BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Pada bab IV akan dipaparkan tentang gambaran umum pelaksanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian. Pada bab III ini akan dibahas tentang jenis penelitian, subjek dan

DAFTAR ISI BAGIAN I PANDUAN UMUM

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Pelaksanaan Intervensi Konseling (Data Pelaksanaan Penelitian)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2013.kepada anak anak di Panti Asuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1.Interaksi Sosial Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. No Nama Skor Kategori Kelompok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dtujukan kepada Kepala Sekolah SMP N 2 Pabelan. Sebelumnya, penulis telah meminta izin

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

EFEKTIVITAS STRATEGI MODELING PARTISIPAN TERHADAP PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA MTs RAUDHATUSYSYUBBAN KAB. BANJAR OLEH SARKIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan ijin penelitian pada penulis. eksperimen dan kontrol yang berdasarkan jenis kelamin dan usia.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan Oleh BEBI SURYA HANDAYANI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JURNAL. Oleh: MIA DEWANTI Dibimbing oleh : 1. Dr. Hj. Sri Panca Setyawati, M.Pd. 2. Vivi Ratnawati, S.Pd., M.Psi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kedua kelompok dapat dilihat dari umur dan kategori skor skala konsep diri yang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan pimpinan Ibu kepala sekolah Drs. Kriswinarti. Subyek penelitian

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Siswa dikelas ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Rombel Jumlah siswa Persentase 1 Kelas IVa 33 50% 2 Kelas IVb 33 50% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MIN Pemurus Dalam Banjarmasin. keputusan Menteri Agama No. 155 A Tanggal 20 November 1995.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berpedoman pada kajian dan analisis serta pembahasan

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

Alfian Ashshidiqi Poppyariyana A

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN. UCAPAN TERIMAKASIH.. ABSTRAK.. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tindakan, observasi (sekaligus penilaian), dan refleksi. Siklus ini akan dilanjutkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kecemasan komunikasi interpersonal yang rendah.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017 ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nusantara Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. SMP Nusantara Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu jenis Pre-Experimental

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII di SMPN 2 Way Tenong

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian di SMP Nurul Iman Palembang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015)

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang ada di lapangan, maka peneliti mulai menyusun instrumen penelitian yang

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. minggu pertama semester gasal tahun pelajaran 2016/2017, SMK Negeri 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MODEL QUANTUM TEACHING DISERTAI METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP. Winda Ayu Wijayanti, Indrawati, Trapsilo Prihandono

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

KEEFEKTIFAN MEDIA BOCI

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah tempat berlangsungnya penelitian terletak di Jalan Basuki

Transkripsi:

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV akan dipaparkan tentang gambaran umum pelaksanaan intervensi konseling, deskripsi data hasil analisis intervensi konseling dan hasil uji hipotesis. Bab ini juga dilengkapi dengan pembahasan mengenai tentang implikasi penelitian dalam bidang bimbingan dan konseling, serta mengenai keterbatasan dan kelebihan penelitian. A. Gambaran Pelaksanaan Intervensi Konseling (Data Pelaksanaan Penelitian) Pemaparan pelaksanaan intervensi konseling meliputi gambaran tentang rangkaian kegiatan dan semua orang yang terlibat didalamnya. Adapun orangorang yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Konseli Konseli terdiri dari 6 orang siswa MTs Raudhatusysyubban. Konseli diperoleh melalui pre-tes yang diberikan kepada 48 siswa kelas VIIIC dengan skala kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Adapun inisial 6 konseli tersebut yaitu : Au, Re, Fi, Fa, Ze, Ru yang berjenis kelamin laki-laki. Hasil pre-test dapat dilihat pada lampiran 7. 2. Observer Observer terdiri dari 3 orang, yaitu: a. Haji Muhdi (Guru Bimbingan dan Konseling MTs Raudhatusysyubban), b. Ermalianti, M. Pd (Dosen IAIN Antasari Banjarmasin), c. Siti Fatimah (Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Antasarai Banjarmasin). Tugas observer adalah untuk memberikan 73

74 penilaian terhadap pelaksanaan konseling dan perkembangan konseli. Panduan dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4. 3. Konselor Konselor terdiri dari 2 orang mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Antasari Banjarmasin, yaitu Adi Chandera dan Muhammad Sarpani. Pemilihan konselor berdasarkan kesediaan dan pengalaman organisasi. Adapun lembar kesediaan konselor dapat dilihat pada lampiran 11. 4. Dokumentasi Pada pelaksanaan konseling dokumentasi dilakukan oleh Norfitriana mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam IAIN Antasari Banjarmasin. Lebih jelasnya mengenai orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4. 1 Orang- Orang yang Terlibat pada Pelaksanaan Intervensi Konseling Nama Jabatan Keterangan Haji Muhdi Guru Bimbingan dan Konseling Observer Ermalianti, M. Pd Dosen IAIN Antasari Banjarmasin Observer Siti Fatimah Mahasiswa BKI IAIN Antasari Banjarmasin Observer Adi Chandera Mahasiswa BKI IAIN Antasari Banjarmasin Trainer/Konselor Muhammad Sarpani Mahasiswa BKI IAIN Antasari Banjarmasin Trainer/Konselor Norfitriana Mahasiswa MPI IAIN Antasari Banjarmasin Dokumenter Intervensi konseling dilaksanakan di 4 lokasi, yakni MTs Raudhatusysyubban, kampus IAIN Antasari Banjarmasin dan ditutup di Siring

75 Pierre Tendean Banjarmasin. Rangkaian dilaksanakan selama empat hari. Berikut akan dipaparkan rangkaian kegiatan intervensi konseling tersebut. 1. Pertemuan pertama, Minggu 19 Juni 2016 jam 09.00-10.00 bertempat di MTs Raudhatusysyubban. Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan perkenalan dan membangun hubungan kolaboratif. Dimulai dengan pembicaraan santai dan peneliti menjelaskan rangkaian kegiatan yang akan dilalui selama 3 hari selanjutnya. Selesai menjelaskan rangkaian kegiatan, siswa diberikan lembar harapan dan lembar persetujuan mengikuti kegiatan. 2. Pertemuan kedua, Senin 20 Juni 2016 jam 10.00-11.00 wita bertempat di kampus IAIN Antasari Banjarmasin tepatnya di Apung Tarbiyah. Pertemuan tersebut diisi oleh Adi Chandera dengan materi modeling keterampilan mendengarkan dan bertanya. Pertemuan diawali dengan pembicaraan ringan mengenai hobi dan diberikan permainan untuk meningkatkan konsentrasi. Selanjutnya trainer memberikan materi dan mencontohkan bagaimana mendengarkan dan bertanya dengan baik. Materi dapat dilihat pada lampiran 1. 3. Pertemuan ketiga, Senin 20 Juni 2016 jam 11. 30-12.30 yaitu praktik terbimbing keterampilan mendengarkan dan bertanya. Pertemuan tersebut bertempat dan diisi oleh trainer yang sama pada pertemuan kedua. Trainer memberikan topik pembahasan tentang media sosial untuk dibahas bersama. Siswa diminta untuk mendengarkan dengan seksama dan dibimbing satu persatu untuk berlatih bertanya. Konseli dibimbing untuk membuat kalimat pertanyaan yang mudah dipahami dan jelas, serta latihan bagaimana sikapsikap(jelaskan sikap yg benar itu seperti apa) yang benar ketika bertanya.

76 Kemudian siswa melakukan praktik bertanya tanpa dibimbing oleh trainer. Seusai latihan, trainer memberikan pujian atas praktik yang berhasil dilakukan dan usulan perbaikan pada hal-hal yang keliru. 4. Pertemuan keempat, Selasa 21 Juni 2016 jam 09. 00-10. 30 wita bertempat di kampus IAIN Antasari Banjarmasin tepatnya di BLBK (Biro Layanan Bimbingan dan Konseling). Pertemuan tersebut diisi oleh Muhammad Sarpani dengan materi lanjutan modeling keterampilan menjelaskan ide, menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapat. Trainer memberikan materi dan mencontohkan bagaimana melakukan keterampilan-keterampilan tersebut dengan sikap yang benar. Penyampaian materi diselangi dengan memberikan ice breaking untuk menghindari efek jenuh. 5. Pertemuan kelima, Selasa 21 Juni 2016 jam 11. 00-13. 00 wita dengan tempat dan trainer yang sama pada pertemuan keempat. Pada pertemuan tersebut merupakan praktik terbimbing keterampilan menjelaskan ide, menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapat. Topik pembahasan yang dibahas dalam sesi latihan tersebut adalah tentang tayangan pertelevisian Indonesia. Siswa diminta untuk memikirkan selama 2 menit tentang tayangan yang menurut mereka mendidik atau tidak mendidik. Siswa satu persatu kedepan untuk menjelaskan tayangan yang sering mereka tonton dan memberikan penilaian terhadap tayangan tersebut. Siswa juga menjelaskan idenya tentang tayangan yang seharusnya ada di chanel televisi. Selanjutnya siswa yang lain memberikan komentar tentang apa yang dijelaskan temannya tersebut. Trainer

