BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebagai dasar dalam pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kelas sampel. Pada kelas eksperimen diterapkan model kooperatif tipe think

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match dan model pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Deskripsi Data Tentang Hasil Belajar Siswa. kelas eksperimen ( kelas VII.3 ) berjumlah 36 orang, dan pada kelas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli sampai dengan 07 Agustus tahun ajaran 2017/2018 di ketiga kelas

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research). Tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS dan PBL melalui

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Solok tahun ajaran 2016/2017, maka diperoleh data motivasi belajar dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 05 Agustus 2017 di SMPN 1 Ranah Batahan Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sebagai kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain dalam penelitian ini adalah quasy experiment (eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. siswa dengan eksperimentasi pembelajaran aktif tipe the powe of two disertai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. peserta didik dengan Eksperimentasi Model Kooperatif Kancing Gemerincing

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang karakter

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian eksperimen-semu. Penelitian eksperimen-semu bertujuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya, maka jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka pendekatan yang dipergunakan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian eksperimen-semu. Penelitian eksperimen-semu bertujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAAN. mengetahui pengaruh yang muncul. Dalam penelitian ini penulis melakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

Signifikansi Kolmogorov Smirnov

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan satuan

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh: Lulut Sunarya ( ) Ghufran Rahmat Putra ( ) Debbiela Fajrina Septierly ( ) Miranti Nurbayani ( )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1) Uji Validitas Instrumen Variabel Konseling Individu (X)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes awal maupun tes akhir merupakan data

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. syarat, jika harga koefisien rhitung 0,300 (Riduwan, 2005:109;

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Mitra Bakti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian di SD Negeri Tlogo dan SD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

Penerapan Strategi Pembelajaran Peer Lesson untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA

III. METODE PENELITIAN. SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Penerapan Strategi True or False terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 3 Camba Kabupaten Maros. Data-data yang dianalisis adalah data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kritis matematika siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu data kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TABEL I DATA HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN N PEMBAHASAN

Komang Suardika, S.Pd (Pendidikan Fisika, Undiksha) 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tests of Normality

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di MTs Imam Syafi i.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang diterapkan adalah penelitian eksperimen dengan dua kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang dikumpulkan melalui instrumen angket adalah data untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. evaluasi akhir pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Transkripsi:

80 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan deskripsi data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berbasis differentiated instruction dan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik saja di kelas VIII MTsN 5 Padang Pariaman. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 5 juli 017 `sampai 8 Agustus 017 dengan 5 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut : Pertemuan Tabel 4.1 Waktu Kegiatan penelitian Kelas ke- Eksperimen Kontrol I Selasa, 5 Juli 017 Selasa, 5 Juli 017 II Senin, 31 Juli 017 Sabtu, 9 Juli 017 III Selasa, 1 Agustus 017 Selasa, 1 Agustus 017 IV Senin, 7 Agustus 017 Sabtu, 5 Agustus 017 V Selasa, 8 Agustus 017 Selasa, 8 Agustus 017 Pada pertemuan pertama masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan Tes Kemampuan Awal Matematika dengan materi yang sudah dipelajari peserta didik di tingkat sebelumnya yaitu kela VII diantarnya materi operasi bilangan bulat positif dan negatif, kemudian sudut dalam segitiga dan terakhir adalah perbandingan, kemudian pada pertemuan kedua sampai pertemuan keempat yaitu pembelajaran materi operasi aljabar dan pada pertemuan terakhir 80

81 dilakukan tes akhir untuk mengukur kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan. Data yang diperoleh yaitu dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik. A. Deskripsi Data Setelah dilakukan tes akhir kemampuan pemecahan masalah dan tes akhir kemampuan komunikasi matematis, diperoleh data hasil belajar matematika peserta didik pada kelas eksperimen dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berbasis differentiated instruction dan kelas kontrol dengan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik saja. Tes diujikan berdasarkan materi yang diberikan pada saat penelitian yaitu operasi aljabar. Nilai tes akhir peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6 Tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik dilaksanakan pada pertemuan kelima. Tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan tes kemampuan komunikasi matematis masing-masing terdiri dari 3 butir soal essay. Tes diikuti oleh 4 peserta didik di kelas eksperimen, 1 peserta didik di kelas kontrol dengan alokasi waktu 80 menit. Setelah tes dilaksanakan, diperoleh data tentang kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis peserta didik. Hasil analisis tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik disajikan dalam tabel 4. berikut :

