BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri pekerja di Viero Shoes, data denyut jantung pekerja setelah proses penyemiran sepatu berikutnya data waktu penyemiran sepatu. 4.1.1 Proses Pembuatan Sepatu Kulit Pada proses produksi sepatu di Viero Shoes yang dominan masih menggunakan tangan manusia mulai dari proses awal hingga pada proses terakhir, dengan menggunakan alat bantu yang masih dikatakan sederhana, adapun beberapa proses tahapan dalam memproduksi sepatu kulit dapat di uraikan sebagai berikut: 1. Pembutan pola menggunakan alat penggores khusus.. Pemotongan kulit berdasarkan ukuran dan bentuk pola yang diinginkan, pada proses ini kulit dipotong menggunakan gunting 3. Pengeleman/ penggabungan pola yang telah terpotong menggunakan lem khusus kulit. 4. Penjahitan kulit, menjahitan kulit menggunakan alat bantu mesin jahit 5. Pembentukan telapak, dilakukan di stasiun terpisah, telapak di bentuk berdasarkan model/ disein serta ukuran sepatu yang diinginkan, telapak di cetak menggunakan pisau khusus 6. Membentuk puring/ memotong puring 7. Pengelemaman kulit untuk alas kepuring 8. Telapak yang telah di potong tadi di amplas dengan mesin amplas, bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih sempurna 9. Pasang kulit yang telah di jahit ke puring, pada proses ini kulit di gabungkan dengan puring menggunakan cetakan kaki tiruan
10. Penggabungan bagian kulit yang telah di cetakan keki ke telapak, menggunakan lem, dan di bantu alat pengepresan 11. Proses penyemiran/ finishing 4.1. Alat Penyemir Sepatu Saat Ini Penyemiran sepatu yang dilakukan masih menggunakan cara dan alat yang tradisional yaitu menggunakan bros sepatu yang digosok secara berulang- ulang, hal ini merupakan aktifitas keseharian yang dilakukan dengan membutuhkan waktu yang cukup lama dan mengakibatkat kelelahan pada pegelangan tangan operator 4.1.3 Data Antropometri Gambar 4.1 Proses penyemiran sepatu secara tradisional Sumber: Pengumpulan Data 013 Data antropometri yang digunakan dalam perancangan stasuin penyemiran antara lain meliputi: 1. Tinggi bahu duduk(tbd) yaitu tinggi bahu dalam posisi duduk.. Tinggi siku duduk (Tsd), yaitu tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 3. Pantat ke lutut (Pkl), yaitu panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut. IV-
4. Pantat popliteal (Pp), yaitu panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut atau betis. 5. Tingg Popliteal (TP ), yaitu tinggi lutut bagian dalam yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 6. Lebar pinggul (Lp), yaitu lebar pinggul/pantat. 7. Panjang tangan (Pt), yaitu panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. Tabel 4.1 Data Antropometri Indonesia No Keterangan Dimensi/ Persentil 95th 1 Tinggi bahu duduk 5,66 Tinggi siku duduk 33,48 3 Pantat Ke Lutut 53,77 4 Panjang Popliteal 40,63 5 Tinggi Popliteal 44,73 6 Lebar pinggul 37,5 7 Panjang tangan 71,1 Sumber: Antropometri Indonesia 4.1.4 Data Denyut Jantung Pekerja Sebelum Perancangan. Data denyut jantung diperoleh pada sebelum melakukan pekerjaanya dengan menggunakan alat digital pulse meter. dan setelah pekerja Tabel 4. Data Denyut Jantung Pekerja Sebelum Perancangan Denyut Jantung No Sebelum Sesudah Bekerja Bekerja (Pulse/Menit) (Pulse/Menit) 1 70 99 85 98 3 73 97 4 76 96 Sumber : Pengumpulan Data 014 IV-3
4.1.5 Data Waktu Kerja Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Pengumpulan data waktu Penyemiran Sepatu dilakukan dengan menggunakan jam henti (stopwatch) karena jenis pekerjaan yang dilakukan adalah kontinyu. Adapun data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Data Waktu Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Produk Pekerja 1 3 4 Ratarata 1 6,00 6,35 6,09 6,03 6,1 6,6 6,1 6,15 6,17 6,18 3 6,14 6,43 6,0 6,1 6,5 4 6,07 6,0 6,13 6,16 6,10 Jumlah 4,63 Rata 6,16 Sumber : Pengumpulan Data 014 4.1.6 Data Penyesuaian dan Kelonggaran 4.1.6.1 Data Penyesuaian Faktor-faktor