HUBUNGAN CARING PERAWAT PELAKSAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL Lutfiyati Martiningtyas *) Niken Sukesi **), Muslim Argo Bayu Kusuma ***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keerawatan STIKES Telogorejo Semarang, **) Dosen Aker Widya Husada Semarang, ***) Dokter Umum Rumah Sakit Wira Tamtama Semarang. ABSTRAK Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah elayanan kesehatan yang daat memuaskan setia emakai jasa layanan. Perawat dalam memberikan elayanan keerawatan diwujudkan dengan sika caring salah satunya eduli, simati, bertanggung jawab, dan ramah dalam elayanan keerawatan. Perilaku caring erawat bereran dalam menentukan keuasan asien. Keuasan asien meruakan satu elemen yang enting dalam mengevaluasi kualitas layanan dengan mengukur sejauh mana reson asien setelah menerima jasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan caring erawat elaksana dengan keuasan asien dan mengidentifikasi karakteristik asien dengan keuasan asien. Penelitian ini termasuk enelitian analitik observasional dengan desain enelitian cross sectional, jumlah samel 98 resonden dengan tekhnik total samling. Hasil analisa univariat menunjukkan karakteristik asien rawat ina di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal aling banyak meliuti jenis kelamin eremuan 50 orang (51%), berendidikan rendah 52 orang (53,1%), usia asien < 42 dan 42 tahun sama yaitu sebanyak 49 orang (50%), lama hari rawat 4 hari sebesar 54 (55,1%), untuk erilaku caring yang diersesikan oleh asien (70,4%) dan keuasan asien menyatakan uas ( 56,1%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin (=1,000) dan lama hari rawat (=0,799) terhada keuasan asien rawat ina, terdaat hubungan yang signifikan antara umur ( =0,000), tingkat endidikan ( =0,000), dan caring erawat elaksana dengan keuasan asien (=0,003). RSUD Dr. H. Soewondo Kendal hendaknya memerhatikan faktor-faktor yang diangga asien aling enting dalam menentukan keuasan asien seerti kenyamanan ruang rawat ina, meningkatkan dan memertahankan fungsi kelengkaan fasilitas di ruangan dan memberikan elayanan keerawatan yang didasarkan rasa emati, eduli, dan ramah terhada asien dan meningkatkan engawasan serta memberikan motivasi keada erawat agar bererilaku caring. Kata Kunci : Caring, erawat, keuasan, dan asien ABSTRACT Quality health care service can give atients satisfaction. Nurse when giving nurse care organized as nursing caring behavior consist of care, symathy, resonsibility, hositable and friendly with the atients. Patients satisfaction is one of the imortant element to evaluating quality of health care service by measuring atient resonse after given service by health care rovider. This study aimed to examine the correlation between nursing caring behavior with atients satisfaction and to identified atient characteristics towards atients satisfaction. This analytic observational study designed with cross sectional, with 98 atients considered as total samle was articiated in this study. Patients characteristics showed 50 ersons were female (51%), 52 ersons low educated (53,1%), atients age <42 and 42 years old were as same as 49 ersons (50%), length of stay 4 days were 54 ersons (55,1%). Nursing caring behavior erceived by atients showed most of them were good (70,4%) and satisfied (56,1%). Result of bivariate analysis showed there were no correlation between sex (=1,000) and length of stay ( =0,799) towards inatients satisfaction, there were a significant correlation between age ( =0,000), level of education ( =0,000) and nursing caring behavior with inatients satisfaction (=0,003). Dr. H. Soewondo Kendal General District Hosital ought to observe the most imortant factors influence the inatients satisfaction such as inatients room leasure s, maintaining and imroving facilities function of inatients room and give nursing care service base of emathy, care, hositable and friendly to inatients, imrove evaluation and giving work motivation in order to nursing service care. Keywords : Caring, nursing, satisfaction, and atient
PENDAHULUAN Pelayanan rumah sakit di Indonesia sedang dan terus mengalami erubahan yang ceat sebagai akibat dari adanya arus globalisasi yang melanda dunia. Rumah sakit dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan rofesinya berlaku sebagai enyedia jasa layanan kesehatan bagi anggota masyarakat dan anggota masyarakat yang dilayani berlaku sebagai konsumen (Nurtashya, 2004 dalam Firdausi, 2006 1). Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan elayanan kesehatan keada masyarakat memiliki eran yang sangat strategis dalam memerceat eningkatan derajat kesehatan masyarakat. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat diwujudkan dalam memberikan elayanan yang bermutu dari rumah sakit harus sesuai dengan standar yang ditetakan dan daat menjangkau sebuah laisan masyarakat. Azwar (1996, dalam Utama, 2003, 1) bahwa elayanan kesehatan yang bermutu adalah elayanan kesehatan yang daat memuaskan setia emakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat keuasan rata-rata enduduk serta enyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik rofesi yang telah ditetakan. Peningkatan elayanan yang bermutu harus sesuai standar dan kode etik rofesi salah satunya adalah keerawatan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia keerawatan ditandai dengan kemamuan erawat dalam memberikan asuhan keerawatan yang bermutu. Asuhan keerawatan yang bermutu meruakan asuhan manusiawi yang diberikan keada klien, memenuhi standar dan kriteria rofesi keerawatan, serta mamu mencaai tingkat keuasan dan memenuhi haraan klien. Asuhan keerawatan bermutu diwujudkan dengan beberaa komonen yang harus dilaksanakan oleh tim keerawatan yaitu terlihat sika caring ketika harus memberikan asuhan keerawatan keada klien. Kemamuan erawat dengan memberikan elayanan yang baik, dan mencitakan komunikasi yang menyenangkan terhada asien meruakan faktor enyebab keuasan asien yang akan dirasakan oleh asien. Keuasan asien ini daat tercita dengan caring erawat yang baik, yang enuh erhatian, ersahabatan, emati, dan simati. Caring erawat meruakan cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memerhatikan emosi sambil memerlihatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et al., 1999 dalam Dwidiyanti, 2007, hlm.7). Perilaku caring erawat lebih banyak dilakukan ada asien rawat ina karena elayanan rawat ina meruakan usat kegiatan yang aling banyak terjadi interaksi antara erawat dengan klien. Unit ini aling banyak memberikan elayanan dibandingkan dengan yang lain. Hal ini didukung oleh (Muninjaya, 2004) bahwa keerawatan menjadi salah satu faktor yang bereran dalam menentukan keuasan asien. Kualitas elayanan kesehatan biasanya mengacu ada kemamuan rumah sakit memberi elayanan yang sesuai dengan standar rofesi kesehatan dan daat diterima oleh asiennya. Menurut Azwar (1996, dalam Simamora, 2012, hlm.23), kualitas elayanan kesehatan adalah tingkat kesemurnaan elayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa uas ada diri setia asien. Keuasan asien menjadi tolak ukur tingkat elayanan kesehatan. Selain itu, keuasan asien meruakan satu elemen yang enting dalam mengevaluasi kualitas layanan dengan mengukur sejauh mana reson asien setelah menerima jasa. Keuasan meruakan suatu fenomena sosial yang relatif komleks. Istilah keuasan diakai untuk menganalisis atau megevaluasi hasil, membandingkan kebutuhan yang diinginkan yang ditetakan individu dengan kebutuhan yang telah dieroleh seseorang. Keuasan adalah tingkat keuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan haraannya (Simamora, 2012, hlm.21). Menurut Gibson (1987, dalam Utama, 2003, 15) keuasan seseorang (ekerja, asien atau elanggan) berarti terenuhinya kebutuhan yang diinginkan yang dieroleh dari engalaman melakukan sesuatu, ekerjaan, atau memeroleh erlakuan tertentu dan memeroleh sesuatu sesuai kebutuhan yang diinginkan. Tujuan enelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan caring erawat elaksana dengan keuasan asien di ruang rawat ina RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. METODE PENELITIAN Menggunakan rancangan deskritif dengan endekatan cross sectional, oulasi dalam enelitian ini adalah seluruh asiena di ruang rawat ina kelas II dan III di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal yang tersebar di 2 ruangan rawat ina yaitu ruang Flamboyan dan Kenanga. Jumlah samel dalam enelitian ini adalah 98 asien rawat ina menggunakan total samling, dimana resonden sesuai dengan kriteria inklusi yang ertama dan selanjutnya samai dengan
jumlah samel terenuhi, engambilan dilakukan ada Maret-Aril 2013. Instrumen engumulan data menggunakan kuesioner terstruktur yang terdiri dari Kuesioner A untuk mendaatkan data mengenai karakteristik asien. Kuesioner B untuk mendaatkan data mengenai keuasan asien, dan kuesioner C untuk mendaatkan data mengenai caring erawat elaksana di ruang rawat ina RSUD Dr. H. Soeowndo Kendal. Instrumen yang digunakan telah melalui taha uji validitas dan uji reliabilitas di RSU Tugurejo Semarang dimana rumah sakit tersebut memunya karakteristik yang sama dengan temat enelitian yaitu rumah sakit dengan tie B. Cara analisis data yaitu univariat untuk menjelaskan atau mendeskrisikann karakteristik setia variabel enelitian. Bivariat untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti menggunakan uji Chi Square. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik asien (umur, jenis kelamin, tingkat endidikan dan lama hari rawat) Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di Ruang Rawat Ina RSUD Dr. H. Soeowondo Kendal, Maret 2013 Karakteristik Jumlah % Umur < 42 tahun 42 tahun 49 49 50 50 Total 98 100 Jenis Kelamin Laki-laki Peremuan 48 50 49 51 Total 98 100 Tingkat Pendidikan Pendidikan Rendah Pendidikan Tinggi 52 46 53,1 46,9 Total 98 100 Lama Hari Rawat < 4 tahun 4 tahun 44 54 44,9 55,1 Total 98 100 data Berdasarkan tabel tersebut dieroleh informasi tentang karakteristik asien di ruang rawat ina RSUD Dr. H. Soewondo usiaasien ien < 42 tahun dan usia asien 42 tahun hamir sama yaitu sebanyak 49 (50%), asien berjenis kelamin eremuan sebanyak 49 (51%), berendidikan rendah sebanyak 52 (53,1%) dengan lama hari rawat 4 hari sebanyak 54 (55,1%). 2. Gambaran Caring Perawat Pelaksana Diagram 1 Distribusi Frekuensi Caring Perawat Pelaksana Menurut Pasien di Ruang Rawat Ina RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013 29,6% 70,4% Caring Kurang Caring Berdasarkan diagram 1 menunjukkan caring erawat elaksana yang diersesikan oleh asien sebanyak 70,4% memersesikan caring sedangkan 29,6% memersesikan kurang caring terhada asien. Hasil enelitian ini didukung oleh enelitian yang dilakukan Asrini (2012) yang berjudul Hubungan antara Persesi Pasien tentang Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat di Instalasi Rawat Ina Paviliun Garuda VIP B RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan hasil erilaku caring erawat sebagian besar adalah tinggi (56,7%). Caring dalam asuhan keerawatan meruakan bagian dari bentuk kinerja erawat dalam merawat asien. Pribadi caring daat dibangun dengan endekatan individu melalui eningkatan engetahuan dan ketramilan caring. Pasien di ruang rawat ina RSUD Dr. H. Soewondo Kendal memersesikan caring erawat yang masih kurang diantaranya erawat tidak memberikan endidikan kesehatan yang terkait dengan enyakit asien, tidak membantu memenuhi kebutuhan asien, dan erawat tidak memerhatikan kebutuhan untuk beribadah asien. Hal ini terjadi karena kesibukan erawat, dan erawat mengangga untuk urusan memenuhi kebutuhan asien, kebutuhan untuk beribadah asien sudah diserahkan keada keluarga asien. Hasil enelitian ini berbeda dengan enelitian Ardiana (2010) yang menyatakan bahwa hamir searuh erawat belum bererilaku caring menurut ersesi asien, terutama kemamuan erawat dalam berkomunikasi dengan asien. Komunikasi erawat daat menjadi salah satu kunci sukses dalam melakukan asuhan keerawatan, karena dengan melakukan komunikasi teraeutik erawat daat membina hubungan saling ercaya dengan asien. Hal ini sesuai dengan salah satu faktor carative caring Watson.
Lebih lanjut hasil enelitian dari hasil analisis univariat tentang seuluh komonen caring dijelaskan dari seuluh komonen tersebut yang menunjukkan caring erawat baik ada asek membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik, menanamkan keyakinan dan haraan, meningkatkan rasa sensitif terhada diri dan sesama, membina / membentuk keercayaan, menerima eksresi erasaan ositif dan negatif klien, menggunakan roses caring yang kreatif dalam enyelesaian masalah, dan mencitakan lingkungan yang mendukung dan melindungi, tetai sebaliknya yang kurang caring ada dimensi embelajaran / engajaran interersonal, membantu memenuhi kebutuhan dasar, dan dimensi fenomenologis / eksitensi. Dimensi ertama yang masih kurang yaitu embelajaran / engajaran interersonal. Faktor ini meruakan konse yang enting untuk keerawatan untuk membantu kesembuhan dengan bentuk keedulian. Caring akan efektif bila dilakukan melalui hubungan interersonal, memberikan asuhan mandiri, meruakan kebutuhan ersonal dan memberikan kesematan untuk tumbuh. Kegiatan ini daat dilakukan ada saat mengajarkan klien tentang ketramilan erawatan diri. Klien memunyai tanggung jawab untuk belajar agar daat memenuhi kebutuhannya sendiri (Potter&Perry, 2009, hlm.162). Dimensi kedua membantu memenuhi kebutuhan dasar. Perawat yang bersifat caring selalu berusaha memerlakukan orang-orang atau asien sebagai individu dan mencoba membantu klien mendaatkan kebutuhan dengan caring yang disengaja a dan disadari. Berbeda dengan enelitian yang dilakukan Anjaswarni (2002) didaatkan hasil dari 10 faktor carative caring ada dimensi memberi bantuan dalam emenuhan kebutuhan manusia sudah dilaksanakan dengan baik oleh erawat dan memberi rasa uas keada asien. Perawat harus bersedia membantu kebutuhan Activity Daily Living (ADL) dengan tulus dan menyatukan erasaan bangga daat menolong klien, menghargai dan menghormati rivacy klien (Potter & Perry, 2009, hlm..162). Dimensi ketiga yaitu dimensi fenomenologis / eksitensi. Perawat daat mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar ertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien daat tercaai. Perawat harus memahami ertumbuhan dan kematangann jiwa klien (fenomenologis) tentang data serta situasi yang membantu emahaman klien tentang fenomena. Yang daat dilakukan erawat antara lain mengijinkan klien menggunakan kekuatan siritual untuk melakukan terai alternatif sesuai ilihannya, memotifasi klien dan keluarga untuk berserah diri keada Tuhan YME, menyiakan klien dan kleuarga saat menghadai fase berduka (Watson, 2009, dalam Potter & Perry, 2009, hlm.162). Perawat yang memberikan asuhan keerawatan keada asien hendaknya memiliki sika caring, karena caring meruakan suatu sika yang eduli dengan kondisi asien sehingga mendorong erawat untuk membantu asien dalam memenuhi kebutuhannya (Watson, 2009, dalam Dwidiyanti, 2007, hlm.7). 3. Gambaran Diagram 2 Distribusi di Ruang Rawat Ina 43,9% 56,1% Kurang uas Berdasarkan diagram 2 menggambarkan bahwa keuasan asien terhada tindakan keerawatan di ruang rawat ina menyatakan 56,1% uas dan 43,9% menyatakan tidak uas terhada tindakan keerawatan di ruang rawat ina. Menurut Suranto (2006) keuasan terjadi setelah seseorang membandingkan kinerja / hasil yang dirasakan dengan haraannya. Keuasan asien ditentukan oleh ersesi asien atas erformance dalam memenuhi haraannya. Pasien merasa uas aabila haraannya terenuhi atau akan sangat uas aabila haraannya terlamaui. Menurut Leonard L. Barry dan Pasuraman (1991, dalam Nursalam, 2011, hlm.329 dan Simamora, 2012, hlm.21) mengidentifikasi lima kelomok karakteristik yang digunakan oleh elanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa layanan, antara lain : a. Kenyataan ( tangible), yaitu berua enamilan fisik, eralatan materi komunikasi yang menarik, kebersihan (kesehatan), ruangann baik, teratur dan rai, berakaian rai dan haromnis, dan enamilan karyawan atau eralatannya.
b. Emati atau keedulian (emhaty), meliuti kemudahan melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan konsumen yang terwujud dalam enuh erhatian terhada setia konsumen, melayani konsumen dengan ramah dan menarik, memahami asirasi konsumen, berkomunikasi yang baik dan benar serta bersika enuh simati. c. Ketanggaan ( resonsiveness), yaitu kemauan dari karyawan dan engusaha untuk membantu elanggan dam memberikan jasa dengan ceat serta mendengar dan mengatasi keluhan dari konsumen. d. Keandalan ( reliability), yaitu kemamuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terercaya, akurat dan memuaskan, jujur, aman, teat waktu, dan ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dengan keercayaan terhada elayanan terkait dengan waktu. e. Jaminan ( assurance), mencaku kemamuan, engetahuan, kesoanan, dan sifat daat diercaya yang dimiliki karyawan, terbebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan, memiliki kometensi, ercaya diri dan menimbulkan keyakinan kebenaran (objektif). Asek yang kurang uas menurut ersesi asien di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal adalah asek dimensi mutu ematy, yaitu ertolongan yang dilakukan erawat untuk beraktifitas seerti berdiri, duduk, berjalan terhada asien. Inti dari dimensi ini adalah bagaimana rumah sakit meyakinkan asien bahwa asien itu adalah unik dan istimewa dan daat digambarkan dengan erhatian secara ersonal kebutuhan sesifik dan terhada keluhan asien dimana ada umumnya asien ingin dierlakukan dan dierhatikan secara khusus oleh ihak engelola rumah sakit (Santoso, 2012). 4. Hubungan Umur Pasien dengan Keuasan Pasien Tabel 2 Analisis Hubungan Umur Pasien dengan di Ruang Rawat Ina RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, Maret 2013 Total Kurang Karakteristik (%) f % f % Umur <42 tahun 22 44,9 27 55,1 100 0,000 42 tahun 45 91,8 4 8,2 100 Hasil analisis hubungan antara umur dengan keuasan dieroleh bahwa asien yang umurnya < 42 tahun memersesikan kurang uas sebanyak 22 resonden (44,9%) dan asien yang umurnya 42 tahun yang memersesikan uas sebanyak 45 resonden (91,8%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara umur asien dengan keuasan (=0,000; α=0,05). Oleh karena ( =0,000) (α=0,05) = signifikan. Siagian (2001, dalam Munawaroh, 2011) berendaat bahwa seseorang akan semakin mamu mengambil keutusan, lebih bijaksana, lebih mamu berfikir rasional, lebih daat mengendalikan emosi dengan bertambahnya usia. Umur akan memengaruhi seseorang dalam engambilan keutusan (Gibson, 1996, dalam Munawaroh, 2011). Menurut Anjaryani (2009) tidak ada erbedaan emberian elayanan erawat ditinjau dari karakteristik umur, artinya bahwa di semua tingkatan umur dengan kondisi bagaimanaun semua dilayani dengan cara yang sama. Selain itu cara memberikan layanan erawat yang sama keada asien adalah semata-mata karena beban tanggung jawabnya yang banyak dan engaruh tidak ingin membeda-bedakan asien satu dengan yang lain sehingga keuasan asien bisa dirasakan oleh semua tingkatan umur termasuk umur asien dewasa. 5. Hubungan Jenis Kelamin Pasien dengan Tabel 3 Analisis Hubungan Jenis Kelamin Pasien dengan di Ruang Rawat Ina Total Kurang Karakteristik (%) f % f % Jenis Kelamin Laki-laki 33 68,8 15 31,3 100 1,000 Peremuan 34 68 16 32 100 Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan keuasan dieroleh bahwa asien yang berjenis kelamin laki-laki memersesikan uas sebanyak 33 resonden (68,8%) dan asien yang berjenis kelamin eremuan yang memersesikan kurang uas sebanyak 34 resonden (68%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin asien dengan keuasan ( =1,000;
α=0,05). Oleh karena ( =0,000 (α=0,05) = tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan endaat Aendi (2003) yang menyatakan bahwa ersentase laki-laki dan eremuan adalah sama untuk merasa uas dimana diasumsikan karena seiring erkembangan zaman dimana kemamuan berikir atau cara andang antara laki-laki dan eremuan sekarang ini hamir sama terutama dewasa ini rata-rata tingkat endidikan eremuan semakin meningkat. Pasien lakilaki mauun eremuan memeroleh keuasan ada hal-hal yang sama sehingga membutuhkan erlakuan yang sama dari erawat. Hasil enelitian ini berbeda dengan Harlim (2000) dimana terdaat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat keuasan. Menurut Loudon dan Bitta (1988, dalam Rohyadi, 2004) menyatakan bahwa faktor demografi yang berhubungan dengan keuasan salah satunya adalah jenis kelamin dimana jenis kelamin laki-laki dinyatakan lebih mudah merasa uas dibandingkan wanita. Hal ini daat disimulkan bahwa laki-laki cenderung melihat roduk dari sisi kualitas dan fungsinya, sedangkan eremuan lebih mendasar ada ertimbangan sosial, sikologis, dan enamilan sebuah roduk (Solro, 2001). 6. Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien dengan Tabel 4 Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien dengan di Ruang Rawat Ina Karakteristik Tingkat Pendidikan Pendidikan Rendah Pendidikan Tinggi Kurang f % f % Total (%) 46 88,5 6 11,5 100 21 45,7 25 54,3 100 Hasil analisis hubungan antara tingkat endidikan dengan keuasan dieroleh bahwa asien yang berendidikan rendah memersesikan uas sebanyak 46 resonden (88,5%) dan asien yang berendidikan tinggi yang memersesikan kurang uas sebanyak 21 resonden (45,7%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat endidikan asien dengan keuasan ( =0,000; 0,000 α=0,05). Oleh karena ( =0,000) (α=0,05) = signifikan. Hasil enelitian ini sesuai dengan endaat Munawaroh (2011) yang mengatakan endidikan rendah memengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk dalam mencari temat elayanan kesehatan. Pendidikan rendah menentukan asien dalam memilih temat elayanan kesehatan. Biasanya asien tidak memertimbangkan asek dari mutu rumah sakit yang dituju namun asien lebih mementingkan sakitnya bisa ceat tertolong dan ceat sembuh. Hasil enelitian ini berbeda dengan Lestari (2008) yang menyatakan semakin tinggi tingkat endidikan seseorang, maka daya untuk mengkritisi sesuatu akan meningkat. Seseorang dengan endidikan yang lebih tinggi semestinya akan lebih kritis dalam menentukan aakah elayanan yang telah diberikan daat memberikan rasa uas atau tidak. Hasil enelitian yang dilakukan oleh Sudaryani (2008) didaatkan hasil yang senada yaitu semakin tinggi tingkat endidikan, maka tingkat keuasan akan turun. Hal ini daat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat endidikan maka tuntutan terhada elayanan semakin tinggi. 7. Hubungan Lama Hari Rawat Pasien dengan Tabel 5 Analisis Hubungan Lama Hari Rawat Pasien dengan Keuasan Pasien di Ruang Rawat Ina Karakteristik Lama Hari Rawat Kurang f % f % Total (%) < 4 hari 29 30,1 15 13,9 100 0,799 4 hari 38 36,9 16 17,1 100 Hasil analisis hubungan antara lama hari rawat dengan keuasan dieroleh bahwa asien yang dirawat kurang dari 4 hari memersesikan uas sebanyak 29 resonden (30,1%) dan asien yang dirawat lebih dari 4 hari yang memersesikan kurang uas sebanyak 38 resonden (36,9%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara lama hari rawat asien dengan keuasan ( =0,799; α=0,05). Oleh karena ( =0,799) (α=0,05) = tidak signifikan.
Hasil enelitian ini didukung oleh Anjaryani (2009) mengatakan bahwa erawat biasanya memang akan lebih mengenal asien dengan waktu erawatan lama dariada asien dengan waktu endek, sehingga asien merasa sudah dekat dengan erawat dariada yang belum ernah masuk sumah sakit sama sekali dan ini un akan menjadikan erawat bisa lebih erhatian dengan asien dengan lama erawatan lama dibandingkan keada asien dengan lama erawatan endek. Hasil enelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Wardhana (2011) yang menyatakan bahwa hubungan antara lama rawat dan tingkat keuasan dieroleh bahwa 30 resonden (38%) yang lama rawatnya 3 hari yang mengaku uas terhada layanan di Paviliun Kartika, sedangkan diantara resonden yang 3 hari ada 18 resonden (39,1%) yang mengaku uas. Anjaryani (2009) mengatakan asien dengan lama erawatan yang lama cenderung akan jenuh dengan situasi erawatan yang dilakukan dan asien akan cenderung bosan dari aa yang diberikan erawat dan dokter. 8. Hubungan Caring Perawat Pelaksana dengan Tabel 6 Analisis Hubungan Caring Perawat Pelaksana dengan di Ruang Rawat Ina Total Kurang Karakteristik (%) f % f % Caring 54 78,3 15 21,7 100 Kurang Caring 13 44,8 16 55,2 100 Hasil analisis hubungan antara caring erawat elaksana dengan keuasan asien menurut ersesi asien dieroleh bahwa erawat yang caring memberikan keuasan asien tinggi sebanyak 54 resonden (78,3%), sedangkan erawat yang kurang caring dieroleh hasil keuasan asien lebih rendah yaitu sebanyak 13 resonden (44,8%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara caring erawat elaksana dengan keuasan asien ( α=0,05). Oleh karena (=0,003) (α=0,05) = signifikan. 0,003 Kariadi Semarang dengan hasil bahwa 68% asien sangat uas dengan erilaku caring erawat. Kemamuan erawat dengan memberikan elayanan yang baik, dan mencitakan komunikasi yang menyenangkan terhada asien meruakan faktor enyebab keuasan asien yang akan dirasakan oleh asien (Carruth et al., 1999 dalam Dwidiyanti, 2007, hlm.7). Perawat elaksana di ruang rawat ina RSUD Dr. H Soewondo Kendal sebagian sudah bererilaku caring terhada asien namun hal tersebut tidak menjamin bahwa erawat yang caring asien akan merasa uas. Hal tersebut dikarenakan asien tidak uas dengan kelengkaan fasilitas di ruangan dan kurangnya keedulian ( ematy) erawat terhada ertolongan jalan, duduk, dan berdiri terhada asien yang memiliki keterbatasan mobilitas fisik. Sebaliknya, dari erilaku tidak caring erawat ada asien yang merasa uas dikarenakan asien tersebut mendaat keringanan biaya dari fasilitas yang diberikan oleh emerintah yaitu kartu JAMKESMAS yang ditujukan keada asien yang kurang mamu. Keuasan asien ini daat tercita dengan caring erawat yang baik, yang enuh erhatian, ersahabatan, emati, dan simati. Griffin (1983, dalam Morrison & Burnard, 2009, hlm.12) menggambarkan caring dalam keerawatan sebagai sebuah roses interersonal esensial yang mengharuskan erawat melakukan aktivitas eran yang sesifik dalam sebuah cara dengan menyamaikan eksresi emosi-emosi tertentu keada resiien. Perilaku caring, bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, andangan hidu, dan nilai kultur setia orang yang berbeda ada suatu temat dengan temat yang lain (Dwidiyanti, 2007, hlm.9). Selain itu caring bertujuan bertujuan memerbaiki dan meningkatkan kondisi manusia (Leininger, 1984, dalam Kozier, et al; 2011, hlm.568). Hasil enelitian ini didukung oleh enelitian Asrini (2012) yaitu Hubungan Antara Persesi Pasien tentang Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat di Instalasi Rawat Ina Paviliun Garuda VIP B RSUP Dr.
9. Seleksi Kandidat Tabel 7 Hasil Seleksi Bivariat untuk Kandidat Model ada Caring Perawat Pelaksana dengan Karakteristik Pasien di Ruang Rawat Ina Variabel Umur 0,004 Jenis Kelamin 0,064 Tingkat Pendidikan 0,001 Lama Hari Rawat 0,654 Caring 0,001 Tabel 7 daat disimulkan bahwa variabel yang memunyai < 0,25 adalah umur, tingkat endidikan, dan caring sehingga variabel tersebut dimasukkan dalam emodelan multivariat. 10. Pemodelan Multivariat Tabel 8 Pemodelan Awal Hasil Analisis Regresi Logistik ada Variabel Caring dan Karakteristik Pasien di Ruang Rawat Ina Variabel B OR 95% CI 1,223- Umur 1,566 5,057 4,790 18,760 Tingkat 0,108-0,887 1,690 0,412 Pendidikan 1,569 10,47 3,407- Caring 2,349 16,814 0 32,172 Variabel umur, tingkat endidikan, dan caring dilakukan analisis dengan uji regresi logistik. Dari hasil analisis menghasilkan value dari variabel umur, tingkat endidikan, dan caring > 0,05, sehingga umur, tingkat endidikan, dan caring tidak daat masuk dalam emodelan akhir. SIMPULAN 1. Karakteristik asien yang menjadi resonden enelitian sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki, berendidikan rendah yaitu tidak sekolah, SD, dan SMP, rata-rata umur 42 tahun, dan lama hari rawat lebih dari emat hari. 2. Gambaran erilaku caring erawat elaksana yang diersesikan oleh asien adalah bahwa lebih dari searuh erawat bererilaku caring baik. 3. Gambaran keuasan yang diersesikan asien adalah lebih dari searuh asien memersesikan uas dengan elayanan keerawatan. 4. Ada hubungan caring erawat elaksana dengan keuasan asien, artinya bila erawat bererilaku caring baik maka daat meningkatkan keuasan asien. 5. Ada hubungan antara karakteristik asien meliuti umur dan tingkat endidikan. 6. Tidak adanya hubungan antara karakteristik asien meliuti jenis kelamin dan lama hari rawat. 7. Perawat yang melakukan caring memunyai eluang 4 kali lebih besar untuk memberikan keuasan dibanding erawat yang kurang caring. SARAN 1. Bagi Manajemen RSUD Dr. H. Soewondo Kendal Diharakan ihak manajemen RSUD Dr. H. Soewondo Kendal memberikan kuesioner ada saat asien ulang guna menilai elayanan erawat dan kondisi ruangan untuk mengetahui tingkat keuasan asien di ruang rawat ina RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. 2. Bagi Keala Ruang Diharakan untuk menguayakan eningkatan sika dan erilaku caring erawat elaksana agar menerakan sika caring erawat ada saat memberikan asuhan keerawatan keada asien dengan cara memberi contoh secara langsung bagaimana bererilaku caring keada asien sehingga berengaruh terhada keuasan asien rawat ina dalam rangka meningkatkan otimalisasi elayanan rumah sakit keada asien sebagai elanggan. 3. Bagi Perawat Meningkatkan erilaku caring dengan mengikuti elatihan-elatihan tentang caring dan memertahankan erilaku caring tersebut dalam memberikan asuhan keerawatan sehingga mutu asuhan keerawatan bisa terus diertahankan dengan baik. 4. Bagi Pendidikan Keerawatan Mengembangkan erilaku caring yang sudah diterakan sejak mahasiswa mendaatkan endidikan tentang erilaku caring dengan cara memberikan ratek Laboratorium Manajemen (mata kuliah Caring Keerawatan) keada mahasiswa agar mahasiswa daaat memraktekkan secara langsung cara beerilaku ramah keada asien, eduli, dan emati sehingga daat meningkatkan elayanan keerawatan yang uas keada asien. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi eneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan enelitian yang serua, disarankan untuk menggunakan subjek enelitian yang lebih besar untuk menghindari kelemahan enelitian, serta melakukan observasi yang mendalam sebelum menunjuk rumah sakit
yang akan digunakan sebagai temat enelitian sehingga benar ditemukan ada ermasalahan yang sesuai dengan enelitian yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Anjaryani, W.D. (2009). Keuasan asien rawat ina terhada elayanan erawat di rumah sakit tugurejo semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana Promosi Kesehatan Sumber Daya Manusia UNDIP. Semarang : Tidak diublikasikan Anjaswarni, Tri (2002). Analisis tingkat keuasan klien terhada erilaku caring erawat di rumah sakit umum daerah dr. saiful anwar malang. htt://www.digilib.ui.ac.id/file?file=df/abstrak 70768.df dieroleh tanggal 5 Mei 2013 Aendi. (2003). Hubungan karakteristik asien dengan tingkat keuasan asien di tiga uf rawat ina rsud demak. htt://erints.undi.ac.id/4645/ dieroleh tanggal 10 Mei 2013 Ardiana, Anisah. (2010). Hubungan kecerdasan emosional erawat dengan erilaku caring erawat elaksana menurut ersesi asien di ruang rawat ina rsud dr. h. koesnadi bondowoso. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keerawatan UI. Jakarta : Tidak diublikasikan Asrini, Yuli. (2012). Hubungan antara ersesi asien tentang erilaku caring erawat dengan tingkat keuasan asien di instalasi rawat ina aviliun garuda b rsu dr. kariadi semarang. htt://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/130/jttu nimus-gdl-yuliasrini-6478-1-abstrak.df dieroleh tanggal 9 Mei 2013 Dwidiyanti, Meidiana. (2007). Caring kunci sukses erawat/ners mengamalkan ilmu. Semarang : Penerbit Hasani Firdausi, Iqbal. (2006). Pengaruh kualitas jasa terhada keuasan asien studi kasus ada rumah sakit umum daerah ulin banjarmasin. htt://isjd.dii.lii.go.id/admin/jurnal/5106243 0.df dieroleh tanggal 25 Setember 2012 Harlim, Argo. (2000). Persesi asien atas layanan keerawatan rawat ina di rsud kotabekasi. htt://reository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/3a a8c912120966333060e3 2c02c716e2ce0f84f.df dieroleh tanggal 25 Aril 2013 Kozier et al., (2011). Buku ajar fundalmental keerawatan konse, roses & araktik. Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC Lestari, W.P. (2008). Analisa faktor enentu tingkat keuasan asien di rumah sakit ku muhammadiyah bantul. htt://journal.uii.ac.id/index.h/jkki/article/v iewfile/544/468 dieroleh tanggal 11 Oktober 2012 Manurung. (2010). Analisis hubungan tingkat keuasan asien rawat jalan terhada elayanan instalasi farmasi dengan minat asien menebus kembali rese obat di instalasi farmasi rsud budhi asih. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Jakarta : Tidak diublikasikan Morrison&Burnard. (2009). Caring&communicating hubungan interersonal dalam keerawatan. Jakarta : EGC Munawaroh, Siti. (2011). Analisis hubungan karakteristik dan keuasan asien dengan loyalitas asien di rsua dr. sutomo onorogo. Skrisi. Program Sarjana Fakultas Ilmu Keerawatan Universitas Muhammadiyah. Ponorogo : Tidak diublikasikan Muninjaya, A., A., Gde. (2004). Manajemen Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC Nursalam. (2011). Manajemen keerawatan alikasi dalam arktik keerawatan rofesional. Jakarta : Salemba Medika Perry, Potter. (2009). Fundamental keerawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika Rohyadi. (2004). Analisis hubungan antara karakteristik demografi dengankeuasaasien tentang elaksanaan fungsi komunikasi studi di ruang rawat ina dewasa rsu cibabat. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keerawatan UI. Jakarta : Tidak diublikasikan Santoso. (2012). Analisis engaruh kualitas elayanan terhada keuasan asien rawat ina kelas iii ada rs. roemani muhammadiyah semarang. Skrisi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi UNDIP. Semarang : Tidak diublikasikan
Simamora, R.H. (2012). Buku ajar manajemen keerawatan. Jakarta : EGC Solro. (2001). Pengembangan indeks keuasan asien. htt:///. mikundi.or.id dieroleh tanggal 5 Mei 2013 Sudaryani. (2008). Pengaruh Pendidikan Kesehatan ersiaan asien ulang terhada keuasan asien tentang elayanan keerawatan di RSUD Kabuaten Madiun. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keerawatan UI. Jakarta : Tidak diublikasikan Suranto. (2006). Pengukuran tingkat keuasan elanggan untuk menaikkan angsa asar. Jakarta : Rineka Cita Utama, Surya. (2003). Memahami fenomena keuasan asien rumah sakit referensi endukung untuk mahasiswa akademik, iminan, organisasi, dan raktisi kesehatan. htt://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmsurya1.df dieroleh tanggal 31Oktober 2012 Wardhana, Arif Kusuma. (2011). Analisa keuasan asien di instalasi rawat ina aviliun kartika jakarta usat.tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Jakarta : Tidak diublikasikan