MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan [Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2) ] terhadap Undang-Undang Dasarar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON Magda Safrina ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Selasa, 10 Juli 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Achmad Sodiki (Ketua) 2) M. Akil Mochtar (Anggota) 3) Harjono (Anggota) Cholidin Nasir Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Magda Safrina

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ACHMAD SODIKI Sidang Perkara Nomor 64/PUU-X/2012, dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Baik, assalamualaikum wr. wb. Selamat siang, salam sejahtera untuk kita semua. Saya persilakan Saudara Pemohon, silakan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Anu miknya di Petugas dibantu itu, ya. 2. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Assalamualaikum wr. wb. 3. KETUA: ACHMAD SODIKI Walaikumsalam wr. wb. 4. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Saya Magda Safrina, dalam hal ini mewakili diri sendiri, hadir di sini untuk memohon pengujian atas Pasal 40 angka 1 dan 2 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Saya adalah warga negara Indonesia dengan ber-ktp DKI dan dalam hal ini berkaitan dengan kasus gugatan perceraian Pemohon yang sekarang sedang bergulir di Mahkamah Syariat Banda Aceh, terkait masalah harta bersama. 5. KETUA: ACHMAD SODIKI Terus? Itu saja yang ( ) 6. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Saya bacakan ( ) 7. KETUA: ACHMAD SODIKI KETUK PALU 3X Yang pokok-pokoknya saja, yang Saudara anggap merugikan hak konstitusional Saudara itu yang mana?

5 8. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Pertama-tama, saya sampaikan bahwa saya sedang dalam proses pengajuan gugatan perceraian di Mahkamah Syariat di Banda Aceh dan dalam hal ini salah satu yang yang menjadi materi gugatan di Mahkamah Syariat di Banda Aceh adalah mengenai harta bersama. Di sini yang terkait dengan simpanan tabungan dep dan deposito di sejumlah bank, yang dalam hal ini disimpan atas nama suami saya. Sebagaimana kita ketahui bahwa sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, di situ disebutkan bahwa dalam hal putusanya perceraian, maka harta bersama diatur berdasarkan KHAI (Kompilasi Hukum Islam). Dimana di dalam KHAI, selanjutnya disebutkan bahwa harta bersama yang dimaksud di dalam harta bersama adalah seluruh harta yang diperoleh selama pernikahan berlangsung, baik itu tercatat atas nama istri, maupun atas nama suami, dan salah satu pihak tidak boleh mengalihkan harta bersama tersebut sebelum tanpa adanya persetujuan pihak lainnya. Pada kasus saya, yang terjadi adalah sejumlah harta bersama dalam bentuk tabungan dan deposito, disimpan atas nama suami di sejumlah bank. Ketika sejumlah harta ini didaftarkan didalam gugatan di Mahkamah Syariat, pihak suami menyangkal keberadaan deposito tersebut. Itu tercantum di dalam jawabannya Mahkamah Syariat bahwa harta bersama dalam bentuk deposito dan tabungan itu tidak ada. Selanjutnya, Mahkamah Syariat Banda Aceh meminta klarifikasi penjelasan kepada sejumlah bank, tentang keberadaan tabungan dan deposito yang disimpan atas nama suami saya. Dan yang menjadi kendala di lapangan adalah sejumlah bank, setelah melalui beberapa pemanggilan resmi dari Mahkamah Syariat me menolak dengan memberikan alasan bahwa kerahasiaan tentang simpanan dan uang dan harta apa pun yang disimpan di bank oleh seorang nasabah, itu adalah kerahasiaan yang wajib dijaga oleh bank. Dalam hal ini, saya selaku Pemohon merasa hak konstitusional saya dilanggar oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, terutama Pasal 40 angka 1 dan 2. Karena bank dalam hal ini, tidak memberikan akses kepada saya, kuasa hukum, bahkan kepada pengadilan agama, dalam hal ini Mahkamah Syariat di Banda Aceh. Sehingga hak saya yang sebetulnya dijamin dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945: Bahwa saya berhak atas hak milik pribadi. Bahwa hak milik saya tersebut tidak dapat diambil secara sewenang-wenang oleh pihak lain. Bahwa saya berhak melindungi kekayaan pribadi. Bahwa saya tidak boleh diperlakukan secara diskriminatif. Dalam hal ini, Pasal 40 angka 1 dan angka 2 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 telah melanggar hak konstitusional saya. Sehingga berpotensi merugikan saya dan saya bisa kehilangan hak saya atas harta bersama yang diperoleh selama pernikahan. Yang mungkin perlu saya sampaikan juga adalah bahwa menikah adalah hak konstitusional setiap warga negara Indonesia. Bahwa pernikahan saya sah berdasarkan Undang-Undang Nomor 1