penyesuaian yang digunakan untuk menentukan performance rating adalah metode Westing house yang meliputi keterampilan (Skill), usaha ( Effort), kondisi kerja ( Condition) dan konsistensi ( Consistency). Pada penelitian ini faktor penyesuaian ditentukan dengan melihat keterampilan pekerja yang memiliki tingkat keterampilan berkategori Good skill, kemudian usaha yang dilakukan oleh pekerja dalam bekerja berkategori Good effort yaitu pekerja memiliki usaha yang baik dalam bekerja, kondisi kerja berkategori poor karena memiliki suhu yang cukup tinggi sehingga kurang mendukung dalam bekerja, dan kosistensi yang berkategori Average karena pekerja melakukan pekerjaannya dengan waktu penyelesaian yang konsisten. pemberian kategori faktor penyesuaian dengan metode westing house pada penelitian salah satunya adalah sebagai berikut: 1. Keterampilan ( skill): Good skill C1 (+ 0,06), karena pekerja selama melakukan pekerjaannya dapat melakukan gerakan kerja yang stabil dan tidak ragu-ragu.. Usaha (effort): Good effort C (+ 0,0), karena pekerja melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan melakukannya dengan rasa senang hati. IV-4
3. Kondisi kerja ( condition): Good C (+0,0), karena kondisi tempat kerja memiliki suhu bagus dan tidak menganggu pekerjaan. 4. Konsistensi (consistency): Good C (+0,01) karena pekerja dapat bekerja dengan waktu kerja yang hampir sama dari setiap waktu kerja yang dilakukannya. 4.1.6. Data Kelonggaran Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kelonggaran (allowance) yaitu kebutuhan pribadi (personal allowance), melepaskan lelah (fatigue allowance), dan hambatan-hambatan yang tak terhindarkan ( delay allowance). Pada penelitian ini nilai allowance yang diberikan sesuai dengan tabel penyesuaian dengan menilai besarnya tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan pada mata, keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer tempat kerja, dan keadaan lingkungan tempat kerja. Berdasarkan metode westing house tingkat allowance adalah sebagai berikut: 1. Tenaga yang dikeluarkan. Sikap kerja 3. Gerakan kerja 4. Kelelahan mata 5. Keadaan temperatur tempat kerja 6. Keadaan atmosfir 7. Keadaan lingkungan yang baik 4. Pengolahan Data Sebelum Perancangan Produk Adapun data-data yang diolah sebelum dilakukannya perancangan yaitu pengolahan data denyut jantung untuk fisiologi kerja dan konsumsi energi, dan data pengukuran waktu kerja. IV-5
4..1 Pengolahan Data Denyut Jantung Sebelum Perancangan Perhitungan data denyut jantung pekerja pada saat melakukan proses penyemiran sepatu sebelum dilakukan perancangan dengan menggunakan cara tradisional yang ada pada saat ini, dilakukan untuk menentukan seberapa besar konsumsi energi dari pekerjaan tersebut Tabel 4.4 Data Denyut Jantung Pekerja Sebelum Perancangan Denyut Jantung No Sebelum Sesudah Bekerja Bekerja (Pulse/Menit) (Pulse/Menit) 1 70 99 85 98 3 73 97 4 76 96 Sumber : Pengumpulan Data 014 Berdasarkan tabel 4.4 di atas maka dapat dilihat denyut jantung pekerja sebelum dan sesudah melakukan aktifitas penyemiran sepatu selanjutnya akan dilkaukan perhitungan konsumsi oksigen dengan rumus sebagai berikut: X 75 Konsumsi Oksigen 0,1 0, 5 5 70 75 0,1 0, 5 5 0,4 Konsumsi energi Y 1,80411 0,09038. X 4,71733.10 4. X 1,80411 0,09038.70 4,71733.10. 4 70 1,80411 0,09038.70 4,71733.0,0001. 4900 1,804111,60366, 3114917, 11 IV-6
