Teorema Newman Pearson

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Teorema Newman Pearson"

Transkripsi

1 pengujian terbaik Andi Kresna Jaya Jurusan Matematika October 6, 2014

2 Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk mean 3 Teorema Neyman-Pearson Back

3 Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk mean 3 Teorema Neyman-Pearson Back

4 Outline 1 Review 2 Uji dua sisi untuk mean 3 Teorema Neyman-Pearson Back

5 Sasaran pembelajaran: Mampu memahami teorema Neyman Pearson dan konsep pengujian hipotesis 1 Kemampuan melakukan pengujian hipotesis dua sisi 2 Kemampuan menjelaskan daerah kritis terbaik Metode: Kuliah dan Diskusi Text book: Hogg dan Craig, Introduction to Mathematical Statistics; Casella dan Berger, Statistical Inference

6 opening If your experiment needs a statistician, you need a better experiment. Ernest Rutherford

7 Pada materi sebelumnya, telah dipelajari uji statistik yang hanya satu sisi. Misalkan akan dilakukan uji terhadap H 0 : µ = terhadap H 1 : µ > , dengan µ adalah mean distribusi normal dan standar deviasinya σ = Ini adalah satu sisi saja. Jika H 1 : µ 30, 000, maka pengujian yang dilakukan disebut uji dua sisi. Materi ini akan didahului tentang uji statistik dua sisi ini.

8 Pada materi sebelumnya, telah dipelajari uji statistik yang hanya satu sisi. Misalkan akan dilakukan uji terhadap H 0 : µ = terhadap H 1 : µ > , dengan µ adalah mean distribusi normal dan standar deviasinya σ = Ini adalah satu sisi saja. Jika H 1 : µ 30, 000, maka pengujian yang dilakukan disebut uji dua sisi. Materi ini akan didahului tentang uji statistik dua sisi ini.

9 Pada materi sebelumnya, telah dipelajari uji statistik yang hanya satu sisi. Misalkan akan dilakukan uji terhadap H 0 : µ = terhadap H 1 : µ > , dengan µ adalah mean distribusi normal dan standar deviasinya σ = Ini adalah satu sisi saja. Jika H 1 : µ 30, 000, maka pengujian yang dilakukan disebut uji dua sisi. Materi ini akan didahului tentang uji statistik dua sisi ini.

10 Pada materi sebelumnya, telah dipelajari uji statistik yang hanya satu sisi. Misalkan akan dilakukan uji terhadap H 0 : µ = terhadap H 1 : µ > , dengan µ adalah mean distribusi normal dan standar deviasinya σ = Ini adalah satu sisi saja. Jika H 1 : µ 30, 000, maka pengujian yang dilakukan disebut uji dua sisi. Materi ini akan didahului tentang uji statistik dua sisi ini.

11 large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

12 large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

13 large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

14 large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

15 large sample two-sided test for mean Misalkan X adalah peubah acak dengan mean µ dan variansi σ 2. Akan diuji hipotesi null H 0 : µ = µ 0 terhadap hipotesis alternatif H 1 : µ µ 0. Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak sehingga diperoleh X dan S 2 sebagai mean sampel dan variansi sampel. Jika terdapat suatu nilai h dan k sehingga X h atau X k, maka H 0 ditolak. Ini berarti untuk suatu nilai α α = P H0 ( X h atau X k) Karena ukuran sampel cukup besar, distribusi X berdistribusi secara simetri terhadap µ 0 dipengaruhi oleh H 0, sehingga secara intuisi α dibagi dua di sisi kiri dan kanan, yaitu P H0 ( X h) = α/2 dan P H0 ( X k) = α/2

16 Karena kekonsistenan dari S 2 ke σ 2, maka dibawah pengaruh H 0 diperoleh ( X µ 0 ) S/ n D N(0, 1). Maka bentuk itu akan memutuskan apakah H 0 ditolak atau tidak. H 0 ditolak (atau menerima H 1 ) jika ( X µ 0 ) S/ n z α/2. Aproksimasi fungsi kuasanya dinyatakan dalam bentuk ( K(µ) = P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( + P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( ) ( ) n(µ0 µ) n(µ0 µ) = Φ z σ α/2 + 1 Φ + z σ α/2

17 Karena kekonsistenan dari S 2 ke σ 2, maka dibawah pengaruh H 0 diperoleh ( X µ 0 ) S/ n D N(0, 1). Maka bentuk itu akan memutuskan apakah H 0 ditolak atau tidak. H 0 ditolak (atau menerima H 1 ) jika ( X µ 0 ) S/ n z α/2. Aproksimasi fungsi kuasanya dinyatakan dalam bentuk ( K(µ) = P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( + P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( ) ( ) n(µ0 µ) n(µ0 µ) = Φ z σ α/2 + 1 Φ + z σ α/2

18 Karena kekonsistenan dari S 2 ke σ 2, maka dibawah pengaruh H 0 diperoleh ( X µ 0 ) S/ n D N(0, 1). Maka bentuk itu akan memutuskan apakah H 0 ditolak atau tidak. H 0 ditolak (atau menerima H 1 ) jika ( X µ 0 ) S/ n z α/2. Aproksimasi fungsi kuasanya dinyatakan dalam bentuk ( K(µ) = P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( + P µ X µ 0 z α/2 σ/ n ) ( ) ( ) n(µ0 µ) n(µ0 µ) = Φ z σ α/2 + 1 Φ + z σ α/2

19 contoh 1 Misalkan X adalah lama pemakaian ban dalam 1000 mil berdistribusi normal dengan mean θ dan standar deviasi σ = 5. Pabrikan ban kemudian mengklaim bahwa produk ban milik mereka telah diproduksi menggunakan proses yang baru. Ujilah hipotesis H 0 : µ = 30 terhadap H 1 : µ 30 jika sampel ban yang diambil n = 20 dan taraf keberartiannya α = 0, 05. Tentukan aproksimasi fungsi kuasanya. Bandingkan jika taraf keberartiannya α = 0, 01. Aturan penolakan untuk kasus ini untuk α = 0, 05 adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 1, 96. Nilai 1, 96 adalah nilai z 0,05/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 )

20 contoh 1 Misalkan X adalah lama pemakaian ban dalam 1000 mil berdistribusi normal dengan mean θ dan standar deviasi σ = 5. Pabrikan ban kemudian mengklaim bahwa produk ban milik mereka telah diproduksi menggunakan proses yang baru. Ujilah hipotesis H 0 : µ = 30 terhadap H 1 : µ 30 jika sampel ban yang diambil n = 20 dan taraf keberartiannya α = 0, 05. Tentukan aproksimasi fungsi kuasanya. Bandingkan jika taraf keberartiannya α = 0, 01. Aturan penolakan untuk kasus ini untuk α = 0, 05 adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 1, 96. Nilai 1, 96 adalah nilai z 0,05/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 )

21 contoh 1 Misalkan X adalah lama pemakaian ban dalam 1000 mil berdistribusi normal dengan mean θ dan standar deviasi σ = 5. Pabrikan ban kemudian mengklaim bahwa produk ban milik mereka telah diproduksi menggunakan proses yang baru. Ujilah hipotesis H 0 : µ = 30 terhadap H 1 : µ 30 jika sampel ban yang diambil n = 20 dan taraf keberartiannya α = 0, 05. Tentukan aproksimasi fungsi kuasanya. Bandingkan jika taraf keberartiannya α = 0, 01. Aturan penolakan untuk kasus ini untuk α = 0, 05 adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 1, 96. Nilai 1, 96 adalah nilai z 0,05/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 )

22 Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,05 (µ) = Φ 1, Φ + 1, 96. 1, 118 1, 118 Sedangkan untuk α = 0, 01,aturan penolakan untuk kasus ini adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 2, 575. Nilai 2, 575 adalah nilai z 0,01/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 ) Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,01 (µ) = Φ 2, Φ + 2, , 118 1, 118

23 Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,05 (µ) = Φ 1, Φ + 1, 96. 1, 118 1, 118 Sedangkan untuk α = 0, 01,aturan penolakan untuk kasus ini adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 2, 575. Nilai 2, 575 adalah nilai z 0,01/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 ) Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,01 (µ) = Φ 2, Φ + 2, , 118 1, 118

24 Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,05 (µ) = Φ 1, Φ + 1, 96. 1, 118 1, 118 Sedangkan untuk α = 0, 01,aturan penolakan untuk kasus ini adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 2, 575. Nilai 2, 575 adalah nilai z 0,01/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 ) Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,01 (µ) = Φ 2, Φ + 2, , 118 1, 118

25 Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,05 (µ) = Φ 1, Φ + 1, 96. 1, 118 1, 118 Sedangkan untuk α = 0, 01,aturan penolakan untuk kasus ini adalah tolak H 0 jika ( X 30) S/ 20 2, 575. Nilai 2, 575 adalah nilai z 0,01/2 pada distribusi Normal standar sehingga 0, 975 = Φ(z 0,05/2 ) Aproksimasi fungsi kuasa untuk uji hipotesis ini adalah ( ) ( ) (30 µ) (30 µ) K 0,01 (µ) = Φ 2, Φ + 2, , 118 1, 118

26 Perhatikan bahwa kurva fungsi kuasa di atas didasarkan pada distribusi Normal dengan variansi yang diberikan (σ = 5). Fungsi kuasa (aproksimasi) berdasar pada aturan penolakan H 0 adalah tolak H 0 jika ( X µ 0 ) S/ 20 z α/2.

27 Sejatinya, jika X berdistribusi normal, maka aturan penolakan H 0 : µ = µ 0 terhadap H 1 : µ µ 0 adalah tolak H 0 jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 1. Maka fungsi kuasa untuk kasus di atas harusnya didasarkan pada distribusi T. Untuk α = 0, 05 tolak H 0 jika ( X 30) 5/ 20 t 0,025,19 jika ( X 30) S/ 20 2, 093.

28 Sejatinya, jika X berdistribusi normal, maka aturan penolakan H 0 : µ = µ 0 terhadap H 1 : µ µ 0 adalah tolak H 0 jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 1. Maka fungsi kuasa untuk kasus di atas harusnya didasarkan pada distribusi T. Untuk α = 0, 05 tolak H 0 jika ( X 30) 5/ 20 t 0,025,19 jika ( X 30) S/ 20 2, 093.

29 Misalkan sampel acak diambil dari distribusi N(µ 1, σ 2 ) dan N(µ 2, σ 2 ). Jika ukuran sampel dari kedua distribusi adalah n 1 dan n 2. Mean dan variansi sampel pertama adalah X 1 dan S 2 1. Mean dan variansi sampel kedua adalah X 2 dan S 2 2. Perhatikan bahwa n = n 1 + n 2 adalah kombinasi ukuran sampel dan S 2 p = (n 1 1)S (n 2 1)S 2 2 n 1 + n 2 2 adalah bobot rata-rata variansi sampel S1 2 dengan S 2 2, yang merupakan penaksir tak bias untuk σ 2 Aturan penolakan H 0 : µ 1 = µ 2 terhadap H 1 : µ 1 µ 2 untuk taraf keberartian α, jika dan hanya jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 2.

30 Misalkan sampel acak diambil dari distribusi N(µ 1, σ 2 ) dan N(µ 2, σ 2 ). Jika ukuran sampel dari kedua distribusi adalah n 1 dan n 2. Mean dan variansi sampel pertama adalah X 1 dan S 2 1. Mean dan variansi sampel kedua adalah X 2 dan S 2 2. Perhatikan bahwa n = n 1 + n 2 adalah kombinasi ukuran sampel dan S 2 p = (n 1 1)S (n 2 1)S 2 2 n 1 + n 2 2 adalah bobot rata-rata variansi sampel S1 2 dengan S 2 2, yang merupakan penaksir tak bias untuk σ 2 Aturan penolakan H 0 : µ 1 = µ 2 terhadap H 1 : µ 1 µ 2 untuk taraf keberartian α, jika dan hanya jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 2.

31 Misalkan sampel acak diambil dari distribusi N(µ 1, σ 2 ) dan N(µ 2, σ 2 ). Jika ukuran sampel dari kedua distribusi adalah n 1 dan n 2. Mean dan variansi sampel pertama adalah X 1 dan S 2 1. Mean dan variansi sampel kedua adalah X 2 dan S 2 2. Perhatikan bahwa n = n 1 + n 2 adalah kombinasi ukuran sampel dan S 2 p = (n 1 1)S (n 2 1)S 2 2 n 1 + n 2 2 adalah bobot rata-rata variansi sampel S1 2 dengan S 2 2, yang merupakan penaksir tak bias untuk σ 2 Aturan penolakan H 0 : µ 1 = µ 2 terhadap H 1 : µ 1 µ 2 untuk taraf keberartian α, jika dan hanya jika ( X µ 0 ) S/ 20 t α/2,n 2.

32 Neyman-Pearson Pada materi ini akan dibahas pengujian hipotesis dengan daerah kritis terbaik. Misalkan X adalah peubah acak dengan fkp f (x; θ) di mana θ Ω. Jika Ω dapat dipartisi dalam 2 himpunan bagian ω 0 dan ω 1, sehingga nilai-nilai yang mungkin dari θ dapat terletak di salah satu himpunan bagian tersebut. Misalkan hipotesis H 0 : θ ω 0 dan H 1 : θ ω 1, pengujian hipotesis didasarkan pada sampel X 1, X 2,, X n yang diambil dari distribusi X. sebuah uji untuk hipotesis didasarkan pada sebuah daerah kritis, C sehingga aturan ujinya adalah Tolak H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C Terima H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C

33 Neyman-Pearson Pada materi ini akan dibahas pengujian hipotesis dengan daerah kritis terbaik. Misalkan X adalah peubah acak dengan fkp f (x; θ) di mana θ Ω. Jika Ω dapat dipartisi dalam 2 himpunan bagian ω 0 dan ω 1, sehingga nilai-nilai yang mungkin dari θ dapat terletak di salah satu himpunan bagian tersebut. Misalkan hipotesis H 0 : θ ω 0 dan H 1 : θ ω 1, pengujian hipotesis didasarkan pada sampel X 1, X 2,, X n yang diambil dari distribusi X. sebuah uji untuk hipotesis didasarkan pada sebuah daerah kritis, C sehingga aturan ujinya adalah Tolak H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C Terima H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C

34 Neyman-Pearson Pada materi ini akan dibahas pengujian hipotesis dengan daerah kritis terbaik. Misalkan X adalah peubah acak dengan fkp f (x; θ) di mana θ Ω. Jika Ω dapat dipartisi dalam 2 himpunan bagian ω 0 dan ω 1, sehingga nilai-nilai yang mungkin dari θ dapat terletak di salah satu himpunan bagian tersebut. Misalkan hipotesis H 0 : θ ω 0 dan H 1 : θ ω 1, pengujian hipotesis didasarkan pada sampel X 1, X 2,, X n yang diambil dari distribusi X. sebuah uji untuk hipotesis didasarkan pada sebuah daerah kritis, C sehingga aturan ujinya adalah Tolak H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C Terima H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C

35 Neyman-Pearson Pada materi ini akan dibahas pengujian hipotesis dengan daerah kritis terbaik. Misalkan X adalah peubah acak dengan fkp f (x; θ) di mana θ Ω. Jika Ω dapat dipartisi dalam 2 himpunan bagian ω 0 dan ω 1, sehingga nilai-nilai yang mungkin dari θ dapat terletak di salah satu himpunan bagian tersebut. Misalkan hipotesis H 0 : θ ω 0 dan H 1 : θ ω 1, pengujian hipotesis didasarkan pada sampel X 1, X 2,, X n yang diambil dari distribusi X. sebuah uji untuk hipotesis didasarkan pada sebuah daerah kritis, C sehingga aturan ujinya adalah Tolak H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C Terima H 0 jika (X 1, X 2,, X n ) C

36 Peluang terjadinya kesalahan tipe 1 adalah ukuran atau taraf keberartian untuk uji, α = max θ ω 0 P θ ((X 1,, X n ) C). Peluang ini menyatakan bahwa peluang bahwa (X 1,, X n ) C ketika θ ω 0 adalah parameter yang sebenarnya untuk distribusi. Peluang terjadinya kesalahan tipe 2 adalah peluang maksimum bahwa H 1 ditolak ketika θ C, K C (θ) = P θ ((X 1,, X n ) C), θ ω 1.

37 Peluang terjadinya kesalahan tipe 1 adalah ukuran atau taraf keberartian untuk uji, α = max θ ω 0 P θ ((X 1,, X n ) C). Peluang ini menyatakan bahwa peluang bahwa (X 1,, X n ) C ketika θ ω 0 adalah parameter yang sebenarnya untuk distribusi. Peluang terjadinya kesalahan tipe 2 adalah peluang maksimum bahwa H 1 ditolak ketika θ C, K C (θ) = P θ ((X 1,, X n ) C), θ ω 1.

38 contoh 1 Misalkan X adalah peubah acak distribusi binomial dengan n = 5 dan p = θ. Jika hipotesis untuk nilai θ adalah H 0 : θ = 1 2 dan H 1 : θ = 3 4. Tentukan daerah kritis untuk α = 1/32. Untuk menjawab ini, pertama akan ditampilan tabel nilai f ( x; 1 ( ) ( ) ( 2), f x; 3 4 dan rasio f x; 1 2 /f x; 3 4) untuk semua nilai x yang mungkin dari distribusi. x f ( x; 1 ) f ( x; 3 ) f (x; 1 2) f (x; 3 4)

39 contoh 1 Misalkan X adalah peubah acak distribusi binomial dengan n = 5 dan p = θ. Jika hipotesis untuk nilai θ adalah H 0 : θ = 1 2 dan H 1 : θ = 3 4. Tentukan daerah kritis untuk α = 1/32. Untuk menjawab ini, pertama akan ditampilan tabel nilai f ( x; 1 ( ) ( ) ( 2), f x; 3 4 dan rasio f x; 1 2 /f x; 3 4) untuk semua nilai x yang mungkin dari distribusi. x f ( x; 1 ) f ( x; 3 ) f (x; 1 2) f (x; 3 4)

40 Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

41 Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

42 Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

43 Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

44 Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

45 Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

46 Dari tabel,dapat dilihat bahwa untuk nilai α = 1/32 himpunan bagian dari nilai-nilai x yang mungkin hanya ada ada 2, yaitu A 1 = {x : x = 0} dan A 2 = {x : x = 5} sehingga P(A 1 ) = 1/32 dan P(A 2 ) = 1/32. Ini berarti hanya satu dari A 1 dari A 2 yang merupakan daerah kritis terbaik. Jika P(A 1 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 1 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih kecil daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Jika P(A 2 ; θ = 1/2) = 1 32 dan P(A 2 : θ = 3/4) = Sehingga dengan kondisi demikian, ketika A 1 dijadikan daerah kritis, maka peluang menolak H 0 ketika H 1 benar lebih besar daripada peluang menolak H 0 ketika seharusnya H 0 benar. Maka daerah kritis terbaik adalah A 2.

47 contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

48 contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

49 contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

50 contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

51 contoh 2 Kasus yang sama di contoh 1, tentukan daerah kritisnya untuk α = 6/32. Misalkan bahwa H 0 benar, maka terdapat 4 himpunan bagian dari ruang sampel, yaitu B 1 = {x : x = 0, 1}, B 2 = {x : x = 0, 4}, B 3 = {x : x = 1, 5} dan B 4 = {x : x = 4, 5}, sehingga ukuran peluangnya Jika H 1 benar, maka peluang untuk masing-masing himpunan tersebut adalah P(B 1 ) < P(B 2 ) < P(B 3 ) < P(B 4 ) = Maka daerah kritis yang dipilih adalah B 4 = {x : x = 4, 5}. Dari contoh 1 dan 2, dapat diberikan kriteria sebuah daerah kritis terbaik.

52 Definisi 1 Misalkan C adalah himpunan bagian dari ruang sampel A. C adalah daerah kritis terbaik dari ukuran α untuk uji hipotesis sederhana, H 0 : θ = θ 0 terhadap hipotesis alternatif (sederhana), H 1 : θ = θ 1, jika berlaku P θ0 ((X 1, X 2,, X n ) C) = α A A berlaku P θ0 ((X 1, X 2,, X n ) A) = α maka P θ1 ((X 1, X 2,, X n ) C) P θ1 ((X 1, X 2,, X n ) A). Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak berukuran n Z + dari distribusi peluang yang fkp-nya f (x; θ). Fungsi likelihood untuk X 1, X 2,, X n adalah L(θ; x 1,, x n ) = n f (x i ; θ) i=1

53 teorema Neyman-Pearson Teorema 1 Jika Ω = {θ 0, θ 1 }, k bilangan positif, dan C himpunan bagian dari ruang sampel sehingga L(θ 0 ;x 1,,x n) L(θ 1 ;x 1,,x n) k, (x 1,, x n ) C L(θ 0 ;x 1,,x n) L(θ 1 ;x 1,,x n) k, (x 1,, x n ) C α = P ((X 1, X 2,, X n ) C). Maka C adalah daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α dari uji hipotesis sederhana H 0 : θ = θ 0 dan H 1 : θ = θ 1.

54 contoh 3 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari distribusi N(θ, 1). Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah H 0 : θ = 0 vs H 1 : θ = 1. Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α. Karena distribusinya normal dengan mean θ dan variansi σ 2 = 1, maka fkp-nya adalah f (x; θ) = 1 2π exp ( ) (x θ)2, < x <. 2 Bentuk fungsi likelihoodnya adalah ( ) 1 n ( L(θ; x 1, x 2,, x n ) = exp 2π untuk < x i <, i = 1, 2,, n. n i=1 (x i θ) 2 2 ),

55 contoh 3 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari distribusi N(θ, 1). Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah H 0 : θ = 0 vs H 1 : θ = 1. Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α. Karena distribusinya normal dengan mean θ dan variansi σ 2 = 1, maka fkp-nya adalah f (x; θ) = 1 2π exp ( ) (x θ)2, < x <. 2 Bentuk fungsi likelihoodnya adalah ( ) 1 n ( L(θ; x 1, x 2,, x n ) = exp 2π untuk < x i <, i = 1, 2,, n. n i=1 (x i θ) 2 2 ),

56 contoh 3 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari distribusi N(θ, 1). Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah H 0 : θ = 0 vs H 1 : θ = 1. Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α. Karena distribusinya normal dengan mean θ dan variansi σ 2 = 1, maka fkp-nya adalah f (x; θ) = 1 2π exp ( ) (x θ)2, < x <. 2 Bentuk fungsi likelihoodnya adalah ( ) 1 n ( L(θ; x 1, x 2,, x n ) = exp 2π untuk < x i <, i = 1, 2,, n. n i=1 (x i θ) 2 2 ),

57 Maka L(0; x 1, x 2,, x n ) L(1; x 1, x 2,, x n ) = ( exp ( exp ) n i=1 x2 i 2 n i=1 (x i 1) 2 atau dapat ditulis menjadi ( L(0; x 1, x 2,, x n ) n L(1; x 1, x 2,, x n ) = exp i=1 x i 2 + n 2 2 ) i=1 (x i 1) 2 Jika k > 0, sehingga untuk semua titik (x 1, x 2,, x n ) berlaku ( ) n exp x i + n k, 2 i=1 maka himpunan semua titik (x 1, x 2,, x n ) yang memenuhi bentuk tersebut adalah daerah kritis terbaik. ).