8 Tabel 4. Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas N x x maks x min SD %Ketuntasan Eksperimen 4 75,13 100 30 0,91 46% Kontrol 1 64,43 88 8,65 33% Berdasarkan tabel 4. di atas, diperoleh informasi bahwa rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pada kelas kontrol, ini artinya nilai peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan pada kelas eksperimen mencapai 46%, sedangkan pada kelas kontrol 33%. Peserta didik dikatakan mencapai ketuntasan apabila memiliki nilai di atas KBM yaitu 75. Dilihat dari segi standar deviasi (simpangan baku), kelas ekperimen memiliki simpangan baku yang lebih kecil daripada kelas kontrol. Itu berarti bahwa nilai pada kelas eksperimen lebih seragam dan lebih baik daripada kelas kontrol. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam penelitian ini dilihat dari tiga indikator pemecahan masalah, yaitu 1. Memahami masalah, meliputi kemampuan: (a)mengidentifikasi kecukupan data untuk memecahkan masalah; dan (b)membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari. Menyelesaikan masalah, meliputi kemampuan: (a)memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan model atau masalah matematika

83 dan atau di luar matematika; dan (b)menerapkan matematika secara bermakna 3. Menjawab masalah, meliputi kemampuan: (a)menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban Hasil penelitian menunjukan rata-rata tiap indikator kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 4.3 Nilai Rata-rata Peserta Didik Setiap Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah pada Kelas Sampel Indikator Nilai Rata-rata Eksperimen Kontrol Memahami Masalah 88,30 78,81 Menyelesaikan Masalah 76,08 69,64 Menjawab Masalah 61,0 44,83 Rata-rata 75,13 64,43 Perbedaan nilai rata-rata setiap indikator kemampuan pemecahan masalah pada kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk lebih jelas juga dapat dilihat pada diagram berikut :

84 90 80 70 60 50 40 30 indikator 1 indikator Indikator 3 0 10 0 eksperimen kontrol Gambar 4.1 Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah pada Kelas Sampel Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.1 diagram di atas menjelaskan bahwa nilai rata-rata setiap indikator pemecahan masalah matematis pada peserta didik. Pada indikator (1) yaitu memahami masalah diperoleh nilai kelas eksperimen 88,30 dan kelas kontrol 78,81. Indikator () yaitu menyelesaikan masalah diperoleh nilai 76,08 pada kelas eksperimen dan 69,64 pada kelas kontrol. Indikator (3) yaitu menjawab masalah diperoleh nilai kelas eksperimen 61,0 dan 44,83 pada kelas kontrol. Pada tabel dan diagram tersebut menjelaskan bahwa nilai rata-rata tiap indikator kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Untuk lebih jelas lihat lampiran 31 dan 3

85 Tabel 4.4 Analisis Tes Kemampuan Komunikasi matematis Kelas N x x maks x min SD %Ketuntasan Eksperimen 4 81,9 100 56 14,41 71% Kontrol 1 68,48 88 44 18,63 43% Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diperoleh informasi bahwa rata-rata tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pada kelas kontrol, ini artinya nilai peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan pada kelas eksperimen mencapai 71 %, sedangkan pada kelas kontrol 43%. Peserta didik dikatakan mencapai ketuntasan apabila memiliki nilai di atas KBM yaitu 75. Dilihat dari segi standar deviasi (simpangan baku), kelas ekperimen memiliki simpangan baku yang lebih kecil daripada kelas kontrol. Itu berarti bahwa nilai pada kelas eksperimen lebih seragam dan lebih baik daripada kelas kontrol. Kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini dilihat dari 3 indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu : 1. Kemampuan menggambar, meliputi kemampuan menyatakan situasi atau ide-ide matematik dalam bentuk gambar, diagram, atau grafik. Kemampuan membuat ekspresi matematik, meliputi kemampuan menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika

86 3. Kemampuan menuliskan jawaban dengan bahasa sendiri, meliputi kemampuan: (a) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara tertulis;(b) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri; dan (c) kemampuan menyusun argumen atau mengungkapkan pendapat dan memberikan penjelasan secara tertulis atas jawaban yang diberikan. Hasil penelitian menunjukan rata-rata indikator kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Nilai Rata-rata Peserta Didik Setiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Sampel Nilai Rata-rata Eksperimen Kontrol Kemampuan 80,93 64,31 menggambar Kemampuan membuat 83,33 70,13 ekspresi matematika Kemampuan 79,60 63.01 menuliskan jawaban dengan bahasa sendiri Rata-rata 81,9 68,48 Perbedaan nilai rata-rata setiap indikator kemampuan komunikasi matematis pada kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk lebih jelas juga dapat dilihat pada diagram berikut:

87 90 80 70 60 50 40 30 0 10 0 eksperimen kontrol indikator 1 indikator Indikator 3 Gambar 4. Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Sampel Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4. diagram di atas menjelaskan bahwa nilai rata-rata setiap indikator kemampuan komunikasi matematis pada peserta didik. Pada indikator (1) yaitu kemampuan menggambar diperoleh nilai kelas eksperimen 80,93 dan kelas kontrol 64,31. Indikator () yaitu kemampuan membuat ekspresi matematika diperoleh nilai 83,33 pada kelas eksperimen dan 70,13 pada kelas kontrol. Indikator (3) yaitu kemampuan menuiskan jawaban dengan bahasa sendiri diperoleh nilai kelas eksperimen 79,60 dan 63,01 pada kelas kontrol. Pada tabel dan diagram tersebut menjelaskan bahwa nilai rata-rata tiap indikator kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Untuk lebih jelas lihat lampiran 33 dan 34 Menuru Sudijono (008:453) untuk menentukan rangking nilai peserta didik dilakukan berdasarkan penyusunan kedudukan atas tiga ranking yaitu

88 atas, menengah, dan bawah dengan aturan sebagai berikut Konversi nilai tes kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen. Sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut : M + SD = 75,13 + 0,91 = 96,04 M SD = 75,13 0,91 = 54, Tabel 4.6 Tabel Konversi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Kelas Eksperimen Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Ranking Persentase X 96,04 Atas 16,67% 54, x < 96,04 Menengah 66,67% X < 54, Bawah 16,67% Jumlah 100% Sehingga didapatkan sebanyak dari 4 peserta didik pada kelas ekspeimen terdapat 16,67% yaitu 4 peserta didik pada ranking atas, 66,67% yaitu 16 orang pada ranking menengah dan 16,67% yaitu 4 orang pada ranking atas. Untuk lebih jelas lagi silahkan lihat lampiran 4 a. Konversi nilai tes kemampuan pemecahan masalah pada kelas kontrol. Sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut : M + SD = 64,43 +,64 = 87,07 M SD = 64,43,64 = 41,77

89 Tabel 4.7 Tabel Konversi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Kelas Kontrol Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Ranking Persentase X 87,07 Atas 3% 41,77 x < 87,07 Menengah 61,91% X < 41,77 Bawah 14,9% Jumlah 100% Sehingga bisa disimpulkan sebanyak dari 1 peserta didik pada kelas kontrol terdapat 3% yaitu 5 peserta didik pada ranking atas, 61,91% yaitu 13 orang pada ranking menengah dan 14,9% yaitu 3 orang pada ranking bawah b. Konversi nilai tes kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen. Sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut : M + SD = 81,9 + 14,41 = 95,7 M SD = 81,9 14,41 = 66,88 Tabel 4.8 Tabel Konversi Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Kelas Eksperimen Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Ranking Persentase X 95,70 Atas 16,67% 66,88 x < 95,70 Menengah 66,67 X < 66,88 Bawah 16,67% Jumlah 100%

