III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Alat 3.3 Metode Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

ABSTRAK. Kata Kunci : Strategi penanganan, risiko biaya kontrak, SWOT. iii

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

BAB II KERANGKA TEORI. dunia bisnis. Tujaun tersebut hanya dapat dicapai memalui usaha mempertahankan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SWOT. Analisis Data Input

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

3. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

III. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan atau mendeksripsikan tentang kajian pemekaran daerah Kabupaten Lampung Tengah dengan mengidentifikasi sektor unggulan pertanian, pusat pelayanan dan strategi pembangunan di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur. Menurut Usman dan Akbar (2009:129), metode penelitian deksriptif berarti menggambarkan atau melukiskan dalam hal ini dapat dalam arti sebenarnya yang berupa gambar-gambar atau foto-foto yang didapat dari data lapangan atau peneliti menjelaskan hasil penelitian dengan gambar-gambar dan dapat pula menjelaskannya dengan kata-kata. Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2011:94), analisa deskriptif merupakan teknik analisa yang memberikan informasi mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan menguji hipotesa dan menarik kesimpulan yang digeneralisasikan terhadap populasi. Tujuan analisa deskriptif hanya menyajikan dan menganalisa data agar bermakna dan komunikatif.

62 Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka dapat dibedakan antara antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan data yang dipergunakan maka tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2011:7) merupakan tipe penelitian yang mempergunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan hasil perhitungan dan menjelaskan secara deskriptif terhadap data yang ada. B. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja ( purposive). Menurut Moleong (2006:86), dalam penentuan lokasi penelitian cara yang terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dalam menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Lokasi penelitian dalam hal ini merupakan tempat dimana peneliti melakukan analisis. Lokasi dalam penelitian ini adalah daerah tempat akan terbentuknya calon daerah otonom baru di Lampung yakni Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur.

63 C. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian yang ada di lokasi penelitian. Dokumen ini berupa data-data penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Teknik dokumentasi pada penelitian ini dengan cara pengumpulan data melalui data statistik, surat kabar, website, dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Data yang peneliti ambil dalam penelitian ini bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Ba ppeda Kabupaten Lampung Tengah dan DPRD, dan panitia pemekaran Kabupaten. D. Sumber Data Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2011:19) data memiliki peran sentral dalam penelitian karena penelitian intinya adalah mengumpulkan data. Data adalah bahan keterangan dalam suatu objek penelitian yang diperoleh. Berdasarkan cara memperolehnya data penelitian dibedakan menjadi dua yakni data primer dan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dapat berupa naskah, dokumen resmi, dan sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data dari Badan Pusat Statistik ( BPS) Kabupaten Lampung Tengah, data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lampung Tengah, data DPRD dan

64 dari panitia pemekaran Kabupaten. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jenis dan sumber data penelitian No Jenis data Sumber 1. Produksi pertanian 2010-2012 BPS, Bappeda 2. Fasilitas sosial ekonomi serta sarana dan prasarana lainnya 3. Surat keputusan pembentukan DOB Kabupaten Seputih Barat BPS, Bappeda, website Pemkab (http://lampungtengahkab.bps.go.id) DPRD, Panitia pemekaran Kabupaten dan Seputih Timur E. Teknik analisis data 1. Metode Location Quotient (LQ) Metode analisis LQ merupakan salah satu cara untuk mengetahui suatu sektor itu basis atau non-basis. Metode LQ mengukur tingkat spesialisasi relatif suatu daerah di dalam aktifitas sektor perekonomian tertentu. Menurut Hendayana (2003:3), teknik Location Quotient (LQ) banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian yang mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sektor suatu kegiatan ekonomi. Dasar pembahasannya sering difokuskan pada

65 aspek tenaga kerja dan pendapatan. Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada bahasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metode dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi atau populasi). Metode analisis LQ dalam penelitian ini akan dipergunakan untuk menghitung komoditas di sektor primer (pertanian). Dalam mengaplikasikan analisis LQ, penelitian ini menggunakan tren produksi (ton) dan populasi. Hasil LQ yang didasarkan pada aspek produksi dapat memenuhi kriteria unggul dari sisi penawaran, karena produksi merupakan resultan dari keseluruhan sistem budidaya. Jika produksi suatu komoditas tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun, maka diasumsikan bahwa komoditas tersebut sangat diminati oleh masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan serta mampu mendorong peningkatan tenaga kerja. Dalam aplikasi LQ menuju perolehan komoditas unggulan yang didasarkan pada aspek produksi panen didefinisikan bahwa LQ adalah rasio antara pangsa relatif (share) produksi panen komoditas i pada tingkat wilayah (bawah) terhadap total produksi panen sektor wilayah (bawah) dengan pangsa relatif produksi panen komoditas i pada tingkat wilayah (atas) terhadap total produksi panen sektor wilayah (atas).

