BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Subjek Pada bagian ini peneliti akan memaparkan gambaran umum dari subjek penelitian yang dilakukan di kantor pusat PT. Bank X. Dari 200 kuesioner yang telah disebar, hanya 77 kuesioner yang terkumpul. Dengan demikian, subjek dalam penelitian ini berjumlah 77 karyawan kantor pusat PT. Bank X. Gambaran umum subjek dibagi berdasarkan jenis kelamin, masa kerja, dan kesempatan mengembangkan diri di Bank X. 4.1.1 Gambaran jenis kelamin subjek Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Presentase Pria 46 59,7% Wanita 31 40,3% Total 77 100% Berdasarkan data diatas, dapat terlihat bahwa jumlah subjek penelitian sebanyak 77 orang yang terbagi atas 46 pria (59,7%) dan 31 wanita (40,3%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik subjek mayoritas berjenis kelamin pria.
4.1.2 Gambaran masa kerja dan kesempatan mengembangkan diri Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja Frekuensi Presentase 2 Tahun 7 9,1% 2 Tahun 70 90,9% Total 77 100% Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Berdasarkan Kesempatan Mengembangkan Diri Mendapatkan Kesempatan Frekuensi Presentase Ya 77 100% Tidak 0 0% Total 77 100% Tabel 4.2 dan tabel 4.3 merupakan hasil dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan kesempatan yang diberikan bank X kepada karyawan yang bekerja dibawah dan diatas dua tahun terhadap program pengembangan karyawan terkait psychological well-being. Berdasarakan data pada tabel 4.1, dapat terlihat dari 77 subjek penelitian, 7 orang (9,1%) baru bekerja di PT. Bank X kurang dari dua tahun dan 70 orang (90,9%) lainnya sudah bekerja selama lebih dari dua tahun di PT. Bank X. Untuk tabel 4.3, saat diberikan pertanyaan apakah di Bank X subjek mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri, seluruh subjek yang berjumlah 77 orang menjawab Ya. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
program pengembangan terkait psychological well-being yang terdapat di PT. Bank X berlaku bagi seluruh karyawan, baik yang baru bekerja dibawah dua tahun maupun yang sudah bekerja selama lebih dari dua tahun. 4.2 Uji Normalitas Pengambilan keputusan dasar dalam uji normalitas ditentukan dengan: Jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov > 0,05, maka data berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Tabel 4.4 Uji Normalitas Psychological Well-Being, Affective Commitment, Continuance Commitment, dan Normative Commitment Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Statistics Df Sig. PWB.085 77.200 AC.107 77.029 CC.095 77.081 NC.125 77.004 Data dari tabel 4.4 menunjukkan hasil yang didapatkan yaitu nilai psychological well-being 0,200, affective commitment 0,029, continuance commitment 0,081, dan normative commitment 0,004. Psychological well-being dan continuance commitment menunjukkan nilai signifikansi lebih dari 0,05, ini berarti data keduanya berdistribusi normal. Sedangkan untuk affective commitment dan normative commitment menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0.05, ini berarti data keduannya tidak berdistribusi normal. Apabila didapatkan satu variabel saja tidak berdistribusi normal, maka syarat-syarat asumsi regresi tidak terpenuhi dan analisis regresi linear tidak dapat
dilakukan. Dengan demikian hipotesis satu, dua, dan tiga tidak ditolak ataupun diterima dan penelitian yang dapat dilakukan oleh peneliti yaitu menguji korelasi menggunakan perhitungan statistik non-parametrik. 4.3 Uji Korelasi Uji korelasi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik spearman s correlations. Berikut pengujian korelasi psychological well-being dengan masingmasing komponen dari organizational commitment: Tabel 4.5 Korelasi Psychological Well-Being dengan Affective Commitment Variabel 1 2 Correlation Variance Sig. Coefficient(R) Bersama( ) PWB AC.803.645.000 b Data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well-being dengan affective commitment (R = 0,803; p 0,05). Nilai koefisien korelasi spearman (R = 0,803) memiliki arti bahwa hubungan diantara psychological well-being dengan affective commitment berada pada taraf yang kuat. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa psychological well-being memiliki arah korelasi yang positif terhadap affective commitment, ini berarti apabila psychological well-being karyawan tinggi maka akan diikuti dengan affective commitment yang tinggi juga. Berdasarkan data diatas didapat bahwa psychological well-being berhubungan sebesar 64,5% dengan affective commitment.
Tabel 4.6 Korelasi Psychological Well-Being dengan Continuance Commitment Variabel 1 2 Correlation Variance Sig. Coefficient(R) Bersama( ) PWB CC -.791.625.000 b Data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well-being dengan continuance commitment (R = -0,791; p 0,05). Nilai koefisien korelasi spearman (R = -0,791) memiliki arti bahwa hubungan diantara psychological well-being dengan continuance commitment berada pada taraf yang kuat. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa psychological well-being memiliki arah korelasi yang negatif terhadap continuance commitment, ini berarti apabila psychological well-being karyawan tinggi maka akan diikuti dengan continuance commitment yang rendah. Berdasarkan data diatas didapat bahwa psychological wellbeing berhubungan sebesar 62,5% dengan continuance commitment. Tabel 4.7 Korelasi Psychological Well-Being dengan Normative Commitment Variabel 1 2 Correlation Variance Sig. Coefficient(R) Bersama( ) PWB CC.860.740.000 b
Data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well-being dengan normative commitment (R = 0,860; p 0,05). Nilai koefisien korelasi spearman (R = 0,860) memiliki arti bahwa hubungan diantara psychological well-being dengan normative commitment berada pada taraf yang kuat. Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa psychological well-being memiliki arah korelasi yang positif terhadap normative commitment, ini berarti apabila psychological well-being karyawan tinggi maka akan diikuti dengan normative commitment yang tinggi juga. Berdasarkan data diatas didapat bahwa psychological well-being berhubungan sebesar 74,0% dengan normative commitment.