6 Tahun 1974, artinya pernikahan saya dan kedudukan saya sebagai istri dilindungi undang-undang dan oleh negara. Bahwa pernikahan saya dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 9 Tahun 1975 bahwa pernikahan harus dicatatkan dan lain sebagainya, sudah dilaksanakan. Dalam hal ini, kedudukan saya sebagai istri dilindungi oleh undang-undang dan dilindungi oleh negara. 9. KETUA: ACHMAD SODIKI Oke. Jadi ( ) 10. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Kemudian terkait harta bersama ( ) 11. KETUA: ACHMAD SODIKI He em. Jadi, saudara mempunyai hak untuk mengetahui simpanan yang dilakukan oleh suami Saudara di bank, begitu ya? 12. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 13. KETUA: ACHMAD SODIKI Dan Saudara terhalang karena adanya Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2), begitu ya? 14. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 15. KETUA: ACHMAD SODIKI Baik, ya. Silakan Saudara membaca petitumnya saja, coba Saudara jelaskan. (Suara tidak terdengar jelas) terakhir. Apa yang Saudara mohon? 16. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Majelis Hakim Yang Mulia, dalam hal ini saya memohon agar Mahkamah Konstitusi menerima dan mengabulkan permohonan saya, yaitu menyatakan Pasal 40 angka 1 dan angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Terutama Pasal 40 yang berbunyi terutama Pasal 40 tersebut, bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Pasal 40 Undang-Undang

7 Perbankan tersebut, bertentangan dengan Pasal 28G ayat (1) Undang - Undang Dasar Tahun Pasal 40 Undang-Undang Perbankan tersebut, bertentangan dengan Pasal 28H ayat (2) Undang -Undang Dasar Tahun Pasal 40 Undang-Undang Perbankan tersebut, bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) Undang -Undang Dasar Tahun Pasal 40 Undang-Undang Perbankan tersebut, bertentangan dengan Pasal 28I ayat (e) Undang-Undang Dasar Tahun Selanjutnya saya mohon Hakim Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Pasal 40 angka (1) dan angka (2) Undang -Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tersebut, khususnya frasa yang berbunyi kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A memerlukan penyempurnaan. Sehingga Pasal 40 tersebut tidak lagi bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang -Undang Dasar Tahun Pasal 28G, Pasal 29H ayat (2), Pasal 28H ayat (4), dan Pasal 28I ayat (e) Undang-Undang Dasar Tahun Menyatakan bahwa Pasal 40 angka 1 dan angka 2 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tersebut, tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dengan segala akibat hukumnya. Selanjutnya, menambah pasal baru dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan 1998 tentang Perbankan, yang berisi pengeculaian terhadap kewajiban bank merahasiakan keterangan nasabah penyimpan dan simpanannya untuk kepentingan peradilan perdata perceraian nasabah yang berkaitan/terkait dengan harta bersama yang disimpan di bank atas nama nasabah yang bersangkutan. Pasal baru tersebut yang penetapannya akan menyempurnakan Pasal 40 angka 1 dan angka 2. Sehingga dengan penyempurnaan dan penambahan pasal baru tersebut, maka Pasal 40 Undang-Undang Perbankan tersebut, tidak lagi bertentangan dengan beberapa pasal di Undang-Undang Dasar 1945 yang telah Pemohon bacakan tadi. Selanjutnya, Pemohon memohon kepada Majelis Hakim untuk menyempurnakan Pasal 40 angka 1 dan angka 2 dengan menambah frasa pada frasa kecuali tersebut, menjadi kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dengan Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44A dengan memasukkan pasal baru tentang pengecualian kewajiban bank menjaga kerahasian nasabah penyimpan dan simpanannya untuk kepentingan peradilan perdata perceraian dan pembagian harta bersama nasabah bak yang bersangkutan. Demikian kira-kira. 17. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya baiklah, Saudara sudah menjelaskan Pasal 40 angka 1 dan angka 2 yang dalam pengecualiannya tidak memasukkan Saudara, begitu ya?