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Konsumsi Oksigen dan Konsumsi Energi Sebelum Perancangan Denyut Jantung Sebelum Bekerja Sesudah Bekerja No Denyut jantung Konsumsi Oksigen Konsumsi Energi Denyut jantung Konsumsi Oksigen (Pulse/menit) (Liter/menit) (Kkal) (Pulse/menit) (Liter/menit) Konsumsi Energi (Kkal) 1 70 0,4,11 97 0,94 4,85 85 0,7 3,55 98 0,96 4,96 3 73 0,46,37 99 0,98 5,08 4 76 0,57,65 96 0,9 4,73 Jumlah 304.1 10.7 390 3.8 19.6 Rata- 76 0.5.7 97.5 1.0 4.9 rata Sumber : Pengolahan Data 014 4.. Menentukan Waktu Baku Sebelum Perancangan Data waktu proses penyemiran sepatu yang didapat, selanjutnya akan diuji keseragaman dan kecukupan datanya. uji keseragaman data mempunyai tujuan agar data yang akan kita gunakan tersebut berada dalam batas kontrol yang telah ditentukan, sehingga apabila terdapat data yang melebihi batas kontrol tersebut maka data dibuang dan tidak digunakan dalam perhitungan. Uji kecukupan data digunakan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan cukup secara objektif. 4...1 Uji Keseragaman Data Waktu Sebelum Perancangan Perhitungan yang dilakukan untuk uji keseragaman waktu penyemiran sepatu sebelum perancangan adalah sebagai berikut Tabel 4.6 Data Waktu Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Produk Pekerja 1 3 4 Ratarata 1 6,00 6,35 6,09 6,03 6,1 6,6 6,1 6,15 6,17 6,18 3 6,14 6,43 6,0 6,1 6,5 4 6,07 6,0 6,13 6,16 6,10 Jumlah 4.47 4.9 4.57 4.57 4,63 Rata 6.1 6.3 6.14 6.14 6,16 Sumber : Pengumpulan Data 014 IV-7
a. Rata-rata ( ) 6,1 6,18 6,5 6,10 4 4,63 4 6, 16 b. Standar Deviasi (6,00 6,16) 0,056 0,0361 0 15 0,7957 15 (6,35 6,16) 16 1... (6,16 6,16) 0,049731 0, c. Standar Deviasi Rata-rata 0, 4 1.41 IV-8
d. Perhitungan BKA dan BKB BKA + 6,16 + (1,41) 8,98 BKB 6,16 (1,41) 3,34 Gambar 4. Peta Keseragaman Waktu Penyemiran sepatu Sebelum Perancangan Sumber: Pengolahan Data 014 4... Uji Kecukupan Data Waktu Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Sebelum melakukan pengolahan data selanjutnya, maka data tersebut perlu di uji untuk mengetahui apakah data yang sudah diamati telah cukup atau belum. Adapun pengolahan data uji kecukupan waktu Penyemiran Sepatu sebelum perancangan dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% adalah sebagai berikut. IV-9
(β / α) N' N ( x x i i ) ( x i ) β Tingkat Kepercayaan 95% Berdasarkan nilai tabel tingkat kepercayaan dengan nilai β 95% maka diperoleh nilai α Maka tingkat ketelitian yang digunakan yaitu5% β / α 0.05 40 N 16 40 16 6,00 6,35... 6,16 6,00 6,35... 6,16 6,00 6,35... 6,16 40 16 606,89 970,5 98,5 40 7,99 98,5 40(.8 98,5 1.31 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa N < N yaitu 1.31 < 16, maka data waktu penyemiran sepatu yang telah diamati dikatakan cukup. IV-10
4...3 Menentukan Performance Rating Faktor-faktor penyesuaian yang digunakan untuk menentukan performance rating adalah penyesuaian dengan metode westinghouse yang meliputi keterampilan ( skill), usaha ( effort), kondisi kerja (condition) dan konsistensi ( consistency). Berdasarkan sistem penentuan tersebut, maka performance rating untuk kondisi kerja operasi yang ada sekarang dapat dihitung sebagai berikut : Keterampilan (skill) : Good C1 + 0,06 Usaha (effort) : Good C + 0,0 Kondisi Kerja : Good C + 0,0 Konsistensi : Good C + 0,01 Total + 0,11 Jadi faktor penyesuaiannya (P) 1 + 0,11 1,11 maka diperoleh besarnya faktor penyesuaian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Performance Rating Pekerja Penyemiran sepatu Sebelum Perancangan Kondisi Nilai No Keterampilan Usaha Konsistensi Kerja Peformance (Skill) (Effort) (Consistensy) (Condition) Rating Faktor Penyesuaian 1 + 0,06 + 0,0 + 0,0 + 0,01 0.11 1.11 + 0,06 +0,00 + 0,0 0,00 0,08 1,08 3 +0,11 +0,10 + 0,0 +0,04 0,7 1,7 4 +0,11 +0,05 + 0,0 0,00 0,18 1,18 Sumber : Pengolahan Data 014 4...4 Menetapkan Allowance Pada penelitian ini untuk menentukan besarnya allowance dilakukan menggunakan tabel penyesuaian dengan menilai besarnya tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan mata, keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer tempat kerja, dan keadaan lingkungan tempat kerja. Adapun penilaian dalam menetapkan allowance adalah sebagai berikut. IV-11