90 Sehingga bisa disimpulkan sebanyak dari 4 peserta didik pada kelas ekspeimen terdapat 16,67% yaitu 4 peserta didik pada ranking bawah, 66,67% yaitu 16 orang pada ranking menengah dan 16,67% yaitu 4 orang pada ranking bawah. c. Konversi nilai tes kemampuan komunikasi matematis pada kelas kontrol. Sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut : M + SD = 68,48 + 18,64 = 87,1 M SD = 68,48 18,64 = 49,84 Tabel 4.9 Tabel Konversi Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Kelas Kontrol Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Ranking Persentase X 87,1 Atas 3,81% 49,84 x < 87,1 Menengah 61,91% X < 49,84 Bawah 14,9% Jumlah 100% Sehingga disimpulkan sebanyak dari 1 peserta didik pada kelas ekspeimen terdapat 3,81% atau sebanyak 5 orang pada ranking atas 61,91% atau sebanyak 13 orang pada ranking menengah, dan 14,9% atau sebanyak 3 orang pada ranking bawah B. Analisis Data Untuk menarik kesimpulan tentang data hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis peserta didik

91 pada kelas sampel dilakukan analisis secara statistik dan menggunakan aplikasi SPSS. Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap ketiga sampel tersebut. 1. Uji Normalitas a. Uji Normalitas Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah\ Uji normalitas hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas sampel dilakukan dengan menggunakan SPSS 0 (Statistic Product And Service Solution) yaitu Uji Kolmogorov dan Uji Shapiro Wilk, maka didapatkan kesimpulan yang terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.10 Tabel normalitas nilai tes kemampuan pemecahan masalah Tests of Normality Kelas Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Nilai Eksperimen,163 4,098,91 4,060 Kontrol,179 1,077,916 1,071 a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan tabel di atas pada uji Kolmogorov-Smirnov dan shapiro-wilk terlihat nilai probabilitas atau signifikannya > 0,05 artinya bahwa kedua kelas sampel nilai peserta didiknya berdistribusi normal, selain itu juga digunakan Plot masing-masing sampel data tersebar di sekeliling garis lurus dari kiri ke kanan seperti pada gambar di bawah ini :

9 Gambar 4.3 Plot kelas eksperimen nilai tes kemampuan pemecahan masalah Gambar 4.4 Plot Kelas kontrol Tes Komunikasi Matematis

93 Selain menggunakan SPSS uji normalitas sampel dilakukan dengan prosedur uji Liliefors. Langkah-langkah uji Liliefors yang dikemukakan oleh Sudjana(005 : 466) adalah sebagai berikut: (1) Menyusun skor peserta didik dari yang rendah sampai yang tinggi. Kelas eksperimen adalah X 1 =30, X =39, X 3 =44,..., X 0 =100. Kelas kontrol adalah X 1 =8, X =39, X 3 =39,..., X 0 =100. () Berdasarkan skor mentah untuk menentukan nilai pada kedua kelas berdistribusi normal dilakukan : a) Skor mentah dijadikan sebagai bilangan baku z 1, z, z3,..., zn dengan rumus z i xi x s x i Skor ke i x = Skor rata-rata s = Standar deviasi Untuk X 1 = 30 pada kelas eksperimen, maka Z 1 = 30 75,13 0,91 =,16 Untuk Z selanjutnya dan kelas berikutnya dilakukan proses yang sama. b) Untuk tiap bilangan baku dan dengan menggunakan daftar distribusi normal baku hitung peluang F z ) P z (.F(- i z i,16) = 0,0154 dengan melihat tabel Z. Untuk F(Z i ) dan kelas yang lain digunakan proses yang sama.

