BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. dijadikan bahan penelitian untuk lingkungan karyawan PT. Santosa Agrindo.

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Skala-skala sikap disebar kepada sampel-sampel yang sesuai dengan karakteristik sampel penelitian. Jumlahnya adalah sebanyak 35 karyawan. Seluruh skala tersebut dapat kembali ke peneliti sebanyak 35. Jadi, 100% kuesioner yang disebar dan dijadikan bahan penelitian untuk lingkungan karyawan PT. Santosa Agrindo Gambaran Umum Subjek Berikut ini adalah uraian gambaran umum subjek berdasarkan faktor-faktor demografi. Tabel 4.1. Frekuensi Subjek Berdasarkan Demografi DEMOGRAFI TOTAL % Jenis Kelamin Pria 33 94,29 Wanita 2 5,71 Total Usia <20 1 2, , , , , , ,71 Total Status BelumMenikah 15 42,86 Menikah 20 57,14 Total

2 Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa subjek yang terbanyak berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 33 karyawan dan wanita hanya 2 karyawan. Usia karyawan terbanyak berada di rentang tahun, dan status mayoritasnya adalah sudah menikah Gambaran Perilaku Keterikatan Karyawan Interpretasi terhadap skor keterikatan karyawan diperoleh dari skala sikap dengan melihat skor total dari sampel. Respon jawaban pada skala keterikatan karyawan terentang dari : (1) sangat tidak setuju, sampai dengan (4) sangat setuju. Dari jawaban yang telah diterima, ditemukan nilai mean = 3,07 dengan standard deviasi = 0,32. Norma untuk menginterpretasi skor yang telah diperoleh dari subjek adalah : Tabel 4.2. Norma Skala Keterikatan Karyawan Kelas Interval Interpretasi 1,43 2,08 Sangat Rendah 2,09 2,73 Rendah 2,74 3,39 Sedang 3,40 4,04 Tinggi 4,05 4,70 Sangat Tinggi Frekuensi sampel berdasarkan kelompok interpretasi didapati : Tabel 4.3. Frekuensi Keterikatan Karyawan Interpretasi Frekuensi % Sangat Rendah 0 - Rendah 4 11,43 Sedang 27 77,14 Tinggi 4 11,43 Sangat Tinggi 0 - Total

3 Berdasarkan dari hasil di atas, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar karyawan di PT. Santosa Agrindo memiliki nilai keterikatan karyawan di taraf sedang sebanyak 77,14%, yaitu sebanyak 27 karyawan. Sedangkan karyawan yang memiliki taraf tinngi dan rendah memiliki presentase yang sama yaitu 11,43% dengan masingmasing jumlah karyawan sebanyak 4 karyawan Subjective Well-Being Interpretasi terhadap skor subjective well-being dijelaskan dengan menggabungkan 2 (dua) komponen, berdasarkan skala sikap masing-masing komponen. Komponen pertama adalah komponen afeksi. Skor diperoleh dari skala sikap dengan kontinum respon jawaban terentang dari : (1) sangat sedikit, sampai dengan (5) sangat besar. Komponen kedua, adalah komponen afeksi. Skor diperoleh dari skala sikap dengan kontinum respon jawaban terentang dari : (1) sangat tidak setuju, sampai dengan (7) sangat setuju. Tabel 4.4. Norma Skala Subjective Well-Being Kelas Interval Interpretasi 0,73 1,39 Sangat Rendah 1,40 2,06 Rendah 2,07 3,40 Sedang 3,41 4,08 Tinggi 4,09 4,75 Sangat Tinggi Frekuensi jumlah karyawan berdasarkan kelompok interpretasi didapati :

4 Tabel 4.5. Frekuensi Subjective Well-Being Interpretasi Frekuensi % Sangat Rendah 2 5,71 Rendah 3 8,57 Sedang 23 65,71 Tinggi 7 20,00 Sangat Tinggi 0 - Total Berdasarkan dari data frekuensi, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar karyawan di PT. Santosa Agrindo memiliki nilai sedang untuk kondisi subjective well-being, yaitu sebanyak 23 karyawan dengan presentase 65,71%. Sedangkan presentase kedua sebanyak 20% untuk kategori skor tinggi dengan jumlah 7 karyawan, presentase 8,57% untuk kategori rendah dengan 3 karyawan, dan untuk kategori sangat rendah sebanyak 2 karyawan dengan presentase 5,71% Kebahagiaan Interpretasi terhadap skor kebahagiaan diperoleh dari skala sikap dengan melihat skor total dari sampel. Respon jawaban pada skala keterikatan karyawan terentang dari 1 sampai dengan 7. Dari jawaban yang telah diterima, ditemukan nilai mean = 4,64 dengan standard deviasi = 1,08. Berdasarkan hal tersebut, norma yang dibuat peneliti untuk menginterpretasi skor yang diperoleh adalah sebagai berikut:

5 Tabel 4.6. Norma Skala Kebahagiaan Kelas Interval Interpretasi -0,80 1,37 Sangat Rendah 1,38 3,54 Rendah 3,55 5,72 Sedang 5,73 7,89 Tinggi 7,90 10,07 Sangat Tinggi Frekuensi karyawan berdasarkan kelompok interpretasi didapati : Tabel 4.7. Frekuensi Kebahagiaan Interpretasi Frekuensi % Sangat Rendah 0 - Rendah 5 14,29 Sedang 25 71,43 Tinggi 5 14,29 Sangat Tinggi 0 - Total Berdasarkan dari hasil di atas, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar karyawan di PT. Santosa Agrindo memiliki nilai sedang untuk perilaku kebahagiaan yaitu sebanyak 25 karyawan dengan presentase 71,43%, untuk nilai rendah dan tinggi masing-masing terdapat 5 karyawan dengan masing-masing presentase 14,29% Uji Normalitas Uji normalitas untuk variable-variabel penelitian ini adalah dengan menggunakan metode uji Kolmogorov-Smirnov, atau yang biasa disebut dengan K-S test. Untuk menentukan suatu distribusi data sampel. Selain itu dapat juga digunakan untuk

6 menguji kenormalan suatu data (Sulaiman, 2003). Hasil K-S test untuk variablevariabel di penelitian ini adalah : Tabel 4.8. Uji Normalitas Variabel Asymp. Sig. Keterikatan Karyawan 0,993 Kebahagiaan 0,742 Subjective Well-Being 0,823 Sulaiman (2003) menyatakan bahwa jika nilai Asymp.Sig. suatu variable > 0,05 atau 5%, makan variable tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. Dari Tabel Uji Normalitas diketahui bahwa variable keterikatan karyawan memiliki skor 0,993, variable kebahagiaan memiliki skor 0,742, dan variable subjective well-being memiliki skor 0,823. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh variable-variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal, dan layak untuk digunakan dalam uji korelasional Analisa Korelasional Uji korelasional yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan tehnik korelasi parsial dan tunggal. Korelasi parsial adalah suatu tehnik statistic yang digunakan untuk mempelajari hubungan murni antara sebuah variable (X1) dengan variable terikat (Y) dengan mengendalikan atau mengontrol variable bebas (X2) yang diduga mempengaruhi hubungan antara X1 dengan Y. Dalam penelitian ini, uji korelasi parsial digunakan untuk menguji hipotesa 1, dimana di hipotesa ini terdiri dari 3 variabel, yaitu X1, X2 dan Y.

7 Hipotesanya adalah sebagai berikut : Ha 1 : Adanya hubungan yang signifikan antara keterikatan karyawan dan kebahagiaan terhadap subjective well-being pada karyawan PT. Santosa Agrindo unit Abattoir Serang. Ho 1 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara keterikatan karyawan dan kebahagiaan terhadap subjective well-being pada karyawan PT. Santosa Agrindo unit Abattoir Serang. Variabel yang dijadikan sebagai variabel kontrol dalam uji korelasi parsial ini adalah kebahagiaan (X2), untuk melihat hubungan antara keterikatan karyawan (X1) terhadap subjective well-being (Y). Atau dengan gambar sebagai berikut : keterikatan karyawan (X1) Kebahagiaan (X2) Gambar 4.1. Uji Korelasi Parsial subjective well-being (Y) Hasil perhitungan statistik tersebut akan ditunjukan pada tabel berikut ini: Tabel 4.9. Hasil Uji Korelasi Parsial Sig. Part Corr 0,20 0,397

8 Sebelum menginterpretasikan suatu korelasi, peneliti menggunakan interval korelasi dari Sarwono (2009), sebagai berikut : Tabel Interval Kekuatan Korelasi Korelasi Kekuatan Hubungan 0,00 Tidak ada hubungan 0,01 0,09 Hubungan kurang berarti 0,10 0,29 Hubungan lemah 0,30 0,49 Hubungan moderat 0,50 0,69 Hubungan kuat 0,70 0,89 Hubungan sangat kuat >0,90 Hubungan mendekati sempurna Berdasarkan tabel interval tersebut, diketahui bahwa nilai signifikan dari hubungan korelasi parsial tersebut adalah 0,20, dimana > 0,05 dengan nilai korelasi parsial 0,397. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan korelasi tersebut memiliki hubungan yang signifikan dengan kekuatan hubungan korelasi yang moderat atau sedang. Uji korelasi yang selanjutnya dilakukan adalah uji korelasi tunggal antara ketiga variabel dalam penelitian ini. Hipotesa yang diuji dalam korelasi ini adalah hipotesa 2 sampai dengan 4. Berikut adalah hipotesanya : Hipotesa alternatif (Ha) : Ha 2 : Adanya hubungan yang signifikan antara keterikatan karyawan dan subjective well-being pada karyawan PT. Santosa Agrindo unit Abattoir Serang.

9 Ha 3 : Adanya hubungan yang signifikan antara subjective well-being dan kebahagiaan pada karyawan PT. Santosa Agrindo unit Abattoir Serang. Ha 4 : Adanya hubungan yang signifikan antara kebahagiaan dan keterikatan karyawan pada karyawan PT. Santosa Agrindo unit Abattoir Serang. Hipotesa null (Ho) : Ho 2 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara keterikatan karyawan dan subjective well-being pada karyawan PT. Santosa Agrindo unit Abattoir Serang. Ho 3 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara subjective well-being dan kebahagiaan pada karyawan PT. Santosa Agrindo unit Abattoir Serang. Ho 4 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebahagiaan dan keterikatan karyawan pada karyawan PT. Santosa Agrindo unit Abattoir Serang. Dengan gambar sebagai berikut : Gambar 4.2. Uji Korelasi Tunggal keterikatan karyawan (X1) H3 Kebahagiaan (X2) H2 H3 subjective well-being (Y) Uji korelasi tunggal atas ketiga variabel tersebut menggunakan tehnik korelasi bivariate, karena dengan tehnik ini, peneliti bisa memasukkan semua variabel dalam 1 proses data. Hasilnya didapati :

10 Tabel Hasil Uji Korelasi Tunggal Keterikatan Karyawan Subjective Well-Being Kebahagiaan Keterikatan Karyawan 1 0,573 0,483 Subjective Well-Being 0, ,623 Kebahagiaan 0,483 0,623 1 Berdasarkan hasil uji korelasi, diketahui bahwa seluruh korelasi antar 2 variabel memiliki skor signifikan diatas 0,01. Sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh hipotesa yang diujicobakan memiliki hubungan yang signifikan, namun dengan kekuatan korelasi yang berbeda. Ha 2 : Antara keterikatan karyawan dan subjective well-being memiliki nilai korelasi 0,573, sehingga dapat dikategorikan korelasi memiliki hubungan yang kuat. Ha 3 : Antara subjective well-being dan kebahagiaan memiliki nilai korelasi 0,623, sehingga dapat dikategorikan korelasi memiliki hubungan yang kuat. Ha 4 : Antara kebahagiaan dan keterikatan karyawan memiliki nilai korelasi 0,483, sehingga dapat dikategorikan korelasi memiliki hubungan yang moderat atau sedang Analisa Tambahan Dari hasil uji korelasional, diketahui bahwa terdapat 2 pasang korelasi yang memiliki hubungan yang kuat yang melibatkan ketiga variabel, yaitu antara : 1. Variabel keterikatan karyawan dan variable subjective well-being. 2. Variabel subjective well-being dan variable kebahagiaan.

11 Dikarenakan keterikatan karyawan dan subjective well-being memiliki beberapa komponen di dalamnya, peneliti melakukan uji korelasional antara komponenkomponen dari keterikatan karyawan dan subjective well-being. Hal ini dilakukan untuk mengetahui komponen manakah yang memiliki hubungan kuat antar variable Uji Korelasional Antar Komponen Keterikatan Karyawan dan Komponen Subjective Well-Being Komponen-komponen yang terdapat pada variable subjective well-being adalah dengan komponen afeksi (afeksi positif dan afeksi negative) dan komponen kognisi. Serta variable keterikatan karyawan, yaitu dengan basic needs, support to management, growth, dan team work. Analiasa korelasi yang pertama didapati hasil sebagai berikut : Tabel Korelasi Komponen Keterikatan Karyawan dan Komponen Subjective Well-Being KK, basic needs KK, support to management KK, growth KK, team work SWB, afeksi 0, SWB, kognisi Interpretasi dari table 4.14 diketahui bahwa seluruh komponen dari keterikatan karyawan memiliki korelasi yang sangat kuat yaitu diatas 0,50 dengan komponen afeksi dari subjective well-being. Komponen afeksi dari subjective well-being itu sendiri memiliki 2 jenis. Yaitu afeksi positif dan afeksi negatif. Atas dasar tersebut, peneliti ini melanjutkan uji korelasi antara afeksi positif dan afeksi negatif dengan

12 keterikatan karyawan, tujuannya adalah untuk mengetahui afeksi manakah yang memiliki hubungan dengan perilaku keterikatan karyawan. Hasil dari uji korelasional tersebut adalah : Tabel Korelasi Keterikatan Karyawan dan Komponen Afeksi Subjective Well-Being Keterikatan Karyawan SWB, afeksi positif 0,393 SWB, afeksi negatif Dari table 4.15 didapati nilai korelasi antara afeksi positif dan keterikatan karyawan adalah 0,393 dan korelasi antara afeksi negative dan keterikatan karyawan adalah -0,624. Atas dasar ini dapat disimpulkan bahwa kondisi afeksi positif memiliki hubungan dengan perilaku keterikatan karyawan. Jika kondisi afeksi positif meningkat, maka perilaku keterikatan karyawan juga akan meningkat. Alat ukur afeksi dari PANAS terdiri dari 10 macam afeksi positif dan afeksi negatif. Untuk memperjelas kondisi afeksi positif manakah yang berkorelasi tinggi dengan keterikatan karyawan, peneliti melakukan uji korelasi antara item-item afeksi posiitf dengan keterikatan karyawan. Serta deskripsi dari afeksi positif yang terdapat di populasi sampel. Hasilnya adalah sebagai berikut :

13 Tabel Korelasi Keterikatan Karyawan dan Komponen Afeksi Positif Subjective Well-Being Afeksi Positif Keterikatan Karyawan % Deskriptif Tertarik 0,514 11,11% Bergairah 0,575 9,63% Kuat Antusias 0,074 0,344 10,33% 10,96% Bangga 0,059 9,95% Waspada 0,125 10,57% Terinspirasi -0,422 5,19% Penuh Tekad 0,298 11,42% Penuh Perhatian 0,328 10,02% Aktif 0,310 10,80% 100% Dari table hasil uji korelasi diketahui bahwa item afeksi positif yang memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku keterikatan karyawan adalah item tertarik dan bergairah dengan nilai korelasi 0,514 dan 0,575. Sedangkan item afeksi positif yang dimiliki oleh sebagian besar populasi sampel adalah item penuh tekad dan tertarik. Jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi afeksi tertarik merupakan afeksi yang berkorelasi kuat dengan perilaku keterikatan karyawan, serta tertarik merupakan salah satu afeksi positif yang cukup dominan dimiliki di lingkungan karyawan PT. Santosa Agrindo Uji Korelasional Antar Komponen Subjective Well-Being dan Kebahagiaan

14 Dalam uji korelasional ini akan dilakukan terhadap komponen-koponen subjective well-being dan kebahagiaan. Hasil nya adalah sebagai berikut : Tabel Korelasi Komponen Subjective Well-Being dan Kebahagiaan Kebahagiaan SWB, afeksi 0,299 SWB, kognisi Table 4.17 dapat diinterpretasikan bahwa komponen afeksi dari subjective wellbeing memiliki nilai korelasi yang lemah dengan kebahagiaan, dengan nilai korelasi 0,299. Sedangkan komponen kognisinya memiliki korelasi yang kuat dengan nilai 0,637.