BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Minimu Maximum Mean

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kec. Kedungwaru Tulungagung tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini berlokasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD Negeri Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya. sedangkan di kelas kontrol tidak diberi perlakuan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidorejo Lor 2 dan SD Negeri Sidorejo Lor 6. Kelas yang digunakan untuk penelitian yaitu kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 2 Salatiga sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 6 Salatiga sebagai kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen sebanyak dari 22 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, sementara itu pada kelas kontrol terdapat 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Data siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelas Eksperimen 12 10 22 (Kelas V SDN Sidorejo Lor 2) Kelas Kontrol (Kelas V SDN Sidorejo Lor 6) 16 19 35 Jumlah Seluruhnya 57 4.2 Analisis Data Pretest 4.2.1 Deskripsi Nilai Pretest Penelitian ini menggunakan Pretest untuk mengetahui nilai awal siswa ketika dibelajarkan dengan model konvensional pada kedua kelas, yaitu kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 6 sebagai kelas kontrol tahun ajaran 2015/2016. Deskripsi nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar 22 siswa pada kelas eksperimen, yakni Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 2, adalah sebesar 57,73 dengan standar deviasi sebesar 11,415; nilai minimal sebesar 30; dan nilai maksimal sebesar 75. Sedangkan pada kelas kontrol, yakni kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 6, dengan jumlah siswa 35 memiliki nilai rata-rata sebesar 55,00 39

40 dengan standar deviasi sebesar 9,701; nilai minimal sebesar 25; dan nilai maksimal sebesar 70. Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Pretest Setelah dianalisis deskriptif untuk selanjutnya hasil belajar matematika dikategorikan dalam tiga kategori yaitu: Rendah, Sedang dan Tinggi. Nilai maksimum = 75; dan nilai minimum = 25 sehingga rangenya = 75-25 = 50. Lebar kelasnya adalah (50+1)/3 = 17 Sehingga diperoleh distribusi frekuensi untuk nilai pretest dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Nilai Pretest Eksperimen Nilai Pretest Kontrol N Valid 22 35 Missing 13 0 Mean 57,73 55,00 Median 60,00 55,00 Mode 60 50 Std. Deviation 11,415 9,701 Minimum 30 25 Maximum 75 70 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kategori Interval Skor Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Frekuensi % Frekuensi % Tinggi 58 < x 75 12 54,55% 15 42,86% Sedang 41 < x 58 8 36,36% 18 51,43% Rendah 24 < x 41 2 9,09% 2 5,71% Jumlah 22 100% 35 100% Berdasarkan tabel 4.3 hasil belajar pretest kelas eksperimen memiliki 12 siswa (54,55%) yang mendapatkan nilai pada kategori tinggi, 8 siswa (36,36%) yang mendapatkan nilai pada kategori sedang dan 2 siswa (9,09%) yang mendapatkan nilai pada kategori rendah. Tampaklah bahwa nilai pretest kelas eksperimen mayoritas berada pada kategori tinggi. Sedangkan nilai pretest pada kelas kontrol terdiri dari 15 siswa (42,86%) yang mendapatkan nilai pada kategori tinggi, 18 siswa (51,43%) yang mendapatkan nilai pada kategori sedang dan 2 siswa (5,71%) yang mendapatkan nilai pada kategori rendah.

41 Tampaklah bahwa mayoritas siswa pada kelas kontrol berada pada kategori sedang. 4.2.2 Uji Normalitas Nilai Pretest Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah kedua kelas tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan statistik uji Kolmogorov Smirnov. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melihat tabel output Asymp. Sig (2-tailed) dengan taraf signifikasi 0,05. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) > nilai taraf signifikasi maka data berdistribusi normal, jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) nilai taraf signifikasi maka data berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Nilai Pretest Eksperimen Nilai Pretest Kontrol N 22 35 a,b Mean 57,73 55,00 Normal Parameters Std. Deviation 11,415 9,701 Absolute,124,154 Most Extreme Positive,103,154 Differences Negative -,124 -,132 Kolmogorov-Smirnov Z,583,911 Asymp. Sig. (2-tailed),886,378 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Setelah dilakukan uji normalitas pretest, diperoleh data bahwa nilai Asymp Sig. (2-Tailed) untuk kelas eksperimen sebesar 0,886 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,378 dimana kedua nilai signifikansi tersebut lebih besar daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan kedua kelompok data nilai pretest tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya, nilai pretest hasil belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

