BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah mengetahui atau mengidentifikasi faktorfaktor penyebab terjadinya barang reject ukuran tidak standar (UTS) pada proses produksi seksi machining 5 dan tindakan perbaikannya serta mengetahui pengendalian kualitas proses produksi dalam mengatasi reject UTS dengan pendekatana plikasi Statistical Process Control (SPC). 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: 5.1.1 Faktor-faktor penyebab reject UTS dan tindakan perbaikan Dari 13 faktor penyebab reject ukuran tidak standar (UTS) yang ditemukan dalam brainstorming, kemudian dilakukan konsensus dengan menggunakan tools Nominal Group Technique (NGT), maka ditemukan 7 penyebab yang dominan ukuran tidak standar (UTS) No part S16036 di mesin TNL-100ALSB seperti terlihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Penyebab dominan dan Pembahasannya No Penyebab Dominan Pembahasan 1 X Spindle Bergeser Merupakan penyebab utama UTS karena saat x 2 Panjang potong material tidak sama spindle bergeser, maka posisi titik center tools akan berubah sehingga saat proses ukuran tidak sesuai dengan setting program. Panjang potong material yang berbeda akan berpengaruh saat proses part terakhir pada tiap batang material, sisa material tidak cukup kuat dicekam collet sehingga material bergeser yang berdampak part UTS 78
Tabel 5.1 Penyebab dominan dan Pembahasannya (Lanjutan) No Penyebab Dominan Pembahasan 3 Hole/lubang di proses dengan 1 tool (drill Ø10.2mm) Proses hole/lubang dengan menggunakan 1 tool drill Ø10.2mm, akan menimbulkan getaran yang cukup tinggi sehingga berpotensi material bergeser dan ukuran part UTS. 4 Setting LS2 pada ukuran 30 ~50mm Setting LS2 pada ukuran 30-50mm, sesuai analisa dilapangan akan berdampak sisa potong material terakhir pada tiap batang saat collet posisi open material miring, sehingga saat collet posisi close, material mundur sehingga berdampak UTS 5 Bearing Spindle unit aus Bearing spindle unit aus akan berdampak pada putaran spindle unit tidak center sehingga sangat berpotensi hasil proses menjadi UTS, kondisi ini jarang terjadi karena biasanya terjadi hanya pada mesin-mesin yang sudah berumur lebih dari 15 sampai 20 tahun 6 Panjang setting drill belum masuk di DIK Panjang seeting drill belum masuk di Daftar instruksi Kerja (DIK) akan berdampak pada saat setting tools operator tidak mengetahui panjang setting drill yang diperbolehkan, (± 3mm dari mata ulir kepala drill) agar putaran drill center dan tidak berdampak UTS 7 Lokasi ukur standar kerja hanya menunjukan no urut proses Lokasi ukur standar kerja hanya menunjukan no urut proses saja akan berdampak saat operator melakukan check hasil proses harus melihat refferensi Standar Kerja dan gambar part sehingga berpotensi salah pengukuran dan hasil proses bisa UTS Dari tindakan perbaikan dengan mengikuti prinsip 5W+1H (Why, What, Where, When, Who & How). Dengan mengidentifikasi tiap-tiap penyebeb 79
dominan yang ada, tindakan perbaikan yang sudah dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.2 Tabel 5.2 Hasil Perbaikan No Penyebab Dominan Perbaikan 1 X Spindle bergeser Di bagian belakang turret indexs dipasang pengunci untuk menahan X spindle agar tidak bergeser dari titik center. 2 Panjang potong material tidak sama Mengganti mesin potong material dari mesin cut-off type F110-27SSA ke mesin cut-off type C-325-3A 3 Hole/lubang di proses Hole/lubang di proses menggunakan dua dengan 1 tool tool yaitu drill Ø9.0mm untuk proses (drill Ø10.2mm) lubang dan proses finishing menggunakan SA Ø10.3mm 4 Setting LS2 pada ukuran Merubah setting LS2 pada ukuran 30~ 50mm 30~50mm menjadi 50~60mm 5 Bearing Spindle unit aus Mengganti bearing turret indexs dengan yang baru 6 Panjang setting drill belum masuk di DIK Daftar intruksi kerja (DIK) ditambahkan standar panjang setting dril 7 Lokasi ukur standarkerja Menambahkan ukuran dimensi part pada hanya menunjukan no urut standar kerja atau SOP proses Setelah dilakukan perbaikan terhadap faktor penyebab dominan yang menyebabkan klaim ukuran tidak standar (UTS) No no part S16036 di mesin TNL-100ALSB dan berdasarkan hasil tindakan perbaikan yang mampu menurunkan reject ukuran tidak standar (UTS), maka dari tindakan perbaikan tersebut perlu dilakukan pengendalian (dibakukan) dengan membuat standarisasi agar tindakan yang sudah dilakukan menjadi dasar atau pedoman saat proses produksi berlangsung. Standarisasi perbaikan tindakan bisa dilihat pada Tabel 5.3 80
No Penyebab Dominan 1 X Spindle bergeser Tabel 5.3 Standarisasi Perbaikan Kondisi Lama Kondisi Baru Standarisasi Mesin TNL- 100ALSB turret indexs harus dipasang pengunci Turret indexs tidak dipasang pengunci Turret indexs tidak dipasang pengunci Standar potong Panjang potong material 2 material tidaksama menggunakan mesin cut off type C-325-3A cut-off type F110- cut-off type C-325-3A 27SSA 3 Hole/lubang di proses dengan 1 tool (drill Ø10.2mm) Drill Ø10.2 Drill Ø9.0 SA (Ø10.3) Standar kerja No Part S16036 tool dirubah drill Ø9.0mm dan SA Ø10.3mm 4 Setting LS2 pada ukuran 30~50mm Revisi DIK Setting LS2 pada ukuran 50~60mm 5 Bearing Spindle unit aus Setting LS2 pada ukuran 30~50mm Setting LS2 pada ukuran 50~60mm Bearing spindle unit Bearing spindle unit aus diganti baru Pemeriksaan Putaran Spindle unit Masuk pada pemeriksaan PM 81
No Penyebab Dominan Tabel 5.3 Standarisasi Perbaikan (Lanjutan) Kondisi Lama Kondisi Baru Standarisasi 6 Panjang setting drill belum masuk di DIK Setting drill masuk sampai ke ulir Setting drill masuk sampai ke ulir 3mm Revisi DIK dengan menambahkan panjang setting drill 7 Lokasi ukur standar kerja hanya menunjukan no urut proses Lokasi ukur Lokasi ukur hanya ditambahkan ukuran no urut proses dimensi part Lokasi ukur standar kerja ditambahkan ukuran dimensi part 5.1.2` Pengendalian Kualitas dengan Statistical Proses Control (SPC) Teknik statistik digunakan untuk mengukur dan menganalisa variasi yang terjadi selama proses berlangsung. Hasil pengukuran produk part S16036 pada ukuran Ø10.2 +0.3/-0.1mm di mesin TNL-100ALSB, bisa dilihat pada peta kontrol dan peta kontrol R yang mengambarkan: 1. Peta kontrol variasi nilai hasil proses produksi dalam batas kendali atau tidak ada nilai yang out control. 2. Peta kontrol R variasi nilai range hasil proses produksi dalam batas kendali atau tidak ada yang out control. 3. Nilai index Capability Process (Cp) adalah 1.85 artinya bahwa menunjukkan kemampuan proses produksi dalam memenuhi spesifikasi limit (limit atas- USL dan limit bawah-lsl proses sangat baik. 4. Nilai indexs Cpk adalah 1.76 didapat dari nilai CPU artinya bahwa nilai indexs Cpk merefleksikan kedekatan batas spesfifikasi atas (USL). 82
5.2 Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya Hasil perbaikan ukuran tidak standar (UTS) di seksi machining 5, klaim internal mengalami sampai bulan agustus 2016 mengalami penurunan seperti terlihat pada Gambar 5.1 Gambar 5.1 Grafik Perbandingan jumlah klaim Sebelum dan Sesudah Perbaikan Dan dampak dari tindakan perbaikan untuk menghilangkan ukuran tidak standar (UTS) No. Part S16036 di mesin TNL-100ALSB bisa terlihat pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Hasil Tindakan Perbaikan UTS No Part S16036 No Item Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan 1 Jumlah produksi 157 Pcs 686 Pcs 2 Jumlah good 85 Pcs 686 Pcs 3 Jumlah reject UTS 72 Pcs 0 Pcs 4 Persentase UTS 46% 0% 5 Peta Kontrol - Dalam batas kendali 6 Cp - 1.85 7 Cpk - 1.76 Nilai indexs Cp 1.85 artinya capability process sangat baik dan Nilai indexs Cpk 1.76 merefleksikan bahwa kedekatan nilai rata-rata pada batas spesifikasi atas. 83
