BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. widya husada. Penelitian ini dilakaukan diakper widya husada

dokumen-dokumen yang mirip
Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta WAHYUNINGSIH

BAB III METODE PENELITIAN. (independent) dan variabel akibat atau variabel terikat (dependent)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan perawat terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pada instansi pemerintahan seperti KPP Pratama Sleman orientasi

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2002: 11). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

LAPORAN MONEV KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN KEMAHASISWAAN SEMESTER GENAP 2015/2016 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

LAPORAN MONEV KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN KEMAHASISWAAN. Semester Gasal 2015/2016

BAB IV HASIL PENELITIAN. Statistics. Kinerja Berwujud. N Valid Missing 0 0. Mean Std. Deviation

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dheska Arthyka Palifiana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan lajunya perkembangan teknologi dewasa ini, listrik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus diprioritaskan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini, sebanyak 232 responden dari penelitian ini terdiri dari laki-laki 82

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa dari 31 responden yang ada

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel-variabel (hubungan sebab-akibat). Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

PENGARUH MUTU PEMBELAJARAN LABORATORIUM TERHADAP HASIL BELAJAR PRAKTIKUM MAHASISWA SEMESTER II KEPERAWATAN WIDYA HUSADA SEMARANG

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PADA RUMAH SAKIT ISLAM YARSI PONTIANAK Nurmalasari 1, Latifah 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Putra Sulawesi Sejati Perkasa

EFEKTIVITAS CLINICAL PREPARATION TERHADAP KOMPETENSI PRAKTIKUM KLINIK KEBIDANAN MAHASISWA SEMESTER III STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bagi siswa/i SMU yang baru saja lulus, melanjutkan pendidikan ke

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan merupakan ukuran penilaian menyeluruh atas tingkat suatu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara univariant. Penelitian yang bersifat deskriptif mempunyai tujuan yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka. yang diberikan bagian Klinik Anak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN MOTIVASI MASUK PROGRAM STUDI KEBIDANAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT III SEMESTER I-V DI AKADEMI KEBIDANAN PEMKAB KARO KABANJAHE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP

Proposal Skripsi Manajemen Pemasaran

III. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pelatihan dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan Kantor Pos Regional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di LBPP LIA Bandar Lampung yang bealamat di Jl.

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. membuktikan secara empiris hipotesis tersebut maka variabel yang diteliti:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

PENGARUH PROSES BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA TINGKAT II DI AKBID SARI MULIA BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

1. Kualitas Informasi berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket uji coba

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah para eksportir dan importir yang menggunakan jasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

Lampiran 1 : Lembar penjelasan untuk responden PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ESA UNGGUL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN (MM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mulai dari tenaga, media pembelajaran bahkan kurikulum yang akan digunakan.

Journal of Health (JoH) Vol.2 No.2 Juli 2015

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KLINIK DAN RUMAH BERSALIN BIDAN UMI RAHMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan

1. Pendahuluan. Kualitas pelayanan telah menjadi kunci keberhasilan bagi organisasi jasa

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan verifikatif. Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh mutu pelayanan yang meliputi bukti langsung (tangible),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan FKIP-UKSW

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN METODE TIM

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Bab ini membahas hasil penelitian tentang hubungan mutu pembelajaran skills lab dengan hasil belajar mahasiswa diakper widya husada. Penelitian ini dilakaukan diakper widya husada semarang pada tingkat 1 dan 2 yang sudah mendapatkan mata kuliah kebutuhan dasar manusia. Jumlah responden pada penelitian ini 118 mahasiswa. Penelitian ini melalui 2 tahap yaitu pra penelitian dan tahap penelitian, pada tahap pra penelitian, peneliti mempersiapkan kuesioner tetntang mutu pembelajaran skills lab yang sudah di uji validitas oleh Winarni dalam tesisnya yang berjudul pengaruh persepsi mutu pembelajaran praktek laboratorium kebidanan terhadap kepuasan mahasiswa di Program Studi Kebidanan Magelang Poltekkes Semarang. Pembelajaran skills lab di AKPER Widya Husada dosen memberi materi yang akan akan dipraktekkan dan dosen memberi demonstrasikan secara klasikal dan memberi kesempatan kepada 63

64 mahasiswa untuk bertanya dan mendemonstrasikan ulang setelah itu mahasiswa untuk uji kompetensi di bagi menjad 6 sampai 8 mahasiswa setiap kelompok. Semua dosen AKPER Widya Husada sudah mengikuti pelatihan ujian osca yang diselenggarakan oleh AIP D3 sekarang berubah menjadi AIPVIKI,dari pelatihan itu AKPER Widya Husada mengadopsi ujian untuk semester 2. Sarana dan prasarana lab di AKPER Widya Husada sudah memadai dari segi peralatan,untuk prosedur peminjaman satu hari sebelum ujian kompetensi mahasiswa menghubungi petugas lab untuk meminjam alat dan mahasiswa harus memninggalkan kartu mahasiswa, lab di akper adalah central yang menggunakan lab tersebut Akper, S1 Keperawatan dan Akbid, tetapi selalu terjadwal dengan rapi dan tidak pernah tabrakan jadwal. B. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Mutu Pembelajaran Mutu pembelajaran ini diukur berdasarkan cara pembelajaran yang dilakukan oleh dosen selama di laboratorium yang dirasakan oleh mahasiswa.

65 Tabel 4.1Deskripsi Penilaian mahasiswa terhadap mutu Pembelajaran dosen di laboratorium ( n : 118 ) Variabel Mean± SD Minimum Maksimum Mutu Pembelajaran 128,85 ± 11,93 91 150 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rerata skor mutu pembelajaran yang dirasakan oleh responden adalah 128,85, dengan skor terendah adalah 91 dan skor tertinggi adalah 150. Standar deviasi berada pada angka 11,93. Mutu pembelajaran ini diukur dari berbagai dimensi yang terdiri dari kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan wujud. Hasil pengukuran masing-masing dimensi adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kategori penilaian mahasiswa terhadap mutu pembelajaran dosen di laboratorium ( n : 118 ) Kategori Frekeunsi Presentasi Rendah 15 12,7 Rata -rata 81 68,6 Tinggi 22 18,6 Berdasarkan table 4.2 penilaian mahasiswa terhadap metode pembelajaran dosen di laboratorium hasil Rata ratanya adalah 81 atau 68 %, dengan n : 118.

66 Tabel 4.3 Deskripsi Berdasarkan Mutu Pembelajaran Pada Tiap Dimensi ( n : 118 ) Dimensi Mean ± SD Minimum Maksimum Kehandalan 37,95 ± 3,543 31 48 Daya tanggap 16,55 ± 2,30 13 21 Kepastian 16,83 ± 2,46 11 21 Empati 21,46 ± 2,92 10 26 Wujud 36,05 ± 4,68 22 45 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rerata skor dimensi kehandalan yang dirasakan oleh responden adalah 37,95, dengan skor terendah adalah 31 dan skor tertinggi adalah 48. Standar deviasi berada pada angka 3,543. Berdasarkan dimensi daya tanggap dapat diketahui bahwa rerata skor dimensi daya tanggap yang dirasakan oleh responden adalah 16,55, dengan skor terendah adalah 13 dan skor tertinggi adalah 21. Standar deviasi berada pada angka 2,30. Berdasarkan dimensi kepastian dapat diketahui bahwa rerata skor dimensi kepastian yang dirasakan oleh responden adalah 16,83, dengan skor terendah adalah 11 dan skor tertinggi adalah 21. Standar deviasi berada pada angka 2,46.

67 Berdasarkan dimensi empatidapat diketahui bahwa rerata skor dimensi empati yang dirasakan oleh responden adalah 21,46, dengan skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 26. Standar deviasi berada pada angka 2,92. Berdasarkan dimensi wujuddapat diketahui bahwa rerata skor dimensi wujud yang dirasakan oleh responden adalah 36,05, dengan skor terendah adalah 22 dan skor tertinggi adalah 45. Standar deviasi berada pada angka 4,68. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori penilaian mahasiswa terhadap mutu pembelajaran dosen di laboratorium berdasarkan tiap dimensi ( n : 118 ) Rendah Rata - rata Tinggi Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Dimensi Kehandalan 17 14,4 87 73,7 14 11,9 Daya Tanggap 21 17,8 68 57,6 29 21,6 Kepastian 15 12,7 92 82,2 6 5,1 Empati 13 11,0 90 76,3 15 12,7 Wujud 21 17,8 76 67,4 21 17,8 Berdasarkan table 4.4, nilai rendah adalah Dimensi Daya tanggap dan Wujud, sedangkan r ata rata tertinggi adalah dimensi Kepastian 82,2%

68 b. Hasil belajar skill laboratorium Pengukuran hasil belajar skill laboratorium didasarkan pada nilai OSCA. Hasil nilai OSCA pada responden disajikan sebagai berikut: Tabel 4.5 Deskripsi Nilai Belajar Skill Laboratorium Berdasarkan Nilai OSCA ( n : 118 ) Keterangan Mean ± SD Minimum Mak simum Nilai OSCA 74,11 ± 10,4 50,55 92,50 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rerata skor nilai OSCA responden adalah 74,11, dengan skor terendah adalah 50,55 dan skor tertinggi adalah 92,5. Standar deviasi berada pada angka 10,4. Berdasarkan kategori nilai OSCA disajikan sebagai berikut: Tabel 4.6 Deskripsi Frekuensi Nilai Belajar Skill Laboratorium Berdasarkan Nilai OSCA ( n : 118 ) Nilai OSCA Frekuensi Persentase CD C- C C+ BC B- B B+ AB A- A 1 3 6 5 6 17 14 12 38 14 2 0,8 2,5 5,1 4,2 5,1 14,4 11,9 10,2 32,2 11,9 1,7 Jumlah 118 100

69 Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar nilai OSCA responden adalah AB yaitu sebanyak 38 responden (32,2%), dan yang paling sedikit adalah CD yaitu sebanyak 1 responden (0,8%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan mutu pembelajaran dengan nilai belajar skill laboratorium Tabel 4.7 Hubungan mutu pembelajaran dengan nilai belajar skill laboratorium Variabel n r P Hubungan mutu 118 0,255 0,005 pembelajaran dengan nilai belajar skill laboratorium Tabel 4.7 diatas didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,255 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,005, karena nilai p kurang dari 0,05. Mutu pembelajaran diukur berdasarkan lima dimensi yaitu kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan wujud. Masing-masing dimensi ini dilakukan analisis korelasi dengan nilai belajar skill laboratorium sebagai berikut:

70 Tabel 4.8 Hubungan masing-masing dimensi mutu pembelajaran dengan nilai belajar skill laboratorium Variabel n r P Hubungan dimensi 118 0,177 0,055 kehandalan dengan nilai belajar skill laboratorium Hubungan dimensi 118 0,236 0,010 daya tanggap dengan nilai belajar skill laboratorium Hubungan dimensi 118 0,200 0,030 kepastian dengan nilai belajar skill laboratorium Hubungan dimensi 118 0,171 0,064 empati dengan nilai belajar skill laboratorium Hubungan dimensi wujud dengan nilai belajar skill laboratorium 118 0,188 0,042 Tabel 4.8 diatas didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,177 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,055, karena nilai p lebih dari 0,05. Hubungan antara dimensi daya tanggap dengan nilai skill laboratorium didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,236 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,010, karena nilai p kurang dari 0,05. Hubungan antara dimensi kepastian dengan nilai skill laboratorium didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,200

71 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,030, karena nilai p kurang dari 0,05. Hubungan antara dimensi empati dengan nilai skill laboratorium didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,171 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,064, karena nilai p lebih dari 0,05. Hubungan antara dimensi wujud dengan nilai skill laboratorium didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,188 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,042, karena nilai p kurang dari 0,05. C. PEMBAHASAN 1. Mutu Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran laboratorium keperawatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu input, proses dan out put. Persoalan proses adalah hal - hal yang menyangkut mekanisme terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek berajar. Proses tidak terlepas dari tiga fungsi dalam managemen program yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Di dalam proses ini terjadi pengaruh tirnbal balik antara berbagai faktor antaralain subyek belajar, pengajar,