94 c) Hitung proporsi z 1, z, z3,..., zn yang lebih kecil atau sama dengan rumus: z. Proporsi ini dinyatakan dengan S z ) dengan i banyakz 1, Z,..., Z n S( Zi ) n yang Z i ( i S(Z i ) = S(-,16) = 1 4 = 0,04 Untuk S(Z i ) selanjutnya dan kelas yang lain dilakukan proses yang sama. d) Menghitung selisih F z ) dan, kemudian menghitung harga ( i mutlaknya.untuk Z = -,16 didapat selisih F(Z i ) - S(Z i ) = 0,0154-0,04 = -0,063 = 0,063. Untuk kelas berikutnya dilakukan proses yang sama. Harga mutlak terbesar dinyatakan dengan Lo Untuk menolak atau menerima hipotesis nol bandingkan antara L o dengan nilai kritis L pada uji Liliefors. Kriteria pengujiannya: Jika L o < L tabel berarti data sampel ber S( z i ) distribusi normal. Jika L o > L tabel berarti data sampel tidak berdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pada lampiran 7 diperoleh tabel berikut :

95 Tabel 4.11 Perbandingan L 0 dan L tabel kelas eksperimen dan kontrol N o Kelas L 0 L tabel Kesimpulan Keterangan 1. eksperimen 0,01170 0,1809 L o < L tabel Data normal. Kontrol 0,1786 0,1934 L o < L tabel Data normal Keterangan: L tabel berdasarkan tabel uji liliefors yaitu L tabel = 0,886 L o = Selisih dari harga yang paling besar dari harga mutlak. Sehingga dapat disimpulkan baik dari program SPSS ataupun dari perhitungan yang telah dilakukan didaptkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal. n b. Uji Normalitas Hasil tes Kemampuan Komunikasi Matematis Uji normalitas hasil tes akhir kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas sampel dilakukan dengan menggunakan SPSS 0 (Statistic Product And Service Solution) yaitu Uji Kolmogorov dan Uji Shapiro Wilk, maka didapatkan kesimpulan yang terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Tabel normalitas nilai tes kemampuan komunikasi matematis Tests of Normality Kelas Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. nilai Eksperimen,144 4,00 *,96 4,080 Kontrol,19 1,00 *,94 1,104 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

96 Berdasarkan tabel di atas pada uji Kolmogorov-Smirnov dan shapiro-wilk terlihat nilai probabilitas atau signifikannya > 0,05 artinya bahwa kedua kelas sampel nilai peserta didiknya berdistribusi normal, selain itu juga digunakan Plot masing-masing sampel data tersebar di sekeliling garis lurus dari kiri ke kanan seperti pada gambar di bawah ini Gambar 4.5 Plot nilai tes kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen

97 Gambar 4.6 Plot nilai tes kemampuan komunikasi matematis kelas kontrol Dalam menentukan uji normalitas juga digunakan uji liliefors, yang dapat dilihat pada lampiran 8 No Tabel 4.13 Perbandingan L 0 dan L tabel kelas eksperimen dan kontrol Kelas L 0 L tabel Kesimpulan Keterangan 1. Eksperimen 0,0141 0,1809 L o < L tabel Data normal. Kontrol 0,196 0,1934 L o < L tabel Data normal

98 Sehingga dapat disimpulkan baik dari program SPSS ataupun dari perhitungan yang telah dilakukan didaptkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal.. Uji Homogenitas a. Uji Homogenitas Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Uji homogenitas tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematis dilakukan dengan program SPSS 0 yaitu menentukan homogenity of varians. Tabel 4.14 Tabel tes homogenitas kemampuan pemecahan masalah Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df Sig. Based on Mean,31 1 43,633 nilai Based on Median,080 1 43,778 Based on Median and with adjusted df,080 1 4,449,778 Based on trimmed mean,10 1 43,649 Berdasarkan tabel diatas uji homogenitas hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik menunjukkan signifikannya > dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa kedua kelas homogen. Uji homogenitas variansi juga dapat dilakukan dengan uji Bartlett. Adapun langkah-langkahnya menurut Sudjana (005: 63) adalah sebagai berikut: 1) Menghitung variansi masing-masing sampel dengan rumus berikut:

