Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan

dokumen-dokumen yang mirip
Pengantar Statistika Matematika II

Teorema Newman Pearson

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Pengantar Statistika Matematika II

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 5 Uji Hipotesis

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II

MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: Distribusi Samp

Pengantar Statistika Matematika II

MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided

MA5283 STATISTIKA Bab 3 Inferensi Untuk Mean

Model Poisson. Inferensi likelihood. Andi Kresna Jaya November 19, Jurusan Matematika

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

Pengantar Statistika Matematika II

MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided

Pengantar Statistika Matematika II

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko

TINJAUAN PUSTAKA. ruang sampel dan dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Statistika Matematik(a)

Catatan Kuliah. MA4181 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Smart and Stochastic. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko

Catatan Kuliah MA4181 Pengantar Proses Stokastik Precise and Stochastic. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Pengantar Proses Stokastik

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik

BIOSTATISTIK HIPOTESIS UNTUK PROPORSI MARIA ALMEIDA ( ) NURTASMIA ( ) SOBRI ( )

Pengantar Proses Stokastik

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko Forecast, assess, and control your risk. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Dist

MA2081 Statistika Dasar

Peubah Acak dan Distribusi

DISTRIBUSI DISKRIT KHUSUS

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko Risk: Quantify and Control. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko

DISTRIBUSI DISKRIT KHUSUS

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Percobaan terdiri dari 1 usaha. Peluang sukses p Peluang gagal 1-p Misalkan. 1, jika terjadi sukses X jika terjadi tidak sukses (gagal)

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. MA4283 Teori Risiko dan Kredibilitas Forecasting Risk: Precise and Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. MA5181 Proses Stokastik

BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut

Misalkan X peubah acak dengan fungsi distribusi berikut: + x, 0 x < 1. , 1 x < 2. , 2 x < 3. 1, x 3

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Pengantar Uji Hipotesis. Oleh Azimmatul Ihwah

Bab 7 Ekspektasi dan Fungsi Pembangkit Momen: Cintailah Mean

Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi

MA4181 MODEL RISIKO Enjoy the Risks

REVIEW: DISTRIBUSI PELUANG KHUSUS & UJI HIPOTESIS. Utriweni Mukhaiyar MA2281 Statistika Nonparametrik Kamis, 21 Januari 2016

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF

ALGORITMA PENENTUAN UKURAN SAMPEL EKSAK UNTUK DISTRIBUSI NORMAL, DISTRIBUSI POISSON DAN DUA DISTRIBUSI BINOMIAL DALAM MODEL KELUARGA EKSPONENSIAL

DISTRIBUSI DISKRIT KHUSUS

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Bab 8 Fungsi Peluang Bersama: Bersama Kita Berpisah

4.1.1 Distribusi Binomial

Terima hipotesis Tidak membuat kesalahan Kesalahan tipe II Tolak hipotesis Kesalahan tipe I Tidak membuat kesalahan

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Pengantar Statistika Matematika II

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi

Catatan Kuliah. MA4283 Teori Risiko dan Kredibilitas Forecasting Risk: Precise and Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi

Pengantar Proses Stokastik

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Penentuan Daerah Kritis Terbaik dengan Teorema Neyman- Pearson

DISTRIBUSI DISKRIT KHUSUS

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

Ayundyah Kesumawati. April 20, 2015

PENGUJIAN HIPOTESIS 1

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko Forecast, assess, and control your risk. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

UNIFORM (SERAGAM) BERNOULLI BINOMIAL POISSON BEBERAPA DISTRIBUSI LAINNYA : MULTINOMIAL, HIPERGEOMETRIK, MA 2081 Statistika Dasar.

Statistika Farmasi

Aplikasi Pengujian Hipotesis Statistik dalam Sistem Teknologi Informasi

MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Pendahuluan

Hipotesis. Penerimaan hipotesis menunjukkan bahwa tidak cukup petunjuk untuk mempercayai sebaliknya

/ /16 =

PEMODELAN JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI POISSON UNTUK WILAYAH REGIONAL 2 INDONESIA (SUMATERA)

Definisi: Nilai harapan/ekspektasi (expected value/expectation) atau ekspektasi dari peubah acak diskrit/kontinu X adalah

DISTRIBUSI DISKRIT. MA 2081 Statistika Dasar Utriweni Mukhaiyar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF

Pengantar Uji Hipotesis. Oleh Azimmatul Ihwah

BAB IV. DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Catatan Kuliah. MA4181 Pengantar Proses Stokastik Stochastics: Precise and Prospective. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Transkripsi:

Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan oleh: Khreshna Syuhada, PhD. 1. Pendahuluan Pada perkuliahan tingkat 2, telah dikenalkan masalah uji hipotesis sebagai berikut: Seorang peneliti memberikan klaim bahwa rata-rata umur seekor binatang air tertentu lebih dari 5 tahun. Untuk itu, peneliti mengambil sampel berukuran n dan menguji pada tingkat signifikansi α. Apakah data mendukung klaim peneliti? Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah 1. Hipotesis: H 0 versus H 1 2. Tingkat signifikansi: α 3. Statistik uji: Z, T 4. Daerah kritis 5. Nilai statistik uji 6. Kesimpulan Catatan: Kita dapat menggunakan teknik p-value. 2. Hipotesis, Statistik Uji dan p-value Hipotesis, H 0 dan H 1, adalah pernyataan tentang model peluang. Dapat juga dikatakan sebagai karakteristik populasi. H 0 umumnya menyatakan tidak ada efek, tidak ada perbedaan dsb. H 1 adalah lawan dari H 0 ; H 0 : θ = θ 0 ; H 0 : θ θ 0 ; H 0 : θ θ 0. Statistik uji adalah fungsi dari data dan θ 0. Statistik uji dipilih untuk membedakan H 0 dengan H 1. Umumnya, statistik uji memuat penaksir dari θ. Statistik uji yang dikenal antara lain Z, T, χ 2 ; Z = Z n = X µ 0 σ/ n. p-value adalah ukuran kekonsistenan antara data dan H 0. Didefinisikan: p-value = P (Z > z obs H 0 ), 1

untuk H 1 : µ > µ 0, dimana Z adalah statistik uji dan z obs adalah realisasinya. Menghitung p-value untuk Z > z obs dengan mengikuti arah H 1. Nilai p-value yang kecil berarti data tidak konsisten dengan H 0 ; nilai p-value yang kecil adalah bukti menolak H 0. Kesalahan (umum) tentang p-value: p-value yang besar adalah bukti untuk mendukung H 0 p-value yang sangat kecil menunjukkan adanya efek yang besar/penting Pandang uji hipotesis H 0 : µ = 100 versus H 1 : µ 100 berdasarkan sampel berukuran 1 dari N(0, 20 2 ). Misalkan nilai µ yang sebenarnya adalah µ = 105 dan kita dapatkan X = 101. Nilai statistik uji Z adalah yang memberikan z obs = 101 100 20 = 0.05 p-value = 2(1 Φ(0.05)) = 2(1 0.5199) = 0.9601. Perhatikan bahwa p-value besar namun data tidak mendukung/memberikan bukti bahwa H 0 benar. Misalkan pemberian obat standar pada penderita flu akan menurunkan gejalanya pada 66% populasi. Seorang peneliti mencoba menemukan obat baru dan ingin menguji H 0 : p = 0.62 versus H 1 : p > 0.62. Statistik uji yang dipakai adalah Z = p p 0 p0 (1 p 0 )/n. Jika obat baru menurunkan gejala flu pada 62.1% dari sampel sebanyak n = 3000000, maka nilai z obs = 3.5684 yang memberikan p-value sebesar 0.00018. 3. Rasio Likelihood Salah satu cara untuk menguji hipotesis H 0 : θ = θ 0 versus H 1 1-sisi atau 2-sisi adalah dengan menguji rasio likelihood LR = L(θ 0 X) max θ L(θ X) 2

dimana memaksimumkan penyebut yang dimaksudkan adalah atas semua θ yang memenuhi H 1. LR adalah rasio dari peluang dari data dibawah H 0 terhadap peluang terbesar yang mungkin dari data dibawah H 1. Nilai LR berada diantara nol dan satu. Nilai yang kecil diinterpretasikan sebagai bukti yang melawan H 0. Misalkan kita ingin menguji H 0 : p = p 0 versus H 1 : p p 0 menggunakan sampel acak dari distribusi Geometrik dengan parameter p. Kita tahu bahwa Rasio likelihoodnya adalah p ML = 1 X. LR = (1 p 0) n( X 1) p n 0 (1 1/ X) n X n ( ) n( X 1) 1 p0 = Xp Xn X n 1 0. Dari plot log LR versus X, kita dapatkan bahwa log LR kecil jika X jauh lebih besar/kecil dari 4. Catatan: jika X = 4 maka 1/ X = 0.25 = p 0 dan LR sama dengan 1, yang artinya log LR-nya sama dengan nol. 4. Daerah Penolakan, Kesalahan dan Kuasa Misalkan dipunyai X 1,..., X n. Daerah penolakan adalah himpunan nilai-nilai dari statistik uji yang menolak H 0. Daerah penerimaan adalah komplemen dari daerah penolakan. Kesalahan dalam uji hipotesis: Tipe I: kesalahan menolak H 0 yang benar Tipe II: kesalahan menerima H 0 yang salah Tingkat signifikansi α adalah peluang menolak H 0 yang benar; atau dengan kata lain kesalahan tipe I, α = P (menolak H 0 H 0 benar). Kesalahan tipe I sangat diperhatikan dalam uji hipotesis (dibanding dengan kesalahan tipe II); kita ingin kesalahan tipe I sekecil mungkin. 3

Kesalahan tipe II, notasi: β, adalah peluang menerima/gagal menolak H 0 yang salah, β = P (menerima H 0 H 0 salah) yang, tentu saja, kita ingin nilainya sekecil mungkin. Kuasa (power) didefinisikan sebagai peluang menolak H 0 yang salah, 1 β = P (menolak H 0 H 0 salah) Fungsi Kuasa Misalkan X 1,..., X n sampel acak dari f X (x θ). Misalkan ruang parameter θ adalah Θ. Misalkan Θ 0 dan Θ 1 adalah subruang dari Θ yang saling asing. Pandang uji H 0 : θ Θ 0 versus H 1 : θ Θ 1. Fungsi kuasa adalah fungsi dari θ, didefinisikan sebagai berikut π(θ) = P (menolak H 0 θ Θ 1 ). Contoh-1: Pandang uji H 0 : p = 0.4 versus H 1 : p 0.4 berdasarkan sampel acak berukuran 10 dari Bernoulli(p). Misalkan Y = X i. Jika daerah kritisnya adalah menolak H 0 jika Y 0 atau Y 8, maka α = 1 P (1 Y 7 p = 0.4) = 0.0183 Sedangkan kesalahan tipe II dan kuasanya adalah β = P (1 Y 7 p) kuasa = 1 P (1 Y 7 p) Plot sbb: (plot β dan/atau kuasa dapat dibuat untuk berbagai nilai p) Contoh-2: Misalkan X 1, X 2,..., X n sampel acak normal dengan parameter (µ, σ 2 ). ingin menguji hioptesis Kita H 0 : µ = µ 0 versus H 1 : µ > µ 0. Statistik uji yang dapat digunakan adalah Z = Z n = X µ 0 σ/ n 4

yang berdistribusi N(0, 1). Tingkat signifikansi α (atau kesalahan tipe I) dapat ditentukan sbb: α = P (menolak H 0 H 0 benar) = P (Z > z 1 α µ = µ 0 ) = P (Z > z 1 α ) Dengan cara sama, kita dapat menentukan kesalahan tipe II, β = P (gagal menolak H 0 H 0 salah) = P (Z z 1 α µ > µ 0 ) Fungsi kuasanya adalah π(µ 1 ) = P (Z > z 1 α µ = µ 1 ) ( X µ0 ) = 1 P σ/ n z 1 α µ = µ 1 ( X µ1 + µ 1 µ ) 0 µ = 1 P σ/ z 1 α = µ1 n ( X µ1 = 1 P σ/ n z 1 α µ 1 µ ) 0 σ/ µ = µ 1 n ( = 1 Φ z 1 α µ ) 1 µ 0 σ/ n Misalkan kita memiliki hipotesis-hipotesis sederhana [hipotesis sederhana adalah hipotesis yang secara lengkap memberikan spesifikasi distribusi dari data. Tidak ada parameter yang tidak diketahui dalam hipotesis sederhana] yang akan diuji dengan tingkat signifikansi α. Daerah penolakan (daerah kritis) dapat ditentukan dengan memperhatikan statistik uji yang dipakai. Contoh-3: Misalkan X 1, X 2,..., X 25 sampel acak normal dengan variansi 100. Akan ditentukan daerah penolakan untuk uji H 0 : µ = 0 versus H 1 : µ = 1.5, pada tingkat signifikansi α = 0.1. Perhatikan bahwa statistik uji yang kita gunakan adalah Z = X µ 0 σ/ n ; 5

yang mana H 0 akan ditolak jika X µ 0 σ/ n > z 1 α X > µ 0 + z 1 α σ n X > 0 + 1.28 10 25 Sementara itu, kuasa dihitung sbb ( X µ0 ) 1 P σ/ n z 1 α µ = 1.5 ( = 1 Φ z 1 α µ ) 1 µ 0 σ/ n ( = 1 Φ 1.28 1.5 0 ) 10/ 25 = 1 Φ(0.53) = 1 0.7019 Jadi, Untuk α = 0.1, tolak H 0 untuk X > 2.56 dan kuasa 0.2981, Untuk α = 0.01, tolak H 0 untuk X > 4.66 dan kuasa 0.0571. Contoh-4: Kita dapat pula menentukan daerah penolakan dengan menggunakan rasio likelihood. Untuk Contoh-3 diatas, perhatikan bahwa rasio likelihood LR = L(µ 0) L(µ 1 ) = exp ( 1 n 2σ 2 (X i µ 0 ) 2) exp ( 1 n 2σ 2 (X i µ 1 ) 2), dimana nilai kecil dari statistik uji diatas berkorespondensi dengan nilai kecil dari n (X i µ 1 ) 2 n (X i µ 0 ) 2 atau ditulis (kita dapat pula memperhatikan exp dan σ 2 ) 2n X(µ 0 µ 1 ) + nµ 2 1 nµ 2 0 < K untuk suatu K. Misalkan µ 0 = 0, µ 1 = 1.5, n = 25. Kita akan menolak H 0 jika X > K (25)(1.52 ). 2(25)(1.5) 6

Contoh-5: Misalkan X 1, X 2,..., X n sampel acak Poisson. Akan ditentukan rasio likelihood untuk uji H 0 : λ = λ 0 versus H 1 : λ = λ 1, λ 1 > λ 0. pada tingkat signifikansi α = 0.1. Fungsi likelihood: L = λ n x i e λn n (x i!), yang mana untuk λ 0 = 2 dan λ 1 = 1/2, fungsi likelihoodnya, berturut-turut, adalah L(λ 0 ) = L(2) = 2 n x i e 2n n (x i!), dan x i e (1/2)n L(λ 1 ) = L(1/2) = (1/2) n n (x i!). Sehingga, rasio likelihoodnya yang berakibat atau LR = 2 n x i e 2n (1/2) n x i e (1/2)n < K 4 n x i e (3/2)n < K ( n ) x i ln 4 3 n < ln K. 2 Jadi, H 0 ditolak jika n x i < K. Contoh-6: Perhatikan uji hipotesis berikut: H 0 : p = 0.5 versus H 1 : p = 0.6. Misalkan sampel acak Bernoulli berukuran n = 10 diambil untuk menguji hipotesis diatas; nilai Y = X i yang mungkin adalah 0, 1,..., 10. Untuk Y = 4, sebagai contoh, diperoleh L(p 0 ) = L(0.5 ) = (0.5) 4 (1 0.5) 10 4 dan L(p 1 ) = L(0.6) = (0.6) 4 (1 0.6) 10 4. 7

Sehingga rasio likelihoodnya 1.84. Kita dapat menghitung rasio likelihood untuk semua nilai Y yang mungkin. Kesimpulannya: rasio likelihood akan makin kecil nilainya untuk Y semakin besar. Seperti pada contoh sebelumnya, daerah penolakan dapat ditentukan melalui rasio likelihood, ( ) Y ( ) n ( ) Y 5 5 4 LR = < K 6 4 5 atau (4/6) Y (5/4) n < K. ( ) Jadi, H 0 ditolak jika Y > ln K(4/5) n (4/6). Misalkan daerah penolakannya adalah 8 Y 10. Kesalahan tipe I-nya adalah α = P (Y > 7) = 1 P (Y 7) = 0.0547. (jika daerah penolakannya adalah Y {7, 8, 9, 10}, maka α = 0.1719). Sementara itu, kita dapat menghitung kuasa; nilainya 0.1673 (untuk p = 0.6). Jika kita ambil p = 0.7, nilai kuasa 0.3828. Fungsi kuasa dapat digambar dan kita menyimpulkan bahwa kuasa akan menuju 1 untuk p semakin dekat ke 1; kuasa menuju α untuk p semakin dekat ke 0.5. Kesimpulan: Tidak ada tes lain dengan α 0.0547 yang memberikan kuasa lebih besar. Lema Neyman-Pearson Misalkan uji rasio likelihood menolak H 0 jika L(θ 0 )/L(θ 1 ) < K pada tingkat signifikansi α. Maka, tes lain dengan tingkat signifikansi α α memiliki kuasa yang lebih kecil atau sama dengan kuasa dari uji rasio likelihood. Catatan: Lema N-P menyatakan bahwa diantara semua tes pada tingkat signifikansi α, uji rasio likelihood akan meminimumkan β Lema N-P menyatakan bahwa dari seluruh tes dengan tingkat signifikansi α, tes yang menolak H 0 untuk nilai rasio likelihood yang kecil adalah tes yang paling kuasa (Most Powerful Test atau MP Test). MP test berlaku untuk hipotesis H 0 dan H 1 sederhana. Jika MP test berlaku untuk setiap H 1 maka dikatakan sebagai Uniformly Most Powerful Test atau UMP Test. 8

5. Selang Kepercayaan dan Uji Hipotesis Misalkan 99% selang kepercayaan untuk µ dari distribusi normal adalah ( 2.0; 3.0). Akankah uji H 0 : µ = 3 versus H 1 : µ 3 ditolak pada tingkat signifikansi α = 0.01? Perhatikan bahwa pada sampel acak normal dengan mean µ tidak diketahui dan σ 2 diketahui, kita dapat menguji H 0 : µ = µ 0 versus H 1 : µ µ 0. Pada tingkat α, kita akan menolak H 0 jika X < µ 0 z α/2 σ n atau X > µ 0 + z α/2 σ n. Dengan kata lain, H 0 gagal ditolak (diterima) jika X µ 0 < z α/2 σ n. Kita dapat membentuk 100(1 α)% selang kepercayaan untuk µ 0 (yang artinya untuk µ), X z α/2 σ n, X + zα/2 σ n. Jadi, µ 0 akan berada dalam selang kepercayaan jika dan hanya jika H 0 gagal ditolak. Untuk soal diatas, H 0 ditolak karena µ 0 berada diluar selang kepercayaan. 6. Uji Rasio Likelihood Diperumum (GLR) Perhatikan kembali rasio likelihood yang telah dijelaskan subbab 3 diatas. Untuk sampel acak normal dengan mean µ dan variansi σ 2 dan kita ingin menguji H 0 : µ = µ 0 versus H 1 : µ µ 0, maka rasio likelihood yang kita punya adalah ( [ n LR = exp 1 ( ) 2 n ( Xi µ 2σ 2 0 Xi X ) ]) 2. 9

Menolak H 0 artinya nilai LR yang kecil, ekivalen dengan nilai besar dari ( ) 2 n ( Xi µ 0 Xi X ) ) 2 atau 2LR = 1 σ 2 ( n 2LR = n ( X µ 0 ) 2 σ 2. Kita dapat menunjukkan bahwa ( X µ 0 ) 2 χ 2 σ 1. 2 Jadi, H 0 ditolak jika n σ ( X µ 2 0 ) 2 > χ 2 α. Catatan: hasil ini ekivalen dengan yang telah ditulis diatas, yaitu H 0 ditolak jika X < µ 0 z α/2 σ n atau X > µ 0 + z α/2 σ n. 7. Latihan (a) Misalkan sampel acak normal berukuran n dengan mean µ (diketahui) dan variansi σ 2 (tidak diketahui). Tentukan MP Test pada tingkat α untuk hipotesis H 0 : σ 2 = σ 2 0 versus H 1 : σ 2 = σ 2 1 (σ 2 1 > σ 2 0). Tunjukkan pula bahwa tes ini ekivalen dengan χ 2 -test. (b) Misalkan X B(100, p). Pandang uji hipotesis H 0 : p = 0.5 versus H 1 : p 0.5 untuk X 50 > 10. (i) Tentukan α (ii) Sketsa grafik kuasa sebagai fungsi dari p. (gunakan pendekatan normal untuk distribusi binomial dalam menjawab pertanyaanpertanyaan diatas) (c) Misalkan X p.a. Binomial dengan n percobaan yang memiliki peluang sukses p. Untuk uji hipotesis kita dapat menentukan GLR sbb: dan daerah penolakan... H 0 : p = 0.5 versus H 1 : p 0.5 10