Tabel 4.8 Allowance pada Pekerja Penyemiran sepatu Sebelum Perancangan NO Faktor Jenis Pekerjaan %-tase Kelonggaran 1 Tenaga yang dikeluarkan (Sedang), kegiatannya berulang 5 Sikap terja Membungkuk 7 3 Gerakan kerja Agak terbatas 4 4 Keadaan temperatur tempat kerja Sedang, 0 C 4 5 Keadaan atmosfer Berventilasi baik, Udara Segar 7 Keadaan lingkungan Kurang bersih, bau 1 Total 3% Sumber : Pengolahan Data 014 Jadi, pada proses kerja penyemiran sepatu memilki allowance sebesar 3% 4...4 Menentukan Waktu Baku Penyemiran Sepatu Sebelum Perancangan Setelah melakukan pengujian keseragaman, dan kecukupan data maka pengolahan data selanjutnya untuk menentukan waktu baku penyemiran sepatu sebelum perancangan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.: a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Perhitungan waktu siklus rata-rata menggunakan persamaan: Ws b. Waktu normal Wn c. Waktu baku 4,47 4 6, 1 Ws x p 6,1 x 1,11 6,79 menit Perhitungan waktu baku mempertimbangkan kelonggaran-kelonggaran yang mungkin terjadi. Berdasarkan pengamatan maka diperoleh waktu bakunya yaitu: Wb Wn x (1+a) 6,79 x (1+ 0.3) 8,35 menit IV-1
Adapun perhitungan lengkap waktu baku penyemiran sepatu selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4.9 Waktu Baku Sebelum Perancangan NO Faktor Penyesuaian Allowance Waktu Waktu Waktu Siklus Normal Baku 1 1.11 3% 6,1 6,79 8,35 1,08 3% 6,18 6,85 8,4 3 1,7 3% 6,5 6,93 8,5 4 1,18 3% 6,10 6,77 8,3 Rata rata 6,16 6,83 8,40 Sumber: Pengolahan Data 014 4...5 Perhitungan Output Standar Sebelum Perancangan Untuk mengetahui output standar dari proses penyemiran sepatu sebelum dilakukan perancangan terhadap alat dapat dilakuakan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Waktu proses penyemiran (waktu baku) : 8,40 menit Jam kerja per hari : 480 menit Output Standar Jam Kerja WaktuBaku 480 8,40 57 Pasangan Perhari 4..3 Keluhan Subjektif Pekerja Sebelum Peracangan Tabel 4.10 Frekuensi Kuesioner Nordic Body Map No Jenis Keluhan Tida k Sakit % Agak Sakit Tingkat Keluhan % Sakit % Sang at Sakit % Juml ah 0 Sakit pada leher bagian atas 0 0 50 50 0 0 4 1 Sakit pada leher bagian bawah 4 100 0 0 0 0 0 0 4 Sakit pada bahu kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 3 Sakit pada bahu kanan 0 0 3 75 1 5 0 0 4 4 Sakit pada lengan atas bagian kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 5 Sakit pada bagian punggung 0 0 1 5 3 75 0 0 4 IV-13
Tabel 4.10 Frekuensi Kuesioner Nordic Body Map ( Lanjutan) Tingkat Keluhan Tida No Jenis Keluhan k % Agak % Sakit % Sakit Sakit Sang at Sakit % Juml ah 6 Sakit pada lengan atas bagian kanan 0 0 0 0 50 50 4 7 Sakit pada pinggang ke belakang 4 100 0 0 0 0 0 0 4 8 Sakit pada pinggul ke belakang 0 0 50 0 0 0 0 9 Sakit pada pantat 4 100 0 0 0 0 0 0 4 10 Sakit pada siku kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 11 Sakit pada siku kanan 0 0 50 50 0 0 4 1 Sakit pada lengan bawah bagian kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 13 Sakit pada lengan bawah bagian kanan 0 0 50 50 0 0 4 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 0 0 50 50 0 0 4 16 Sakit pada telapak tangan kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 17 Sakit pada telapak tangan kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 18 Sakit pada paha kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 19 Sakit pada paha kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 0 Sakit pada lutut kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 1 Sakit pada lutut kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 Sakit pada betis kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 3 Sakit pada betis kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 4 Sakit pada pergelangan kaki kiri 0 0 50 0 0 0 0 5 Sakit pada pergelangan kaki kanan 0 0 50 0 0 0 0 6 Sakit pada telapak kaki kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 7 Sakit pada telapak kaki kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 Sumber : Pengumpulan Data 014 4..4 Pengolahan Data dengan Quality Function Deployment (QFD) Quality function deployment (QFD) merupakan sebuah penerjemahan yang sistematis tentang produk yang diinginkan oleh operator (voice of customer) menjadi sebuah