MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal 5 huruf m], dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [Pasal 12 huruf f dan Pasal 51 ayat (1) huruf f], serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Keduan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Pasal 58 huruf b] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON Sutan Sukarnotomo ACARA Perbaikan Permohonan (II) Kamis, 11 Oktober 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Ahmad Fadlil Sumadi (Ketua) 2) M. Akil Mochtar (Anggota) 3) Maria Farida Indrati (Anggota) Achmad Edi Subianto Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Sutan Sukarnotomo

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Sidang untuk Perkara Nomor 89/PUU-X/2012 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Saudara Pemohon, siapa diri Saudara, silakan memperkenalkan diri terlebih dahulu. 2. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Terima kasih, Yang Mulia. Nama saya Sukarno Sutan Sukarnotomo. Umur, 65 tahun 64 tahun. Pekerjaan, saat ini Anggota DPR RI. 3. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Begitu, baik. Saya ingin sebelum sidang ini berlanjut, ingin mengingatkan kepada Saudara supaya Saudara setiap kali ada persidangan dan dipanggil oleh Mahkamah Konstitusi itu, hadir, dan kalau tidak hadir itu ya paling tidak 2x24 jam itu memberi tahu terlebih dahulu. Kemarin sudah memberi tahu dan merupakan hal yang baik, yang untuk berikutnya saya minta pemberitahuan itu harus disertai lebih jelas lagi alasan-alasannya menurut hukum, ya. Sekarang setelah Saudara memperkenalkan diri, Saudara disilakan untuk menyampaikan pokok-pokok permohonan Saudara kepada Mahkamah ini, apa yang Saudara minta pada Mahkamah ini, disilakan. Sekali lagi pokok-pokoknya saja, tidak usah dibaca satu per satu. 4. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Ya, terima kasih, Yang Mulia. Pertama, saya mau menyampaikan tentang Undang-Undang Nomor 42 tentang Pemilihan Presiden, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif, dan ( ) 5. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Undang-Undang Nomor 32? 6. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Undang-Undang Nomor 32.

5 7. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. 8. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Di situ salah satu pasal menyebutkan rata-rata semua ya yang menyatakan pasal ini umpamanya huruf N, Persyaratan menjadi calon presiden itu harus membuat surat pernyataan kepada setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan cita-cita proklamasi. 9. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke, itu satu, presiden ya? 10. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Ya, presiden, demikian juga dengan anggota legislatif dan pemilihan ( ) 11. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Gubernur? 12. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Gubernur, kepala daerah. 13. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Dan seterusnya sampai ke bupati, ya? 14. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Ya, sampai ke bupati. 15. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke, itu satu hal? 16. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Satu hal. 17. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Terus, apa yang ingin Saudara ( )

6 18. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Dalam ( ) 19. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Terangkan? 20. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Dalam Undang-Undang Dasar Pasal 6 ayat (1), mengatakan bahwa presiden itu adalah warga negara Indonesia sejak kelahiran dan tidak pernah menyandang kewarga kewarganegaraan lain atas keinginan sendiri. Di sini saya lihat ada sedikit kontradiktif kalau tidak bisa sebetulnya enggak sedikit ini, banyak ini karena apa, yang satu mengatakan membebaskan semua warga negara untuk menjadi presiden. Jadi, gubernur, bupati, walikota jadi anggota DPR, tapi di sisi lain di Undang-Undang Nomor 42 dan seterusnya tadi, mensyaratkan setia kepada Pancasila. 21. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ya. 22. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Nah di samping itu, peraturan KPU juga mensyaratkan menjelaskan bahwa kesetiaan kepada Pancasila itu hanya dibuat di selembar kertas di atas selembar kertas dengan materai Rp6.000,00 dan di-endorse oleh pimpinan partai. 23. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. 24. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Apabila terjadi pelanggaran kesetiaan kepada Pancasila itu atau kepada Undang-Undang Dasar, dan cita-cita proklamasi, orangnya memang dihukum, sepesi pejabat tadi umpamanya, apakah dia gubernur, bupati, atau walikota, atau presiden, tetapi partainya tidak kena apa-apa, padahal dia yang meng-endorse, ini ini saya minta kalau tang tanggung renteng umpamanya, itu bisa diterima akal barangkali. Tapi ini enggak, hanya tanda tangan oleh pimpinan partai, setelah itu dia lepas tangan.

7 25. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ya, oke. Jadi ( ) 26. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Yang kedua. Kesetiaan kepada Pancasila ini pengertian saya kesetiaan ini basu baru bisa dibangun apa kita apabila kita bisa memahami sesuatu, kesetiaan kepada sesuatu, atau kepada seseorang apabila kita mengenal, memahami, mencintai. Dengan demikian, di dalam hal Pancasila kita mengenal Pancasila, memahami Pancasila, mengerti Pancasila, mengamal menghayati, dan mengamalkan, baru bisa timbul kesetiaan, itu yang kedua. 27. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ya. 28. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Yang ketiga bahwa menurut berbagai literatur, bahwa Pancasila itu digali dari nilai-nilai dasar, nilai-nilai kepribadian, nilai-nilai luhur budaya bangsa, nenek moyang bangsa Indonesia. 29. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ya. 30. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Nah, ini pertanyaan saya. Bagaimana kalau WNI yang nenek moyangnya bukan bangsa Indonesia? Apakah mereka mempunyai nilainilai ( ) 31. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Luhur bangsa Indonesia. 32. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Saya kira nilai-nilai luhur sebagaimana nilai-nilai luhur nenek bangsa Indonesia tentu dia mereka tidak punya. Barangkali dia punya nilai luhur tapi tidak sama dengan nilai-nilai luhur nenek moyang bangsa Indonesia. Itu menurut hemat saya.

8 33. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ya. 34. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Nah, inilah, Yang Mulia, yang saya kemukakan. Jadi kita harus saya minta pendapat dari sini, keputusanlah dari Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ini. 35. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Apa putusannya, Pak? 36. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Apakah Undang-Undang Nomor 42 Pilpres, Undang-Undang Pemilihan Daerah dan Undang-Undang Pemilu ini yang harus diubah tentang pasal terkait tersebut, itu dihapuskan atau kewarganegaraan Pasal 6 ayat (1) itu dikembalikan kepada semula. 37. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. 38. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Itu sebenarnya. 39. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Itu yang diminta, ya? 40. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Ya, itu yang saya minta. 41. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke, terima kasih, penjelasan Saudara atas permohonan Saudara. Perlu saya beritahukan yang berikutnya, sidang ini di Mahkamah Konstitusi disebut dengan sidang pemeriksaan pendahuluan. Dalam sidang pemeriksaan pendahuluan ini punya tujuan supaya permohonan ini menjadi lengkap dan jelas. Nah, dalam rangka supaya permohonan ini lengkap dan jelas, Saudara berhak memperoleh nasihat dari Hakim dan Hakim berkewajiban memberikan nasihat.

9 Oleh karena itu dalam rangka kewajiban itu, Hakim akan memberikan nasihat yang mula-mula akan saya berikan kesempatan kepada Yang Mulia Hakim Konstitusi Akil Mochtar, silakan. 42. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Baiklah, Saudara Pemohon ya. Kalau kita sudah baca lama ini permohonannya. Jadi, beberapa hal yang perlu menjadi catatan Saudara. Yang pertama, Saudara harus memperjelas posisi legal standing Saudara dahulu ya, apakah perorangan warga negara Indonesia ya, atau badan hukum karena belum ada penjelasan Saudara ini bertindak untuk atas nama apa ya. Jadi Pasal 51 itu memberi penjelasan bahwa Saudara perorangan warga negara Indonesia. Nah, di dalam itu juga harus menguraikan bahwa di dalam legal standing itu ada kerugian-kerugian konstitusional yang diderita oleh Saudara, kalau pasal yang diuji ini tetap berlaku, ya. Nah, kerugian konstitusional yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar itu akan menjadi hilang seandainya pasal ini dibatalkan oleh Mahkamah atau frasa atau ayat, itu. Nah, itu harus diuraikan, itu yang disebut dengan hubungan sebab-akibat. Jadi dari pasal yang dimohonkan ini Saudara perorangan warga negara Indonesia punya hak ini yang dijamin dan Saudara minta supaya itu dibatalkan atau diperbaiki atau apalah namanya. Nah, jadi karena Pasal 51 itu menghendaki Saudara memberi penjelasan lebih lanjut. Kemudian karena ini pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, di dalam permohonan Saudara itu, itu batu ujinya tidak disebut. Pasal berapa yang akan Saudara pakai untuk menguji pasal ini? Pasal dalam Undang-Undang Dasar maksud saya. Kemudian, di dalam permohonan ini juga harus menguraikan adanya pertentangan norma yang ada di dalam Pasal yang Saudara uji ini, kan dua undang-undang ini terhadap batu uji Undang-Undang Dasar itu yang Saudara sebutkan, misalnya Pasal berapa Undang-Undang Dasar bahwa pasal ini ada pertentangan normanya. Ya, jadi argumentasinya lebih difokuskan kepada persoalan konstitusionalitas-konstitusionalitas norma satu undang-undang, pasal, ayat, atau frasa, terhadap Undang-Undang Dasar. Daripada soal apakah orang harus mempunyai sertifikat penataran P4 dan lain sebagainya itu, itu bukan masalah konstitusionalitas itu, ya. Kalau kewenangan Mahkamah ini menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar dikaitkan dengan permohonan yang saya lihat ini masih belum konkret, ini sepertinya tidak ada relevan, ya. Jadi jadi petitum itu yang bisa dimohonkan itu adalah Bapak bisa minta batalkan norma pasal itu atau bersyarat boleh berlaku pasal itu, tapi dengan syarat ini, ini, misalnya. Nah, tapi alasannya harus diuraikan di dalam pokok permohonan, ya?

