BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring"

Transkripsi

1 38 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Objek Penelitian Sejarah Perkembangan Perusahaan Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring dengan adanya tuntunan jaman yang setiap waktu dirasakan semakin tinggi, dan sering pula meningkatnya kebutuhan dari masyarakat baik primer maupun sekunder, maka timbullah suatu inisiatif untuk mendirikan suatu usaha yang bergerak dibidang produksi yang diberi nama CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo yang berpusat di Kota Gorontalo, Jalan Yusuf Hasiru Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo. CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo ini berdiri pada tahun 2000 yang dipimpin oleh Bapak Alm. Drs. Mujiharjono dan masa jabatanya hanya sampai pada tahun 2005, setelah bapak I Wayan Sudiartha, SE menyelesaikan magang ke Jepang, kemudian CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo dialihkan kepada beliau hingga sekarang. Pada awalnya usaha ini bergerak dibidang pengelasan dan pembubutan, pada tahun 2007 CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo mengalami perubahan, tidak hanya bergerak di bidang pengelasan dan pembubutan tetapi bisa memproduksi mesin-mesin, seperti : a. Alat pertanian misalnya : mesin perontok padi b. Alat perkebunan misalnya : mesin perontok jagung, mesin penghancur serabut kelapa mesin pembelah durian c. Alat peternakan misalnya : mesin coper/mesin pemotong rumput gajah

2 39 d. Mesin gergaji, mesin planer scap, mesin lembar seri, mesin penebal, mesin perata Dengan dukungan dari beberapa pihak maka dilakukan peletakan batu pertama pembangunan CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo di areal dengan luas tanah 15x70 m 2 yang berlokasi di Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo pada tanggal, 9 Mei CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo ini mulanya mempunyai tenaga kerja berjumlah 4 orang, tetapi semakin hari permintaan konsumen semakin meningkat sehingga tenaga kerja bertambah hingga 8 orang untuk meningkatkan produksi dan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Demikian seterusnya hingga CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo dengan usaha pengelasan dan pembubutan mengembangkan pemasarannya kedaerah-daerah diseluruh Propinsi Gorontalo maupun luar daerah gorontalo, untuk daerah gorontalo antara lain Kabupaten Pohuwato Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Boalemo. Untuk luar daerah gorontalo antara lain Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.

3 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi yang ada di CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo ditunjukan pada gambar dibawah ini: PIMPINAN I Wayan Sudiartha BAGIAN ADM. & KEUANGAN Fitrianti BAGIAN PRODUKSI K. Martan BAGIAN PEMASARAN Wayan Muliawan KARYAWAN Sumber : dok CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo, 2012 Gambar 3.1 Struktur Organisasi CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo Deskripsi Tugas dan Fungsi Masing-Masing Bagian Job description atau pembagian tugas adalah penempatan personal dalam suatu unit organisasi kerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh personal serta jenjang karier yang di tempuh dalam unit organisasi tersebut Pimpinan Pemimpin jalannya perusahaan dengan memberikan gambaran dan pengarahan dalam menjalankan perusahaan, serta dapat mengontrol kegiatan produksi, administrasi dan keuangan, serta penjualan dan promosi.

4 Bagian administrasi dan keuangan 1. Berkewajiban menangani urusan administarasi dalam perusahaan, 2. Membuat perencanaan anggaran berdasarkan rencana kerja 3. Menyusun rencana penggunaan anggaran berdasarkan rencana kerja operasional 4. Membuat bukti pembayaran dan kelengkapannya 5. Mengawasi pengeluaran anggaran 6. Membuat laporan bulanan 7. Membuat jurnal transaksi 8. Membuat laporan berkala Bagian produksi 1. Membuat perencanaan dan menetapkan kapasitas bahan baku dari produk-produk yang diproduksi per hari, per minggu, per bulan dan per tahun. 2. Bekerjsama melakukan koordinasi baik dengan bagian pemasaran tentang kapasitas produksi per hari guna pendataan penjualan produk 3. Melakukan pengecekan peralatan dan mesin untuk kelayakan operasi sebelum produksi 4. Membuat laporan maintenance peralatan dan mesin secara harian, mingguan, bulanan dan tahunan Bagian Pemasaran 1. Menyusun anggaran yang berhubungan dengan penjualan dan segala aktivitas yang berhubungan dengan pemasaran

