BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. sekolah negeri milik pemerintah setingkat menengah atas dengan visi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. terhubungdengan internet seperti Smartphone dan I-phone serta berbagai macam

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta.

Total 202 orang 100 %

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul


BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. subjek, yaitu jenis kelamin dan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Asumsi. Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi,

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase. Laki-Laki % Perempuan % Total %

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. melakukan persiapan yang nantinya akan digunkan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto penelitian kuantitatif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. variabel yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. Variabel dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Dimana gejala ini adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. di jalan A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing dan siswa kelas XI di SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. numerical (angka) yang diolah dengan metode statistik. Pada dasarnya,

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. JBT II. Organisasi UIP JBT II dibentuk dengan Surat Peraturan Direksi PT

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN. HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

BAB 3 Metode Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa di sekolah tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung, yang terletak di Jalan Pasir Kaliki Nomor 51. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. berada di Jl. Asri Lestari Raya, Jakasetia, Bekasi Selatan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. pelaksanaan penelitian, adapun tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa SMA. Penelitian ini melibatkan penelitian sebanyak 53 siswa yang sedang duduk di bangku kelas X (sepuluh). Keseluruhan subjek merupakan siswa siswi yang sedang duduk di bangku kelas X (sepuluh) Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Sleman. Sekolah yang sekarang dikenal dengan nama SMAN 1 Sleman ini mempunyai sejarah yang cukup panjang karena berdiri sejak 1963. Dalam perkembangannya, beberapa kali mengalami perubahan nomenklatur dan terakhir dipimpin oleh Dra Hermintarsih sejak 2012 (PLt) & Januari 2013 (definitif) hingga sekarang. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru Bimbingan Konseling (BK) yang berada di SMAN 1 sleman, peneliti menemukan ada beberapa indikator bullying yang terjadi pada sekolah ini. Menurut salah seorang guru BK, beberapa kali terjadi kasus bullying di sekolah ini. Ada beberapa kecenderungan perilaku bullying terjadi di Kelas X seperti ; seorang siswa senang membuat temannya yang lain kebingungan dengan menyembunyikan suatu barang milik temannya tersebut, selain itu ada satu kelas yang memberikan ejekan terhadap satu orang didalam kelas tersebut.

32 Menurut peneliti para siswa SMA yang memiliki visi Unggul dalam prestasi, berbudi pekerti luhur, dan menguasai teknologi maju ini sudah memiliki kecerdasan emosi yang cukup baik, hal ini terbukti dengan temuan temuan peneliti pada saat melakukan penelitian di SMA tersebut. Pada saat peneliti berada didalam kelas untuk melakukan penelitian para siswa mampu mengkondisikan diri mereka dengan baik dengan memperhatikan peneliti dengan baik dan juga mau berinteraksi dengan peneliti, selain itu setelah selesai pengambilan data para siswa juga tidak canggung untuk bertanya dan bercanda dengan peneliti. Hal tersebut menunjukan para siswa mampu membina hubungan dengan orang lain secara baik yang dimana membina hubungan adalah salah satu aspek dari kecerdasan emosi. 2. Persiapan Penelitian a. Persiapan Administrasi Dalam persiapan administrasi, Peneliti menyiapkan surat permohonan izin penelitian untuk skripsi yang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia dengan nomor 727/Dek/70/Div.Um&RT/V/2015. Selanjutnya peneliti mendapatkan surat izin untuk melakukan penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan nomor 070 / Bappeda / 3163 / 2015 sebagai syarat melakukan penelitian di SMAN 1 Sleman. Surat izin ini digunakan untuk mendapatkan kesediaan pihak yang akan menjadi responden untuk mengizinkan peneliti melakukan penelitian dan pengambilan data.