72 metode, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. Pandangan kontemporer terhadap pengajaran menyatakan bahwa proses pengajaran adalah suatu proses sistematis dimana setiap komponen (dosen, mahasiswa, materi pengajaran, lingkungan belajar) berperan sangat penting dalam menunjang kesuksesan proses belajar mengajar. Mutu pembelajaran ini diukur dari berbagai dimensi yang terdiri dari kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan wujud. Penilaian terhadap masing-masing dimensi metode pembelajaran tersebut rata-rata dalam kategori tinggi. Pembelajaran skill laboratoium menggunakan tehnik demonstrasi dan simulasi yang dilakukan oleh dosen mendapatkan respon yang baik dari mahasiswa, hal ini sesuai dengan teori bahwa faktor yang mempengaruhi belajar adalah metode. Beberapa metode yang digunakan dalam praktikum antara lain demonstrasi dan simulasi. Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal hal yang berhubungan denganproses mengatur sesuatu, mengerjakan sesuatu, membuat sesuatu, danmengetahui asal dari sesuatu

73 yang menghasilkan keterampilan yang diharapkan (Slameto, 2010). Hal lain yang ikut menentukan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan adalah faktor tersedianya sarana karena pembelajaran laboratorium merupakan bentuk pembelajaran yang digunakan untuk membelajarkan secara bersama-sama kemampuan pengertian, sikap dan psikomotor yang pelaksanaannya membutuhkan sarana prasarana demi kelancaran pembelajaran laboratorium tersebut. Unsur utama sarana yang dibutuhkan adalah adanya tempat/ruang yang digunakan untuk pembelajaran tersebut, dan peralatan/alat bantu/alat peraga yang dibutuhkan sesuai dengan jenis keterampilan yang akan diajarkan. Mutu pembelajaran yang diberikan kepada mahasiswa akan dipersepsikan oleh mahasiswa yang bersangkutan sesuai dengan apa yang dirasakannya. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Winarsih (2007) bahwa dari semua dimensi mutu yang meliputi kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan wujud semuanya sebagian besar dipersepsikan baik oleh responden yaitu mahasiswa. Kondisi ini kemudian

74 berimplikasi terhadap kepuasan mahasiswa dalam proses belajar. 2. Hasil Belajar Skill Lab Hasil penelitian ini mendukung teori Vandergrift (2007) yang menyebutkan bahwa pengetahuan yang baik akan menjadi dasar dalam menentukan keterampilan seseorang. Penelitian Jacobs JCG. Denessen E, (2007) juga memperkuat teori tersebut dengan hasil penelitian bahwa keterampilan klinik dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat dari mayoritas mahasiswa semester 2 pada mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) di Akper Widya Husada Semarang berdasarkan nilai OSCA dengan predikat AB artinya bahwa mayoritas prestasi belajar atau tingkat pengetahuan tentang mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) berpredikat baik. Prestasi belajar peserta didik merupakan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran di dunia pendidikan. Dengan mengetahui prestasi belajar peserta didik, maka dapat dilihat sejauh mana tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai. Prestasi belajar peserta didik dapat pula dijadikan landasan

75 untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran skill lab yang kemudian diukur prestasi belajarnya berdasarkan nilai OSCA diberikan dalam pendidikan keperawatan dengan harapan seorang perawat mampu memiliki kompetensi profesional dan secara sederhana bisa dikatakan merupakan kompetensi yang harus dimiliki perawat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor dalam memberikan asuhan keperawatan.kompetensi profesional seorang perawat mencakup aspek pengetahuan dan keterampilan di dalam memberikan asuhan keperawatan. 3. Hubungan antara mutu pembelajaran dengan nilai belajar skill laboratorium Dalam kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran laboratorium keperawatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu input, proses dan out put. Persoalan proses adalah hal - hal yang menyangkut mekanisme terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar. Proses tidak terlepas dari tiga fungsi dalam managemen program yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Di dalam proses ini terjadi pengaruh tirnbal balik

76 antara berbagai faktor antara lain subyek belajar, pengajar, metode, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. Laboratorium keterampilan adalah suatu fasilitas tempat mahasiswa dapat berlatih ketrarnpilan yang mereka perlukan, dimana bukan merupakan suatu konteks nyata antara dokterpasien. Terdapat beberapa kelebihan berlatih keterampilan di laboratorium, antara lain latihan dapat dilaksanakan setelah teori diberikan sehingga dapat membantu proses belajar mahasiswa. Mahasiswa juga dapat mengulang jika terjadi kesalahan dalam melaksanakan keterampilan tertentu sampai betul-betul terampil. Keterampilan dapat dilatih tahap demi tahap sehingga menjadi terampil.saat mahasiswa melaksanakan praktek di laboratorium, umpan balik dapat diberikan secara langsung baik dari instruktur maupun dari teman berlatih sehingga bisa segera dievaluasi. Hal ini tidak mungkin untuk dilakukan di depan pasien, karena pasien akan merasa menjadi kelinci percobaan dan mahasiswa menjadi kurang rasa percaya diri.

77 Penggunaan metode demonstrasi-redemonstrasi, role play dan diskusi dalam pembelajaran keterampilan keperawatan di laboratorium merupakan pilihan yang tepat. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan pesan/materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Hasil penelitian ini sesuai pendapat Thabrany (2007) yang mengemukakan bahwa cara belajar merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil tidaknya belajar. Cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan kegiatan belajar misalnya bagaimana mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar mandiri yang dilakukan, pola belajar mereka, cara mengikuti ujian. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar yang diperoleh. Cara belajar yang baik akan menyebabkan berhasilnya belajar,sebaliknya cara belajar yang buruk akan menyebabkan kurang berhasil atau gagalnya belajar. Buruknya cara belajar merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar sehingga menyebabkan menurunnya mutu pendidikan. Slameto (2010) mengemukakan bahwa faktor cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya mahasiswa yang

78 sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh dosen pengampu menjadi salah satu faktor penentu bagi mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan. Dosen pengampu dengan berbagai karakter akan mendapatkan penilaian atau persepsi yang berbeda-beda dari mahasiswa. Masing-masing dosen dalam mengajar menggunakan cara atau metode yang berbeda, kemudian masing-masing mahasiswa pun memberikan persepsi yang berbeda pula. Metode mengajar dosen satu yang disukai oleh beberapa mahasiswa belum tentu dipersepsikan baik oleh mahasiswa lainnya. Sehingga perbedaan persepsi inilah kemudian yang mempengaruhi penerimaan mahasiswa terhadap metode pembelajaran dari dosen termasuk pembelajaran skill lab ini. Perbedaan persepsi ini kemudian juga mempengaruhi kemampuan dan minat mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar mahasiswa.

79 Berdasarkan penelitian ini terdapat hubungan mutu pembelajaran dengan prestasi belajar mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pembelajaran yang benar dan tepat sehingga mudah dipahami akan meningkatkan prestasi belajar mahasiwa keperawatan pada mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Kemampuan mahasiswa dalam mengekspresikan mutu pembelajaran pada dimensi kehandalan dipengaruhi oleh sikap, dalam hal ini sikap mahasiswa terhadap dosen yang sama bisa berbeda, tergantung tingkat kesukaan mereka untuk bertanya / diskusi dan cara dosen yang bersangkutan memberikan kuliah. Kehandalan adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Kehandalan mencakup 2 hal pokok yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dapat dipercaya (dependability). Pengukuran persepsi kehandalan merupakan penilaian yang bersifat intangible (tidak terlihat) dengan menggunakan kuesioner,berbeda dengan penilaian yang bersifat tangible (terlihat) yang dapat diperkirakan dengan indeks obyektif (

80 pengukuran keras). Hal ini bisa dilihat berdasarkan jawaban pertanyaan tentang dosen tidak menjelaskan terlebih dahulu, dosen tidak menyiapkan alat dan bahan dengan benar dan dosen yang mengajar di laboratorium mempunyai latar belakang tidak sesuai dengan bidang ajar Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dimensi daya tanggap dengan nilai skill laboratorium dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,236 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,010 (<0,05).Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan persepsi dayatanggap baik mampu mempengaruhi prestasi belajarnya dengan baik dan mahasiswa yang memiliki persepsi daya tanggap yang tidak baik mempengaruhi prestasi belajarnya yang rendah. Persepsi daya tanggap ini memberikan penilaian terhadap tenaga laboratorium, dosen dan pihak-pihak terkait dalam mempersiapkan keberlangsungan mutu pembelajaran skill lab yang dilaksanakan. Kecepatan dalam menangani keluhan atau kekurangan selama proses pembelajaran menjadi ukuran dalam pemberian persepsi oleh mahasiswa. Mahasiswa yang merasa bahwa daya tanggap semua pihak dalam proses pembelajaran

81 telah berlangsung cepat maka akan memberikan penilaian atau persepsi yang baik dan sebaliknya. Tinggi rendahnya persepsi daya tanggap ini kemudian memberikan pengaruh terhadap keinginan dan kemampuan mahasiswa dalam menyerap ilmu selama proses pembelajaran sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dimensi kepastian dengan nilai skill laboratorium dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,200 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,030 (<0,05).Hasil ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai persepsi kepastian tidak baik mempunyai kecenderungan prestasi belajarnya rendah, sebaliknya responden yang mempunyai persepsi kepastian baik cenderung prestasi belajarnya tinggi. Dimensi kepastian (assurance) ini mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki parastaf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguraguan. Dimensi kepastian ini merupakan gabungan dari dimensi kompetensi (competence), yaitu keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk

82 melakukan pelayanan, kesopanan (courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan, kredibilitas (credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan seperti reputasi, prestasi dan sebagainya. Kemampuan semua pihak dalam proses pembelajaran skill lab dengan menterjemahkan semua dimensi kompetensi, kesopanan dan kredibilitas membuat mahasiswa memberikan persepsi yang baik yang kemudian meningkatkan minat belajar yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dimensi empati dengan nilai skill laboratorium dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,171 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,064 (>0,05).Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai persepsi empati tidak baik ataupun baik tidak mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan definisi terhadap perasaan orang lain secara tepat. Rasa empati mahasiswa

83 terhadap pembelajaran akan sangat menentukan prestasi belajar mereka, dengan adanya rasa empati terhadap pembelajaran mahasiswa akan lebih semangat dalam berlajar, mudah memahami materi dan selalu konsentrasi saat pembelajaran. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dimensi wujud dengan nilai skill laboratorium dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,188 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,042 (<0,05).Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai persepsi wujud tidak baik mempunyai kecenderungan prestasi belajarnya rendah, sebaliknya responden yang mempunyai persepsi wujud baik cenderung prestasi belajarnya tinggi. Meskipun penilaian persepsi wujud bersifat intangible, tetapi pertanyaan yang ada dalam kuesioner akan mudah diingat dan dilihat oleh mahasiswa karena berisi pertanyaan tentang fasilitas fisik yang digunakan dalam pembelajaran skill lab. Selain fasilitas fisik yang bersifat tangible (terlihat), salah satu faktor yang mempengaruhi belajar adalah alat bantu dan fasilitas belajar. Yang dimaksud dengan alat bantu adalah alatalat yang digunakan pendidik (dosen / instruktur) dalam

84 menyampaikan bahan pelajaran. Dan benda asli atau benda tiruan merupakan alat bantu yang mempunyai intensitas paling tinggi untuk mempersepsikan bahan pengajaran. 4. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menganalisis mutu pembelajaran berdasarkan lima dimensi yaitu kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan wujud, sementara analisis yang digunakan hanya sampai pada analisis bivariat saja sehingga tidak dapat mengetahui dimensi mana yang memiliki pengaruh terbesar terhadap hasil pembelajaran skill lab yang hanya bisa diketahui melalui analisis multivariat menggunakan regresi linier.