TUGAS ANALISIS REAL OLEH KELOMPOK V KELAS VI A MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP MATARAM

dokumen-dokumen yang mirip
5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

Sistem Bilangan Real

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

SISTEM BILANGAN REAL

BAB 5 POSET dan LATTICE

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 1. SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN REAL

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

Oleh: Naning Sutriningsih

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. August 18, Dosen FMIPA - ITB

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB 5 POSET dan LATTICE

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

Matematika Diskrit 1

1 SISTEM BILANGAN REAL

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MAT PENGANTAR ANALISIS

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

Coba amati apakah sifat ini mempunyai signifikansi dalam sistem bilangan real.

FUNGSI BERVARIASI TERBATAS DAN SIFAT-SIFATNYA SKRIPSI

SISTEM BILANGAN REAL

Makalah Himpunan dan Logika Matematika Poset dan Lattice

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

MA5032 ANALISIS REAL

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

EKSISTENSI SUPREMUM DAN INFIMUM DENGAN TEOREMA CANTOR DEDEKIND. Nursiya Bito. Staf Dosen Jurusan Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

1 Preliminaries The Algebra of Sets... 3

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

MA3231 Analisis Real

BAB III SIFAT SIFAT LINE DIGRAPH. Bab ini khusus membahas mengenai definisi serta sifat sifat dari line

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas. Ada tiga cara untuk menyatakan himpunan, yaitu: a. dengan mendaftar anggota-anggotanya;

Pengantar : Induksi Matematika

RELASI BINER. 1. Hasil Kali Cartes

untuk setiap x sehingga f g

Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

BAB I PENDAHULUAN. Kata topologi berasal dari bahasa yunani yaitu topos yang artinya tempat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH

Aljabar Boole. Meliputi : Boole. Boole. 1. Definisi Aljabar Boole 2. Prinsip Dualitas dalam Aljabar

STRUKTUR SEMILATTICE PADA PRA A -ALJABAR

Pertemuan 1 HIMPUNAN. a.himpunan Kosong Ǿ adalah himpunan yang mempunyai nol anggota(tidak mempunyai elemen.)

INF-104 Matematika Diskrit

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

TEOREMA TITIK TETAP DALAM RUANG 2-METRIK SEMI QUASI

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Tugas Statistika Matematika TEORI PELUANG

INTEGRAL DARBOUX. Keterbatasan fungsi f dapat menjamin eksistensi dua bilangan ܯ dan tersebut. Selanjutnya untuk ͳǡʹǡǥ ǡ didefinisikan:

BAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

SUATU KAJIAN TENTANG HIMPUNAN FUZZY INTUISIONISTIK

INF-104 Matematika Diskrit

PATH KUAT TERKUAT DAN JARAK KUAT TERKUAT DALAM GRAF FUZZY. Lusia Dini Ekawati 1, Lucia Ratnasari 2. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

Ruang Vektor Real. Modul 1 PENDAHULUAN

H I M P U N A N. A. Pendahuluan

BAB 1. PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi.

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

MATEMATIKA 1. Pengantar Teori Himpunan

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

Keterbagian Pada Bilangan Bulat

Distribusi Peubah Acak

BAB 2 LANDASAN TEORI

Diktat Kuliah. Oleh:

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

MA3231 Analisis Real

Analisis Real. Johan Matheus Tuwankotta 1. December 3,

RELASI KLASIK 5.1 PENDAHULUAN

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

L A M P I R A N. M e t o d e p e n y e b a r a n k u e s i o n e r d i l a k u k a n u n t u k m e n g e t a h u i c u s t o m e r i n s i g h t

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

RUANG VEKTOR. Nurdinintya Athari (NDT)

SUBRUANG VEKTOR. Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Aljabar Linier. Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.Pd

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

x 6 x 5 x 3 x 2 x 4 V 3 x 1 V 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

HIMPUNAN (Pengertian, Penyajian, Himpunan Universal, dan Himpunan Kosong) EvanRamdan

PIGEON HOLE. Kristiana Wijaya. February 23, Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Jember

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

Transkripsi:

Supremum dan Infimum TUGAS ANALISIS REAL OLEH KELOMPOK V KELAS VI A MATEMATIKA ANGGOTA : 1. ADESUHANDI (06 221 008) 2. ABDUSSALIM (06 221 006) 3. WAN SYAFRADINATA (07 221 299) 4. WIWIN WIDIARTI (07 221 303) 5. BQ.EMY JUNI HERLIANI (06 221 032) 6. EKA NUR AZIZAH (07 221 072) 7. HARY KUSNADI (07 221 109) FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM IKIP MATARAM 2009 Dalam hal ini, kami akan memperkanalkan suatu konsep tentang batas atas dan batas bawah dari suatu himpunan bilangan real. DEFINISI 1 : Misalnya diberikan subset tak kosong SR. 1. Himpunan S dikatakan terbatas ke atas (bounded above) jika terdapat suatu bilangan ur sedemikian hingga su untuk semua ss. Setiap bilangan u seperti ini disebut dengan batas atas (upper bound) dari S. 2. Himpunan S dikatakan terbatas ke bawah (bounded beow) jika terdapat suatu bilangan wr sedemikian hingga ws untuk semua ss. Setiap bilangan w seperti ini disebut dengan batas bawah (Lower bound) dari S.

3. Suatu himpunan dikatakan terbatas (bounded) jika terbatas ke atas dan terbatas ke bawah. Jika tidak, maka dikatakan tidak terbatas (unbounded). Dengan kata lain, terbatas ke atas atau batas atas suatu himpunan adalah bilangan yang lebih besar atau sama dengan dari semua unsur di himpunan tersebut. Sedangkan terbatas ke bawah atau batas bawah suatu himpunan adalah bilangan yang lebih kecil atau sama dengan dari semua unsur di himpunan tersebut. Contoh : Apakah himpunan S={xR:x<2} terbatas ke atas, terbatas ke bawah atau tidak terbatas? Jawab : S={xR:x<2} S={.,-1,0,1} Jadi himpunan S={xR:x<2} terbatas ke atas sebab bilangan 2 dan sembarangan bilangan lebih dari 2 yaitu 3,4.5, dan seterusnya merupakan batas atas dari S. Himpunan S tidak mempunyai batas bawah atau tidak terbatas ke bawah. Dehingga dapat di simpulkan bahwa himpunan S merupakan himpunan yang tidak terbatas. DEFINISI 2 : Misalnya diberikan S subset tak kosong R. 1. Jika S terbatas ke atas, maka suatu bilangan u disebut supremum (batas atas terkecil) dari S jika memenuhi suatu kondisi berikut : 1. u merupakan batas atas S 2. Jika v adalah sembarang batas atas S, maka uv. Atau dapat ditulis u=supremum S. 1. Jika S terbatas ke bawah, maka suatu bilangan u disebut infimum (batas bawah terbesar) dari S jika memenuhi suatu kondisi berikut : 1. w merupakan batas bawah S 2. Jika t adalah sembarang batas bawah S, maka tw. Atau dapat ditulis w=infimum S. Contoh : Tentukan batas atas, batas bawah, supremum dan infimum dari himpunan A={5,6,7,8,9,10}! Jawab :

A={5,6,7,8,9,10} Batas Atas= 10,11,12,13,. Batas Bawah= 5,4,3,2,1,0,-1,. Supremum= 10 Infimum= 5 Agar kita lebih mudah memahaminya, maka kita gunakan sebuah konsep pemahaman yaitu jika diberikan suatu himpunan S subset dari R, maka hanya terdapat satu supremum atau supremumnya tunggal. Juga dapat ditunjukan bahwa jika u adalah sembarang batas atas dari suatu himpunan tak kosong S, maka Su, sebab supemum S merupakan batas atas terkecil dari S. Suatu subset tak kosong SR mempunyai emat kemungkinan yaitu : 1. Mempunyai supremum dan infimum, 2. Hanya mempunyai supremum, 3. Hanya mempunyai infimum, 4. Tidak mempunyai infimum dan supremum. Setiap bilangan real ar merupakan batas atas dan sekaigus juga merupakan batas bawah himpunan kosong Ø. Jadi himpunan Ø tidak mempunyai supremum dan infimum. DEFINISI 3 : Suatu bilangan u merupakan supremum dari subset tak kosong SR jika dan hanya jika u memenuhi suatu kondisi berikut : 1. s u untuk semua ss, 2. jika v < u, maka terdapat s S sedemikian hingga x<s. DEFINISI 4 : Diberikan subset tak kosong SR, u = sup S jika dan hanya jika untuk setiap >0 terdapat s 1 sedemikian hingga < s 1. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jika diketahui u = sup S dan diberikan > 0. Karena u -< u, maka u- bukan merupakan batas atas S. Oleh karena itu, terdapat s 1 dari S yang lebih besar u.sehingga - u -< s 1. Jika diketahui u -< s 1 dan Jika u merupakan batas atas S, dan memenuhi v < u, maka diambil := u - v. Maka jelas > 0, dan diperoleh bahwa u = sup S. Contoh :