33 b. Persiapan Alat Ukur Alat ukur disusun dengan membuat blue print terlebih dahulu. Blue print dibuat berdasarkan aspek-aspek dari definisi operasional. Peneliti menggunakan skala perilaku bullying dan skala kecerdasa emosi yang disusun sendiri. Skala perilaku bullying terdiri dari 18 aitem dengan 9 aitem favourable dan 9 aitem unfavourable. Sedangkan pada skala kecerdasan emosi, terdiri dari 20 aitem dengan 10 aitem favourable dan 10 aitem unfavourable. c. Uji Coba Alat Ukur Sebelum melakukan pengambilan data penelitian, peneliti melakukan tahap uji coba atau try out terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengurangi hambatan hambatan yang mungkin muncul saat pelaksanaan penelitian dan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas pada alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan terhadap 30 subjek yang merupakan siswa SMA N 1 Pakem. Try out dilaksanakan pada hari Kamis, 10 September 2015 yang dilakukan pada jam mata pelajaran BK pada hari itu yaitu pada pukul 10.30 11.30 WIB.

34 d. Hasil Uji Coba Alat Ukur Berdasarkan data yang diperoleh dari uji coba, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan aplikasi statistik. Uji validitas digunakan untuk menyeleksi aitem untuk skala perilaku bullying dan kecerdasan emosi. Batas yang digunakan untuk menguji validitas adalah 0,30. Artinya, aitem yang memiliki nilai sama atau lebih besar dari 0,30 valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Validitas diukur dengan membandingkan nilai korelasi aitem dengan nilai keseluruhan aitem. Sementara itu, uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kepercayaan skala yang telah disusun. Skala dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien Cronbach alpha lebih besar dari 0,5. Dari uji coba yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Skala Perilaku Bullying Hasil uji coba skala perilaku bullying menghasilkan 14 aitem sahih dan 4 aitem gugur, yaitu aitem dengan nomor 1, 2, 14, 15 (r < 0,30). Berdasarkan hasil uji reliabilitas, didapatkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,817. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skala perilaku bullying yang disusun peneliti reliabel untuk dijadikan alat ukur.

35 Tabel 4.1 Distribusi Aitem Skala Perilaku Bullying Setelah Try out NO Aspek Nomor Butir Jumlah Favourable Unfavourable 1. Physical 8 (6), 18 (14) 6 (4), 10 (8), 11 (9) 2. Verbal 4 (2), 7 (5), 16 (12), 3. Indirect 3 (1), 12 (10), 5 (3), 9 (7), 6 13 (11) 17 (13) Jumlah 8 6 14 Catatan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba. 2) Skala Kecerdasan Emosi Hasil uji coba skala kecerdasan emosi menghasilkan 14 aitem sahih dan 6 aitem gugur, yaitu aitem dengan nomor 2, 7, 11, 12, 14, 17 (r < 0,30). Berdasarkan hasil uji reliabilitas, didapatkan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,776. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skala kecerdasan emosi yang disusun peneliti reliabel untuk dijadikan alat ukur. Tabel 4.2 Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi Setelah Try out No Aspek Nomor Butir Total Favourable Unfavourable 1 Kesadaran diri 8 (6), 13 (9) 6 (5), 18 (12) 4 2 Pengaturan diri 4 (3), 5 (4) 2 3 Memotivasi diri 9 (7), 19 (13) 3 (2), 16 (11) 4 4 Empati 20 (14) 15 (10) 2 5 Membina hubungan 1 10 (8), 2 Jumlah 8 6 14 Catatan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uji coba. 5 3

36 B. Laporan Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian (pengambilan data) di SMAN 1 Sleman dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Oktober 2015 pukul 09.00 11.00 WIB. Pengambilan data dilaksanakan dalam dua hari dikarenakan peneliti mengambil sampel 2 kelas di hari yang berbeda. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan angket kepada subjek sebanyak 53. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan 53 eksemplar angket. Keseluruhan angket terisi dengan lengkap sehingga semua dapat digunakan untuk di analisis. Sebelum subjek diminta untuk mengisi angket, peneliti terlebih dahulu memeberi penjeasan tentang tujuan pengisian data dan tata cara mengisinya. 1. Deskripsi Subjek Penelitian C. Hasil Penelitian Keseluruhan subjek dalam penelitian ini berjumlah 53 subjek. Subjek tersebut terdiri dari 25 subjek dari kelas X IPS 2 dan 28 subjek dari kelas X IPA 1 Subjek berada dalam rentang usia 14 sampai 16 tahun dengan 19 subjek laki-laki, 34 subjek perempuan. Berikut gambaran umum dari subjek penelitian: Tabel 4.3 Jumlah Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 19 36% Perempuan 34 64% Total 53 100%

37 Tabel 4.4 Jumlah Subjek Berdasarkan Kelas Kelas Jumlah Persentase X IPS 2 25 47% X IPA 1 28 53% Total 53 100% 2. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat perilaku bullying dan kecerdasan emosi pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sleman. Deskripsi data penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Hipotetik Empirik X min X max Mean SD X min X max Mean SD Perilaku Bullying 14 56 35 7 15 34 24,5 3,87 Kecerdasan Emosi 14 56 35 7 33 48 39,9 3,69 Data di atas kemudian digunakan untuk membuat kategorisasi masing-masing variabel penelitian. Kategorisasi dibuat untuk mengetahui perilaku bullying dan kecerdasan emosi tiap individu. Pada penelitian ini, Peneliti membagi kategorisasi menjadi lima yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah berdasarkan rumus norma berikut:

38 Tabel 4.6 Kriteria Kategorisasi Skala Kategorisasi Rumus Norma Sangat Tinggi X > μ + 1,8σ Tinggi μ + 0,6σ < X < μ + 1,8σ Sedang μ 0,6σ < X < μ + 0,6σ Rendah μ 1,8σ < X < μ 0,6σ Sangat Rendah X < μ 1,8σ Keterangan: X = Skor Total μ = Mean Hipotetik σ = Standar Deviasi Hipotetik (SD) Berdasarkan norma kategorisasi tersebut, subjek dikelompokkan ke dalam lima kategori pada masing-masing variabel. Kategorisasi subjek penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Kategorisasi Variabel Perilaku Bullying Kategorisasi Skor Jumlah Persentase Sangat Tinggi X > 47,6 0 0% Tinggi 39,2 < X < 47,6 0 0% Sedang 30,8 < X < 39,2 2 4% Rendah 22,4 < X < 30,8 35 66% Sangat Rendah X < 22,4 16 30% Total 53 100% Tabel di atas menunjukkan tidak ada subjek yang memiliki tingkat perilaku bullying pada kategori sangat tinggi maupun kategori tinggi, pada kategori sedang sebanyak 2 subjek (4%), kategori rendah sebanyak 35 subjek (66%) dan kategori sangat rendah sebanyak 16 subjek (30%). Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas, persentase tingkat kecenderungan perilaku bullying siswa SMA N 1 Sleman yang paling

39 banyak berada pada kategori rendah yaitu, 66% dengan jumlah sebanyak 35 subjek. Tabel 4.8 Kategorisasi Variabel Kecerdasan Emosi Kategorisasi Skor Jumlah Persentase Sangat Tinggi X > 47,6 1 2% Tinggi 39,2 < X < 47,6 29 55% Sedang 30,8 < X < 39,2 23 43% Rendah 22,4 < X < 30,8 0 0% Sangat Rendah X < 22,4 0 0% Total 53 100% Tabel di atas menunjukkan subjek yang memiliki tingkat kecerdasan emosi pada kategori sangat tinggi sebanya 1 subjek (2%), pada kategori tinggi sebanyak 29 subjek (55%), kategori sedang sebanyak 23 subjek (43%), dan tidak ada subjek yang memiliki tingkat kecerdasan emosi pada kategori rendah dan sangat rendah. Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan emosi pada siswa SMA N 1 Sleman paling banyak berada pada kategori tinggi dengan jumlah 29 subjek (55%). 3. Uji Asumsi Uji asumsi perlu dilakukan sebagai syarat untuk melakukan uji hipotesis. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Pengujian tersebut perlu dilakukan agar menghasilkan kesimpulan yang tepat, tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya.

40 a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan sebaran data variabel bebas maupun variabel tergantung. Sebaran dikatakan normal apabila p>0.05. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis data pada variabel perilaku bullying, diperoleh K-SZ = 0,64 dengan p = 0,80 (p>0,05). Sedangkan untuk variabel kecerdasan emosi diperoleh (K-SZ) = 0,72 dengan p = 0,67 (p>0,05). Hasil uji normalitas kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Variabel K-SZ Signifikansi (p) Keterangan Normalitas Perilaku Bullying 0,64 0,80 Normal Kecerdasan Emosi 0,72 0,67 Normal b. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel perilaku bullying dengan variabel kecerdasan emosi. Hubungan antar variabel dapat dikatakan linear apabila p<0,05. Nilai yang diperoleh dari analisis data menunjukkan nilai F = 11,616 dengan p = 0.002. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kecenderungan perilaku bullying dengan kecerdasan emosi linear atau berada dalam satu garis lurus. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

41 Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas Variabel Perilaku Bullying dengan Kecerdasan Emosi Koefisien Linearitas (F) Signifikansi (p) Keterangan Linearitas 11,616 0,002 Linear 4. Uji Hipotesis Hasil uji asumsi sebelumnya telah memenuhi syarat untuk melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui korelasi antar variabel dalam penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan negatif antara kecenderungan perilaku bullying dengan kecerdasan emosi pada siswa SMA N 1 Sleman. Hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima apabila nilai p<0,05 yang berarti menunjukkan adanya hubungan. Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Perilaku Bullying dengan Kecerdasan Emosi Pearson Correlation (r) Sig. (p) -0,414 0,002 Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson. Berdasarkan hasil analisis data didapat nilai r = - 0,414 dengan p = 0,002 (p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara variabel perilaku bullying dengan variabel kecerdasan emosi.

42 Nilai koefisien korelasi yang negatif menunjukkan hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying, artinya, semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi maka semakin tinggi tingkat kecenderungan perilaku bullying pada siswa, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Tabel 4.12 Sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap perilaku bullying r r 2 Perilaku Bullying dengan Kecerdasan Emosi -0,414 0,171 Sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap kecenderungan perilaku bullying adalah sebesar 0,171 artinya, kecerdasan emosi memiliki pengaruh sebesar 17,1% terhadap turunnya tingkat kecenderungan perilaku bullying. Sedangkan sisanya dipengaruhi beberapa variabel lain di luar variabel tersebut. 5. Analisis Tambahan Setelah melakukan uji hipotesis dan mendapatkan hasil yaitu hipotesis diterima, selanjutnya peneliti melakukan beberapa analisis tambahan yakni manguji variabel bullying manakah yang paling tinggi, uji beda tingkat kecenderungan perilaku bullying berdasarkan jenis kelamin dan uji beda tingkat kecenderungan perilaku bullying berdasarkan kelas.

43 Berikut adalah tabel aspek perilaku bullying: Tabel 4.13 Kecenderungan Aspek Perilaku Bullying Tertinggi Aspek Perilaku Bullying Mean SD F Sig Physic 9,26 1,689 Verbal 5,53 1,186 2,605 0,119 Indirect 9,71 1,905 Hasil perihitungan diatas menunjukan bahwa aspek yang memiliki nilai paling tinggi dalam variabel perilaku bullying adalah aspek indirect dengan nilai mean = 9,71. Dengan demikian aspek perilaku bullying yang memiliki kecenderungan paling tinggi adalah aspek indirect. Selanjutnya peneliti melakukan analisis uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan kecenderungan perilaku bullying subjek berdasarkan jenis kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Berikut adalah hasil uji beda berdasarkan jenis kelamin : Tabel 4.14 Uji Beda Kecenderungan Perilaku Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Mean F Sig. Laki-laki 26,4 0,335 0,008 Perempuan 23,5 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai p sebesar 0,008 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kecenderungan melakukan perilaku bullying antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Dimana laki-laki memiliki kecenderungan melakukan bullying lebih banyak dengan nilai mean = 26,4.

44 Selanjutnya peneliti melakukan analisis uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan kecenderungan perilaku bullying subjek berdasarkan kelas siswa yakni X IPS dan X IPA. Berikut adalah hasil uji beda berdasarkan kelas : Tabel 4.15 Uji Beda Kecenderungan Perilaku Bullying Berdasarkan Kelas Kelas Mean F Sig. X IPS 24,5 0,879 0,985 X IPA 24,5 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai p sebesar 0,985 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecenderungan perilaku bullying berdasarkan kelas di sekolah. D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi terhadap kecenderungan perilaku bullying pada siswa SMA N 1 Sleman. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara Kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying. Hal ini ditunjukkan dengan besar nya nila r = -0,414 dengan p= 0,002 (p<0,05). Hubungan yang negatif ini menunjukkan semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi maka akan semakin rendah tingkat kecenderungan perilaku bullying siswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kecerdasan emosi, maka akan semakin

45 tinggi tingkat kecenderungan perilaku bullying siswa. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang diajukan Peneliti dapat diterima. Hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dan kecenderungan perilaku bullying menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dapat menjadi salah satu faktor untuk menahan atau mengurangi tingkat kecenderungan perilaku bullying pada siswa. Siswa dengan kecerdasan emosi yang baik dapat mempu mengatur dirinya sendiri agar dapat melakukan apa yang baik bagi diri sendiri serta bagi orang lain. Selain itu siswa dengan kecerdasan emosi yang baik dan dapat memotivasi sendiri diharapkan mampu untuk memberikan masukan-masukan positif kepada diri sendiri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik termasuk bullying. Goleman (2009) menambahkan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri. Jika dikaitkan dengan teori tersebut maka dapat terlihat bahwa kecenderungan perilaku bullying akan berkurang dengan adanya kecerdasan emosi dalam diri individu karena individu dapat mengatur kehidupan emosinya dan menyelaraskan emosi dalam diri. Salovey (Jensen dkk, 2007) percaya bahwa pengaturan dan juga kecerdasan emosi mungkin yang paling penting bagi interaksi sosial karena langsung mempengaruhi ekspresi emosinal dan perilaku, dalam konteks ini adalah bagai mana kecerdasan emosi dapat mempengaruhi turunnya tingkat kecenderungan siswa melakukan perilaku bullying.

46 Subjek dalam penelitian ini berjumlah 53 subjek yang terdiri dari 25 siswa kelas X IPS 2 dan 28 siswa dari kelas X IPA 1 di SMA N 1 Sleman. Subjek berada dalam rentang usia 14 sampai 16 tahun dengan 19 subjek laki-laki, 34 subjek perempuan. Adapun deskripsi tingkat kecenderungan perilaku bullying siswa menunjukkan tidak ada subjek yang memiliki tingkat perilaku bullying pada kategori sangat tinggi maupun kategori tinggi, pada kategori sedang sebanyak 2 subjek (4%), kategori rendah sebanyak 35 subjek (66%) dan kategori sangat rendah sebanyak 16 subjek (30%). Dapat dikatakan bahwa tingkat kecenderungan perilaku bullying pasa siswa SMA N 1 Sleman tergolong rendah. Hal tersebut merupakan suatu kondisi yang baik, karena Sanders, Cheryl, Garym dan Phye (2003) dalam bukunya menjelaskan bahwa jika tingkat bullying di suatu sekolah tinggi maka siswa tidak akan merasa aman di sekolah dan iklim pendidikan akan memburuk. Sementara itu, untuk deskripsi kecerdasan emosi pada Siswa SMA N 1 Sleman menunjukkan subjek yang memiliki tingkat kecerdasan emosi pada kategori sangat tinggi sebanya 1 subjek (2%), pada kategori tinggi sebanyak 29 subjek (55%), kategori sedang sebanyak 23 subjek (43%), dan tidak ada subjek yang memiliki tingkat kecerdasan emosi pada kategori rendah dan sangat rendah. Tingkat kecerdasan emosi siswa SMA N 1 Sleman cendering tinggi yang dapat dilihat dari perolehan presentase yaitu 60,39%. Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mengendalikan diri dan dapat menangani kesulitan dengan cara yang adaptif

47 (Habel dan Prihastuti, 2013). Dengan tingkat kecerdasan emosi yang tinggi diharapkan siswa dapat mengontrol diri mereka untuk tidak berbuat perbuatan yang mengarah kearah perilaku bullying. Hal ini sejalan dengan pendapat Goleman (2003) yang mengatakan bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan memiliki kemampuan untuk menyadari keseluruhan proses yang terjadi pada dirinya. Melalui analisis tambahan diketahui kecenderungan perilaku bullying yang paling tinggi yang terjadi di SMA N 1 Sleman adalah aspek indirect dengan nilai mean = 9,26. Dengan demikian aspek perilaku bullying yang memiliki kecenderungan paling tinggi adalah aspek indirect. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa perilaku bullying di SMA N 1 Sleman lebih sering dlakukan oleh laki-laki daripada perempuan, dengan taraf signifikansi 0,008 (p<0,05), dengan rata-rata nilai mean pada laki-laki sebesar 26,4 dan nilai mean perempuan 23,5. Sesuai dengan apa yang diungkapkan Olweus (1993) bahwa 80% pelaku bullying adalah laki-laki. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedjatmiko, Nurhamzah, Maureen, Wiguna (2013) yang menyebutkan bahwa anak laki- laki memiliki kecenderungan yang lebih tinggi sebagai pelaku perbuatan bullying terhadap sesama laki-laki ataupun terhadap perempuan dari pada kecenderungan perempuan sebagai pelaku perbuatan bullying. Disisi lain, dari hasil penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kecenderungan melakukan perilaku bullying berdasarkan kelas di SMAN 1 Sleman dengan nilai p sebesar 0,985 (p>0,05). Hal tersebut

48 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecenderungan perilaku bullying berdasarkan kelas di sekolah Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku bullying siswa SMA N 1 Sleman dalam kategori rendah, walaupun terdapat beberapa subjek yang memiliki tingkat perilaku bullying yang sedang. Selain itu pada variabel kecerdasan emosi pada subjek di SMA N 1 Sleman berada dalam kategori yang tinggi dan dapat dikatakan baik. Diterima hipotesis penelitian ini menunjukan bahwa kecerdasan emosi memberikan sumbangan sebesar 17,1% terhadap kurangnya kecenderungan perilaku bullying pada siswa. Hal ini membuktikan bahwa kecerdasan emosi menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku bullying pada siswa. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku bullying sebesar 84.3% dapat berupa faktor dari dalam maupun luar individu seperti, Faktor lingkungan, kearakteristik kepribadian seseorang, budaya, dan pengalaman yang terjadi dimasa lalu. Terlepas dari hasil penelitian yang didapat, peneliti merasa masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan tersebut diantaranya kurangnya penjelasan dan ketika sedang melakukan pengambilan data serta adanya beberapa subjek yang kurang mengerti beberapa kata yang ada didalam kuesioner. Walaupun pada kuesioner terdapat petunjuk pengerjaan, akan lebih baik apabila ditambah dengan penjelasan dari Peneliti agar subjek penelitian yang tidak membaca juga akan tetap mengerti petunjuk pengisian kuesioner. Selain itu, Peneliti dapat memberikan contoh petunjuk

49 pengisian pada kuesioner maupun penjelasan. Selain itu kelemahan penelitian adalah kurangnya pendekatan dengan subjek penelitian, dan metode penelitian yang hanya menggunakan satu teknik penelitian