10 Untuk itu, Saudara bisa melihat berbagai permohonan yang ada di Mahkamah Konstitusi ini, bisa dibuka di web setiap saat, putusanputusan juga untuk memperkaya permohonan yang Saudara ajukan. Saya masih belum bisa mengerti betul. Kalau misalnya menafsir Pasal 5 huruf f... huruf m ya, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden itu berkaitan dengan cita-cita reformasi dan penambahan norma seperti itu, itu kan di dalam Pasal 6 Undang- Undang Dasar Tahun 1945 ayat (2)-nya disebutkan memang ketentuan lebih lanjut tentang syarat calon presiden itu diatur dengan undangundang. Artinya, perintah langsung dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu kepada pembuat undang-undang memang boleh menentukan syarat. Apakah syarat itu konstitusional atau tidak, nah itu yang bisa diuji. Misalnya, calon presiden tidak boleh memakai kacamata, misalnya. Itu kan berarti yang tidak... yang memakai kacamata enggak boleh... enggak boleh jadi calon presiden. Nah, syarat seperti itu diuji karena Konstitusi. Masa membedakan orang atas dasar kacamata, misalnya. Tetapi kalau misalnya setia kepada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945, memang ukurannya adalah dengan pernyataan, formal. Materiilnya, ukurannya tentu memang sulit. Sama dengan kita menyatakan bahwa... bahwa salah satu syarat, misalnya bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ukurannya apa? Karena mengisi formulir itu juga apakah orang tiap hari ke mesjid, tiap hari ke gereja juga takwa? Belum tentu. Misalnya kelakuannya enggak benar juga di luar, misalnya seperti itu. Sebab itu, syarat yang demikian memang secara sosiologis, itu merupakan syarat-syarat yang formalnya memang sulit diukur. Tapi kalau contoh tadi, saya kira itu pasti bisa akan terjadi. Yang saya katakan tadi, kalau dia bertak... pemimpin itu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tiba-tiba dia jarang salat atau enggak mau salat, apakah harus diberhentikan dia karena melanggar syarat itu? Nah, ini beberapa hal yang bisa menjadi diskusi untuk memperkaya permohonan Bapak. Saya kira itu. Terima kasih, Pak. 43. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Yang Mulia Hakim Maria Farida. 44. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih, Pak Ketua. Saya akan melihat langsung dari petitumnya, ya. Bapak di sini meminta petitum itu menyatakan bahwa frasa tentang setia itu harus dilengkapi dengan dokumen yang memadai. Berarti kalau begitu, maka ini... petitum ini menambahkan norma baru di dalam pasal-pasal yang dimaksud, ya. Kemudian, lebih jauh lagi yang petitum nomor 5. Sehubungan dengan itu, bersama ini kami memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk melakukan penafsiran terhadap ketiga undang-undang tersebut

11 dan meninjau ulang keputusan KPU dan KPUD seluruh Indonesia terhadap hasil pemilu dan pemilukada dimaksud, baik yang sudah terlanjur menjabat maupun dalam proses pemilukada dan pemilu legislatif berkaitan dengan pasal tersebut. Ini Mahkamah tidak mungkin memerintahkan seperti ini karena Mahkamah tidak mempunyai kewenangan untuk memerintahkan kepada KPU-KPU untuk meninjau hal-hal seperti ini. Karena di sini kita hanya menguji secara normatif, apakah norma yang dimohonkan itu bertentangan dengan Konstitusi? Apalagi yang keenam. Bagi pejabat negara, dalam hal ini anggota legislatif, DPR RI, DPD, DPRD, atau eksekutif, gubernur, wakil bupati, dan lain sebagainya, yang sudah terlanjur terpilih agar Mahkamah Konstitusi membatalkan atau memberhentikan yang bersangkutan dan yang dalam proses pemilukada, agar pencalonan mereka dibatalkan. Ini di luar kewenangan MK. Dan kalaupun ini misalnya MK memutuskan seperti ini, berapa orang yang akan mesti diperiksa kembali, patut dipecat kembali, ya? Nah, di sini kan Bapak tadi katanya Anggota DPR ya? Mungkin Bapak akan diperiksa juga, apakah Bapak punya dokumen yang menyatakan Bapak setia kepada Pancasila, dan sebagainya. Nah, di sini, ini bukan kewenangan MK. Sehingga kalau kita melihat frasa ini atau... petitum nomor 5, nomor 6 ini, memang bukan kewenangan kita, ya. Tetapi yang sebelumnya, itu memang kalau Bapak menginginkan adanya suatu... apa... putusan yang menyatakan conditionally constitutional atau inconstitutional, nah itu yang kemudian masih kadang-kadang bisa kita putuskan. Tetapi kalau yang lain itu, itu bukan kewenangan kita. Saya rasa itu, Pak. 45. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. Yang terakhir, Pak Sutan Sukarnotomo, S.H., M.H., Bapak ini masih aktif sebagai Anggota DPR? 46. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Masih, Yang Mulia. 47. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Dari partai apa? 48. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Partai Demokrat.

12 49. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Dari Partai Demokrat? 50. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Ya. 51. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. Di komisi berapa, Bapak? 52. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Komisi VII. 53. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Komisi VII, ya? 54. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Ya. 55. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Komisi VII itu tentang apa, Pak? 56. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Tentang SDM, ristek, dan lingkungan hidup. 57. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke, ya. Baik, Pak. Ini saya akan menambah apa yang dan sebagian juga memperkuat apa yang telah disampaikan oleh dua kolega saya, Yang Mulia Hakim Akil Mochtar dan Hakim Maria Farida. Kita urut saja dari permohonan Bapak ini. Yang pertama, identitas Bapak ini tidak menyebutkan anggota DPR itu, dari Partai Demokrat, di sini ndak ada. Kemudian berikutnya, Bapak ini di sini ada kontradiktif. Di satu pihak, Bapak menyebut sebagai Ketua Umum Sendes, Sendes gitu ya? Tapi Bapak di sini bertindak selaku warga negara Indonesia. Mau atas nama atau on behalf Sendes atau mau bertindak sebagai warga negara? Kalau mau bertindak sebagai warga negara, enggak ada kopnya. Enggak ada kopnya, ini kan kopnya Sendes, jadi harus tidak ada.

13 Bapak boleh memilih, mau bertindak sebagai apa namanya mewakili Sendes karena Sendes itu kan lembaga swadaya masyarakat, ya? Ya, itu. Mau bertidak untuk dan atas nama Sendes atau bertindak untuk diri sendiri sebagai warga negara Indonesia? Itu berbeda nanti akibat hukumnya di belakang, tidak sama. Kemudian yang kedua, saya akan sampaikan ulang bahwa Pasal 5, Pasal 12, Pasal 58, masing-masing huruf m, huruf, f, dan huruf b, itu kalau ini permohonan ini pengujian konstitusionalitas, harus ada lawannya. Tadi yang Hakim Akil Mochtar menyebutnya batu ujinya di dalam Undang-Undang Dasar pasal berapa? Ini tidak ada, harus disebutkan. Bahwa menurut Bapak Pasal 5, 12, 58 itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar yang mana? Pertentangannya itu secara mutlak atau kalau tidak ditafsirkan bagaimana? Nah, begitu. Jadi misalnya Pasal 5 itu bertentangan dengan Pasal 6 ayat berapa? Kalau tidak ditafsirkan seperti ini. Nah, ini tidak ada. Jadi kurang jelas ini permohonannya. Kemudian, kewenangan. Dibuka ini Bapak juga enggak kasih halaman ini. Permohonan ini harus ada halamannya Pak, supaya gampang. Nanti kalau ketemu DPR sesama rekan Bapak dan presiden di sini untuk menanggapi permohonan Bapak, harus jelas supaya ada halamannya. Ini kan enggak ada halamannya kan, Pak? Disebutkan ini. Di sini kewenangan Mahkamah, Bapak baru menyebutkan normanya saja. Ndak mengkaitkan dengan permohonan ini. Apakah permohonan ini merupakan kewenangan Mahkamah, menjadi enggak jelas. Karena Bapak menyebutkan 1, Pasal 24, itu norma. 2, Pasal 24 ayat (1), sebenarnya ini bukan 24 ayat (1), tapi 24C ayat (1) ini yang betul. Ayat (1) kewenangan Mahkamah Konstitusi itu menguji undangundang. Nah, menguji undang-undang ini lha permohonan Bapak ini apa kategorinya? Enggak jelas. Karena enggak ada keterangan selanjutnya. Kemudian kedudukan hukum, Bapak menyebutkan berdasarkan Pasal 51 yang boleh mengajukan permohonan itu adalah mereka yang termasuk empat kategori. Di sini tidak ada, perorangan warga negara, kesatuan masyarakat hukum adat, Bapak mau memilih yang mana? Enggak jelas. Baru menyebutkan normanya ada, perorangan warga negara, kesatuan masyarakat hukum adat, kemudian badan hukum, dan lembaga negara. Bapak mau bertindak untuk diri sendiri sebagai perorangan apa badan hukum? Atau masyarakat hukum adat? Nah, ini harus jelas ini. Karena tulisan Bapak angka 2 itu hanya dua saja, ndak lebih dari itu sehingga enggak ada konklusinya. Lalu pokok permohonan. Pokok permohonan itu sebenarnya harus diuraikan apa pertentangannya? Pasal 5, 12, 58 itu dari tiga undang-undang ini dengan Undang-Undang Dasar. Apa pertentangannya? Tidak dijelaskan. Sehingga Bapak di akhirnya itu dalam petitum namanya yang ditulis di sini dalam angka IV, tidak ada halamannya, IV, Bapak minta dikabulkan, tapi dikabulkan itu menafsirkan. Lha, menafsirkan itu harus dikaitkan dengan apa

14 namanya... Undang-Undang Dasar. Pasal ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar kalau tidak diartikan seperti ini, misalnya begitu ya. Itu Bapak yang mesti Bapak perbaiki. Kalau mau sekali lagi, hari ini sidang itu memberitahukan kepada Bapak tentang bagaimana melengkapi permohonan ini dan Bapak punya hak untuk menggunakan nasihat-nasihat ini sebagai poin-poin dalam rangka perbaikan atau tidak menggunakan sama sekali, enggak apa-apa. Misalnya Bapak berpendapat, Okelah itu saja permohonan saya. Enggak apa-apa, tapi meskipun demikian Mahkamah memberikan waktu 14 hari. Sekarang ini tanggal berapa tanggal 11, 14 hari ditambah 14 hari lagi, tapi jangan jangan sampai hari terakhir supaya dapat segera disidangkan atau segera dirapatkan oleh Hakim. Oleh karena itu kalau bisa selesai tiga hari setelah hari ini, itu lebih baik, supaya permohonan ini mau diperbaiki atau tidak diperbaiki, dipastikan dalam waktu tiga hari ini, supaya kami dapat segera melakukan pengecekan kepada permohonan yang Bapak ajukan. Bapak sudah memahami apa yang kami bertiga sampaikan? 58. PEMOHON: SUTAN SUKARNOTOMO Sudah paham, Yang Mulia. Terima kasih. 59. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke, kalau sudah paham, disilakan Bapak untuk merenungkan kembali, mau dengan permohonan ini saja atau mau diperbaiki, nanti kalau sudah diperbaiki tidak usah sidang, tapi diserahkan kepada Panitera untuk selanjutnya diprogramkan kapan sidang, begitu Bapak ya. Sudah cukup? Jelas? Terima kasih atas perhatian Bapak dan dengan demikian sidang dinyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 11 Oktober 2012 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.