(a). Jika suatu himpunan tak kosong S 1 mempunyai elemen sebanyak berhingga, maka dapat dilihat bahwa S 1 mempunyai elemen terbesar, namakan u, dan elemen terkecil, namakan w. Maka u = sup S 1 dan w = inf S 1, dan keduanya merupakan elemen S1. (b). Himpunan S 2 := mempunyai batas atas 1. Akan dibuktikan bahwa 1 merupakan supremumnya. Jika v <1, maka terdapat s S 2 sedemikian hingga v < s. Oleh karena itu, v bukan merupakan batas atas S 2 dan karena v merupakan sebarang v<1, maka dapat disimpulkan bahwa sup S 2 =1. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa inf S 2 = 0. Sifat Lengkap R Akan ditunjukkan bahwa subset tak kosong R yang terbatas ke atas pasti mempunyai batas atas terkecil. Sifat seperti ini disebut Sifat Lengkap R. Sifat Lengkap juga sering disebut dengan Aksioma Supremum R. DEFINISI 5 : Jika subset tak kosong SR terbatas ke atas, maka supremumnya ada, yaitu terdapat ur sedemikian hingga u = sup S. DEFINISI 6 : Jika subset tak kosong SR terbatas ke bawah, maka infimumnya ada, yaitu terdapat wr sedemikian hingga w = inf S. Bukti. Misalkan himpunan T terbatas ke bawah, TR. Dibentuk himpunan S =, maka S terbatas ke atas dan tidak kosong. Menurut Aksioma Supremum, sup S ada, dan dinamakan u = sup S, maka -u= inf T. Penggunaan Sifat Aksioma Supremum Pada subbab ini,kami akan membahas beberapa akibat dari aksioma supremum. DEFINISI 1 : Diberikan subset tak kosong SR yang terbatas ke atas dan sebarang ar. Didefinisikan himpunan a + S :=, maka berlaku

sup(a + S ) = a + sup(s ). Bukti. Jika diberikan u := sup S, maka xu untuk semua xs, sehingga a + xa + u. Oleh karena itu, a + u merupakan batas atas dari himpunan a + S. Akibatnya sup(a + S )a + u. Selanjutnya, misalkan v adalah sebarang batas atas a + S, maka a + xv untuk semua xs. Akibatnya xv - a untuk semua xs sehingga, v - a merupakan batas atas S. Oleh karena itu, u = sup Sv-a. Karena vadalah sebarang batas atas a + S, maka dengan mengganti v dengan u = sup S, diperoleh a + usup(a + S ). Di lain pihak diketahui sup(a + S ) a + u terbukti bahwa sup(. Akibatnyaa + S ) = a + u = a + sup S. DEFINISI 2 : Diberikan subset tak kosong SR yang terbatas dan sebarang bilangan real a > 0. Didefinisikan himpunan as := {as :ss}, maka berlaku inf (as ) = a inf (S ). Bukti. Tulis u = inf as dan v = inf S. Akan dibuktikan bahwa u = av. Karena u = inf as, maka uas, untuk setiap ss. Karena v = inf S, maka vs untuk setiap ss. Akibatnya avas untuk setiap ss. Berarti av merupakan batas bawah as. Karena u batas bawah terbesar as, maka avu. Karena uas untuk setiap ss, maka diperoleh u / a s untuk setiap ss (sebab a > 0 ). Karena v = inf S, maka u / a v yang berakibat u av. Di lain pihak diketahui av u. Akibatnya u = av. Jadi, terbuktibahwa inf (as ) = a inf (S ). DEFINISI 3 : Jika A dan B subset tak kosong R dan memenuhi ab untuk semua aa dan bb, maka sup A inf B.

Bukti. Diambil sebarang bb, maka ab untuk semua aa. Artinya bahwa b merupakan batas atas A, sehingga sup Ab. Selanjutnya, karena berlaku untuk semua bb, maka sup A merupakan batas bawah B. Akibatnya diperoleh bahwa sup Ainf B.