produk yang nyata yang diciptakan oleh perusahaan, oleh karena itu dengan menggunakan quality function deployment, maka diharapkan produk yang akan dirancang dapat memenuhi dengan keinginan operator, sehingga operator dalam melakukan proses perkerjaannya dengan kondisi enak, nyaman, aman, sehat dan efisien. Alat perencanaan utama yang digunakan dalam quality function deployment adalah house of quality (HOQ). House of quality adalah matrik berbentuk rumah yang menghubungkan keinginan dari pelanggan (what) dan bagaimana suatu produk akan didesain agar memenuhi keinginan operator (how). IV-14
Matriks house of quality pada penelitian ini sebagai pedoman dalam perancangan alat angkut (material handling) cangkang buah sawit yang ergonomis. Dari hasil wawancara santai dengan pihak operator, maka di dapat kriteria keinginan operator dalam perancangan Stasiun Penyemiran Sepatu yang ergonomis. Adapun kriteria keinginan operator dalam perancangan dilihat pada Tabel dibawah: Tabel 4.11 Atribut Keinginan Operator No Atribut Harapan 1 Sistem Pengoperasian Mudah Menghemat Waktu 3 Mengurangi Gerakan Berulang- Ulang Saat Pengoperasian 4 Bentuk Produk Yang Menarik 5 Tidak Mudah Rusak 6 Lebih Ergonomis 7 Kegunaan Sesuai Harapan Sumber : Pengumpulan Data 014 4..5 Matrik HOQ Customer Requirement to Technical Requirement 4..5.1 Derajat Kepentingan Atribut Keinginan Operator Derajat kepentingan digunakan untuk memposisikan setiap keinginan ataupun kebutuhan operator dalam bentuk data kuantitatif dengan tujuan untuk memprioritaskan keinginan operator. Pemberian bobot dimulai dari atribut yang sangat penting dengan nilai ( 5) sampai pada atribut yang tidak penting dengan nilai (1). Adapun bobot yang diberikan oleh setiap responden dihitung dengan mencari nilai rata-rata dengan menggunakan rumus seperti dibawah: n DKi....(4.1) i n IV-15
Sebagai contoh perhitungan pada derajat kepentingan atribut produk yang pertama yaitu Sistem pengoperasian alat mudah sebagai berikut: Tabel 4.1 Derajat Kepentingan Relatif Atribut Keinginan Operator No Atribut Harapan Derajat Kepentingan 1 Sistem Pengoperasian Mudah 4 Menghemat Waktu 3,75 3 Mengurangi Gerakan Berulang- Ulang Saat Pengoperasian 5 4 Bentuk Produk Yang Menarik 3 5 Tidak Mudah Rusak 4,5 6 Lebih Ergonomis 5 7 Kegunaan Sesuai Harapan 5 Sumber : Pengolahan Data 014 4..5. Parameter Teknik Parameter teknik merupakan wujud penerjemahan dari keinginan operator kedalam bahasa teknis yang dapat diukur untuk menentukan target yang akan dicapai dan untuk menentukan atribut-atribut mana yang nantinya akan dikembangkan. Parameter teknik didapatkan dengan cara diskusi dengan para pekerja di Viero Shoes, parameter teknik dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.13 Parameter teknis Produk No Atribut Parameter Teknik 1 Kualitas Mesin Kekuatan Bahan 3 Dimensi Alat 4 Komposisi Produk 5 Lama Pembuatan 6 Biaya Manufaktur 7 Penyikat Yang Halus Sumber : Pengolahan Data 014 IV-16
4..5.3 Interaksi Antara Atribut Keinginan Operator dengan Parameter Teknik Nilai harus dikalikan dengan derajat kepentingan relatif dari setiap atribut produk yang telah dihitung sebelumnya, sehingga menghasilkan nilai untuk setiap parameter teknik. Nilai kemudian dijumlahkan sehingga diketahui nilai absolute parametr teknik setiap atribut, maka dapat ditentukan parameter teknik mana yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan terlebih dahulu Tabel 4.14 Hubungan Atribut Keinginan Dan Parameter Teknik Simbol Nilai Keterangan 9 Tingkat Hubungan Kuat 3 Tingkat Hubungan Sedang 1 Tingkat Hubungan Lemah Sumber : Pengumpulan Data 014 Adapun interaksi atribut keinginan operator dengan parameter teknik dapat dilihat pada gambar 4.3 dan gambat 4.4 berikut : Gambar 4.3 Interaksi Produk Dengan Atribut Parameter Teknik Dengan Symbol Sumber : Pengolahan Data 014 IV-17
