MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SELASA, 1 APRIL 2014

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [Pasal 154] terhadap Undang-Undang Dasar 1945 PEMOHON 1. Isman Ismail Asso ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Selasa, 1 April 2014, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Ahmad Fadlil Sumadi (Ketua) 2) Muhammad Alim (Anggota) 3) Maria Farida Indrati (Anggota) Dewi Nurul Savitri Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Habel Rumbiak ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Sidang untuk Perkara Nomor 31/PUU-XII/2014, dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Selamat sore Saudara Pemohon. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Selamat sore. 3. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Silakan memperkenalkan diri. 4. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Saya Habel Rumbiak Kuasa dari (...) 5. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Miknya didekatkan. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Saya Habel Rumbiak Kuasa dari Ismail Asso Pemohon prisipal dalam perkara ini. 7. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Ya. KETUK PALU 3X 8. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Yang bersangkutan sementara tidak hadir mudah-mudahan pada persidangan berikutnya. 1

5 9. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oh, gitu. 10. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Terima kasih, Yang Mulia. 11. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. Sekarang apa yang Saudara mohon dalam perkara ini dan siapa Isman Ismail Asso itu kedudukan dalam permohonan ini seperti apa, silakan dijelaskan pokok-pokoknya. 12. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Terima kasih, Yang Mulia. Dalam permohonan ini Pemohon prinsipal Isman Ismail Asso adalah salah satu caleg (calon legislatif) pada pemilu legislatif kali ini yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 April mendatang. Bahwa yang bersangkutan adalah warga atau penduduk asli dari Kabupaten Wamena wilayah tengah di Provinsi Papua. Yang bersangkutan merasa berkepentingan dengan apa yang diatur atau ditetapkan dalam Pasal 154 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 berkenaan dengan pemilihan legislatif, dimana di sana disebutkan bahwa dalam praktik pemberian suara dikatakan bahwa pemberian suara itu dilakukan dengan cara mencoblos satu kali pada nomor atau pada tanda gambar partai politik dan/atau pada nama calon pada surat suara. Permasalahannya adalah bahwa di wilayah Pemohon prinsipal di wilayah Wamena dan beberapa kabupaten di pegunungan tengah Papua masih mempraktikkan sistem pemberian suara dengan musyawarah mufakat atau sistem ikat suara, atau dikenal dengan sistem noken. Nah, oleh karena dalam Pasal 154 Undang-Undang Pemilu ini belum menjelaskan baik dalam penjelasannya maupun dalam ketentuan itu, Ketentuan Pasal 154 tidak ada satu pun penjelasan berkenaan dengan pemilihan dengan sistem musyawarah mufakat atau sistem ikat suara, atau sistem noken ini. Oleh karena itu Pemohon mengajukan permohonan ini dengan argumentasi bahwa kalau sampai dalam praktiknya diterapkan sistem coblos satu... one men one vote atau sistem mencoblos gambar, atau suara calon ini berpotensi untuk merugikan peluang daripada Pemohon karena di kampungnya masih mempraktikkan ikat suara tadi. Memang benar dalam putusan-putusan Mahkamah Agung sebelumnya ada pengakuan terhadap sistem ikat suara ini, tetapi dalam praktik pemilukada bukan pada praktik pemilihan legislatif. Nah, oleh karena itu Pemohon mengajukan permohonan ini dengan maksud agar 2

6 MK bisa, Mahkamah bisa menilai dan memutus perkara ini karena kepentingan Pemohon sangat tersangkut dalam pemilu legislatif yang akan datang, dimana dalam masyarakatnya masih mempraktiknya sistem noken sebagai cara untuk memberikan suara kepada calon atau seorang calon yang akan dipilih. Itulah sebabnya maka dalam permohonan ini Pemohon kemudian memohon kepada Mahkamah agar dalam petitum ini memohon agar frasa mencoblos pada Pasal 154 dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 berkenaan dengan pemilihan anggota DPR, DPD, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Kabupaten itu bisa dinyatakan sebagai konstitusional bersyarat dalam arti bahwa untuk wilayah-wilayah tertentu seperti yang dipraktikkan di wilayah Pemohon tadi, yaitu pemberian suara dengan sistem noken itu tidak dilakukan dengan mencoblos dengan secara langsung pada gambar atau pada suara, atau... gambar partai maksudnya. Dan mohon juga kepada Majelis untuk bisa memaknai bahwa kata mencoblos, frasa mencoblos pada Pasal 154 itu harus ditafsirkan atau dimaknai juga mencakup pemberian suara dengan sistem noken. Jadi itu kiranya bahwa pokok-pokok dari permohonan dari Pemohon. Terima kasih. 13. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Terima kasih, Saudara Pemohon. Saya beritahukan bahwa sidang ini adalah sidang pemeriksaan pendahuluan yang setelah membaca permohonan ini Hakim punya catatan-catatan untuk dinasihatkan kepada Saudara, dan Saudara berhak untuk menggunakan sebagai poin perbaikan permohonan Saudara. Disilakan, Yang Mulia Dr. Muhammad Alim. 14. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Terima kasih, Yang Mulia. Ini yang menurut Anda katanya halaman lima ini diganti ya? 15. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Yang Mulia, fotokopi di aslinya tidak terputus. Tapi di lembaran fotokopi dua kalimat paling bawah dari halaman lima itu rupanya terputus, maka saya (...) 16. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Bukannya, mencoblos satu kali pada nomor satu gambar ya? 3

