BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. minggu pertama semester gasal tahun pelajaran 2016/2017, SMK Negeri 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. minggu pertama semester gasal tahun pelajaran 2016/2017, SMK Negeri 1"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti pada minggu pertama semester gasal tahun pelajaran 2016/2017, SMK Negeri 1 Pandak memiliki dua kelas X APTR ( ternak ) yaitu kelas X APTR 1 dan X APTR 2. Kelas yang dijadikan subjek penelitian yaitu kelas X APTR 2 yang semuanya merupakan siswa laki-laki berjumlah 23 orang, dikarenakan motivasi belajarnya lebih rendah dibandingkan dengan kelas X APTR 1 (Lampiran 24-26). Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berkolaborasi dengan guru biologi kelas X APTR 2 SMK Negeri 1 Pandak. Adapun peranannya masing-masing yaitu peneliti sebagai guru dan mempersiapkan seluruh rencana tindakan pembelajaran, sedangkan guru biologi SMK N 1 Pandak berperan sebagai observer 1 dibantu dengan salah satu guru IPA SMK N 1 Pandak sebagai observer 2 yang mengobservasi dan memberikan masukan dalam pelaksanaan penelitian ini. Kegiatan penelitian berlangsung selama 2 bulan dimulai dari tanggal 19 Agustus sampai dengan tanggal 7 Oktober 2016, sesuai dengan jadwal pelajaran dan silabus biologi kelas X SMK kurikulum Dibawah ini rincian jadwal pelajaran biologi kelas X APTR 2 di SMK Negeri 1 Pandak, sebagai berikut:

2 Tabel 11. Jadwal Pelaksanaan Tindakan Hari/Tanggal Jumat, 19 Agustus 2016 Jumat, 26 Agustus 2016 Kegiatan Siklus 1 Pertemuan 1 Struktur dan Fungsi Sel Prokariotik dan Eukariotik Siklus 1 Pertemuan 2 Transport pada Membaran Jumat, 2 September 2016 Evaluasi Hasil Belajar Siklus 1 Jumat, 9 September 2016 Mengukur Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 Jumat, 16 September 2016 Jumat, 23 September 2016 Siklus 2 Pertemuan 1 Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Siklus 2 Pertemuan 2 Struktur dan Fungsi Jaringan Hewan Jumat, 30 September 2016 Evaluasi Hasil Belajar Siklus 2 Jumat, 7 Oktober 2016 Mengukur Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan mengadopsi tahapan menurut Kemmis dan Mc Taggart (2007) yang terdiri dari perencanaan, perlakuan/tindakan, dan refleksi, demikian seterusnya secara bersiklus sampai terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar. Dalam penelitian ini, dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan sesuai dengan jadwal pelaksanaan diatas. 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa a. Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 Pada siklus pertama ini, materi yang dipelajari tentang struktur, fungsi, dan proses yang berlangsung di dalam sel. Pada pertemuan pertama, materi essensial yang dipelajari terkait struktur dan fungsi sel prokariotik, sel eukariotik (sel tumbuhan

3 dan sel hewan). Sedangkan, pada pertemuan kedua mempelajari tentang proses transport yang terjadi pada membran sel. Dibawah ini tabel hasil analisis data motivasi belajar siswa kelas X APTR-2 dengan menggunakan statistika deskriptif, sebagai berikut : Tabel 12. Hasil Analisis Data Motivasi Belajar Siswa X APTR-2 Indikator Pra- Siklus Kategori Siklus I Kategori Peningkatan Siswa memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil Siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar Siswa memiliki harapan dan citacita masa depan Siswa memperoleh penghargaan dalam belajar Siswa memperoleh kegiatan yang menarik dalam belajar Siswa memiliki lingkungan belajar yang kondusif 46,37 Rendah 59,51 Tinggi 16,73 48,69 Rendah 67,21 Tinggi 49,56 Rendah 63,04 Tinggi 52,89 Tinggi 65,26 Tinggi 49,45 Rendah 72,61 Tinggi 50 Rendah 69,56 Tinggi (dalam kategori tinggi) Rata-rata 49,51 Rendah 66,24 Tinggi Berdasarkan tabel.12 diatas, diketahui bahwa pada siklus I ini motivasi belajar siswa meningkat sebesar 16,73 dari skor 49,51 menjadi 66,24 dalam kategori tinggi pada seluruh indikator.

4 b. Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus II Pada siklus kedua ini, materi yang dipelajari tentang struktur fungsi jaringan tumbuhan dan hewan. Pada pertemuan pertama, materi essensial yang dipelajari terkait struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Sedangkan, pada pertemuan kedua mempelajari tentang struktur dan fungsi jaringan hewan. Tabel 13. Hasil Analisis Data Motivasi Belajar Siswa X APTR-2 Indikator Siklus I Kategori Siklus II Kategori Peningkatan Siswa memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil Siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar Siswa memiliki harapan dan citacita masa depan Siswa memperoleh penghargaan dalam belajar Siswa memperoleh kegiatan yang menarik dalam belajar Siswa memiliki lingkungan belajar yang kondusif 59,51 Tinggi 74,27 Tinggi 0,43 67,21 Tinggi 60 Tinggi 63,04 Tinggi 70,65 Tinggi 65,26 Tinggi 62,68 Tinggi 72,61 Tinggi 61,08 Tinggi 69,56 Tinggi 77,53 Sangat Tinggi (dalam kategori tinggi) Rata-rata 66,24 Tinggi 66,67 Tinggi Berdasarkan tabel 13. tersebut, diketahui bahwa rata-rata motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 0,43 dari 66,24 pada siklus I menjadi 66,67 pada siklus II dalam kategori tinggi. Namun, pada indikator adanya dorongan dan kebutuhan

5 dalam belajar, adanya penghargaan dalam belajar, dan adanya kegiatan yang menarik dalam belajar mengalami penurunan secara berturut-turut sebesar 7,21; 2,58; dan 11,52. Adapun perbandingan motivasi belajar siswa kelas X APTR- 2 mulai dari sebelum diberikan tindakan (Pra-Siklus), siklus I, dan siklus II, ditunjukkan oleh gambar 34, sebagai berikut : Pra-Siklus Siklus I Siklus II Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator Indikator 5 6 Gambar 34. Grafik Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Kelas X APTR-2 pada Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II. Berdasarkan gambar 34 di atas, menunjukkan bahwa seluruh indikator motivasi belajar sebelum diberikan tindakan mengalami peningkatan yakni sebesar 16,73 pada siklus I. Namun, pada siklus II terdapat indikator yang mengalami peningkatan dan penurunan, yaitu pada indikator adanya hasrat dan keinginan siswa untuk berhasil, adanya harapan dan cita-cita masa depan dan adanya lingkungan yang kondusif dalam belajar mengalami peningkatan

6 yakni sebesar 14,76; 7,61; dan 7,97. Sedangkan, pada indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya penghargaan dalam belajar, dan adanya kegiatan belajar yang menarik mengalami penurunan yakni sebesar 7,21; 2,58; 11,53. Sehingga, rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus II hanya meningkat sebesar 0,43 dalam kategori tinggi. 2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa a. Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada siklus pertama ini diukur melalui pretest yang terdiri dari 5 soal essay (Lampiran 9) dan posttest yang terdiri dari 25 soal pilihan ganda (Lampiran 11) pada materi struktur dan fungsi sel prokariotik dan eukariotik. Dibawah ini, peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas X APTR-2 ditunjukkan oleh tabel 14, sebagai berikut : Tabel 14. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X APTR-2 Siklus I Hasil Tes Siklus I Peningkatan Pretest Posttest C1 42,39 26,96 0,53 C2 37,50 30,44 C3 39,13 54,04 C4 32,60 52,17 Nilai Tertinggi 50,00 77,78 Nilai Terendah 25,00 16,67 Rata-rata 37,39 37,92 Simpangan Baku 7,52 12,82 KKM 75

7 Berdasarkan tabel 14, diketahui bahwa sebelum diberikan tindakan, siswa masih dominan dalam menguasai aspek kognitif mengingat (C1) yakni sebesar 42,39; setelah diberikan tindakan siswa sudah mampu menguasai aspek kognitif sampai tingkat menganalisis (C4) yakni sebesar 52,17. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa juga mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan yakni sebesar 0,53. Namun, berdasarkan simpangan bakunya masih terlalu besar yakni 12,82. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas masih belum merata yakni hanya terdapat 1 orang siswa yang sudah mencapai KKM, sedangkan 22 orang siswa lainnya belum mencapai KKM. b. Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II Peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada siklus kedua ini diukur melalui pretest yang terdiri dari 5 soal essay (Lampiran 16) dan posttest yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda (Lampiran 17) pada materi struktur dan fungsi jaringan makhluk hidup. Dibawah ini, peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas X APTR-2 ditunjukkan oleh tabel 15, sebagai berikut :

8 Tabel 15. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X APTR-2 Siklus II Hasil Tes Siklus I Peningkatan Pretest Posttest C1 44,57 63,76 4,41 C2 22,82 60,87 C3 47,82 84,05 C4 45,65 65,21 Nilai Tertinggi 50,00 86,67 Nilai Terendah 25,00 33,33 Rata-rata 40,00 66,96 Simpangan 7,39 11,80 Baku KKM 75 Berdasarkan tabel 15, diketahui bahwa pada hasil pretest dan posttest struktur dan fungsi jaringan, siswa dominan dalam menguasai aspek kognitif menerapkan (C3) yakni pada pretest sebesar 47,82 dan pada posttest sebesar 84,05. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa juga mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan yakni sebesar 4,41. Namun, berdasarkan simpangan bakunya masih terlalu besar yakni 11,80. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas masih belum merata yaitu hanya terdapat 3 orang siswa yang sudah mencapai KKM, sedangkan 20 orang siswa lainnya belum mencapai KKM. 3. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik Peningkatan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa kelas X APTR-2 didukung juga oleh hasil observasi keterlaksanaan

9 pendekatan saintifik yang dilakukan oleh dua observer. Hasil observasi ini digunakan sebagai refleksi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam penerapan pendekatan saintifik pada materi sel dan jaringan makhluk hidup sehingga dapat ditentukan penyebab ataupun solusi terjadinya peningkatan atau penurunan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa setelah diterapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Dibawah ini hasil observasi keterlaksanaan penerapan pendekatan saintifik pada masing-masing siklus. a. Hasil Observasi Siklus I Tabel 16. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik pada Siklus I Aspek-aspek Keterlaksanaan Scientifict Approach Skor pertemuan I Skor pertemuan II Skor yang diperoleh selama Siklus 1 Keterangan Mengamati ,50 Tinggi Menanya ,25 Tinggi Mengumpulkan ,63 Rendah Data Mengasosiasi ,00 Rendah Mengkomunikasikan ,85 Tinggi Skor secara keseluruhan 52,81 Tinggi Berdasarkan hasil diskusi bersama observer dan mengacu pada hasil observasi keterlaksanaan pendekatan saintifik diatas,

10 maka peneliti dapat merefleksikan proses tindakan kelas selama siklus pertama ini. Dibawah ini kelebihan dan kekurangan siklus 1, diantaranya sebagai berikut: 1) Kelebihan dari siklus 1 Dibawah ini merupakan beberapa kelebihan yang dapat dicapai pada siklus 1 berdasarkan hasil diskusi dengan observer dan refleksi setelah berlangsung pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik sebanyak dua kali pertemuan : a) Berdasarkan observasi, keterlaksanaan pendekatan saintifik sebesar 52,81 dalam kategori tinggi sesuai dengan RPP. b) Terjadi peningkatan pada seluruh indikator motivasi belajar sebesar 16,73 dalam kategori tinggi. c) Berdasarkan rata-rata pretest dan posttest, hasil belajar kognitif siswa menunjukkan peningkatan sebesar 0,53. 2) Kekurangan dari siklus 1 Selain beberapa keberhasilan yang peneliti peroleh, tentu saja pada siklus ini masih banyak kelemahan ataupun kekurangan dalam menerapkan pendekatan saintifik, diantaranya sebagai berikut :

11 a) Guru kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran b) Guru kurang bisa mengorganisir kelas, sehingga beberapa siswa melakukan aktivitas diluar pengamatan seperti berjalan-jalan yang dapat mengganggu konsentrasi c) Siswa belum terbiasa belajar dengan pengamatan objek gambar, sehingga kebingungan dalam menentukan essensi permasalahan biologi dari objek yang siswa amati d) Siswa masih belum terbiasa menggunakan media pengamatan seperti menggunakan mikroskop, membuat preparat, maupun menyajikan hasil pengamatan dengan baik sehingga keterlaksanaan pada tahap mengumpulkan data masih rendah. e) Beberapa siswa bersifat pasif dan tidak fokus ketika pengamatan dan diskusi dalam kelompok. f) Siswa kebingungan dalam tahap menganalisis hasil pengamatan dengan mengacu pada literature dikarenakan data yang disajikan sulit untuk diidentifikasi.

12 g) Siswa masih kesulitan dalam menyajikan ataupun mengkomunikasikan hasil diskusi baik secara tertulis maupun lisan. h) Guru belum bisa memanfaatkan waktu pembelajaran dengan baik sehingga tahapan terakhir yaitu mengkomunikasikan dan penutup kurang maksimal. i) Ketika pretest dan posttest, banyak siswa yang berani bekerjasama dan ramai walaupun sudah ditegur beberapa kali. j) Berdasarkan hasil pretest dan posttest, telah terjadi peningkatan hasil belajar. Namun, berdasarkan simpangan bakunya menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa masih menyebar yaitu hanya 2 siswa yang sudah mencapai nilai KKM yaitu 75. 3) Tindakan perbaikan Dengan adanya beberapa kekurangan tersebut, maka peneliti mencari solusi untuk lebih meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa pada siklus kedua, diantaranya sebagai berikut : a) Tujuan pembelajaran disampaikan dengan lebih sederhana sehingga lebih mudah diterima siswa dan diberikan beberapa contoh penerapan materi dalam

13 kehidupan sehari-hari agar lebih bermakna sehingga siswa memperoleh gambaran. b) Guru harus lebih tegas dan memotivasi ketika membimbing dan mengarahkan siswa agar kegiatan pembelajaran baik pengamatan maupun diskusi berjalan lebih tenang dan hasilnya maksimal c) Pada tahap pengamatan, guru mengganti objek pengamatan gambar dengan objek realia dan video d) Guru harus memberikan gambaran terlebih dahulu terkait prosedur tiap tahapan kegiatan pembelajaran e) Guru memberikan masing-masing siswa lembar kegiatan agar masing-masing siswa bekerja dalam kelompok. f) Guru seharusnya dapat memanfaatkan waktu dengan efisien agar setiap proses dapat dilaksanakan dengan efektif. g) Guru harus meningkatkan pengawasan dan melakukan pendekatan kepada siswa ketika pretest dan posttest sehingga muncul motivasi untuk tidak bekerjasama (menyontek). h) Guru meminta siswa untuk melengkapi dan memahami kembali hasil pengamatan dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya

14 i) Siswa merangkum topik materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya b. Hasil Observasi Siklus II Tabel 17. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik pada Siklus II Aspek-aspek Keterlaksanaan Scientifict Approach Skor pertemuan I Skor pertemuan II Skor yang diperoleh selama Siklus 1 Keterangan Mengamati ,13 Sangat Tinggi Menanya ,00 Tinggi Mengumpulkan Data ,00 Tinggi Mengasosiasi ,25 Sangat Tinggi Mengkomunikasikan ,89 Sangat Tinggi Skor secara keseluruhan 75,93 Sangat Tinggi Berdasarkan hasil diskusi bersama observer dan mengacu pada hasil observasi keterlaksanaan pendekatan saintifik diatas, maka peneliti dapat merefleksikan proses tindakan kelas selama siklus pertama ini. Dibawah ini kelebihan dan kekurangan siklus 1, diantaranya sebagai berikut: 1) Kekurangan pembelajaran pada siklus II yaitu : a) Siswa masih bekerjasama dalam mengerjakan soal pretest dan posttest. b) Siswa masih pasif, tidak memiliki kepercayaan diri dalam berdiskusi sehingga menyontek dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa.

15 c) Guru masih belum bisa menggunakan waktu dengan efektif sehingga beberapa tahapan kegiatan kurang maksimal. 2) Kelebihan pembelajaran pada siklus II yaitu : a) Kerlaksanaan pendekatan saintifik meningkat 23,12 dari skor 52,81 pada siklus I ke skor 75,93 pada siklus II. b) Beberapa siswa sudah mampu melakukan pengamatan dan bertanya. c) Motivasi belajar siswa meningkat sebesar 0,43 dari siklus I dalam kategori tinggi. d) Hasil belajar kognitif siswa meningkat sebesar 4,41 dari siklus I dengan ukuran efek yang besar yaitu 1,17 (Lampiran.17). 3) Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan pada siklus II, sebagai berikut: a) Guru memberikan sanksi kepada siswa yang masih bekerjasama setelah diberi peringatan 3 kali (sesuai kesepakatan dengan siswa). b) Guru melakukan pendekatan yang lebih secara personal dan memberikan penghargaan kepada siswa yang masih kurang percaya diri c) Guru seharusnya lebih cermat lagi dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran terkait dengan

16 penggunaan media dan implementasi. Sehingga, waktu yang digunakan tepat sesuai dengan waktu yang tersedia. c. Perbandingan Hasil Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik pada Siklus I dan Siklus II Tabel 18. Perbandingan Hasil Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik pada Siklus I dan Siklus II Aspek-aspek Keterlaksanaan Scientifict Approach Skor Siklus 1 Keterangan Skor Siklus II Keterangan Mengamati 62,50 Tinggi 78,13 Sangat Tinggi Menanya 56,25 Tinggi 75,00 Tinggi Mengumpulkan 40,63 Rendah 75,00 Tinggi Data Mengasosiasi 40,00 Rendah 76,25 Sangat Tinggi Mengkomunikasikan 67,85 Tinggi 75,89 Sangat Tinggi Skor secara 53,45 Tinggi 76,05 Sangat Tinggi keseluruhan Peningkatan 23,12 Berdasarkan hasil refleksi tersebut, dapat diketahui bahwa permasalahan pada siklus I sebagian besar sudah dapat teratasi pada siklus II.

17 B. Pembahasan 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dalam penelitian ini, setelah diberlakukan suatu tindakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, diketahui bahwa pada siklus I motivasi belajar siswa meningkat sebesar 16,73 dari skor 49,51 menjadi 66,24 dalam kategori tinggi pada seluruh indikator. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan, menurut Permendikbud nomor 65 tahun 2013 bahwa pendekatan saintifik terdiri dari 5 tahapan yaitu mulai dari siswa mengamati langsung suatu objek berupa gambar, video, maupun suatu peristiwa sehari-hari melalui demonstrasi yang berkaitan dengan topik materi sehingga siswa memperoleh kegiatan yang menarik dalam belajar. Ketika siswa merasa tertarik, maka muncul keingintahuan siswa terhadap objek-objek yang telah teramati. Adanya rasa ingin tahu tersebut, menimbulkan dorongan dan kebutuhan dalam belajar sehingga siswa mencoba untuk mencari faktafakta lain dengan mengumpulkan data berupa ekplorasi (pengamatan preparat sel dan jaringan) maupun eksperimen (difusi dan osmosis). Pada tahap ini, mulai muncul peran motivasi belajar sebagai penguatan belajar sesuai dengan pendapat Hamzah (2006:27-34) bahwa salah satu peran motivasi sebagai penguatan belajar yang akan muncul ketika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang perlu dipecahkan ataupun memacu keingintahuan siswa.

18 Dalam proses pembelajaran ini terjadi interaksi antara guru, siswa, dan objek, yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yakni tercipta tempat belajar yang menyenangkan dikarenakan motivasi belajar dapat berperan sebagai penguatan belajar ketika guru mampu mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkungannya sesuai dengan kajian pustaka menurut Hamzah (2006:27). Maka, pada tahap ini muncul hasrat dan keinginan siswa untuk berhasil menjawab keingintahuannya tersebut. Selanjutnya, siswa perlu menganalisis data yang telah diperolehnya secara jejaring baik dari buku literatur maupun dari internet. Setelah itu, siswa dapat mengkomunikasikan hasil kerjanya baik secara lisan maupun tulisan, sehingga diberikan suatu penghargaan atas usahanya dalam belajar. Keberhasilan dan penghargaan tersebut dapat meningkatkan harapan dan cita-cita masa depannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2006:34) bahwa beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran diantaranya memberi angka, hadiah, mengetahui hasil, dan pujian. Sedangkan pada siklus II, diketahui bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 0,43 dari 66,24 pada siklus I menjadi 66,67 pada siklus II dalam kategori tinggi. Namun, peningkatan motivasi belajar ini tidak terjadi pada semua indikator, terdapat tiga indikator yang mengalami penurunan yaitu adanya

19 dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya penghargaan dalam belajar, dan adanya kegiatan belajar yang menarik yakni sebesar 7,21; 2,58; 11,53. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi yang telah dilaksanakan oleh guru dan observer, hal tersebut dikarenakan siswa tidak memperoleh kegiatan belajar yang menarik dikarenakan guru hanya menggunakan media pengamatan dengan menggunakan mikroskop pada setiap pertemuan sehingga tidak dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan minat siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sadirman (2006:95) bahwa minat dapat dibangkitkan dengan penggunaan berbagai macam bentuk mengajar. Didukung oleh pendapat Oemar Hamalik (2002:173) yang memberikan pandangan lain terhadap motivasi sebagai suatu pemasalahan di dalam kelas dengan mengatakan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minatminat. Minat adalah perasaan seseorang bahwa apa yang dipelajari atau dilakukannya bermakna bagi dirinya. Sehingga, dengan diberikannya berbagai macam bentuk mengajar kepada siswa, diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, pada siklus II ini guru tidak dapat menggunakan waktu dengan optimal sehingga siswa tidak dapat mengkomunikasikan hasil diskusinya dan mengurangi kesempatan siswa untuk memperoleh penghargaan atas hasil belajar ataupun hasil diskusi mereka, sehingga

20 mempengaruhi dorongan dan kebutuhan siswa dalam belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2006:34) bahwa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum, dapat menimbulkan rasa bangga dan dihargai sehingga memicu peningkatan motivasi untuk terus belajar. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa peningkatan motivasi belajar yang optimal dapat terjadi ketika motivasi internal dan motivasi eksternal dapat dikembangkan oleh masing-masing individu. Dalam penelitian ini, pendekatan saintifik sebagai pemicu motivasi eksternal siswa untuk meningkatkan motivasi internal yang dimiliki masingmasing siswa sehingga motivasi belajar siswa dapat meningkat. 2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa Dalam penelitian ini, pendekatan saintifik berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan pendekatan sainstifik, terjadi interaksi antara objek dengan siswa dari kegiatan mengamati suatu objek secara langsung baik dengan gambar sel prokariotik, sel eukariotik (sel hewan dan sel tumbuhan), video (jaringan hewan), maupun demonstrasi suatu peristiwa sehari-hari (difusi pada penyebaran teh celup dan osmosis pada kentang, serta pengangkutan zat warna pada batang tanaman pacar air) yang berkaitan dengan topik materi, sehingga siswa mempertanyakan beberapa persoalan setelah melihat objek, dan dapat memicu daya ingat siswa.

21 Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abdul Majid (2014:4) bahwa dengan metode mengamati maka proses pembelajaran akan lebih bermakna (meaningfull learning). Dalam hal ini sesuai dengan silabus kurikulum 2013 yang digunakan di SMK Negeri 1 Pandak, siswa dapat mengingat perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik, struktur dan fungsi bagian-bagian sel, fungsi masing-masing jaringan pada tumbuhan, sifat totipotensi pada jaringan sebagai bahan dasar kultur jaringan, dan fungsi masing-masing jaringan pada hewan. Menurut Permendikbud No. 70 Tahun 2013 bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat mengubah pola pembelajaran teacher center menjadi student center. Dalam hal ini, setelah siswa mengamati objek yang diberikan guru untuk memicu keingintahuan siswa, sehingga menimbulkan dorongan akan kebutuhan belajar dengan menemukan jawaban atas ketidaktahuannya tersebut, kemudian siswa dengan bimbingan guru mengumpulkan data sehingga siswa melakukan pengamatan sel epitel pipi dan umbi lapis bawang merah dengan menggunakan mikroskop, pengamatan proses diffusi dan osmosis dengan menggunakan umbi kentang dan teh celup, letak jaringan epidermis, korteks, dan stele pada batang tumbuhan, pengamatan mikroskopis berbagai jaringan tumbuhan, dan menggambarkan berbagai macam jaringan pada hewan. Setelah siswa menerapkan pengetahuannya melalui pengamatan (eksplorasi) dan eksperimen maka siswa tidak hanya dapat mengingat

22 konsep materi tetapi juga dapat memahami konsep tersebut. Pada tahap ini, siswa telah memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil menjawab ketidaktahuannya. Selanjutnya, siswa menganalisis data yang telah diperoleh melalui buku literatur maupun browsing secara jejaring sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Dalam tahap ini, siswa menganalisis hasil pengamatannya dan menyimpulkan hasilnya tentang konsep komponen kimiawi sel, struktur fungsi sel, aktivitas sel, karakteristik jaringan tumbuhan berdasarkan bentuk sel penyusun dan fungsinya, perbedaan jaringan penyusun akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil. Setelah sampai pada tahap ini, tentu saja siswa lebih dapat mengingat, memahami, dan menerapkan hasil analisisnya, siswa dapat berpikir secara induktif melalui fakta-fakta yang diperoleh menjadi suatu konsep, sehingga pemikiran siswa dapat lebih berkembang dalam menganalisis dan tidak hanya terpicu pada buku teks. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mei (2013:2) bahwa pendekatan saintifik (Sainstific approach) merupakan proses pembelajaran yang menggunakan proses berpikir ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat dijadikan sebagai jembatan untuk perkembangan dan pengembangan pengetahuan peserta didik. Selain itu, pendekatan ilmiah lebih mengedepankan pendekatan induktif yang merujuk pada teknik-teknik investigasi terhadap suatu gejala atau fenomena sehingga

23 memperoleh pengetahuan baru atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Kemudian, siswa mengkomunikasikan hasil analisis datanya dengan presentasi dan menyajikannya dalam lembar kegiatan siswa secara individu. Dengan kegiatan ini, siswa memperoleh penghargaan tersendiri untuk dirinya ditambah dengan perhatian dan tanggapan dari guru dan teman-teman atas hasil kinerjanya, sehingga harapan dan citacita masa depan yang dimiliki siswa untuk selalu berhasil meningkat. Hal tersebut, dapat membuktikan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat mengubah pembelajaran yang bersifat teacher center menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Dalam kegiatan pembelajaran, siswa lebih aktif belajar secara jejaring sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam berpikir dan tidak hanya terpusat pada buku teks, sehingga pada siklus I diketahui bahwa sebelum diberikan tindakan, siswa masih dominan dalam menguasai aspek kognitif mengingat (C1) yakni sebesar 42,39; setelah diberikan tindakan siswa sudah mampu menguasai aspek kognitif sampai tingkat menganalisis (C4) yakni sebesar 52,17. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa juga mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan yakni sebesar 0,53. Hal tersebut menunjukkan adanya perkembangan kemampuan kognitif menurut taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis. Sedangkan pada siklus II, diketahui

24 bahwa pada hasil pretest dan posttest struktur dan fungsi jaringan, siswa dominan dalam menguasai aspek kognitif menerapkan (C3) yakni 47,82 pada hasil pretest dan 84,05 pada hasil posttest, dikarenakan siswa sudah dapat malakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop secara baik dibuktikan oleh hasil observasi keterlaksanaan pendekatan saintifik dengan skor sebesar 75,00 berkategori tinggi. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa juga mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan yakni sebesar 4,41. Berdasarkan perhitungan effect size (lampiran.17), pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik ini menunjukkan efek yang besar terhadap hasil belajar kognitif siswa yaitu sebesar 1,17. Namun, berdasarkan simpangan bakunya, nilai siswa sangat beragam atau menyebar. Hal ini dikarenakan, adanya hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan pendapat Soemanto, (2012:200) bahwa motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa-siswi dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu. Didukung oleh pendapat dari Yusmahadi (2015:2) bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri, meliputi faktor jasmani, dan psikologis. Serta faktor eksternal yang meliputi faktor fisik dan motivasi lingkungan. Berdasarkan pendapat tersebut, siswa yang

25 memiliki nilai rendah dan belum mencapai KKM belum memiliki motivasi yang tinggi dalam implementasi belajarmya. Dalam penelitian tindakan kelas ini, terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa setelah siklus ke-2 sehingga penelitian dihentikan dengan beberapa keterbatasan diantaranya sebagai berikut : 1. Keterbatasan waktu yang tersedia untuk mempelajari materi sel dan jaringan makhluk hidup, sehingga kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik belum terlaksana dengan optimal. 2. Keterbatasan preparat awetan sel dan jaringan makhluk hidup. 3. Keterbatasan penggunaan media pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran kurang bervariasi.

BAB III METODE PENELITIAN. mengadopsi tahapan menurut Kemmis dan Mc Taggart (2007). Tahapan

BAB III METODE PENELITIAN. mengadopsi tahapan menurut Kemmis dan Mc Taggart (2007). Tahapan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan mengadopsi tahapan menurut Kemmis dan Mc Taggart (2007). Tahapan PTK dilakukan siklus demi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngajaran 03, yaitu sekolah dasar di desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, deskripsi siklus II. Deskripsi pra siklus membahas

Lebih terperinci

Hasil Belajar IPA Kelas I Pra Siklus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Tindakan

Hasil Belajar IPA Kelas I Pra Siklus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Tindakan 21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal Hasil belajar IPA siswa kelas I SD Negeri 5 Menduran Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan sebelum diadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 01 tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal Hasil belajar IPA siswa kelas II SD Negeri 11 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebelum diadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BIOLOGI (BIDANG KEAHLIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN)

SILABUS MATA PELAJARAN BIOLOGI (BIDANG KEAHLIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN) SILABUS MATA PELAJARAN BIOLOGI (BIDANG KEAHLIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN) Satuan Pendidikan : SMK Negeri 61 Jakarta Kelas : X Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang difokuskan pada situasi kelas. Kemmis & Mc. Taggart (dalam Kunandar,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Salatiga 03. Alamat Jalan Margosari No. 03 Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota

Lebih terperinci

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Hasil penelitian tindakan kelas selama dua siklus terbagi dalam beberapa tahap, diantaranya adalah : (i) Kondisi awal sebelum pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, ANALISIS HASIL DAN REFLEKSI

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, ANALISIS HASIL DAN REFLEKSI BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, ANALISIS HASIL DAN REFLEKSI Agar kegiatan PPL yang dilaksanakan sejak 2 Juli sampai 17 September 2014 berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan maka diperlukan adanya persiapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra siklus Pembelajaran pada kelas IV SD Negeri Rogomulyo 01 Kayen Pati pada kondisi awal sebelum diberi tindakan menggunakan metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitan PTK kolaborasi, dimana peneliti melakukan penelitian melalui kerja sama antara peneliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar beserta isinya seperti benda-benda di alam dan fenomena yang terjadi di

I. PENDAHULUAN. sekitar beserta isinya seperti benda-benda di alam dan fenomena yang terjadi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya seperti benda-benda di alam dan fenomena yang terjadi di alam. Hakikat

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Rachmad Lasaka Guru Matematika SMP Negeri 2 Luwuk, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan Tindakan Kondisi Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan Tindakan Kondisi Awal 21 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Negeri 4 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum diberikan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD, langkah awal yang dilakukan adalah menguji instrument yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas pertama kali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Sal atiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Hasil belajar IPA Siswa kelas III SD Negeri 3 Purwodadi sebelum diadakan tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Penelitian Sebelum Tindakan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Penelitian Sebelum Tindakan BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Penelitian Sebelum Tindakan Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala MI Al Khoiriyyah

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan persiapan penelitian sebagai berikut: 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji kehandalan data menurut Krippendorf dengan menghitung koefisien alpha

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Hildayanti Anwar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Candirejo 02 yang terletak di Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting Penelitian 3.1.1. Setting Waktu Pelaksanaan penelitian direncanakan berlangsung dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2012. Adapun jadwal penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh adalah berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dan pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 08 Salatiga. Subyek yang menjadi fokus penelitian adalah siswa kelas 2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Reseacrh. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Prasiklus/kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik (Majid, 2014:15). Keberhasilan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Mimbala Pada Pokok Bahasan Proses Pencernaan Melalui Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Mimbala Pada Pokok Bahasan Proses Pencernaan Melalui Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Mimbala Pada Pokok Bahasan Proses Pencernaan Melalui Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching Ismail, Minarni Rama Jura, dan Lestari M.P Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan : 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan ini mengenai deskripsi pra siklus, deskripsi siklus 1, dan deskripsi siklus 2. Deskripsi siklus 1 tentang perencanaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian dilakukan di SMK Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Hasil belajar IPA siswa kelas II SD Negeri 2 Tlogorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan sebelum diadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Pelaksanaan Penelitian ini, mengambil kelas V SD Negeri 3 Metro Pusat tahun pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN 80 Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Muaro Jambi Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Materi Pokok : Struktur Tubuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Saryono, (dalam Yanti dan Munaris, 0:) PTK merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Subjek, Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 6 semester genap SD Negeri Jolosekti UPT Disdikpora Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan

Lebih terperinci

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) : BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan ini dilakukan tehadap sejumlah siswa dalam satu kelas. Penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Batiombo 02 masih rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal Hasil belajar Matematika kelas III SD Negeri Kasepuhan 01 Batang Kecamatan Batang Kabupaten Batang semester

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran

III. METODE PENELITIAN. siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 7 33% 2 Tidak tuntas 14 67% Jumlah % Minimum 30 Maksimum 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 7 33% 2 Tidak tuntas 14 67% Jumlah % Minimum 30 Maksimum 82 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Diskripsi Kondisi Awal Hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Negeri 3 Jumo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan semester 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 2 September 2014 dilaksanakan observasi awal dan tanggal 4 September

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Lebih terperinci

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Diskripsi Siklus 1 1) Perencanaan Tindakan Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan mariati_ps@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

jumlah siswa sebanyak 423, maka jumlah kelas terbagi menjadi 12 kelas.

jumlah siswa sebanyak 423, maka jumlah kelas terbagi menjadi 12 kelas. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Candimulyo Magelang yang terletak di JL. Candimulyo, KM. 4, Candimulyo, Magelang. SMA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1 Setting Penelitian Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan yaitu bulan Oktober s/d bulan Desember 2011.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MACROMEDIA FLASH

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MACROMEDIA FLASH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MACROMEDIA FLASH PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 SELO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Prasiklus Kondisi prasiklus merupakan titik awal munculnya penelitian tindakan kelas ini. Dalam pembelajaran awal pada mata pelajaran PKn tentang globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilaksanakan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2010 : 45) PTK dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak III. METODE TINDAKAN KELAS 3.1 Rancangan Tindakan Kelas Rancangan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Kamelia, Arif Firmansyah, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lembaga pendidikan yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian yaitu SD Kumpulrejo 03 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 4.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi awal adalah kondisi belajar siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Awal Untuk memperoleh data awal sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan orientasi dan observasi terhadap guru kelas mengenai proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 2 Padang Ratu Kecamatan Gedung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 2 Padang Ratu Kecamatan Gedung 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 2 Padang Ratu Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran 2. Subjek Penelitian Subjek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi. 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Menurut Kunandar, (2010 : 66) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Dukuh 01 Salatiga Tahun pelajaran 2011/2012. Sekolah ini dipilih berdasarkan pertimbangan kemudahan akses bagi penulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang termasuk ke dalam penelitian kualitatif walaupun

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling Sri Winarti Durandt, Irwan Said, dan Ratman Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tindakan Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD Islam Arrahmah Suruh, semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 terkait penerapan tutor sebaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di kelas V yang berjumlah 29 siswa di SDN Lemahireng 2 Kecamatan Bawen tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada tahapan ini peneliti akan menyajikan data-data hasil penelitian tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PENDEM KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas enam SD Negeri Simpar masih rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA Kiswadi 1, Widha Sunarno 2, Soeparmi 3 1 Magister

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1) 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran beserta pembahasannya tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe investigasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1 19 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1 Tumijajar semester ganjil pada pokok bahasan Impuls dan Momentum tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG 1 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG Rima Buana Prahastiwi 1, Subani 2, Dwi Haryoto 3 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Anisa Nur Khasanah 1), Endang Tri Wahyuni 2), Andari puji Astuti 3) 1 FMIPA, email: annisank721@gmail.com

Lebih terperinci

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

NICO SATYA YUNANDA A54F100019 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci