BAB 2 RUANG BERNORM. 2.1 Norm dan Ruang `p. De nisi 2.1 Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi k:k : V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

PENGEMBANGAN RUANG FUNGSI KLASIK Oleh: Encum Sumiaty FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

BAB 3 RUANG BERNORM-2

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X)

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

II. TINJAUAN PUSATAKA

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

REPRESENTASI FUNGSIONAL-2 DI l p. Yosafat Eka Prasetya Pangalela Institut Teknologi Bandung

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I Senin, 5 Maret 1999 Waktu : 2,5 jam

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG NORM-n STANDAR. Shelvi Ekariani KK Analisis dan Geometri FMIPA ITB

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

ANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

BAB II RUANG LINEAR BERNORM

JURNAL FOURIER April 2017, Vol. 6, No. 1, ISSN X; E-ISSN

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

9. Teori Aproksimasi

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

OPERATOR FREDHOLM. Kartika Yulianti December 20, 2007

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Erlanger Program Kongruen

12. Teorema Inversi Fourier dan Transformasi Fourier di L 2 (R)

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

Peluang dan Distribusinya

Sifat-sifat Ruang Banach

ISSN: X 35 SEMI HASIL KALI DALAM ATAS DAN BAWAH

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

Soal Ujian Komprehensif

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

BAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga

Kontrol Optimal Waktu Diskrit

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

BAB V DUALITAS RUANG ORLICZ

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

CARA LAIN PEMBUKTIAN TEOEMA ARZELA-ASCOLI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKSISTENSI PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL (SUATU KAJIAN TEORITIS)

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BIMODUL-C* HILBERT. Oleh: Raden Muhammad Hadi. Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

EVALUASI INTEGRAL ELIPTIK LENGKAP PERTAMA PADA MODULI SINGULAR

7. Transformasi Fourier

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

Linear Lokal = Mempunyai Turunan

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB September 26, 2011

MA3231 Analisis Real

Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d

Definisi 1 Deret Tak Hingga adalah suatu ekspresi yang dapat dinyatakan dalam bentuk:

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

BAB 1 Konsep Dasar 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TUGAS KAPITA SELEKTA KELOMPOK ALJABAR FIELD BERHINGGA DOSEN PEMBINA: DR. AGUNG LUKITO, M.S. OLEH: MOH

REPRESENTASI OPERATOR LINIER PADA RUANG BARISAN

Dwi Lestari, M.Sc: Konvergensi Deret 1. KONVERGENSI DERET

KESTABILAN PERSAMAAN FUNGSIONAL JENSEN.

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc

Integral dan Persamaan Diferensial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield

SIFAT OPERASI DAN EKSISTENSI INVERS SUATU MATRIKS DALAM ALJABAR MAX-PLUS SISKA MARYANA DEWI

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

Ruang Banach. Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

SOLUSI NUMERIK UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL KUADRAT NONLINEAR. Eka Parmila Sari 1, Agusni 2 ABSTRACT

Transkripsi:

BAB 2 RUANG BERNORM 2. Norm dan Ruang ` De nisi 2. Misalkan V ruang vektor atas R, Sebuah fungsi kk V! R yang memenuhi sifat-sifat berikut [N] kxk 0 jika dan hanya jika x 0 [N2] kxk jj kxk untuk setia 2 R [N3] kx + yk kxk + kyk disebut norm ada V. Pasangan (V; kk) disebut ruang vektor bernorm (selanjutnya cuku disebut ruang bernorm). Beberaa contoh ruang bernorm daat dilihat di [Kreyzig, 60-6] Salah satu contoh yang enting dan meruakan toik dalam tesis ini adalah ` dengan. Anggota ruang ` dengan < adalah barisan x (x ; x 2 ; ) sehingga P jx j j <. Sedangkan anggota ruang ` adalah barisan x (x ; x 2 ; ) sehingga su jx j j <. Norm untuk ` adalah ;2; jika < dan kxk kxk jx j j! su jx j j ;2; (2.) Untuk menunjukkan ` adalah ruang vektor dan (??) adalah norm dierlukan beberaa teorema berikut. Teorema 2.2 (Ketaksamaan Hölder) Untuk setia x 2 ` dan z 2 `q dengan + q, maka X jx j z j j kxk 3

4 Bukti. Akan dibuktikan + q q untuk setia ; 0 dengan + q Jika 0 atau 0 maka ketaksamaan jelas berlaku. Sekarang untuk >, y x berarti x y q. Perhatikan bahwa Z Z x dx + y q dy + q q 0 0 P Selanjutnya ilih ex 2 ` dan ez 2 `q sedemikian sehingga jex j j P jez j j q ; maka dan jex j ez j j jex jj + q jez jj q, 8j ; 2; Kemudian dijumlahkan untuk semua j maka didaat jex j ez j j jex j j + q jez j j q + q Ambil sebarang 0 6 x (x j ) 2 ` dan 0 6 z (z j ) 2 `q. Pilih ex j ez j z j maka jex j ez j j x j z j kxk jx j z j j kxk x j kxk dan Teorema 2.3 (Ketaksamaan Minkowski) Untuk setia x; y 2 ` maka kx + yk kxk + kyk Bukti. Untuk ; ketaksamaan di atas benar berdasarkan ketaksamaan segitiga untuk bilangan. Misal > dan untuk menyederhanakan enulisan, tulis w x + y. Selanjutnya jw j j jx j + y j j jw j j, berdasarkan ketaksamaan segitiga untuk bilangan maka jw j j (jx j j + jy j j) jw j j

5 Kemudian dijumlahkan untuk semua j ; 2; jw j j jx j j jw j j + jy j j jw j j Selanjutnya kita gunakan ketaksamaan Hölder ada ruas kanan. Jadi, 2!! 3! q jw j j 4 jx j j + jy j j 5 jw j j jw j j! jx j j! + kx + yk kxk + kyk jy j j! Berdasarkan kedua teorema tersebut akan dibuktikan ` dengan < adalah ruang vektor. Untuk itu hanya akan dibuktikan sifat tertutu terhada enjumlahan sedangkan sifat yang lainnya mudah untuk dibuktikan. Ambil x (x ; x 2 ; ), y (y ; y 2 ; ) 2 `, maka berdasarkan Ketaksamaan Minkowski x + y (x + y ; x 2 + y 2 ; ) 2 `. Selanjutnya, akan dibuktikan (??) adalah norm [N] Jika x 0 maka kxk P j0j! 0. Sebaliknya, jika kxk jx j j! 0; P maka jx j j 0. Karena jx j j 0 untuk setia j ; 2; maka haruslah x j 0 untuk setia j ; 2;. Jadi x 0 [N2] Ambil 2 R dan x 2 ` kxk jj X jx j j! jx j j! jj jj jx j j! jx j j!

6 [N3] Ambil x; y 2 ` maka berdasarkan Ketaksamaan Minkowski Dengan demikian, kx + yk kxk + kyk `; kxk adalah ruang bernorm. Dengan cara yang serua daat dibuktikan (`; kxk ) adalah ruang bernorm. De nisi 2.4 Misalkan (V; kk) adalah ruang bernorm. Barisan x n di V dikatakan konvergen ke x 2 V jika untuk setia " > 0 terdaat N 2 N sedemikian sehingga untuk setia n N berlaku kx n xk < ". Barisan x n di V dikatakan barisan Cauchy jika untuk setia " > 0 terdaat N 2 N sedemikian sehingga untuk setia n; m N berlaku kx n x m k < ". De nisi 2.5 Ruang (V; kk) dikatakan ruang yang lengka (ruang Banach) jika setia barisan Cauchy di V konvergen. Teorema 2.6 Ruang `; kk adalah ruang Banach. Bukti. Misalkan x n barisan Cauchy di `, maka untuk setia " > 0 terdaat N 2 N sedemikian sehingga untuk setia m; n N maka kx n x m k < ". Tulis x n (x n ; x n 2; ). Karena x n j x m j kxn x m k < " untuk setia j ; 2; maka x n j adalah barisan Cauchy di R. Karena R lengka maka x n j! x j untuk setia j ; 2;. De nisikan x (x ; x 2 ; ). Untuk setia r kita unya Untuk m!, maka Selanjutnya jx j j x n j x m j < " x n j x j < " x N j x j + x N j < " + x N j < Karena r sebarang maka x 2 `. Ambil r! maka kx n n N. Ini menunjukkan bahwa x n! x 2 ` xk < " untuk setia Dengan cara serua, daat dibuktikan (`; kk ) adalah ruang Banach.