8 18. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 19. KETUA: ACHMAD SODIKI Baiklah. Ya, jadi ini perlu Saudara ketahui bahwa Mahkamah itu tidak bisa membikin pasal sendiri ya, yang bisa dilakukan ialah menafsirkan ketentuan itu berdasarkan Undang Undang Dasar Kemudian juga ada yang disebut dengan konstitusional bersyarat, ya. Jadi Saudara dalam hal ini tentu misalnya bisa memperbaiki petitum Saudara, ya. Bahwa Saudara tidak dikecualikan dari ketentuanketentuan yang bersifat menghalang-halangi akses Saudara untuk melihat simpanan yang ada di bank yang dilakukan oleh suami Saudara, kan begitu? 20. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 21. KETUA: ACHMAD SODIKI Apakah hanya simpanan di bank saja, Saudara? Yang Saudara maksudkan di sini di bank? 22. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Dalam hal ini ( ) 23. KETUA: ACHMAD SODIKI Itu bukti-buktinya ada dari bank, penolakannya? 24. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Ada dari bank, itu menjawab surat pemanggilan dan surat permohonan keterangan dari Mahkamah Syariat. Bank menjawab dengan menyebutkan bahwa bank tidak dapat memberikan keterangan mengenai nasabah yang bersangkutan terkait Undang-Undang Perbankan Pasal 40 Tahun Ada beberapa surat dari bank yang turut saya lampirkan dalam daftar barang bukti. 25. KETUA: ACHMAD SODIKI Baiklah, ini juga saya sudah terima bukti tentang penolakan itu. Ya baik. Saya persilakan, Pak Akil.

9 26. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Ya, Saudara Pemohon. Ini nasihat dari Hakim untuk memperbaiki permohonan Saudara agar permohonannya menjadi lebih baik. Saudara catat dan nanti Saudara diberikan waktu untuk memperbaiki permohonan ini. Karena ada beberapa hal yang menjadi catatan dari Hakim. Yang pertama yang ringan-ringan ya, Pemohon berkas permohonan Saudara atau surat permohonan itu sebaiknya dikasih halaman, ya. Itu enggak ada halamannya. Kemudian, pasalnya yang diuji itu, Pasal 40, di situ kan Saudara tulis angka 1 dan angka 2. Sebaiknya Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2), ya. Kemudian, di dalam pokok permohonan Saudara atau posita Saudara itu, Saudara masih belum begitu persis menguraikan tentang pertentangan norma Pasal 40 itu dengan batu uji yang dipakai oleh Saudara itu. Saudara menggunakan beberapa batu uji diantaranya Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H ayat (2), Pasal 28H ayat (4), Pasal 28I ayat (2), banyak sekali batu ujinya yang berkaitan dengan kedudukan dihadapan hukum, pengakuan dan jaminan setiap orang, perlindungan diri pribadi, kemudian termasuk untuk mendapatkan kemudahan dan lain sebagainya. Itu sebenarnya tidak hanya dicantumkan begitu saja, tetapi hubungan hak Saudara yang dijamin di dalam batu uji itu normanya tidak tercermin di dalam Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2) itu. Misalnya di dalam permohonan Saudara itu, pokok permohonan nomor 5 itu, di situ Saudara hanya menjelaskan adalah warga negara yang telah melaksanakan hak konstitusional Pemohon untuk membentuk perkawinan yang sah, ya. Sehingga kedudukan Pemohon dalam perkawinan itu diakui oleh Pasal 28D.. 28A, maaf, Undang-Undang Dasar Jadi belum terdapat pertentangan normanya, apakah hak konstitusional Saudara untuk kawin itu terhalangi karena Pasal 40 itu? Membentuk keluarga ya, itu apakah terhalangi dengan Pasal 40 yang Saudara uji itu ayat (1) dan ayat (2)? Jadi, relevansinya sebenarnya kurang terukur ya. Jadi, contohnya penjelasan seperti itu. Yang paling banyak Saudara uraikan itu adalah masalah penerapannya, ya. Jadi, sebaiknya yang Saudara kasus Saudara itu yang dihadapi sekarang, itu entry point buat masuk bahwa dalam pelaksanaan atau bukan dalam proses penyelesaian perceraian di pengadilan agama yang juga berkait berkenaan dengan harta ganagininya yang dibawa dalam perkawinan, Saudara mengalami kesulitan, mengalami halangan untuk memperoleh akses atau informasi tentang keberadaan harta, kan begitu, yang dimiliki oleh suami yang menurut Saudara adalah itu adalah harta gana-gini yang diperoleh selama perkawinan. Sehingga Saudara berhak atas harta yang diperoleh itu. Namun dalam rangka proses perceraian, terhalangi oleh Pasal 40 itu karena Pasal 40 itu hanya memberikan kewenangan kepada bank untuk membuka karena ada dari piutang negara, ada karena proses peradilan pidana, dan lain sebagainya. Tidak termasuk hak warga negara yang dalam memperoleh harta bersama itu, ketika terjadi proses perceraian