66 Rumus menghitung sektor basis adalah: = Sib/Sb Sia/Sa Keterangan : Sib=Produksi komoditas sektor i di wilayah administrasi bawah (Kecamatan) Sb=Total produksi komoditas sektor i di wilayah administrasi bawah (Kecamatan) Sia = Produksi komoditas sektor i di wilayah administrasi atas (Kabupaten) Sa =Total Produksi komoditas sektor i di wilayah administrasi atas (Kabupaten) Intrepretasi hasil analisis: Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) kriteria yaitu : (a) LQ>1 artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. (b) LQ=1 artinya komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. (c) LQ < 1 artinya komoditas ini termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

67 2. Metode Analisis Skalogram Metode skalogram digunakan untuk menentukan pusat dan hierarki suatu wilayah dengan mengindentifikasi fasilitas pelayanan yang ada di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur. Metode ini memberikan hierarki atau peringkat yang lebih tinggi pada pusat pertumbuhan yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan yang lebih banyak. Menurut Riyadi dan Deddy dalam Burhanuddin ( 2007:16), metode skalogram adalah metode paling sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan analisis fungsi wilayah, karena hanya menunjukkan daftar dari komponenkomponen pendukungnya. Analisis skalogram digunakan untuk mengetahui hirarki kota berdasarkan kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Hierarki kota akan berfungsi sebagai pusat-pusat pelayanan baik skala regional maupun lokal. Tahapan penyusunan analisis skalogram menurut Rondinelli dan Budiharsono dalam Mulyadi (2007:40) sebagai berikut: 1. Membuat urutan kota berdasarkan jumlah penduduk pada sebelah kiri tabel. 2. Membuat urutan fasilitas yang ditentukan berdasarkan frekuensi pada bagian atas. 3. Menggambar garis kolom dan baris sehingga lembar kerja tersebut membentuk matriks yang menampilkan fasilitas yang ada pada masingmasing wilayah kota. 4. Mengunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas pada suatu wilayah dan tanda (0) pada sel yang tidak memiliki fasilitas.

68 5. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas, semakin banyak banyak fasilitas yang ada pada suatu wilayah kota, maka wilayah tersebut berada di urutan atas, semakin banyak wilayah yang memiliki fasilitas tersebut, maka jenis fasilitas tersebut berada pada kolom sebelah kiri. 6. Mengalikan kolom-kolom yang telah disusun dengan nilai indeks sentralitas masing-masing kemudian disusun ulang seperti langkan lima. 7. Langkah terakhir yaitu mengidentifikasi peringkat/hirarki kota yang dapat diinterpretasikan berdasarkan nilai keberadaan fasilitas pada suatu wilayah. Semakin tinggi nilainya, maka hirarki kota tersebut akan semakin tinggi. Disamping keberadaan fasilitas, pertimbangan jumlah fasilitas juga dilakukan untuk menetukan pusat pelayanan dengan menggunakan indeks sentralitas Marshal. Prosedurnya menurut Rondinelli dalam Mulyadi (2007:41) sebagai berikut: 1. Membuat kembali tabel skalogram 2. Menjumlahkan masing-masing nilai baris dan nilai kolom 3. Dengan menggunakan asumsi total jumlah seluruh fungsi pelayanan maka diberi bobot 100, maka bobot fungsional fasilitas dapat dihitung berdasarkan rumus : C = t /T dimana : C = Bobot atribut fungsional suatu fasilitas

69 t = Nilai sentralitas gabungan (100) T = Jumlah total atribut masing-masing fasilitas 4. Menambahkan satu blok dan masukan bobot yang sudah dihitung 5. Buat kembali tabel seperti tahap 1, dan kalikan dengan bobot yang sudah dihitung. 6. Jumlahkan bobot masing-masing baris untuk mendapatkan nilai keterpusatan. Semakin tinggi jumlahnya maka pusat pelayanan tersebut hirarkinya semakin tinggi atau berada diurutan paling atas. Indikator yang digunakan dalam penyusunan pusat dan hirerarki pada penelitian ini adalah: 1. Prasarana sosial meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, fasilitas ibadah dan lembaga kemasyarakatan dan lainnya. 2. Prasarana perekonomian meliputi fasilitas pasar, perbankan, telekomunikasi dan lainnya. 3. Metode Analisis SWOT Metode analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi pembangunan bagi calon daerah otonom baru yakni Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur. Menurut Rangkuti dalam Mulyadi (2007:75) menjelaskan bahwa analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi, analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara

70 bersamaan dapat meminimalkan kelemahan ( weaknesses) dan ancaman (threaths). Menurut Finlay, dalam Heene dkk (2010:148), analisis-analisis yang menggunakan pendekatan SWOT ini merupakan suatu bentuk lompatan pemikiran yang menawan bagi upaya merumuskan strategi apa yang diperlukan, dikarenakan mampu mendeteksi kelemahan-kelemahan organisasi yang manakah perlu diperkuat, serta penguatan-penguatan seperti apa yang dapat diupayakan untuk menciptakan nilai. Lalu, peluang-peluang manakah yang memang berguna untuk dimanfaatkan oleh organisasi, dan yang manakah dicermati merupakan ancaman-ancaman dimana organisasi perlu bersiap-siap mempersenjatai diri untuk menghadapinya. Sedangkan menurut Marimin dalam Mulyadi (2007:75), analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor-faktor internal dan eksternal sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Gambar 3.2 Matriks SWOT menurut Rangkuti dalam (Mulyadi, 2007:76) EFAS IFAS STREGHTS WEAKNESSES OPPORTUNITIES STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

71 THREATHS STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan st rategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Metode analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menyusun strategi yang didasarkan pada perencanaan sektoral yakni sektorsektor unggulan pertanian dan pelayanan publik sebagaimana yang tertera dalam kerangka berpikir di bab sebelumnya. Penyusunan matriks faktor eksternal dan internal tanpa melakukan pemberian skor karena lebih diarahkan kepada identifikasi faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk digunakan sebagai dasar menetapkan sasaran-sasaran dan perumusan strategi tanpa melakukan pemetaan posisi wilayah terhadap lingkungannya. Menurut Guidelines for Preparation of Corporate Plan by Indonesian Regional Drinking Water Enterprises (PDAM s) yang disiapkan oleh proyek kerjasama Pemerintah Indonesia (Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan) dengan World Bank (1995) dalam Mulyadi (2007:77), mengadopsi metode analisis SWOT tanpa pemberian skor. Kelemahan metode ini adalah pemetaan posisi organisasi terhadap lingkungannya sukar untuk dilakukan. Dengan demikian, dari identifikasi faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan hanya dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan sasaran-sasaran dan perumusan strategi. Kelebihan metode ini ialah mengurangi bias pembobotan

72 dan pemeringkatan faktor-faktor kunci eksternal dan internal serta persepsi yang kurang tepat dalam melihat posisi organisasi terhadap lingkungannya sebagai sesuatu yang final dan statis. Sebagaimana halnya dalam analisis kuantitatif dalam bidang non-eksakta pada umumnya, pada pendekatan kuantitatif/pemberian skor dalam analisis SWOT dilakukan reduksi dan simplifikasi, sehingga kuantifikasi atau pembobotan dan rating terhadap sejumlah faktor yang pada dasarnya mempunyai sifat yang kompleks yang sukar untuk diukur tidak sepenuhnya dapat mewakili karakter faktor tersebut atau nilai komparatifnya terhadap faktor yang lain. Karena itu sekalipun bermanfaat, adanya bias pada hasil analisis kuantitatif untuk bidangbidang non-eksakta tidak bisa dihindarkan. Adakalanya, semakin kompleks pendekatan yang digunakan semakin besar bias yang dihasilkan. Oleh karena itu dalam melakukan Analisis SWOT dengan atau tanpa pemberian skor perlu mempertimbangkan dengan seksama