42 Gambar 4.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol 4.2.3 Uji Homogenitas dan Uji Beda Rata-Rata Nilai Pretest Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa kedua kelas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki variansi yang sama atau tidak. Kedua kelompok dikatakan memiliki variansi yang sama apabila nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levene s Test. Uji beda rata-rata digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol. Uji beda rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji Independent Sample T-Test. Hasil uji homogenitas dan uji beda rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: NILAI PRETES T Tabel 4.5 Uji Homogenitas dan Uji Beda Rata-Rata Nilai Pretest Independent Samples Test Levene's t-test for Equality of Means Test for Equality of Variances Equal variances assumed Equal variances not assumed F Sig. T Df Sig. (2- tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper,444,508,965 55,339 2,727 2,827-2,937 8,392,929 39,3 83,358 2,727 2,935-3,207 8,661

43 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil uji homogenitas nilai pretest dilihat dari nilai F pada levene test yaitu sebesar 0,444 dengan probabilitas sebesar 0,508 > 0,05 yang artinya bahwa kedua kelas memiliki variance nilai yang sama atau dengan kata lain kedua kelas dikatakan homogen, dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Hasil uji beda rerata nilai pretest dilihat dari nilai T pada t- test for Equality of Means yaitu sebesar 0,965 dengan signifikasi sebesar 0,339 > 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4.3 Langkah Pembelajaran Langkah pembelajaran dalam penelitian ini dimulai dengan pemberian instrumen soal pretest pada kelas eksperimen di SDN Sidorejo Lor 02 dan kelas kontrol di SDN Sidorejo Lor 06 dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika antara kedua kelas tersebut sama atau tidak. Langkah pembelajaran dalam penelitian ini memerlukan beberapa kali pertemuan, meliputi sebagai berikut: 1. Pertemuan Pertama a. Kegiatan Awal Proses pembelajaran diawali dengan memberi salam, berdoa, melakukan absensi, memberikan soal pretest, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi. b. Kegiatan Inti Guru bertanya jawab berkaitan benda-benda berbentuk bangun ruang, meminta siswa menunjukkan bangun datar penyususn bangun ruang, menuliskan jawaban di papan tulis, menanyakan tentang sifat-sifat bangun datar, meminta siswa mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang menggunakan plastisin dan lidi lalu menuliskan hasilnya pada lembar kerja siswa kemudian dibahas bersama guru dan siswa. Setelah itu, guru memberikan contoh soal lalu meminta siswa membuat 4 soal bersama kelompok tentang sifat-sifat bangun ruang kemudian dilakukan pembahasan bersama.

44 c. Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa membuat kesimpulan, memberikan umpan balik, memberikan tugas rumah 1 dan diakhiri dengan berdoa. 2. Pertemuan Kedua a. Kegiatan Awal Guru bertanya tentang materi sebelumnya, menyampaikan kegiatan pembelajaran hari in, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. b. Kegiatan Inti Guru bertanya bangun datar apa saja yang menyusun bangun ruang dan mendengarkan cerita ibu guru untuk dicari penyelesaiannya oleh siswa. Setelah itu guru meminta siswa menemukan jaring-jaring bangun ruang dengan bantuan kertas kartoon, dan menggambarkan hasil temuannya di buka siswa kemudian dibahas bersama guru dan siswa. Guru memberikan contoh soal dan meminta siswa membuat 4 soal bersama kelompok tentang jaring-jaring bangun ruang kemudian dilakukan pembahasan bersama. c. Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa membuat kesimpulan, memberikan umpan balik, memberikan tugas rumah 2 dan diakhiri dengan berdoa 3. Pertemuan Ketiga a. Kegiatan Awal Guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa bernyanyi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan materi sebelumnya lalu guru memberikan motivasi siswa untuk semangat belajar dengan berdongeng tentang pentingnya materi pembelajaran ini. b. Kegiatan Inti Guru bertanya tentang benda berbentuk bangun ruang dan cara menggambarnya lalu mempresentasikan di depan kelas. Siswa mencoba menggambar bangun ruang pada buku siswa dan menampilkan pekerjaannya di depan kelas kemudian dibahas bersama guru dan guru meluruskan kesalahpahaman. Setelah itu, guru memberikan contoh soal dan meminta siswa