Gambar 4.4 Interaksi Produk Dengan Atribut Parameter Teknik Dengan Angka Sumber : Pengolahan Data 014 4..5.4 Nilai Matrik Interaksi Atribut Produk dengan Parameter Teknik Nilai interaksi untuk masing-masing atribut harus diketahui karena nilai inilah yang dibutuhkan dalam perhitungan selanjutnya. Nilai absolute parameter teknik diperoleh dengan rumus: KTi (BTiXHi) Keterangan: Kti Nilai Absulute parameter teknik untuk masing masing atribut Bti Kepentingan relatif atribut (bobot atau normalisasi bobot) yang diinginkan yang memiliki hubungan dengan parameter teknik Hi Nilai hubungan atau interaksi antara atribut kepentingan produk yang diinginkan dengan parameter teknik IV-18
KTi (9x4) + (9x3,75) + (3x5) + (9x4,5) + (1x5) + (9+5) 36 + 33,75 + 15+ 40,5 + 5 + 45 175,5 Tabel. 4.15 Nilai Absolute Parameter Teknik No Atribut Parameter Teknik Nilai Absolute 1 Kualitas Mesin 175,5 Kekuatan Bahan 137.5 3 Dimensi Alat 198 4 Komposisi Produk 140,75 5 Lama Pembuatan,5 6 Biaya Manufaktur 103,5 7 Penyikat Yang Halus 190,5 Sumber : Pengolahan Data 014 Sedangkan nilai matrik interaksi atribut produk dengan parameter teknik dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut: Gambar 4.4 Interaksi Atribut Produk Dengan Parameter Teknik IV-19
4..5.5 Hubungan Antara Parameter Teknik Penentuan prioritas terhadap parameter teknik apa yang akan dikembangkan perlu mempertimbangkan interaksi diantara parameter teknik. Interaksi antara parameter teknik dapat dilihat Tabel 4.11 berikut: Tabel 4.16 Simbol Hubungan Antara Parameter Teknik Hubungan antara parameter teknik Simbol Keterangan W Dampak Positif Kuat V Dampak Positif Sedang Kosong Tidak Ada Dampak XX Dampak Negatif Kuat X Dampak Negatif Sedang Sumber : Pengolahan Data 014 4..5.6 Prioritas Pengembangan Parameter Teknik Adapun prioritas pengembangan dari parameter teknik dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.17 Ranking Atribut Parameter Teknik No Atribut Parameter Teknik Ranking 1 Kualitas Mesin 3 Kekuatan Bahan 5 3 Dimensi Alat 1 4 Komposisi Produk 4 5 Lama Pembuatan 7 6 Biaya Manufaktur 6 7 Penyikat Yang Halus Sumber : Pengolahan Data 014 4..5.7 Matrik HOQ Customer Requirements to Technical Requirements Gambar selengkapnya dari matrik house of quality (HOQ). ini dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut: IV-0
Gambar 4.6 House Of Quality 4.3 Pengolahan Data Setelah Perancangan Gambar 4.7 Simulasi setelah dilakukan perancangan produk IV-1
Gambar 4.8 Kondisi Saat melakukan penyemiran setelah perancangan produk di lokasi penelitian Gambar 4.9 Kondisi Saat melakukan penyemiran setela perancangan produk di lokasi penelitian 4.3.1 Pengolah Data Denyut Jantung Setelah Perancangan Tabel 4.18 Data Denyut Jantung Setelah Perancangan Denyut Jantung No Sebelum Sesudah Bekerja Bekerja (Pulse/Menit) (Pulse/Menit) 1 73 75 84 84 3 75 76 4 80 83 Sumber: Pengumpulan Data 014 IV-
Berdasarkan tabel 4.18 di atas maka dapat dilihat denyut jantung pekerja sebelum dan sesudah melakukan aktifitas penyemiran sepatu selanjutnya akan dilakukan perhitungan konsumsi oksigen dengan rumus sebagai berikut: X 75 Konsumsi Oksigen 0,1 0, 5 5 73 75 0,1 0, 5 5 0,46 Konsumsi energi Y 1,80411 0,09038. X 4,71733.10 4. X 1,80411 0,09038.73 4,71733.10. 4 73 1,80411 0,09038.73 4,71733.0,0001. 539 1,80411 0,09038.7, 44598, 37 Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Konsumsi Oksigen dan Konsumsi Energi Setelah Perancangan Produk Denyut Jantung Sebelum Bekerja Sesudah Bekerja No Denyut jantung Konsumsi Oksigen Konsumsi Energi Denyut jantung Konsumsi Oksigen (Pulse/menit) (Liter/menit) (Kkal) (Pulse/menit) (Liter/menit) Konsumsi Energi (Kkal) 1 73 0,46,37 75 0,5,56 84 0,68 3,44 84 0,68 3,44 3 75 0,5,56 76 0,5,65 4 80 0,6 3,04 83 0,66 3,34 Jumlah 31. 11.4 318.4 1 Rata- 78 0.6.9 79 0.6 3 rata Sumber: Pengolahan Data 014 4.3. Menentukan Waktu Baku Setelah Dilakukan Perancangan perancangan Data waktu baku proses penyemiran sepatu yang didapat setelah dilakukan terhadap produk penyemir sepatu, selanjutnya akan diuji keseragaman dan kecukupan datanya. uji keseragaman data mempunyai tujuan IV-3
