BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2007

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHAS AN. terkait pada periode 1 Desember 31 Januari Tahun dan pola-pola grafik

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan diuraikan penerapan indikator Bollinger Bands, RSI dan

BAB IV PEMBAHAS AN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai penerapan indikator Bollinger Bands dan RSI

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Saldo Awal Minimal (Minimum Opening Balance) untuk melakukan perdagangan valas dibutuhkan langkah langkah awal

support (batas bawah), hal ini penting dilakukan sebagai informasi mengenai pergerakan

MARKET TIMING ANALYSIS PADA SAHAM PT TAMBANG BATU BARA BUKIT ASAM, TBK PERIODE 2007

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

dapat digambarkan secara jelas.

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Pergerakan indikator ekonomi makro memiliki andil terhadap perusahaan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Teknikal Pergerakan Harga Saham BHIT

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

RISK AND RETURN PT. BARITO PACIFIC, Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun. pendapatan dan capital gain seperti yang diharapkan.

2010 Equity Outlook. Exit point: IHSG Keluar sebelum kiamat ke 1900 tiba. By Papah Lauren November 2009

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB V PEMBAHASAN. Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

GLOBAL OUTLOOK 4 SEPTEMBER 2017

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan menggunakan grafik Candlestick dan pola Elliott Wave yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mendapatkan keuntungan di masa yang akan mendatang. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

GLOBAL OUTLOOK 4 SEPTEMBER 2017

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab IV PEMBAHASAN. membuat rencana perdagangan (trading plan), tujuannya sebagai dasar acuan penulis

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

TEKNIK ANALISA FOREX - 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GLOBAL OUTLOOK 1 NOVEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di era globalisasi ini memiliki pengaruh yang

GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

MARKET OUTLOOK SEPTEMBER 2015: MENANTI LANGKAH THE FED

Bab V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

SURVEY PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk menempatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan yang diperlukan, data ini diperlukan untuk penganalisisan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

GLOBAL OUTLOOK 1 NOVEMBER 2017

1) Petakan Trend dan Ikuti

MARKET UPDATE & OUTLOOK

Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia

I. PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Weston dan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017

MARKET UPDATE & OUTLOOK

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GLOBAL OUTLOOK 1 NOVEMBER 2017

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam jangka pendek biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

R i Danareksa Research Institute

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Bagi pihak emiten, pasar modal merupakan salah satu sarana

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

MARKET UPDATE & OUTLOOK

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan resiko yang harus ditanggung setiap investor terutama investor jangka

GLOBAL OUTLOOK 4 DECEMBER 2017

MARKET UPDATE & OUTLOOK

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2007 Selama periode 2007 Harga saham PTBA mengalami kenaikan. Awalnya pada tanggal 2 Januari, yang juga merupakan tanggal pertama perdagangan dalam periode ini harga saham PTBA adalah Rp 3.525. Selama kurun waktu 12 bulan atau lebih tepatnya 246 hari perdagangan harga saham PTBA meningkat menjadi Rp 12.000. Titik harga pada tanggal 2 Januari dan 12 Desember bukan merupakan titik harga tertinggi dan terendah dari saham PTBA. Harga tertinggi yang pernah dicapai oleh PTBA adalah Rp. 12.500 pada tanggal 4 Desember 2007, sementara harga terendahnya adalah Rp 2.775 di tanggal 12 Januari 2007. Dalam waktu 1 tahun semua trend pernah dialami oleh PTBA. Mulai dari sideway trend, downtrend, dan uptrend. Secara keseluruhan dalam periode 1 tahun harga saham PTBA lebih sering mengalami uptrend dibandingkan dengan downtrend atau sidewaytrend. Dalam skripsi ini periode 2007 dibagi menjadi 6 periode yang masingmasing terdiri dari kurang lebih dua bulan. Pembagian setiap dua bulan dikarenakan dalam dua bulan biasanya sudah mewakili beberapa trend. IV.1.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2 Jan- 26 Feb 2007 Harga saham PTBA pada bulan Januari tanggal 2 adalah Rp 3.525. Setelah harga pada awal tahun itu, harga saham PTBA sempat naik sebesar 75 poin menjadi Rp 3.650 dan merupakan harga tertinggi dari saham PTBA dalam periode ini, kenaikan ini didukung dengan adanya minat dari 41

investor yang sangat tinggi akan saham pertambangan, hal ini dilakukan investor karena ekspektasi investor akan tingginya harga komoditas. Selama seminggu lebih setelah harga tertinggi tercapai, harga saham PTBA terus mengalami penurunan harga saham atau yang sering disebut downtrend. Dalam down trend ini, saham PTBA sempat menyentuh harga Rp. 2775 dan harga tersebut merupakan harga terendah dari saham PTBA. Downtrend yang cukup panjang ini ternyata dipicu oleh beberapa hal, diantaranya adalah runtuhnya bursa wallstreet, yang mempengaruhi bursabursa lainnya, turunnya harga minyak dunia dan aksi invesor yang megambil langkah profit taking. Down trend ini baru mengalami kenaikan kembali setelah tanggal 12 Januari 2007. Kenaikannya cukup pesat yaitu sebesar 300 poin dan merupakan kenaikan terbesar untuk periode 2 Januari 26 Febuari. Kenaikan yang cukup besar ini disebabkan karena investor merasa bahwa turunnya harga saham dalam beberapa pekan lalu telah membawa harga saham ke dalam titik jenuh jual. Gambar IV.1 Harga saham PTBA periode 2 Jan- 26 Feb 2007 42

Setelah titik reversal yang meningkatkan harga saham PTBA sebanyak 300 poin, harga saham PTBA cenderung dalam sideway trend, hanya naik dan turun pada kisaran 25 50 poin. Sideway trend berlangsung dari tanggal 16 Januari 07 Febuari 2007. Mulai tanggal 8 Febuari harga saham PTBA kembali mengalami downtrend, tetapi downtrend kali ini tidak sebesar downtrend pertama. Penurunan harga saham PTBA secara terus menerus selama 3 hari hanya sebesar 50 poin per harinya. Setelah 3 hari mengalami penurunan secara beruntun, baru pada tanggal 13 Febuari saham PTBA sempat sedikit naik sebesar 50 poin, namun sehari setelah kenaikan itu harga saham PTBA kembali turun sebesar 75 Poin. Downtrend kali ini disebabkan karena pasar saham terkena dampak atas banjir yang melanda ibu kota, selain itu pada saat tersebut investor juga sedang mewaspadai tingginya inflasi yang terjadi. Ternyata dampak banjir cukup lama memberikan sentiment negatif terhadap bursa saham, karena baru pada tanggal 15 Febuari investor kembali mempunyai semangat untuk bermain di pasar saham. Sesudah downtrend kedua yang dialami dalam periode ini, harga saham PTBA mengalami kenaikan secara beruntun. Kenaikan harga saham PTBA berlangsung sampai dengan pada tanggal 26 Febuari 2007. Kenaikan yang terjadi juga cukup besar, yang terjadi di kisaran 50-125 poin. Kenaikan harga saham PTBA secara beruntun bukan hanya karena pasar saham kembali bergairah usai banjir, namun juga karena pemerintah mengumumkan BUMN champion dan salah satunya adalah holding pertambangan. Selain itu 43

juga saham pertambangan memang sedang diidolakan karena harga minyak dunia yang meningkat cukup tajam. Dari Periode 02 Januari 26 Febuari 2007 rata-rata harga saham PTBA adalah Rp 3.168, dan Standar deviasinya adalah 181,54 poin. Hal ini berarti penurunan harga dibawah Rp 3.168 yang hanya sebesar 181,54 poin, dan kenaikan harga diatas Rp 3.168 sebesar 181,54 poin masih dalam pergerakan yang stagnan. IV.1.2 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 26 Feb 26 Apr 2007 Periode 26 Febuari sampai dengan 26 April 2007 dimulai dengan downtrend yang cukup tajam. Harga saham terus menerus menurun sebesar 25 poin, 100 poin, 25 poin, 25 poin, dan terakhir penurunan terbesar sebelum harga saham berbalik naik yaitu sebesar 200 poin. Penurunan 200 poin ini juga membuat harga saham pada tanggal 5 Maret 2007 menjadi harga terendah dalam periode 26 Febuari 26 April 2007 yaitu pada tingkat Rp 3.050. Downtrend yang terjadi pada saham PTBA didukung dengan adanya sentimen negatif yang terjadi di lantai bursa, karena investor khawatir dengan kemungkinan inflasi yang tinggi, selain inflasi downtrend ini juga didorong dengan sikap pemerintah yang tidak mendukung sepenuhnya terhadap industri pertambangan ditambah lagi dengan adanya aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor. 44

Gambar IV.2 Grafik harga saham PTBA periode 26 Feb 26 Apr 2007 Sesudah harga jatuh menjadi Rp 3.050, harga saham PTBA mengalami reversal dan trendnya menjadi uptrend. Walaupun tidak setiap harinya mengalami kenaikan, namun turunnya harga saham hanya terjadi selama satu sampai dua hari setalah itu harga kembali naik. Penurunan yang terjadi juga tidak besar hanya sekitar 25 sampai dengan 75 poin. Uptrend ini berlangsung sampai dengan tanggal 16 April 2007. Pada tanggal 17 April 2007 harga saham PTBA kembali dilanda downtrend. Dalam downtrend ini harga saham PTBA turun terus menerus selama 3 hari berturut-turut. Total dari penurunan ini sebesar 125 poin, 25 poin di hari pertama dan ke-3 juga 75 poin di hari ke-2. Downtrend yang dialami oleh PTBA ternyata hanya terjadi selama 3 hari. Pada hari berikutnya harga saham PTBA kembali naik. Selama 4 hari berturut-turut harga saham PTBA terus mengalami kenaikan, sehingga mencapai harga tertinggi pada periode ini yaitu Rp 4.025. 45

Secara keseluruhan, pada periode Febuari sampai dengan April harga saham PTBA mengalami uptrend, banyak berita yang mendorong harga saham PTBA naik dengan begitu pesatnya. Berita-berita tersebut adalah meningkatnya permintaan batu bara, naiknya harga komoditas tambang, stabilnya suku bunga The Fed, tingkat inflasi yang rendah pada bulan Maret (0,24 %), turunnya BI rate pembukaan tambang baru perusahaan Bukit Asam, mengingkatnya cadangan batubara yang dimiliki PTBA di Sumatera Selatan sebanyak 5 kali lipat, dan adanya kontrak kerja sama antara PTBA dengan PGN. Walaupun didominasi oleh uptrend, namun ada kalanya harga saham PTBA mengalami penurunan, hal ini biasanya disebabkan karena adanya profit taking yang dilakukan oleh investor serta sentimen negarif dari bursa regional. Rata rata harga saham PTBA Periode 26 Febuari 26 April 2007 adalah Rp 3.444 dan standar deviasi sebesar 222, 26 poin. Hal ini berarti pergerakan harga saham sebesar 222, 26 poin masih dianggap sebagai pergerakan yang stagnan. IV.1.3 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 26 Apr 28 Jun 2007 Harga saham PTBA untuk Periode ini cukup fluktuatif. Trend yang terjadi juga berubah-ubah. Pada tanggal 26 30 April 2007 terjadi sideway trend. Pergerakan harga hanya naik dan turun 50 75 poin. Pada sideway trend ini, ketika harga saham turun sebesar 75 poin membuat PTBA mencapai titik harga terendahnya untuk periode ini yaitu pada harga Rp 3.900. 46

Gambar IV.3 Grafik harga saham PTBA periode 26 Apr 28 Jun 2007 Memasuki tanggal 30 April 2007 harga saham PTBA mengalami uptrend. Trend ini berlangsung sampai dengan tanggal 3 Mei 2007. Jumlah kenaikan harga pada uptrend ini sebanyak 500 poin. Setelah uptrend harga saham PTBA kembali mengalami sideway trend. Harga berfluktuasi pada tingkat kenaikan dan penurunan antara 25 200 poin. Sideway trend ini terjadi di antara tanggal 3 14 Mei 2007. Fluktuasi harga saham PTBA terlihat sangat jelas setelah sideway trend yang diakhiri tanggal 14 Mei terjadi. Uptrend dan downtrend terjadi secara bergantian, namun uptrend yang terjadi lebih mendominasi dibandingkan dengan downtrend. Mulai tanggal 15 Mei 22 Mei 2007 harga saham terus menerus meningkat. Di awali di titik Rp 4.350 Sampai pada titik Rp 4900 di tanggal 22 Mei. Setelah kenaikan berturut-turut harga mengalami penurunan selama 2 hari sebesar 150 dan 175 poin. Harga saham ini hanya mengalami penurunan selama 2 hari saja. Pada tanggal 25 Mei sampai tanggal 11 Juni harga saham PTBA naik 47

dengan pesatnya. Walaupun pada tanggal 25 Mei 11 Juni harga saham tidak meningkat secara berturut-turut, namun penurunan yang terjadi tidak terlalu besar dibandingkan dengan tingkat kenaikannya. Penurunan hanya terjadi pada tanggal 4 Juni sebesar 50 dan 6 Juni sebesar 150. Total kenaikan harga saham PTBA dari uptrend ini adalah sebesar 2.475 poin. Ini merupakan kenaikan terbesar dari trend periode 25 Mei 11 Juni yang sangat berfluktuatif. Kenaikan besar yang terjadi sampai dengan 11 Juni diikuti dengan penurunan yang drastis juga. Pada tanggal 12 dan 13 Juni 2007 harga saham PTBA mengalami reversal dan turun drastis sebesar 300 dan 400 poin. Penurunan sebesar 400 poin merupakan penurunan terbesar dalam periode ini. Setelah turun secara drastis, harga saham PTBA kembali mengalami reversal dan naik kembali. Kenaikan kali ini benar benar uptrend seutuhnya, karena tidak ada 1 haripun mengalami penurunan. Selama satu minggu penuh dimulai tanggal 14 Juni harga saham terus meningkat. Mulai dari harga Rp 6.350 sampai mencapai harga Rp 7.250. Titik Rp 7.250 juga merupakan harga tertinggi yang dicapai dalam periode ini. Mulai tanggal 20 Juni harga saham PTBA kembali mengalami reversal dan menciptakan downtrend. Penurunan harga saham ini berlangsung sampai dengan penutupan periode ini yaitu pada tanggal 28 Juni, kecuali pada tanggal 25 Juni harga saham PTBA sempat naik sebesar 100 poin. 48

Pada 2 bulan di periode ini, harga saham PTBA masih didominasi oleh uptrend, tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, kenaikan harga saham ini turut diakibatkan karena BI rate mengalami penurunan kembali menjadi 8,5 %, perkiraan investor bahwa inflasi masih dalam taraf rendah, naiknya harga minyak dunia. Berita yang lebih spesifik dalam memicu naiknya saham PTBA adalah naiknya laba PTBA sebesar 184,6%, pembagian dividen kepada investor sebesar 50%, serta pendirian anak perusahaan PTBA yang dilakukan dengan tujuan mendongkrak tingkat produktivitas dan laba PTBA. Dalam periode 26 April 28 Juni 2007 rata-rata harga saham PTBA sebesar Rp 5372, standar deviasi sebesar 1129. Hal ini berarti harga saham yang dianggap tidak stagnan, apabila pergerakan saham melewati batas 1129 poin dari rata-ratanya. IV.1.4 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 28 Jun 27 Agustus 2007 Berbeda dengan periode sebelumnya dimana harga saham yang fluktuatif dan didominasi dengan uptrend. Pada periode 28 Juni 27 Agustus 2007 harga saham didominasi oleh sideway trend dan down trend. 49

Gambar IV.4 Grafik harga saham PTBA periode 28 Jun 27 Agustus 2007 Diawali dengan kenaikan harga sebesar 200 poin selama 2 hari, kemudian diikuti dengan penurunan sebesar 100 dan 150 poin selama 2 hari berikutnya. Kenaikan dan penurunan dengan jumlah yang cukup sama disebut dengan sideway tren. Mulai dari tanggal 28 Juni sebagai pembuka periode ini sampai dengan tanggal 31 Juli, pergerakan harga saham PTBA masih dalam sideway trend. Kenaikan berada pada kisaran 50-300, dan penurunannya pada kisaran 50-200 poin. Kecenderungan harga yang stagnan dan menurun membuat harga tertinggi dalam periode ini tidak dicapai dalam uptrend. Pada saat sideway trend, tepatnya tanggal 6 Juli 2007 harga tertinggi terjadi, yaitu pada harga Rp 6.850. Mulai tanggal 31 Juli harga saham PTBA menunjukan trend yang cukup fluktuatif dan didominasi dengan downtrend. Tanggal 1 7 Agustus 50

2007 harga saham terus menerus menurun, dan total penurunannya adalah 1.050 poin. Sebelum terjadi penurunan berikutnya, harga saham sempat naik cukup banyak pada tanggal 8 Agustus 2007 sebesar 350 poin. Sehari setelah kenaikan, harga saham kembali turun. Downtrend kali ini yang dimulai pada tanggal 9 Agustus diawali dengan penurunan yang tidak terlalu drastis selama 4 hari, bahkan di hari ke tiga harga saham sempat megalami kenaikan sebesar 50 poin. Penurunan hanya berada pada kisaran 50 150 poin. Penurunan yang cukup drastis terjadi pada hari ke 5 dan 6 dalam downtrend ini. Hanya dalam 2 hari harga saham PTBA melorot sebesar 1050 poin, sebesar 550 poin pada tanggal 15 Agustus dan 500 poin di tanggal 16 Agustus. Drastisnya penurunan harga ini membawa harga saham PTBA menjadi harga terendah di periode ini yaitu Rp 4.700. Menuju penutupan periode ini pada tanggal 16 Agustus harga saham PTBA mengalami kenaikan. Setelah harga mengalami penurunan yang cukup besar sampai pada titik Rp 4.700, harga saham PTBA sempat mengalami kenaikan sebesar 450 poin walaupun setelah kenaikan tersebut harga saham kembali turun sebesar 350 poin. Kenaikan dan penurunan dalam 2 hari diikuti dengan uptrend yang dimulai dari tangga sampai dengan periode ini berakhir di tanggal 27 Agustus 2007. Pergerakan saham untuk periode ini tidak hanya dipengaruhi oleh sentimen negatif secara seragam ataupun positif. Pada akhir bulan Juli, PTBA menerbitkan laporan keuangannya dengan tingkat laba yang 51

melonjak sebesar 95%, dengan adanya berita ini seharusnya harga saham PTBA mengalami kenaikan, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Ternyata hal ini disebabkan dengan adanya sentimen negatif global yang menyelimuti bursa saham di seluruh dunia. Dengan adanya masalah subprime mortgage seluruh bursa saham di dunia turut diselimuti dengan sentimen yang sangat negatif, para pelaku bursa saham terkena sindrom panic selling. Setelah masalah subprime mortgage sedikit berlalu, baru investor bisa tenang dan melihat bahwa saham PTBA sebenarnya mempunyai prospek yang bagus dilihat dari naiknya laba yang dibukukan oleh PTBA, sehingga menjelang akhir penutupan periode ini harga saham PTBA kembali mengalami uprend. Tidak seperti periode sebelumnya dimana standar deviasi yang terjadi cukup tinggi, pada periode ini standar deviasi hanya sebesar 609. 84 poin. Standar deviasi yang hanya sebesar 609 poin berarti bahwa tingkat kenaikan dan penurunan harga sebesar 609 poin dari harga rata-rata masih dianggap stagnan. Harga rata-rata untuk periode ini adalah Rp 6.199. Ratarata ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini disebabkan karena uptrend pada periode sebelumnya lebih besar dibandingkan dengan downtrend yang terjadi pada periode ini. IV.1.5 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 27 Agustus- 2 Nov 2007 Periode 27 Agustus 2 November 2007 sideway trend kembali membuka awal periode. sideway trend untuk periode ini agak berbeda dari periode periode sebelumnya. Jika pada periode sebelumnya sideway trend yang terjadi cenderung datar, untuk periode kali ini sideway trend 52

cenderung menuju uptrend. Kecenderungan sideway trend menuju uptrend terjadi karena tingkat kenaikan harga saham lebih besar dari pada tingkat penurunannya. Tingkat kenaikan harga saham berkisar antara 50-250, sementara tingkat penurunan harga berkisar antara 50-150. sideway trend yang cenderung menjadi uptrend ini diawali pada tanggal 27 Agustus dan berlangsung sampai tanggal 28 September. Karena harga saham yang terus menaik sampai dengan periode ini berakhir, maka titik harga terendah terjadi pada saat sideway trend, tepatnya pada tanggal 30 Agustus pada tingkat harga Rp 5.600. Gambar IV.5 Grafik harga saham PTBA periode 27 Agustus- 2 Nov 2007 Setelah sideway trend, terjadilah uptrend dengan jangka waktu yang cukup lama. Terjadi pada tanggal 1 Oktober sampai dengan 18 Oktober 2007, selama kurun waktu 11 hari perdagangan harga saham terus menerus menaik, kecuali pada tanggal 8 Oktober 2007. Pada tanggal 8 harga sempat 53

turun, tetapi penurunan ini hanya sebesar 50 poin. Sesudah penurunan ini, harga saham terus menerus naik secara beruntun sampai dengan tanggal 18 Oktober 2007. Kenaikan yang beruntun ini tidak membuat harga saham PTBA berada pada posisi maximum untuk periode ini. Uptrend dari saham PTBA turut disebabkan oleh berita secara global dan nasional yaitu menguatnya wall street seusai masalah subprime mortgage, inflasi yang terjaga selama bulan Oktober, turunnya suku bunga The Fed dan BI rate yang stabil. Bukan hanya berita yang disebutkan di atas yang menjadi pemicu kenaikan ini, berita yang berkaitan langsung dengan PTBA juga turut ambil andil seperti penandatangan konrak PTBA dan PTKA, Bank Mandiri siap mendanai proyek PTBA dan joint venture dengan petamina. Uptrend drastis yang berakhir pada tanggal 18 Oktober dibuntuti dengan downtrend yang cukup drastis juga. Pada tanggal 19 dan 20 Oktober 2007 harga saham PTBA turun sebesar 350 dan 900 Poin, dan ini menjadi titik reversal. Downtrend yang terjadi di sela-sela uptrend yang cukup lama disebabkan karena setelah libur lebaran investor mengambil aksi profit taking. Sisa 9 hari perdagangan sebelum penutupan untuk periode ini, harga saham PTBA masih akan mengalami 2 trend. Trend yang pertama adalah seperti trend pembuka periode ini, yaitu sideway trend. Sideway trend terjadi selama 6 hari perdagangan. Tingkat penurunan harga ada di antara 150-300 poin, dan kenaikan harga ada di antara 100-350. trend yang kedua yang terjadi selama 3 hari perdagangan sebelum akhir periode ini adalah uptrend. Dari tanggal 31 Oktober 2007 sampai dengan 2 November 2007 54

harga terus menerus meningkat. Pada hari terakhir perdagangan barulah tercapai harga maximum dari PTBA yaitu pada posisi Rp 10.150. Standar deviasi untuk periode ini cukup besar 1.397 poin, dan rata rata harga berada pada Rp 7.161. besarnya standard deviasi disebabkan karena perbedaan yang cukup besar antara harga terendah dan tertinggi selain itu naik dan turunnya harga juga cukup drastis. IV.1.6 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2 Nov -28 Des 2007 Di penutupan periode untuk tahun ini, harga saham yang terjadi sangatlah berfluktuatif. Untuk periode ini sideway trend sepertinya tidak terlalu banyak terjadi. Dalam periode ini trend yang mendominasi adalah uptrend dan down trend. Harga saham PTBA untuk periode ini dibuka dengan penurunan harga di awal periode. Penurunan ini menyebabkan harga berada pada posisi paling rendah yaitu Rp 9.900. Gambar IV.6 Grafik harga saham PTBA periode 2 Nov -28 Des 2007 55

Setelah menurun sebanyak 250 poin, harga saham PTBA kembali naik dan mengalami uptrend. Uptrend yang terjadi pada tanggal 6 9 November tidak berarti bahwa harga saham naik secara terus menerus. Pada tanggal 8 November harga saham sempat mengalami penurunan sebesar 100 poin. Penurunan harga saham yang hanya 100 poin tidaklah terlalu mempengaruhi uptrend ini, karena kenaikan harga yang terjadi sampai sebesar 950 poin. Seperti yang telah dikatakan di paragraf sebelumnya bahwa dalam periode ini sangatlah didominasi dengan uptrend dan downtrend. Maka setelah uptrend pada tanggal 6 9 November terjadi harga kemudian berbalik turun pada tanggal 12 dan 13 November. Harga saham turun sebesar 450 dan 750 poin. Baru pada tanggal 14 November harga berbalik naik kembali sebesar 650 menjadi Rp 10.950. Pada tanggal 16 harga berbalik turun dan menjadi down trend. Trend ini terjadi di antara tanggal 16 21 November 2007. Namun tidak semua tanggal dalam downtrend itu terjadi penurunan harga. Pada tanggal 20 November harga sempat naik sebesar 50 poin. Setelah uptrend dan downtrend yang terjadi bergantian dalam waktu yang cukup singkat, Harga saham PTBA mengalami uptrend yang cukup lama dari tanggal 22 November 4 Desember. Harga saham mengalami kenaikan, kecuali pada tanggal 3 Desember turun sebesar 100 Poin. Kenaikan beruntun ini membuat harga saham PTBA berada pada posisi tertinggi untuk periode ini yaitu pada titik Rp 12.500, dan ini terjadi pada tanggal 4 Desember 2007. 56

Awal Desember sampai dengan pertengahan Desember harga saham mengalami downtrend kembali. Baru pada tanggal 17 Desember 2007 harga saham PTBA berbalik menjadi uptrend kembali, dan menutup periode ini yang juga merupakan akhir dari periode tahun 2007 pada tingkat harga Rp 12.000. Uptrend dan downtrend terjadi bergantian dalam periode ini, uptrend yang terjadi dipengaruhi dengan adanya berita melonjaknya harga minyak dunia yang hampir menyentuh angka $100/barel sampai dengan pertengahan Desember, The Fed yang kembali memangkas tingkat bunganya, BI rate yang stabil dan inflasi yang terjaga, serta melonjaknya laba yang dilaporkan PTBA. Untuk downtrend yang terjadi turut dipengaruhi dengan adanya penurunan harga minyak di pertengahan bulan Desember dan profit taking yang dilakukan investor. Harga rata-rata saham PTBA untuk periode penutupan ini adalah sebesar Rp 11.268 dengan tingkat standar deviasi sebesar 762 poin. Artinya penurunan harga di bawah dan di atas Rp 11.268 sebesar 762 poin masih dianggap dalam pergerakan harga yang stagnan. IV.2 Analisis Relative Strength Index (RSI) Saham PTBA Periode 2007 Interval yang digunakan dalam analisis RSI adalah 5, 10, 15, 20 hari. Penggunaan interval yang berbeda-beda bertujuan untuk mengetahui sinyalsinyal yang diberikan dari setiap interval, mulai dari 5 sebagai interval yang pendek, 10 dan 15 sebagai interval menengah, dan 20 sebagai interval panjang. Interval 5 akan menggambarkan 1 minggu perdagangan. Interval 10 dan 15 akan 57

menggambarkan 2 dan 3 minggu perdagangan. Interval 20 akan menggambarkan 4 minggu perdagangan atau hampir sama dengan 1 bulan. Pada tahap berikutnya salah satu dari interval RSI yang disebutkan di atas akan dipilih dan digabungkan dengan analisis Fibonacci. IV.2.1 Analisis RSI Saham PTBA Periode 2 Jan 26 Feb 2007 Grafik RSI(5) dapat dilihat di grafik A. Di grafik tersebut mulai tanggal 8 15 Januari RSI(5) sudah menunjukkan bahwa harga saham telah mengalami oversold. Ini berarti bahwa saham PTBA mengalami jenuh jual, dan menandakan bahwa biasanya harga saham akan berbalik arah menjadi naik. Jadi pada tanggal tanggal ini disarankan agar investor membeli saham. Namun yang terjadi adalah harga saham terus menerus turun dan baru mengalami kenaikan pada tanggal 12 Januari. Tanggal 15 Januari 2 Febuari garis RSI(5) masih ada di dalam daerah fluktuatif yang normal. Untuk posisi ini disarankan agar investor lebih baik mengambil aksi wait and see. Memasuki tanggal 5 Febuari Grafik RSI(5) kembali menunjukkan sinyal untuk membeli, jika investor membeli pada titik ini, investor akan mengalami keuntungan sebesar 25 poin per lembar saham, karena pada perdagangan keesokan harinya harga saham ditutup dengan kenaikan 25 poin. Dilihat dari besarnya kenaikan sesungguhnya kenaikan sebesar 25 poin masih bisa dibilang dalam pergerakan harga yang stagnan, karena standar deviasinya saja sebesar 181 poin. Setelah menunjukkan sinyal untuk membeli, Garis RSI kembali menunjukkan berada dalam daerah fluktuatif normal pada tanggal 6 dan 7 Febuari 2007. Pada tanggal 8 58

12 Febuari garis RSI kembali menuju daerah oversold, Artinya investor disarankan agar mengambil aksi beli. Namun grafik harga saham malah menunjukan trend menurun sampai dengan tanggal 14 Febuari 2007. Pada tanggal 13 Febuari garis RSI berada di daerah fluktuatif normal, baru pada tanggal 14 Febuari garis RSI memberi sinyal untuk membeli karena garisnya sudah memasuki daerah oversold. Ternyata sinyal yang diberikan memang benar, dapat dilihat pada grafik pergerakan harga saham kalau tanggal 14 Febuari adalah titik reversal dan hari berikutnya harga saham sudah mengalami kenaikan. Gambar IV.7 Analisis RSI dengan berbagai interval periode 2 Jan 26 Feb 2007 59

Memasuki tanggal 15 20 Febuari garis RSI kembali memasuki daerah fluktuatif normal, dimana rekomendasi yang seharusnya diberikan adalah wait and see. Kecenderungan garis RSI mulai tanggal 15 terus menaik mendekati garis batas overbought, sampai pada tanggal 21 Febuari garis RSI menembus daerah overbought dan ini berarti investor direkomendasikan untuk menjual saham yang dimiliki, karena seharusnya jika garis RSI menembus daerah overbought maka harga saham akan segera menurun, namun yang terjadi adalah harga saham terus naik. Setelah membahas mengenai grafik A selanjutnya akan dibahas gafik B, Grafik B adalah grafik RSI(10). RSI(10) dimulai pada perdangangan tanggal 15 Januari 2007. Garis RSI(10) tanggal 15 17 Januari sudah mendekati garis over bought, bahkan di tanggal 15 sudah menyentuh garis over bought. Bisa dilihat di grafik harga saham pada tanggal 16 dan 18 Januari harga saham memang mengingkat sebesar 50 dan 75 poin. Jadi jika pada saat tanggal 15 dan 17 Januari membeli saham, dan dijual pada tanggal 16 dan 18 Januari investor dapat memperoleh keuntungan 50 poin dan 70 poin. Namun bisa dibilang bahwa pergerakan harga saham sebesar 50-75 poin adalah pergerakan harga yang stagnan jika dibandingkan dengan standar deviasinya (181 poin). Memasuki tanggal 18 Januari 8 Febuari, garis RSI(10) berada pada posisi tengah, jadi investor disarankan agar tidak memasuki atau keluar dari pasar. Lebih baik tidak melakukan aksi apapun, karena 60

disinyalkan bahwa harga saham masih berfluktuatif secara normal. Memang bila dilihat di grafik harga saham, pada tanggal 18 Januari 7 Febuari harga saham ada dalam keadaan yang stagnan dan berlangsung sideway trend. Tanggal 9 14 Febuari Garis RSI (10) menunjukan signal untuk membeli, tetapi yang terjadi adalah harga saham yang terus menurun sampai dengan tanggal 12 Febuari. Tanggal 15 22 Febuari, Garis RSI kembali memasuki area yang menunjukan pergerakan harga saham masih dalam keadaan normal, namun garis ini cenderung naik dan akan menembus daerah over bought. Garis yang cenderung naik ini baru menembus daerah overbought pada tanggal 23 Febuari 2007. Tembusnya garis di tanggal 23 Febuari memberikan arti bahwa harga saham sudah mengalami jenuh beli dan seharusnya harga saham akan turun sehingga rekomendasi untuk investor adalah menjual saham yang dimilikinya. Namun yang terjadi adalah harga saham yang terus naik sampai dengan penutupan periode ini. Grafik C adalah grafik RSI(15). Grafik ini mulai membentuk garisnya pada tanggal 22 Januari 2007. berbeda dengan dua grafik sebelumnya. Garis RSI(15) tidak dimulai dengan sinyal untuk menjual. Tanggal 22 Januari 7 Febuari, garis RSI(15) berada pada daerah fluktuatif normal, baru pada tanggal 8 Febuari garis RSI(15) semakin mendekati dan akhirnya menyentuh garis over sold di tanggal 12 Febuari 2007. Walaupun sudah tiga grafik RSI menunjukan bahwa pada tanggal- tanggal sekitar 8 14 Febuari harga saham sudah jenuh jual 61

dan seharusnya harga saham akan segera naik, namun yang terjadi adalah harga saham yang menurun. Memasuki tanggal 15 Febuari sampai dengan penutupan periode ini, garis RSI(15) memberi sinyal bahwa sebaiknya investor menunggu dan melihat dahulu. Karena harga saham berada di atas garis oversold dan berada di bawah garis overbought. Meskipun garis RSI (15) pada tanggal 15 26 Febuari cenderung naik ke atas menuju garis overbought, namun sampai dengan penutupan periode garis RSI(15) belum menembus garis tersebut. Grafik terakhir yang dibahas untuk periode ini adalah grafik D. Grafik D adalah grafik RSI(20). Garis RSI(20) pada grafik D mulai terbentuk pada tanggal 29 Januari. Sama seperti garis RSI(15), garisrsi(20) memulai garisnya pada posisi yang menunjukan bahwa harga dalam keadaan stagnan. Keadaan ini berlangsung sampai dengan tanggal 8 Febuari. Pada tanggal 9 Febuari, garis RSI sudah mulai mendekati garis batas 30 dan tanggal 12 Febuari garis RSI menyentuh garis batas oversold. Sama seperti 3 grafik sebelumnya yaitu grafik A, B, C, grafik D yang menggambarkan RSI(20) juga sudah menembus garis oversold. Namun yang terjadi adalah harga saham yang terus menurun. Pada tanggal 15 Febuari sampai dengan penutupan periode, garis RSI(20) sama seperti garis RSI(15). Kedua garis ini sama-sama berada pada posisi di atas garis oversold dan berada di bawah garis overbought. Hal ini berarti bahwa investor direkomendasi kan untuk wait and see. 62

Secara keseluruhan dari ke 4 grafik ini menggambarkan sinyal yang cukup berbeda. Pada grafik A permulaan garis RSI langsung menunjukan bahwa harga saham dalam keadaan oversold dan memberi sinyal untuk membeli. Namun sesungguhnya harga saham terus menerus turun. Pada grafik B garis RSI pada tanggal 15-17 Januari memberi sinyal bahwa investor seharusnya mulai membeli saham, tetapi harga saham pada tanggal tersebut hanya naik sedikit dan cenderung stabil. Berbeda dengan 2 grafik sebelumnya, grafik C dan D menggambarkan garis RSI dalam keadaan dimana investor seharusnya melakukan tindakan wait and see karena harga saham masih naik turun secara nomal, dan memang pada 15 Januari 7 Febuari harga saham dalam keadaan sideway trend. Perbedaan yang terjadi antara grafik A dan B dengan C dan D dikarenakan karena grafik A dan B yang menggambarkan RSI (5) dan RSI(10) terlalu cepat dalam memberikan signal membeli dan menjual. Kesalahan prediksi RSI(5) yang terjadi selanjutnya adalah pada tanggal 2 6 Febuari. Tidak hanya 2 kali RSI(5) memberikan sinyal yang salah. Pada tanggal 7 16 Febuari, RSI(5) kembali memberikan sinyal yang hasilnya berlawanan dengan pergerakan harga saham. Namun kali ini kesalahan pemberian sinyal tidak hanya terjadi pada RSI(5). RSI(10), RSI(15), dan RSI(20) juga memberikan sinyal yang salah. Jadi permasalahan pada tanggal 7 16 Febuari tidak terletak pada terlalu cepat atau lambat dalam membei sinyal, karena pada tanggal ini ada peristiwa yang mendukung terus menurunnya harga saham walaupun garis RSI telah menunjukan bahwa 63

saham telah mengalami jenuh jual. Sekitar tanggal 7 16 Febuari penurunan harga saham turut dipicu dengan terjadinya banjir yang melanda ibu kota, sehingga membuat perekonomian terganggu termasuk juga bursa saham. Selain itu, investor juga tidak terlalu berminat dengan saham batubara, karena harga minyak yang semakin menurun, pada tanggal 13 Febuari diberitakan bahwa harga minyak menurun sebesar USD 2 IV.2.2 Analisis RSI Saham PTBA Periode 26 Feb 26 Apr 2007 Memasuki Periode 26 Febuari 26April 2007 Garis RSI(5) yang dapat dilihat pada grafik E memulai garisnya di daerah overbought. Hal ini menunjukan bahwa seharusnya investor melakukan aksi jual, karena harga saham sudah mengalami jenuh beli dan bersiap untuk turun. Sinyal jual ditunjukkan garis RSI(5) sejak tanggal 20 Febuari dan berakhir di 28 Febuari 2007. Ketepatan analisis ini dapat dilihat dari grafik pergerakan harga saham, pada grafik tersebut di tanggal 14 26 Febuari harga saham terus menerus naik dan harga saham baru mengalami reversal pada tanggal 26 Febuari. Mulai tanggal 26 Febuari 5 Maret 2007 harga saham terus mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa RSI(5) tepat dalam memberikan sinyal untuk menjual pada tanggal 26 Febuari, karena harga saham segera menurun. Tanggal 28 Febuari 2 Maret garis RSI(5) berada dalam daerah tengah, dan seharusnya investor melakukan aksi wait and see karena dalam daerah tengah ini mensinyalkan bahwa harga saham berada dalam pergerakan yang normal. Tanggal 5 Maret garis RSI(5) sudah 64

menembus garis over sold. Hal ini mengindikasikan bahwa harga saham sudah mengalami jenuh jual, dan harga saham akan segera naik. Jadi direkomendasikan kepada investor, sebaiknya investor segera membeli saham. Ternyata memang tepat bahwa pada tanggal 5 Maret harga saham mengalami revesal dan menjadi uptrend. Uptrend ini baru berhenti di tanggal 16 April 2008. Pada saat uptrend garis RSI(5) menunjukan 2 kali sinyal bahwa harga saham telah mengalami jenuh beli dan seharusnya akan segera menurun. Garis RSI(5) memberikan sinyal itu ada pada tanggal 13 Maret, 27 Maret 9 April serta 11 17 April. Beberapa dari tanggal yang disebutkan juga merupakan tanggal melesetnya analisis RSI(5), kecuali pada 17 April. Seharusnya pada tanggal-tanggal tersebut harga saham mengalami penurunan, namun penurunan baru terjadi pada tangal 17 April. Selain tanggal-tanggal RSI(5) menunjukan sinyal overbought, sinyal yang ditunjukkan RSI(5) sampai dengan tanggal 17 April adalah sinyal agar investor melakukan aksi wait and see. Memasuki tanggal 18 20 April Garis RSI(5) kembali di daerah tengah, dan pada tanggal 23 26 April sebagai penutup periode ini garis RSI(5) kembali menunjukan sinyal untuk menjual. Ternyata seperti yang dapat dilihat di grafik pergerakan harga mulai tanggal 19 April 26 April harga saham terus meningkat. Grafik RSI(10) dapat dilihat pada gambar F. Sama seperti garis RSI(5), pada permulaan periode RSI(10) menunjukan sinyal untuk menjual. Sinyal saham sudah overbought ini sudah ditunjukkan oleh RSI(10) sejak tanggal 23 Febuari 2007, dan dengan sinyal overbought 65

seharusnya investor segera menjual sahamnya karena diperkirakan harga saham segera menurun. Ternyata harga saham baru menurun pada tanggal 26 Febuari 2007. Pada tanggal 28 Febuari 28 Maret 2007 garis RSI(10) tidak menembus garis overbought ataupun oversold, jadi investor direkomendasikan untuk melihatdulu kondisi pasar. RSI(10) menunjukan harga saham sudah mengalami jenuh jual pada tanggal 29 Maret 17 April kecuali di tanggal 10 April. Namun harga saham pada tanggal 29 Maret masih dalam keadaan uptrend. Reversal baru terjadi di tanggal 16 April. Reversal pada tanggal 16 April membuat harga saham menjadi downtrend. Namun ini tidak berlangsung lama pada tanggal 19 April harga saham kembali berbalik naik dan uptrend ini terjadi sampai dengan penutupan periode di tanggal 26 April 2007. Pada saat terjadi uptrend di akhir periode setelah garis RSI(10) berada dalam daerah fluktuasi normal di tanggal 18 20 April, Garis RSI(10) sempat memberikan sinyal bahwa saham sudah mengalami overbought. Sinyal ini dimulai dari tanggal 23 April 2007, dan sampai penutupan periode RSI(10) masih memberikan sinyal harga saham yang sudah mengalami jenuh beli. 66

Gambar IV.8 Analisis RSI dengan berbagai interval periode 26 Feb 26 Apr 2007 Selanjutnya akan dibahas grafik RSI(15). Grafik RSI(15) dapat dilihat pada grafik G. Mulai dari tanggal 26 April 3 April 2007 garis RSI(15) menunjukan sinyal bahwa keadaan harga saham masih dalam kondisi normal, belum mengalami jenuh beli maupun jenuh jual. Dalam kondisi ini, investor disarankan untuk wait and see. Sebenarnya sudah ada 2 kali trend yang dialami harga saham untuk jangka waktu tersebut. Pada pembukaan periode ini, di tanggal 26 Febuari 2007 harga saham telah berbalik turun dari uptrendnya yang terjadi sampai dengan tanggal 25 Febuari. Selain itu juga pada tanggal 6 Maret harga saham berbalik 67

naik setelah mengalami downtrend dari tanggal 26 Febuari 5 Maret. Pada bulan April garis RSI (15) memberikan sinyal sebanyak tiga kali bahwa harga saham sudah mengalami jenuh beli, tanggal-tanggal tersebut adalah 4 April, 16 April dan 23 26 April. Selain tanggaltanggal tersebut garis RSI(15) masih ada di antara batas 30 dan 70. Pergerakan harga saham di bulan April menunjukan bahwa harga saham mengalami uptrend dan down trend secara bergantian. Dari awal sampai dengan 16 April harga saham mengalami kenaikan lalu reversal di tanggal 16, kemudian reversal kembali terjadi di tanggal 19April. Ternyata RSI(15) hanya satu kali memberikan sinyal secara tepat yaitu di tanggal 16 April, karena pada tanggal 16 April harga saham mengalami reversal. Pada tanggal 24 April garis RSI(15) menunjukan sinyal bahwa harga saham telah mengalami overbought, Namun dapat dilihat pada grafik pergerakan harga saham, harga terus menaik sampai dengan tanggal 26April sebagai penutup periode ini. Grafik terakhir untuk periode ini adalah grafik H. Grafik H adalah grafik RSI(20). Dari awal periode yang dibuka pada tanggal 26 Febuari sampai dengan 13 April 2007 garis RSI(20) tidak menunjukan sinyal untuk membeli ataupun menjual, pergerakan garis RSI(20) berada di daerah fluktuatif normal. Sama seperti RSI(15), RSI(20) tidak memberikan sinyal membeli ataupun menjual walaupun sebenarnya harga saham sudah mengalami reversal di tanggal 5 Maret 2007. Garis RSI(20) baru menandakan bahwa saham telah mengalami jenuh beli di tanggal 16 April. Ternyata tepat di tanggal terserbut harga saham 68

mengalami reversal. Setelah menunjukan sinyal saham yang sudah overbought, grafik RSI(20) kembali masuk ke dalam daerah dimana investor sebaiknya melakukan aksi wait and see. Dua hari menjelang penutupan periode, garis RSI(20) menembus garis overbought dan ini terjadi sampai dengan penutupan periode ini di tanggal 26 April 2007. Sinyal yang ditunjukkan RSI(20) di akhir periode ternyata salah, karena harga terus menerus naik sampai dengan tanggal 26 April 2007. Secara keseluruhan dalam periode ini dapat dilihat bahwa RSI 5 dapat memberikan sinyal yang tepat untuk kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan dan dalam jangka waktu yang pendek. Namun untuk trend yang terjadi dalam waktu yang lama, seringkali RSI(5) terlalu cepat memberikan sinyal. Demikian juga dengan RSI(10) dan RSI(15). Seringkali RSI(10) dan RSI(15) memberikan sinyal yang terlalu cepat untuk trend yang terjadi dalam waktu yang lama. Namun kurang cepat memberikan sinyal jika trend terjadi dalam waktu yang singkat. Terutama untuk RSI(15) tidak memberikan sinyal apapun untuk trend yang terjadi dalam waktu yang singkat dan cenderung landai. Sedangkan RSI(20) tidak memberikan sinyal apapun jika trendnya itu singkat, namun cukup akurat untuk trend yang terjadi dalam waktu yang lama. Dari grafik periode ini dapat dilihat satu periode dimana keempat grafik RSI salah dalam memberikan sinyalnya. Pada tanggal 23 April ketiga grafik yakni RSI (5), RSI (10), RSI (15) sudah memberikan sinyal untuk menjual dan keesokan harinya pada tanggal 24 April 69

RSI(20) yang memberikan sinyal untuk menjual. Namun harga saham terus saja menaik sampai dengan tanggal 26 April. Ternyata kenaikan ini juga dipicu dengan adanya berita kenaikan laba PTBA yang drastis yaitu sebesar 184,6%, pembagian dividen PTBA sebesar 50%, dan juga ada berita bahwa cadangan batubara yang ada di Sumatera Selatan meningkat 5 kali lipat, sementara di Sumatera Selatan banyak terdapat tambang batubara yang dimiliki oleh PTBA. IV.2.3 Analisis RSI Saham PTBA Periode 26 Apr 29 Jun 2007 Harga saham di periode ini sangat berfluktuatif, di awal periode harga saham cenderung sidewaytrend menuju uptrend, kemudian diikuti downtrend dan uptrend secara bergantian sampai akhir periode. Periode 26 April 29 Juni 2007 garis RSI(5) hanya berada di dua daerah yaitu daerah overbought dan daerah flukutuatif normal. Dapat dilihat di grafik I, garis RSI(5) memberikan sinyal harga saham sudah mengalami jenuh beli sebanyak lima kali. Tanggal-tanggal yang ditunjukkan RSI(5) bahwa harga saham telah jenuh beli adalah 26 27 April, 2 4 Mei, 14 23 Mei, 28 Mei 12 Juni dan 18-20 Juni 2007. Sinyal overbought yang diberikan RSI(5) tidak semuanya tepat, karena bagi RSI sudah memasuki daerah overbought seharusnya harga saham akan segera menurun, namun dari tanggal-tanggal yang disinyalkan oleh RSI hanya beberapa tanggal saja tepat. Tanggal-tanggal tersebut adalah tanggal-tanggal dimana harga saham mengalami reversal dan membuat harga saham berbalik turun yaitu 22 Mei, 11 Juni, dan 20 Juni. Sama seperti RSI(5), garis RSI(10) yang dapat dilihat di grafik J 70

juga menunjukan lima kali sinyal bahwa harga saham telah mengalami jenuh beli, tanggal-tanggal sinyal yang ditunjukkan juga sama dengan RSI(5). Karena kesamaan sinyal yang diberikan, maka kemelesetan dan keetepatan analisis yang dialami RSI(10) juga sama dengan RSI(5). Gambar IV.9 Analisis RSI dengan berbagai interval periode 26 Apr 29 Jun 2007 Tidak seperti RSI(5) dan RSI(10), RSI(15) yang dapat dilihat di grafik K memberikan sinyal yang sedikit berbeda. Selama periode ini RSI(15) memberikan sinyal harga sudah mengalami jenuh beli hanya sebanyak empat kali. Perbedaan ini terjadi karena pada tanggal 13 17 Juni garis RSI(5) dan RSI(10) sudah memasuki daerah fluktuatif 71

normal sementara garis RSI(15) masih ada di daerah overbought, garis RSI(15) memberikan sinyal overbought mulai dari tanggal 28 Mei 21 Juni. Kesamaan RSI(5) dengan RSI(10), juga diikuti oleh RSI(20) di grafik L. Garis RSI(20) menunjukan sinyal yang sama dengan RSI(15). Untuk periode ini, keempat grafik RSI memberikan sinyal yang cukup seragam, perbedaan pemberian sinyal hanya terjadi satu kali. Ketepatan yang diberikan dari oleh semua RSI pada periode ini sebanyak tiga kali. Ada satu jangka waktu dalam periode ini dimana semua RSI memberikan sinyal yang sama, namun yang terjadi tidak sesuai dengan sinyal yang diberikan oleh RSI. Pada pembukaan periode ini tepatnya di tanggal 26 dan 27 April, keempat grafik RSI menunjukan sinyal untuk menjual, karena harga saham sudah mengalami jenuh beli, dan diindikasikan harga saham akan menurun. Namun yang terjadi adalah harga saham mengalami uptrend yang cukup lama. Kekeliruan yang terjadi di tanggal ini sebenarnya adalah lanjutan dari kekeliruan yang terjadi mulai dari tanggal 23 April, dan faktor-faktor penyebabnya telah dibahas dan dapat dilihat di sub bab sebelumnya pada halaman 68. IV.2.4 Analisis RSI Saham PTBA Periode 29 Jun - 27 Agustus 2007 Periode 29 Juni 27 Agustus 2007 sangat berbeda sekali dengan periode 26 Apr 29 Juni 2007, di periode ini sinyal RSI didominasi di daerah oversold dan daerah fluktuatif normal, setiap grafik RSI nya juga memberikan sinyal yang berbeda-beda. Pada awal periode garis RSI(5) memberikan sinyal bahwa harga saham masih dalam pergerakan 72

yang normal, belum mengalami jenuh beli dan jenuh jual, sinyal ini ditunjukkan mulai dari tanggal 29 Juni 26 Juli. Mulai tanggal 27 Juli 27 Agustus Sinyal RSI(5) secara bergantian berada di daerah oversold dan daerah fluktuatif normal. Sinyal RSI(5) berada di daerah oversold pada tanggal 27 30 Juli, 01 07 Agustus, 10 Agustus, 15 16 Agustus, dan 21 Agustus. Dari sekian banyaknya sinyal yang diberikan RSI, ternyata yang tepat sesuai dengan pergerakan harga saham adalah 7, 16 dan 21 Agustus. Pada saat RSI(5) memasuki daerah oversold, maka yang disarankan kepada investor yaitu melakukan pembelian saham, karena biasanya harga saham akan naik, dan memang pada 8, 17, 22 Agustus yaitu satu hari setelah RSI(5) memberikan sinyal untuk membeli, harga saham sempat menaik. Sedikit berbeda dengan RSI(5), RSI(10) berada di daerah tengah mulai dari awal periode sampai dengan 3 Agustus, tanggal 6 dan 7 Agustus RSI(10) baru menunjukan sinyal bahwa harga saham sudah oversold dan ternyata sinyal yang ditunjukkan memang benar. Pada tanggal 7 Agustus harga saham sempat mengalami kenaikan sebanyak 350 poin, walaupun kenaikan ini bisa dikatakan tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan standar deviasinya yang sebesar 609 poin. Tanggal 8 14 Agustus RSI(10) memasuki daerah fluktuatif normal, dan baru menunjukan sinyal oversold di tanggal 15, 16 dan 21 Agustus. Analisis RSI(10) menunjukan sinyal yang tepat di tanggal 16 dan 21 Agustus, karena seperti yang dijelaskan di atas harga saham sempat menaik di tanggal 17 dan 22. 73

Gambar IV.10 Analisis RSI dengan berbagai interval periode 29 Jun - 27 Agustus 2007 RSI(15) sangat tepat memberikan sinyal di tanggal 7 Agustus, di tanggal ini RSI(15) memberikan sinyal untuk membeli, dan memang satu hari setelahnya harga saham menaik. Jadi RSI(15) tidak memberkan sinyal yang terlalu cepat seperti yang dilakukan oleh RSI(5) dan RSI(10). Sinyal membeli yang selanjutnya ditunjukkan oleh RSI(15) terjadi di tanggal 15 dan 16 Agustus, kali ini RSI(15) memberikan sinyal lebih cepat satu hari dari yang seharusnya. Karena kenaikan harga saham baru terjadi di tanggal 17. Sinyal overbought yang terakhir ditunjukkan oleh RSI(15) untuk periode ini terjadi di 74

tanggal 21 Agustus, sinyal yang diberikan ini memang tepat, karena pada keesokan harinya harga saham mengalami kenaikan. Selain keempat tanggal yang disebutkan di atas, RSI(15) berada pada daerah flukutatif normal. Berbeda dengan ketiga RSI lainnya, RSI(20) hanya memberikan sinyal oversold pada satu tanggal saja untuk periode ini yaitu 16 Agustus 2007. Memang sinyal yang diberikan di tanggal ini tepat, namun RSI(20) banyak mengabaikan sinyal-sinyal dimana seharusnya investor sudah melakukan aksi beli karena harga saham akan segera menaik. Untuk periode ini tidak ada sinyal-sinyal yang tidak tepat yang diberikan secara bersamaan oleh keempat RSI, jadi pegerakan kesalahan sinyal yang ditunjukkan oleh masing-masing RSI mungkin terjadi karena terlalu cepat ataupun terlalu lambat dalam memberikan sinyal. IV.2.5 Analisis RSI Saham PTBA Periode 27 Agustus 2 Nov 2007 Periode 27 Agustus 2 November 2007 hampir sama dengan 2 periode sebelumnya, dimana semua RSI menunjukan sinyal overbought. Periode ini cukup berbeda dengan periode sebelumnya, jika periode sebelumnya pergerakan harga saham didominasi oleh sideway trend dan downtrend, periode kali ini didominasi oleh sideway trend dan uptrend. RSI(5) yang digambarkan pada grafik Q cukup banyak memberikan sinyal overhought untuk periode ini, dalam periode satu bulan ada tiga sinyal overbought yang diberikan oleh RSI(5) yaitu 75

pada tanggal 7 September, 18 24 September, dan 27 September. Dapat dilihat di grafik pergerakan harga bahwa harga saham pada tanggal-tanggal yang disinyalkan RSI ternyata terus menaik, kecuali di tanggal 7 September harga saham sempat menurun sebesar 150 poin. Bulan berikutnya yaitu bulan Oktober, di awal periode sampai dengan tanggal 19 Oktober RSI(5) sudah menunjukan sinyal overbought, ternyata harga saham baru mengalami reversal di tanggal 18 October. Tanggal 22 sampai dengan penutupan bulan Oktober di tanggal 31 garis RSI(5) berada dalam daerah fluktuatif normal, namun menjelang penutupan periode ini garis RSI kembali menunjukan sinyal overbought, walaupun harga saham pada saat itu masih mengalami uptrend. 76

Gambar IV.11 Analisis RSI dengan berbagai interval periode 27 Agustus 2 Nov 2007 RSI(10) yang bisa dilihat pada grafik R juga memberikan sinyal overbought yang cukup banyak. Pada bulan September garis RSI(10) memberikan sinyal overbought pada tanggal 19 24 September dan 27 September berarti investor disarankan untuk menjual saham yang dimilikinya, tetapi yang terjadi adalah harga saham terus menaik sampai dengan 17 Oktober. Pada awal Oktober tepatnya pada tanggal 2 sampai dengan pertengahan Oktober di tanggal 19 Oktober garis RSI(10) menunjukan sinyal overbought, pada kenyataannya harga saham baru reversal di tanggal 18 Oktober 2007. Sinyal overbought 77

selanjutnya yang ditunjukkan oleh RSI(10) jatuh pada tanggal 1 dan 2 November, walaupun sebenarnya harga saham masih dalam keadaan naik. RSI(15) yang ditunjukkan di grafik S memberikan sinyal overbought yang sedikit lebih berbeda dibandingkan dengan kedua RSI sebelumnya, sinyal tersebut hanya ditunjukkan pada tanggal 3 19 Oktober 2007, keakuratannya dapat dilihat di grafik pergerakan harga saham, harga saham baru berbalik turun di tanggal 17 Oktober. Selain dari sinyal overbought yang ditunjukkan pada tanggal 4 19 Oktober pada periode ini, sinyal yang ditunjukkan oleh RSI(15) adalah sinyal bahwa harga saham masih berfluktuatif normal dan disarankan agar investor melakukan aksi wait and see. Hampir serupa dengan RSI(15), garis RSI(20) yang dapat dilihat pada grafik T hanya memberikan sinyal overbought sebanyak sekali yaitu diantara tanggal 5-19 Oktober 2007, dan seperti yang sudah disebutkan di paragraf sebelumnya kalau harga saham baru turun di tanggal 17 Oktober. Dari keempat grafik RSI, di tanggal 5 Oktober semua grafik RSI terlalu cepat memberikan sinyal untuk menjual, karena sesungguhnya harga saham baru turun di tanggal 17 Oktober. Ternyata di tanggal 5 16 Oktober naiknya harga saham turut didukung dengan adanya peningkatan harga minyak yang cukup tinggi dan membawa sahamsaham di bidang pertambangan menjadi primadona, selain itu PTBA 78

juga menjalin kerja sama dengan PTKA serta pertamina yang dapat menyebabkan laba PTBA yang semakin meningkat. IV.2.6 Analisis RSI Saham PTBA Periode 2 Nov 28 Des 2007 Pada periode kali ini garis RSI(5) yang bisa dilihat di grafik U menunjukan sinyal yang cukup beragam. Pada awal periode mulai dari tanggal 2 9 November 2007 RSI(5) sudah memasuki daerah overbought hal ini menunjukan bahwa seharusnya harga saham akan segera menurun, karena sudah mengalami jenuh beli dan investor disarankan untuk menjual saham yang dimilikinya, ternyata garis RSI(5) terlalu cepat memberikan sinyal. Dapat dilihat di grafik pergerakan harga saham kalau harga saham baru mengalami reversal di tanggal 9 November 2007. Setelah menunjukan sinyal overbought garis RSI(5) memasuki daerah fluktuatif normal. Selama periode ini garis RSI(5) berada di daerah fluktuatif normal pada tanggal-tanggal 12 23 November, 7 14 Desember dan 18 Desember. Selain tanggal tersebut garis RSI(5) sempat berada di daerah oversold dan overbought. setelah overbought yang ditunjukkan di tanggal 2 9 November 2007, garis RSI kembali menunjukan sinyal overbought di tanggal 26 November 6 Desember 2007, ternyata pada tanggal tersebut, garis RSI memang sempat mengalami reversal, namun reversl baru terjadi di tanggal 4 Desember, jadi RSI(5) terlalu cepat beberapa hari dalam memberikan sinyalnya. Sinyal oversold ditunjukkan RSI(5) pada tanggal 17 Desember 2008, memang tepat pada tanggal tersebut harga saham 79

berbalik naik, jadi kali ini garis RSI(5) tepat dalam memberikan sinyalnya. Sama seperti RSI(5), garis RSI(10) yang bisa dilihat di grafik V menunjukan sinyal overbought di awal periode, sinyal ini ditunjukkan mulai tanggal 1 12 November 2007, hal ini menunjukkan bahwa garis RSI(10) juga terlalu cepat memberikan sinyalnya. Setelah sinyal overbought di awal periode, RSI(10) baru menunjukan sinyal overbought lagi di tanggal 28 November 6 Desember, hal ini menunjukan bahwa lagi-lagi RSI(10) menunjukan sinyal yang terlalu cepat, karena harga saham baru mengalami reversal di tanggal 4 Desember 2007. Selain dua sinyal overbought yang ditunjukkan oleh RSI(10), garis RSI(10) berada di daerah fluktutif normal. Gambar IV.12 Analisis RSI dengan berbagai interval periode 2 Nov 28 Des 2007 80

Masih sama seperti garis RSI (5), RSI(15) yang digambarkan di grafik W juga menunjukan bahwa saham sudah mengalami jenuh beli mulai dari tanggal 2 12 November hal ini juga memastikan bahwa garis RSI(15) terlalu cepat dalam memberikan sinyalnya. Untuk sinyal berikutnya garis RSI(15) hampir sama seperti garis RSI(10), karena sinyal yang berikutnya ditunjukkan oleh RSI(10) adalah sinyal overbought. Hal yang membuat berbeda dengan RSI(10) adalah garis RSI(15) memberikan sinyal sedikit lebih lama, RSI(15) baru memberikan sinyalnya di tanggal 29 November, selain itu garis RSI(15) lebih cepat kembali ke daerah fluktuatif normal karena pada tanggal 5 Desember garis RSI(15) sudah memasuki daerah fluktuatif normal. Ternyata garis RSI(20) pun sama seperti ketiga garis RSI lainnya, karena di awal periode sampai dengan 12 Desember 2007 RSI(20) menunjukan sinyal overbought. Sinyal berikutnya yang ditunjukkan RSI(20) hampir sama dengan RSI(15) dan RSI(10), hanya saja RSI(20) lebih lama lagi menunjukan sinyal overbought dan lebih cepat masuk ke daerah fluktuatif normal. Sinyal overbought yang ditunjukkan oleh RSI(20) diawali di tanggal 30 November, dan diakhiri di tanggal 4 Desember. Untuk periode ini kekeliruan yang ditunjukkan oleh keempat garis RSI terjadi di awal periode, dimana semua garis RSI sudah menunjukan bahwa harga saham sudah overbought namun ternyata harga saham terus menaik. Kenaikan harga saham ini ternyata juga dipicu dengan naiknya harga minyak dunia yang semakin tinggi, juga pengumuman 81

Laba PTBA yang meningkat 41 % dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Dari seluruh penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa garis RSI yang semakin pendek intervalnya bisa terlalu cepat dalam memberikan sinyal, namun juga bisa memberikan sinyal yang tepat jika kondisinya pergerakan harga yang terjadi tidaklah terlalu besar. Seperti RSI(5) dan RSI(10) yang terkadang terlalu cepat dalam memberikan sinyalnya. Garis RSI dengan interval yang cukup panjang seringkali mengabaikan sinyal-sinyal yang seharusnya ditunjukkan, seperti RSI(20). Dari keempat garis RSI yang dibahas di atas, ternyata garis RSI(15) yang sering menunjukan sinyalnya tepat waktu. Walaupun tidak 100 % semua sinyal yang diberitahukan tepat, namun RSI(15) lebih banyak memberikan sinyal yang tepat dibandingkan dengan ketiga RSI lainnya. Dari seluruh analisis yang dijabarkan di atas ada juga kalanya RSI keliru dalam memberikan sinyal, namun masalahnya bukan karena terlalu cepat atau terlalu lama maupun pengabaian sinyal, karena pada saat itu naik turunnya saham tidak hanya disebabkan karena jenuh jual ataupun jenuh beli, namun juga disebabkan oleh berita-berita yang mendukung perbubahan harga tersebut. IV.3 Analisis Fibonacci Saham PTBA Periode 2007 Setelah membahas mengenai RSI, sekarang akan dibahas mengenai Fibonacci. Fibonacci dapat digunakan untuk mencari Time Goal Day (TGD), yang berarti suatu tanggal yang menunjukan bahwa pada tanggal tersebut akan terjadi high/low berikutnya setelah kombinasi antara swing high dan swing low 82

sebelumnya. Untuk menentukan titik swing high ataupun swing low yang sebelumnya, digunakan dengan menggunakan standar deviasi bergerak setiap 15 hari. Penentuan 15 hari digunakan karena menyesuaikan dengan interval RSI yang akan dikombinasikan dengan Fibonacci. IV.3.1 Swing High dan Swing Low PTBA Periode 2007 Penentuan swing high dan swing low sangatlah penting karena akan menetukan TGD yang terjadi, dengan menggunakan bantuan standard deviasi dan Z(p) maka ditentukan titik-titik swing seperti ditunjukkan di bawah ini, berikut adalah swing high dan swing low yang ditunjukkan pada bulan Jan Feb Gambar IV.13 Swing high dan swing low periode Jan Feb 2007 Dapat dilihat pada gambar 4.13, titik-titik yang ditunjukkan oleh anak panah merupakan titik harga yang akan menjadi swing. Pada bulan 83

Januari terjadi 4 titik yang menjadi swing, swing high terjadi pada tanggal 5, 12, 14 dan 26 Febuari. Gambar IV.14 Swing high dan swing low periode Mar Apr 2007 Pada bulan Maret dan April jumlah swing yang ditunjukkan sama dengan pada dua bulan sebelumnya yaitu sebanyak empat kali, namun kali ini swing yang ditunjukkan adalah swing high semua, dapat dilihat pada gambar 4.14 bahwa garis close price menembus garis upper pada tanggal 29 Maret, 4, 16 dan 26 April. Gambar IV.15 Swing high dan swing low periode Mei Jun 2007 84

Hampir sama seperti bulan sebelumnya, pada bulan Mei dan Juni swing yang ditunjukkan juga swing high semua. Tanggal yang menunjukkan swing high tersebut adalah 3 dan 22 Mei serta 4,6 dan 11 Juni. Gambar IV.16 Swing high dan swing low periode Jul - Agustus 2007 Sangat bereda dengan periode sebelumnya, pada periode kali ini swing yang ditunjukkan adalah swing low semua. Swing low terjadi setelah close price menembus garis lower, tanggal- tanggal swing low tersebut adalah 30 Juli, 7,16, dan 21 Agustus. Gambar IV.17 Swing high dan swing low periode Sep Okt 2007 85

Memasuki bulan September dan Oktober, Swing high kembali mendominasi. Seperti terlihat pada grafik di atas, keempat titik menembus garis upper, tanggal-tanggal tersebut adalah 19 dan 24 September, serta 5 dan 18 Oktober. Gambar IV.18 Swing high dan swing low periode Nov Des 2007 Swing yang terjadi di akhir tahun sedikit berbeda dengan periodeperiode sebelumnya, karena dalam dua bulan tidak hanya menunjukkan swing high saja ataupun swing low saja, tetapi menunjukan swing high dan low secara bersamaan dalam dua bulan terakhir ini. Swing high terjadi di tanggal 2, 7, 9, 30 November dan 4 Desember, sementara swing high terjadi di tanggal 17 Desember. IV.3.2 Time Goal Day (TGD) PTBA periode 2007 Setelah menentukan swing high dan swing low, Time Goal Day dapat ditentukan dengan cara menentukan banyak hari antara dua swing yang pertama dan kedua, kemudian mengalikan banyak hari tersebut dengan golden ratio, lalu ditambahkan dengan swing yang kedua. Hari 86

yang didapat sebagai Time Goal Day tersebut seharusnya merupakan titik high atau low yang berikutnya dalam pergerakan harga saham. Tabel IV.1 Time Goal Day dengan Fibonacci Ratio Swing 1 Swing 2 Selisih Hari Time Goal Day (Hari) 5 Feb 12 Feb 5 22-Feb 12 Feb 14 Feb 2 19-Feb 14 Feb 26 Feb 8 14-Mar 26 Feb 29 Mar 22 22-Mei 29 Mar 4 Apr 4 16-April 4 Apr 16 Apr 7 1- Mei 16 Apr 26 Apr 8 15- Mei 26 Apr 3 Mei 5 15- Mei 3 Mei 22 Mei 11 15-Jun 22 Mei 4 Jun 8 20-Jun 4 Jun 6 Jun 2 11-Jun 6 Jun 11 Jun 3 15-Jun 11 Jun 30 Jul 35 23-Okt 30 Jul 7 Aug 6 21-Agustus 7 Aug 16 Aug 7 3-Sep 16 Aug 21 Aug 2 24- Agustus 21 Aug 19 Sep 21 9-Nov 19 Sep 24 Sep 3 28-Sep 24 Sep 5 Oct 9 30-Okt 5 Oct 18 Oct 6 31- Okt 18 Oct 2 Nov 11 28-Nov 2 Nov 7 Nov 3 13-Nov 7 Nov 9 Nov 2 14-Nov 9 Nov 30 Nov 15 28-Des 30 Nov 4 Dec 2 10-Des 4 Dec 17 Dec 9-17 Dec - Rasio Emas = 1.618 Time Goal Day yang ditunjukkan dalam tabel di atas merupakan tanggal dimana pada tanggal tersebut seharusnya terjadi high atau low berikutnya, atau dengan kata lain pada TGD tersebut seharusnya adalah harga yang lebih tinggi atau lebih rendah dibanding dengan tanggal sebelum dan sesudah TGD, dan bila dilihat dalam grafik, seharusnya 87

titik tersebut jatuh di puncak huruf V terbalik atau di dasar hufuf V. Agar lebih memperjelas, Time Goal Day akan ditunjukkan dalam bentuk grafik. Gambar IV.19 Time Goal Day periode 1 Jan 31 Mar 2007 Untuk periode Januari sampai dengan Maret, tanggal yang menjadi TGD adalah 19, 22 Febuari dan 14 Maret. Ternyata ketepatan hanya terjadi di tanggal 14 Maret, karena pada tanggal tersebut harga lebih rendah dibandingkan dengan harga sebelum dan sesudahnya, dan di tanggal 14 merupakan titik terendah atau seperti titik dasar huruf V. Gambar IV.20 Time Goal Day periode 2 Apr 31 Mei 2007 88

Pada bulan April dan Mei ada lima TGD yang ditunjukkan oleh analisis Fibonacci, yaitu pada tanggal 16 April, 1, 15, 22 Mei. Pada tanggal 16 April Finonacci memberikan TGD yang tepat, karena pada tanggal tersebut tergambar grafik V terbalik dengan tanggal 16 April titik tertinggi nya, dan hal ini juga terjadi di tanggal 22 Mei. Untuk tanggal 1 Mei, TGD yang ditunjukkan Fibonacci terlalu lama satu hari, karena pada tanggal 30 April tingkat harga saham lebih rendah dibandingkan dengan tanggal 1 Mei. Pada tanggal 15 Mei, Fibonacci kurang tepat memberikan sinyal TGD-nya, karena pada tanggal ini harga bukan berada pada titik yang low ataupun high. Gambar IV.21 Time Goal Day periode 4 Jun 31 Jul 2007 TGD muncul sebanyak tiga kali di bulan Juni, pada tanggal 11, 15 dan 20. Ketiga TGD yang ditunjukkan memang cukup tepat, karena pada tanggal 11 dan 20 Juni harga saham memang berada di puncaknya dibandingkan dengan harga saham sebelum dan sesudah TGD tersebut. Sedikit berbeda dengan tanggal 15 Juni, 89

pada tanggal 15 Fibonacci tidak terlalu tepat dalam menunjukkan sinyal TGD-nya, karena titik terendahnya terletak pada tanggal 13 dan 14 Juni. Gambar IV.22 Time Goal Day periode 1 Agustus 28 Sep 2007 Pada bulan Agustus dan September TGD terjadi di tanggal 21 dan 24 Agustus, serta 3 dan 28 September. TGD yang ditunjukkan Fibonacci yang benar-benar tepat terjadi di tanggal 21 Agustus, seperti dilihat pada grafik di atas tanggal-tanggal sebelum dan sesudah 21 Agustus, harga saham lebih tinggi dari pada 21 Agustus. Untuk sinyal TGD di tangal 24 Agustus Fibonacci terlalu cepat memberikannya selama 1 hari perdagangan, karena titik harga yang berada di puncak terjadi tanggal 27 Agustus sebelum menurun di hari berikutnya. TGD yang selanjutnya diberikan terjadi di tanggal 3 September, memang pada tanggal 3 September terletak di antara dua titik yang lebih rendah daripada hari sebelum dan sesudahnya, namun perbedaannya tidak 90

terlalu besar. TGD terakhir yang ditunjukkan oleh Fibonacci terjadi di tanggal 28 September, dan memang di tanggal tersebut harga saham sempat menurun sebelum terjadi peningkatan di hari berikutnya. Gambar IV.23 Time Goal Day periode 1 Okt 28 Des 2007 Tiga bulan menuju akhir tahun analisis Fibonacci memberikan sinyal yang cukup banyak. Tiga TGD yang ditunjukkan di bulan Oktober terjadi pada tanggal 23, 30 dan 31, untuk bulan November TGD terjadi pada tanggal 9, 13, 14, dan 28, sementara di bulan Desember TGD berada di tanggal 10 dan 28. Tepatnya TGD yang ditunjukkan terjadi di tanggal 23 Oktober, 9 November, 13 dan 14 November, dan 10 Desember, karena pada tanggal tanggal tersebut memang merupakan titik-titik yang terletak diantara harga yang lebih tinggi dari tanggal sebelum dan sesudahnya atau terletak diatara harga yang lebih rendah dari tanggal sebelum dan sesudahnya. Untuk tanggal 30 dan 31 Oktober, serta 28 November analisis Fibonacci meunjukkan TGD yang kurang tepat. 91

IV.4 Gabungan Analisis RSI dan Fibonacci Untuk Saham PTBA Periode 2007 Setelah melakukan analisis RSI dengan berbagai interval maka telah ditentukan bahwa RSI(15) yang akan digabungkan dengan Fibonacci, setelah digabungkan maka akan diukur besarnya keakuratan antara gabungan analisis RSI(15) dengan Fibonacci. Jika TGD yang ditunjukkan oleh Fibonacci dikonfirmasi dengan sinyal overbought dari RSI, maka pada tanggal tersebut akan menjadi high berikutnya setelah mengombinasikan antara dua swing sebelumnya, namun jika ternyata RSI memberi konfirmasi dengan sinyal oversold seharusnya pada tanggal tersebut merupakan low berikutnya setelah dihitung dengan analisis Fibonacci. IV.4.1 Deskripsi Gabungan Analisis RSI dan Fibonacci Pada awal Febuari RSI sudah memberikan sinyal untuk membeli yang dapat dilihat pada grafik dibawah bahwa RSI sempat menyentuh garis batas oversold, namun Fibonacci belum menunjukkan adanya Time Goal Day. Gambar IV.24 Gabungan RSI dan Fibonacci periode Jan Apr 92

Kedua alat analisis ini baru memberikan sinyal secara bersamaan pada tanggal 16 April 2007. Analisis Fibonacci menunjukkan tanggal tersebut adalah tanggal terjadinya TGD dimana seharusnya harga saham telah mencapai titik high/low-nya, dan dikonfirmasikan oleh RSI bahwa pada saat tersebut harga saham telah mengalami jenuh beli, berarti seharusnya TGD yang terjadi pada tanggal tersebut adalah high, ternyata memang tepat karena setelah tanggal 16 April harga saham mengalami penurunan secara beruntun sampai dengan 19 April. Gambar IV.25 Gabungan RSI dan Fibonacci periode Mei Jul Bulan berikut yang akan dibahas adalah Mei, Juni dan Juli, dalam tiga bulan ini analisis gabungan RSI dan Fibonacci memberikan empat sinyal yang saling mendukung. Dari keempat sinyal ini, ada satu sinyal yang ternyata keliru ditunjukkan oleh gabungan analisis ini.pada bulan Mei analisis gabungan ini memberikan dua kali sinyal yang saling mendukung yaitu pada tanggal 15 Mei dan 22 Mei, namun ketepatan 93

hanya terjadi pada tanggal 22 Mei, karena pada tanggal 15 Mei dimana RSI telah menunjukkan bahwa harga saham telah overbought seharusnya harga saham akan menurun di hari berikutnya, namun yang terjadi adalah harga saham tidak mengalami penurunan. Ketepatan analsis gabungan ini baru terjadi di tanggal 22 Mei, karena setalah tanggal 22 Mei harga saham memang terlihat jelas mengalami penurunan. Sinyal berikut ditunjukkan pada bulan Juni. Pada bulan Juni ada dua sinyal yang ditunjukkan yaitu di tanggal 14 dan 20. Untuk bulan Juni kedua sinyal yang ditunjukkan memang tepat, karena memang harga menurun pada hari berikutnya. Gambar IV.26 Gabungan RSI dan Fibonacci periode Agustus Okt Tanggal 21 Agustus merupakan satu-satunya tanggal yang ditunjukan oleh Fibonacci sebagai TGD dan dikonfirmasi oleh RSI. Pada tanggal RSI memberikan konfirmasi bahwa harga saham telah mengalami jenuh jual berarti TGD yang telah dihitung dengan analisis 94

Fiboncacci adalah titik low. Ternyata memang pada tanggal berikutnya harga saham mengalami kenaikan yang beruntun. Gambar IV.27 Gabungan RSI dan Fibonacci periode Nov Des Untuk dua bulan terakhir, Fiboncci yang didukung dengan RSI hanya memberikan satu sinyal, dan terjadi pada bulan November. Dari sekian banyak TGD yang ditunjukkan oleh Fibonacci hanya satu tanggal yang didukung oleh analisis RSI. Pada tanggal 9 November RSI telah menunjukan bahwa harga saham telah overbought dan TGD pun menunjukkan bahwa pada tanggal ini seharusnya terjadi high atau low berikutnya, karena sinyal yang diberikan RSI adalah overbought, seharusnya TGD yang terjadi adalah high. Ternyata memang tepat, karena harga saham di hari berikutnya memang mengalami penurunan, dan penurunan ini terjadi sampai dengan tanggal 13 Novmber. 95