10 itu memperoleh informasi saja terhadap harta untuk tidak tidak terpenuhi. Nah, kira-kira hal-hal seperti itu lebih fokus gitu ya Bu, ya. Kalau soal bahwa setiap warga negara berhak untuk kawin, ya ya pasti itu. Seti berhak untuk memperoleh keturunan, ya pasti. Hak untuk memperoleh keturunan, memperoleh kehidupan layak ya, mendapat perlakuan yang sama, pasti. Tetapi, apakah norma yang tercantum di dalam Pasal 40 yang hanya memberikan kepada keadaan-keadaan tertentu itu, itu bertentangan ndak dengan hak konstitusional Ibu itu yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar, itu yang harus dijelaskan. Soal yang lain-lain itu ndak usah terlalu banyak, ya. Lalu yang Ibu pikirkan juga, ini kaitannya dengan petitum. Kalau misalnya Pasal 40 itu nanti dinyatakan bertentangan dengan Undang- Undang Dasar lalu tidak berlaku, kan begitu. Maka semua yang disebutkan di dalam Pasal 40 itu menjadi hilang, menjadi tidak berlaku juga. Bukan hanya hak daripada Ibu ini sebagai Pemohon karena putusan MK itu mengikat semua. Nah oleh kerena itu ya, petitum Saudara itu diperbaiki, ya. Misalnya di situ Saudara menyatakan bahwa pasal menyatakan yang pertama itu, Menerima dan mengabulkan permohonan, oke itu sudah benar. Yang kedua, Menyatakan Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2) ya, undang-undang apa ini memang begitu menyebutnya, Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas itu judul undang-undangnya seperti itu, atau cukup menyebutkan menyatakan Pasal 40 angka 1 undang-undang undang-undang berapa ini? Nomor 10 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun tentang Perbankan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, cukup Undang-Undang Dasarnya ya disebut karena di depan Ibu sudah menyebutkan pasal, ya. Nah, petitum yang kedua itu cukup dikatakan bahwa bahwa Pasal 40 ayat (1) dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Nah yang ketiga itu, apa namanya Mengumumkan putusan ini dalam berita negara. Itu itu petitum. Kalau misalnya minta kemudian bahwa apa namanya nih soalnya petitum Saudara ini agak ini ndak bisa menambah pasal, enggak bisa. Jadi, Saudara bisa menyatakan berlaku secara bersyarat atau tafsirnya secara bersyarat, di samping itu tadi frasa kecuali dalam hal sebagaimana maksud Pasal 41, 41A, 42, 43, 44, dan A, itu termasuk juga mana ini, mana ini? Kewajib nah ini tadi, termasuk keterangan nasabah yang diperlukan untuk kepentingan sidang ya, di pengadilan. Ini pengadilannya juga bisa banyak termasuk pengadilan umum dan pengadilan agama tentang pembagian harta yang diakibatkan oleh perkawinan yang putus karena perceraian, bisa seperti itu artinya tafsir saja. Jadi tidak hanya berlaku kenapa boleh dibuka rahasia itu karena Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A, tetapi termasuk juga untuk memberikan keterangan bagi proses pembagian harta gana-gini dalam proses perceraian di pengadilan agama, misalnya termasuk tafsir itu, ditafsirkan seperti itu. Itu namanya konstitusional

