TUGAS FARMASI INDUSTRI ELIMINASI DAN VALIDASI 12 ASPEK CPOB

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Produksi di Industri Farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

Oleh : Bambang Priyambodo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

1 dari1717 I. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5.1.1 Kesimpulan Tugas Khusus Pengawasan Mutu - Kualitas air dan menjaga air dari kontaminasi mikrobiologi merupakan bagian penting untuk memastikan

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus 1971.

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

UNIVERSITAS INDONESIA

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus 1971.

DOKUMENTASI PRODUKSI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

UNIVERSITAS INDONESIA

PERSONALIA

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

Menimbang : Mengingat :

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

DOKUMENTASI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

BAB 1 MANAJEMEN MUTU

BAB II PT. KIMIA FARMA. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk telah

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG PEDOMAN CARA PEMBUATAN KOSMETIK YANG BAIK

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus 1971.

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI DITKESAD) BANDUNG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

PERSYARATAN TEKNIS CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK BAB 1

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. terbentuk karena hasil penggabungan/ merger antara dua perusahaan besar kimia

Transkripsi:

TUGAS FARMASI INDUSTRI ELIMINASI DAN VALIDASI 12 ASPEK CPOB Nama : SITTI MUNAWARAH NIM : 3351161343 Kelas : D PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI-JAWA BARAT 2017

Manajemen Mutu Aspek CPOB Eliminasi Kontaminan : Uap air yang digunakan untuk pros sterilisasi tidak dipantau unt memastikan kualitasnya dan mu produk. Sehingga ada kemungkin produk yang dihasilkan pun terja kontaminasi dan tidak memenu syarat. Kelemahan : Prosedur recall tidak lengkap. Kesalahan : Pemastian mutu tidak menyiapka mengkaji ulang dan melatihkan prot pelulusan produk jadi kepada perso yang dia tunjuk untuk memastik protap ini dilaksanakan dengan benar. pengemasan yang tidak melakuk pembersihan dengan baik dima dibersihkan secara teratur dan seri selama jam kerja dan tiap a kemampuan karyawan sesu dengan bidangnya yang tid mampu melaksanakan tugasn secara profesional dan kurangn kesadaran untuk melaksanak Personalia Kontaminan : Personil kebersihan pada ar area pengemasan hendakl tumpahan bahan. Kelemahan : Kurangnya pengetahuan d tugas sesuai dengan CPOB. Kesalahan : Personil menderita sakit dan mender luka terbuka ikut serta langsu maupun tidak langsung dala pekerjaan pengolahan obat. Bangunan dan Fasilitas Kontaminan : Tidak tersedia atau tidak memadain filtrasi udara di ruang produk untuk mengurangi kontamin

lingkungan (dari udara sekitar) Kelemahan : Fasilitas penunjang (tempat istirah ruang ganti pakaian, wastafel d toilet) tidak memadai. Kesalahan : Luas ruang produksi tidak cuk dan/atau alur proses tidak sesu dengan tahapan proses produk sehingga memungkinkan terja campur-baur (mix-up). dilakukan pembersihan yang ben baik bagian dalam maupun bagi luar alat, sehingga hal terseb dapat menyebabkan terjadin menimbulkan akibat merugik Peralatan Kontaminan : Peralatan yang digunakan tid kontaminasi silang ya terhadap produk. Kelemahan : Penempatan peralatan diat sedemikian rupa kurang sesu sehingga mengurangi efisiensi d keefektifan jalannya pros produksi. Kesalahan : Peralatan sampling bahan baku ak produk betalaktam dan n betalaktam menjadi satu. Sanitasi dan Higiene Kontaminan : Terdapat penumpukan residu at bahan lain pada peralatan produk yang berpotensi untuk kontamina silang. Kelemahan : Prosedur sanitasi dan higiene tid divalidasi serta dievaluasi seca berkala untuk selalu memastik bahwa hasilnya efektif dan memenu persyaratan.

Kesalahan : Tidak melaksanakan progra pembersihan yang ditetapka dengan bukti fasilitas dan peralat yang tampak kotor. sehingga dapat menyebabk Produksi Kontaminan : Sampel tumpah atau tercec kontaminasi yang dap mengurangi mutu dari produk. Kelemahan : Kurangnya ketaatan pelaksana proses produksi pada prosedur ya telah ditetapkan untuk menjam produk obat yang memenu spesifikasi mulai dari pemilih bahan awal, validasi prose pencemaran, sistem penomor batch dan lot, penimbangan d penyerahan, pengembalia pengolahan, bahan dan prod kering. Kesalahan : Penandaan (labeling) yang salah pa produk. dalam pembuatan produk berisi tinggi seperti grup penisil sefalosporin, sitotoksik, horm menyebabkan resiko kontaminasi. Pengawasan Mutu Kontaminan : Pemisahan yang tidak memad steroid sehingga dap Kelemahan : Pemeriksaan/pengujian bah pengemas tidak memadai. Kesalahan : Prosedur pelulusan bahan awal ya dipasok (supply) tidak sesu pedoman CPOB.

Inspeksi Diri Kontaminan : Tidak melakukan inspeksi d merupakan salah satu penyeb terjadinya hal yang tidak diingink pada produk, karena inspeksi d merupakan aspek penilaian d pengendalian mutu pada prod agar selalu memenuhi CPOB. Kelemahan : Inspeksi visual terhadap partikel d kerusakan dalam produk jadi tid memadai. Kesalahan : Program Inspeksi Diri dan/atau aud eksternal tidak dilaksanakan. Penanganan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Kontaminan : Obat kembalian yang tidak dap diolah kembali tid dimusnahkan, sehingga ob tersebut dapat menjadi limb berbahaya. Kelemahan : Pencatatan yang kurang baik mengen laporan penanganan obat kembali dan berita acara pemusnahan ob kembalian. Kesalahan : Tidak tersedia sistem/prosedur unt penanganan keluhan (complaint) at pengembalian produk. Dokumentasi Kontaminan : Dokumentasi sangat penting unt memastikan setiap petug mendapat instruksi secara rinci d jelas mengenai bidang tugas ya harus dilaksanakannya, misaln instruksi tugas di bidang produk maka dengan tidak adan dokumentasi yang rinci ak

menyebabkan kesalahan kerja ya berakibat buruk pada produk. Kelemahan : Penataan dokumen yang kura sistematis sehingga kesulitan unt menentukan, mengendalika memantau, dan mencatat selur kegiatan yang langsung atau tid langsung. Kesalahan : Ketidaksesuaian atau kekeliru dokumentasi hasil pengujian. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak menyatakan prosedur pelulus diluluskannya produk yang tid memenuhi mutu oleh penanggu Kontaminan : Ketidakjelasan kontrak ya tiap batch, menyebabk kemungkinan terjadin jawab pemastian mutu (QA). Kelemahan : Kontrak tidak menyatakan secara jel prosedur pelulusan tiap batch. Kesalahan : Tidak dibuatnya kontrak secara tertu antara pemberi dan penerim kontrak, sehingga tanggung jaw dan kewajiban masing-masing pih tidak dapat ditentukan dengan jelas Kualifikasi dan Validasi Kontaminan : Validasi proses sterilisasi (atau pros yang kompleks dari suatu prod kritis) tidak ada atau tid memadai. Kelemahan : Personil kunci yang bertanggu jawab pada Pemastian Mu Pengawasan Mutu dan Produk tidak terdaftar, tidak terkualifika dan belum memperoleh pelatih

yang sesuai. Kesalahan : Sarana penunjang produksi (sistem ta udara, sistem pengolahan a tidak/belum dikualifikasi tapi sud digunakan.