MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-XII/2014

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A KAMIS, 28 AGUSTUS 2014

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris [Pasal 82 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)] terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. RM. Soediarto Soenarto 2. Teddy Anwar 3. Himpunan Notaris Indonesia (HNI) ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Kamis, 28 Agustus 2014, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Wahiduddin Adams (Ketua) 2) Arief Hidayat (Anggota) 3) Anwar Usman (Anggota) Luthfi Widagdo Eddyono Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. RM. Soediarto Soenarto 2. Teddy Anwar B. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Ismail Kamarudin Umar 2. Alexander Weenas 3. Sulaiha Sumarto 4. Joice Makal 5. Trisno Sudarmo ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Kami persilakan kepada Pemohon atau Kuasa yang hadir untuk memperkenalkan diri. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: ISMAIL KAMARUDIN UMAR Terima kasih, Majelis. Kami dari Kantor Hukum Weenas Sudarmo Umar, yang hadir pada hari ini adalah Prinsipal kami Bapak Soenarto dan Bapak Teddy Anwar, selaku Prinsipal. Dan saya sendiri Ismail Kamarudin Umar, Bapak Alexander Weenas rekan Alexander Weenas, Rekan Sulaiha Sumarto, Rekan Joice Makal, dan Rekan Trisno Sudarmo. Terima kasih, Majelis. 3. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik, pada agenda ini kita akan memberikan nasihat untuk perbaikan permohonan, tapi sebelumnya kami persilakan kepada Pemohon atau Kuasanya untuk menyampaikan pokok-pokok permohonannya. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: ISMAIL KAMARUDIN UMAR Terima kasih, Majelis. Pada dasarnya kami melihat bahwa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 27 pada frasa sepanjang frasa satu wadah. Yang kedua, wadah organisasi notaris sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah Ikatan Notaris Indonesia. Dan ketiga, sepanjang frasa satu-satunya. Sebagaimana diatur dalam Pasal 82 ayat ayat (2) ayat (1), (2), dan (3), Majelis. Cukup, Majelis. 1

5 5. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik, kami juga telah membaca permohonannya. Ada hal-hal yang ingin kami sampaikan untuk memberi nasihat pada pemeriksaan pendahuluan hari ini. Yang pertama, memang sudah dikemukakan mengenai perihal pengujian ini Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undag-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris terhadap Undang-Undang Dasar Tahun Norma yang dimohonkan pengujian itu Pasal 82 ayat (1) sepanjang frasa satu wadah. Kemudian, Pasal 82 ayat (2), kemudian Pasal 82 ayat (3) sepanjang frasa satu-satunya. Batu ujinya Pasal 27 ayat (2), Pasal 28, Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28E ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun Disampaikan juga bahwa tadi secara singkat jabatan... Undang- Undang Jabatan Notaris ini, ini bertentangan dengan prinsip HAM. Kemudian Pasal 82 ayat (1), ayat (2), ayat (3), sebutkan sengat tidak adil dan diskriminatif. Kemudian, membatasi hanya boleh ada satu organisasi notaris. Kemudian bahwa sistem wadah tunggal ini meragukan, ini sebagai satu-satunya organisasi notaris. Di petitum juga sudah dikemukakan. Pertama, sebaiknya Pemohon I dan II melampirkan fotokopi kartu anggota notarisnya, ya. Sehingga terlihat bahwa Pemohon adalah ya notaris dan Anggota HNInya. Kedua, yang perlu kami sampaikan nanti juga Yang Mulia Prof. Arief dan Pak Dr. Anwar Usman menyampaikan nasihat-nasihatnya. Pasal 82 ayat (1) ini sudah pernah diajukan pengujian untuk Perkara Nomor 009/PUU-III/2005 dan Perkara Nomor 14/PUU-III/2005 dengan amar ditolak, ya. Ini supaya diperhatikan betul meskipun memang waktu itu undang-undangnya masih bernama berjudul Undang-Undang Nomor 30 Tahun Sekarang ada perubahan bukan penggantian, ya. Ini akan... perhatikan, beda. Jadi kalau penggantian undang-undang lama itu dicabut, tapi kalau perubahan itu undangundang lama tidak dicabut, masih berlaku hanya memang beberapa ketentuan, mungkin bab, mungkin bagian, mungkin pasal, atau ayat, atau angka yang diubah, sehingga judul dari undang-undang itupun masih menyebut undang-undang perubahannya, ya. Jadi Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris terdapat Undang-Undang Dasar Tahun Mengenai Pasal 82, ini kami lihat memang ada perubahan tapi ayat (1)-nya sama bunyinya dengan Pasal 82 ayat (1) di undang-undang yang sebelum diubah, ya. Nanti mungkin akan dipertajam oleh Yang Mulia, yang lainnya, ini perhatian Pemohon. Kemudian dalam kerugian konstitusional sebaiknya memang perlu dipertajam kalau nanti akan diteruskan untuk tetap mau diajukan, ya. Karena bukankah dari ini juga merupakan wadah untuk menjamin 2

6 kebebasan berserikat, ya. Yang dipersoalkan oleh Pemohon ini kan wadah notaris lainnya juga harus diakui keberadaannya, kan? Bahwa ini juga, itu juga wadah untuk menjamin, ya, tapi yang dipersoalkan itu adalah mengapa dalam undang-undang ini hanya disebut satu yang ini, itu, ya. Dan inilah saya kira harus menjadi perhatian karena ini sudah pernah diputus, jadi perlu sangat diperhatikan agar nanti menjadi sia-sia dari apa yang diajukan ini. Kami persilakan, Yang Mulia Pak Arief. 6. HAKIM ANGGOTA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih, Yang Mulia Ketua. Pemohon Prinsipal atau Kuasanya. Pada persidangan yang pertama ini intinya adalah Majelis Panel itu berkewajiban untuk memberikan nasihat dalam rangka perbaikan permohonan ini, ya kan. Tapi hak Saudara apakah nasihat atau saran itu akan digunakan atau tidak itu terserah Saudara, itu hak Saudara. Apakah permohonan ini akan diperbaiki atau tidak, masih tetap kita memeriksa dengan permohonan yang lama atau akan diperbaiki itu hak Saudara. Tapi kita mempunya kewajiban untuk memberikan nasihat atau saran, supaya permohonan ini menjadi lengkap dan sempurna. Yang pertama, perlu dipelajari tadi apa yang sudah disampaikan oleh Yang Mulia Ketua bahwa pasal-pasal atau substansi dari pasal-pasal yang Anda uji ini, diminta diuji ini, itu sudah pernah diputus oleh Mahkamah. Supaya tidak nebis in idem, maka Saudara harus mengemukakan secara tajam perbedaan daripada apa yang sudah diputus yang lalu. Bisa saja perbedaan itu dasar pengujiannya, konstitusionalitasnya pasal Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mana yang dijadikan dasar, kalau beda bisa saja, enggak masalah, berarti itu bukan nebis in idem, ya. Itu yang pertama. Jadi dasar pengujiannya atau istilah umumnya orang mengatakan itu batu ujinya itu beda ini, gitu ya. Terus kemudian yang kedua. Alasan atau dasar pertimbangannya itu juga bisa berbeda, itu silakan saja bisa dilakukan begitu, ya. Sehingga kalau kita memakai bahasa yang lazim di sini, positanya itu tadi sudah disinggung oleh Yang Mulia Ketua, betul-betul bisa menunjukan bahwa permohonan Anda itu berbeda dengan apa sudah pernah diputus oleh Mahkamah pada waktu yang lalu, ya itu. Itu harus sangat diperhatikan, sehingga nanti Saudara bisa mempelajari, membuka website atau laman dari Mahkamah Konstitusi, ada beberapa mengenai undang-undang ini yang sudah pernah diujikan, ya. Jadi supaya tidak sia-sia tadi seperti yang disampaikan oleh Ketua. Itu yang pertama. Kalau memang sudah ditemukan ada perbedaan-perbedaan itu, maka selanjutnya itu harus diperbaiki yang berhubungan dengan struktur atau format permohonan Anda itu harus diperbaiki. Yang pertama, di dalam permohonan ini Anda, Pemohon, itu ada tiga yang 3

7 mengajukan permohonan. Ada Pak Dr. Raden Mas Soediarto Soenarto, ada Pak Teddy Anwar, dan ada Himpunan Notaris Indonesia, 3. Identitas ini harus diperjelas, artinya sebagaimana lazim di Mahkamah Konstitusi itu disebutkan mana Pemohon I, mana Pemohon II, mana Pemohon III, gitu. Jadi nanti di sini di identitas misalnya Dr. Raden Mas Soediarto Soenarto, selanjutnya disebut Pemohon I. H. Teddy Anwar nanti disebut Pemohon II. Dan Himpunan Notaris Indonesia Pemohon III. Itu nanti identitasnya supaya jelas karena nanti akan dikaji oleh Mahkamah satu per satu, mana yang punya legal standing atau tidak. Oh, ternyata perorangan ini punya legal standing, sedangkan organisasi masyarakatnya enggak punya, bisa saja begitu. Sehingga nanti di dalam putusan kita menyebut Pemohon I punya legal standing, Pemohon II punya legal standing, Pemohon III tidak punya legal standing. Sehingga jelas itu disebutkan Pemohon I, Pemohon II, dan Pemohon III mana yang I, II, III itu disebutkan secara jelas. Itu di identitas Kemudian yang berikutnya, lazim di sini di dalam permohonan itu ada identitas Pemohon, ada kewenangan Mahkamah, ada kedudukan hukum, ada posita, dan yang terakhir petitum. Di dalam permohonan Anda dimasukkan kesimpulan, itu enggak perlu, enggak lazim. Nanti dibuang saja kesimpulan itu, langsung setelah posita itu adalah petitum. Yang penting di sini adalah konsistensi koherensi antara apa yang ada di dalam posita dengan petitumnya yang diminta di dalam pertimbangan alasannya di dalam posita ini, ini ternyata petitumnya enggak diminta di dalam petitum, nah itu enggak konsisten. Atau tahu muncul di dalam posita, tidak muncul di petitum, atau sebaliknya di petitum ada, tapi tidak pernah dipertimbangkan alasannya kenapa itu dikatakan bertentangan, begitu. Jadi penting untuk diingat, ada konsistensi koherensi antara pertimbangan atau alasan permohonan yang di dalam posita dengan di dalam apa namanya di dalam petitumnya itu harus diperhatikan, enggak perlu ada kesimpulannya, ya. Itu yang kedua. Yang berikutnya, ini saya membaca permohonannya ada pengulangan-pengulangan pada waktu menguraikan masalah kewenangan Mahkamah. Kewenangan Mahkamah itu sistematikanya bisa begini, kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili ini, atau memutus ini didasarkan kepada, satu, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, pasal Undang-Undang Dasar Tahun 1945 biasanya mengutip yang di sini. MK itu kan Pasalnya 24C. Kemudian Undang- Undang MK disebutkan di situ, pasal berapa Undang-Undang MK. Karena pasal Undang-Undang MK itu kewenangannya kan tidak hanya satu, di situ kewenangannya ada perselisihan hasil pemilu pileg, pilpres, ada sengketa kewenangan, tapi dalam hal ini kewenangannya adalah menguji undang-undang, kan begitu. Itu kewenangan itu. Kemudian juga mengingat Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman itu harus masuk di situ di bagian kewenangan. 4

8 Yang berikutnya, pada waktu mengemukakan atau menjelaskan masalah legal standing. Pada waktu menjelaskan legal standing, Pemohon itu harus menguraikan. Ini beda, legal standing yang dipunyai oleh Pemohon I, II, dengan III itu beda legal standingnya. Kalau I berarti itu perorangan warga negara, sedangkan yang ke III itu apa? Organisasi kemasyarakatan. Apakah itu organisasi publik atau organisasi privat, apa? Dijelaskan. Sehingga kepada mereka punya legal standing, itu harus dijelaskan. Statusnya Himpunan Notaris Indonesia itu apa? Supaya diperjelas. Apakah dia badan hukum publik ataukah badan hukum privat? Ya, nanti itu jelaskan. Sehingga berdasarkan ini, punya legal standing, gitu. Terus, yang terakhir menyangkut materinya. Ini materi itu di awal sudah saya singgung, Saudara perlu memfokuskan membaca yang berkaitan dengan pengujian Undang-Undang Advokat, ada itu untuk referensi, bisa dibaca undang-undang anu Putusan Mahkamah Nomor 14/PUU-IV/2006, ya. Di situ itu jelas. Ya karena di situ organisasi advokat itu juga tunggal, putusan Mahkamah mengenai organisasi tunggal di bidang advokat itu apakah beda atau tidak dengan organisasi notaris. Itu bisa dipakai sebagai referensi pada waktu menganalisis atau pada waktu menuliskan pertimbangan atau alasan permohonan Anda, itu bisa dijadikan referensi dasar. Ya karena organisasi advokat juga begitu, ya pernah diuji dan pernah diputus oleh Mahkamah. Yang terakhir sekali, berhubungan dengan bukti Saudara. Saudara di sini mengajukan bukti P-1 sampai dengan P-8? Ya. Nah, lazim di sini itu sebagai bukti juga dilampirkan bukti Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan undang-undang yang dimintakan pengujiannya, itu kurang. Supaya lengkap buktinya dan itu biasanya ditaruh jadi bukti P-1 itu Undang-Undang Dasar Tahun 1945, bukti P-2 undang-undang yang dimintakan pengujiannya, selanjutnya seperti yang sudah Anda lampirkan ini, ya. Supaya buktinya juga sudah lengkap, itu yang lazim. Saya kira itu yang bisa saya sampaikan sebagai masukan atau nasihat pada Para Pemohon. Saya kira itu, Yang Mulia Ketua, terima kasih atas waktunya. 7. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Ya, terima kasih, Yang Mulia. Para Pemohon, sudah cukup banyak ya masukan, nasihat dari Yang Mulia Ketua dan Yang Mulia Prof. Arief. Saya hanya ingin menambahkan. Tadi sudah jelas ya bahwa ternyata apa yang Saudara uji ini sudah pernah diuji. Tadi sudah disarankan supaya mencari alasan ya, alasan-alasan yang berbeda dengan permohonan yang ada sebelumnya, perkara yang pernah diputus. Kemudian, hal lain yang perlu saya tambahkan, Saudara harus menjelaskan ya, menguraikan secara mendalam lebih jauh lagi dengan 5

9 berlakunya pasal yang diuji ini Saudara dirugikan atau berpotensi merugikan Saudara, ya terkait dengan adanya wadah tunggal organisasi para notaris ini. Jadi, dengan adanya pasal ini ada kerugian-kerugian atau nanti suatu saat akan merugikan Para Pemohon. Berikutnya mengenai petitum. Untuk menyusun petitum permohonan ini, Saudara coba perhatikan ketentuan Pasal 51A ayat (5) Undang-Undang MK dan Pasal 5 huruf d Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6/PMK/2005, itu yang pertama. Kemudian, yang kedua, pada petitum angka 2, itu seharusnya dimulai dengan menyebutkan norma atau frasa yang dimohonkan untuk diuji, lalu dilanjutkan dengan menyebutkan nama undang-undang. Karena pada prinsipnya yang diuji adalah sebagian norma dari undang-undang, bukan keseluruhan undang-undang. Untuk itu petitum pada angka 2 seharusnya berbunyi menyatakan, Ketentuan Pasal 82 ayat (1) sepanjang frasa satu wadah. Pasal 82 ayat (2) yang berbunyi, Wadah organisasi notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Ikatan Notaris Indonesia. Dan Pasal 82 ayat (3) sepanjang frasa satu-satunya dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Berikutnya, norma Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dijadikan dasar pengujian sebagaimana termuat pada petitum angka 2 tidak perlu dimuat dalam bagian petitum. Pemohon cukup menyebutkan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun Jadi, pasalpasal yang dijadikan batu uji itu tidak perlu lagi dicantumkan di dalam petitumnya. Hal lain, itu pada petitum angka 3, angka 4, dan angka 5 dapat digabungkan menjadi 1 petitum. Jadi, tidak perlu dipisah, ya. Sebagai contoh, Pemohon dapat menuliskan, menyatakan Ketentuan Pasal 82 ayat (1) sepanjang frasa satu wadah, Pasal 82 ayat (2) yang berbunyi, Wadah organisasi notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah ikatan notaris Indonesia. Dan pasal 82 ayat (3) sepanjang frasa satu-satunya dalam undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Jadi, digabung ke dalam 1 angka permohonan. Kemudian terakhir ya, mengenai permintaan ex aequo et bono seharusnya ditempatkan dalam paragraf tersendiri bukan merupakan bagian hierarkis dari petitum sebelumnya. Mungkin itu dari saya. Terima kasih, Pak Ketua. 6

10 8. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Terima kasih, Yang Mulia. Jadi, sudah kami sampaikan pada sidang pendahuluan ini dan nasihat-nasihat untuk perbaikan permohonan ini dan diberi waktu 14 hari untuk memperbaiki permohonan atau juga tidak memperbaiki. Tapi sepanjang itu tidak diperbaiki, maka Majelis hanya melihat apa yang sudah disampaikan itu sebelum perbaikan, yang tanpa perbaikan. Jadi, ada kesempatan 14 hari untuk memperbaiki permohonan ini, nanti disampaikan ke Kepaniteraan. Cukup? Atau ada hal-hal yang perlu disampaikan? 9. KUASA HUKUM PEMOHON: ISMAIL KAMARUDIN UMAR Cukup, Majelis. 10. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik, saya kira dengan demikian sidang hari ini selesai dan dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 28 Agustus 2014 Kepala Bagian Tata Usaha Kepaniteraan dan Risalah, t.t.d. Makhmudah NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 7