Sebagai bahan perbandingan, maka didapat beberapa referensi penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian atau analisis pengendalian kualitas dan didapat kesimpulan serta hasil yang berbeda-beda, sehingga menjadi ukuran hasil dari penelitian yang dilakukan seperti: Dewantara dan Kholil (2016) dalam jurnalnya melakukan analisis faktor penyebab cacat dan tindakan perbaikan untuk menekan tingkat cacat dan meningkatkan produktifitas dengan mesin sistem otomasi. Dan Pires de Souza, et al (2013) melakukan penelitian menghilangkan cacat atau kelemahan dalam produk dan layanan, mengoptimalkan proses dan mengurangi biaya. Hasil perbandingan dengan penelitian lainnya bisa dilihat pada Tabel 5.5 No Nama 1 Dewantara dan Kholil (2016) 2 Pires de Souza, et al (2013) Tabel 5.5 Perbandingan Hasil Penelitian Penelitian Sebelumnya Penurunan produk reject dari 7,65% menjadi 1,14%, untuk defect reject dalam box yang kotor turun dari 4,38% menjadi 0,64% dan capability dari 1.12 menjadi 1.28 Mengurangi 11,7% pada aliran produk, kenaikan indeks layanan pelanggan (CSI) 93,9-97 persen dan peningkatan turnovers persediaan 4,9-9. Perbandingan Hasil Penelitian Ini Menurunkan klaim internal dari 32 menjadi 6 kasus, jenis klaim UTS dari 25 kasus menjadi 1 kasus, persentase reject UTS No Part S16036 dari 46% menjadi 0% dan nilai Cp= 1.85 dan Cpk = 1.76 Menurunkan klaim internal dari 32 menjadi 6 kasus, jenis klaim UTS dari 25 kasus menjadi 1 kasus, persentase reject UTS No Part S16036 dari 46% menjadi 0% dan nilai Cp= 1.85 dan Cpk = 1.76 (Sumber: Dewantara dan Kholil, 2016; Pires de Souza, 2013; Data diolah, 2016) 5.3 Implikasi Industri PT Surya Toto Indonesia Tbk. merupakan perusahaan manufaktur yang terus berkembang tiap tahunnya. Untuk menjadi perusahaan yang besar tidak cukup dengan penggunaan teknologi yang lebih maju serta penambahan kapasitas 84
proses produksi yang lebih dibandingkan dengan pesaing dalam memenuhi kebutuhan konsumen, akan tetapi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas artinya dilakukan proses perbaikan secara terus menerus (continuous improvement) dalam proses produksi. Dan dari hasil penelitian diatas, bisa menjadi salah satu referensi usulan perubahan sistem dan prosedur ke QA dalam rangka peningkatan pengendalian kualitas proses produksi. Berikut ini merupakan usulan penerapan dari hasil penelitian guna peningkatan kualitas produksi di seksi machining 5 dan PT. Surya Toto pada umumnya. 1. Tindakan perbaikan proses hole/lubang dengan menggunakan 2 tools sebaiknya menjadi referensi tindakan semua proses part di seksi Machining (pararel action) untuk proses diameter hole/lubang yang lebih besar dari Ø9 dalam proses produksi sebaiknya menggunakan 2 tools, agar tidak menimbulkan getaran yang cukup tinggi. 2. Revisi DIK Setting LS2 pada ukuran 50~60mm, sebaiknya menjadi standar setting pada semua mesin NC yang ada seksi machining 5, agar sisa material terakhir pada tiap-tiap batangnya masih bisa diproses dengan sempurna. 3. Revisi DIK dengan menambahkan panjang setting dril 3mm sisa kepala drill yang dicekam collet, sebaiknya dilakukan pararel action untuk semua DIK mesin yang ada di Machining 5, untuk memastikan agar putaran drill center 4. Perubahan standar kerja atau SOP dengan menambahkan ukuran dimensi part sebaiknya dilakukan untuk semua part yang diproduksi di machining (pararel action) agar pada saat operator melakukan pengecheckkan hasil proses produksi dengan standar yang dipersyaratkan pada standar kerja atau SOP dan gambar part tidak salah ukur. 5. Penerapan aplikasi statistical proses control (SPC) dalam rangka mengetahui variasi nilai hasil proses produksi harus dilakukan pada saat: a. Pelaksanaan test produk baru untuk mengetahui capability proses yang tercapai sebelum dinyatakan OK atau disetujuji untuk produksi. b. Pengujian dengan statitistical process control (SPC) dilakukan, setelah terdeteksi terjadi ketidaksesuaian hasil proses produksi untuk melihat capabilty proses. 85
c. Pengujian dengan statitistical process control (SPC), hasil proses produksi setelah diadakan tindakan perbaikan proses produksi untuk melihat variasi nilai hasil proses apakah masih dalam batas kendali atau masih unstandard dimention 6. Hasil penelitiaan dengan menggunnakan aplikasi SPC sebaiknya menjadi referensi perubahan prosedur barang baru, agar pada tahapan 4 design review (DR4) harus mengeluarkan hasil pengukuran produk dengan statistical process control, jika nilai indexs yang didapat Cpk > 1,33 maka tahapan barang baru bisa lanjut ke tahapan 5 design review (DR5) yaitu kestabilan proses dan jika nilai indexs yang didapat Cpk 1.33 maka harus melakukan perubahan proses. 7. Untuk melihat capability proses mesin, sebaiknya pengukuran hasil proses produksi dengan menggunakan statistical process control (SPC) dilakukan secara periodik dalam kurun waktu 1 tahun sekali pada setiap mesin produksi agar capability proses mesin teridentifikasi dengan baik. 8. Dengan berubahnya fungsi-fungsi komponen mesin menjadi tidak normal (ubnormal) seperti yang tardapat pada faktor penyebab ukuran tidak standar (UTS) No Part S16036 di mesin TNL-100ALSB yaitu x spindle bergeser dan bearing spindle unit aus. Maka perlunya peningkatan kinerja mesin, dengan menjalankan program perawatan mandiri (PM) dan membuat schedule perawatan mesin secara terpadu dengan melakukan perawatan berkala. baik itu harian, mingguan, bulanan atau tahunan tujuannya untuk mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan. 9. Faktor manusia dalam penelitian ini yaitu operator belum kompeten, operator baru dan moral karyawan kurang baik, bukan merupakan faktor penyebab yang dominan, akan tetapi perlunya peningkatakan skill up karyawan dalam proses produksi dengan mesin NC dan perlunya pembimbingan terhadap karyawan yang moralnya kurang baik. 10. Peran Quality control (QC) dalam upaya pengendalian kualitas harus ditingkatkan sumberdaya manusianya dalam pemeriksaan produk agar, ketidaksesuaian produk bisa terdeteksi diawal proses sehingga tidak menimbulkan klaim internal di proses akhir (proses assembling). 86
11. Quality control harus mampu memberikan umpan balik ke seksi produksi terhadap ketidaksesuain produk yang dihasilkan, sehingga tindakan perbaikannya saat proses produksi bisa mengatasi masalah yang ada. 12. Menjaga lingkungan kerja dengan program 5S, sehingga kondisi material yang ada di lingkungan kerja terjaga kualitas dan kebersihannya. Tempat kerja yang bersih, rapih, aman dan nyaman yang akan menghasilkan produk dengan kualitas tinggi 13. Implikasi industri sejenis antara lain: a) Pengendalian kualitas material dari supplier dengan melakukan pengecekan kesesuaian spesifikasi. b) Meningkatkan keterampilan (skill up) kayawan dengan cara memberikan training dan pelatihan kepada karyawan sesuai job kerjanya. c) Memperbaiki metode dalam proses kerja dengan cara, menetapkan pedoman baku pada Standar Kerja (SK), Daftar Instruksi Kerja (DIK), dalam proses produksi dengan melakukan standarisasi metode kerja. 5.4 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dan diselesaiakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian antara lain: 1. Dua faktor lain yang mempengaruhi pengendalian kualitas yaitu: a. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima, ukuranya sulit ditetapkan karena sifatnya yang kondisional. b. Biaya kualitas tidak bisa dihitung karena banyaknya varian part. 2. Menentukan penyebab dominan dengan tool NGT dan tindakan perbaikan dengan 5W 1H tidak bisa merumuskan tindakan perbaikan yang dilakukan berdasarkan analisis tingkat risiko yang terjadi seperti pada tools FMEA. 87