58 Maka L(0; x 1, x 2,, x n ) L(1; x 1, x 2,, x n ) = ( exp ( exp ) n i=1 x2 i 2 n i=1 (x i 1) 2 atau dapat ditulis menjadi ( L(0; x 1, x 2,, x n ) n L(1; x 1, x 2,, x n ) = exp i=1 x i 2 + n 2 2 ) i=1 (x i 1) 2 Jika k > 0, sehingga untuk semua titik (x 1, x 2,, x n ) berlaku ( ) n exp x i + n k, 2 i=1 maka himpunan semua titik (x 1, x 2,, x n ) yang memenuhi bentuk tersebut adalah daerah kritis terbaik. ).

59 Maka L(0; x 1, x 2,, x n ) L(1; x 1, x 2,, x n ) = ( exp ( exp ) n i=1 x2 i 2 n i=1 (x i 1) 2 atau dapat ditulis menjadi ( L(0; x 1, x 2,, x n ) n L(1; x 1, x 2,, x n ) = exp i=1 x i 2 + n 2 2 ) i=1 (x i 1) 2 Jika k > 0, sehingga untuk semua titik (x 1, x 2,, x n ) berlaku ( ) n exp x i + n k, 2 i=1 maka himpunan semua titik (x 1, x 2,, x n ) yang memenuhi bentuk tersebut adalah daerah kritis terbaik. ).

60 Maka L(0; x 1, x 2,, x n ) L(1; x 1, x 2,, x n ) = ( exp ( exp ) n i=1 x2 i 2 n i=1 (x i 1) 2 atau dapat ditulis menjadi ( L(0; x 1, x 2,, x n ) n L(1; x 1, x 2,, x n ) = exp i=1 x i 2 + n 2 2 ) i=1 (x i 1) 2 Jika k > 0, sehingga untuk semua titik (x 1, x 2,, x n ) berlaku ( ) n exp x i + n k, 2 i=1 maka himpunan semua titik (x 1, x 2,, x n ) yang memenuhi bentuk tersebut adalah daerah kritis terbaik. ).

61 Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

62 Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

63 Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

64 Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

65 Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

66 Bentuk exp ( x i + n 2) k ekuivalen dengan dengan x = x i /n. x 1 2 ln k n = c, Jadi daerah kritis terbaik untuk kasus ini dapat dinyatakan sebagai C = {(x 1, x 2,, x n ) : x c}. Uji hipotesisnya dapat didasarkan pada statistik X. Jika x > c, H 0 ditolak untuk taraf keberartian α. Peluang penolakan H 0, ketika H 0 benar adalah α. Jika x < c, H 0 diterima. Peluang menolak H 0 ketika H 0 salah adalah nilai kuasa untuk uji ketika θ = 1.

67 Peluang/nilai kuasa-nya dinyatakan P( X c; H 1 ) = c ) 1 n( x 1)2 exp ( d x. 2π/n 2 Sebagai contoh, jika n = 25 dan α = 0.05, maka diperoleh nilai c = z 0,05 1/25 = 1, 645/5 = 0, 329. Sehingga nilai kuasa untuk H 1 benar adalah ) 1 25( x 1)2 P( X 0, 329; H 1 ) = exp ( d x 0,329 2π/25 2 ( ) 0, = 1 Φ 1/5 = 1 0, = 0,

68 Peluang/nilai kuasa-nya dinyatakan P( X c; H 1 ) = c ) 1 n( x 1)2 exp ( d x. 2π/n 2 Sebagai contoh, jika n = 25 dan α = 0.05, maka diperoleh nilai c = z 0,05 1/25 = 1, 645/5 = 0, 329. Sehingga nilai kuasa untuk H 1 benar adalah ) 1 25( x 1)2 P( X 0, 329; H 1 ) = exp ( d x 0,329 2π/25 2 ( ) 0, = 1 Φ 1/5 = 1 0, = 0,

69 Peluang/nilai kuasa-nya dinyatakan P( X c; H 1 ) = c ) 1 n( x 1)2 exp ( d x. 2π/n 2 Sebagai contoh, jika n = 25 dan α = 0.05, maka diperoleh nilai c = z 0,05 1/25 = 1, 645/5 = 0, 329. Sehingga nilai kuasa untuk H 1 benar adalah ) 1 25( x 1)2 P( X 0, 329; H 1 ) = exp ( d x 0,329 2π/25 2 ( ) 0, = 1 Φ 1/5 = 1 0, = 0,

70 Teorema Neyman-Pearson ini juga dapat diterapkan pada pengujian bentuk distribusi. Jika H 0 adalah hipotesis sederhana bahwa fkp bersama adalah g(x 1, x 2,, x n ) dan H 1 adalah fkp bersama h(x 1, x 2,, x n ), maka daerah kritis terbaik C untuk taraf keberartian α pada uji hipotesis H 0 dengan H 1 memenuhi syarat: g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C α = P ((X 1, X 2,, X n ) C). Berikut adalah sebuah contoh.

71 Teorema Neyman-Pearson ini juga dapat diterapkan pada pengujian bentuk distribusi. Jika H 0 adalah hipotesis sederhana bahwa fkp bersama adalah g(x 1, x 2,, x n ) dan H 1 adalah fkp bersama h(x 1, x 2,, x n ), maka daerah kritis terbaik C untuk taraf keberartian α pada uji hipotesis H 0 dengan H 1 memenuhi syarat: g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C α = P ((X 1, X 2,, X n ) C). Berikut adalah sebuah contoh.

72 Teorema Neyman-Pearson ini juga dapat diterapkan pada pengujian bentuk distribusi. Jika H 0 adalah hipotesis sederhana bahwa fkp bersama adalah g(x 1, x 2,, x n ) dan H 1 adalah fkp bersama h(x 1, x 2,, x n ), maka daerah kritis terbaik C untuk taraf keberartian α pada uji hipotesis H 0 dengan H 1 memenuhi syarat: g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C g(x 1,x 2,,x n) h(x 1,x 2,,x n) k, (x 1,, x n ) C α = P ((X 1, X 2,, X n ) C). Berikut adalah sebuah contoh.

73 contoh 4 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari sebuah fkp f(x) yang positif untuk nilai-nilai x adalah bilangan bulat tak negatif. Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah melawan hipotesis sederhana H 0 : f (x) = e 1, x = 0, 1, 2,, x! H 1 : f (x) = ( ) 1 x+1, x = 0, 1, 2,. 2 Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α.

74 contoh 4 Misalkan X 1, X 2,, X n sampel acak dari sebuah fkp f(x) yang positif untuk nilai-nilai x adalah bilangan bulat tak negatif. Jika hipotesis sederhana yang akan diuji adalah melawan hipotesis sederhana H 0 : f (x) = e 1, x = 0, 1, 2,, x! H 1 : f (x) = ( ) 1 x+1, x = 0, 1, 2,. 2 Tentukan daerah kritis terbaik untuk taraf keberartian α.

75 Misalkan kondisi H 0 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah g(x 1,, x n ) = e n x 1!x 2! x n!, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n Misalkan kondisi H 1 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah ( ) 1 n+ xi h(x 1,, x n ) =, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n. 2 Maka rasio fkp bersama dari dua kondisi adalah ( g 2e 1 ) n 2 xi h = x 1!x 2! x n! untuk x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n.

76 Misalkan kondisi H 0 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah g(x 1,, x n ) = e n x 1!x 2! x n!, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n Misalkan kondisi H 1 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah ( ) 1 n+ xi h(x 1,, x n ) =, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n. 2 Maka rasio fkp bersama dari dua kondisi adalah ( g 2e 1 ) n 2 xi h = x 1!x 2! x n! untuk x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n.

77 Misalkan kondisi H 0 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah g(x 1,, x n ) = e n x 1!x 2! x n!, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n Misalkan kondisi H 1 benar, maka fkp bersama X 1, X 2,, X n adalah ( ) 1 n+ xi h(x 1,, x n ) =, x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n. 2 Maka rasio fkp bersama dari dua kondisi adalah ( g 2e 1 ) n 2 xi h = x 1!x 2! x n! untuk x i = 0, 1, 2,, i = 1, 2,, n.

78 Jika k > 0, dan g/h k untuk (x 1, x 2,, x n ) C, maka ( n ) ( n ) x i log 2 log (x i )! log k n log 2e 1 = c. i=1 i=1 Maka daerah kritis terbaik C dapat dinyatakan { ( n ) ( n ) } C = (x 1, x 2,, x n ) : x i log 2 log (x i )! c. i=1 i=1 Jadi, misalkan untuk n = 1 dan k = 1, maka daerah kritis terbaiknya adalah C = {x : x = 0, 3, 4, 5, } Kuasa untuk uji ketika H 0 benar adalah P(X C : H 0 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 0 ) = 1 (0, , 184) = 0, 448

79 Jika k > 0, dan g/h k untuk (x 1, x 2,, x n ) C, maka ( n ) ( n ) x i log 2 log (x i )! log k n log 2e 1 = c. i=1 i=1 Maka daerah kritis terbaik C dapat dinyatakan { ( n ) ( n ) } C = (x 1, x 2,, x n ) : x i log 2 log (x i )! c. i=1 i=1 Jadi, misalkan untuk n = 1 dan k = 1, maka daerah kritis terbaiknya adalah C = {x : x = 0, 3, 4, 5, } Kuasa untuk uji ketika H 0 benar adalah P(X C : H 0 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 0 ) = 1 (0, , 184) = 0, 448

80 Jika k > 0, dan g/h k untuk (x 1, x 2,, x n ) C, maka ( n ) ( n ) x i log 2 log (x i )! log k n log 2e 1 = c. i=1 i=1 Maka daerah kritis terbaik C dapat dinyatakan { ( n ) ( n ) } C = (x 1, x 2,, x n ) : x i log 2 log (x i )! c. i=1 i=1 Jadi, misalkan untuk n = 1 dan k = 1, maka daerah kritis terbaiknya adalah C = {x : x = 0, 3, 4, 5, } Kuasa untuk uji ketika H 0 benar adalah P(X C : H 0 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 0 ) = 1 (0, , 184) = 0, 448

81 Jika k > 0, dan g/h k untuk (x 1, x 2,, x n ) C, maka ( n ) ( n ) x i log 2 log (x i )! log k n log 2e 1 = c. i=1 i=1 Maka daerah kritis terbaik C dapat dinyatakan { ( n ) ( n ) } C = (x 1, x 2,, x n ) : x i log 2 log (x i )! c. i=1 i=1 Jadi, misalkan untuk n = 1 dan k = 1, maka daerah kritis terbaiknya adalah C = {x : x = 0, 3, 4, 5, } Kuasa untuk uji ketika H 0 benar adalah P(X C : H 0 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 0 ) = 1 (0, , 184) = 0, 448

82 Kuasa untuk uji ketika H 1 benar adalah P(X C : H 1 ) = 1 P(X = 1, 2 : H 1 ) = 1 ( ) = 0, 625

83 Closing If your experiment needs a statistician, you need a better experiment. Ernest Rutherford

Teorema Limit Pusat dan Limit Distribusi

Teorema Limit Pusat dan Limit Distribusi pendekatan dengan kasus Andi Kresna Jaya andikresna@yahoo.com Jurusan Matematika September 22, 2014 Outline 1 Review 2 Teorema Limit Pusat 3 Teorema Limit Distribusi Back Outline 1 Review 2 Teorema Limit

Lebih terperinci

Model Poisson. Inferensi likelihood. Andi Kresna Jaya November 19, Jurusan Matematika

Model Poisson. Inferensi likelihood. Andi Kresna Jaya November 19, Jurusan Matematika Review Poisson dengan overdispersi Inferensi likelihood Andi Kresna Jaya andikresna@yahoo.com Jurusan Matematika November 19, 2014 Review Poisson dengan overdispersi Outline 1 Review 2 3 Poisson dengan

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 6: Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Inferensi Statistik Pendahuluan Inferensi Statistik Inferensi statistik adalah metode untuk menarik kesimpulan mengenai suatu populasi. Inferensi statistik

Lebih terperinci

Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan

Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan oleh: Khreshna Syuhada, PhD. 1. Pendahuluan Pada perkuliahan tingkat 2, telah dikenalkan masalah uji hipotesis sebagai berikut: Seorang peneliti memberikan klaim bahwa

Lebih terperinci

Penentuan Daerah Kritis Terbaik dengan Teorema Neyman- Pearson

Penentuan Daerah Kritis Terbaik dengan Teorema Neyman- Pearson Vol. 6, No.1, 44-48, Juli 2009 Penentuan Daerah Kritis Terbaik dengan Teorema Neyman- Pearson Georgina M. Tinungki Abstrak Terdapat beberapa metode untuk membangun uji statistik yang baik, diantaranya

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar Statistika Matematika II Distribusi Sampling Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia March 20, 2017 atinaahdika.com Bila sampling berasal dari populasi yang

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 3: Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Bila sampling berasal dari populasi yang digambarkan melalui fungsi peluang f X (x θ), pengetahuan tentang θ menghasilkan karakteristik mengenai keseluruhan

Lebih terperinci

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI

STATISTIKA. Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI STATISTIKA Muhamad Nursalman Pendilkom/Ilkom UPI 1 Daftar Isi Bab 1 Peluang Bab Peubah Acak Bab 3 Distribusi Peluang Diskret Bab 4 Distribusi Peluang Kontinu Bab 5 Fungsi Peubah Acak Bab 6 Teori Penaksiran

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: Distribusi Samp

MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: Distribusi Samp MA3081 STATISTIKA MATEMATIK(A) Bab 2: We love Statistics Pengantar Parameter adalah... ...suatu karakteristik dari populasi. Statistik adalah... ...suatu karakteristik dari sampel. Statistik adalah fungsi

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 2: Sifat-Sifat Estimator Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Statistik Cukup Dalam kondisi real, kita tidak mengetahui parameter dari populasi data yang akan kita teliti Informasi dalam sampel

Lebih terperinci

MA5283 STATISTIKA Bab 3 Inferensi Untuk Mean

MA5283 STATISTIKA Bab 3 Inferensi Untuk Mean MA5283 STATISTIKA Bab 3 Inferensi Untuk Mean Orang Cerdas Belajar Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Peubah acak kontinu, distribusi dan Tabel normal, penaksiran titik dan selang, uji hipotesis untuk

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar a Matematika II - Estimator Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi a FMIPA Universitas Islam Indonesia April 17, 2017 atinaahdika.com Dalam kondisi real, kita tidak mengetahui parameter dari populasi

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 1: a FMIPA Universitas Islam Indonesia Parameter adalah karakteristik dari populasi (misal θ) adalah karakteristik dari sampel Akan dibahas konsep statistik dan distribusi sampling Parameter Misalkan

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar a Matematika II Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi a FMIPA Universitas Islam Indonesia March 20, 2017 atinaahdika.com t F Parameter adalah karakteristik dari populasi (misal θ) adalah karakteristik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada sub bab ini akan diberikan beberapa definisi dan teori yang mendukung rancangan Sequential Probability Ratio Test (SPRT) yaitu percobaan dan ruang sampel, peubah acak dan fungsi

Lebih terperinci

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES Hartayuni Saini 1 1 Jurusan Matematika, FMIPA-UNTAD. e-mail: yunh3_chendist@yahoo.co.id Abstrak Untuk menaksir nilai µ dari N(µ, ) umumnya digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ruang sampel dan dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan

TINJAUAN PUSTAKA. ruang sampel dan dilambangkan dengan huruf S. Ruang sampel beranggotakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Percobaan dan Ruang Sampel Menurut Walpole (1995), istilah percobaan digunakan untuk sembarang proses yang dapat membangkitkan data. Himpunan semua hasil suatu percobaan disebut

Lebih terperinci

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 3: Estimasi Titik dengan Metode Bayes Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Dalam pendekatan klasik, parameter θ adalah besaran tetap yang tidak diketahui Sampel random X 1, X 2,..., X n diambil

Lebih terperinci

MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT

MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT MINGGU KE-11 HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT HUKUM BILANGAN BESAR LEMAH DAN KUAT Misalkan X 1, X 2, X 3... barisan variabel random. Kita tulis S n = n X i. Dalam subbab ini kita akan menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

statistika untuk penelitian

statistika untuk penelitian statistika untuk penelitian Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Delayota Experiment Team (D Expert) 2013 Freeaninationwallpaper.blogspot.com Apa itu Statistika? Statistika adalah ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,

Lebih terperinci

Learning Outcomes Sebaran Kontinu Nilai Harapan dan Ragam Beberapa Sebaran Kontinu. Peubah Acak Kontinu. Julio Adisantoso.

Learning Outcomes Sebaran Kontinu Nilai Harapan dan Ragam Beberapa Sebaran Kontinu. Peubah Acak Kontinu. Julio Adisantoso. Beberapa 27 April 2014 Beberapa Learning Outcome Outline Mahasiswa dapat mengerti dan menentukan peubah acak diskret Mahasiswa dapat memahami dan menghitung nilai harapan Mahasiswa dapat memahami dan menghitung

Lebih terperinci

KONSISTENSI ESTIMATOR

KONSISTENSI ESTIMATOR KONSISTENSI ESTIMATOR TUGAS STATISTIKA MATEMATIKA II Oleh 1. Wahyu Nikmatus S. (121810101010) 2. Vivie Aisyafi F. (121810101050) 3. Rere Figurani A. (121810101052) 4. Dwindah Setiari W. (121810101054)

Lebih terperinci

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data Statistik Dasar 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data 3. Ukuran Tendensi Sentral, Ukuran Penyimpangan 4. Momen Kemiringan 5. Distribusi Normal t Dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Peubah Acak dan Distribusinya.1.1 Peubah Acak Definisi.1: Peubah acak adalah suatu fungsi yang menghubungkan sebuah bilangan real dengan setiap unsur di dalam ruang contoh, (Walpole

Lebih terperinci

ALGORITMA PENENTUAN UKURAN SAMPEL EKSAK UNTUK DISTRIBUSI NORMAL, DISTRIBUSI POISSON DAN DUA DISTRIBUSI BINOMIAL DALAM MODEL KELUARGA EKSPONENSIAL

ALGORITMA PENENTUAN UKURAN SAMPEL EKSAK UNTUK DISTRIBUSI NORMAL, DISTRIBUSI POISSON DAN DUA DISTRIBUSI BINOMIAL DALAM MODEL KELUARGA EKSPONENSIAL ALGORITMA PENENTUAN UKURAN SAMPEL EKSAK UNTUK DISTRIBUSI NORMAL, DISTRIBUSI POISSON DAN DUA DISTRIBUSI BINOMIAL DALAM MODEL KELUARGA EKSPONENSIAL 1) Program Studi Matematika Universitas Ahmad Dahlan dian@math.uad.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap mendekati normal dengan mean μ = μ dan variansi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap mendekati normal dengan mean μ = μ dan variansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang melambangkan kemajuan zaman. Oleh karena itu matematika banyak digunakan oleh cabang ilmu lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di 5 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di bahas adalah sebagai berikut: A.

Lebih terperinci

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture Vol. 4, No., Oktober 04 Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture Tomy Angga Kusuma ), Suparman ) ) Program Studi Matematika FMIPA UAD ) Program Studi Pend. Matematika UAD

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada

Estimasi Titik. (Point Estimation) Minggu ke 1-3. Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada Estimasi Titik (Point Estimation) Minggu ke 1-3 Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. Universitas Gadjah Mada 2014 Prof. Dr. Sri Haryatmi, M. Sc. (UGM) Daftar Isi 2014 1 / 33 DAFTAR ISI 1 Minggu 1 Pertemuan 1

Lebih terperinci

STMIK KAPUTAMA - BINJAI

STMIK KAPUTAMA - BINJAI STMIK KAPUTAMA - BINJAI Pengujian hipotesis merupakan suatu prosedur yang didasarkan pada bukti sampel dan teori probabilitas yang digunakan untuk menentukan apakah suatu hipotesis adalah pernyataan yang

Lebih terperinci

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 5 Uji Hipotesis

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 5 Uji Hipotesis BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 5 Uji Hipotesis Orang Biologi Tidak Anti Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Konsep uji hipotesis, kesalahan tipe 1 dan 2, uji hipotesis untuk mean (1 dan 2 sampel),

Lebih terperinci

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF

INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF INFERENSI PARAMETER MEAN POPULASI NORMAL DENGAN METODE BAYESIAN OBYEKTIF Adi Setiawan Program Studi Matematika Industri dan Statistika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl

Lebih terperinci

PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA

PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA LOGO STATISTIKA MATEMATIKA I PEUBAH ACAK DAN SEBARANNYA Hazmira Yozza Izzati Rami HG Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Percobaan : Pelemparan dua mata uang AA AG GA GG S X Definisi 2.1. Peubah

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Bab 4: Metode Evaluasi Estimator Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Penggunaan metode estimasi yang berbeda dapat menghasilkan estimator yang sama maupun berbeda Dari hasil estimator yang berbeda,

Lebih terperinci

INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT. Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E SKRIPSI

INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT. Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E SKRIPSI INFERENSI STATISTIK DISTRIBUSI BINOMIAL DENGAN METODE BAYES MENGGUNAKAN PRIOR KONJUGAT Oleh : ADE CANDRA SISKA NIM: J2E 006 002 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada

Lebih terperinci

Statistika Farmasi

Statistika Farmasi Bab 3: Distribusi Data Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Distribusi Data Teori dalam statistika berkaitan dengan peluang Konsep dasar peluang tersebut berkaitan dengan peluang distribusi, yaitu

Lebih terperinci

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA

KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 4 Hal. 9 ISSN : 33 9 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KONVOLUSI DISTRIBUSI EKSPONENSIAL DENGAN PARAMETER BERBEDA MARNISYAH ANAS Program Studi Magister Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita mempunyai data yang terdiri dari dua atau lebih variabel maka sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat berhubungan, hubungan

Lebih terperinci

Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi

Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi ESTIMASI TITIK Setiap karakteristik dari distribusi populasi disebut dengan parameter. Statistik adalah variabel random yang hanya tergantung pada harga observasi sampel. Statistik merupakan bentuk dari

Lebih terperinci

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi

Dengan demikian, untuk sembarang B = [a, b], maka persamaan (5.1) menjadi Bab 5 Peubah Acak Kontinu 5.1 Pendahuluan Definisi 5.1. Peubah acak adalah suatu fungsi dari ruang contoh S ke R (himpunan bilangan nyata) Peubah acak X bersifat diskret jika F (x) adalah fungsi tangga.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI KELUARGA TRANSFORMASI KHI-KUADRAT. Oleh : Entit Puspita. Dosen Jurusan pendidikan Matematika

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI KELUARGA TRANSFORMASI KHI-KUADRAT. Oleh : Entit Puspita. Dosen Jurusan pendidikan Matematika KARAKTERISTIK DISTRIBUSI KELUARGA TRANSFORMASI KHI-KUADRAT Oleh : Entit Puspita Dosen Jurusan pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Dalam Keluarga eksponensial satu parameter

Lebih terperinci

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN RENCANA MUTU PEMBELAJARAN Nama Dosen : N. Setyaningsih, MSi. Program Studi : Pendidikan Matematika Kode Mata Kuliah : 504203 Nama Mata Kuliah : Statistika Matematika Jumlah sks : 3 sks Semester : V Alokasi

Lebih terperinci

BIOSTATISTIK HIPOTESIS UNTUK PROPORSI MARIA ALMEIDA ( ) NURTASMIA ( ) SOBRI ( )

BIOSTATISTIK HIPOTESIS UNTUK PROPORSI MARIA ALMEIDA ( ) NURTASMIA ( ) SOBRI ( ) BIOSTATISTIK UJI HIPOTESIS UNTUK PROPORSI MARIA ALMEIDA (20611003) NURTASMIA (20611022) SOBRI (20611027) : Tahapan-tahapan dalam uji hipotesis 1.Membuat hipotesis nol (H o ) dan hipotesis alternatif (H

Lebih terperinci

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA

MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA MINGGU KE-6 VARIABEL RANDOM DAN DISTRIBUSINYA VARIABEL RANDOM Misalkan (Ω, A, P) ruang probabilitas dan R = {x < x < } dan B : Borel field pada R. Andaikan X : Ω R dan untuk setiap A R, kita definisikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Konsep Dasar Analisis Runtun Waktu Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa definisi yang menyangkut pengertian dan konsep dasar analisis runtun waktu. Definisi Runtun waktu

Lebih terperinci

Konsep Dasar Statistik dan Probabilitas

Konsep Dasar Statistik dan Probabilitas Konsep Dasar Statistik dan Probabilitas Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII October 7, 2015 Ayundyah (UII) Konsep Dasar Statistik dan Probabilitas October 7,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUASA WILCOXON RANK SUM TEST DAN PERMUTATION TEST DALAM BERBAGAI DISTRIBUSI TIDAK NORMAL

PERBANDINGAN KUASA WILCOXON RANK SUM TEST DAN PERMUTATION TEST DALAM BERBAGAI DISTRIBUSI TIDAK NORMAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 139 146 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN KUASA WILCOXON RANK SUM TEST DAN PERMUTATION TEST DALAM BERBAGAI DISTRIBUSI TIDAK NORMAL

Lebih terperinci

DISTRIBUSI NORMAL. Pertemuan 3. Distribusi Normal_M. Jainuri, M.Pd 1

DISTRIBUSI NORMAL. Pertemuan 3. Distribusi Normal_M. Jainuri, M.Pd 1 DISTRIBUSI NORMAL Pertemuan 3 1 Distribusi Normal Pertama kali diperkenalkan oleh Abraham de Moivre (1733). De Moivre menemukan persamaan matematika untuk kurva normal yang menjadi dasar dalam banyak teori

Lebih terperinci

Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Nilai Mahasiswa dengan Uji Permutasi

Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Nilai Mahasiswa dengan Uji Permutasi Statistika, Vol. No., 39 50 Mei 0 Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Nilai Mahasiswa dengan Uji Permutasi Jurusan Matematika FMIPA Universitas Syiah Kuala Jl. Syech Abdul Rauf No. 3 Darussalam, Banda

Lebih terperinci

Penaksiran Mean Stratum pada Sampling Acak Stratifikasi dengan Menggunakan Metode Empirical Bayes

Penaksiran Mean Stratum pada Sampling Acak Stratifikasi dengan Menggunakan Metode Empirical Bayes Penaksiran Mean Stratum pada Sampling Acak Stratifikasi dengan Menggunakan Metode Empirical Baes Sisca Agnessia Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 6 sisca.agnessia@ahoo.com Abstrak Dalam

Lebih terperinci

STATISTIKA MATEMATIKA

STATISTIKA MATEMATIKA STATISTIKA MATEMATIKA Penulis: Prof. Subanar, Ph.D Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau

Lebih terperinci

Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=x) disebut distribusi probabilitas X

Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=x) disebut distribusi probabilitas X Kumpulan pasangan nilai-nilai dari variabel acak X dengan probabilitas nilai-nilai variabel random X, yaitu P(X=) disebut distribusi probabilitas X (distribusi X) Diskrit Seragam Binomial Hipergeometrik

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PENGUJIAN HIPOTESIS V. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga distribusi generalized gamma dengan metode generalized moment ini, penulis menggunakan definisi, teorema dan konsep dasar

Lebih terperinci

MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi

MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi MA2082 BIOSTATISTIKA Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi Orang Biologi Tidak Anti Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Konsep peubah acak, fungsi peluang (probability density function), fungsi distribusi

Lebih terperinci

DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA

DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA digilib.uns.ac.id DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA oleh ANIS TELAS TANTI M0106003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Linear Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai berikut : Y i = β 0 + X i1 β 1 + X i2 β 2 + + X ip β p +ε i ; i = 1,2,, n bila dirinci

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2016 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

KULIAH ANALISIS STATISTIK DATA SIMULASI Tipe-tipe simulasi berdasarkan analisis output:

KULIAH ANALISIS STATISTIK DATA SIMULASI Tipe-tipe simulasi berdasarkan analisis output: KULIAH ANALISIS STATISTIK DATA SIMULASI Tipe-tipe simulasi berdasarkan analisis output: 1. Terminating simulation 2. Nonterminating simulation: a. Steady-state parameters b. Steady-state cycle parameters

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING besar

DISTRIBUSI SAMPLING besar DISTRIBUSI SAMPLING besar Distribusi Sampling Sampling = pendataan sebagian anggota populasi = penarikan contoh / pengambilan sampel Sampel yang baik Sampel yang representatif, yaitu diperoleh dengan memperhatikan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest! Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematika II

Pengantar Statistika Matematika II Pengantar Statistika Matematika II Estimasi Titik dengan Metode Atina Ahdika, S.Si., M.Si. Prodi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia May 9, 2017 atinaahdika.com Dalam pendekatan klasik, parameter

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

DISTRIBUSI ERLANG DAN PENERAPANNYA. Rini Kurniasih 1, Getut Pramesti 2 Mahasiswi Pendidikan Matematika FKIP UNS, Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNS

DISTRIBUSI ERLANG DAN PENERAPANNYA. Rini Kurniasih 1, Getut Pramesti 2 Mahasiswi Pendidikan Matematika FKIP UNS, Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNS DISTRIBUSI ERLANG DAN PENERAPANNYA Rini Kurniasih 1, Getut Pramesti 2 Mahasiswi Pendidikan Matematika FKIP UNS, Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNS nia.rini.purita2316@gmail.com, getut.uns@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Dist

BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Dist BI5106 ANALISIS BIOSTATISTIK Bab 3 Peubah Acak dan Distribusi Orang Biologi Tidak Anti Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Konsep peubah acak, fungsi peluang (probability density function), fungsi distribusi

Lebih terperinci

STATISTICS. Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL WEEK 6 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL WEEK 6 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS WEEK 6 Oleh: Hanung N. Prasetyo DISTRIBUSI NORMAL Pengantar: Dalam pokok bahasan disini memuat beberapa distribusi kontinyu yang sangat penting di bidang statistika. diantaranya distribusi normal.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Normal Salah satu distribusi frekuensi yang paling penting dalam statistika adalah distribusi normal. Distribusi normal berupa kurva berbentuk lonceng setangkup yang

Lebih terperinci

Distribusi Probabilitas : Gamma & Eksponensial

Distribusi Probabilitas : Gamma & Eksponensial Distribusi Probabilitas : Gamma & Eksponensial 11 Debrina Puspita Andriani E-mail : debrina.ub@gmail.com / debrina@ub.ac.id 2 Outline Distribusi Gamma Distribusi Eksponensial 3 Distribusi Gamma Tidak selamanya

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah. AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest. Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah AK5161 Matematika Keuangan Aktuaria Insure and Invest Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 017 1 Tentang AK5161 Matematika

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD.

Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika. disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA Statistika Mengalahkan Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2011 Daftar Isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam statistika, sebuah penaksir adalah sebuah fungsi dari sample data

BAB I PENDAHULUAN. Dalam statistika, sebuah penaksir adalah sebuah fungsi dari sample data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam statistika, sebuah penaksir adalah sebuah fungsi dari sample data observasi yang digunakan untuk menaksir parameter populasi yang tidak diketahui. Ada

Lebih terperinci

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk!

MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk! Catatan Kuliah MA4183 MODEL RISIKO Control your Risk! disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014 Tentang MA4183 Model Risiko A. Jadwal

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Percobaan adalah kegiatan

Lebih terperinci

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting Oleh Azimmatul Ihwah Distribusi Diskrit Fungsi probabilitas dari variabel random diskrit dapat dinyatakan dalam formula matematik tertentu yang dinamakan fungsi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL Vania Mutiarani 1, Adi Setiawan, Hanna Arini Parhusip 3 1 Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW, 3 Dosen

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 2. Distribusi Hipergeometrik

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 2. Distribusi Hipergeometrik DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 2 TI2131 TEORI PROBABILITAS MINGGU KE-10 Distribusi Hipergeometrik Eksperimen hipergeometrik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. sebuah sampel random berukuran

Lebih terperinci

Pengantar Statistika Matematik(a)

Pengantar Statistika Matematik(a) Catatan Kuliah Pengantar Statistika Matematik(a) Statistika Lebih Dari Sekadar Matematika disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2014

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian hipotesis, metode klasifikasi berstruktur pohon, metode-metode statistika yang menjadi dasar pada metode QUEST, dan algoritme QUEST..1

Lebih terperinci

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR) 25 BAB III (MSAR) 3.1 Model Markov Switching Autoregressive Model runtun waktu Markov Switching Autoregressive adalah salah satu model runtun waktu yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR).Ide

Lebih terperinci

Variansi dan Kovariansi. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Variansi dan Kovariansi. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Variansi dan Kovariansi Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB 1 Variansi Kita sudah memahami bahwa nilai harapan peubah acak X seringkali

Lebih terperinci

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko

Catatan Kuliah. MA4183 Model Risiko Catatan Kuliah MA4183 Model Risiko Forecast and control your risk Dosen: Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan Statistika - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2015 1 Tentang MA4183 Model Risiko

Lebih terperinci

Uji Hipotesa Dua Sampel (Lanjutan)

Uji Hipotesa Dua Sampel (Lanjutan) Uji Hipotesa Dua Sampel (Lanjutan) Tjipto Juwono, Ph.D. May 3, 2016 TJ (SU) Uji Hipotesa Dua Sampel (Lanjutan) May 2016 1 / 26 σ tidak diketahui, saling beda, sampel kecil Standard Deviasi Tidak Diketahui,

Lebih terperinci

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics

MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics Catatan Kuliah MA3081 STATISTIKA MATEMATIKA We love Statistics disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Daftar Isi 1 Peubah Acak

Lebih terperinci

MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided

MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided Catatan Kuliah MA4181 MODEL RISIKO Risk is managed, not avoided disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 2013 Tentang MA4181 Model Risiko

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 2015 Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu. Ruang

Lebih terperinci

Pengujian Hipotesis. Oleh : Dewi Rachmatin

Pengujian Hipotesis. Oleh : Dewi Rachmatin Pengujian Hipotesis Oleh : Dewi Rachmatin Hipotesis Suatu anggapan yang mungkin benar atau tidak mengenai suatu populasi atau lebih Akan digunakan istilah diterima atau ditolak pada bagian ini Penolakan

Lebih terperinci

4.1.1 Distribusi Binomial

4.1.1 Distribusi Binomial 4.1.1 Distribusi Binomial Perhatikan sebuah percobaan dengan ciri-ciri sebagai berikut : Hanya menghasilkan (diperhatikan) dua peristiwa atau kategori, misal S (sukses) dan G (gagal) Dilakukan sebanyak

Lebih terperinci

UJI STATISTIK NON PARAMETRIK. Widha Kusumaningdyah, ST., MT

UJI STATISTIK NON PARAMETRIK. Widha Kusumaningdyah, ST., MT UJI STATISTIK NON PARAMETRIK Widha Kusumaningdyah, ST., MT SIGN TEST Sign Test Digunakan untuk menguji hipotesa tentang MEDIAN dan DISTRIBUSI KONTINYU. Pengamatan dilakukan pada median dari sebuah distribusi

Lebih terperinci

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll.

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll. STATISTIKA Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll. Statistika deskriptif: pencatatan dan peringkasan hasil

Lebih terperinci

Uji Permutasi untuk Masalah Dua Sampel Saling Bebas: Studi Kasus di LAFI-DITKES AD Bandung Jawa Barat

Uji Permutasi untuk Masalah Dua Sampel Saling Bebas: Studi Kasus di LAFI-DITKES AD Bandung Jawa Barat Statistika, Vol. 8 No., 9 7 Nopember 8 Uji Permutasi untuk Masalah Dua Sampel Saling Bebas: Studi Kasus di LAFI-DITKES AD Bandung Jawa Barat Danang Setiawan dan Aceng K. Mutaqin Program Studi Statistika

Lebih terperinci

MA2181 Analisis Data - U. Mukhaiyar 1

MA2181 Analisis Data - U. Mukhaiyar 1 DISTRIBUSI KONTINU Uniform Normal Gamma & Eksponensial MA 2181 Analisis Data Utriweni Mukhaiyar September 20 By NN 2008 DISTRIBUSI UNIFORM Distribusi kontinu yang paling sederhana Notasi: X ~ U (a,b) f.k.p:

Lebih terperinci

STATISTIKA -deskripsi data-

STATISTIKA -deskripsi data- STATISTIKA -deskripsi data- PERTEMUAN KE-3 Oleh: MUHAMMAD YUSUF AWALUDDIN 2 overview : Deskripsi data : Sering digunakan peneliti, khususnya dalam memperhatikan perilaku data dan penentuan dugaan-dugaan

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Kontinyu 1. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Kontinyu 1. Adam Hendra Brata Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Kontinyu 1 Adam Hendra Brata Variabel Acak Kontinyu - Variabel Acak Kontinyu Suatu variabel yang memiliki nilai pecahan didalam range tertentu Distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Dalam beberapa tahun terakhir, model graph secara statistik telah diaplikasikan dengan baik pada aplikasi pengenalan suara, pengolahan citra (Willsky, 2002 dan Choi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembicaraan statistik, jawaban yang diinginkan adalah jawaban untuk ruang lingkup yang lebih luas, yakni populasi. Tetapi objek dari studi ini menggunakan sampel

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DISKRIT KHUSUS

DISTRIBUSI DISKRIT KHUSUS DISTRIBUSI DISKRIT KHUSUS UNIFORM (SERAGAM) BERNOULLI BINOMIAL POISSON MULTINOMIAL HIPERGEOMETRIK GEOMETRIK BINOMIAL NEGATIF MA3181 Teori Peluang 27 Oktober 2014 Utriweni Mukhaiyar DISTRIBUSI UNIFORM (SERAGAM)

Lebih terperinci

DISTRIBUSI KONTINU. Utriweni Mukhaiyar

DISTRIBUSI KONTINU. Utriweni Mukhaiyar DISTRIBUSI KONTINU Uniform Normal Gamma & Eksponensial MA 2081 Statistika ti tik Dasar Utriweni Mukhaiyar Maret 2012 By NN 2008 Distribusi Uniform Distribusi kontinu yang paling sederhana Notasi: X ~ U

Lebih terperinci