agar data yang akan di gunakan tersebut berada dalam batas kontrol yang telah ditentukan, sehingga apabila terdapat data yang melebihi batas kontrol tersebut maka data dibuang dan tidak digunakan dalam perhitungan. Uji kecukupan data digunakan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan cukup secara objektif. 4.3..1 Uji Keseragaman Data Waktu Setelah Perancangan Perhitungan yang dilakukan untuk uji keseragaman waktu penyemiran sepatu setelah perancangan produk adalah sebagai berikut Tabel 4.0 Data Waktu Penyemiran Sepatu Setelah Perancangan Produk Produk Pekerja 1 3 4 Ratarata 1,5,38,01,1,8,5,3,08,33,4 3,15,05,8,1 4,05,18,,41,1 Jumlah 8,8 9,01 8,34 9,3 8,85 Rata,0,5,09,31,1 Sumber: Pengolahan Data 014 a. Rata-rata ( ),8,4,1,1 4 8,85 4, 1 IV-4
b. Standar Deviasi (,5,1) 0,3388 15 (,38,1) 16 1... (,41,1) 0,0 0,15 c. Standar Deviasi Rata-rata 0,15 4 0,11 d. Perhitungan BKA dan BKB BKA +,1 + (0,11),43 BKB,1 (0,11) 1,99 IV-5
Gambar 4.10 Peta Keseragaman Waktu Penyemiran sepatu Setelah Perancangan Sumber: Pengolahan Data 014 4.3.. Uji Kecukupan Data Waktu Penyemiran Sepatu Setelah Perancangan Sebelum melakukan pengolahan data selanjutnya, maka data tersebut perlu di uji untuk mengetahui apakah data yang sudah diamati telah cukup atau belum. Adapun pengolahan data uji kecukupan waktu Penyemiran Sepatu setelah dialakukan perancangan dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% adalah sebagai berikut. (β / α) N' β N ( x x i i ) ( x i ) Tingkat Kepercayaan 95% Berdasarkan nilai tabel tingkat kepercayaan dengan nilai β 95% maka diperoleh nilai α Maka tingkat ketelitian yang digunakan yaitu5% β / α 0.05 40 IV-6
N 16 40 16,5,38....41,5,38....41,5 6,35... 6,16 40 16 78,578 151.74 35,38 40 5,4 35,38 93,1 35,38 6,9 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa N < N yaitu 6,9 < 16, maka data waktu penyemiran sepatu setelah dilakukan perancangan yang telah diamati dikatakan cukup. 4.3..3 Menentukan Performance Rating Faktor-faktor penyesuaian yang digunakan untuk menentukan performance rating adalah penyesuaian dengan metode westinghouse yang meliputi keterampilan ( skill), usaha ( effort), kondisi kerja (condition) dan konsistensi ( consistency). Berdasarkan sistem penentuan tersebut, maka performance rating untuk kondisi kerja operasi yang ada sekarang dapat dihitung sebagai berikut : Keterampilan (skill) : Good C + 0,03 Usaha (effort) : Good C + 0,0 Kondisi Kerja : Good C + 0,0 Konsistensi : Good C + 0,01 Total + 0,08 IV-7
Jadi faktor penyesuaiannya (P) 1 + 0,08 1,08 maka diperoleh besarnya faktor penyesuaian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.1 Performance Rating Pekerja Penyemiran sepatu Setelah Perancangan Kondisi Nilai No Keterampilan Usaha Konsistensi Kerja Peformance (Skill) (Effort) (Consistensy) (Condition) Rating Faktor Penyesuaian 1 + 0,03 + 0,05 + 0,0 + 0,01 0.11 1.11 + 0,08 +0,0 + 0,0 0,00 0,1 1,1 3 +0,11 +0,10 + 0,0 +0,01 0,4 1,4 4 +0,08 +0,05 + 0,0 0,00 0,15 1,15 Sumber: Pengolahan Data 014 4.3..4 Menetapkan Allowance Pada penelitian ini untuk menentukan besarnya allowance dilakukan menggunakan tabel penyesuaian dengan menilai besarnya tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan mata, keadaan temperatur tempat kerja, keadaan atmosfer tempat kerja, dan keadaan lingkungan tempat kerja. Adapun penilaian dalam menetapkan allowance adalah sebagai berikut. Tabel 4. Allowance Pada Pekerja Penyemiran Sepatu Setelah Perancangan NO Faktor Jenis Pekerjaan %-tase Kelonggaran 1 Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan Tampa beban Sikap terja Duduk, ringan 1,0 3 Gerakan kerja Normal 0 4 Keadaan temperatur tempat kerja Sedang, 0 C 4 5 Keadaan atmosfer Berventilasi baik, Udara Segar 7 Keadaan lingkungan Kurang bersih, bau 1 Total 8% Sumber: Pengolahan Data 014 Jadi, pada proses kerja penyemiran sepatu memilki allowance sebesar 8% 4.3..5 Menentukan Waktu Baku Penyemiran Sepatu Setelah Perancangan Setelah melakukan pengujian keseragaman, dan kecukupan data maka pengolahan data selanjutnya untuk menentukan waktu baku penyemiran sepatu setelah dilakukan perancangan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut.: IV-8