7 17. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Ya. 18. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Ya, begini. Kalau permohonan Anda ini sudah formatnya sudah betul. Cuma petitum itu saya saya kurang jelas. Misalnya petitum yang kedua, menyatakan bahwa pemberlakuan frase frasa barangkali ya. Pemberlakuan frasa mencoblos salah tulis itu, di sini tulis farse ya, frasa mungkin ya. 19. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Ya, frasa maksudnya. 20. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Ya, bukan farse. Jadi frasa mencoblos ini dalam Pasal dan seterusnya itu. Konstitusional bersyarat, maksudnya itu konstitusional bersyarat mestinya disambung. Bahwa dia bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 jikalau ini. Kan begitu dahulu, dinyatakan bertentangan kecuali kalau kecuali dimaknai ini begini, begini, gitu lho. Jadi kita terputus ini konstitusional bersyarat bagaimana? Kemudian yang berikutnya itu pasangannya. Menyalin kembali itu menyatakan frasa sekian di pasal sekian. Tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat kecuali kalau begini, begini, itu lho. Jadi disalin kembali, jadi pasangannya di bertentangan dahulu baru tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Ini kan hanya satu pasal saja yang diuji dan frasa itu frasa mencoblos itu lho yang, yang mengenai petitumnya itu. Kalau yang petitum keempat sudah betul itu. Dimintakan kalau dikabulkan nanti kan ditempatkan dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Cuma barangkali begini. Perlu juga di dalam uraian pokok permohonan ini Anda menyebutkan bahwa umpamanya di dalam pemilukada di sini, daerah ini, Putusan Mahkamah bagaimana mengenai itu. Mungkin perlu itu supaya terlihat bahwa oh Mahkamah itu sudah pernah menganukan tapi mungkin dalam pemilukada misalnya. Di daerah ini, daerah ini dengan putusan ini tanggal sekian ini. Itu barangkali perlu Anda masukkan supaya merupakan suatu perbandingan bahwa kalau dalam pemilihan umum sudah di yang dimasukkan juga termasuk rezim pemilu itu adalah pemilihan umum kepala daerah. Itu boleh, kenapa ini tidak boleh? Begitu lho misalnya. Mungkin itu perlu perlu Anda tambahkan di dalam pokok permohonan itu. Bahwa di 4

8 putusan sekian-sekian, untuk kabupaten ini sudah begini, untuk ini, ini begini. Itu mungkin tambahannya, terima kasih, Yang Mulia. 21. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Yang Mulia Hakim Prof. Maria. 22. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA IMDRATI Terima kasih, Pak Ketua. Yang pertama, saya menanyakan Pak Habel Rumbiak. Ini lawyer atau notaris? Kayaknya pernah notaris? 23. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Pernah notaris dan memang sudah berhenti. 24. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA IMDRATI Sekarang? 25. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Lawyer. 26. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA IMDRATI Sekarang lawyer. Jadi notarisnya ditinggal? 27. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Ya, sudah cukup lama. 28. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA IMDRATI Oh, enggak, soalnya ( ) 29. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Terima kasih, Yang Mulia. 30. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA IMDRATI Ya, ya satu. Ya, saya jadi bingung ini kalau pengujian undangundang. Yang satu ingin mengajukan pengujian di sini, ingin supaya pemilihannya dapat diwakilkan, perwakilan. Yang satunya enggak ingin, 5