99 S 1 = n fix i fix i n n 1 S 1 = 4 145511 1803 4 4 1 S 1 = 0,91 Dengan menggunakan rumus dan cara yang sama, dilakukan perhitungan S, ) Menghitung variansi gabungan dari semua sampel dengan rumus: ni 1 S 0317,77 i S n 1 = = 47,51 i 43 3) Menghitung harga satuan Bartlett dengan rumus berikut: log s ni B 1 = (log 47,51)(43) = 114,996 4) Menghitung harga Khi-Kuadrat 1 Ln10 B n i log Si =(Ln 10) (114,996 114,94056) =,303 (0,055) = 0,1667,dengan Ln10 =,303 5) Gunakan tabel untuk α = 0,05 dan taraf nyata = 95 % = 0,95 = (1 )( k 1)

100 = 1 0.05)( 1 = 0.95)(1 = 5,991 Kriteria pengujian: Jika hitung < tabel maka populasi mempunyai variansi yang homogen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh : hitung = 0,1667 tabel = 5,991 Sehingga diperoleh hitung < tabel, ini berarti populasi mempunyai variansi yang homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran b. Uji Homogenitas Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Uji homogenitas tes akhir kemampuan komunikasi matematis dilakukan dengan program SPSS 0 yaitu menentukan homogenity of varians. Tabel 4.15 Tabel tes homogenitas kemampuan komunikasi matematis Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df Sig. Based on Mean,38 1 43,134 Based on Median,96 1 43,137 Based on Median and with adjusted df,96 1 41,116,137 Based on trimmed mean,331 1 43,134

101 Berdasarkan tabel diatas uji homogenitas hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik menunjukkan signifikannya > dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa kedua kelas homogen. Uji homogenitas variansi juga dapat dilakukan dengan uji Bartlett. Adapun langkah-langkahnya sama dengan langkah uji homogenitas hasil tes kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh : (lampiran) hitung = 0,37636 tabel = 5,991 Jika maka populasi mempunyai variansi hitung tabel homogen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi mempunyai variansi yang homogen pada taraf kepercayaan 95 %.. 3. Uji Hipotesis Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas variansi yang telah dilakukan, ternyata kedua kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen pada tiap-tiap nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis. Dengan demikian untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak digunakan uji t pada kedua hasi tes. Uji hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang ditetapkan pada dua kemampuan matematis tersebut memang benar atau tidak, maksudnya apakah kemampuan pemecahan masalah matematis eksperimen lebih

10 tinggi daripada kelas kontrol dan apakah kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan, maka dilakukan uji satu pihak dengan rumusan hipotesis: H 0 μ 1 μ H 1 μ 1 > μ Dengan 1 dan masing-masing adalah rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada hipotesis pertama, dan 1 dan masing-masing adalah rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol pada hipotesis kedua. Dengan demikian pada hipotesis yang pertama hipotesis nol ( H 0 ) dari penelitian ini adalah ratarata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas eksperimen kecil atau sama dengan rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas kontrol dan hipotesis satunya ( H 1 ) adalah rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dari dari rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas kontrol dan hipotesis yang kedua hipotesis nol ( H 0 ) dari penelitian ini adalah rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen kecil atau sama dengan rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis peserta

103 didik kelas kontrol dan hipotesis satunya ( H 1 ) adalah rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi dari dari rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis peserta didik kelas kontrol.karena kedua kelas sampel memiliki data yang berdistribusi normal dan variansi yang homogen, maka Selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t yang dikemukakan oleh (Sudjana, 005: 43): t s Keterangan s X 1 1 1 n n n 1 s n 1 1 X 1 n 1 1 n s X 1 = Skor rata-rata hasil belajar matematika eksperimen X = Skor rata-rata hasil belajar matematika kontrol s n 1 = Simpangan baku gabungan = Jumlahsiswa kelas eksperimen n = Jumlahsiswa kelas kontrol s 1 = Standardeviasi kelas eksperimen s = Standardeviasi kelas kontrol Kriteria pengujian adalah terima H jika t < t 0 1 dimana t 1 didapat dari daftar ditribusi t dengan derajat kebebasan n n dan peluang 1 1

104 a. Uji Hipotesis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Dengan = 0,05 dan dk = n 1 + n = 4+ 1 = 43, maka diperoleh t hitung = 1,671 sedangkan t tabel dengan taraf kepercayaan 95% adalah t tabel = 1,645. Karena t hitung > t tabel maka hipotesis H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jadi, Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VIII MTsN 5 Padang Pariaman lebih baik ketika menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berbasis differentiated instruction. Untuk lebih jelas lihat lampiran 9 b. Uji Hipotesis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Dengan = 0,05 dan dk = n 1 + n = 4+ 1 = 43, maka diperoleh t hitung =,598 sedangkan t tabel dengan taraf kepercayaan 95% adalah t tabel = 1,645. Karena t hitung > t tabel maka hipotesis H 0 ditolak dan H 1 diterima. Jadi, Kemampuan komunikasi matematis matematis peserta didik kelas VIII MTsN 5 Padang Pariaman lebih baik ketika menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berbasis differentiated instruction. Untuk lebih jelas lihat lampiran 30 C. Pembahasan 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada tabel 4. dan 4.3 terlihat bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan yang terjadi pada kedua kelas ini

105 disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada kedua kelas berbeda. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berbasis differentiated instruction. Pendekatan ini adalah pengajaran yang mengakomodasi keragaman siswa (gaya belajar, kemampuan akademik, kecepatan dalam memahami pelajaran, orientasi belajar, motivasi, minat, kepribadian, status sosial ekonomi) dengan memvariasikan strategi mengajar, konten pelajaran, proses, produk pembelajaran, cara penilaian memenuhi kebutuhan dan menciptakan hasil belajar yang optimal dan dapat menyeragamkan pengetahuan pada peserta didik agar tiap-tiap indikator pencapaian pada kurikulum 013 tercapai untuk setiap peserta didik. Sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan yaitu pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik saja Berdasarkan pengamatan selama penelitian, terlihat bahwa peserta didik pada kelas eksperimen sangat antusias dalam proses pembelajaran karena disini peserta didik dituntut untuk bisa dengan menanamkan konsep terlebih dahulu, peserta didik yang biasanya tidak berminat dalam pembelajaran matematika lebih diperhatikan dan ditanamkan konsep kepada mereka. Pendidik bertugas sangat aktif dalam membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yaitu pada kelompok kemampuan menengah dan kemampuan dibawah rata-rata. Pada awalnya peserta didik merasa tidak adil karena pembagian kelompok dengan yang sama kemampuannya satu dengan yang lainnya, namun setelah dijelaskan tujuan dari pembelajaran berbasis differentiated

106 instruction ini dan mulai diterapkan pertama kali dalam pembelajaran matematika di kedua kelas eksperiment barulah peserta didik terlihat antusias dan meningkat rasa ingin tahunya karena peserta didik yang biasanya tidak terperhatikan lebih dbimbing lagi dalam pembelajaran ini. Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol diawali dengan berdoa bersama, absensi,menyampaiakan tujuan pembelajaran, apersepis dan memberikan motivasi. Dalam penelitian yang dilakukan masih terdapat kelemahan yaitu keterbatasan waktu. Dalam pembelajaran differentiated instruction yang banyak diterapkan diluar negeri pada dasarnya memakai waktu yang relatif fleksibel, ketika peserta didik menyelesaikan permasalahan-permasalahn yang diberikan pendidik mereka menghabiskan banyak waktu dalam memahami masalah tersebut sedangkan di negara Indonesia waktu pembelajaran sudah diatur yaitu untuk tingkat SMP 5x40 menit dalam seminggu, sehingga tidak semua soal dapat diselesaikan oleh peserta didik sekalipun sudah diterapkan perbedaan banyak soal (pada peserta didik kemampuan di bawah rata-rata lebih sedikit dari kelompok lainnya) serta sedikit kesulitan dalam pendidik dalam mengelola kelas karena seharusnya pembelajaraan ini diadakan oleh tim teaching (pendidik lebih dari satu orang). Untuk mengatasi masalah tersebut yang dapat dilakukan pendidik adalah membimbing peserta didik dan menjelaskan bahwa kelompok di atas rata-rata harusnya sudah lebih mandiri dalam pembelajaran, sehingga ketika mereka sudah paham dalam suatu pokok pembahasan peserta didik

