MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A KAMIS, 16 MEI 2013
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal 1 ayat (4), Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13] Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON M. Farhad Abbas ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Kamis, 16 Mei 2013, Pukul 13.40 13.57 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Muhammad Alim (Ketua) 2) Arief Hidayat (Anggota) 3) Anwar Usman (Anggota) Yunita Rhamadani Panitera Pengganti i
Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Windu Wijaya 2. Hazmin A. St. Muda 3. Muh. Zakir 4. Fedhli Faisal 5. Handy W.U. ii
SIDANG DIBUKA PUKUL 13.40 WIB 1. KETUA: MUHAMMAD ALIM Sidang Pemeriksaan Permohonan Nomor 46/PUU-XI/2013 kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Kepada Pemohon untuk Kuasanya, saya persilakan siapa yang hadir pada kesempatan ini. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: WINDU WIJAYA Terima kasih, Yang Mulia. Perkenankan kami bertindak secara bersama-sama atas nama M. Farhad Abbas dan (suara tidak terdengar jelas). Sebelah kanan, atas nama Hazmin A. St. Muda, S.H. Sebelah kanan pojok, Saudara M. Zakir. Di belakang, Handy Wira Utama dan Fedhli Faisal. Terima kasih, Yang Mulia. 3. KETUA: MUHAMMAD ALIM Jadi, yang hadir pada kesempatan ini Kuasa semua, ya? 4. KUASA HUKUM PEMOHON: WINDU WIJAYA Kuasa semua, Yang Mulia. 5. KETUA: MUHAMMAD ALIM KETUK PALU 3X Oke. Lalu karena kita juga sudah menerima permohonan Saudara, cobalah Saudara kemukakan secara singkat saja apa-apa yang Saudara kehendaki dalam permohonan ini. Ndak usah dibaca satu per satu karena sudah kami terima. Jadi, prinsip dasar saja. Saya persilakan. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: WINDU WIJAYA Terima kasih, Yang Mulia. Adapun secara prinsip dari pokok permohonan kami adalah bahwa Para Pemohon adalah uji materiil Pasal 1 ayat (4), Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden terhadap Pasal 28C ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Bahwa menurut Pemohon harus dipandang hak parpol tersebut memiliki kedudukan yang sama dan seimbang dengan hak warga negara yang 1
dijamin oleh Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, sebagaimana konstitusi yang utuh, maka pada hakikatnya suatu hak dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak boleh mengurangi hak yang lain. Maka memberikan kesempatan warga negara untuk mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden tanpa melalui partai politik tidaklah bertentangan dengan konstitusi. Sebaliknya, menutup kesempatan untuk mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden tanpa melalui parpol seperti yang dilakukan oleh ketentuan Pasal 1, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13 adalah inkonstitusional. Oleh sebab itu, Para Pemohon memohon kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk dapat memberi putusan sebagai berikut. Menyatakan materi muatan dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 28C ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Menyatakan materi muatan dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya. Terima kasih, Yang Mulia. 7. KETUA: MUHAMMAD ALIM Baiklah, Saudara Pemohon. Ada tambahan lagi? Tidak ada? Cukup untuk sementara? 8. KUASA HUKUM PEMOHON: WINDU WIJAYA Cukup untuk sementara, Yang Mulia. 9. KETUA: MUHAMMAD ALIM He eh. Jadi begini, untuk Saudara ketahui oke, kita susunannya itu adalah kewenangan Mahkamah, oke. Kemudian, kedudukan hukum atau legal standing Pemohon. Baru, ada identitas Saudara di muka. Dalildalil apa yang Saudara kemukakan ya, menjadi alasan atau posita daripada permohonan Anda. Cuma yang perlu saya sampaikan kepada Saudara bahwa mengenai pasal-pasal yang Saudara mohonkan pengujian itu mungkin juga Saudara sudah tahu, tapi ya bagaimana pun juga saya harus menyampaikan bahwa telah pernah diuji di sini, yaitu Pasal 1 angka 4 sudah pada tahun 2008. Pasal 50 eh, Pasal 8, oke, sudah. Pasal 9 juga sudah diuji di sini. Jadi harus Pasal 13 saja yang belum, tetapi 13 juga sudah. Jadi saya ulangi, yang Pasal 1 angka (4) itu, itu Permohonan 2
Nomor 56/PUU-VI/2008 ada. Kemudian yang Pasal 8 itu, Permohonan 56 dan Permohonan 26. Jadi 56/PUU-VI/2008 dan 26/PUU-VII/2009. Kalau Pasal 9 malah ada lima kali diuji, lima nomor, Nomor 51/PUU-VI/2008, 52/PUU-VI/2008, 56/PUU-VI/2008, 59/PUU-VI/2008, dan 26/PUU- VII/2009. Kalau Pasal 13 itu ayat (1) itu apa Permohonan Nomor 38/PUU-X/2012, itu satu. Kemudian yang harus Saudara juga perhatikan dalam hubungannya dengan permohonan Saudara bahwa Mahkamah Konstitusi itu memutus menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945, ya. Jadi Undang-Undang Dasar Tahun 1945-lah yang selalu menjadi pegangannya. Mahkamah Konstitusi tidak berwenang untuk mengubah Undang-Undang Dasar Tahun 1945, jadi apa yang dikatakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 akan begitulah putusan Mahkamah Konstitusi, insya Allah. Jadi itu Saudara harus memperhatikan betul itu. Untuk selanjutnya saya persilakan. Yang Mulia, silakan, ada halhal yang dinasihatkan. 10. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Ya, terima kasih, Yang Mulia. Tadi sudah disampaikan oleh Yang Mulia Ketua Majelis Panel, ternyata semua pasal yang diuji oleh Pemohon ini pernah diuji. Bahkan untuk Pasal 8 masih ada satu putusan lagi itu, Putusan Nomor 38/PUU-X/2012 di samping putusan yang telah disampaikan oleh Yang Mulia Pak Ketua Majelis Panel tadi. Untuk itu, meskipun undang-undang masih memberi kesempatan untuk mengajukan permohonan untuk menguji pasal atau norma yang pernah diuji, namun syarat yang paling penting, yang paling utama adalah bahwa dasar pengajuan itu harus berbeda dengan dasar atau alasan yang pernah diajukan oleh Para Pemohon di dalam putusan-putusan yang disebutkan tadi. Jadi harus tegas, jadi harus konkret, ya di samping tentunya alasanalasan yang terkait dengan kerugian konstitusional yang dialami oleh Pemohon. Jadi perbedaan alasan yang diajukan oleh Para Pemohon pada putusan-putusan yang lalu, kemudian kerugian apa yang dialami oleh Pemohon, ataupun berpotensi merugikan Pemohon apabila pasal-pasal atau norma yang diuji ini tidak dinyatakan bertentangan dengan konstitusi. Itu yang paling penting. Kemudian hal lain juga, kalau misalnya ini pasal-pasal yang diuji dinyatakan bertentangan dengan konstitusi tentu harus ada alternatif lain, cara untuk memilih atau mengusulkan calon presiden itu harus disampaikan juga secara tegas. Jadi pada prinsipnya sekali lagi coba dielaborasi lebih lanjut mengenai alasan-alasan kerugian konstitusional yang tentu saja berbeda dengan alasan-alasan yang disampaikan oleh Pemohon dalam perkaraperkara yang terkait dengan beberapa putusan yang sudah disebutkan tadi. Terima kasih, Pak Ketua. 3
11. KETUA: MUHAMMAD ALIM Ya, silakan, Prof. Dengarkan lagi nasihat-nasihat dari Pak Hakim. 12. HAKIM ANGGOTA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih, Yang Mulia Ketua Panel. Saudara Pemohon, saya berpendapat secara umum struktur dan format permohonan sudah cukup baik, tapi ada dua hal yang masih bisa disempurnakan. Yang pertama itu menyangkut pada bagian kewenangan Mahkamah, di situ kan Pemohon sebetulnya ingin menjelaskan bahwa permohonan ini tidak memenuhi unsur nebis in idem, gitu kan? Namun menurut saya, argumentasi Pemohon ini seharusnya tidak diletakkan di sini, tapi diletakkan pada bagian alasan permohonan atau posita. Karena seandainya permohonan ini pun memenuhi unsur nebis in idem, Mahkamah tetapi bisa memeriksa, mengadili, dan memutus. Jadi, nanti tolong dipelajari kembali, ya. Kemudian yang kedua, dalam petitum. Coba bisa dilihat, itu ada inkonsistensi antara poin yang kedua dan poin yang ketiga. Pada yang kedua itu dinyatakan, Menyatakan materi muatan dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13 undang-undang ini, ini, Itu, tapi di angka 3 Pasal 13 ditambahkan ayat (2). Nah, ini supaya nanti dilihat kembali. Kemudian yang menyangkut materi, yang menyangkut materi itu saya mohon Pemohon ini bisa saya minta bisa mempelajari lebih teliti pada Putusan Mahkamah Nomor 56 Tahun 2008, khususnya yang menyangkut paragraf 3.15.3, kemudian paragraf 3.16, kemudian paragraf 3.18. Itu harus Anda cermati betul karena Mahkamah sudah pernah memberikan pertimbangan hukum yang menyangkut konstitusionalitas Pasal 4 ayat Pasal 1 ayat (4), Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13. Meskipun Pemohon itu mendasarkan pada apa istilahnya batu uji atau dasar pengujiannya berbeda, Pasal 18C ayat (2). Tetapi kalau pertimbanganpertimbangan hukum yang disampaikan oleh Mahkamah atau diputuskan Mahkamah pada poin-poin yang sudah saya sebutkan tadi didalami, maka sebetulnya materinya itu sudah sama dan sudah dijelaskan secara gamblang di situ. Terima kasih, Ketua. Saya kembalikan, Yang Mulia. 13. KETUA: MUHAMMAD ALIM Saudara Pemohon sudah mendengarkan nasihat tadi, namun demikian bila saya mau tambahkan sedikit biar lebih diperhatikan, ya. Jadi jadi pertama ini Pasal 45 daripada Undang-Undang MK itu ayat (1) saya mau katakan, Mahkamah Konstitusi mengurus perkara berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menurut sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim. Oke, ya. Itu Pasal 45 ayat (1). Jadi, di sini yang dicari kewenangan materiil, dan saya ulangi, dasarnya adalah Undang-Undang Dasar Tahun 1945. 4
Kemudian, saya mau bacakan Pasal 60 karena ini tadi saya katakan telah beberapa kali diujikan, ya. Di sini saya baca Pasal 60 ayat (1) dulu, Undang-Undang MK, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 itu, Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam undangundang yang telah diuji tidak dapat dimohonkan pengujian kembali. Itu ayat (1)-nya. Lalu ayat (2)-nya mengatakan begini, Ketentuan ayat (1) tadi itu dapat dikecualikan. Kapan dikecualikan? Jika materi muatan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dijadikan dasar pengujian, atau kata Pak Yang Mulia tadi batu ujinya atau dasar pengujiannya itu, Berbeda. Jadi, nanti putusanputusan Mahkamah Konstitusi yang ada sebelumnya, pasal berapa yang dipergunakan, Anda pergunakanlah pasal lain supaya dasar pengujiannya berbeda. Mengerti maksud saya? Ya kan? Karena kalau tidak, ini kan kenapa salah satu? Ayat (1) Pasal 60 tidak dapat diuji kembali. Tapi kalau bisa dikecualikan asal berbeda dia punya dasar pengujian atau istilah sama saja batu ujinya, ya. Jadi pasal anunya. Nah, kemudian begini, selain yang dikatakan oleh Yang Mulia tadi, Prof. Arief, mengenai kenapa kok di angka 2 Pasal 13 tanpa ayat, kok di angka 3, di petitum ketiga Pasal 13 ayat (2) nanti diperhatikan yang mana? Kalau saya lihat di permohonan Anda Pasal 13 tok itu lho, bukan ayatnya tapi tapi itu nanti diperbaiki. Nah, kemudian angka 1 dari permohonan Saudara, Saudara perhatikan, itu kan menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian. Kalau sudah dikabulkan itu berarti sudah diterima juga itu. Menjadi boleh dia, menjadi diterima, tapi tidak dikabulkan, tapi kalau sudah dikabulkan itu dan sudah pasti diterima. Jadi cuma satu kata saja di situ, mengabulkan seluruh permohonan pengujian undang-undang oleh Para Pemohon. Oke, cukup itu. Jangan menerima lagi. Karena seperti di peradilan umum misalnya, kalau bandingnya ada dilakukan oleh orang yang berhak mengajukan banding dalam tenggang waktu tertentu, banding diterima, tetapi putusan pengadilan negeri dikuatkan. Jadi, diterima belum tentu dikabulkan, ya. Kalau sudah dikabulkan, pasti juga itu sudah diterima. Jadi, angka 1 itu Anda katakan saja, Mengabulkan seluruh permohonan Para Pemohon. Oke, begitu. Yang ke angka 2 ini, apakah Pasal 13 tok atau Pasal 13 ayat (2) sebagaimana di angka 3, nanti Saudara pelajari kembali lagi lebih baik. Kemudian yang keempat ini sudah benar, Ditempatkan dalam Berita Negara. Ada hal-hal yang akan Saudara kemu kemukakan? Kemukakan sekarang? 14. KUASA HUKUM PEMOHON: WINDU WIJAYA Dalam perbaikan saja, Yang Mulia. 5
15. KETUA: MUHAMMAD ALIM Ya. Ada lagi, Pak? Dari Bapak-Bapak Hakim sudah cukup. Jadi, bagi Saudara namanya manusia itu tidak maha tahu, hanya Allah yang maha tahu. Mungkin Saudara bisa melihat-lihat putusan yang dahulu ya, yang ada kaitannya dengan ini. Supaya Anda menggunakan dasar pengujian yang lain, supaya tunduk pada Pasal 60 ayat (2) apa Undang-Undang MK, sehingga ada pengecualian. Sebab kalau tidak mempunyai kalau dasar pengujiannya sama, itu sudah pasti ini tidak dapat karena ayat (1) daripada Pasal 60 tadi, ya. Ya, bagi Saudara Para Kuasa ada waktu paling lama 14 hari untuk memperbaiki permohonan Saudara. Oke? Paling lama 14 hari, lebih lebih dahulu daripada itu syukur alhamdulillah, dan kalau sudah diperbaiki langsung saja dikirim ke Kepaniteraan. Nanti Kepaniteraan menjadwalkan untuk persidangan berikutnya. Cukup, mengerti? Ya. Cukup, Pak? Dengan demikian sidang kami nyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 13.57 WIB Jakarta, 16 Mei 2013 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP. 19730601 200604 1 004 Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 6