45 membuat 2 soal bersama kelompoknya kemudian dilakukan pembahasan bersama. c. Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa membuat kesimpulan, memberikan umpan balik, memberikan tugas rumah membuat 2 soal tentang sifat-sifat, jaring-jaring dan cara menggambar bangun ruang secara individu lalu diakhiri dengan berdoa 4. Pertemuan Keempat a. Kegiatan Awal Guru mengucapkan salam, berdoa, mengansen kehadiran siswa dan melakukan apersepsi. b. Kegiatan Inti Guru meminta siswa mengerjakan soal dengan bermain Bola Bernyanyi lalu dibahas bersama, kegiatan ini dilakukan dengan beberapa kali putaran. c. Kegiatan Penutup Guru memberikan soal instrumen posttest dan diakhiri dengan berdoa. 4.4 Analisis Data Posttest 4.4.1 Deskripsi Nilai Posttest Hasil nilai posttest siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning tipe Problem Posing dengan bantuan program SPSS 20 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Deskripsi Nilai Posttest N Nilai Posttest Eksperimen Valid 22 35 Missing 13 0 Mean 77,27 56,43 Median 75,00 55,00 Mode 75 70 Nilai Posttest Kontrol Std. Deviation 9,223 11,793 Minimum 60 30 Maximum 100 70

46 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai posttest pada kelas eksperimen dari 22 siswa memiliki rata-rata sebesar 77,27 dengan standar deviasi sebesar 9,223; nilai minimal sebesar 60 dan nilai maksimal sebesar 100. Sedangkan nilai posttest pada kelas kontrol dari 35 siswa memiliki rata-rata sebesar 56,43 dengan standar deviasi 11,793; nilai minimal sebesar 30 dan nilai maksimal sebesar 70. Setelah dianalisis deskriptif untuk selanjutnya hasil belajar matematika dikategorikan dalam tiga kategori yaitu: Rendah, Sedang dan Tinggi. Nilai maksimum = 100; dan nilai minimum = 30 sehingga rangenya = 100-30) = 70. Lebar kelasnya adalah (70+1)/3 = 23,67 Adapun distribusi frekuensi untuk nilai posttest dari kedua kelas tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kategori Interval Skor Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Frekuensi % Frekuensi % Tinggi 76,33 < x 100 8 36,36% - 0% Sedang 52,66 < x 76,33 14 63,64% 23 65,71% Rendah 28,99 < x 52,66-0% 12 34,29% Jumlah 22 100% 35 100% Berdasarkan tabel 4.7 hasil belajar posttest kelas eksperimen memiliki 8 siswa (36,36%) yang mendapatkan nilai pada kategori tinggi, 14 siswa (63,64%) yang mendapatkan nilai pada kategori sedang dan tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai pada kategori rendah. Kelas kontrol tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai pada kategori tinggi, 23 siswa (65,71%) yang mendapatkan nilai pada kategori sedang dan 12 siswa (34,29%) yang mendapatkan nilai pada kategori rendah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas V sebagai kelas eksperimen dan kelas control berada pada kategori sedang. 4.4.2 Uji Normalitas Nilai Posttest Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah kedua kelas tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan

47 statistik uji Kolmogorov Smirnov. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melihat tabel output Asymp. Sig (2-tailed) dengan taraf signifikasi 0,05. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) > nilai taraf signifikasi maka data berdistribusi normal, jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) nilai taraf signifikasi maka data berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas nilai posttest dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest Nilai Posttest Nilai Posttest Eksperimen Kontrol N 22 35 Normal Parameters a,b Std. Deviation 9,223 11,793 Mean 77,27 56,43 Absolute,234,138 Most Extreme Positive,234,125 Differences Negative -,170 -,138 Kolmogorov-Smirnov Z 1,096,815 Asymp. Sig. (2-tailed),181,520 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Setelah dilakukan uji normalitas posttest, diperoleh data bahwa nilai Asymp Sig. (2-Tailed) untuk kelas eksperimen sebesar 0,181 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,520 maka dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf signifikasi yaitu sebesar 0,05. Selanjutnya, uji normalitas nilai posttest hasil belajar matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Gambar 4.2 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

48 4.4.3 Uji Homogenitas dan Uji Beda Rata-Rata Nilai Posttest Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa kedua kelas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki variansi yang sama atau tidak. Kedua kelompok dikatakan memiliki variansi yang sama apabila nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levene s Test. Perhitungan uji beda rata-rata bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar antara yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Problem Posing dengan siswa yang melakukan pembelajaran dengan model konvensional. Perhitungan uji beda rata-rata dilakukan menggunakan Independent sample T- Test. Perhitungan uji homogenitas dan uji beda rata-rata hasil belajar matematika menggunakan data hasil nilai posttest. Hasil uji homogenitas dan uji beda rata-rata nilai posttest dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Homogenitas dan Uji Beda Rata-Rata Nila Post test Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene s Test for Equality of Variances Sig. T Df Sig. (2- F tailed) t-test for Equality of Means Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 2,703,106 7,039 55,000 20,844 2,961 14,910 26,779 7,444 52,255,000 20,844 2,800 15,226 26,462 Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa hasil uji homogenitas nilai posttest dilihat dari nilai F pada levene test yaitu sebesar 2,703 dengan probabilitas sebesar 0,106 > 0,05 yang artinya bahwa kedua populasi memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen, dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai t adalah 7,039 dengan probabilitas

49 signifikasi 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak artinya ada pengaruh model Problem Based Learning tipe Problem Posing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Imam Bonjol Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini tampak dari nilai rerata kelas eksperimen sebesar 77,27 sedangkan nilai rerata kelas kontrol sebesar 56,43 sehingga perbedaan rata-ratanya adalah 20,844 dan nilai rerata kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan nilai rerata kelas kontrol. 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning tipe Problem Posing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Imam Bonjol Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Analisis pelaksanaan penelitian diperlukan untuk menjelaskan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Problem Posing. Pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 2 Salatiga sebagai kelas eksperimen menggunakan model Problem Based Learning tipe Problem Posing. Model pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang beorientasi pada siswa. Model ini menekankan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dengan cara pembentukan soal. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Problem Posing guru berperan sebagai fisilitator dan pemberi arahan kepada siswa. Guru memulai pembelajaran dengan memaparkan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru memberikan latihan-latihan soal lalu diakhiri dengan pembentukan soal oleh siswa secara mandiri serta menyimpulkan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 6 Salatiga sebagai kelas kontrol menggunakan model konvensional. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas kontrol tidak mengalami perubahan, masih seperti semula yaitu ceramah, didominasi oleh guru, siswa mendengarkan dan mencatat lalu mengerjakan latihan soal secara individu dan kelompok tanpa adanya