107 pada kelompok di atas rata-rata dapat menggantikan tim teaching dalam menyelesaikan masalah dan membantu peserta didik kelompok lain. Apabila ditinjau dari tes akhir, diperoleh bahwa hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis, sehingga disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada peserta didik pada kelas kontrol.. Rata rata nilai tes kemampuan pemecahan masalah matematis di kelas eksperimen diperoleh 75,13 dan pada kelas kontrol adalah 64,43. Sehingga kemampuan pemecahaan masalah pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.. Kemampuan Komunikasi Matematis Pada tabel 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan yang terjadi pada kedua kelas ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada kedua kelas juga berbeda. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik berbasis differentiated instruction. Pembelajaran ini diterapkan dengan memperhatikan keadaan awal peserta didik dalam kemampuan komunikasi matematis nya. Pembelajran ini dilaksanakan dengan memvariasikan strategi mengajar, konten pelajaran, proses, produk pembelajaran, cara penilaian memenuhi kebutuhan dan menciptakan hasil belajar yang optimal dan dapat menyeragamkan pengetahuan pada peserta didik agar tiap-tiap indikator pencapaian pada kurikulum 013 tercapai

108 untuk setiap peserta didik. Sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan yaitu pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik saja. Berdasarkan pengamatan selama penelitian, terlihat bahwa peserta didik pada kelas eksperimen sangat antusias dalam proses pembelajaran karena mereka merasa diperhatikan sehingga mereka merasa lebih berani dalam mengkomunikasikan ide saat menyelesaikan soal karena mereka berada pada kelompok yang orang yang kemampuannya sama sehingga tidak terjadi cemoohan antar peserta didik. Pendidik lebih bisa memperhatikan peserta didik dalam memahami soal lalu mengekspresikanya ke dalam bahasa dan simbol-simbol matematika Selama proses belajar mengajar pada kelas eksperimen banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh peserta didik terutama peserta didik pada kemampuan menengah dan di bawah rata-rata, mereka lebih antusias karena diperhatikan dan dibimbing secara khusus dalam kelompok kecil oleh pendidik, disisi lain peserta didik pada kelompok di atas rat-rata lebih antusias pula dalam belajar mengajarkan matematika kepada teman-teman sebaya mereka. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik saja, selama proses belajar berlangsung masih banyak siswa yang tidak memperhatikan dan tidak bekerja dalam diskusi kelompok karena kebanyakan dari peserta didik belum memahami konsep dari pelajaran itu sendiri sehingga mereka terlihat bingung dalam proses mengajukan pertanyaan. Disamping itu banyak dari peserta didik yang

109 pasif dalam diskusi dikarenakan minimnya pengetahuan sehingga dalam proses presentasi pun yang mampu hanya peserta didik yang sama setiap kali pertemuan. Apabila ditinjau dari tes akhir, diperolehlah hasil tes kemampuan komunikasi matematis, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada peserta didik pada kelas kontrol.. Rata rata nilai tes kemampuan komunikasi matematis di kelas eksperimen diperoleh 81,9 dan pada kelas kontrol adalah 64,48. Sehingga kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. A. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan tentang efektivitas pembelajaran matematika berbasis differentiated instruction ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis peserta didik kela VIII MTsN 5 Padang Pariaman, terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, antara lain: 1. Sulinya membagi peserta didik pada kelompok-kelompok yang telah ditentukan karena banyaknya protes ketidakcocokan antar anggota kelompok dari sebagian kecil peserta didik sehingga menimbulkan kegaduhan dan memakan waktu yang cukup lama... Waktu yang dipakai untuk diskusi kelompok terbatas sehingga seringkali waktu habis ketika diskusi belum selesai dan belum di presentasikan.

110 3. Tingginya antusias dari masing-masing kelompok sehingga pendidik sedikit kewalahan dalam mengelola kelas. 4. Masih terdapatnya peserta didik yang tidak mengkomunikasikan kekurangan kepada pendidik sehingga beberapa diantaranya ketika dibantu oleh pendidik menjelaskannya mereka mengatakan paham, namun ketika diberi latihan beberapa masih meras kesulitan.