5 42 2. Melakukan survey dan pengontrolan tentang kepastian dan fluktuasi harga untuk setiap jenis produk 3. Melakukan kerjasama/koordinasi dengan bagian produksi tentang permintaan dan hasil penjualan produk 4. Senantiasa melakukan pelatihan pengembangan skill secara berkala terhadap tenaga pemasaran 5. Pendelegasian kegiatan pemasaran terhadap para staff sesuai dengan jenis produk 6. Membuat laporan hasil penjuan harian, mingguan, bulanan dan tahunan 7. Merencanakan dan melakukan analisa pasar terhadap jenis produk Karyawan 1. Bertugas melaksanakan kegiatan proses produksi. 2. Membersihkan mesin dan peralatan setelah bekerja 3. Saling bekerjasama dengan kepala bagian produksi, demi mempermudah kegiatan proses produksi 4. Bertanggung jawab atas pekerjaannya

6 Pengolahan Dan Analisa Data Pengamatan Awal Sebelum memulai penelitian, pengamatan awal dilakukan untuk mengenal dan mendapatkan gambaran awal mengenai spesifikasi mesin perontok jagung, dan informasi mengenai operator di CV. Catur Tunggal Jaya. Tabel 3.1 Spesifikasi Mesin Perontok Jagung Spesifikasi Tipe mesin : PJ-150 Dimensi : 70 x 30 x 130 Kapasitas : kg/ jam Diesel : 5,5 HP Tali vambel : B-61 dan A-33 Merek : Dijang dong (home industri) Harga : Rp ,-juta Sumber : CV. Catur Tunggal Jaya Gorontalo Pengamatan Kondisi Tenaga Kerja CV. Catur Tunggal Jaya memiliki sistem non-shift dengan jam kerja dari jam Pada tugas akhir ini, pengamatan dilakukan pada operator pembuatan mesin perontok jagung. Pengamatan dilakukan pada dari jam CV. Catur Tunggal Jaya memiliki jam kerja selama 8 jam, hal ini dikarenakan jam kerja yang seharusnya 9 jam telah di kurangi jam istrahat selama 1 jam. sedangkan operator memiliki jam kerja 8.5 jam, karena kerja yang seharusnya 9 jam telah dikurangi jam istrahat selama 0.5 jam. Jam istrahat operator tidak di tentukan oleh perusahaan, biasanya mereka beristrahat secara bergantian Data Waktu Elemen Kerja Setelah melakukan pengamatan awal produksi pembuatan mesin perontok jagung maka langkah selanjutnya penulis melakukan pengambilan data

7 44 waktu untuk tiap elemen kerja yang dikerjakan oleh operator. Pengambilan data waktu menggunakan metode pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timming atau metode snap back) dan data waktu proses tiap elemen kerja yang diambil sekitar 48 yang berasal dari kerja seorang operator yang sama pada setiap elemen kerja. Adapun elemen kerja yang diambil pada pembuatan mesin perontok jagung sebagai berikut : 1. Pembuatan rangka kaki Perhitungan waktu elemen kerja rangka kaki dimulai dari pengukuran besi siku 3 x 3 cm, kemudian pemotongan, dilanjutkan dengan pemeriksaan ukuran dan hasil pemotongan dan perhitungan berakhir saat pengeboran besi siku dengan menggunakan mata bor diameter 10 mm. 2. Membuat penutup bawah saringan Perhitungan waktu elemen kerja membuat penutup bawah saringan dimulai saat seng plat di mal, kemudian di potong dengan menggunakan gunting plat dan perhitungan berakhir saat bagian penutup bawah saringan di mal kembali. 3. Membuat penutup samping bawah (kiri dan kanan) Perhitungan waktu elemen kerja membuat penutup samping bawah (kiri dan kanan) dimulai saat seng plat di mal, kemudian di potong dengan menggunakan gunting plat dan perhitungan berakhir saat bagian penutup bawah saringan di mal kembali. 4. Saringan Jagung Perhitungan waktu elemen kerja rangka kaki dimulai dari pengukuran, kemudian pemotongan, dilanjutkan dengan pengeboran menggunakan mata bor diameter 10 mm kemudian dilanjutkan dengan melengkungkan.