7 2.2 Ruang Dual Suatu emetaan f dari ruang vektor V ke ruang skalarnya (R) disebut fungsional. Fungsional f dikatakan linear jika untuk setia x; y 2 V dan ; 2 R maka f(x + y) f(x) + f(y). Fungsional f dikatakan terbatas jika terdaat M > 0 sehingga jf (x)j M kxk untuk setia x 2 V. Jika f adalah fungsional yang linear dan terbatas, norm f dide nisikan kfk jf (x)j su x2v; x60 kxk kfk adalah bilangan M terkecil sedemikian sehingga jf (x)j M kxk untuk setia x 2 `. De nisi 2.7 Misalkan V ruang vektor atas R. Ruang V 0 ff V! R; f linear dan terbatasg disebut ruang dual dari V Selanjutnya, de nisikan f + g dengan (f + g) (x) f (x) + g (x), 8x 2 V dan untuk setia 2 R, f dengan (f) (x) f (x), 8x 2 V Terhada kedua oerasi tersebut, V 0 membentuk ruang vektor. Norm di V 0 adalah kfk Jadi V 0 membentuk ruang bernorm. jf (x)j su x2v; x60 kxk Teorema 2.8 Dual ` adalah `q dengan + q Bukti. Misalkan x (x ; x 2 ; ) 2 ` dan f 2 (`) 0 sebarang. Himun e j vektor yang suku ke-j nya dan lainnya 0. Tulis s n x j e j ;

8 maka s n 2 ` dan Jadi, dan kx s n k X jx j j! 0 untuk n! jn+! f (s n ) f x j e j x j f (e j ) jf(x) f (s n )j jf (x s n )j kfk kx s n k! 0 untuk n! Oleh karena itu, f(x) x j f (e j ). Tulis z j f (e j ) dan z (z ; z 2 ; ). Akan ditunjukkan z 2 `q. Pilih x dengan 8 < jz j j q 2 z j, untuk z j 6 0 x j 0, untuk z j 0 Untuk kasus tersebut, Selanjutnya, dan Oleh karena itu, atau ks n k jx j j f(s n ) jz j j (q ) x j z j jf(s n )j kfk jz j j q kfk jz j j q! q jz j j q jz j j q! jz j j q! kfk jz j j q untuk setia n Ambil n! maka z 2 `q dan kfk. Sebaliknya, jf(x)j x j z j kxk

9 untuk setia n, sehingga kfk Ini menunjukkan bahwa kfk Teorema 2.9 (Reresentasi Riesz) Jika f 2 (`) 0, maka terdaat suatu z 2 `q sedemikian sehingga f(x) dan kfk x j z j, x 2 ` Teorema 2.0 Misalkan V ruang vektor. Ruang V 0 adalah ruang Banach (meskiun V bukan). Bukti. Misalkan f n barisan Cauchy di V 0, maka untuk setia " > 0 terdaat N 2 N sedemikian sehingga untuk setia m; n N maka kf n f m k < " atau ekuivalen dengan jf n (x) f m (x)j < " kxk untuk m; n N, x 2 V dan x 6 0. Jadi untuk setia x 6 0, f n (x) adalah barisan Cauchy di R dan karena R lengka maka f n (x) memunyai limit c x yang bergantung ada x. De nisikan f(x) c x, maka f fungsional ada V. Fungsional f linear karena f(x + y) lim f n (x + y) lim [f n (x) + f n (y)] lim f n (x) + lim f n (y) f (x) + f (y) Fungsional f terbatas. Ambil n teta dan m! ; maka jf n (x) f(x)j < " kxk, n N; x 2 V Oleh karena itu, jf(x)j " kxk + jf n (x)j < (" + kf n k) kxk Jadi f 2 V 0. Sebelumnya kita unya jf n (x) f(x)j < " kxk

0 Ini berarti kf n fk < " untuk n N Teorema ini daat juga digunakan untuk membuktikan bahwa ` lengka. Pembuktiannya sederhana yaitu, dual dari `q adalah ` dan karena dual selalu lengka maka ` lengka. De nisi 2. Dua norm kk dan kk ada ruang bernorm V adalah ekuivalen jika dan hanya jika terdaat ; > 0 sedemikian sehingga kxk kxk kxk untuk setia x 2 V Berdasarkan de nisi ekuivalensi norm, dua buah norm yang ekuivalen di suatu ruang vektor akan memberikan toologi yang sama. Subset dari V dikatakan buka dalam norm yang satu berarti buka juga dalam norm yang lain. Selain itu, suatu barisan yang konvergen dalam norm yang satu akan mengakibatkan konvergen dalam norm yang lain. Akibat 2.2 Jika kk dan kk dua buah norm yang ekuivalen di V, maka suatu barisan x n di V konvergen dalam norm kk jika dan hanya jika x n konvergen dalam norm kk Kesimulan ada Akibat 2.2 selanjutnya digunakan untuk mende nisikan ekuivalensi lemah dari dua buah norm di suatu ruang vektor.