11 bersyarat, konstitusional termasuk itu tafsirnya. Tapi kalau menambah ya, mengurang, kecuali menyatakan itu bertentangan dengan Undang- Undang Dasar ya bisa, tapi kalau nambah enggak bisa. Itu ibu minta ke DPR nanti, DPR-nya marah kalau kita bikin undang-undang sendiri, ya? Nah, itu tolong diperbaiki ya. Lalu terakhir Pasal di situ Saudara menyebutkan, Pasal 28I ayat (e), coba lihat dulu dipetitumnya, apa benar itu? Nomor 3 itu lho. Sehingga tidak lagi bertentangan dengan Pasal 28 ayat (1) dan seterusnya, Pasal 28I ayat (e), bukan kah Pasal 28I ayat (2) mungkin, ya? Nah oleh karena itu, supaya tidak salah, di petitum bagian akhir itu nomor PEMOHON: MAGDA SAFRINA Ya, ayat (2). 28. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Supaya tidak salah cukup dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar saja, ya? 29. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 30. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Nah, itu petitum nomor 3, nomor 5, nomor 6 itu di luar kewenangan Mahkamah, ya. Jadi perbaiki yang tadi kita, yang saya sampaikan, mau enggak diperbaiki juga itu hak ibu ya. Tapi sebaiknya batu ujinya jangan terlalu banyak lah cari yang tepat-tepat, gitu lho. Apa ini? kalau soal bersifat diskriminatif kan enggak ada hubungannya ya. Lalu pengambilan setiap orang mempunyai hak milik itu kalau diambil sama orang lain. Memang ada hak Ibu yang diambil sama orang lain? Kan dalam konteks bank itu dia tidak mengambil karena rahasia saja, rahasia bank. 31. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Maksud saya dalam hal ini suami, jadi (...) 32. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Ya, itu kan lain lagi soalnya kan? Tidak berkaitan dengan bank. Tapi kan ibu punya bukti, kalau punya bukti bahwa memang dia punya simpanan termasuk itu yang harus diajukan saja permohonannya.

12 Di dalam proses perceraian bahwa selama dalam proses perkawinan... selama dalam perkawinan telah diperoleh harta yang diantaranya, sebut saja kan bisa putusan pengadilan nanti menetapkan itu. Kalau putusan pengadilan, kalau misalnya sudah ditetapkan bahwa di dalam rekening, misalnya simpanan di bank ini memang ada menurut ibu, kemudian ditetapkan keputusan pengadilan itu termasuk harta yang dibagi, lalu suami enggak membagi, kan Ibu bisa lapor polisi, penggelapan terhadap hak Ibu yang ada di dalam putusan pengadilan itu. 33. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Ya, tapi pada kasus yang terjadi salah satunya adalah saya mempunyai bukti asli, kemudian uangnya sudah sempat dipindahkan oleh suami saya, kemudian kita meminta melalui Mahkamah Syariat minta untuk dibuka alirannya, dijelaskan ke mana, di situ hanya dana deposito sejumlah Rp ,00, kalau enggak salah saya. Itu sudah dicairkan, sudah begitu saja. 34. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Ya, enggap apa-apa. Jadi angka-angka itu Ibu sebutkan nantikan putusan pengadilan menyatakan bahwa pada saat diputus memang ada harta sejumlah itu dan itu wajib dibagi berdasarkan hukum Islam. Kan berarti itu jadi kewajiban dari si suami atau dilakukan apa namanya permintaan permohonan untuk di sita sementara, diblok oleh pengadilan, kan boleh. Tapi itu Pengadilan Syariat lah, tapi itu di luar ya. 35. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 36. HAKIM ANGGOTA: M. AKIL MOCHTAR Di luar Mahkamah. Saya kira itu Pak, dari saya. Terima kasih. 37. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Baik. Jadi, saya tahu posisi Ibu ini bagaimana sulitnya untuk mendapatkan informasi. Berapa sih sebenarnya tabungan yang masih ada di situ, kan begitu asalnya? Kita ini bertugas untuk memberikan nasihat pada Ibu ini untuk mengajukan permohonan judicial review agar supaya lebih jelas apa yang dimohon. Kedua adalah penyempurnaan itu kemudian nanti akan memudahkan Hakim di dalam memeriksa permohonan ini. Oleh karena itu, kami akan memberikan saran-saran yang bisa dipertimbangkan untuk memperbaiki.

13 Saya mulai dengan urutan anu saja legal standing ya. Ini legal standing-nya saya kira kalau dari legal standing itu supaya menggambarkan adanya kepentingan langsung dari Pemohon itu. Pertama akan diceritakan dulu bahwa Pemohon ini sekarang proses peradilannya di mana? Sudah ( ) 38. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Di Mahkamah Syariat Banda Aceh. 39. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Sudah cerai? 40. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Belum. 41. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Belum ya. Bahwa Pemohon ini pernah nikah dengan seseorang yang disebutkan, lalu kemudian dalam pernikahan itu sekarang dalam proses perceraian. Nah, itu semua dibuktikan dengan bukti-bukti yang sah bahwa ada ikatan perkawinan itu. Kemudian, yang kedua adalah bahwa terhadap perkawinan itu ada proses perceraian, ya. Salah satu hak dalam proses perceraian nanti adalah harga gana-gini itu, kan begitu? 42. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 43. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Kemudain, harta gana-gini itu terdiri dari apa kekayaan itu? Mungkin dari bangunan dan lain sebagainya. Di samping itu juga ada kekayaan yang ada di bank. Nah, enggak perlu dijawab. Nah, kekayaan yang ada di bank itu kemudian Pemohon pernah enggak Mahkamah Syariat menyurati bank untuk bisa menjelaskan itu, pernah? 44. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Ya, sampai tiga ( ) 45. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Pernah?

14 46. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Ya, sampai tiga kali. 47. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ada dokumennya? 48. PEMOHON: MAGDA SAFRINA Ada, ada. 49. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Ya, itu disebutkan bahwa ada harta gana-gini yang masih di bank dan untuk itu akan diperhitungkan sebagai harta gana-gini, ya kan? Kemudian, prosesnya Mahkamah Syariat pernah meminta kepada bank untuk mendapatkan informasi berapa dan itu ditolak? 50. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 51. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Penolakannya adalah karena Pasal 40 itu, begitu? 52. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 53. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Itu kemudian nanti itu baru kepada legal standing, ya berhenti di situ. Nah, lalu kemudian, alasan permohonan. Alasan permohonannya, nanti baru kemudian masuk hak Ibu ini sebagai istri terhadap gana-gini itu dasarnya apa? Lalu kalau dasarnya itu didasarkan atas hubungan perkawinan dan kemudian kepada istri punya harta gana-gini dinyatakan. Kemudian, harta gana-gini itu harus dikonsepsikan sebagai harta yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar. Nah, yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar di antara pasal-pasal itu yang tadi sudah disebut oleh Pak Akil sebelumnya, tidak semuanya. Kalau saya lihat di situ adalah Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 -nya ndak usahlah. Pasal 28D ayat (1) yang berbunyi, Setiap orang berhak atas pengakuan jaminan. Nah, jaminan mengenai apa? Jaminan mengenai kepastian bahwa Ibu ini sudah diberi hak berupa harta gana-gini itu. Jaminan itu baru bisa ada

