FOREX TRADING GUIDE TEHNIKAL ANALYS

dokumen-dokumen yang mirip
Moving Average. Perhatikan gambar Simple Moving Average dengan periode 10 berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Teknikal PRINSIP DASAR ANALISIS TEKNIKAL. Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis teknikal, yaitu :

Strategi EMA-50 Williams. oleh Admiral Markets Trading Camp

Bab IV PEMBAHASAN. membuat rencana perdagangan (trading plan), tujuannya sebagai dasar acuan penulis

TEKNIK ANALISA FOREX - 3

ANALISA TEKNIKAL. Beberapa 'peralatan populer' yang digunakan dalam analisa teknikal adalah : 1. Chart. - Line - Candlesticks.

LANDASAN TEORI. pendapat investor (P. 3).

Strategi Quad EMA. oleh Admiral Markets Trading Camp

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Saldo Awal Minimal (Minimum Opening Balance) untuk melakukan perdagangan valas dibutuhkan langkah langkah awal

Fundamental Vs Technikal Psikologi Trading Scalper,Swinger,Investor. Chart Asumsi dalam Technical Analysis Support & Resistance Penentuan Trend

BAB 1 PENDAHULUAN. dari berbagai Negara. Mata uang memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam melakukan investasi pada saham, seorang investor atau trader

Session 2: M2: Method - Analisa Teknikal

Definisi dan asumsi dasar analisa teknikal Tipe grafik dan penggunaannya Konsep indikator dan oscillator

BAB II LANDASAN TEORI. instrument pasar uang adalah jangka pendek, mudah diperjual belikan serta likuid.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam melakukan perdagangan saham, diperlukan analisis untuk memprediksi

Bab II LANDASAN TEORI

TEKNIK ANALISA FOREX - 1 CANDLESTICK CHART SUPPORT & RESISTANCE PIVOT POINT BREAKOUT STRATEGY POLA REVERSAL

Trading forex merupakan suatu pertukaran mata uang diseluruh dunia melalui hubungan jaringan

TEKNIK ANALISA FOREX - 1

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Teknikal Pergerakan Harga Saham BHIT

MANUAL CANDLESTICK Versi 1.0 Oleh Fabianto Wangsamulya

BAB II LANDASAN TEORI. Valuta asing atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan

INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA - Volume 4, Issue 2 : Maret April 2016

INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA - Dalam trading, istilah momentum

21 NAMA CANDLESTICK YANG HARUS DIKETAHUI OLEH TRADER

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan diuraikan penerapan indikator Bollinger Bands, RSI dan

BAB I PENDAHULUAN. utama untuk memperoleh suatu keinginan, dengan uang tersebutlah suatu transaksi

1) Petakan Trend dan Ikuti

Relative strength index (RSI) dan Moving average (MA) salah satu penyusun sistem dalam trading

INDOTRADERPEDIA MENENTUKAN BREAK POINT PADA CHART PATTERN INSIDE THIS ISSUE : KOMBINASI DOJI & GAP. Hal. 7 TIGA TIPS TRADING MARKET YANG SIDEWAYS

Ikhtisar Analisis Pasar. oleh Admiral Markets Trading Camp

= Euro (mata uang Eropa) = Sterling atau Cable (mata uang Inggris) = Aussie Dollar (mata uang Australia) = Kiwi (mata uang New Zealand)

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan

BAB II LANDASAN TEORI

SEKOLAHFOREX.WEEBLY.com MODUL 3 SEKOLAHFOREX.WEEBLY.COM

SIMPLE TRADE WITH POWER CANDLE AUTHOR: ANDRO BEDJO OZORA -=ZORK SOROSS=-

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan adanya Foreign Exchange (Forex) dimana satu orang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. ANALISA TENIKAL Pengertian Analisa teknikal Prinsip Analisa teknikal

support (batas bawah), hal ini penting dilakukan sebagai informasi mengenai pergerakan

MY-4X TRADING SYSTEM. Identifikasi trend, support dan resistance. Kenali peluang beli atau menjual dengan analisa teknikal

ANALISIS MOMENTUM PADA SAHAM-SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA PASCA KRISIS. David Sukardi Kodrat

BAB II LANDASAN TEORI

DUNIA INVESTASI FOREX

SEKOLAH FOREX SEMESTER PENDEK

APA ITU MARGIN. 1.X. Lot, Leverage, Laba dan Rugi. Lot

Analisis teknikal adalah studi tentang perilaku pasar yang digambarkan melalui grafik, untuk memprediksi kecenderungan (trends) harga dimasa yang

Analisis teknis. Analisa Teknikal Analisa Tehnikal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Valas (Valuta Asing) atau yang lebih dikenal dengan Forex (Foreign

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi yang berbeda antara satu. ekonomi dalam memandang manajemen keuangan.

3. Selanjutnya akan muncul tampilan utama dari Aplikasi Metatrader 4 seperti gambar di bawah ini :

Stochastic Trader. Stochastic Oscillator

MATERI BELAJAR FOREX (SUMBER : F-BELAJAR FOREX)

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan yang diperlukan, data ini diperlukan untuk penganalisisan secara

BAB II LANDASAN TEORI

Buletin Compiled by

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI Software Engineering (Rekayasa Piranti Lunak) Menurut Fritz Bauer (Pressman, 2001, p19), rekayasa piranti lunak adalah

Candle Pattern. Part Introduction 2. Doji 3. Piercing Dark Cloud Cover 4. Hanging Man dan Shooting Star 5. Bullish and Bearish Engulfing

Bollinger Bands. Gambar 1. Bollinger Bands, MA 20 & STD 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

(BAPPEBTI). Perusahaan ini beralamat di jl. Sulawesi No. 48, Ngagel, Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, 60281, Indonesia.

Analisis Teknikal Menggunakan Grafik Candlestick Untuk Menentukan Daerah Beli dan Jual Pada Treding Saham PT. Unilever Indonesia, Tbk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA - Volume 4, Issue 5 : September - Oktober 2016

LAPORAN TEKNIKAL HARIAN

Open Account Jika anda ingin membuka Real Account maka Anda dapat menghubungi Ibu. Donna pada line telepon atau

INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA - Volume 4, Issue 4 : Juli Agustus 2016

LAPORAN TEKNIKAL HARIAN

BAB II LANDASAN TEORI. tempat judi. Benarkah demikian? Memang banyak investor yang bertransaksi saham

Analisa Investasi. Analisa Fundamental. Analisa Fundamental. Objek Analisa. Laporan Keuangan 3/19/2015. Analisa Teknikal. Analisa Fundamental

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia tentu saja akan

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERDAGANGAN SAHAM PT MNC INVESTAMA, TBK (BHIT) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STOCHASTIC OSCILLATOR,

ANALISIS PERDAGANGAN SAHAM PT ADARO ENERGY TBK DENGAN METODE CANDLESTICK DAN MOVING AVERAGE PERIODE 1 JUNI DESEMBER 2010

KUMPULAN TRADING STRATEGY

Trading Plan. 1. Tentukan Market. Untuk jenis saham yang bisa ditransaksikan dapat berupa :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. seperti melalui wawancara maupun menyebar kuesioner.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan resiko yang harus ditanggung setiap investor terutama investor jangka

How to Become a Swing Trader?

ANALISIS TEKNIKAL PERDAGANGAN VALUTA ASING DOLAR AMERIKA TERHADAP YEN JEPANG DENGAN MENGGUNAKAN MOVING AVERAGE CONVERGENCE DIVERGENCE SKRIPSI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Saham Pengertian Saham Jenis-Jenis Saham

ANALISIS TEKNIKAL MODERN MENGGUNAKAN METODE MACD, RSI, SO, DAN BUY AND HOLD UNTUK MENGETAHUI RETURN SAHAM OPTIMAL PADA SEKTOR PERBANKAN LQ 45

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Teori Portofolio ANALISIS TEKNIKAL. 1

Pembuatan Market Expert Advisor pada Currency Market menggunakan Fibonacci, Stochastic dan MACD Indicator

LAPORAN TEKNIKAL HARIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

ANALISIS POLA GRAFIK CANDLESTICK PADA PERGERAKAN EUR/USD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pelajari Cara Menggunakan Software Streamster Marketiva.

BAB I PENDAHULUAN. Emas merupakan suatu barang yang sangat berharga karena mempunyai

BAB III DESAIN PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Perdagangan Loco-London Gold (XAUUSD). perdagangan dan penyelesaian emas dan perak internasional di London.

KARYA ILMIAH E-COMMERCE. Nama : Aris Budianto NIM :

LAPORAN TEKNIKAL HARIAN

Bagian 1 Keajaiban Lilin

Bab 3 LANDASAN TEORI. modal, yaitu Analisa fundamental dan Analisa Teknikal. Analisa Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi

Transkripsi:

FOREX TRADING GUIDE TEHNIKAL ANALYS

What is Forex Trading? Apa yang akan kita butuhkan ketika pertama kali hendak memasuki sebuah investasi yang kita kenal hanya namanya saja? Tentu saja mengetahui lebih lanjut, investasi apakah itu sebenarnya. Begitu juga apabila kita adalah orang baru dalam dunia forex trading. Mungkin kita sudah mendengar nama forex online trading selama beberapa tahun dan mengetahui beberapa orang yang memperoleh kesuksesan finansial melaluinya. Tapi kita tidak mengetahui persis apa itu Forex Online Trading. Artikel ini ditujukan untuk mereka yang berada diposisi demikian. Tanpa mengetahui apakah itu forex online trading, tidak mungkin kita dapat memperoleh kesuksesan disana. Jangankan kesuksesan, berani pun tidak. Mana mungkin kita mau menaruh dana kita pada sebuah instrumen investasi yang tidak kita kenal? Bab ini kita akan membantu kita mempelajari forex trading secara mendasar sekali. Bagian ini ditujukan bagi mereka yang masih newbie dengan dunia forex. Bagi Anda yang sudah mengetahui forex trading, Anda dipersilakan melewati bagian ini. Ok, Anda masih disini. Kalau begitu mari kita mulai. Jika ada yang menanyakan pada saya apa itu forex trading maka jawabannya bisa jadi sangat bervariasi. Tapi saya menyukai definisi sederhana ini : forex trading (biasa disebut perdagangan valas, valuta asing, atau disingkat fx trading) adalah instrumen investasi berupa perdagangan valuta asing yang berpasang-pasangan. Jadi, keuntungan yang saya peroleh adalah dari nilai selisih mata uang yang saya beli atau jual. Contohnya sederhananya : Pada bulan lalu Amir membeli US Dollar sebanyak $1000 dengan kurs beli Rp.8500,- Lalu bulan ini nilai tukar USD menguat menjadi Rp 9500,per Dollarnya. Maka apabila Amir menjual Dollarnya pada bulan ini maka dia memperoleh keuntungan sebesar (9500 8500) x 1000 = Rp. 1.000.000,- Mudah bukan? Forex trading diperdagangkan dalam pasangan-pasangan mata uang yang biasa disebut pairs. Contohnya USD/JPY yang artinya pasangan nilai tukar antara US Dollar dan Yen Jepang. O ya, sebelum saya lupa, akan ada beberapa istilah atau singkatan yang akan kita temui di dunia forex. kita harus mengetahuinya, tapi jangan khawatir, saya sudah menyiapkan kamus istilah di page lainnya. Diantara instrumen investasi di lantai bursa, forex trading adalah instrumen yang paling besar kapitalnya. Besarnya sekitar US$ 2 triliun ( ingat, dalam Dollar AS) Itu sekitar 46 kali lebih besar dibanding pasar bursa komoditi berjangka (spt karet, kopi, emas, dll) lainnya.

Atau ribuan kali lebih besar dari total transaksi di Bursa Efek Jakarta!! Dengan kapitalisasi sebesar itu, maka forex trading dikenal sebagai pasar paling likuid dan bebas di dunia. Hanya 5% dari dana diatas yang merupakan dana pemerintah yang sifatnya rutin. 95% lainnya milik para investor bebas dari berbagai dunia. Benar-benar pasar terbesar dan sangat majemuk. Kelebihan lainnya adalah forex trading adalah instrumen investasi yang aktif 24 jam sehari dan 6 hari seminggu. Dimulai dari pasar Eropa, Amerika, Asia dan Australia. Jadi tidak seperti Bursa Efek Jakarta yang hanya dapat bertransaksi di siang hari, pada forex trading (khususnya pada online forex trading) kita dapat bertransaksi hampir kapan saja dan dimana saja. Tidak semua mata uang dapat diperdagangkan disini. Hanya beberapa mata uang negara maju yang biasa dipergunakan yaitu USD (US Dollar), JPY (Yen Jepang), GBP (Poundsterling Inggris), EUR (Euro), CHF (Swiss Franc), dan AUD (Australian Dollar). Jadi apabila kita berinvestasi di pasar forex trading, maka kita tidak akan menemukan pairs berupa IDR (Indonesian Rupiah) dengan USD. Yang ada adalah pasangan-pasangan mata uang yang saya sebutkan sebelumnya EUR/USD, USD/JPY, CHF/USD dsb. Is Trading Forex = Gambling? Nah kita sampai pada topik yang sensitif. Banyak orang mengatakan bertransaksi forex sama dengan judi. Anggapan ini makin santer dengan adanya beberapa nasabah yang mengalami kerugian pada instrumen investasi yang satu ini. Sama dengan investasi lainnya, forex trading pun memiliki potensi kerugian. Namun apabila forex treading dikatakan judi tidaklah benar. Pada perjudian, keuntungan dan kerugian bergantung pada spekulasi. Mungkin ada faktor analisanya tapi lebih besar faktor coba-cobanya dibandingkan analisa kepastian yang timbul (spekulasi > analisa). Hal ini berbeda dengan forex trading yang memiliki berbagai indikator analisa teknikal dan analisa fundamental untuk memprediksi pergerakan kurs valuta asing. Jadi trend menguat dan melemahnya suatu mata uang dapat diprediksikan dengan analisa-analisa yang ada (analisa > spekulasi). Kalau mau jujur, semua investasi memiliki faktor spekulasinya, termasuk forex trading. Hal yang jadi pertimbangan lainnya, seandainya itu adalah perjudian maka tentulah investasi ini dilarang keberadaannya oleh pemerintah maupun oleh pemerintahan dinegara lainnya. Alih-alih dilarang, keberadaannya semakin menguat dan perputaran uang yang terjadi malah yang terbesar dibanding produk bursa lainnya.

Yang perlu kita ketahui, forex trading adalah investasi yang sifatnya high risk high return investment. High return, kita dapat memperoleh keuntungan mencapai 20% dari modal asal hanya dalam satu hari!! Namun jangan lupakan high risk-nya. Jika kita dapat memperoleh keuntungan sebesar itu, maka kita pun dapat mengalami kerugian sebesar jumlah yang sama. Walau pun demikian sebenarnya ada fasilitas manajemen resiko (risk management) yang disiapkan oleh sistem dalam menangani resiko yang besar dalam berinvestasi forex. Jadi, meskipun beresiko, tidak sepenuhnya demikian. Nanti akan saya jelaskan fasilitasfasilitas ini yaitu stop loss, limit, market order, dan TrailD pada bagian The First Touch to AsiaFXOnline. Sebagai contoh, di AsiaFXOnline, modal awal yang dibutuhkan Rp 5 Juta untuk memulai bertransaksi forex. Itu berarti dalam satu hari saya dapat memperoleh keuntungan Rp 1 Juta ataupun kehilangan modal dalam jumlah yang sama. Jadi, jangan lupakan: High risk namun high return. High return namun high risk. Adanya nasabah yang mengalami kerugian di pasar forex (dan banyak diantaranya dialami oleh pemula) menyebabkan mereka beranggapan forex sama dengan judi. Padahal satu-satunya penyebab kerugian dari dana mereka adalah mereka sendiri! Mereka mungkin tahu tentang forex trading namun tidak menguasainya. Karena kurangnya pemahaman instrumen analisa yang ada, potensi kerugian menjadi lebih besar dan itulah yang terjadi pada mereka. Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa mereka yang mengetahui akan dikalahkan oleh mereka yang memahami. Mereka yang memahami akan dikalahkan oleh mereka yang menguasai. Mereka yang menguasai akan dikalahkan oleh mereka yang menyukai dan mereka yang menyukai akan dikalahkan oleh mereka yang menghayati. Saya rasa ini pun berlaku pada forex trading. Disinilah keberadaan belajar forex menjadi penting yaitu untuk menuntun kita sebagai newbie dalam memasuki dunia forex trading. Forex trading bukan saja sebuah ilmu. Pada banyak negara maju, ini menjadi sebuah profesi baru dan memiliki stkitarnya sendiri sebagai seorang trader profesional. Mengapa? Sebab menganalisa sebuah pergerakan kurs perlu sebuah pengetahuan dan pengalaman yang cukup. Tidak bisa dalam satu hari dipahami semuanya! Perlu waktu untuk menjadi profesional didunia forex. Jadi saran saya, jangan pernah memulai berinvestasi sendiri didunia forex apabila kita belum memahami seluk beluknya. Lebih baik jika kita menyerahkan pada trader profesional (biasa disebut fund manager) kalau kita belum yakin betul. Hal ini akan saya

bahas lebih detil lagi pada page lainnya. Ingat, ini sebuah adalah sebuah profesi, berarti ada hal-hal prinsipil yang perlu dipegang. Apa saja itu? Sabar. Namun demikian, milikilah pemikiran bahwa forex trading tidaklah sulit karena memang demikianlah adanya. Yang diperlukan adalah keinginan untuk terus belajar dan belajar. Saya percaya kita pun dapat menjadi trader profesional nantinya. Terlepas dari sisi resiko yang ada, forex trading sangat menjanjikan sebagai sebuah instrumen investasi yang dapat menghasilkan sejumlah keuntungan besar dalam tempo singkat. Seorang trader yang saya ketahui, mendapatkan keuntungan 2000% (dua ribu persen) dari modal awalnya ketika dia berinvestasi di AsiaFxOnline (online forex trading dari PT Asia Kapitalindo Komoditi Berjangka). Return On Investment (ROI) sebesar itu dia peroleh bukan dalam jangka waktu tahunan, cuma satu setengah bulan! View Things to Go Ok, saya memang menjanjikan ada kamus istilah yang dapat kita akses tiap saat untuk istilah-istilah asing di forex. Tapi ada istilah-istilah penting yang mutlak harus dipahami. Jadi, dari pada kamus yang saya buat tidak kita baca lebih baik saya menuliskannya disini saja. Yang pertama adalah yang biasa disebut pip Pip adalah satuan yang biasa dipakai dalam menyebutkan nilai suatu kurs atau biasa disebut juga points. Contohnya: USD/CHF minggu lalu nilainya 1.4235 dan hari ini naik menjadi 1.4245 itu artinya pair ini mengalami kenaikan sebanyak 10 pips. Nah, mengerti khan..? Hal lainnya yang perlu kita kenal adalah yang namanya leverage. Ini kurang lebih sama artinya dengan margin jaminan pada saham. Sederhananya adalah apabila kita menanamkan modal Rp.5 Juta maka apabila satuan leverage yang dikenakan adalah 1:100 itu berarti kita diberikan hak oleh pialang untuk membelikan 100 x lebih besar dari dana yang kita miliki. Berarti dengan uang sebesar Rp.5 Juta, kita diberikan dana untuk membeli mata uang asing sebesar Rp.500 Juta rupiah. Nah ini yang dinamakan margin jaminan atau leverage. Dengan cara seperti ini, maka nasabah akan sangat diuntungkan dalam bertransaksi karena dengan modal terbatas dia dapat men-trading-kan dananya dalam volume yang lebih besar. Setiap pialang memiliki leveragenya sendiri-sendiri. Dalam hal ini, leverage besar berarti kemungkinan untung/rugi menjadi lebih besar. Demikian juga sebaliknya, leverage yang kecil maka besarnya kerugian yang mungkin terjadi menjadi lebih kecil dengan konsekuensi keuntungan juga menjadi lebih kecil nilainya.

Saya sendiri lebih menyukai leverage yang kecil karena dengan demikian resiko kerugian lebih kecil. Apabila saya meyakini suatu transaksi akan menguintungkan, maka saya dapat membesarkan jumlah lot yang akan saya transaksikan. Lalu berikutnya adalah contract size. Ini merupakan besarnya faktor pengali dalam perhitungan profit dan loss. Nilainya sudah fix dan ditetapkan oleh pemerintah yaitu 10.000 (sepuluh ribu). Hal berikutnya adalah lot Lot adalah satuan kontrak pada setiap transaksinya. Jadi apabila saya bertransaksi, misalnya membeli (buy) USD terhadap CHF maka nilai satuannya dalam lot. Lagi-lagi tiap pialang memiliki aturannya sendiri dalam menetapkan lot, bergantung pada pip dan levererage mereka. Pada AsiaFXOnline, satu lot transaksi nilainya adalah Rp.1 Juta. Untuk memulai sebuah analisa, kita harus mampu membaca grafik terlebih dahulu. Grafik yang biasa dipakai adalah sebuah grafik sederhana antara harga vs waktu. Sumbu X sebagai waktu dan sumbu Y sebagai harga. Perhatikan gambar dibawah ini. Ini disebut Candlestick Chart karena bentuknya yang seperti lilin. Untuk grafik, saya mengambilnya pada www.netdania.com, penyedia realtime chart untuk forex. Anda dapat mengaksesnya dengan cuma-cuma. Grafik GBP/USD, 1 hour. Diambil 24 Juni 2005. Sumber : www.netdania.com

Grafik ini dibuat pada abad ke 17 oleh orang-orang Jepang yang awalnya digunakan untuk memantau pergerakan harga pada produk-produk komoditi. Steven Nison dikenal sebagai orang pertama yang mempopulerkan chart model ini. Sifatnya yang sangat representatif karena terdiri dari High, Low, Open dan Closing Price membuat grafik ini paling populer dipakai oleh para analis forex. Jika Anda terbiasa dengan produk-produk sekuritas, grafik ini tidak pernah digunakan untuk memantau harga. Kenapa? Sederhana, harga sekuritas hanya memerlukan closing price saja tidak seperti pada forex trading. Mari saya bantu Anda memahaminya (dulu saya harus belajar memahami grafik ini sendirian tanpa ada seorang pun mau mengajari saya ). Sebenarnya ada lagi jenis grafik lainnya seperti bar chart, dot chart, line chart, dan lainnya. Tapi yang paling representatif ya ini.. si candlestick ini. Gambar diatas adalah grafik untuk nilai tukar GBP/USD. Jika Anda melihat garis biru putus-putus dibagian atas itu adalah harga terakhir dari nilai GBP/USD yaitu sebesar 1,8238. Artinya satu GBP harganya USD 1,8238 (ingat cara membaca quote yang pernah saya terangkan di modul sebelumnya!). Lihat juga tulisan kecil di bagian kiri atas yang tertulis 1 hour. Itu artinya satu candle (satu batang, gitu lho maksudnya.) mewakili pergerakan harga untuk satu jam. Interpretasi candlestick didasarkan pattern yang ada. Candle yang berwarna hijau artinya harga bergerak naik atau closing price lebih tinggi nilainya dibanding opening price. Sebaliknya, candle berwarna merah artinya harga bergerak turun atau clsoing price lebih rendah nilainya dibanding opening price. Lalu apa garis vertikal diatas dan dibawah dari candle itu? Itu adalah highest price dan lowest price selama periode yang diberikan. Dalam contoh diatas adalah harga terendah dan tertinggi untuk setiap jamnya karena periode yang digunakan adalah per-jam. Jika memakai istilah Bullish dan Bearish maka yang berwarna hijau adalah Bullish pattern dan yang berwarna merah adalah Bearish pattern. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

Jangan heran bila Anda menemui warna yang berbeda untuk kedua harga diatas misalnya biru dengan merah. Tidak masalah, bergantung masing-masing chart provider dalam memberikan warna. Nah, sekarang perhatikan gambar dibawah ini: Ini adalah candlestick untuk EUR/USD dengan periode daily/harian. Begini cara membacanya: Pada tanggal 20 terjadi penurunan harga dibandingkan hari pembukaannya yaitu dari 1.2210 ke 1.2131 (candle merah persis diatas tulisan oranye yang saya buat). Itu berarti ada perubahan harga sebesar 79 point pada tanggal 20 tersebut. Pada hari berikutnya yaitu tanggal 21 terjadi kenaikan harga yaitu dari 1.2131 menuju ke 1.2186 (candle berwarna hijau tepat dibawah tulisan ungu yang saya buat). Nah begitu seterusnya. O ya, sekarang muncul pertanyaan, apakah opening price itu harus sama nilainya dengan closing price pada hari sebelumnya? Tidak! Tidak harus, dan kenyataannya sering terjadi bahwa opening price berbeda dengan closing price pada hari sebelumnya. Ini seringkali terjadi bila melewati hari libur (Sabtu dan Minggu) ada jika ada kejadian khusus. Ketidak samaan ini biasa disebut gap. Gap ini ada gunanya dalam memprediksi harga dan ada jenisnya pula. Nanti saya jelaskan kegunaan gap. Tapi untuk sementara pengertian kita sampai disini saja dulu. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah: Gap pada candlestick

Nah sampai disini dulu perkenalan dengan si candlestick. Pada bagian setelah ini akan saya terangkan formasi-formasi apa saja yang ada pada candlestick. The Candlestick Formations Nah pada bagian ini akan saya terangkan mengenai formasi yang terjadi pada candlestick. Secara garis besar formasi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Bullish candlestick formations, Neutral candlestick formations, dan Bearish candlestick formations. The Bullish Candlestick Formations Ini semua adalah Bullish pattern. Beberapa diantaranya menandakan strong bullish pattern. Sedikit panduan sederhana, apabila ditemukan formasi-formasi berikut maka kemungkinan yang terjadi adalah sebuah trend bullish akan segera terjadi. Hammer Anda pasti dapat menduga mengapa disebut hammer. Hammer terjadi setelah trend menurun yang kuat. Jika terjadi setelah trend menguat yang tajam maka disebut hanging man. Bentuknya seperti bullish pattern dengan lowest price yang dalam serta tidak memiliki highest price. Piercing Line Candle pertama adalah bear candle yang panjang diikuti bull candle yang juga panjang. Bull candle muncul dibawah bear candle tetapi tidak sampai separuh dari bear candle. Bullish Engulfing Lines Merupakan bullish pattern yang kuat dan terjadi setelah downtrend yang cukup besar (dan biasanya merupakan trend balik / reverse). Terjadi ketika bearish kecil disusul bullish yang besar.

Morning Star Pattern seperti ini menandakan harga telah mencapai titik bawah (support) yang potensial. Munculnya star (candle yang ditengah) mengindikasikan akan terjadi trend balik bila diikuti bullish pada candle berikutnya. Star dapat berupa bull candle atau bear candle. Bullish Doji Star Star seperti ini menunjukan trend balik yang sifatnya masih tidak pasti. Jika tidak ada indikator pendukung lainnya yang memastikan trend akan berlangsung, disarankan untuk wait and see terlebih dahulu. Long Bearish Candle Bearish candle terjadi ketika harga dibuka dekat pada highest price dan ditutup dekat pada lowest price. Hanging Man Terjadi setelah uptrend yang signifikan. Terdiri dari dua candle dengan lowest price yang jauh kebawah tanpa highest price. Pattern seperti ini adalah kebalikan dari hamer pada bullish candlestick formation. Dark Cloud Cover Merupakan bearish pattern. Akan lebih kuat pengaruhnya apabila candle kedua muncul dibawah dari bullish candle pertama.

Bearish Engulfing Lines Merupakan bearish pattern yang cukup kuat apabila terjadi setelah uptrend dan merupakan reverse pattern. Terjadi setelah bullish candle kecil diikuti bearish candle yang besar. Evening Star Menunjukan bahwa harga sudah mencapai titik resistance point-nya. Star (candle yang ditengah) menunjukkan kemungkinan terjadi trend balik berupa bearish. Star dapat berupa bear candle atau pun bull candle. Doji Star Seperti pada bullish doji star, demikian doji star seperti ini menunjukan bearish trend dengan periode yang tidak pasti. Diperlukan penguat seperti evening star untuk memastikannya. Shooting Star Merupakan trend balik minor. Star harus memiliki highest price yang cukup panjang untuk dapat dikatakan shooting star. Neutral Candlestick Formations Formasi candlestick netral tidak menunjukkan uptrend maupun downtrend. Untuk keadaan seperti ini disarankan wait and see. Spinning Tops Benar-benar simetris dan jarak antar open dan close tidak terlalu besar. Tidak ada kepastian apa yang akan terjadi setelahnya.

Doji Seperti Doji pada formasi bullish atau pun bearish. Posisi seperti ini menandakan ketidak pastian trend yang akan terjadi serta periodenya. Double Doji Nah untuk model double doji seperti ini kemungkinan yang akan terjadi adalah breakout untuk ketidak pastian yang terjadi. Namun demikian model breakout yang akan terjadi tetap tidak dapat dipastikan dari hanya formasi ini. Harus ada pendukung lainnya. Harami Model seperti ini mengindikasikan berkurangnya momentum trend yang akan segera diikuti berakhirnya trend. Terdiri dari candle dengan ukuran yang lebih kecil berada ditengah-tengah candle yang lebih besar sebelumnya. Pada contoh disamping menandakan berakhirnya bullish trend karena bullish disusul oleh bearish candle yang lebih kecil. Reversal Candlestick Formations Nah, formasi ini khusus untuk trend balik / reversal. Long-legged Doji Sering menunujukkan titik balik. Terjadi ketika open dan closing price adalah sama dengan highest dan lowest price relatif besar. Dragonfly Doji Juga merupakan titik balik. Hanya saja disini menunjukkan bahwa lowest price-nya jauh lebih besar dibanding highest price. Gravestone Doji Open dan close serta lowest price adalah sama. Sementara highest price jauh meninggi. Stars Nah ini adalah bintang reverse. Posisinya berada diatas dari candle sebelumnya yang berjenis sama. Seperti pada formasi lainnya, kondisi seperti ini menunjukkan reversal trend mungkin terjadi.

Setelah saya bentangkan begitu banyak formasi, pastilah timbul pertanyaan dalam diri Anda: Ada begini banyak formasi, bagaimana dapat saya gunakan secara efektif untuk digunakan dalam ber-trading? Jawabannya sederhana (meski tidak semudah menuliskannya disini). Seringseringlah digunakan dan melihat referensi!! Itu saja, maka Anda akan terbiasa. Saya sendiri sejujurnya (jujur nih J) tidak hafal semua formasi yang ada. Hanya beberapa yang saya anggap penting saja. Dan yang perlu diingat, konfirmasi hanya dengan membaca formasi seringkali menimbulkan false signal. Perlu dukungan yang lebih kuat dengan keberadaan indikator lainnya. Hal lainnya lagi, indikasi yang diberikan dalam candlestick formation biasanya hanyalah memberikan indikasi trend dalam jangka waktu yang sangat pendek (tidak lebih dari 7 candle). Sulit menentukan trend dalam jangka waktu panjang dengan candlestick. Ok, sampai disini pelajaran mengenai Candlestick. Dilain bagian akan saya terangkan yang lebih jauh mengenai penggunaan indikator dalam analisa teknikal. Analisa Tehnikal Mari kita mulai dengan asumsi yang mendasari analisa teknikal. Dalam hal ini saya akan mengambil sebuah pendekatan ekstrim supaya Anda dapat memahami bagaimana sebuah analisa teknikal dipakai dalam memperoleh gain pada forex trading. Tentu saja dalam prakteknya tidaklah demikian. Anda dapat memadukan kedua analisa (fundamental dan teknikal) guna memperoleh sistem trading yang terbaik bagi Anda. Para chartist (pihak yang melakukan analisa teknikal), percaya bahwa mereka dapat mengetahui pola-pola pergerakan harga kurs di masa mendatang dengan berdasarkan pada observasi pergerakan kurs di masa lalu. Singkatnya mereka memegang jargon ini: History always repeats it self. Filosofi ini tentu saja bertentangan dengan para fundamentalis dimana keputusan investasi atas nilai suatu mata uang didasarkan pada faktor fundamental ekonomi, politik dan moneter negara yang bersangkutan. Senjata utama para analis teknikal adalah grafik (chart itulah mengapa mereka disebut chartist). Melalui chart inilah mereka dapat melihat trend yang sedang berlangsung, rentang waktu trend, volume transaksi dan level-level psikologis yang ada. Jika Anda telah

mampu mengetahui 4 hal tersebut, tentu saja keuntungan besar segera akan mengalir deras ke kocek Anda. Mari saya ulang: 1. Trend 2. Volume transaksi 3. Level-level psikologis (support dan resistance) 4. Periode waktu yang terjadi. Yup, itu saja. Memang tujuan para chartist adalah memprediksikan ke empat hal ini. Namun sekarang yang menjadi pertanyaan adalah seberapa akurat kemampuan kita memprediksi harga? Nah itulah yang memang harus terus menerus di asah tiap-tiap hari. Tidak ada satu pun metode yang sempurna baik fundamental maupun teknikal. Pengalaman dan diri sendiri memegang peranan sentral disini. Apakah analisa teknikal memiliki kelemahan?? Tentu saja. Seperti saya katakan barusan, tidak ada yang sempurna. Mari saya sarikan kelemahan kedua analisa ini dalam bentuk tabel:

Kelemahan pada Analisa Kelemahan pada Analisa Kelemahan pada Analisa Teknikal Fundamental Butuh waktu untuk memperoleh Memerlukan banyak data untuk menunjang akuratnya informasi. prediksi. Seringkali bersifat subyektif karena melibatkan banyak pendapat orang. Lebih cocok diterapkan pada long term period trading. Sangat bergantung pada kemampuan chartist. Tiap chartist memiliki metode yang berlainan dan masing-masing belum tentu cocok diterapkan satu sama lain. Sulit diterapkan pada pasar yang tidak efisien. Nah itu saja untuk perkenalan pada analisa teknikal. Pada bagian berikutnya kita langsung saja berkenalan dengan grafik. Pasti Anda tidak menginginkan terlalu banyak informasi yang akhirnya malah membuat Anda pusing bukan? Merupakan indikator yang paling sering digunakan dan paling standar. Jika di Indonesiakan artinya kira-kira adalah rata-rata bergerak. Moving average sendiri memiliki aplikasi yang sangat luas meskipun sederhana. Dikatakan sederhana karena pada dasarnya metode ini hanyalah pengembangan dari metode rata-rata yang biasa kita kenal di sekolah (nah, ada gunanya juga bukan kita bersekolah?). Moving average mempunyai tiga varian yang berbeda yaitu Simple Moving Average, Weighted Moving Average dan Exponential Moving Average. Masing-masing merupakan metode rata-rata bergerak, hanya saja cara me-rata-ratakannya yang berbeda satu sama lain.

A. Simple Moving Average (SMA) Jika saya mempunyai data 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 dan 30. Kemudian saya akan menerapkan metode SMA dengan 3 periode dan 4 periode maka hasilnya akan seperti ini: Sampel SMA 3 periode SMA 4 periode 23 - - 24 - - 25 = (23+24+25)/3 = 24-26 = (24+25+26)/3 = 25 (23+24+25+26)/4 = 24.5 27 = (25+26+27)/3 = 26 (24+25+26+27)/4 = 25.5 28 = (26+27+28)/3 = 27 (25+26+27+28)/4 = 26.5 29 = (27+28+29)/3 = 28 (26+27+28+29)/4 = 27.5 30 = (28+29+30)/3 = 29 (27+28+29+30)/4 = 28.5 Perhatikan gambar Simple Moving Average dengan periode 10 berikut: Aplikasi SMA Ada beberapa kegunaan dari SMA. Secara garis besar dapat digunakan untuk hal-hal berikut:

1. Menentukan trend yang akan terjadi. 2. Menentukan titik support dan resistance. 3. Memuluskan indikator lain yang terlalu bergerigi. Pada bagian ini saya akan membahas mengenai menentukan trend dengan memakai SMA. Menentukan titik resistance dan support serta memuluskan indikator saya bahas pada bagian lainnya dari CD ini (pasti saya bahas kok., jangan khawatir.) Nah,untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan lagi grafik SMA barusan: Grafik GBP/USD, Daily. Diambil 28 Juni 2005. Sumber : www.netdania.com Apakah Anda melihat sesuatu dari grafik ini (ayolah, sedikit lebih cerdas lagi...). Ya Benar! Disini dapat kita lihat bahwa apabila harga bergerak naik, SMA berada dibawah dari candlestick dan sebaliknya bila harga bergerak turun maka SMA berada diatas candlestick. Tentu saja penerapan periode yang tepat amat membantu disini. Apabila terjadi crossing antara harga dengan SMA, dapat kita ketahui bahwa akan terjadi perubahan arah trend. Nah, bagaimana kalau kita menggunakan dua buah SMA dengan dua periode yang berbeda? Hmm.. sangat menarik. Kita akan segera tahu bagaimana hasilnya:

Grafik GBP/USD, Daily. Diambil 28 Juni 2005. Sumber : www.netdania.com Lebih memudahkan bukan? Dengan penggunaan dua SMA dengan dua periode yang berbeda kita dapat lebih akurat lagi memprediksikan kemana harga akan bergerak. Apabila telah terjadi perpotongan antara harga dengan kedua SMA maka akan dipastikan harga kan berubah arahnya. Dengan demikian kita memiliki tiga buah perpotongan garis yaitu perpotongan antara SMA 20 dan SMA 40 dan perpotongan SMA 20 dengan harga serta perpotongan SMA 40 dengan harga. Dapat kita catat bahwa apabila rentang antara kedua SMA semakin besar maka kemungkinan trend akan terus berlangsung dan bila mulai terjadi penyempitan jarak diantara keduanya dan sampai terjadi perpotongan kebali, bisa disimpulkan bahwa trend sudah berakhir. Mudah bukan? Lalu bagai mana dengan periode? Sayangnya sampai saat ini belum ada aturan pencarian periode yang tepat untuk dipakai. Memang perlu banyak-benyak berlatih dan mencoba (trial and error). Perlu Anda catat bahwa penggunaan periode dapat berubah-ubah menurut kebutuhan meskipun pada pair yang sama karena memang kondisi sebuah mata uang adalah dinamis dari waktu kewaktu. Nah, saya sarikan penggunaan SMA untuk membaca trend dalam bentuk tabel sbb: No 1 Posisi SMA SMA berada dibawah harga. Arti Kondisi bullish / trend naik.

2 SMA berada diatas harga. Kondisi bearish / trend menurun. 3 SMA memotong harga dari bawah. Perubahan trend menuu bearish. 4 SMA memotong harga dari atas. Perubahan trend menuju bullish. 5 6 7 8 SMA periode lebih pendek memotong SMA periode lebih panjang dari bawah. SMA periode lebih pendek memotong SMA periode lebih panjang dari atas. SMA dengan periode lebih panjang berada diatas SMA berperiode lebih pendek. SMA dengan periode lebih panjang berada dibawah SMA berperiode lebih pendek. Perubahan trend menuju bearish. Perubahan trend menuju bullish. Kondisi bearish / trend menurun. Kondisi bullish / trend naik The Indicator Nah pada modul ini akan saya bahas sampai tuntas mengenai indikator-indikator yang umum digunakan pada analisa teknikal. Secara sederhana indikator dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu trendline indicator, oscillator dan momentum indicator. Trendline indicator memiliki kegunaan utama untuk mengetahui trend yang sedang terjadi dengan rentang periode yang ada (meskipun demikian trendline indicator dapat juga digunakan untuk mengetahui hal lainnya seperti support dan resistance point, dsb). Indikator Oscillator memiliki ciri yang khas yaitu memiliki rentang nilai yang terbatas, biasanya 0-100. RSI, Stochastic oscillator merupakan contoh indikator jenis ini. Biasanya digunakan untuk menentukan overbought dan oversold point yang pada akhirnya akan memicu uptrend atau pun downtrend. Momentum indicator digunakan untuk mengetahui seberapa cepat akselarasi sebuah trend sehingga kita dapat mengetahui seberapa lama trend tersebut akan berlangsung. Ok, kalau begitu kita mulai dari yang pertama. Weighted Moving Average

Pertanyaan pertama yang timbul di benak kita adalah apakah perbedaan SMA dengan WMA? Tentu saja ada perbedaannya. Cukup berbeda sehingga diklasifikasikan menjadi dua bagian. Tidak cukup banyak berbeda sehingga nama mereka mirip karena menggunakan metodologi yang sama, hanya caranya yang berbeda. Bayangkan begini: Manakah harga yang memiliki bobot penekanan yang lebih besar dalam memprediksi harga didepan, harga satu jam terakhir yang kita miliki atau harga dua bulan lalu yang kita miliki? Tentu saja yang satu jam terakhir. Paling tidak pergerakan harga tidak satu jam terakhir akan lebih representatif dalam memprediksi harga didepan apabila dibandingkan dengan harga dua bulan yang lalu. Atau jika kita aplikasikan dengan kehidupan sehari-hari, ambillah kita akan membeli sebuah telepon genggam. Tentu saja kita akan mencari tahu harga telepon genggam tersebut dalam rentang waktu terakhir. Nah, mungkin kita akan lebih memperhatikan harga satu hari yang lalu dibandingkan harga dua minggu yang lalu karena menurut hemat kita pastilah pergerakan harga tidak akan berbeda jauh dengan harga satu hari lalu. Bobot penilaian inilah yang diatur oleh WMA. Pada SMA, bobot setiap harga baik dua minggu lalu atau pun dua hari yang lalu memiliki bobot penilaian yang sama. Pada WMA data terakhir memiliki bobot yang lebih besar nilainya dibandingkan harga-harga sebelumnya. Pembobotan nilai pada WMA akan tergantung pada panjang periode yang kita tetapkan. Semakin panjang periode yang ditetapkan, maka semakin besar pula pembobotan yang diberikan pada data terbaru. Perhatikan tabel sederhana dibawah:

Bobot WMA Bobot WMA Bobot WMA untuk 2 periode untuk 5 periode untuk 7 periode No Data 1 20 2 25 3 28 1 4 23 2 5 24 1 3 6 22 2 4 7 21 3 5 8 20 1 4 6 9 19 2 5 7 Nah, dari sini terlihat pada WMA dengan 2 periode, maka dua data terakhirlah yanga akan dihitung. Semakin besar periode maka data terakhir akan semakin besar bobot penilaiannya. Dalam bentuk matematis, WMA dirumuskan sebagai berikut:

Sebagai contoh, mari kita hitung WMA untuk 8 periode: No Data Bobot Data x Bobot WMA untuk 8 periode 1 25 1 25 2 26 2 52 3 23 3 69 4 27 4 108 5 29 5 145 6 23 6 138 7 21 7 147 8 20 8 160 36 844 = 844/36 = 23,44 Nah, tidak sulit bukan. Ini hanyalah untuk menjawab pertanyaan Anda dari mana sebenarnya perhitungan WMA itu diperoleh. Pada kenyataannya kita tidak perlu lagi melakukan perhitungan manual seperti ini dan mengeplotnya satu per satu pada kertas bergaris. Cukup dengan menggunakan software analisa gratis seperti pada www.netdania.com kita langsung dapat mengetahui nilai WMA untuk setiap harga mata uang. Aplikasi WMA Secara keseluruhan, peraturan pada WMA adalah sama seperti pada SMA karena memang cara perhitungannya sama hanya memiliki perbedaan pada pembobotan nilai saja. Berikut ringkasannya:

No Posisi WMA Arti 1 WMA berada dibawah harga. Kondisi bullish / trend naik. 2 WMA berada diatas harga. Kondisi bearish / trend menurun. 3 WMA memotong harga dari bawah. Perubahan trend menuu bearish. 4 WMA memotong harga dari atas. Perubahan trend menuju bullish. 5 6 7 8 WMA periode lebih pendek memotong WMA periode lebih panjang dari bawah. WMA periode lebih pendek memotong WMA periode lebih panjang dari atas. WMA dengan periode lebih panjang berada diatas WMA berperiode lebih pendek. WMA dengan periode lebih panjang berada dibawah WMA berperiode lebih pendek. Perubahan trend menuju bearish. Perubahan trend menuju bullish. Kondisi bearish / trend menurun. Kondisi bullish / trend naik. Nah, gambar dibawah ini adalah aplikasi dalam memprediksi trend yang akan terjadi dengan menggunakan WMA. Cara penggunaannya sama persis dengan penggunaan pada WMA. Dan dibawah ini pemakaian WMA dengan dua periode yang berlainan:

Terlihat WMA lebih responsif dalam memprediksi perubahan trend pada USD/GBP. Setiap titik peralihan trend tepat berada pada candlestick terakhir trend yang sedang berlangsung. Perhatikan juga pada gambar di atas akan terjadi kembali perubahan trend dari bullish menuju bearish. Dalam hal ini pemilihan periode yang tepat juga berpengaruh pada presisi penentuan trend. Nah, sampai disini kita sudah mengetahui bahwa pembobotan harga pada tiap-tiap rentang waktu yang berbeda nilainya juga berbeda. Namun, apakah metode pembobotan pada WMA merupakan metode pembobotan yang paling cepat dalam memberikan perubahan trend? Tidak. Pada WMA pembobotan dilakukan tidak menyertakan nilai WMA sebelumnya. Pada bagian setelah ini kita akan melihat metode rata-rata bergerak yang melibatkan fungsi eksponensial dalam melakukan pembobotannya. Hasilnya adalah pemberian sinyal peralihan yang dapat lebih dini. Exponential Moving Average (XMA). Namun demikian bukan berarti disini WMA menjadi lebih baik dari SMA dan XMA menjadi lebih baik dari keduanya. Akan saya jelaskan mengapa demikian pada akhir dari penjelasan moving average method ini. Exponential Moving Average XMA merupakan penyempurnaan dari metode SMA. Seperti kita ketahui bahwa pembobotan SMA merupakan penyebab yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan sinyal perubahan trend. Pemberian bobot pada XMA sama seperti juga pada WMA, melibatkan periode. Hanya saja perbedaannya jika pada WMA semakin panjang periode yang kita

gunakan maka semakin besar bobot nilai terakhirnya, maka pada XMA terjadi sebaliknya yaitu semakin panjangperiode yang kita pakai maka semakin kecil pembobotan nilai terakhir yang kita pakai. Secara matematis XMA kita tuliskan dalam bentuk sebagai berikut: Ok, mari kita lihat contoh perhitungannya. Dibawah ini adalah perhitungan XMA 6 periode: No Data Previous XMA XMA 1 25 2 24 3 28 4 24 5 26 6 27 25,666667 26,047619 7 29 26,047619 26,891155 8 30 26,891155 27,779396 9 31 27,779396 28,699567 10 30 28,699567 29,071119 11 29 29,071119 29,050799 12 31 29,050799 29,607713 Beberapa dari Anda yang memperhatikan data-data yang membosankan ini pastilah bertanya-tanya dari mana nilai previous XMA pada data nomor 6 karena bukankah kita belum sama sekali memiliki nilai XMA pada bagian sebelumnya? Jawabannya, nilai previous XMA tersebut adalah nilai SMA. Jadi, nilai XMA untuk data pertama adalah sama persis dengan nilai SMA. Dalam contoh diatas besarnya adalah 25,666667. Diperoleh dari (25+24+28+24+26+27)/6 = 25,666667. Sama persis dengan cara menghitung SMA bukan? (ayo lihat kembali pada bab sebelumnya!!).

XMA pada nomor 6 diperoleh dari rumus diatas yaitu : Perhitungan terus dilakukan seperti cara diatas untuk memperoleh nilai XMA berikutnya. Tapi sudahlah, Anda tidak perlu melakukan perhitungan seperti saya karena semuanya sudah tersedia secara otomatis pada masa sekarang. Namun jika Anda tertarik untuk melakukan cross check dengan apa yang saya berikan, silakan saja. Tidak ada yang menghalangi Anda.

Aplikasi XMA Secara keseluruhan, peraturan pada XMA adalah sama seperti pada SMA karena memang cara perhitungannya sama hanya memiliki perbedaan pada pembobotan nilai saja. Berikut ringkasannya: No Posisi XMA Arti 1 XMA berada dibawah harga. Kondisi bullish / trend naik. 2 XMA berada diatas harga. Kondisi bearish / trend menurun. 3 XMA memotong harga dari bawah. Perubahan trend menuu bearish. 4 XMA memotong harga dari atas. Perubahan trend menuju bullish. 5 6 7 8 XMA periode lebih pendek memotong XMA periode lebih panjang dari bawah. XMA periode lebih pendek memotong XMA periode lebih panjang dari atas. XMA dengan periode lebih panjang berada diatas XMA berperiode lebih pendek XMA dengan periode lebih panjang berada dibawah XMA berperiode lebih pendek. Perubahan trend menuju bearish. Perubahan trend menuju bullish. Kondisi bearish / trend menurun. Kondisi bullish / trend naik.

Nah, gambar dibawah ini adalah aplikasi dalam memprediksi trend yang akan terjadi dengan menggunakan XMA. Cara penggunaannya sama persis dengan penggunaan pada SMA. Penggunaan dengan memakai dua buah XMA juga dapat digunakan sama seperti pada SMA. SMA, WMA, XMA Mana yang Lebih Baik?

Saya sengaja mencantumkan bagian ini karena saya tahu pastilah banyak yang akan menanyakannya setelah membaca penjelasan saya diatas. Dari pada saya kebanjiran email karena pertanyaan seperti judul diatas, lebih baik saya menjawabnya langsung disini. Tentu saja apabila Anda menemui kesulitan yang belum saya bahas jawabannya pada CD ini, Anda dapat bertanya langsung pada saya. Alamat email saya akan saya cantumkan pada bagian terakhir dari modul di CD ini. Dilihat dari pemberian sinyal bullish atau bearish memang XMA merupakan indikator yang dapat memberikan sinyal yang lebih dini dibanding keduanya. Tentu saja demikian karena toh XMA memang diciptakan untuk mengeleminir kekekurangan varian MA pendahulunya. Tapi jika pertanyaannya adalah mana yang lebih baik, ini menjadi sangat relatif bergantung pada si pemakai. Sebagai panduan, semakin sensitifnya sebuah indikator memang akan menjadi sangat membantu untuk memprediksi harga. Namun sebaliknya, semakin sensitif maka akan semakin banyak juga false signal yang dihasilkan yang artinya bisa saja sinyal yang diberikan ternyata salah atau tidak berlangsung lama. Itu sebabnya kembali bergantung pada sang trader. Jika Anda adalah seorang yang lebih menyukai permainan yang lebih safe, mungkin SMA menjadi lebih cocok dibandingkan varian lainnya. Dan sebaliknya bila Anda menyukai permainan yang lebih beresiko (yang juga berari kemungkinan memperoleh keunutungan akan sama besarnya dengan resiko yang mungkin terjadi) maka XMA akan lebih baik menurut Anda karena lebih responsif dan lebih cepat dalam pemberian sinyal. Jika Anda seorang penganut poros tengah, silakan gunakan WMA. Yang jelas indikator hanyalah sebuah instrumen, kitalah yang menentukan keputusan berdasarkan petunjuk instrumen tersebut. Sebenarnya jika dilakukan perhitungan melalui Mean Percentage Absolute Error (MAPE), maka XMA akan memberikan error yang lebih kecil dibandingkan yang lainnya. Namun tetap saja bukan berarti XMA adalah absolut yang terbaik. Saya sengaja tidak mencantumkan perhitungan dengan MAPE karena memang sangat relatif. Kita akan bertemu pada bab berikutnya untuk perhitungan dengan menggunakan indikator lainnya. Sampai jumpa.

Moving Average Convergence Divergence Ini bukan nama sebuah restoran fastfood yang biasa kita kenal. Dan penciptanya pun bukan MC Donald. MACD diciptakan oleh Gerald Appel dan mengambil formulasi yang sebenarnya mirip dengan Moving Average. Indikator ini terdiri dari dua bagian yaitu MACD histogram dan garis MACD sendiri. Secara garis, MACD terbagi atas tiga bagian yaitu triger line, center line dan MACD line. Perhatikan gambar dibawah ini : Anda akan mengetahui mengapa MACD dikatakan mengambil formulasi yang sama dengan MA. Mari kita lihat asal dari garis-garis diatas (MACD line, triger line, Histogram, dan centerline) : MACD line. Secara default fromulasi MACD line adalah : XMA12 XMA26 yaitu selisih dari XMA periode 12 dengan XMA periode 26. Oleh karena menggunakan XMA, maka sifat-sifat MACD juga akan menyerupai sifat-sifat XMA yaitu memberikan sinyal yang lebih dini dibanding MA lainnya. Triger line. Triger line adalah garis pemicu yang sebenarnya secara default adalah XMA9. Centerline. Garis biasa. Merupakan garis nol yaitu membatasi histogram negatif dengan histogram positif.

Histogram. Formulasi untuk histogram adalah: MACD line Triger line Digunakan sebagai indikasi overbought/oversold. Akan saya perjelas nanti. Untuk mereka yang awam mungkin timbul pertanyaan mengapa indikator MACD ini ditempatkan terpisah dengan harga mata uang yang dianalisa tidak seperti pada MA? Sebenarnya bisa saja Anda letakkan bersamaan dengan harga. Pemisahan dilakukan karena memang akan mempermudah Anda dalam menganalisa berhubung adanya histogram yang kisarannya sudah jelas dan tidak memiliki range seluas harga mata uang. Jika Anda lebih menyukai digabung, bisa saja. Coba lihat gambar dibawah ini: Nah bisa juga bukan. Jadi terserah Anda tampilan yang mana yang Anda sukai. Pertanyaan lainnya adalah bisakah kita menggunakan XMA periode lain untuk MACD line dan triger line? Bisa. Tentu saja bisa. Dan jika Anda sudah cukup mahir Anda dapat bereksplorasi dengan menggunakan periode yang berlainan. APlikasi MACD Mungkin terlintas dipikiran kita mengapa kita harus repot-repot menggunakan MACD yang padahal hanya pengurangan dari XMA saja. Tidak demikian kenyataannya. Melalui formulasi sederhana seperti ini ternyata MACD mampu memberikan informasi bukan hanya trend yang akan terjadi tetapi lebih dari itu.

MACD dapat digunakan untuk mengetahui peralihan momentum yang dinilai kuat atau pun lemah, juga dapat dipakai untuk mengetahui kondisi overbought/oversold pada pasar yang dapat memicu peralihan trend. MACD untuk Perubahan Trend Ini adalah kegunaan khas dari MA yang digunakan MACD sebagai MACD line dan triger line. Cara membaca peralihan trend dari Bullish menuju Bearish dan sebaliknya sama dengan cara kita membaca peralihan trend pada MA. Garis digunakan untuk membacanya adalah MACd line dan triger line. Mari kita perhatikan lagi gambar dibawah ini: Persis seperti aturan pada pembacaan MA, pada MACD berlaku aturan apabila MACD line memotong triger line dari bawah maka akan terjadi perubahan trend menuju Bullish trend. Dan berlaku juga sebaliknya apabila MACD line memotong triger line dari atas, maka akan terjadi perubahan trend menuju Bearish trend. Lalu apa pengaruhnya dengan center line? Adakah pengaruh perpotongan MACD line dan triger line pada perubahan trend? Ada! MACD line dan triger line yang memotong centerline juga merupakan indikasi perubahan trend. Namun dalam hal ini adalah perubahan trend dalam jangka panjang. Mungkin kriteria panjang disini sifatnya agak relatif. Maksudnya bergantung pada jenis mata uang itu sendiri. Boleh jadi arti panjang bagi GBP adalah sekitar 3 bulan namun pada EUR dan AUD bisa jadi 2 bulan misalnya. Jadi bergantung pada mata uang yang kita pilih dan jangan lupakan juga time scale yang kita pakai. Perrhatikan gambar dibawah ini:

Dari gambar diatas bisa kita lihat bahwa long bullish trend pada EUR berlangsung selama ± 5 bulan. Lumayan panjang bukan? Nah, sepanjang waktu 5 bulan itu MACD line dan triger line beberapa kali saling berpotongan. Pada saat perpotongan itulah terjadi perubahan trend namun dalam jangka waktu yang relatif lebih singkat. Overbought dan Oversold pada MACD Dari formulasi sederhana pada MACD, kita bukan saja dapat menentukan trend dalam jangka panjang maupun pendek. Ada satu lagi kegunaan MACD yaitu sebagai indikator overbought dan oversold. Meskipun jarang digunakan, ada baiknya kita mengetahuinya juga. Mungkin saja Anda menyukai indikator ini sebagai penentu wilayah overbought dan oversold. Situasi overbought atau jenuh beli merupakan indikasi bahwa pasar telah mengalami kejenuhan dalam membeli mata uang yang bersangkutan. Jika ini terjadi maka diramalkan akan terjadi penurunan harga dalam beberapa saat kemudian. Begitu juga dengan oversold yang artinya kira-kira jenuh jual. Jika terjadi oversold maka diramalkan akan terjadi penguatan harga menuju titik resistance-nya. Perhatikan gambar dibawah:

Garis dibawah centerline (area minus) merupakan wilayah yang disebut oversold area dan diatas centerline (area positif) merupakan wilayah overbought. Penurunan harga sendiri terjadi pada saat histogram (nah disinilah kegunaan histogram) meninggalkan area yang bersangkutan. Coba Anda perhatikan garis vertikal yang saya buat dan text box yang saya tambahkan. Apakah Anda mempertanyakan sesuatu mengenai garis diatas? Sepertinya terlihat bahwa bearish dan bullish trend belum tentu terjadi setelah histogram meninggalkan minus atau positif area. Inilah yang menjadi kendala jarangnya digunakan indikator ini sebagai penentu overbought dan oversold : banyaknya delay/keterlambatan yang terjadi. Sebenarnya hal ini bisa Anda atasi. Penentuan batas antara overbought dan oversold sebenarnya sangat subyektif yaitu dapat saja berubah-ubah dari waktu ke waktu. Tidak melulu center line merupakan batas antara keduanya. Dalam banyak kasus sering juga terjadi batasan antara keduanya terjadi pada titik positif atau negatif atau bahkan keduanya. Misalnya jika histogram memasuki nilai -0.0025 barulah dihitung sebagai oversold dan bila memasuki nilai +0.0025 baru terhitung sebagai overbought. Diantara keduanya tidak terhitung sebagai overbiught atau oversold. Atau bisa saja jarak keduanya tidak simetris contohnya oversold berada di 0.0025 dan overbought berada di +0.0035. Jadi bergantung pada mana yang Anda mau. Sayangnya tidak ada satupun metode untuk menentukan nilai ini secara efektif selain trial and error.

Divergence Positif dan Negatif Is It a False Signal? Nah kita masuk bahasan terakhir mengenai MACD. Saya rasa ini akan menimbulkan banyak pertanyaan. Itu sebabnya saya masukkan juga disini. Kadang kala kita menemukan bahwa indikator MACD sedang bergerak naik sedangkan harga malah sedang menurun atau sebaliknya, indikator bergerak turun sedangkan harga malah naik. Nah, jika kita tidak tahu kita berpikir bahwa yang terjadi adalah false signal dari MACD. Sebenarnya tidak demikian. Disinilah artinya divergence itu. Untuk itu kita langsung lihat gambar saja mengenai apa yang ingin saya tunjukkan: Nah perhatikan area yang saya batasi dengan garis merah. Pada area tersebut harga bergerak cenderung naik namun sebaliknya, indikator malah bergerak cenderung turun. Apa yang terjadi kemudian adalah terjadi penurunan harga yang signifikan. Kejadian seperti ini disebut divergence negatif yaitu indikator bergerak turun namun harga sedang bergerak sebaliknya. Jika terjadi divergence negatif seperti ini maka yang akan terjadi adalah harga akan bergerak mengikuti arah dari indikator. Hal yang sama juga terjadi pada divergence positif yaitu harga bergerak turun namun indikator cenderung naik. Jika terjadi divergence positif maka harga akan bergerak mengikuti arah indikator yaitu kembali menguat.

Divergence jarang terjadi, namun ada baiknya kita mengetahuinya supaya paling tidak Anda tidak menyalahkan saya jika terjadi false signal. Lalu, apa yang terjadi bila benarbenar terjadi false signal? Jika benar-benar terjadi false signal, saatnya kita mengubah periode dari MACD line dan triger line yang kita gunakan dan jangan menyalahkan siapa pun. Berikut ini saya ringkaskan kaidah-kaidah yang berlaku pada indikator MACD: No Kriteria 1 MACD line memotong triger line dari bawah 2 MACD line memotong triger line dari atas 3 4 MACD line dan triger line berada diatas centerline (area positif) MACD line dan triger line berada dibawah centerline (area positif) 5 Histogram positif/negatif 6 Divergence positif 7 Divergence negatif Definisi Peralihan trend menuju trend menuju Bullish Peralihan Bearish Long Bullish trend Long Bearish trend Kondisi overbought / Oversold Harga akan ikut bergerak naik Harga akan ikut bergerak turun Yup, sampai disini penjelasan saya mengenai MACD indikator. Kita bertemu kembali dalam indikator berikutnya. Relative Strength Index Diperkenalkan pertama kali oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978 pada bukunya New Concepts in Technical Trading Systems. Nilai dari Rsi berada pada kisaran 0-100 (itulah sebabnya mengapa digolongkan sebaga indikator oscillator. Oscillate = berkisar). RSI sendiri merupakan indikator yang membandingkan momentum harga yakni antara nilai pada saat ini terhadap daya tarik losses yang terjadi. Secara matematis RSI dituliskan sebagai berikut:

dengan RS adalah : RS = Relative Strength, merupakan ratio antara dua buah XMA yang dihaluskan AG = Average price gain pada periode yang ditentukan. Diperoleh dari total gain dibagi periode yang dipakai. AL = Average price loss pada periode yang ditentukan. Diperoleh dari total loss dibagi periode yang dipakai. Tadinya saya ingin mencantumkan cara perhitungan di atas tapi berhubung saya malas membuatnya, saya urungkan. Toh saya rasa tidak berguna juga bagi Anda. Kita cukup mengetahui apa itu RSI dan aplikasinya untuk kita. Perhatikan gambar berikut: Aplikasi RSI RSI dapat kita gunakan untuk mengetahui hal-hal berikut ini: * Kondisi overbought / oversold * Divergence positif / negatif * Momentum pergerakan harga

Akan saya jelaskan satu persatu cara mengetahui ketiga hal diatas menurut RSI. Overbought / Oversold menurut RSI Cara pengidentifikasian kondisi overbought / oversold dengan RSI sangatlah sederhana. Sederhana namun belum tentu mudah. Aturan umum yang berlaku adalah kondisi overbought diperoleh bila RSI memotong garis 70 dan oversold bila RSI memotong garis 30. Lalu apakah selalu 30-70? Tidak. Beberapa buku merekomendasikan 20-80 dan berbeda-beda untuk tiap pair yang kita tradingkan. Bisa saja untuk mata uang tertentu dalam kondisi tertentu batasan overbought / oversold berada pada 40-60, jadi bergantung mana yang sesuai. Lagi-lagi perlu dilakukan trial and error. Namun demikian sebagai sedikit panduan, RSI akan semakin akurat digunakan pada kondisi pasar yang efisien dan stabil. Sampai saat ini, pasar forex merupakan pasar yang paling stabil dan efisien dalam pergerakannya (harga lebih ditentukan oleh market dan sangat likuid). Jadi, sedikit banyak batasan 30-70 masih berlaku disini walaupun tidak mutlak. Perhatikan chart berikut ini: Divergence Positif / Negatif menurut RSI Sama seperti MACD, RSI juga dapat digunakan untuk menentukan divergence positif maupun negatif (bagi saudara yang lupa apa itu artinya divergence dapat kembali membaca

mengenai indikator MACD). Cara membaca divergence pada RSI pun tidak bebeda dengan cara membaca divergence pada MACD. Jika indikator RSI bergerak naik sementara harga sedang menurun, hampir dapat dipastikan bahwa harga akan bergerak mengikuti pergerakan indikator RSI yaitu kembali naik. Demikian juga sebaliknya bila RSI sedang menurun dan harga sedang naik, maka beberapa saat kemudian harga akan bergerak turun mengikuti arah pergerakan RSI. Perhatikan gambar dibawah ini : The Centerline Crossover (Momentum) Seperti juga pada MACD yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan momentum kenaikan/penurunan harga, RSI juga dapat digunakan untukhal yang sama. Bedanya jika pada MACD crossover terjadi pada garis nol maka pada RSI pada garis 50. Cara membaca kekuatan momentum suatu harga sama seperti pada MACD yakni bila garis RSI menembus centerline (garis 50) dari bawah maka sedang terjadi trend kenaikan. Besarnya momentum sebanding dengan besar nilai RSI yang terjadi. Demikian juga berlaku sebaliknya. Mari kita perjelas dengan satu gambar:

False Signal pada RSI Jangan menggunakan RSI sebagai indikator Anda tanpa membaca bagian ini terlebih dahulu!! Mengapa? Jika Anda cukup cermat memerhatikan gambar-gambar yang saya sajikan diatas pasti beberapa di antara Anda bertanya, mengapa ada beberapa keadaan dimana apa yang dikatakan RSI berbeda dengan keadaan yang sebenarnya? Inilah yang disebut false signal alias sinyal palsu. Jika kita telusuri dari rumus RSI mula-mula dapat kita ketahui bawha pada dasarnya RSI bergerak dengan sangat sensitif. Sebuah indikator yang sensitif memungkinkan kita memiliki banyak anjuran untuk Buy/Sell menurut indikator yang bersangkutan. Itu keuntungannya. Namun itu pun menjadi sekaligus bumerang bagi kita karena dengan semakin banyaknya anjuran yang ada maka akan semakin banyak kesempatan untuk terjadi anjuran yang menyesatkan yang membawa kerugian besar. Oleh banyak chartist, RSI tidak digunakan sendirian sebagai indikator utama karena sifat sensitifnya itu. RSI lebih sering dipakai sebagai penguat anjuran oleh indikator lain. Lalu adakah cara untuk menghilangkan false signal pada RSI atau setidaknya mengurangi kepalsuan si RSI ini? Ada. Tentu saja ada. Cara yang paling sederhana adalah mencari periode yang terbaik pada RSI yang hendak kita gunakan. Ini kembali pada proses trial and error.

Mari kita kembali lihat gambar: Nah, periode mana yang cocok, silakan Anda yang tentukan sesuai selera masingmasing. Saya sendiri jika hendak menggunakan RSI biasanya menggunakan periode 10 atau 14, namun saya kembalikan lagi pada Anda sebagai pembaca. Cara lainnya lagi adalah mengurangi sifat sensitifitas RSI dengan memangkas bagian-bagian RSI yang terlalu keriting. Caranya dengan memberikan penghalus pada RSI menggunakan SMA.

Pada gambar diatas saya menggunakan SMA 5 periode untuk menghaluskan RSI yang terlalu keriting. Perhatikan pada area yang saya beri tanda dengan lingkaran hijau. Terlihat bahwa nampaknya seolah-olah RSI akan menembus centerline yang artinya akan terjadi penguatan harga dalam tempo lumayan panjang. Tetapi ternyata itu hanyalah false signal, terbukti harga bergerak turun dan tidak terjadi kenaikan sama sekali. False signal ini dapat kita ketahui lebih dini ketika memberikan SMA pada RSI. SMA menunjukkan tidak menembus centerline yang artinya tidak akan terjadi penguatan harga sama sekali. Demikian caranya. Perlu diketahui, kondisi overbought/ oversold pada area 30-70 pun seringkali memberikan false signal dan dapat kita atasi dengan cara yang sama seperti cara diatas. Stochastic Oscillator Merupakan alat analisis ciptaan George C Lane pada akhir 50-an. Seperti namanya, nilai kisaran pada indikator ini adalah 0-100 (oscillator). Stochastic Oscillator digunakan untuk menunjukkan posisi closing relatif terhadap range transaksi dalam suatu periode tertentu. Pada dasarnya indikator ini dipakai untuk mengukur kekuatan relatif harga terakhir terhadap selang harga tertinggi dan terrendahnya selama selang periode yang kita inginkan. Stochastic Oscillator terdiri dari dua garis yang disebut %K dan %D. Inti dari indikator ini adalah %K itu sendiri sedangkan %D adalah SMA dari %K. Bisa dikatakan bahwa %D adalah sebagai garis pengidentifikasian arah %K.

Jika kita lihat dari range Stochastic Oscillator yaitu 0-100, dapat dikatakan bahwa sebenarnya indikator ini tidaklah berbeda dengan RSI. Hanya saja dalam Stochastic perhitungan meliputi harga terendah, tertinggi dan closing price pada waktu yangditentukan. Secara matematis Stochastic Oscillator didefinisikan sbb: pada periode tertentu. Recent close = harga penutupan terakhir Lowest Low = harga terendah selama periode yang ditentukan Highest high = harga tertinggi selama periode yang ditentukan Sedangkan untuk %D adalah SMA dari %K itu sendiri. Secara default biasanya nilai %K adalah 14 dan %D adalah 3. Pemilihan periode %D hanya sebesar 3 periode disengaja untuk meningkatkan sensitifitas dari %D itu sendiri. Pertanyaannya apakah bisa selain nilai tersebut. Tentu saja bisa seperti indikator lainnya. Namun ada beberapa jenis Stochastic Oscillator dimana kita tidak dapat mengganti besar %D. Kita akan pelaajri nanti. Nah, mari lihat gambar dibawah ini. Untuk grafik kali ini saya menggunakan Tradex Executioner (Meta Trader) sebagai tampilan karena netdania kurang representatif dalam menampilkan indikator ini. Tidak usah bingung dengan tampilannya yang agak hitam. Candle yang berwarna putih artinya Bearish pattern sedangkan yang tidak berwarna adalah Bullish pattern. Tinggal anda sesuaikan saja. Toh, seorang trader profesional memang harus terbiasa dengan berbagai jenis tampilan dan chart yang ada. Ada banyak penyedia online forex trading chart, bukan hanya dua ini saja. Jika anda mau, anda dapat melakukan browsing melalui Google, maka anda akan menemukan berbagai penyedia layanan online forex trading dengan berbagai bentuk tampilan dan berbagai kelebihan yang mereka tonjolkan. Salah satu kelebiha Meta Trader adalah perihal kecepatannya dalam untuk dioperasikan dan juga kelengkapannya. Jika anda bertanya mengapa saya tidak memakai ini dari awal adalah karena memang hanya saya lebih terbiasa dengan netdania. Tapi tidak masalah sama sekali jika diharuskan memakai Meta Trader.

Fast, Slow dan Full Stochastic Oscillator Sama seperti RSI yang juga oscilator indicator, kelebihan sekaligus kekurangan Stochastic adalah sensitifitasnya. Karena senstif maka dapat memberikan sinyal yang lebih dini dalam pemantauan pergerakan harga. Namun dengan demikian membuka celah munculnya berbagai sinyal palsu. Untuk mengurangi banyaknya sinyal palsu karena sensitifitas Stochastic maka diperlukan lebih dari sekedar %D untuk menghaluskannya. Garis %K pun dapat dihaluskan terlebih dahulu sebelum kemudian diolah kembali menjadi %D. Pengolahan ini membuat berbagai varian dari Stochastic Oscillator. Fast Stochastic adalah nama lain dari Stochastic biasa (pada gambar diatas adalah Fast Stochastic). Apabila garis %K dimuluskan SMA 3 periode sebelum kemudian diolah kembali dengan SMA 3 peride berikutnya guna memperoleh garis %D maka akan diperoleh Slow Stochastic Oscillator. Sedangkan bila pemulusan menggunakan SMA dengan periode selain 3 untuk %K, Stochastic yang demikian dinamakan Full Stochastic Oscillator. Dewasa ini pemulusan %K dari Stochastic bukan hanya menggunakan SMA tetapi dapat juga menggunakan WMA dan XMA. Jadi, sebenarnya bergantung pada mana yang menurut Anda cocok. Saya hanya akan membahas cara membaca untuk Fast Stochastic Oscillator, untuk varian lainnya sama saja dalam cara membacanya. Yang berbeda adalah sensitifitas dan keakuratannya saja. Dan jangan lupa ada penentuan periode disinii. Jika %K kita ubah periodenya menjadi lebih besar atau lebih kecil dari 14 maka juga kan menghasilkan keakuratan yang berbeda tergantung pair yang Anda transaksikan.

Gambar diatas adalah Full Stochastic Oscilaltor dengan menggunakan pemulusan 5 periode untuk %K-nya. Periode yang saya pakai disini adalah 14. Perhatikan perbedaannya dengan Fast Stochastic Oscillator yang telah saya berikan diatas. Full Stochastic terlihat lebih smooth dan halus. Interpretasi Stochastic Oscillator Ada beberapa informasi yang dapat kita peroleh dengan Stochastic oscillaotr. Namun secara umum tidak berbeda dengan informasi pada RSI dan SMA. Dan memang Stochastic Oscillator sebenarnya adalah gabungan dari kedua jenis indikator tersebut dengan cara perhitungan yang berbeda. Secara keseluruhan, indikator ini dapat kita gunakan untuk menentukan keadaan overbought/ oversold (yang artinya prediksi trend untuk jangka panjang), perpotongan antara %K dan %D (sebagai short term trend), dan Bullish/Bearish centerline. Overbought / Oversold Keadaan overbought/ oversold menurut Stochastic diperoleh bila garis %K telah memasuki batasan 20 dan 80 yakni dibawah 20 untuk oversold dan diatas 80 untuk overbought. Sama dengan RSI bukan? Harap diingat juga bahwa batasan 20/80 ini bukanlah batasan mutlak. Bisa saja 30/70 atau yang lain. Jadi jangan heran bila saya juga menggunakan batasan yang berbeda dalam menentukan kondisi overbought/ oversold dari situasi ini.

Keadaan overbought/ oversold ini akan memicu naik turunnya harga dalam jangka panjang. Apabila sedang terjadi kenaikan harga namun stochastic sudah menuju titik overbought-nyadan mulai meninggalkan area tersebut,itu berarti akan terjadi tekanan pada laju kenaikan harga yang pada akhrinya membuat harga kembali turun sampai keseimbangannya yang baru. Perhatikan gambar berikut. Untuk batasan overbought/ oversold kali ini saya menggunakan 25/75 (saya beri garis ungu) dan garis kuning menandakan %K meninggalkan area overbought/ oversold sehingga dapat kita katakan harga sedang menuju momentum kenaikannya. %K and %D Crossing Nah, kalau batasan overbougth/ oversold itu untuk trend jangka panjang, maka perpotongan %K dan %D ini kita gunakan untuk perubahan trend minor. Maksudnya begini, bila dalam suatu kondisi long Bullish trend, seringkali dalam pergerakannya kita menemukan trend-trend minor. Besarnya minor dan mayor disini sangat relatif, bergantung pada time line yang kita gunakan. Untuk time line jam-jam an misalnya, jangan remehkan minor trend ini karena pergerakannya bisa mencapai 50 point! Itu artinya lebih dari cukup untuk memperoleh keuntungan sampai 50 Dollar hanya dengan 1 lot dan mengandalkan minor trend. Seperti kita ketahui sebelumnya %D merupakan MA dari %K yang tidak lain pencerminan dari perubahan harga. Jadi, sesuai dengan sifat MA dalam menentukan perubahan trend, setiap perpotongan antara %D dengan %K berarti adalah perubahan trend untuk jangka waktu singkat di depan. Kondisi Bullish terjadi bila garis %K memotong %D dari

bawah dan sebaliknya trend Bearish diperoleh ketika %K memotong dari atas. Keadaan ini bisa saja berlangsung bahkan ketika kedua garis sedang dalam wilayah overbought/ oversold. Jika ini terjadi, itu artinya memang tekanan beli atau jual sedang kuat sekali sehingga akan terjadi kemungkinan harga menembus batas support dan ressistance-nya. Perhatikan gambar berikut: Pada gambar barusan kita bisa melihat secara keseluruhan harga sedang bergerak naik namun demikian sering kali pada saat kenaikan harga, terjadi penurunan-penurunan singkat yang merupakan usaha para pembeli menurunkan harga namun tidak cukup kuat dalam menahan tekanan beli. Dalam kondisi demikian kita bisa mengambil dua keuntungan sekaligus yaitu pada trend dalam jangka panjang maupun dalam short term trend. Kedua kondisi ini dapat kita ketahui cukup dengan Stochastic Oscillator. The Centerline Sama seperti oscillator lainnya, pada Stochastic Oscillator pun juga terdapat centerline yang dipatok pada nilai 50. Pembacaan centerline ini pun sama persis dengan cara pembacaan pada RSI. Bila %K memotong centerline dari bawah ini menandakan kondisi Bullish Centerline dan sebaliknya bila % K memotong dari bawah kondisi Bearish tercapai. Sederhana bukan? Namun demikian sejujurnya centerline crossover ini jarang digunakan karena seringkali terlambat memberikan rekomendasi buy/sell. Para analis lebih sering menggunakan perpotongan antara %D dengan %K.

Nah, sampai disini bahasan mengenai Stochastic Oscillator. Sebelum kita berpindah kepada indikator lainnya, perlu saya ingatkan kembali mengenai perihal karakter indikator oscillator seperti Stochastic ini. Hal yang menjadi kelebihan sekaligus kekurangan indikator yang bergerak dalam kisaran tertentu seperti ini adalah sensitivitasnya. Begitu juga pada Stochastic yang dapat bersifat sangat sensitif bila kita menggunakan periode yang tidak tepat. Penggunaan periode yang tidak tepat dapat membawa kita pada pengambilan keputusan yang salah yang pada akhirnya membawa kita pada kerugian besar.untuk itu sangat disarankan Anda mencari periode yang terbaik pada indikator ini untuk setiap pairs. Besarnya bisa berbeda-beda. Semakin panjang periode yang dipakai maka grafik indikator akan semakin halus yang artinya ke-sensitifitas-annya akan berkurang. Disarankan juga untuk menggunakan Full Stochastic dalam penggunaan karena memang lebih halus dan dapat mengurangi grafik indikator yang terlalu keriting. Rate of Change and Momentum Nah, dua indikator ini saya gabung sekalian. Pasti yang pertama kali timbul di benak kita dalah mengapa saya menggabungkan kedua indikator ini dala satu bahasan yang sama? Jawabannya karena sebenarnya kedua indikator ini adalah serupa. Sama-sama indikator yang berfungsi sebagai perbandingan terhadap harga yang lalu dan sama-sama memiliki pattern yang sama. Lalu apa bedanya sehingga keduanya di namakan indikator yang berbeda kalau keduanya sama? Ya, ini serupa tapi tidak sama. Perbedaannya hanya pada cara penghitungannya. Kalau pada ROC perhitungan dilakukan dengan membandingkan harga sekarang dengan harga pada periode yang lalu, pada momentum perhitungan dilakukan dari selisih harga sekarang dengan harga pada periode lalu.

Secara matematis ROC dan Momentum ditulis sebagai berikut: X = Closing price sekarang Y = Closing price waktu yang lalu sesuai periode yang ditentukan Nah, hampir sama bukan? Yang satu di bagi yang satu dikurangi. Hasilnya terlihat pada gambar dibawah ini. Sama persis pattern yang terbentuk, hanya saja nilainya tentu saja berbeda. Jadi, apakah kegunaan kedua indikator ini akan sama persis satu sama lainnya? Benar sama. Mungkin nilainya saja yang berbeda sehingga batasannya akan berbeda untuk overbought / oversold. Namun dalam penafsirannya adalah sama dan kembali pada Anda mana yang lebih Anda sukai. Jika Anda menyukai dalam bentuk persentase, gunakan ROC dan sebaliknya bila yang diinginkan adalah bentuk nol koma sekian-sekian, gunakan momentum. Supaya Anda semakin jelas saya berikan contoh perhitungannya. Pada contoh ini, periode yang saya pakai adalah 10.

No Closing Price ROC Momentum 1 1.7632 - - 2 1.7598 - - 3 1.7604 - - 4 1.7635 - - 5 1.7698 - - 6 1.7701 - - 7 1.7712 - - 8 1.7765 - - 9 1.7750 - - 10 1.7732 - - 11 1.7725 = (1.7725/1.7632) x 100 = 100,52745 = 1.7725 1.7632 = 0,0093 12 1.7724 100,71599 0,0126 13 1.7736 100,74983 0,0132 14 1.7798 100,924298 0,0163 15 1.7780 100,463329 0,0082 Sudah semakin jelas? Harus itu!! Mungkin bagi Anda yang sudah sering bermain dengan saham atau menggunakan source lain agak bingung dengan rumus yang saya kemukakan diatas karena beberapa buku atau web menyebutkan rumus ROC (misal dengan periode 10) tidak demikian namun seperti ini : ROC = 100 * (Today's close - Close 10 periods ago) / (Close 10 periods ago) Beberapa situs web luar memang menyebutkan rumus diatas dengan ROC, namun sebenarnya itu adalah P ROC yaitu Price Rate of Change. Pada P ROC perbandingan bukan saja diambil dengan pembagian harga sekarang dengan harga periode lalu namun lebih menyerupai rumus efisiensi yaitu penutupan harga sekarang dikurangi periode lalu baru dibagi dengan harga periode lalunya dan dikalikan 100. Cara ini sah-sah saja dan mana yang

Anda sukai silakan gunakan. Yang jelas mohon maaf jika tidak saya tampilkan P ROC disini karena memang chart untuk itu tidak tersedia pada www.netdania.com dan lagi pula memiliki penafsiran yang sama dengan momentum atau ROC yang akan saya terangkan berikut. Untuk memudahkan penjelasan, akan saya terangkan penggunaan indikator Momentum. Mengenai ROC, akan sama dalam penggunaannya dengan momentum, begitu juga dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Using the Momentum Pernah belajar Fisika waktu SMP atau SMA dulu? Jika pernah, pasti kita pernah diberikan materi mengenai hukum Newton. Salah satu hukum tersebut membahas mengenai inersia benda-benda yang bergerak. Maksudnya begini, jika sebuah benda yang sedang bergerak oleh karena sebuah gaya dikenakan padanya, maka setelah gaya pendorong tersebut tidak lagi dikenakan pada benda tersebut, benda tidak langsung berhenti tetapi kecepatannta akan berkurang secara perlahan-lahan sampai berhenti sama sekali. Ini terjadi karena adanya sifat inersia pada benda tersebut. Inersia sendiri didefinisikan sebagai keberadaan sebuah benda untuk tetap mempertahankan posisi dirinya terhadap titik acuan tertentu. Bila benda tersebut bergerak maka dia akan terus bergerak jika tidak ada gaya yang menghambatnya (dibumi gaya penghambatnya adalah gaya gesek). Besarnya berbanding lurus dengan konstanta dan massa benda dan dikalikan dengan kuadrat jari-jarinya. Ok, kita tidak berlama-lama dengan fisika. Kita sedang berusaha mencari uang disini, bukan sedang sekolah. Namun, demikianlah yang terjadi pada pergerakan sebuah harga. Jika gaya pendorong harga untuk naik/turun sudah berkurang atau bahkan tidak ada lagi, maka trend tidak begitu saja berhenti dan segera berbalik, namun akan berkurang perlahanlahan sampai akhirnya baru berhenti total karena gaya inersia-nya (tentu saja bukan inersia betulan karena ini harga bukan benda yang punya jari-jari!!). ROC dan momentum digunakan untuk mengukur laju pergerakan ini. Jika sebuah trend akan segera berakhir maka momentum pergerakan akan berkurang sampai akhirnya menembus centerline-nya yang menandakan trend sudah berlalu dan digantikan dengan trend yang baru. Salah satu kelebihan pada kedua indikator ini adalah kemampuannya untuk melihat apa yang kemungkinan terjadi didepan karena dapat memberikan sinyal yang lebih dahulu

akan pengurangan momentum yang akan diikuti oleh berakhirnya trend dan perubahan arah. Namun demikian, sama seperti RSI yang memiliki kelebihan dengan kesensitifannya, maka kedua indikator ini pun memiliki kelemahan sehingga tidak boleh digunakan sebagai indikator utama untuk penentuan buy/sell. ROC dan momentum lebih baik digunakan sebagai approval dari indikator lainnya guna menguatkan hasil analisa kita mengenai apa yang akan segera terjadi. Kegunaan lain dari kedua indikator ini adalah untuk mengetahui kondisi overbought /oversold yang berarti akan segera terjadi perubahan arah harga. Harap diingat selalu perubahan arah harga tidak akan terjadi sampai indikator meninggalkan area overbought/ oversell yang kita buat. Dan kembali jangan dilupakan bahwa batasan overbought/ oversold disini nilainya dapat saja berbeda antara pair satu dengan pair lainnya bahkan sebuah pair pun dapat bebeda dari waktu ke waktu dalam area ini. Singkatnya apabila batasan overbought /oversold yang kita buat sudah seringkali menimbulkan false signal, itu saatnya kita menentukan batasan yang baru. Perhatikan gambar dibawah ini: Untuk batasan kali ini saya memakai -0.0004 untuk batasan oversold dan 0.0005 untuk batasan overbought. Silakan bereksperiman untuk menentukan batasan-batasan lainnya.

Lalu apakah gunanya centerline pada indikator ini? Kegunaan centerline pada momentum sebenarnya sama dengan garis 50 pada RSI. Hanya saja terus terang dibandingkan RSI yang cukup valid, penembusan garis momentum terhadap centerline seringkali menimbulkan false signal. Itu sebabnya jarang sekali centerline ini dipakai. Namun tidak ada salahnya jika mau Anda coba. Pertanyaan lainnya yang sama adalah bisakah kita mengurangi false signal pada momentum dan ROC dengan memberikan MA pada mereka? Tentu saja bisa. Selain dengan pemilihan periode yang tepat, sangat disarankan indikator ini juga dimuluskan dengan memakai MA periode kecil. Perhatikan contoh dibawah ini: Pada daerah yang saya berikan lingkaran oranya tampak seolah-olah momentum sedang menembus centerline yang berarti akan terjadi perubahan arah pergerakan harga karena berakhirnya momentum bearish. Namun jika kita memberikan MA dengan 5 periode terlihat bahwa sebenarnya ini hanyalah false signal. Terbukti pada pukul 05.00 (diberi garis biru), harga malah kembali turun bahkan menurun drastis menuju 1.2082 dari sekitar 1.2180. Ini berarti penurunan sebanyak 100 point. Cukup besar pengaruhnya bila dalam real account. Nah, bahasan mengenai momentum dan juga ROC sampai disini. Kita akan bertemu dibahasan selanjutnya yaitu Bollinger Bands Bollinger Bands

Diciptakan oleh John Bollinger pada awal 1980 an untuk membantu membandingkan volatilitas dan harga relatif dalam satu periode analisis. Bollinger bands sendiri sebenarnya terdiri atas tiga buah garis yang membentuk semacam sabuk pembatas terhadap pergerakan harga. Namun dalam penerapannya garis tengah Bollinger Bands seringkali tidak ditampilkan karena memang garis tengah tersebut hanyalah garis Moving Averages biasa. Perhatikan gambar berikut : Seperti telah di terangkan diatas, Bollinger Bands sendiri bentuknya menyerupai sabuk yang menjadi pembatas pergerakan harga. Dapatkah Anda menemukan sesuatu pada gambar diatas? Ya benar. Apabila terjadi ketidak seimbangan antara demand dan supply, maka Bollinger Bands akan lebih melebar dibandingkan kondisi seimbang.

Sebagai contoh dari gambar diatas, terjadi keadaan dimana supply lebih banyak dari demand sehingga membuat harga turun dari 1.2185 menuju 1.2071 (114 point), maka sabuk bolinger akan lebih melebar karena memang laju harga sedang meningkat. Bandingkan dengan keadaan dimana demand dan supply cenderung sama seperti pada pukul 12.00 dan setelahnya. Jika terjadi keseimbangan yang artinya pasar akan bergerak dalam kondisi sideways maka Bollinger Bands akan lebih menyempit dari biasanya karena memang laju harga tidak secepat ketika uptrend atau down trend. Sebagai volatility indicator, sebenarnya Bollinger Bands tidak dapat berdiri sendiri. Indikator ini biasanya digunakan hanya sebagai indikator awal untuk mengukur harga relatif dan volatility (volatile = mudah berubah volatility = tingkat kecepatan dalam berubah). Bollinger Bands bukanlah indikator action, jadi disarankan jika menggunakan indikator satu ini, gunakan juga indikator lain sebelum mengambil keputusan untuk buy atau sell. Formulasi Matematis Seperti telah diterangkan diatas, Bollinger Bands pada dasarnya terdiri dari tiga garis. Yang timbul pada pikiran kita tentunya dari mana garis-garis ini berasal bukan? Nah, berikut penjelasannya: Uper band = Simple Moving Average + (faktor pengali x standar deviasi) Middle band = Simple Moving Average Lower band = Simple Moving Average (faktor pengali x standar deviasi) Faktor pengali = [0.6174 x ln (periode Bollinger Bands)] + 0.1046 Untuk faktor pengali, biasanya digunakan angka 2 dibandingkan penggunaan rumus diatas.

Standar deviasi merupakan perhitungan statistik biasa yang digunakan untuk mengukur besarnya penyimpangan pada tiap-tiap data. Rumusnya adalah sbb: dengan : Xi = data ke i X = rata-rata Data yang kita gunakan dalam perhitungan ini bukan hanya closed price saja seperti pada SMA biasa. Pada Bollinger Bands, data yang dipakai adalah gabungan antara high,low dan closinng price. Ada dua jenis pengambilan data pada middle band yaitu dengan memakai Typical Price dan Weighted Price. Typical price = Weighted price = Namun biasanya yang paling sering digunakan adalah typical price. Ok-ok, saya tahu ini membosankan. Tapi saya rasa Anda perlu tahu dari mana Bollinger Bands number ini keluar karena paling tidak jika Anda memiliki basic cukup kuat dalam statistik, Anda akan mampu menginterpretasikan Bollinger Bands dengan lebih baik setelah mengetahui karakter matematisnya. Karakter Bollinger Bands Setiap indikator tentulah punya karakter masing-masing. Begitu juga dengan indikator satu ini. Satu hal yang unik yang dimilikinya adalah Bollinger Bands memampukan tiap-tiap orang menginterpretasikan indikator ini dengan caranya masing-masing. Bahkan John Bollinger sendiri, pencipta indikator ini mengatakan bahwa hal yang paling menarik dalam analisa menggunakan Bollinger Bands adalah memperhatikan bagaimana setiap orang menggunakannya. Meski ada beberapa aturan baku dalam Bollinger Bands, tetapi bisa saja trader satu dengan trader lainnya memiliki cara yang berbeda dan penggunaan yang berbeda

dalam memakai Bollinger Bands. Berikut adalah karakter umum yang berlaku pada Bollinger Bands: Bollinger Bands adalah indikator awal yang tidak dapat dipakai sebagai indikator action.harus diapakai bersama indikator lainnya. Tentukan salah satu indikator yang terbaik bagi Anda sebagai indikator action, namun jangan memakai indikator action lebih dari satu. Beberapa indikator action yang baik adalah RSI, Stochastic ataupun momentum. Terserah Anda. Pada umumnya harga akan bergerak dalam sabuk, namun demikian dapat juga harga bergerak diluar dari sabuk. Ini dapat berarti akan terjadi reversal atau malah sebaliknya penguatan trend yang sedang berlangsung. Untuk mengetahuinya kita dapat melihat indikator action yang kita pakai. Penentuan periode dalam Bollinger Bands juga berpengaruh disini. Semakin kecil periode yang dipakai maka lebar sabuk akan semakin kecil dan demikian sebaliknya. Jika Bollinger Bands kita gabungkan dengan RSI, demikian hasilnya: Bila harga berada diluar upper band atau sama, sementara RSI masih berada dibawah zona overbought, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea overbought dan sedang meninggalkan area overbought, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan. Bila harga berada diluar lower band atau sama, sementara RSI masih berada dibawah zona oversold, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea oversold dan sedang meninggalkan area oversold, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan Nah, mari kita lihat gambar berikut:

Perhatikan area yang dilingkari dan besar smoothing RSI. Pada 1.1932, besar smoothing RSI adalah 39.9429 dan harga telah menembus upper band dua kali secara berturut-turut. Ini mengindikasikan bahwa akan terjadi penerusan trend yang baru saja dimulai. Dalam kenaikan harga, tercatat beberapa kali juga harga menembus upper band namun RSI belum juga meninggalkan overbought area. Ini berarti trend masih akan terus terjadi sampai RSI meninggalkan overbought area. Sekarang bandingkan dengan gambar berikut ini:

Pada area yang dilingkari smoothing RSI bernilai 31.7379 dan harga telah menembus lower band tiga kali dengan bullish candle. Dengan demikian diperkirakan akan terjadi pembalikan trend seperti terlihat pada candle berikutnya. Kenapa saya dapat memberikan perkiraan bahwa akan terjadi pembalikan trend dari bearish menuju bullish? Itu karena selain indikator action saya menunjukan harga telah meninggalkan oversold area dan mengarah menuju overbought area. Dapat disimpulkan dari penggunaan contoh disini, sebenarnya pemaduan Bollinger Bands dengan indikator lainnya dapat kita lakukan bila kita memahami penggunaan indikator lain tersebut dengan benar. Penggunaan indikator yang tepat akan menghasilkan keputusan yang saling menguatkan dan menunjang sehingga diperoleh berbagai keuntungan. Semakin kita memahami penggunaan indikator action maka semakin besar kesempatan kita memanfaatkan Bollinger Bands sebagai volatilitiy indicator. Pemakaian Bollinger Bands Walaupun Bollinger tidak dapat digunakan sendiri, namun ada beberapa indikasi open Buy/Sell yang masih kita bisa peroleh melalui Bollinger Bands terutama melalui middle band. Ingat, pada dasarnya middle band adalah indikator Simple Moving Average. Ini berarti apa yang berlaku pada SMA juga berlaku pada middle band: Middle band berada di bawah harga, maka ini mengindikasikan Bullish trend.

Middle band berada di atas harag, indikasi Bearish trend. Perpotongan antara middle band dan harga, indikasi peralihan trend. Double bottom buy. Ini akan terjadi ketika harga menembus lower band dua kali berturutturut. Adanya double bottom merupakan indikasi akan terjadi peningkatan harga. Namun untuk memastikannya, diperlukan konfirmasi harga menembus middle band. Jika telah menembus middle band, maka bisa diperkirakan akan terjadi uptrend dimana kita harus membuka posisi buy.

Kebalikan dari double bottom buy adalah double top sell yaitu keadaan dimana harga menembus upper band dan divalidasi dengan penembusan middle band juga. Ini berarti akan terjadi penurunan harga dimana kita harus membuka posisi sell terlebih dahulu guna memperoleh keuntungan.