9 gitu. Tapi kemudian di sini kalau ini sistem noken ini dikatakan bahwa kok pembuat undang-undang kok enggak memasukkan sistem ini walaupun MK sudah pernah memutuskan, begitu. Kalau MK memutuskan dalam kasus pemilukada. Itu kan kasusnya konkret, bukan terhadap undang-undangnya. Kalau ini mau kemudian dirumuskan di dalam undang-undangnya. Saya berpikir apa ya kemudian di Papua itu orangnya enggak lebih pintar dari dahulu gitu. Lima tahun yang lalu mestinya kan lebih pintar dong? Masa dari dahulu noken terus, kan enggak gitu kan ya? Dan tentunya pembuat undang-undang ya akan enggak masukkan. Kalau nanti noken terus semuanya ingin dengan noken gimana? Ya, tapi kemudian yang petitumnya itu berarti kalau petitum yang ketiga ini dimohonkan seperti ini. Berarti mencoblos boleh, mencontreng boleh, noken juga boleh. Nah, terus yang ini mana? Yang konstitusional itu yang mana? Karena di sini pemilihan Pasal 154 itu yang menyatakan pemberian suara untuk pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dilakukan dengan cara mencoblos satu kali pada nomor atau gambar partai politik dan/atau nama calon pada surat suara harus ditafsirkan dan dimaknai juga mencakup pemberian suara dengan sistem noken. Jadi yang konstitusional itu mana? Tigatiganya? Enak dong kalau tiga-tiganya? Boleh nyoblos, boleh nyontreng, boleh noken. Nah, kan kalau noken ya noken, kalau nyoblos ya nyoblos, gitu. Tapi kalau ini kan berarti tiga-tiganya. Terus yang sah yang mana, gitu? Nah, itu harus dilihat apa secara logika saja, Kok lima tahun yang lalu masa sekarang Papua enggak lebih pintar dari sekarang sih? Dari dulu itu harusnya sekarang sudah pintar, Kok dulu sistem noken masih diterima? Nah, mungkin sekarang kan sudah harus bisa dengan mencoblos, gitu. Saya rasa, saya itu saja, Pak. 31. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Saudara Pemohon, ya. Ini sudah mewakilkan, tapi ingin bertanda tangan dan di depan juga begitu. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Isman Ismail Asso. Di di belakang konsekuen juga, dia tanda tangan, padahal sudah mewakilkan kepada Saudara. Berdasarkan Surat Kuasa khusus, diwakili oleh Habel Rumbiak. Gimana? Maunya gimana maunya? Apa dan hari ini enggak datang juga, kan gitu? Kalau mau mewakilkan, ya pastikan itu mewakilkan apa tidak? Kalau sudah mewakilkan, Anda boleh enggak menandatangani suratnya itu? Sehingga, bunyinya bukan, Saya yang bertanda tangan di bawah ini Isman, saya yang bertanda tangan di bawah ini apa Habel Rumbiak (advokat), dan konsultan hukum, dan seterusnya bertindak untuk dan atas nama ini berdasarkan Surat Kuasa khusus ini. Selesai sebenarnya 6

10 ini. Nah, ini masa ini mengajarkan buaya berenang, kan ya enggak mungkin? Ya, tapi ini terjadi ini ternyata ini, kan? Aduh! 32. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Ya. 33. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Lalu yang kedua ini soal formal. Soal legal standingnya, bahkan dari kewenangan. Bahwa coba halaman 2, poin 4 itu. Bahwa dengan demikian, Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili perkara pengujian frasa. Kenapa tidak dirujuk saja di atas, gitu? Yang dimohonkan adalah pengujian konstitusionalitas tentang frasa mencoblos dalam pasal terus pada poin satu lagi. Bahwa berdasarkan uraian tersebut, Mahkamah berwenang untuk mengadili, kan begitu? Ini ndak ndak begitu ini susunannya itu. Lalu soal legal standing. Jangan lupa, legal standing itu kan soal hak kerugian, hak konstitusional. Di sini kasus konkret semua ini. Kalau masih nyoblos atau masih dengan contreng, dia rugi. Rugi apanya itu? Kaitannya dengan hak konstitusional yang mana itu? Ndak jelas, ya? Itu supaya diperjelas. Pokok permohonan lebih-lebih. Kok Anda minta supaya nyoblos itu disyaratnya noken juga, gitu kan? Ya, kan? Itu dasar konstitusionalitasnya mana? Anda enggak menyebut-nyebut lho itu, ndak ndak ada lho. Di alasan dalam pokok permohonan enggak ada. Itu kalau konstitusionalnya kan Pasal 22E ayat (1), ayat (2), ayat (3). Yang mana yang berkaitan dengan kalau Pasal 22E itu, itu kan salah satu di antaranya pemilihan umum itu langsung. Langsung itu artinya dia sendiri nyoblos atau nyontreng? Nah, kalau noken kan tidak langsung? Noken kan dikumpulkan pakai tas yang bernama noken itu, dimasukkan, kan gitu kan? Apa Anda bisa mengonstruksi itu, noken pun langsung juga, gitu. Apa begitu maksudnya? Lah, ini yang tidak jelas. Ini pengujian konstitusionalitas, sehingga argumentasinya juga argumentasi konstitusionalitas. Ini pengujian norma, sehingga argumentasinya juga soal norma, kaitannya dengan Konstitusi. Bukan soal kasus konkret dengan apa namanya undang-undangnya. Jadi, ada bertingkat, kan? Kasus konkret undang-undang, undang-undang dengan Konstitusi. Ya, ini kan undang-undang terhadap Konstitusi, kan? Nah, itu yang yang fokusnya ke sana, ini belum ada. Oleh karena itu, disilakanlah Anda ada waktu 14 hari untuk memperbaiki permohonan ini sesuai yang disarankan oleh Para Hakim Yang Mulia tadi. Cukup, ya? Cukup jelas kan keterangan tadi? 7

11 34. KUASA HUKUM PEMOHON: HABEL RUMBIAK Jelas, Yang Mulia. 35. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Oke. Dengan demikian, maka sidang untuk perkara ini saya nyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 1 April 2014 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 8