a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Perhitungan waktu siklus rata-rata menggunakan persamaan: Ws b. Waktu normal Wn c. Waktu baku 8,8 4, Ws x p, x 1,11,44 menit Perhitungan waktu baku mempertimbangkan kelonggaran-kelonggaran yang mungkin terjadi. Berdasarkan pengamatan maka diperoleh waktu bakunya yaitu: Wb Wn x (1+a),44 x (1+ 0.08),63 menit Adapun perhitungan lengkap waktu baku penyemiran sepatu setelah dilukan perancangan produk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4.3 Waktu Baku Setelah Perancangan NO Faktor Penyesuaian Allowance Waktu Waktu Waktu Siklus Normal Baku 1 1.11 8%,,44,63 1,1 8%,5,5,7 3 1,4 8%,08,57,77 4 1,15 8%,30,64,85 Rata rata.1.54.74 Sumber: Pengolahan Data 014 IV-9
4.3..6 Perhitungan Output Standar Setelah Perancangan Untuk mengetahui output standar dari proses penyemiran sepatu setelah dilakukan perancangan terhadap alat dapat dilakuakan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Waktu proses penyemiran (waktu baku) :,74 menit Jam kerja per hari : 480 menit Output Standar Jam Kerja WaktuBaku 480,74 175 Pasangan Perhari 4.4 Keluhan Subjektif Setelah Perancangan Produk Setelah pekerja selesai melakukan simulasi terhadap produk yang telah dikembangkan, maka tahapan berikut ini adalah melakukan penyebaran kuesioner pada pekerja, hal ini bertujuan untuk menentukan apakah masih terdapat keluhan subjektif pada proses pengoperasian produk yang telah dirancang Tabel 4.4 Frekwensi keluhan subjektif Kuesiner Nordic Body Map Tingkat Keluhan Tida No Jenis Keluhan k % Agak % Sakit % Sakit Sakit Sang at Sakit % Juml ah 0 Sakit pada leher bagian atas 4 100 0 0 0 0 0 0 4 1 Sakit pada leher bagian bawah 4 100 0 0 0 0 0 0 4 Sakit pada bahu kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 3 Sakit pada bahu kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 4 Sakit pada lengan atas bagian kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 5 Sakit pada bagian punggung 4 100 0 0 0 0 0 0 4 6 Sakit pada lengan atas bagian kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 7 Sakit pada pinggang ke belakang 4 100 0 0 0 0 0 0 4 8 Sakit pada pinggul ke belakang 4 100 0 0 0 0 0 0 4 9 Sakit pada pantat 4 100 0 0 0 0 0 0 4 IV-30
Tabel 4.4 Frekwensi keluhan subjektif Kuesiner Nordic Body Map (Lanjutan) Tingkat Keluhan Tida No Jenis Keluhan k % Agak % Sakit % Sakit Sakit Sang at Sakit % Juml ah 10 Sakit pada siku kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 11 Sakit pada siku kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 1 Sakit pada lengan bawah bagian kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 13 Sakit pada lengan bawah bagian kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 16 Sakit pada telapak tangan kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 17 Sakit pada telapak tangan kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 18 Sakit pada paha kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 19 Sakit pada paha kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 0 Sakit pada lutut kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 1 Sakit pada lutut kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 Sakit pada betis kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 3 Sakit pada betis kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 4 Sakit pada pergelangan kaki kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 5 Sakit pada pergelangan kaki kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 6 Sakit pada telapak kaki kiri 4 100 0 0 0 0 0 0 4 7 Sakit pada telapak kaki kanan 4 100 0 0 0 0 0 0 4 Sumber : Pengumpulan Data 014 IV-31