77 membimbing satu persatu siswa untuk melakukan hal tersebut dan memberikan usulan perbaikan jika ada hal yang keliru. 6. Pertemuan keenam, Rabu 22 Juni 2016 jam 17. 00-19.00 wita di Siring Pierre Tendean. Pertemuan keenam merupakan kegiatan penutup yang dilakukan secara santai pada acara buka bersama. Konseli menyampaikan kesankesannya setelah mengikuti kegiatan. Peneliti menyampaikan bahwa kegiatan akan segera berakhir, dan memberikan motivasi apa yang mereka dapat selama kegiatan agar terus dilatih pada kehidupan sehari-hari. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak karena telah bekerjasama dengan baik selama beberapa hari. Lebih jelasnya mengenai rangkaian kegiatan intervensi konseling dapat dilihat pada tabel 4. 2 dibawah ini. Tabel 4. 2 Rangkaian Kegiatan Intervensi Konseling Pelaksanaan Penelitian Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4 Pertemuan 5 Pertemuan 6 Kegiatan Pertemuan awal: membangun rapport dan harapan konseli. Modeling keterampilan mendengarkan dan bertanya. Partisipasi terbimbing keterampilan mendengarkan dan bertanya. Modeling keterampilan menjelaskan ide, menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat. Partisispasi terbimbing menjelaskan ide, menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat. Pertemuan penutup: Kesan dan evaluasi Jadwal dan Tempat Pelaksanaan Minggu, 19 Juni 2016 MTs Raudhatusysyubban Senin, 20 Juni 2016 (Apung Tarbiyah) IAIN Antasari Banjarmasin Senin, 20 Juni 2016 (Apung Tarbiyah) IAIN Antasari Banjarmasin Selasa, 21 Juni 2016 (BLBK) IAIN Antasari Banjarmasin Selasa, 21 Juni 2016 (BLBK) IAIN Antasari Banjarmasin Rabu, 22 Juni 2016 Siring Pierre Tendean

78 B. Data Hasil Analisis Intervensi Konseling (Data Eksperimen) Sebelum melaksanakan intervensi peneliti melakukan assesment di MTs Raudhatusysyubban dengan cara memberikan skala kemampuan mengemukakan pendapat (pretest) pada salah satu kelas yang dipilih secara random yaitu kelas VIIIC dengan jumlah 48 siswa. Hasil pengukuran skala kemampuan mengemukakan pendapat diperoleh 6 (12,5 %) siswa memperoleh skor kemampuan mengemukakan pendapat sangat rendah, 5 (10, 4%) siswa berada pada kategori rendah, 34 (70, 8 %) siswa menempati kategori sidang dan 3 (6,2 %) siswa pada kategori kemampuan mengemukakn pendapat tinggi. Berdasarkan hasil pretest tersebut peneliti melakukan wawancara terhadap siswa berkategori kemampuan mengemukakan pendapat sangat rendah yang berjumlah 6 siswa. Hasil wawancara tersebut 6 siswa yang bersedia mengikuti konseling kelompok. Intervensi diberikan oleh dua orang mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Antasari Banjarmasin terhadap subjek yang telah terjaring. Intervensi dilaksanakan selama 4 hari tanggal 19-22 Juni 2016 dengan waktu pertemuan selama 50-60 menit, selanjutnya dilaksanakan post-test pada tanggal 22 Juni 2016. Peneliti melakukan diskusi dengan observer (guru bimbingan dan konseling dan mahasiswa Bimbingan dan Konseling) untuk menganalisis hasil observasi proses pelaksanaan konseling dan perkembangan konseli. Deskripsi hasil observasi keterlaksanaan konseling dapat dilihat pada lampiran 5 dan deskripsi perkembangan konseli dapat dilihat pada lampiran 6.

79 Pada tabel 4. 7 di bawah ini dipaparkan hasil observasi kegiatan konseling berupa deskripsi kuantitatif terkait keterlaksanaan konseling. Tabel 4. 7 Deskripsi Kuantitatif Keterlaksanaan Konseling Kelompok Strategi Modeling Partisispan Skor keterlaksanaan konseling Tahap Pertemuan 1 2 3 4 5 6 Pembukaan 10 7 7 6 7 7 Kegiatan inti 10 12 13 13 11 13 Kegiatan penutup 11 9 8 11 9 8 Total skor 172 Rata-rata keterlaksanaan konseling (%) 81, 2 Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelompok konseling strategi modeling partisispan memiliki persentase rata-rata skor keterlaksanaan konseling yang sedang, yaitu 81, 2 % dengan jumlah skor total 172. Deskripsi keterlaksanaan konseling selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. Deskripsi tentang hasil pengukuran skala kemampuan mengemukakan pendapat yang terjaring menjadi konseli sebelum diberikan intervensi (pre-test) dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Skala Kemampuan Mengemukakan Pendapat Konseli (Pre-test) Konseli Pretest Skor Kategori Konseli 11 (Au) 57 Sangat rendah Konseli 18 (Re) 57 Sangat rendah Konseli 25 (Fi) 55 Sangat rendah Konseli 33 (Fa) 55 Sangat rendah Konseli 40 (Ze) 57 Sangat rendah Konseli 48 (Ru) 51 Sangat rendah Rata-rata 55 Sangat rendah

80 Berdasarkan tabel 4. 8 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan mengemukakan pendapat konseli adalah sangat rendah dengan nilai rata-rata 55. Lebih jelasnya data tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik hasil pretest konseli dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. 58 57 56 55 54 53 52 51 50 49 48 skor skala kemampuan mengemukakan pendapat (pretest) subjek 11 subjek 18 subjek 25 subjek 33 subjek 40 subjek 48 Gambar 4.1 Grafik Hasil Skala Kemampuan Mengemukakan Pendapat Konseli (Pretest) Data hasil pengukuran skala kemampuan mengemukakan pendapat konseli setelah diberikan intervensi (post-test) dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut. Tabel 4. 9 Hasil Pengukuran Skala Kemampuan Mengemukakan Pendapat Konseli (post- test) Konseli Post-test Skor Kategori Konseli 11 (Au) 89 Sedang Konseli 18 (Re) 91 Sedang Konseli 25 (Fi) 88 Sedang Konseli 33 (Fa) 90 Sedang Konseli 40 (Ze) 90 Sedang Konseli 48 (Ru) 82 Rendah Rata-rata 88 Sedang

81 Berdasarkan tabel 4.9 rata-rata kemampuan mengemuakakan pendapat konseli adalah sedang dengan nilai rata-rata 88. Lebih jelasnya data tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik hasil post-test konseli dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut. 92 90 88 86 84 82 80 78 76 Skor skala kemampuan mengemukakan pendapat (posttest) subjek 11 subjek 18 subjek 25 subjek 33 subjek 40 subjek 48 Gambar 4.2 Grafik Hasil Skala Kemampuan Mengemukakan Pendapat Konseli (Post-test) C. Data Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka hipotesis penelitian yang harus diuji dalam penelitian ini adalah Ha yaitu variabel bebas memiliki efek terhadap variabel terikat, maka dalam penelitian ini strategi modeling partisipan memiliki efek terhadap kemampuan mengemukakan pendapat. Secara keseluruhan peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi dapat dideskripsikan pada tabel 4. 9 berikut:

82 Tabel 4. 9 Data Hasil Perolehan Pretest dan Post-test Skala Kemampuan Mengemukakan Pendapat Konseli Pretest Post-test Konseli Skor Skor Subjek 11 57 Subjek 11 89 Subjek 18 57 Subjek 18 91 Subjek 25 55 Subjek 25 88 Subjek 33 55 Subjek 33 90 Subjek 40 57 Subjek 40 90 Subjek 48 51 Subjek 48 82 Rata-rata 55 Rata-rata 88 Kategori Sangat rendah Kategori Sedang Nilai Minimum 51 Nilai Minimum 82 Nilai Maksimum 57 Nilai Maksimum 91 Berdasarkan data pada tabel 4. 9, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan setelah diberikan intervensi. Sedangkan analisis perubahan kemampuan mengemukakan pendapat secara individual dapat dilihat pada lampiran... Lebih jelasnya data tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik perbedaan hasil pretest dan post-test konseli pada gambar 4. 3 berikut. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 s11 s18 s25 s33 s40 s48 pretest post-test Gambar 4.3 Grafik Hasil Perolehan Pretest dan Post-test Skala Kemampuan Mengemukakan Pendapat Konseli

83 Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa hasil post-test berbeda dengan hasil pretest. Hasil perolehan data di atas selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis statistik uji dua sampel yang saling berhubungan (uji tanda(sign)). Adapun hasil analisis dengan menggunakan uji tanda (sign) terdapat pada tabel 4. 10 sebagai berikut. Tabel 4. 10 Output Uji Dua Sampel yang Saling Berhubungan (Uji Tanda (sign)) Pretest dan Post-test Frequencies N Sesudah pelatihan Sebelum Pelatihan Negative Differences a 0 Positive Differences b 6 Ties c 0 a. sesudah pelatihan<sebelum pelatihan b. sesudah pelatihan>sebelum pelatihan c. sesudah pelatihan = sebelum pelatihan Total 6 Test Statistics a Sesudah pelatihan Sebelum pelatihan Exact Sig. (2-tailed).031 b a. Sign Test b. Binomial distribution used. Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai sig. Jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan jika sig < 0,05 maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis uji dua sampel yang saling berhubungan (uji tanda(sign)) maka Ho ditolak dan itu artinya Ha diterima. Sig pada penelitian ini adalah 0, 031 maka lebih kecil dari 0,05 (0,031 < 0, 05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, jadi keputusannya adalah ada peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa setelah

84 mendapatkan konseling kelompok strategi modeling partisispan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok strategi modeling partisipan efektif untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. D. Hasil Penelitian (Analisis Data) Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah strategi modeling partisipan efektif untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Secara teoretis strategi modeling partisipan dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Hal ini perlu dikaji lebih jauh perlu dari hasil fakta di lapangan mengenai strategi modeling partisispan apakah efektif untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah konseli mengikuti konseling kelompok strategi modeling partisipan, konseli memperoleh peningkatan skor skala kemampuan mengemukakan pendapat rata-rata dari kategori sangat rendah mencapai kategori sedang. Peningkatan ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan strategi modeling partisipan mampu meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dibahas pada bab II yaitu penerapan strategi modeling partisipan dapat digunakan untuk mengatasi orangorang yang mengalami kekurangmampuan berperilaku tertentu. Sehubungan dengan penerapan strategi modeling partisipan untuk meningkatkan ke mampuan mengemukakan pendapat, maka penulis mencoba mengembangkan panduan konseling kelompok strategi modeling partisipan untuk meningkatkan

85 kemampuan mengemukakan pendapat dengan merujuk teori yang dikembangkan Nursalim. 1 Tujuan dari strategi modeling partisipan agar konseli memperoleh perilaku baru yang menjadikan konseli mampu beradaptasi dengan lingkungannya. 2 Sesuai dengan ayat Al-qur an yang penulis muat dalam landasan teori bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Maka perlu dilakukan usaha-usaha dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat. Proses pelaksanaan strategi modeling partisipan adalah rasional strategi, modeling, partisipasi terbimbing dan pengalaman sukses. 3 Strategi ini memungkinkan siswa belajar mengobservasi, mengurangi pikiran dan perasaan negatif dan praktik secara terbimbing untuk mengemukakan pendapat. Hal ini membantu siswa merasa percaya diri untuk mempelajari, melatih, dan meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapatnya. Aspek-aspek kemampuan mengemukakan pendapat yang dilatih adalah keterampilan mendengarkan, bertanya, menjelaskan ide, menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapat. Berdasarkan prosedur pelaksanaan strategi modeling, maka diberikan materi tentang aspek-aspek kemampuan mengemukakan pendapat serta modeling dari beberapa keterampilan yang merupakan aspek- aspek tersebut. Pertama, 1 Mochamad Nursalim, op. cit., h. 130-135 2 Ibid., h. 121. 3 Ibid., h. 130

86 rasional strategi yaitu konseli diberikan penjelasan tentang maksud penggunaan strategi dan komponen pada modeling partisipan. Selanjutnya konseli diberikan lembar kerja harapan untuk memotivasi diri dan lembar komitmen demi keseriusan konseli mengikuti konseling. Hal ini efektif membuat konseli berantusias mengikuti konseling dan termotivasi meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapatnya. Kedua, modeling (permodelan) yaitu konseli diberikan materi tentang aspek-aspek kemampuan mengemukakan pendapat, kemudian dilanjutkan dengan permodelan pada setiap aspek tersebut. Sebelum konseli melakukan praktik, konseli diberikan kesempatan untuk mengamati seorang model yang mendemonstrasikan keterampilan yang merupakan aspek mengemukakan pendapat. Dengan demikian, konseli dapat memerhatikan dengan seksama bagaimana cara melakukan hal tersebut Tahapan belajar melalui modeling yang pertama yaitu perhatian (atensi). Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan proses kognitif lainnya. 4 Cara belajar melalui pengamatan terhadap model mempermudah konseli untuk memahami bagaimana mengemukakan pendapat yang benar. Konseli harus difokuskan pada model, maka konselor mempunyai peran penting dalam hal tersebut. Konselor harus memiliki skill yang luwes, humoris dan mampu membaca bahasa verbal dan nonverbal anggota tim, sehingga semua konseli siap menerima tindakan/ materi. 4 Mochamad Nursalim, op. cit., h. 122

87 Ketiga, partisipasi terbimbing yaitu konseli melakukan praktik secara terbimbing setelah melakukan pengamatan terhadap model. Konseli satu persatu dibimbing untuk melatih keterampilan aspek mengemukakan pendapat hingga konseli dapat melakukannya tanpa bimbingan konselor. Konseli yang awalnya berpikir bahwa mengemukakan pendapat merupakan hal yang sulit, setelah melakukan praktik secara terbimbing ternyata mereka mampu melakukannya. Hal di atas sesuai dengan tahapan belajar modeling yaitu tahap reproduksi motorik dimana konseli melakukan peniruan tingkah laku model, perlu latihan ber ulang kali agar pengamat (konseli menjadi lancar dan mahir). 5 Dengan demikian, kemampuan mengemukakan pendapat seseorang harus dilatih secara rutin untuk menjadi lebih baik. Keempat, pengalaman sukses atau penguatan yaitu pengalaman berhasil konseli pada kegiata konseling agar digunakan pada kehidupan sehari-hari. Konseli dberikan pujian ketika berhasil dan diberikan usulan perbaikan pada halhal yang keliru. Perubahan- perubahan psikologis tidak mungkin berjalan efektif jika konseli tidak mempraktikkannya dalam kehidupan sehari- hari. Pada tahap akhir ini konseli diberikan motivasi untuk mempraktikkan keberhasilan mereka pada kegiatan konseling dalam kehidupan sehari-hari. Hal di atas sesuai dengan teori pada bab II bahwa motivasi dari luar mampu menguatkan tingkah laku yang diinginkan, cara pemberian motivasi itu ada banyak cara diantaranya: motivasi dengan pemaksaan, motivasi dengan 5 Ibid.

88 bujukan, motivasi dengan mengenalkan tingkah laku pemberi motivasi dan penerima motivasi. 6 Berdasarkan prosedur keterlaksanaan konseling di atas sesuai dengan teori Bandura bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir dan sadar untuk mengatur tingkah lakunya. Perilaku manusia tidak mudah dipengaruhi dan dimanipulasi oleh lingkungan, karena perilaku disebabkan oleh determinisme timbal balik dari faktor perilaku, kognitif, dan lingkungan. 7 Dengan demikian, manusia dapat mengatur perilakunya sendiri dengan mengubah tanggapan kognitif terhadap anteseden dan mengatur sendiri penguatan yang diberikan kepada dirinya. Keberhasilan seseorang dalam melakukan sesuatu dipengaruhi juga oleh efikasi diri yang tinggi dan lingkungan yang responsif. Efikasi diri merujuk pada keyakinan seseorang melakukan sesuatu. 8 Penggunaan strategi modeling partisipan memberikan stimulus pada konseli mempunyai efikasi diri yang tinggi, karena dalam praktik konseli mendapatkn rasional strategi, modeling, praktik terbimbing dan penguatan dari luar. Secara umum kemampuan subjek setelah diberikan intervensi konseling kelompok dengan strategi modeling partisipan memperoleh peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat dengan kategori sedang. Peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat secara individu dapat dilihat pada lampiran 10, ada perbedaan setelah mendapatkan intervensi. Maka kegiatan konseling 6 Slamet Santoso, op. cit., h. 115 7 Dede Rahmat Hidayat, op. cit., h. 150 8 Jess Feist & Greogory J. Feist, op. cit., h. 212

89 kelompok dengan strategi modeling partisipan dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. E. Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki kelebihan karena dapat memberikan hasil fakta di lapangan mengenai keefektifan strategi modeling partisispan untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Beberapa kelebihan strategi modeling partisipan diantaranya adalah konseli belajar dengan melibatkan aspek visual, auditori dan psikomotoriknya. Dengan demikian konseli dapat menangkap informasi lebih banyak dibanding belajar yang hanya melibatkatkan salah satu atau dua aspek tersebut. Konseli diberikan kesempatan untuk latihan secara terbimbing setelah memerhatikan praktik dari seorang model. Setelah konseli berhasil melakukan dan memahami pentingnya mengemukakan pendapat dapat melakukannya pada kegiatan sehari-hari. Konseli juga belajar bersosialisasi, menghargai, kerjasama dan lebih percaya diri. Berdasarkan uraian di atas strategi modeling partisipan memiliki beberapa kelebihan untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat. Oleh karena itu konselor dapat menggunakan strategi tersebut untuk mengatasi masalah kemampuan mengemukakan pendapat. Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya pada proses pelaksanaan konseling kelompok dipengaruhi kondisi siswa yang terkadang tidak berkonsentrasi penuh mengikuti kegiatan. Ada beberapa siswa yang kurang fokus pada materi dan saat praktik. Pada pertemuan pertama ada beberapa siswa yang terlambat, sehingga membuat siswa lain terganggu. Guna mengatasi hambatan

90 tersebut konselor harus mengarahkan agar siswa tetap fokus dan menerapkan disiplin waktu mengikuti kegiatan. F. Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling Berdasarkan hasil penilitian strategi modeling partisipan efektif untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat. Hal ini berimplikasi positif memberikan manfaat pada bidang Bimbingan dan Konseling yaitu sebagai alternatif strategi yang digunakan dalam konseling kelompok. Pada penelitian ini konseling kelompok sebagai bentuk pelayanan responsif yang berfokus pada perkembangan belajar siswa. Siswa menjadi sadar tentang pentingnya mengemukakan pendapat dan dapat melatihnya dengan rutin. Siswa dapat belajar bagaimana mengemukakan pendapatnya dengan baik yang mampu memengaruhi kemampuan pengembangan diri siswa, baik sekarang maupun nanti. Dengan demikian, tujuan dan tugas perkembangan belajar siswa dapat tercapai dengan baik. Strategi modeling partisipan tidak hanya mengarah pada bidang bimbingan belajar, namun dapat juga digunakan pada bidang bimbingan lainnya. Misalnya digunakan untuk meningkatkan skill sosial, kemampuan komunikasi dan kepercayaan diri. Individu akan diterima dengan baik pada kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat dengan melakukan adaptasi. Salah satu cara beradaptasi dapat dilakukan dengan melakukan perubahan-perubahan positif dalam diri yang disesuaikan dengan tuntutan lingkungan.