15 kalau tahu persis berapa sih jumlahnya itu. Tanpa diketahui jumlahnya, enggak ada jaminan. Itu berkaitan dengan Pasal 28D ayat (1)-nya. Pasal 28G ayat (1) juga bisa dikaitkan di situ karena setiap orang berhak atas perlindungan diri dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, dikonstruksikan. Bahwa meskipun itu belum dibagi, tapi kalau sudah menjadi bagian harta gana-gini, itu masuk di dalam pengertian itu, Pasal 28G ayat (1). Masuk juga kalau Pasal 28H ayat (2) itu sebetulnya digunakan bagi orang-orang yang handicap karena tidak bisa secara penuh dia. Oleh karena itu, dia diberi satu tindakan supaya bisa menikmati keadilan yang sama itu. Berarti ndak relevan Pasal 28H ayat (2). Ayat (4)-nya yang relevan, Setiap orang berhak untuk mempunyai hak milik pribadi. Konstruksikan bahwa itu nanti kalau sudah dibagi menjadi hak milik pribadi yang sudah diakui lalu ada jaminannya. 54. PEMOHON: MAGDA SAFRINA 55. HAKIM ANGGOTA: HARJONO Itulah kira-kira pasal-pasal yang relevan, yang lainnya tidak relevan. Ya, adanya Pasal-Pasal 40 tadi adanya Pasal 40 menghalangi itu semua, menghalangi itu semua. Nah, sekarang tinggal bunyi tinggal bagaimana merumuskan pada petitum ya. Petitum itu kalau Pasal 41 angka 1 dan 2 itu dihilangkan semua, maka enggak ada rahasia bank lagi, ya kan? Kalau enggak ada rahasia bank lagi, yang seharusnya dilindungi malah tidak terlindungi. Oleh karena itu, yang bisa dilakukan oleh Pemohon, oleh Ibu ini, sebetulnya tidak memasalahkan angka itu Pasal 40 angka 1 dan 2, hanya menambahkan. Misalnya saja menambahkannya atau penafsirannya adalah sepanjang keberadaan pasal itu tidak mengahalagi hak Ibu itu, sepanjang pasal tersebut atau begini karena yang dimasalahkan adalah inkonstitusionalitasnya. Kalau sudah konstitusionalitas, enggak dimasalahkan. Karena yang dimasalahkan adalah ketidakkonstitusionalitasnya, maka ketentuan pasal tersebut menjadi tidak konstitusional sepanjang menghalangi hak suami-istri untuk mengetahui jumlah simpanan dari suami-istri dalam kaitannya dengan kekayaan yang diperhitungkan dalam satu harta perkawinan. Barangkali itu, ya kan? Artinya, keberadaan pasal itu tidak menghalangi orang-orang seperti Ibu ini. Nah, strategi Ibu itu apa sebetulnya? Kalau yang terjadi adalah terhalangi hak suami istri karena tabungan itu bisa saja tabungan istrinya, kalau kebetulan istrinya duitnya banyak dia menabung, suaminya mau minta gana-gini dia pun juga terhalangi. Oleh karena itu, yang senasib itu bisa suami, bisa istri, tidak menghalangi hak-hak seperti Ibu ini suami-istri untuk mengetahui jumlah simpanan sebagai bagian dari harta yang akan dipertimbangkan sebagai harta perkawinan kalau terjadi perceraian. Sehingga itu saja saya kira. Supaya tidak mengganggu apa yang dilindungi oleh Pasal 41

16 angka (1) dan (2) sekarang i ni. Jadi tersebut inkonstitusional sepanjang tidak, ya itu menjadi seperti kalau sudah seperti itu, maka menambah-menambah dan lain sebagainya tidak usah menyempurnakan Mahkamah Konstitusi tidak bisa menambah pasal. Satu-satunya adalah membatasi kapan berlakunya Pasal 40 itu, ya. Saya kira itulah yang bisa saya sampaikan agar supaya nanti Hakim lebih mudah untuk memahami permohonan. Terima kasih. 56. KETUA: ACHMAD SODIKI Ya, begitu ya, Bu. Mungkin Pasal 44A ini juga ayat (2) itu menyatakan, Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan Nasabah Penyimpan. Ini mestinya kan bukan hanya karena meninggal dunia, tapi kan juga karena bercerai. Ya, mestinya ini pasal ini mendapat tekanan juga, maka suami atau istri oleh ahli waris dari penyimpan berhak memperoleh keterangan. Mestinya ada hal yang begitu, ya. Tapi nanti tolong dirumuskan saja bunyi pasal itu harus dibaca bagaimana, begitu. Tapi bukan berarti membikin pasal baru, begitu ya. Harus dibaca meninggal dunia mungkin juga karena bercerai, itu yang memperoleh hak atas simpanan ini kan juga suami atau istri dari yang meninggal atau yang bercerai itu, kan begitu ya. Baiklah, sudah cukup, ya? Ini nanti akan dibawa ke Rapat per per apa Permusyarawatan Hakim dulu. Saudara diberi kesempatan memperbaiki selama 14 hari ya sesuai dengan nasihat tadi, ya. Perbaiki betul-betul, ya. Sidang saya nyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 10 Juli 2012 Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d Paiyo NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.