50 kesempatan untuk belajar mandiri serta siswa tidak terlibat aktif secara keseluruhan dalam pembelajaran. Hasil belajar matematika siswa sebelum perlakuan pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata 57,73 dengan standar deviasi sebesar 11,599 dan pada kelas kontrol diperoleh rata-rata 55,00 dengan standar deviasi sebesar 9,701. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Asymp sig. (2-tailed) untuk kelas eksperimen sebesar 0,886 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,378 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal, karena taraf signifikan yang diperoleh lebih dari 0,05. Hasil uji homogenitas melalui levene test menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen (memiliki varian yang sama) atau dapat dikatakan kedua kelas memiliki hasil belajar yang sama, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi pada tabel Levene s Test for Equality of Variances adalah lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,508. Hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan menggunakan model Problem Based Learning tipe Problem Posing diperoleh nilai rata-rata 77,27 dengan standar deviasi 9,223 dan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 56,43 dengan standar deviasi sebesar 11,793. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Asymp sig. (2-tailed) untuk kelas eksperimen sebesar 0,181 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,520 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal karena taraf signikasi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Hasil belajar matematika pada kelas eksperimen lebih tinggi dikarenakan model Problem Based Learning tipe Problem Posing dapat menciptakan proses pembelajaran yang berlangsung selama beberapa kali pertemuan dilakukan dengan aktif oleh siswa yaitu dengan kegiatan pembuatan soal secara kelompok di setiap akhir jam pelajaran dan pemberian pekerjaan rumah untuk membuat soal secara individu. Berdasarkan hasil penelitian, hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan Pengaruh model Problem Based Learning tipe Problem Posing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Imam Bonjol Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 diterima. Terlihat dari nilai posttest siswa pada kelas kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelas

51 eksperimen memiliki nilai rata-rata sebesar 77,27 sedangkan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar 56,43. Hipotesis hasil penelitian diterima dapat dilihat juga dari hasil uji beda rata-rata hasil belajar siswa. Perhitungan uji t dilakukan dengan bantuan SPSS 20 for Windows menggunakan Independent Sample T-Test. Perhitungan uji beda rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning tipe Problem Posing dan yang dibelajarkan dengan model konvensional. Berdasarkan Independent Sample T-Test terlihat F hitung sebesar 2,703 dengan probabilitas 0,106 > 0,05 sehingga dapat dikatakan kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang sama. Berdasarkan analisis uji t-test apabila data memiliki variansi yang sama maka harus menggunakan asumsi equal variance assumed, terlihat bahwa nilai t adalah 7,039 dengan signifikasi sebesar 0,000 yaitu kurang dari 0,05 maka dari tabel Independent Sample T-Test dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh model Problem Based Learning tipe Problem Posing terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Imam Bonjol Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Problem Posing menjadikan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 2 lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa kelas V SG Negeri Sidorejo Lor 6 yang dibelajarkan dengan model konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning tipe Problem Posing berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Guntara (2014) menyatakan bahwa sintaks model Problem Posing antara lain: 1) Membuka kegiatan pembelajaran. 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. 3) Guru memberikan latihan soal secukupnya. 4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. 5) Guru membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen, tiap kelopok terdiri atas 4-5 siswa. 6) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal berdasarkan informasi yang diberikan guru, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Kemudian soal-soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain. 7) Guru memberikan tugas

52 rumah secara individu sebagai penguatan. 8) Guru menutup kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Problem Posing membuat siswa aktif secara mandiri belajar untuk memahami materi dengan bahasanya sendiri serta siswa dilatih untuk menyimpulkan materi yang diajarkan oleh guru melalui pembuatan soal. Pembelajaran yang demikian mengakibatkan hasil belajar siswa dengan Problem Based Learning tipe Problem Posing lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan model konvensional. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung selain didapatkan bahwa ada pengaruh yang ditunjukkan melalui rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi, pembelajaran dengan model Problem Based Learning tipe Problem Posing juga dapat membuat siswa aktif serta percaya diri, terlihat dari proses diskusi siswa dengan teman sebangkunya dan keberanian seluruh siswa dalam menyampaikan hasil pembuatan soal di depan kelas. Hal ini sejalan dengan Harisantoso (dalam Aris Shoimin, 2014: 134) bahwa pengajuan soal juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif secara mental, fisik, dan sosial, di samping memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyelidiki dan membuat jawaban yang divergen (mempunyai lebih dari satu jawaban). Penelitian ini sejalan dengan Herawati (2010) yang mengemukakan bahwa pembelajaran Problem Posing adalah pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk membentuk/mengajukan soal berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan. Informasi yang ada diolah dalam pikiran dan setelah dipahami maka peserta didik akan bisa mengajukan pertanyaan. Dengan adanya tugas pengajuan soal (problem posing) akan menyebabkan terbentuknya pemahaman konsep yang lebih mantap pada diri siswa terhadap materi yang telah diberikan.