8 45 5. Penutup Atas Perhitungan waktu elemen kerja rangka kaki dimulai dari pengukuran, kemudian pemotongan, kemudian dilanjutkan dengan melengkungkan. 6. Penutup Samping Atas Perhitungan waktu elemen kerja penutup samping atas dimulai dengan membuat mal kemudian dilanjutkan dengan pemotongan. 7. Penutup Pembuangan Tongkol Perhitungan waktu elemen kerja penutup pembuangan tongkol dimulai dengan membuat mal kemudian dilanjutkan dengan pemotongan kemudian dimal kembali hasil pemotongan tersebut. 8. Penutup Pembuangan Tongkol Perhitungan waktu elemen kerja penutup pembuangan tongkol dimulai saat pengukuran kemudian dipotong setelah dipotong kemudian dimal. 9. Cerobong Perhitungan waktu elemen kerja pembuatan cerobong dimulai saat di mal kemudian dilanjutkan pemotongan setelah itu dimal kembal. 10. Penutup Cerobong Perhitungan waktu elemen kerja penutup cerobong dimulai dengan pengukuran kemudian di potong setelah itu dilengkungkan. 11. Pluit Perhitungan waktu elemen kerja pembuatan pluit dimulai dengan di mal kemudian dilanjutkan pemotongan setelah itu dimal kembal. 12. Penadah Jagung Perhitungan waktu elemen kerja penadah jagung dimulai dari pengukuran, kemudian pemotongan, kemudian di mal.

9 Kipas Perhitungan waktu elemen kerja kipas dimulai dari pengukuran, kemudian pemotongan, kemudian pembuatan alur spie. 14. Baling-baling Pemukul Perhitungan waktu elemen kerja baling-baling pemukul dimulai dari pengukuran, kemudian pemotongan, kemudian dilanjutkan dengan pengeboran dan terakhir diratakan. 15. Dudukan mesin Perhitungan waktu elemen kerja dudukan mesin dimulai dari pengukuran, kemudian pemotongan, kemudian dilanjutkan dengan pengeboran. 16. Perakitan Perhitungan waktu elemen kerja perakitan dimulai dari pengelasan, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kemudian digerinda. 17. Finishing Perhitungan waktu elemen kerja finishing dimulai dari pendempulan, penghalusan kemudian pengecatan. Selanjutnya akan dilakukan pengolahan data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian keseragaman, dan kecukupan data dengan menggunakan Microsoft Excel. Bila data waktu tersebut sudah seragam, dan cukup maka datadata tersebut akan diolah dengan mempertimbangkan performance rating dan allowance dari tiap-tiap operator dan tiap-tiap element kerja yang diamati sehingga diperoleh waktu baku. Pengambilan data waktu proses untuk mesin perontok jagung tiap elemennya dapat dilihat pada Lampiran 1.

10 Pengumpulan dan Pengolahan Data dengan Metode Jam Henti Data-data yang dibutuhkan dalam melakukan metode jam henti meliputi data waktu proses dari tiap elemen, data waktu mesin, data waktu performance dan allowance dari setiap operator. Pengambilan data berasal dari pembuatan mesin perontok jagung. Pengujian data terhadap data yang telah diambil dengan menggunakan software Microsoft Excel. Di bawah ini merupakan contoh pengujian data waktu elemen kerja pembuatan rangka kaki pada saat pemotongan besi siku. a. Uji keseragaman data Untuk mengetahui apakah data yang ada saat ini seragam atau tidak maka dilakukan suatu uji keseragaman data. Data yang digunakan dalam perhitungan di bawah ini adalah elemen kerja pembuatan rangka kaki pada saat pemotongan besi siku menggunakan rumus sebagai berikut: BKA x k BKB x k Keterangan : BKA = Batas kendali atas, yaitu batas maksimum dimana data yang tidak lebih dari batas tersebut masih tergolong data yang seragam. BKB = Batas kendali bawah, yaitu batas minimum dimana data yang tidak kurang dari batas tersebut masih tergolong data yang seragam. x = Rata-rata data K = Nilai Z dari = Standar deviasi dari data waktu BKA x k (diperoleh dari tabel distribusi normal) 2

11 48 BKA 132,0625 1,96 7,9664 BKA 147,6767 BKB x k BKB 132,0625 1,96 7,9664 BKB 116, BKA Waktu Pemotongan Mean 116 BKB Banyaknya Data Gambar 3.2. Hasil Uji Seragam Elemen Kerja Pemotongan Rangka Kaki Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012 Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan excel didapatkan bahwa semua data tidak ada yang keluar dari batas kendali atas maupun batas kendali bawah, sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut seragam. Untuk hasil pengujian seragam tiap elemen kerja yang lain dapat dilihat di dalam Lampiran 2. b. Uji kecukupan data Untuk mengetahui apakah data yang ada saat ini cukup atau tidak maka dilakukan suatu uji kecukupan data. Karena data yang ada saat ini lebih dari 30 maka menggunakan rumus sebagai berikut: 40 ' N 30 N N xi 2 xi 2 xi 2 2

12 49 Keterangan : N = Jumlah pengamatan yang diperlukan untuk elemen kerja yang diukur N Xi = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan = Data ke-i N N, maka jumlah pengamatan telah cukup (data dikatakan cukup) N < N, maka harus dilakukan tambahan pengamatan karena data kurang Dari rumus dan hasil penolahan di atas maka dilakukan uji kecukupan data untuk elemen kerja pembuatan rangka kaki pada saat dilakukan pemotongan besi siku 3 x 3 : N ' N ' 5,7 N' N data cukup Dari hasil pengolahan data diatas, untuk elemen kerja pemotongan sebelum membuat rangka kaki didapat bahwa untuk uji kecukupan data, jumlah data yang diperlukan cukup. Untuk hasil pengujian kecukupan tiap elemen kerja yang lain dapat dilihat di dalam Lampiran 3. c. Penentuan faktor-faktor penyesuaian (p) Di bawah ini merupakan salah satu contoh dari perhitungan faktor-faktor penyesuaian ( performance rating) yang dikategorikan berdasarkan metode westinghouse untuk seorang operator pemotongan pada elemen kerja pembuatan rangka kaki yaitu:

13 50 Tabel 3.2 Faktor Penyesuaian Metode Westinghouse Operator pemotongan pada elemen kerja pembuatan rangka kaki No Faktor Kelas Lambang Penyesuaian 1 SKILL Good C1 0,06 2 EFFORT Good C1 0,05 3 CONDITION Good C 0,02 4 CONSISTENCY Good C 0,01 Total 0,14 Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012 P = 1 + 0,14 = 1,14 Dari hasil pengolahan data di atas dapat dilihat bahwa performance rating seorang operator pemotongan pada elemen kerja pembuatan rangka kaki adalah 1,14. Hasil penentuan performance rating untuk elemen-elemen kerja yang lain dapat dilihat dalam Lampiran 4. d. Penentuan allowance Di bawah ini merupakan salah satu contoh dari perhitungan kelonggaran (allowance) untuk seorang operator pemotongan pada elemen kerja pembuatan rangka kaki yaitu:

14 51 Tabel 3.3. Penentuan Allowance operator pemotongan pada elemen kerja pembuatan rangka kaki No Faktor Kelonggaran Ref % Kelonggaran (%)diambil A. Tenaga Yang Dikeluarkan Ringan ,0 10,00 B. Sikap Kerja Membungkuk ,00 C. Gerakan Kerja Normal 0 0,00 D. Kelelahan Mata Pandangan yang hampir ,00 terus menerus E. Keadaan suhu tempat kerja Normal 0-5 5,00 F. Keadaan atmosfer Cukup 0-5 2,00 G. Keadaan Lingkungan yang baik Bersih,sehat, cerah, 0 0,00 H. Kebutuhan Pribadi Laki-laki 0-2,5 2,00 Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012 Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat dilihat bahwa allowance untuk elemen kerja pemotongan pada pembuatan rangka kaki adalah 33%. Hasil penentuan allowance untuk elemen-elemen kerja yang lain dapat dilihat dalam Lampiran 5. a. Perhitungan waktu siklus Ws = x / n Ws = 2636 / 48 Ws = 54,92 detik b. Perhitungan waktu normal Wn = Ws x p Wn = 54,92 x 1,14 Wn = 62,61 detik

15 52 c. Perhitungan waktu baku 100% Wb Wn 100% allowance % 100 Wb 62, Wb 93,44 detik Dari hasil pengolahan data diatas, dapat dilihat bahwa perhitungan waktu baku untuk elemen kerja pemotongan pada pembuatan rangka kaki adalah 93,44 detik. Hasil perhitungan waktu baku untuk elemen-elemen kerja yang lain dapat dilihat dalam Lampiran Pembahasan Dari hasil pengolahan data diatas diperoleh total waktu baku tiap elemen kerja sebagai berikut :

16 53 No. Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Standart Dan Waktu Baku Elemen Kerja Pembuatan Mesin Perontok Jagung 1 RANGKA KAKI 2 3 PENUTUP BAWAH SARINGAN PENUTUP SAMPING BAWAH (KIRI DAN KANAN) 4 SARINGAN JAGUNG 5 PENUTUP ATAS PENUTUP SAMPING ATAS PEMBUANGAN TONGKOL PENUTUP PEMBUANGAN TONGKOL 9 CEROBONG 10 PENUTUP CEROBONG Elemen Kerja Ws (detik) Wn (detik) Wb (detik) PENGUKURAN 54,92 62,61 77,87 DIPOTONG 132,06 150,55 224,70 DIPERIKSA 226,63 258,35 339,94 DIBOR 226,63 258,35 346,78 DIMAL 65,10 74,22 97,14 DIPOTONG 115,17 131,29 195,96 DIMAL 175,17 199,69 261,37 DIMAL 62,69 71,46 93,54 DIPOTONG 122,75 139,94 208,86 DIMAL 192,04 218,93 286,55 PENGUKURAN 61,85 70,51 87,70 DIPOTONG 132,31 150,84 225,13 DIBOR 646,63 737,15 989,47 DILENGKUNGKAN 132,06 150,55 210,86 PENGUKURAN 72,06 82,15 102,18 DIPOTONG 133,04 151,67 226,37 DILENGKUNGKAN 131,92 150,39 210,62 DIMAL 62,69 71,46 93,54 DIPOTONG 72,21 82,32 122,86 DIMAL 72,04 82,13 107,50 DIPOTONG 122,65 139,82 208,68 DIMAL 185,06 210,97 276,14 PENGUKURAN 72,73 82,91 103,12 DIPOTONG 132,67 151,24 225,73 DIMAL 166,42 189,72 248,32 DIMAL 71,50 81,51 106,69 DIPOTONG 132,02 150,50 224,63 DIMAL 191,92 218,79 286,37 PENGUKURAN 72,73 82,91 103,12 DIPOTONG 131,96 150,43 224,53 DILENGKUNGKAN 73,54 83,84 117,42

17 54 No. 11 PLUIT 12 PENADAH JAGUNG 13 KIPAS 14 BALING - BALING PEMUKUL 15 DUDUKAN MESIN 16 PERAKITAN 17 FINISHING Elemen Kerja Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012 Ws (detik) Wn (detik) Wb (detik) DIMAL 71,77 81,82 107,09 DIPOTONG 165,69 188,88 281,92 DIMAL 192,00 218,88 286,49 PENGUKURAN 73,48 83,77 104,19 DIPOTONG 107,56 122,62 183,02 DIMAL 166,63 189,95 248,63 PENGUKURAN 61,90 70,56 87,76 DIPOTONG 72,73 82,91 123,75 ALUR SPIE 133,17 151,81 216,87 PENGUKURAN 175,40 199,95 248,70 DIPOTONG 167,31 190,74 284,68 DIBOR 1092, , ,98 DIRATAKAN 123,31 140,58 184,00 PENGUKURAN 55,04 62,75 78,04 DIPOTONG 132,38 150,91 225,24 DIBOR 191,92 218,79 293,67 PENGELASAN 5164, , ,03 PEMERIKSAAN 131,17 149,53 199,37 DIGERINDA 308,67 351,88 472,32 PENDEMPULAN 310,33 353,78 505,40 PENGHALUSAN 978, , ,83 PENGECATAN 1206, , ,87 Sehingga total waktu yang digunakan untuk membuat 1 unit produk mesin perontok jagung adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Total waktu pembuatan 1 unit produk perontok jagung. Produk Ws (detik) Wn (detik) Wb (detik) Mesin Perontok Jagung 15325, , ,54 Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012 Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa waktu baku pengerjaan mesin perontok jagung selama 23317,54 detik atau 6 jam 28 menit 38 detik.

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata letak fasilitas didefenisikan sebagai kumpulan unsur-unsur fisik yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. Tata letak fasilitas didefenisikan sebagai kumpulan unsur-unsur fisik yang diatur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata letak fasilitas didefenisikan sebagai kumpulan unsur-unsur fisik yang diatur mengikuti aturan atau logika tertentu. Unsur-unsur fisik dapat berupa mesin, peralatan,

Lebih terperinci

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data 96 Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Uji keseragaman data 1. waktu setup bagian pencetakan Subgroup No (i) Waktu (detik) (detik) (detik) BKA BKB 1 712 2 564 1 3 534 603,4 4 602 5

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

ANALISIS PENGUKURAN KERJA ANALISIS PENGUKURAN KERJA Disusun oleh: Subodro (135060700111043) Siti Astrid Meidiani (135060700111044) Armelynda Beverly S (135060701111056) Andini Sulviana (135060701111065) Dzaky Falakhi (135060701111082)

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO Darsini Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo E-mail : dearsiny@yahoo.com

Lebih terperinci

Lamp n (menit) x/n

Lamp n (menit) x/n BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Hasil Pengukuran Waktu Dibawah ini merupakan hasil pengukuran langsung (menggunakan stopwatch) waktu rakit panel. Box n (menit) x/n 1 2 3 4 5 1 11.9 12.5

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Lampiran : Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Bintang Persada Satelit secara garis besar adalah sebagai berikut:. Direktur Direktur

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal

Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal Untuk menghitung kapasitas normal dari proses yang menggunakan manusia, maka terlebih dahulu harus diketahui lama waktu baku proses yang dikerjakan dan kemudian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab IV - Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum PT STI PT STI adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan spare part, machinery, engineering,

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasan Proses pembuatan magnet kimono ini, praktikan mencari Waktu Aktual, Performance Rating, Performance Estimasi, dan %Error. Pembahasan yang dijelaskan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Antropometri dan Tujuan Data antropometri yang digunakan adalah data-data yang dibutuhkan dalam perancangan ulang alat pemotong kerupuk

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA Pengertian Sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran cara langsung yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Standar pekerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN.

LAMPIRAN 1 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 20 LAMPIRAN 1 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 1. Direktur Direktur merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan sekaligus pemilik

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti The major objective of this chapter is to learn how to calculate a time standard based on stopwatch time study procedures. Time Study Suatu proses untuk menghitung

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling Nama : Johanes Susanto NIM : 2012-21-046 Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian Work Sampling Sampling Pekerjaan (Work Sampling) adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Apindowaja Ampuh Persada merupakan industri manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan dan perbaikan mesin-mesin produksi kelapa sawit. PT.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab.

LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. LAMPIRAN 1. Pembagian dan Tugas Tanggung Jawab. 1. Plant Manager Plant Manager sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Tugas Manager bertugas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB)

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB) doi: https://doi.org/10.581/zenodo.106337 JURITI PRIMA (Junal Ilmiah Teknik Industri Prima) Vol. 1, No. 1, Juni 017 e-issn: 581-057X Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Cendana Baru merupakan usaha yang bergerak dibidang perancangan alat yang didirikan oleh Bapak Tut Wuri Handayani, S.T sejak tahun 1990. CV.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA Gultom: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INSDUTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK... 169 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI KECIL PEMBUATAN KOTAK KARTON MELALUI PERBAIKAN DESAIN FASILITAS KERJA Peniel Immanuel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN 30 BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat stik dan keripik. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

Analisa Penetapan Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Standar di PT. Semen Tonasa

Analisa Penetapan Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Standar di PT. Semen Tonasa Analisa Penetapan Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Standar di PT. Semen Tonasa Retnari Dian Mudiastuti 1, Irfan Saputra 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Jln.

Lebih terperinci

Hasil rancangan dan pembuatan pembungkus roti yang ergonomis adalah panjang pembungkus, lebar pembungkus. Dan penentukan waktu baku.

Hasil rancangan dan pembuatan pembungkus roti yang ergonomis adalah panjang pembungkus, lebar pembungkus. Dan penentukan waktu baku. PENENTUAN WAKTU BAKU PEMBUATAN PEMBUNGKUS ROTI YANG ERGONOMIS. Agnes Kristiana Kusuma.W, Enty Nur Hayati, S.Adi Susanto Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang Abstract. Desain produk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Penyediaan Alat dan bahan Perancangan Chasis Pembuatan Chasis Pengujian Chasis Analisa dan Pembahasan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Konveksi Indra bergerak dalam pembuatan celana jeans.konveksi berskala industry rumahan (Home industry) ini berdiri pada tahun 1999 yang didirikan

Lebih terperinci

MODUL II WORK MEASUREMENT

MODUL II WORK MEASUREMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu merupakan salah satu kriteria dari suatu alternatif beberapa metode kerja yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA

BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA Jl. Kalilom Lor Indah No.25 Kenjeran Surabaya Telp. 0858 5183 2778 / 0878 5461 8031 E-mail : bkljayamandiri01@gmail.com MESIN BATAKO SEMI OTOMATIS SPESIFIKASI

Lebih terperinci

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Diagram Alur Perancangan Konsep peneliatian ini merupakan tahap awal dari pembuatan sebuah produk. Tahap ini yang akan menentukan hasil akhir dari sebuah produk yang

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 8 STOPWATCH Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com TIME STUDY: METODE STOPWATCH

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Tabel 4.1 Antropomerti Yang Dipakai Untuk Perancangan Alat Penakaran dan Pengemasan Gula Pasir

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Tabel 4.1 Antropomerti Yang Dipakai Untuk Perancangan Alat Penakaran dan Pengemasan Gula Pasir BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Antropometri Data antropometri merupakan data yang diperlukan dalam menentukan ukuran-ukuran dalam perancangan sehingga

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data 5.1.1 Data Umum Produk Perusahaan menggunakan batch sebagai satuan dalam produksi, dimana 1 batch adalah sebesar : 1. Spon untuk ukuran 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan dari masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai, pembatasan masalah pada penelitian ini, serta sistematika

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 2 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING-MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 1. Direktur Direktur merupakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU STANDART DAN PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI

PENGUKURAN WAKTU STANDART DAN PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI PENGUKURAN WAKTU STANDART DAN PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK PERBAIKAN PENJADWALAN PRODUKSI Retno Indriartiningtias artiningtias@yahoo.com Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK Industri alas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PEMBUATAN SEAL PISTON HYDRAULIC PEMBUATAN MOLDING Proses Pemilihan Material Proses Penjepitan Material Proses Pengupasan Material Proses Menetapkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK Debrina Puspita Andriani 1, Billy Anugrah 2, Annissa Dian Islami 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama bulan November 2010 sampai dengan Februari 2011, dan kegiatannya meliputi pengamatan gerakan, pengukuran waktu,

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci