya air payau (paket) d) Jumlah Unit Pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2008 (Unit) e) Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit) f) Jumlah unit pemudidayaan ikan yang siap disertifikasi CBIB (unit) g) Jumlah Tenaga Teknis Binaan (orang) h) Jumlah bantuan restocking (lokasi) i) Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya (kawasan) j) Jumlah sampel yang diuji dalam rangka pelayanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan (sampel) Learning & Growth Perspective 4. Terwujudnya ASN DJPB yang kompeten, profesional dan a). Indeks kompetensi dan integritas lingkup Ditjen Perikanan Budidaya 5. Tersedianya manajemen pengetahuan DJPB yang handal dan mudah diakses a) Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) 6. Terwujudnya birokrasi DJPB yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima a). Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi b). Nilai Maturasi SPIP (Level) c). Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan d). Nilai AKIP DJPB 7. Terkelolanya Anggaran Pembangunan DJPB Secara Efisien dan Ekuntabel a). Nilai Kinerja Anggaran BPBAP Takalar b). Persentase Kepatuhan Terhadap SAP Lingkup DJPB 17 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2017 2.2.1. Indikator Kinerja Pembangunan Perikanan Budidaya di BPBAP Takalar pada tahun 2017 difokuskan kepada program yang diarahkan kepada pencapaian indikator kinerja utama yaitu: Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBAP Takalar Tahun 2017 NO SASARAN STRATEGIS IKU UNIT KERJA TARGET 2017 STAKEHOLDER PERSPECTIVE 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Budidaya 1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102.5 2 Pertumbuhan PDB Perikanan 8.00 3 Rata-rata pendapatan pembudidaya (Rp) 3.050.000 CUSTOMER PERSPECTIVE 2 Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan 4 Jumlah produksi benih BPBAT Takalar (ekor) 36.000.000 5 Jumlah Produksi calon induk dan atau calon induk unggul 15.500 (ekor) 6 Nilai PNBP BPBAT Takalar (Rp) 1.568.500.000 7 Jumlah lokasi budidaya yang dilakukan survailan dan/atau monitoring penyakit ikannya (kab/kota; non kumulatif) 4 Jumlah produksi benih BPBAT Takalar (ekor) 36.000.000 6 INTERNAL PROSES PERSPECTIVE 3 Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan 8 Laboratorium yang memenuhi standar teknis (unit) 1 9 Jumlah Bantuan Benih Ikan (juta ekor) 13.000.000 10 Jumlah hasil perekayasaan teknologi terapan bidang budidaya air payau (paket) 11 Jumlah Unit Pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2008 (Unit) 12 Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit) 13 Jumlah unit pemudidayaan ikan yang siap disertifikasi CBIB (unit) 14 Jumlah Tenaga Teknis Binaan (orang) 750 5 1 9 10 18 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

NO SASARAN STRATEGIS IKU UNIT KERJA TARGET 2017 15 Jumlah bantuan restocking (lokasi) 9.00 16 Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya (kawasan) 17 Jumlah sampel yang diuji dalam rangka pelayanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan (sampel) 1.00 10.00 LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE 4 Terwujudnya ASN DJPB yang kompeten, profesional dan berintegritas 5. Tersedianya manajemen pengetahuan DJPB yang handal dan mudah diakses 6. Terwujudnya birokrasi DJPB yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima 18 Indeks kompetensi dan integritas lingkup Ditjen Perikanan Budidaya 19 Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) 20 Nilai kinerja Reformasi Birokrasi DJPB A (80) 21 Tingkat Maturitas SPIP (level) 2 22 Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%) 100 23 Nilai AKIP DJPB 85 80 65 7. Terkelolanya anggaran pembangunan DJPB secara efisien dan akuntabel 24 Nilai Kinerja Anggaran Lingkup BPBAP Takalar (%) 85 25 Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPB (%) 100 19 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

No Kegiatan Anggaran (Rp) 1. Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan 21.318.000 2. Pengelolaan Perbenihan Ikan 2.763.842.000 3. Pengelolaan Kawasan dan Kesehatan Ikan 1.456.464.000 4. Pengelolaan Produksi dan Usaha Pembudidayaan Ikan 812.466.000 5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 16.128.821.000 6. Pengelolaan Pakan dan Obat Ikan 105.000.000 Jakarta, April 2017 Pihak Kedua Direktu r Jenderal Perikanan Budidaya Pihak Pertama Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Slamet Soebjakto Nono Hartanto 20 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

2.2.2. Anggaran Guna mendukung pencapaian indikator diatas, maka diperlukan anggaran dari pemerintah (APBN). Alokasi anggaran kegiatan pembangunan perikanan budidaya Tahun 2017 yang dilaksanakan di BPBAP Takalar dialokasikan anggaran yang berjumlah Rp. 24.127.851.000,- Pada triwulan II Awal bulan Mei (revisi 2) adanya penghematan anggaran sehingga sisa anggaran yang ada sebesar Rp. 21.287.911.000,- Pada triwulan III tepatnya bulan agustus tanggal 15 (revisi 3) terjadi penambahan anggaran Belanja Modal sebesar Rp. 6.950.000.000 sehingga total anggaran sebesar Rp.28.937.911.000. Pada triwulan IV tanggal 23 November terjadi perubahan (revisi 4) yaitu penyesuaian Rencana Penarikan Dana (RPD) pada Dipa halaman 3. Di bulan yang sama penambahan anggaran (revisi 5) pada Belanja Pegawai sebesar Rp. 1.152.379.000 sehingga anggaran sampai denga revisi 5 sebesar Rp. 30.090,290.000. Hingga tutup tahun anggaran 2017 terukur total realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp. 29.041.069.093,- sebesar 96,51%. Realisasi anggaran tersebut lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar > 95%. Total anggaran tersebut dialokasikan untuk 6 program kerja utama yaitu (1) Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan (2343), dengan realisasi anggaran Rp. 17.005.250 (79,77%) dari pagu anggaran Rp.21.318.000, (2) Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan (2344) dengan realisasi anggaran Rp 2.721.789.588 (98,48%) dari pagu anggaran Rp.2.763.842.000, (3) Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan (2345) dengan realisasi anggaran Rp 7.548.049.773 (99,23%) dari pagu anggaran Rp.7.606.464.000 (4) Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan (2346), dengan realisasi anggaran Rp.786.989.200, (96,86 %) dari pagu anggaran Rp. 812.466.000, (5) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perikanan Budidaya (2348) dengan realisasi anggaran Rp. 16.529.618.455 (95.65%) dari pagu anggaran Rp.17.281.200.000, (6) Pengelolaan pakan (5747), dengan realisasi anggaran Rp.1.475.065.600 (91,90) dari pagu anggaran Rp. 1.605.000.000. 21 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA Pencapaian Visi dan Misi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar dilakukan melalui penetapan 7 sasaran strategis terdiri dari 25 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan kontrak kinerja Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Tahun 2017. Sejalan dengan penerapan metode Balanced Scorecard sebagai alat manajemen kinerja, maka sasaran strategis tersebut terbagi dalam empat (4) perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta strategis Budidaya Air Payau Takalar 2017, yaitu (i) stakeholder perspective; (ii) customer perspective; (iii) internal process perspective dan (iv) learn and growth perspective. Capaian Indikator Kinerja Utama dari keempat prespective diatas adalah sebagai berikut: Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBAP Takalar Tahun 2017 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TRIWULAN IV STATUS TARGET TAHUN 2017 REALISASI TAHUN 2017 CAPAIA N (%) STAKEHOLDER PERSPEKTIVE 1 Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Perikanan Budidaya 1. 2. 3. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Pertumbuhan PDB Perikanan Rata rata pendapatan Pembudidaya (Rp) 102,25 99,09 96,67 Baik 8 6,75 84,38 Baik 3.050.000 3.298.751 108,16 Sangat Baik COSTUMER PERSPEKTIVE 2 Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan 4. 5 6. 7 Jumlah produksi Benih BPBAP Takalar ( ekor ) Jumlah Produksi Calon Induk Unggul (ekor) Nilai PNBP BPBAP Takalar (Rp) Kawasan budidaya yang penyakit ikan pentingnya dapat dikendalikan melalui surveilance (kawasan) 36.000.000 37.606.300 104,46 Sangat Baik 15.500 15..573 100,47 Sangat Baik 1.568.500.000 1.595.329.986 101,71 Sangat Baik 6,00 6,00 100 Baik 22 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TRIWULAN IV STATUS TARGET TAHUN 2017 REALISASI TAHUN 2017 CAPAIA N (%) INTERNAL PROCESS PERSPEKTIVE 3. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan 8. Jumlah laboratorium HPI, dan Residu yang memenuhi standar teknis (unit) 9. 1 1 100 Jumlah bantuan / restocking benih ( ekor ) 13.690.000 15.760.500 121,23 Baik Sangat Baik 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perekayasaan bidang budidaya air payau ( Judul ) Jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001:2008 ( unit ) Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB Jumlah kelompok pembudidaya yang siap di sertifikasi CBIB ( kelompok ) Jumlah tenaga teknis binaan ( orang ) Jumlah lokasi restocking (lokasi) Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya ( kawasan ) Jumlah layanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan 5,00 6,00 120 Sangat Baik 1,00 1,00 100 Baik 9,00 11,00 122 Sangat Baik Sangat Baik 10,00 11,00 110 750 1.278 170,4 Sangat Baik 9,0 14 155,55 Sangat Baik Baik 9,00 9 100 3.500 5.206 162,68 Sangat Baik 23 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TRIWULAN IV STATUS TARGET TAHUN 2017 REALISASI TAHUN 2017 CAPAIA N (%) (sampel) LEARNING AND GROWTH PERSPEKTIVE 4 Terwujudnya ASN DJPB yang kompeten, professional dan berintegritas 18 Indeks Kompenti dan Integritas Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya 80 93,89 117,36 Sangat Baik 5 Tersedianya manajemen pengetahuan DJPB yang handal dan mudah diakses 19 Persentase Unit Kerja Yang Menerapkan Sistem Manejemen Pengetahuan Yang Terstandar (%) 65 51,58 79,35 Baik 6 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima 20. 21. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi DJPB Nilai Maturitas SPIP (Leve) A (80) 2 A (91,87) 114,84 Sangat Baik 2,76 138,00 Sangat Baik 22. Persentase Tindak Lajut Direktif Pimpinan 100% 80 80% Baik 23. Nilai AKIP DJPB 85 88,19 103,75 Sangat Baik 7 Terkelolanya anggaran pembangunan DJPB secara efisien dan ekuntabel 24 25 Nilai Kinerja Anggaran BPBAP Takalar Persentase Kepatuan Terhadap SAP Lingkup DJPB (%) > 95 96,51 101,58 Sangat Baik 100 100 100 Baik 24 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

STAKEHOLDER PERSPECTIVE 3.1. Pencapaian Sasaran Strategis 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Budidaya 3.1.1. IKU 1 : Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Berdasarkan hasil pemantauan harga di 33 provinsi di Indonesia oleh BPS, ratarata NTPi dari bulan Januari Desember 2017 sebesar 99,08 atau telah tercapai 96,67% dari target tahunan serta 96,20% dari target akhir RPJMN sebesar 103. Selama tahun 2017 ini, NTPi mengalami tren kenaikan dan mencapai nilai tertingginya pada bulan Desember 2017 sebesar 99,65. Tren naiknya NTPi disebabkan naiknya indeks pendapatan pembudidaya. Sampai dengan bulan Desember 2016, sebanyak 9 (sembilan) provinsi yang memiliki rata-rata NTPi di atas 100, antara lain: Sumatera Barat (109,16), Kepulauan Riau (106,51), Riau (106,02), Maluku Utara (104,20), Maluku (102,63), Jawa Timur (102,20), Kalimantan Selatan (102,15), DI Yogyakarta (100,80) dan Jawa Barat (100,62) seperti tergambar pada peta di bawah ini. Gambar 3. Sebaran NTPI Per Provinsi s.d Desember 2017 (Sumber: BPS Indonesia) Sementara itu jika kita lihat dari Nilai Tukar Usaha Budidaya Ikan (NTUPi) yang merupakan rasio indeks yang diterima pembudidaya dibagi indeks biaya produksi, maka pembudidaya sudah mengalami surplus karena menurut data dari BPS rata rata NTUPi dari bulan Januari Desember 2017 mencapai 110,23. 25 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Tabel 3. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI) Sasaran Strategis 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Budidaya IKU-1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Realisasi 2017 Kenaikan 2016-2017 2019 2016 Target Realisasi % Capaian (% /Tahun) Target % Capaian 2017-2019 9,96 102,5 99,09 96,67 0,12 102,50 96,67 Selama tahun 2017 pertumbuhan NTPi sebesar 0,12 dengan nilai NTPi tertinggi pada bulan Desember 2017 dan terendah pada bulan Januari. Hal ini semakin menegaskan bahwa NTPi terus naik dengan perubahan dari Januari s.d Desember 1,29 poin. Kenaikan harga komoditas ikan hasil budidaya air tawar dan komoditas ikan hasil budidaya air payau sebagai penyumbang kenaikan indek yang diterima pembudidaya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan bantuan pemerintah sektor perikanan budidaya yang lebih menekankan pada budidaya tawar dan payau tepat sehingga NTPi terus mengalami kenaikan. Sementara itu jika kita lihat dari Nilai Tukar Usaha Budidaya Ikan (NTUPi) yang merupakan rasio indeks yang diterima pembudidaya dibagi indeks biaya produksi, maka pembudidaya sudah mengalami surplus karena menurut data dari BPS rata rata NTUPi dari bulan Januari Desember 2017 mencapai 110,23. Nilai Tukar Usaha Budidaya Ikan yang berada di atas 100 menunjukkan bahwa usaha budidaya memiliki margin keuntungan yang bagus bagi pelaku pembudidaya ikan. Tren naiknya NTPi dan NTUPi ini disebabkan kebijakan bantuan Ditjen Perikanan Budidaya diantaranya bantuan pakan mandiri, bioflok lele, bantuan minapadi, bantuan sarana produksi perikanan budidaya (Bansarpras), bantuan prasarana dan kebijakan lainnya yang meningkatkan harga jual ikan budidaya dan menekan biaya produksi perikanan budidaya. Sampai dengan bulan Desember tahun 2017 nilai NTUPi setiap provinsi berada di atas 100 kecuali provinsi Sulawesi Tengah dengan rata-rata NTUPi selama tahun 2017 sebesar 96,05 dan Kalimantan Utara yang belum dilakukan perhitungan, berada di bawah 100 seperti tergambar pada peta berikut ini: 26 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

NTUPi < 100 NTUPi >= 100 Gambar 4. Sebaran NTUPI Per Provinsi Tahun 2017 (Sumber: BPS Indonesia) NTPi dan NTUPi selama Januari Desember tahun 2017 mengalami kenaikan sebagaimana pada gambar. Tidak tercapainya NTPi kemungkinan dikarenakan biaya konsumsi rumahtangga yang masih tinggi sehingga menyebabkan NTPi dibawah 100. Sementara biaya konsumsi merupakan variabel yang tidak bisa dikontrol oleh Ditjen Perikanan Budidaya. Gambar 5. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI) dan Nilai Tukar Usaha Budidaya Ikan (NTUPI) Tahun 2017 (Sumber BPS Indonesia) Kendala dalam pencapaian NTPi diantaranya adalah perhitungan NTPi belum mengakomodir nilai usaha dari pembudidaya ikan hias, benih dan tambak udang dan sampel yang diambil untuk penyusunan NTPi belum menjangkau seluruh kabupaten/kota. Faktor eksternal yang juga mempengaruhi adalah naiknya harga kebutuhan pokok sebagai memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pencapaian NTPi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk peningkatan upaya penyediaan pakan murah dan terjangkau serta 27 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

berkualitas sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan melalui perekayasaan teknologi. Rencana aksi untuk peningkatan NTPi diantaranya adalah : (i) pengembangan pakan mandiri melalui penyediaan bahan baku, uji laboratorium, penyediaan mesin pellet, pengembangan laboratorium nutrisi pakan, dan pembinaan ke pembudidaya dan memperbanyak percontohan untuk budidaya pakan mandiri seperti cacing darah, cacing sutra dan azolla yang diharapkan dapat mengurangi biaya penggunaan pakan; (ii) pengembangan teknologi biofloc untuk menekan Food Convertion Ratio/FCR guna meningkatkan efisiensi pakan dan produktivitas perikanan budidaya; (iii) pengembangan mariculture untuk peningkatan/pengalihan ke budidaya rumput laut yang rendah input produksi, diantaranya melalui pengembangan sentra kebun bibit; dan (iv) melakukan koordinasi dengan BPS untuk memperluas wilayah survei agar semua kegiatan usaha budidaya bisa terwakili. 3.1.2. IKU 2 : Pertumbuhan PDB Perikanan (persen) Target pertumbuhan PDB perikanan tahun 2017 sebesar 8%. Pencapaian pertumbuhan PDB Perikanan tahun 2017 adalah 6,75% atau baru tercapai 84,38% dari target sebesar 8% (tabel 3). Capaian ini mengalami kenaikan sebesar 19,59% apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDB tahun 2016 yang besarnya 5,64%. Namun, pertumbuhan ekonomi sub sektor perikanan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kelompok pertanian secara keseluruhan yang hanya mencapai hanya mencapai 2,92%, dan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan yang hanya mencapai 5,06%. Masih lebih tingginya pertumbuhan ekonomi sub sektor perikanan dibandingkan dengan subsector pertanian lainnya memperlihatkan bahwa sub sektor perikanan masih merupakan sub sektor unggulan dalam sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi sub sektor perikanan ini didukung oleh produksi perikanan budidaya dan produksi perikanan tangkap. Dengan demikian, hal ini membuktikan bahwa usaha di bidang perikanan baik tangkap maupun perikanan budidaya merupakan usaha yang memiliki share yang cukup tinggi dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi nasional. 28 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Tabel 4. Pertumbuhan PDB Perikanan Sasaran Strategis 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Budidaya IKU-2 Pertumbuhan PDB Perikanan Realisasi 2017 Kenaikan 2019 2016 Target Realisasi % Capaian 2016-2017 (% Target % Capaian /Tahun) 2017-2019 5,15 8 6,75 84,38 31,1 12 56,25 *angka masih Triwulan III, BPS mengeluarkan data PDB Tahun 2017 di bulan Februari Dalam tiga tahun terakhir PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian, maupun nasional. PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan memiliki ratarata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian, maupun nasional. 3.1.3. IKU 3 : Rata Rata Pendapaatan Pembudidaya Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produk nasional, pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga, dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun, sementara itu terkait dengan pendapatan pembudidaya adalah uang yang diterima oleh pembudidaya yang merupakan hasil dari kegiatan membudidayakan ikan, sehingga bisa diukur seberapa jauh kegiatan pembudidayaan ikan dapat memberikan kehidupan yang layak bagi pembudidaya. 29 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Sasaran Strategis 1 IKU-3 Realisasi 2016 Tabel 5. Rata-Rata Pendapatan Pembudidaya Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Budidaya Rata-rata pendapatan pembudidaya 2017 Kenaikan 2016-2019 2017 (% /Tahun) Target Realisasi % Capaian Target % Capaian 2017-2019 3.021.490 3.050.000. 3.298.751 108,16 9,22 3.200.000 103,13 Peningkatan pendapatan pembudidaya merupakan cerminan dari keberhasilan pembangunan perikanan budidaya oleh karena itu rencana aksi yang dilakukan dalam setiap pencapaian IKU secara tidak langsung juga merupakan rencana aksi dalam rangka meningkatkan pendapatan pembudidaya. Pendapatan pembudidaya ikan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga ikan, sedangkan harga ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan permintaan semakin banyak ketersediaan ikan akan membuat harga ikan turun, demikian juga jika tidak ada permintaan, oleh karena itu harga ikan merupakan indikator yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, dengan memperhatikan harga ikan akan bisa diketahui kapan satu jenis komoditas ikan tersedia melimpah di pasaran atau langka dipasaran oleh karena itu pemerintah perlu untuk mengintervensi dan mengatur ketersediaan ikan di pasaran. Pendapatan pembudidaya ikan secara garis besar dibagi menjadi tiga sektor pendapatan pendapatan pembudidaya laut termasuk ikan hias air laut, pendapatan pembudidaya ikan air payau dan pendapatan pembudidaya ikan di air tawar termasuk budidaya ikan hias dan pembenihan ikan air tawar. Pada triwulan empat tahun 2017 ini pendapatan pembudidaya secara agregat mengalami peningkatan dibandingkan dengan pendapatan pada triwulan tiga, pendapatan paling tinggi berasal dari sektor budidaya ikan air payau terutama untuk budidaya udang baik windu maupun vaname yang pada triwulan 4 mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan pada beberapa daerah, usaha budidaya ikan hias seperti budidaya ikan koi masih memiliki rata-rata pendapatan perbulannya nya bisa mencapai diatas 6 juta rupiah, sedangkan untuk usaha budidaya ikan air tawar pendapatannya rata-rata masih dibawah dua juta rupiah perbulan terutama lele, patin dan nila, yang jika dilihat dari penyebarannya jenis budidaya kedua ikan ini merupakan budidaya yang paling memasyarakat karena cara 30 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

budidayanya relatif mudah dan tidak membutuhkan ruang yang luas, untuk memaksimalkan margin maka harus lebih digiatkan penggunaan pakan mandiri sebagai pengganti pakan pabrikan sehingga keuntungan yang diterima pembudidaya menjadi lebih besar. Memasyarakatkan budidaya ikan hias juga bisa berdampak langsung pada peningkatan pendapatan pembudidaya ikan mengingat harga ikan hias yang relative tinggi dan masa pemeliharaanya yang tidak terlalu lama juga pangsa pasarnya masih terbuka. Pendapatan pembudidaya dihitung berdasarkan pada data hasil survey strukutur ongkos yang dilakukan oleh BPS, dari hasil survey BPS diketahui persentase usaha pembudidayaan ikan untuk setiap hektarnya pada tahun 2013, untuk menghitung pendapatan diperlukan harga ikan pada tingkat produsen yang terkini, harga produsen terkini didapatkan dari database harga dari aplikasi satu data, kemudian data struktur ongkos digunakan untuk memisahkan perkiraan biaya produksi dari total pendapatan kotor pembudidaya, total pendapatan kotor pembudidaya didapat dari total nilai produksi dibagi dengan jumlah rumah tangga menurut jenis komoditas, pendapatan bersih pembudidaya ikan didapatkan dari hasil pengurangan antara pendapatan kotor dikurangi dengan struktur ongkos pembudidayaan ikan. CUSTOMER PERSPECTIVE 3.2. Terwujudnya Pengelolaan Sumber Perikanan Budidaya yang Partisipatif, Bertanggungjawab dan Berkelanjutan Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyakarat kelautan dan perikanan dalam ketahanan pangan (food security) nasional, maka ketersediaan produk kelautan dan perikanan menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi saja, namun juga perlu ada jaminan terhadap mutu/kualitas produk dan keamanan pangan (food safety), sehingga secara langsung akan memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk perikanan yang dihasilkan. Dalam mencapai sasaran strategis ini maka di laksanakan melalui IKU Jumlah Produksi Perikanan Budidaya (Juta Ton), yang mana SS dan IKU ini merupakan SS dan IKU adopsi langsung sehingga perhitungan capaian realisasi IKU juga dilakukan adopsi langsung. 31 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

3.2.1. IKU 4 : Jumlah Produksi Benih BPBAP Takalar (ekor) Kegiatan produksi benih dengan mutu terjamin pada tahun 2017, pencapaian target menunjukkan progres yang lebih baik dibanding dengan kegiatan pada di tahun 2016 dalam hal kuantitas (jumlah capaian), hal ini disebabkan oleh adanya perencanaan yang terukur secara teknis maupun nonteknis dan ditunjang oleh adanya peningkatan perbaikan sarana dan prasarana yang lebih baik pada kegiatan pemeliharaan. Tabel 6. Realisasi Produksi Benih Bermutu BPBAP Takalar 1. Jumlah benih dengan Mutu terjamin (ekor) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Ekor 31.650.000 36.000.000 Realisasi Ekor 28.096.769 37.606.300 Persentase % 88,77 104,46 Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa capaian jumlah benih bermutu sampai dengan akhir tahun 2017 sebesar 37.606.300 ekor atau sebesar 104,46% dari target tahunan sebesar 36.000.000 ekor. Jika dibandingkan dengan capaian produksi pada tahun sebelumnya dalam rentang waktu yang sama hasil produksi jauh melebihi di tahun 2016. Produksi benih yang telah ada yaitu benih udang windu, benur udang vannamei, nener bandeng, benih ikan laut, rajungan, dan benih nila salin. Sedangkan benih komoditas lainnya masih dalam tahap proses produksi, kegiatan sementara berjalan. Adapun data produksi benih bermutu Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Tahun 2017 dapat dilihat pada lampiran 1. Langkah strategis yang akan ditempuh pada tahun 2018 adalah mengoptimalkan kapasitas produksi, dengan perbaikan sarana dan prasarana unit pembenihan yang ada di BPBAP Takalar diantaranya kegiatan pembenihan yang bernilai ekonomis misalnya pembenihan udang dengan 2 (dua) spesies yaitu udang windu dan udang vaname, bandeng ikan laut, kepiting dan rajungan serta pembenihan ikan nila salin yang masih menjadi primadona di wilayah Sulawesi Selatan. 32 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

3.2.2. IKU 5 : Jumlah Produksi Calon Induk (ekor) Tabel 7. Realisasi jumlah produksi calon induk unggul. Jumlah Produksi calon induk unggul (ekor) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target ekor 30.000 15.500 Realisasi ekor 80.450 15.573 Persentase % 183,33 100,47 Indikator capaian untuk kegiatan calon induk pengukurannya sedikit agak berbeda dengan indikator lainnya yang merupakan kumulatif dari kegiatan sebelumnya. Untuk indikator ini nilai target dan persentase akan terus menurun dikarenakan adanya seleksi pemilihan induk yang dilakukan. Produksi calon induk unggul pada tahun 2017 capain kinerja IKU ini mencapai 100,47% atau sebanyak 15.573 ekor calon induk yang terdiri dari calon induk Vannamei sebanyak 11.173 ekor dan calon induk Nila Salin sebanyak 4.400 ekor. Jika dibanding dengan tahun 2016 capaian IKU ini lebih rendah di karenakan jumlah target tahun 2016 lebih besar. Indikator ini sudah ada capaian dan sudah terdistribusi di beberapa kota pada unit kegiatan perbenihan (Hatchery) dan juga di gunakan oleh kegiatan internal Balai. Sampai dengan akhir bulan Desember progres dari kegiatan ini masih tetap berjalan dan masih menyisakan calon induk (stok) udang vannamei sebanyak 500 ekor yang siap didistribusikan begitu juga calon induk nila realisasi sampai saat ini 4.500 ekor. Langkah strategis dalam pencapaian induk unggul yang berkualitas dengan mengikuti SOP untuk calon induk dengan baik dan cermat, meningkatkan kualitas media pemeliharaan secara optimal. 3.2.3. IKU 6 : Persentase Peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Perikanan Budidaya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997 tentang pedoman 33 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

umum PNBP Peraturan Pemerintah (PP) no 75 tahun 2015 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kementerain Kelautan dan Perikanan. Adapun sumber PNBP lingkup Ditjen Perikanan Budidaya adalah sebagai berikut : a. Pemanfaatan sumberdaya alam (SDA) PNBP SDA yakni PNBP yang berasal dari Pungutan Perikanan. Pungutan perikanan adalah pungutan negara atas hak pengusahaan dan/atau pemanfaatan sumberdaya ikan yang harus dibayar kepada pemerintah oleh perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan usaha perikanan atau oleh perusahaan perikanan asing yang melakukan usaha budidaya Perikanan. b. PNBP Non SDA PNBP Non SDA yakni PNBP yang berasal dari Penjualan hasil usaha budidaya dan Imbalan jasa UPT lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. PNBP ini terdiri dari : 1. Penjualan hasilperikanan Budidaya 2. Imbal Jasa Teknologi 3. Jasa Desiminasi 4. Jasa Penggunaan Laboratorium 5. Jasa Penggunaan fasilitas 6. Jasa Fasilitas Lainnya 7. Jasa Kerjasama dengan Pihak Ketiga Capaian Realisasi PNBP tahun 2017 bila dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini : Tabel 8. Penerimaan PNBP BPBAP Takalar Nilai Penerimaan PNBP BPBAP Takalar 2016 2017 Target Realisasi Rp Rp Persentase % 1.607.125.000 1.568.500.000 947.892.728 1.595.329.986 58.98 101,71 Capaian PNBP BPBAP Takalar pada tabel di atas melampaui target yang ditetapkan. Dari target sebesaar Rp. 1.568.500.000,- tercapai Rp. 1.595.329.986,- atau 101,71% dari target, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2016 terjadi 34 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

peningkatan yaitu sebesar 42,76%, dimana target tahun 2016 sebesar Rp. 1.607.825.000,- dan tercapai sebesar Rp. 947.892.728,- atau sebesar 58,95%. Hal ini terjadi karena serapan pasar terhadap produksi hasil perikanan yang dilaksanakan pada tahun 2017 ini cukup tinggi, dibandingkan periode yang sama di tahun 2016. Adapun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) setiap bulan selama tahun 2017 dapat dilihat pada lampiran 2. 3.2.4. IKU 7 : Jumlah lokasi budidaya yang dilakukan survailan dan/atau monitoring penyakit ikannya (kab/kota; non kumulatif) Tabel 9. Capaian IKU Tabel 5. Realisasi Lokasi budidaya melalui surveilen Kawasan budidaya yang terserang penyakit ikan pentingnya dapat dikendalikan melalui surveilen (kawasan) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Kawasan 6 6 Realisasi Kawasan 13 6 Persentase % 216 100 Untuk Kawasan yang penyakit ikan penting dapat dikendalikan melalui surveilen sesuai yang tertera pada tabel di atas memberikan gambaran bahwa pada tahun 2017 capain kinerja IKU ini sebanyak 6 kawasan lebih rendah dibanding dengan tahun 2016 sebanyak 13 kawasan sedikit tidak menunjukkan adanya progres yang meningkat hal ini dikarenakan adanya cara pengukuran capaian yang berbeda. Pada tahun 2016 pengukuran capaian dilihat dari jumlah perjalanan sedangkan di tahun 2017 dilihat dari jumlah kawasan/kabupaten. Adapun hasil monitoring yang dilakukan selama tahun 2017 dapat dilihat pada lampiran 3. Kawasan pelaksanaan Monitoring HPI (Hama Penyakit Ikan) tahun 2017 dapat dilihat dibawah ini : a. Kabupaten Maros b. Kabupaten Pinrang c. Kabupaten Bone d. Kabupaten Bulukumba e. Kabupaten Sinjai 35 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

f. Kabupaten Pinrang INTERNAL PROSES PERSPECTIVE 3.3. Pencapaian Sasaran Strategis 3 Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan 3.3.1. IKU 8 : Laboratorium yang memenuhi standar teknis (unit) Jumlah Laboratorium HPI dan residu yang memenuhi standart teknis, progres di tahun 2017 sama dengan ditahun 2016, sesuai target yang direncanakan dari tahun ke tahun. Tabel 10. Realisasi jumlah Laboratorium yang memenuhi standar teknis Jumlah Laboratorium HPI, dan Residu yang memenuhi Standar Teknis (unit) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Uni 1 1 Realisasi Unit 1 1 Persentase % 100 100 Indikator ini telah dicapai dengan baik yaitu 1 unit 100%, dimana Laboratorium Uji Kesehatan Ikan dan Lingkungan BPBAP Takalar telah memenuhi standar teknis yaitu melalui penerapan ISO 17021:2015. 3.3.2. IKU 9 : Jumlah Bantuan Benih Ikan (juta ekor) Tabel 11. Capaian IKU Jumlah Bantuan Benih Ikan (juta ekor) 2016-2017 Jumlah Bantuan/Restocking Benih ( ekor) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Ekor 9.450.000 13.000.000 Realisasi Ekor 6.686.260 15.760.500 Persentase % 70,75 121,23 Bantuan/restocking benih untuk tahun 2017 telah dilakukan di Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Barru, Wajo, Takalar Pangkep, Barru, Pinrang, Jeneponto, Polman, Makassar, Maros dan Bulukumba terdiri dari benih udang windu, bandeng, kakap dan nila 36 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

salin. Jumlah bantuan dan restocking yang telah tersalurkan sebanyak 15.760.500 atau sekitar 121,23 % dari yang telah ditargetkan. Pada tahun 2017 pencapaian IKU ini sudah melebihi dari yang di targetkan, dari total target 13.000.000 ekor. Bila di bandingkan dengan tahun 2016 sudah mengalami kenaikan dari jumlah bantuan benih yang di serahkan, sebesar 50,48 % hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik. Adapun kelompok yang telah mendapatkan bantuan benih ikan brmutu dapat dilihat pada lampiran 4. 3.3.3. IKU 10 : Jumlah hasil perekayasaan teknologi terapan bidang budidaya air payau (paket) Tabel 12. Capaian IKU Jumlah hasil perekayasaan teknologi terapan bidang budidaya air payau (paket) Tahun 2016 2017 Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perekayasaan bidang air payau (judul) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Paket 9 5 Realisasi Paket 9 6 Persentase % 100 120 Progres kegiatan perekayasaan BPBAP Takalar sampai dengan akhir tahun 2017 sebesar 120 % dari 5 WBS yang ditargetkan sedangkan yang terealisasi sebanyak 6 WBS. Bila di bandingkan dengan tahun 2016 sudah mengalami kenaikan capaian realisasi sebesar 20%, hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik. Namun jumlah target di tahun 2016 lebih banyak, karena penyesuaian jumlah anggaran pada kegiatan perekayasaan. Tabel 13. Progres Kegiatan Kerekayasaan Bulan Desember 2017 No Work Breakdown Structure 1 Kerekayasaan Teknologi Peningkatan Produksi Kepiting Bakau (Scylla serrata) Kerekayasaan teknologi 2 Peningkatan Produksi Rumput Laut Kerekayasaan Teknologi 3 Terapan Bidang Kesehatan Ikan dan Lingkungan 4 Proposal Progres Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Pelaporan Prosentase Kegiatan 33 33 34 100 33 33 34 100 33 33 34 100 Kerekayasaan Teknologi Peningkatan Produksi 33 33 34 100 37 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

5 6 Cacing Laut (Nereis sp) Kerekayasaan Teknologi Peningkatan Produksi Phronima sp Kerekayasaan Teknologi Peningkatan Produksi Pakan Mandiri 33 33 34 100 33 33 34 100 Dari progres kegiatan yang terlihat diatas, secara keseluruhan progres perekayasaan yang dilakukan di BPBAP Takalar sampai dengan bulan Desember 2017 jika diprosentasikan sebasar 100%. Persentase capaian ini telah sesuai dengan target sehingga pada bulan ini juga seminar hasil perekayasaan telah dilakukan. Langkah strategis dalam pencapaian untuk Inovasi Teknologi di tahun tahun 2018 tetap akan melakukan koordinasi dengan koordinator perekayasa terkait progres kegiatan perekayasaan secara keseluruhan. 3.3.4. IKU 11 : Jumlah Unit Pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2008 (Unit) Tabel 14. Capaian IKU ini Realisasi jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2015 Jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2015 (unit) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Unit 1 1 Realisasi Unit 1 1 Persentase % 100 100 Progres kegitan unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001:2015 sampai dengan akhir tahun 2017 telah mencapai 100% begitu juga di tahun sebelumnya sebesar 100% sudah sesuai dengan yang ditargetkan. 3.3.5. IKU 12 : Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit) Tabel 15. Pencapaian Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit) Jumlah Unit Pembenihan Ikan Air Payau yang Siap Disertifikasi (unit) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Unit 5 9 Realisasi Unit 5 11 Persentase % 100 122 38 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Dari tabel diatas capai kenerja Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit) tahun2017 melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 122 %, jika dibandingkan pencapaian di tahun 2016 Jika dibandingkan dengan tahun 2016 denga realisasi capaian IKU ini sebanyak 5 unit usaha yang di usulkan untuk di sertifikasi CPIB (100%). peningkatan yang cukup besar. Persentase capaian target pada tahun 2017 mengalamai 3.3.6. IKU 13 : Jumlah unit pemudidayaan ikan yang siap disertifikasi CBIB (unit) Tabel 16. Pencapaian IKU Jumlah unit pemudidayaan ikan yang siap disertifikasi CBIB (unit) Jumlah kelompok budidaya yang siap disertifikasi (kelompok) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Kelompok 5 10 Realisasi Kelompok 6 11 Persentase % 120 110 Indikator ini sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan target yang di rencanakan pada tahun 2017 dengan presentasi pencapaian sebesar 110% dan realisasi sebanyak 11 kelompok budidaya dari target tahunan. Bila di bandingkan dengan Tahun 2016 mengalami peningkatan dari segi jumlah kelompok pembudidaya. 3.3.7. IKU 14 : Jumlah Tenaga Teknis Binaan (orang) Tabel 17. Pencapaian IKU Jumlah Tenaga Teknis Binaan Jumlah TenagaTeknis Binaan (Orang) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Orang 700 750 Realisasi Orang 832 1.278 Persentase % 118,85 170,4 39 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Jumlah tenaga teknis binaan tahun 2017 sebanyak 1.278 orang atau setara 170,4% dari target 750 orang. Hal ini pencapaian IKU ini sangat baik bila dibandingkan dengan tahun 2016 realisasi capaian sebesar 118,85% atau sebnayak 832 orang tenaga teknis binaan dari target 700 orang. Adapun jumlah tenaga binaan selama tahun 2017 dapat dilihat pada lampiran 4 3.3.8. IKU 15 : Jumlah bantuan restocking (lokasi) Kegiatan restocking benih dilaksanakan dalam rangka pelestarian alam untuk menjaga ketersediaan komoditas di alam. Tabel 18. Pencapaian IKU. Lokasi Restocking Benih Jumlah lokasi restocking Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Lokasi 0 9 Realisasi Lokasi 0 14 Persentase % 0 155,55 Indikator ini telah terlaksana dengan baik pada tahun 2017 dengan capaian dari IKU ini sebesar 14 lokasi restocking melebihi dari yang di targetkan yaitu 9 lokasi setara 155,55%. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 kegiatan dari IKU ini belum terlaksana untuk lokasi Restocking. dilihat pada lampiran 6. Adapun kawasan dan jumlah benih yang direstocking dapat 3.3.9. IKU 16 : Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya (kawasan) Keberhasilan dan kelangsungan usaha yang dilakukan pokdakan sangat ditentukan oleh efektivitas pembinaan dan bimbingan yang meliputi aspek teknis dan manajemen usaha serta pengembangan kemitraan dan jejaring kerja, oleh karena itu untuk memberikan pembinaan dan bimbingan maka peran aktif unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal perikanan Budidaya bersama-sama dengan petugas dinas dan 40 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

penyuluh/pptk sangat diharapkan dalam rangka pengembangan usaha di bidang pembudidayaan ikan sekaligus pemberdayaan masyarakat. Tabel 19. IKU Jumlah Kawasan pengawasan teknis budidaya Jumlah kawasan Budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Kawasan 8 9 Realisasi Kawasan 8 9 Persentase % 100 100 Kegiatan Pendampingan pada tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016 menunjukkan persentase hasil yang sama artinya target yang ditetapkan semua berjalan sesuai dengan perencanaan yaitu dengan capaian 100%. Namun jika dilihat dari kegiatan pengawasan dan pendampingan kelompok budidaya, jauh lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan Triwulan ini kegiatan pendampingan dilakukan pada 8 kawasan budidaya. Indikator ini telah terlaksana dengan baik pada tahun 2017 dengan memenuhi capaian yang di targetkan sebanyak 9 kawasan, setara 100%. Kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan pada tahun 2017 dilakukan di tujuh kabupaten dan dua provinsi yaitu Kab. Pinrang, Kab. Barru, Kab. Pangkep, Kab. Wajo, Kab. Bone, Kab. Jeneponto dan Kab. Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Maluku. 3.3.10. IKU 17 : Jumlah sampel yang diuji dalam rangka pelayanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan (sampel) Kegiatan pelayanan laboratorium uji BPBAP Takalar pada tahun 2017 lebih mengedepankan pelayanan pada unit unit produksi di BPBAP Takalar, hal ini dapat terlihat dari jumlah sampel yang dapat melampaui target pelayanan. 41 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Tabel 20. IKU Jumlah Layanan laboratorium Budidaya Jumlah Layanan Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan (Sampel) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target Sampel 3.200 3.500 Realisasi Sampel 3.621 5.206 Persentase % 118,85 162,68 Indikator ini telah dilaksanakan dengan sangat baik pada tahun 2017 dengan capaian 162,68 % dan telah melebihi dari target yang ditetapkan sebesar 3.500 sampel dengan reaslisasi jumlah sampel sebanyak 5.206 sampel. Bila di bandingkan dengan tahun 2016 sudah mengalami kenaikan jumlah layanan laboratoriunn, hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu 43,83 %. LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE 3.4. Terwujudnya ASN DJPB yang kompeten, profesional dan 3.4.1. IKU 18 : Indeks kompetensi dan integritas lingkup Ditjen Perikanan Budidaya Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pembangunan perikanan budidaya, salah satu pendorong utamanya adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional. Di samping itu, SDM juga merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi, yaitu bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas, kompeten, serta memiliki daya saing tinggi dalam era globalisasi. Salah satu sasaran strategis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya adalah Terwujudnya aparatur sipil negara DJPB yang kompeten, profesional, dan berkepribadian yang diidentifikasi melalui 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu Indeks kompetensi dan integritas. IKU ini bersifat maximize, artinya bahwa semakin besar capaiannya, maka dapat dikatakan capaian kinerja IKU ini akan semakin baik. SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi adalah SDM yang memiliki sikap (attitude) dan kapasitas (skill) yang memadai dalam meningkatkan kinerja organisasi. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan SDM yang memiliki komitmen yang 42 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

tercermin pada integritasnya. Pengangkatan seorang pegawai di dalam jabatan diharapkan sesuai dengan kompetensinya sehingga prinsip the right man and the right place dapat terpenuhi. Hal ini dapat dicapai apabila pengangkatan dalam jabatan struktural berpedoman pada Standar Kompetensi Manajerial (SKM), dimana SKM menggambarkan jenis dan level kompetensi yang diperlukan bagi suatu jabatan, sehingga pelaksanaan tugas suatu jabatan dapat dilaksanakan dengan baik. Sementara itu nilai kompetensi dan integritas merupakan angka yang menunjukkan agregasi dari nilai kompetensi (membandingkan kompetensi hasil rekomendasi penilaian kompetensi/assessment dari asesor dengan jenis standar kompetensi yang dipersyaratkan sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN- SJ/2014), persentase capaian output SKP, persentase tingkat kehadiran dan kepatuhan terhadap penyampaian LHKPN/LHKASN. Tabel 21. IKU Indeks Kompetensi dan Integritas Indeks Kompetensi dan Integritas BPBAP Takalar Tahun Kegiatan 2016 2017 Target % 77 80 Realisasi) % 79,25 93,89 Persentase % 102,92 117,36 Nilai kompetensi menggunakan nilai assessment, namun pada tahun 2017 tidak terdapat kegiatan asessment pegawai, sehingga nilai yang digunakan adalah nilai assessment pada tahun 2016 yaitu 81,37. Sampai dengan bulan Desember 2017 diperoleh nilai integritas sebesar 98,06. Hasil ini diperoleh berdasarkan data dari : (i) hasil evaluasi tingkat kehadiran Pegawai Negeri Sipil perolehan nilai sebesar 99,97%; (ii) Pengisian SKP sebesar 95,58%; dan (iii) nilai LHKASN/LHKPN dengan capaian sebesar 98,62%. 43 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Tabel 22. Perhitungan Indeks Kompetensi dan Integritas Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya Nilai Kompetensi dan Integritas KOMPETENSI INTEGRITAS Assessment Kehadiran SKP LHKPN/LHKASN 81.37 99.97 95.58 98.62 81.37 98.06 81.37 99.97 95.58 98.62 93.89 3.5. Tersedianya manajemen pengetahuan DJPB yang handal dan mudah diakses 3.5.1. IKU 19 : Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) Sistem Manajemen Pengetahuan adalah suatu rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari dalam suatu organisasi. Managemen Pengetahuan menjadi bidang yang penting dalam proses pembelajaran sebuah organisasi. Pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi harus mampu memberikan kemajuan bagi organisasi itu sendiri. Agar organisasi dapat bertahan hidup, maka diwajibkan agar setiap orang yang ada di dalam organisasi melakukan pertukaran informasi/pengetahuan. Untuk itu dibutuhkan manajemen yang kuat agar pengetahuan tersebut mengakar di setiap individu dalam organisasi dan tidak hilang begitu saja dengan didukung infrastruktur untuk penyebaran informasi di lingkungan organisasi. Efek globalisasi serta pengembangan teknologi informasi yang sangat akseleratif mengakibatkan semakin cepatnya perubahan dalam segala bidang kehidupan. Perubahan yang terjadi dapat disikapi melalui pengetahuan yang memadai, sehingga dibutuhkan kualitas dan kapasitas SDM dalam meningkatkan pengetahuan. Peranan ilmu pengetahuan semakin menonjol, karena hanya dengan pengetahuan lah semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas dan kompetitif. Dengan kapasitas SDM yang baik serta didukung pengetahuan yang luas, maka organisasi/instansi akan semakin solid dan survive sehingga dapat mencapai visi dan misi organisasi yang ditetapkan. Pengetahuan telah menjadi sesuatu yang sangat 44 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

menentukan, oleh karena itu perolehan dan pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik dalam konteks peningkatan kinerja organisasi/instansi sehingga diperlukan cara yang dapat mengintegrasikan pengetahuan itu dalam kerangka pengembangan SDM dalam organisasi/instansi. Konsep manajemen pengetahuan ini meliputi pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi informasi (TI) dalam tujuannya untuk mencapai organisasi yang semakin baik. Arus globalisasi yang memberikan dampak terhadap perubahan, perkembangan dan akselerasi pengetahuan, menjadikan SDM dan teknologi informasi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Hal ini tentu saja saja memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM sehingga dapat meningkatkan pengetahuan. Perkembangan teknologi informasi memiliki peranan penting dalam konsep manajemen pengetahuan karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia akan diwarnai oleh penguasaan teknologi informasi. SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya menjadi pilihan penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut. Tabel 23. IKU : Persentase unit kerja yang menerapkan system manajemen terstandar. Persentase unit kerja yang menerapakan sistem manajemen terstandar Tahun Kegiatan 2016 2017 Target % 77 65 Realisasi % 88,33 79,3 Persentase % 114,71 79,35 Metode perhitungan dengan menggunakan aplikasi bitrix24, yang merupakan aplikasi untuk mengukur Manajemen Pengetahunan yang mudah diterapkan, yakni dengan prinsip melihat seberapa banyak unit kerja yang menerima informasi informasi yang disampaikan. 45 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

3.6. Terwujudnya birokrasi DJPB yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima 3.6.1. IKU 20 : Nilai kinerja Reformasi Birokrasi DJPB Tabel 24. Nilai kinerja reformasi birokrasi BPBAP Takalar Nilai kinerja reformasi birokrasi BPBAP Takalar Tahun Kegiatan 2016 2017 Target % A (89) A (89) Realisasi % 90,08 91,87 Persentase % 101,21 103,22 Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam rangka pembaharuan terhadap tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdayaguna dan berhasil guna serta mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah model penilaian mandiri yang digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta analisis yang menyeluruh terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi dan kinerja instansi pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Perikanan melalui Tim Reformasi Birokrasi lingkup DJPB melakukan pengukuran terhadap indeks pelaksanaan reformasi birokrasi dari indikator-indikator komponen penilaian yang meliputi 8 area perubahan yaitu : 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan perundang-undangan 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana 5. Penataan Sistem Manajemen SDM 46 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

6. Penguatan Akuntabilitas 7. Penguatan Pengawasan 8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 3.6.2. IKU 21 : Tingkat Maturitas SPIP (level). Maturitas sistem pengendalian intern secara sederhana menunjukkan ukuran kualitas dari sistem pengendalian intern pada suatu organisasi. Semakin tinggi maturitasnya semakin baik pula kualitas sistem pengendalian intern organisasi itu. Maturitas sendiri berasal dari kata maturity yang terjemahannya adalah kematangan atau kedewasaan. Kata "kematangan" dalam bahasa Indonesia lebih sering dikaitkan dengan rasa buah. Makin baik kematangannya, maka suatu buah akan makin lezat rasanya. Sementara kata "kedewasaan" biasa dikaitkan dengan sikap manusia, makin dewasa ia maka makin baik pola pikir, sikap, dan perilakunya. Menariknya, ukuran matang dan dewasa tersebut tidak ada hubungan langsung dengan usia tapi benar-benar fokus pada aspek kualitas. Buah yang lebih tua belum tentu bagus kualitas kematangannya, bisa jadi ia busuk atau gagal berkembang. Demikian pula orang yang lebih tua belum tentu kualitas kedewasaannya lebih baik. Konsepsi tersebut juga diterapkan dalam konteks maturitas sistem pengendalian intern. Usia organisasi tidak menentukan baik buruknya maturitas sistem pengendalian intern organisasi tersebut. Untuk mencapai kualitas pengendalian intern yang baik, organisasi harus memenuhi parameter-parameter maturitas tertentu. Ukuran kualitas sistem pengendalian intern paling eksaknya adalah kemampuan sistem pengendalian intern dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.. Dengan demikian, organisasi yang maturitas sistem pengendaliannya baik akan memiliki rancangan pengendalian yang tepat dan melaksanakan rancangan itu secara efektif dalam seluruh aktivitasnya. Cara mengukur maturitas sistem pengendalian intern? Setiap pengukuran perlu satuan ukur, demikian pula dalam pengukuran maturitas sistem pengendalian intern. Satuan ukurnya adalah level maturitas. Level itu ditentukan misalnya dengan membuat skala dari level 0 sampai level 5. Level 0 menunjukkan tidak adanya pengendalian intern, sementara level 1 sampai level 5 menunjukkan adanya pengendalian intern dengan gradasi dari level yang lebih rendah ke level yang lebih tinggi berdasarkan 47 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

parameter tertentu. Artinya, parameter pada level 2 adalah seluruh parameter level 1 ditambah parameter tertentu, parameter level 3 adalah parameter level 2 ditambah lagi parameter lainnya, dan demikian seterusnya. Organisasi yang memenuhi parameter level 5 berarti telah memenuhi seluruh parameter pada level-level di bawahnya. Selain sebagai alat ukur, pelevelan ini nantinya dapat menjadi sarana organisasi merancang rencana tindak (action plan) untuk melakukan perbaikan berkelanjutan menuju level yang lebih tinggi. Misalnya maturitas sistem pengendalian intern suatu organisasi telah berada pada level 3, maka selanjutnya ia dapat merancang rencana tindak peningkatan maturitas dengan mengacu pada parameter level 4 dan level 5. Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP merupakan kerangka kerja yang memuat karakteristik dasar yang menunjukkan tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan. Tingkat maturitas ini dapat digunakan paling tidak sebagai instrument evaluative penyelenggaraan SPIP dan panduan generik untuk meningkatkan maturitas SPIP. Dalam rangka menilai tingkat maturitas SPIP lingkup KKP. Capaian Tingkat Maturitas SPIP Triwulan IV tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 25. IKU Tingkat maturitas SPIP Tingkat maturitas SPIP Tahun Kegiatan 2016 2017 Target ) Level - 2 Realisasi Level - 2,76 Persentase % - 138 3.6.3. IKU 22 : Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%) Tabel 26. IKU Persentase tindak lanjut direktif pimpinan Persentase tindak lanjut direktif pimpinan Tahun Kegiatan 2016 2017 Target % - 100 Realisasi % - 100 48 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Persentase % - 100 Directive Pimpinan adalah arahan pimpinan dalam Rapat Pimpinan, Rapat Terbatas, Sidang Kabinet, dan Rapat Kerja Arahan pimpinan dan informasi diinput oleh Biro Perencanaan KKP ke DMS dan secara otomatis masuk ke akun DMS Eselon I penanggung jawab arahan tersebut. Tindaklanjut Eselon I adalah langkah/kegiatan yang dilakukan Eselon I dalam rangka menyelesaikan arahan pimpinan, yang diinput ke dalam sistem DMS. Jangka waktu untuk menindaklanjuti arahan pimpinan adalah 2 minggu setelah arahan diinput ke sistem DMS. Diatas 2 minggu akan dinyatakan jatuh tempo/tidak selesai apabila tidak ditindaklanjuti. IKU ini merupakan IKU Adopsi langsung dari Eselon I dan merupakan IKU baru sehingga belum ada pembanding dari tahun sebelumnya dan merupakan IKU yang penilaiannya pada akhir tahun. 3.6.4. IKU 23 : Nilai AKIP DJPB Tabel 27. Nilai AKIP Lingkup DJPB Nilai Akip Lingkup DJPB Tahun Kegiatan 2016 2017 Target - - 83 Realisasi - - 84,35 Persentase % - 101,63 Penilaian Kementerian PAN & RB atas akuntabilitas kinerja KKP. Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah di amanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. IKU ini merupakan adopsi langsung dan penilaiannya dilaksanakan pada akhir tahun sehingga capaian mencapai 84,35 dari target 83 setara dengan 101,63 %. 49 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

3.7. Terkelolanya anggaran pembangunan DJPB secara efisien dan akuntabel 3.7.1. IKU 24 : Nilai Kinerja Anggaran Lingkup BPBAP Takalar (%) Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur. Guna mengetahui kinerja suatu program maka perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran dan evaluasi kinerja yang selanjutnya disebut evaluasi kinerja adalah proses untuk menghasilkan informasi capaian kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen RKA-KL. Salah satu dasar hukum yang digunakan adalah PMK 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L. Capaian Nilai kinerja anggaran tahun 2017 bila dibandingkan dengan capaian di Tahun 2016 daapat dilihat pada dibawah ini : Tabel 28. IKU 24 Nilai Kinerja Anggaran (Capaian Realisasi) IKU SATUAN CAPAIAN DAN REALISASI Nilai Kinerja Anggaran BPBAP Takalar 2016 2017 Target % > 95 > 95 Realisasi % 83,80 96,51 Persentase % 83,80 101,58 Capaian Nilai Kinerja Anggaran tahun 2017 ini adalah sebesar 101,58 %. Hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu 17,78 %. 3.7.2. IKU 25 : Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup DJPB (%) SAP (Sistem Akuntansi Pemerintah) adalah Sistem pelaporan Pemerintah yang terintegrasi antara Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara. Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP) bertujuan untuk : (i) Menjaga asset Pemerintah dan instansiinstansinya melalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum; (ii) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan 50 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

keuangan pemerintah baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja; (iii) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan pemerintah secara keseluruhan; dan (iv) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien. Capaian Persentase kepatuhan terhadap SAP Triwulan IV tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 29. Persentase kepatuhan terhadap SAP Persentase kepatuhan terhadap SAP (5) Tahun Kegiatan 2016 2017 Target % 100 100 Realisasi % 100 100 Persentase % 100 100 SAP (Sistem Akuntansi Pemerintah) adalah Sistem pelaporan Pemerintah yang terintegrasi antara Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara. Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP) bertujuan untuk : (i) Menjaga asset Pemerintah dan instansiinstansinya melalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum; (ii) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan pemerintah baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja; (iii) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan pemerintah secara keseluruhan; dan (iv) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien. 3.8. Lain lain Pada tahun 2017 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar melakukan beberapa kerjasama dalam bidang tenaga binaan antara lain teknik Negeri Pangkep, Universitas Hasanuddin Makassar, UMISMUH, SUPMN Bone serta Universitas dan 51 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

sekolah kejuruan lainnya yang berada di wilaya indonesia bagian timur serta Jaringan Kemitraan / Kerjasama antara institusi atau lembaga Internsional tahun 2017 pola kemitraan yang terjalin meliputi; 1) PT. Kemilau Bintang Timur, kegiatan kerjasama dibidang budidaya kepiting rajungan di tambak dan restocking benih rajungan di perairan pantai. 2) Kerjasama dengan Mars Symbioscience Kegiatan kerjasama yang dilakukan adalah pengembangan biota Clown fish, kuda laut, dan Mandarin fish. 3) PT. Carefure-Transmart, kegiatan kerjasama melalui suplai Caulerpa sp dalam bentuk segar hasil purifikasi. 4) Australian Center for International Agriculture Research (ACIAR), Kegiatan kerjasama dibidang peningkatan produksi dan kualitas rumput laut Caulerpa, sp dan Gracillaria, Sp 5) Koperasi Produksi Nelayan Kaltara, kegiatan kerjasama dibidang perekayasaan dan pembenihan kepiting bakau (Scylla, sp) Tujuan utama kerjasama ini adalah untuk mengimplementasi visi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar sebagai institusi pemberi pelayanan prima dalam pembangunan dan pengembangan sistem budidaya Air Payau yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Gambar Seafood Corp. 6. Penandatanganan MoU dengan PT. Kemilau Bintang Timur serta Harbor 52 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Dalam melaksanakan usaha perikanan budidaya yang berkelanjutan (sustainable aquaculture) penerapan tata cara budidaya ikan yang bertanggungjawab harus dimulai harus dimulai dari kegiatan pembenihannya. Selain jumlah yang mencukupi, mutu benih juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya perikanan. Guna menghasilakan benih yang bermutu layak, maka dalam usaha pembenihan ikan harus menerapkan pembenihan yang sesuai dengan standard an prosedur pembenihan ikan yang baik. Secara garis besar, CPIB atau Cara Pembenihan Ikan yang baik merupakan standar system mutu pembenihan ikan paling sederhana/ dasar yang harus diterapkan oleh pembenihan ikan dalam memproduksi benih ikan yang bermutu. Di tahun 2017 BPBAP Takalar kembali mendapatkan sertifikat (Resertifikasi) CIPB dari kegiatan Pembenihan Bandeng dengan predikat baik, Pembenihan Ikan Kerapu dengan predikat sangat baik, Pembenihan Kepiting dan Rajungan dengan predikat sangat baik, dan Pembenihan Udang dengan predikat sangat baik. Bahkan lebih tinggi lagi kegiatan pembenihan udang telah menerapkan ISO 9001:2008. Sebagai hatchery dengan tingkat pelaporan berstandar internasional dari pelayanan maupun produksi yang dihasilkan. Gambar 7. Sertifikata CPIB Pembenihan Bandeng dan Kepiting Bakau 53 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Gambar 8. Sertifikat CPIB Pemb. Rajungan dan Kerapu Bebek Gambar 9. Sertifikat CPIB Pembenihan Udang Windu dan Kelayakan Pengolahan lawilawi Dehidrate 54 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Gambar 10. Sertifikat Kelayakan Pengolahan Lawi-lawi Kering dan Lawi-lawi Basah 55 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar