MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terhadap PEMOHON 1. Suhaemi Zakir ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Rabu, 5 November 2014, Pukul 14.34 14.50 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Aswanto (Ketua) 2) Anwar Usman (Anggota) 3) Muhammad Alim (Anggota) Ida Ria Tambunan Panitera Pengganti
Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Rinaldi
SIDANG DIBUKA PUKUL 14.34 WIB 1. KETUA: ASWANTO Sidang dalam Perkara Nomor 110/PUU-XII/2014 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Saudara Pemohon, silakan memperkenalkan diri. 2. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Baik, Yang Mulia. Perkenalkan nama saya Rinaldi, Advokat Kuasa Hukum dari H. Suhaemi Zakir, umur 58 tahun, agama Islam, pekerjaan pedagang, kewarganegaraan Indonesia, alamat Jalan Duku RT 004/RW 005, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 3. KETUA: ASWANTO Anda juga Pemohon yang tadi, ya? 4. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Ya, betul, Yang Mulia. 5. KETUA: ASWANTO Yang Undang-Undang Perbankan? 6. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Betul, Yang Mulia. 7. KETUA: ASWANTO Dan Pemohon Prinsipalnya sama juga, ya? 8. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Sama juga, ya. KETUK PALU 3X
9. KETUA: ASWANTO Baik. Agenda sidang kita pada hari ini adalah pemeriksaan pendahuluan. Walaupun permohonan kami sudah terima, kita member kesempatan kepada Saudara untuk menyampaikan pokok-pokok permohonan. Ya, permohonannya juga ringkas ya seperti yang tadi? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Betul, Yang Mulia. 11. KETUA: ASWANTO Silakan disampaikan pokok-pokoknya saja. 12. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Baik, Yang Mulia. Bahwa permohonan ini untuk menguji Pasal 231 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) apakah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Bahwa Pasal 231 ayat (3) Kitab Undang -Undang Hukum Pidana berbunyi, Penyimpan barang yang dengan sengaja melakukan atau membiarkan dilakukan salah satu kejahatan itu atau sebagai pembantu pembantu menolong perbuatan itu diancam dengan pidana paling lama paling lama lima tahun. Pemohon adalah pemohon eksekusi pencairan sesuai penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Bahwa sebelum melakukan eksekusi pencairan, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terlebih dahulu sudah melakukan sita eksekusi terhadap harta milik termohon eksekusi di Bank DKI sesuai dengan penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tertanggal 24 Mei 2013. Kemudian, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memposisikan atau memperlakukan Bank DKI sebagai penyimpan dan penjaga ba rekening sitaan sesuai dengan Berita Acara sita eksekusi Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Bank DKI telah berjanji akan memberikan secara sukarela kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menyerahkan kembali rekening yang telah disita apabila pengadilan memintanya. Kemudian, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sudah melakukan eksekusi pencairan pada tanggal 7 Maret 2014, namun gagal digagalkan dan dihalang-halangi oleh Bank DKI. Kemudian diulang lagi tanggal 27 Maret 2014, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melaksanakan eksekusi tersebut kembali digagalkan dan dihalang-halangi oleh Bank DKI. Bahwa atas kejadian tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melaporkan Bank DKI kepada pihak kepolisian dengan tuduhan Pasal 216 ayat dan Pasal 231 KUHP.
Bahwa proses penyelidikan di kepolisian masih berlangsung hingga saat ini, namun tuduhan Pasal 231 KUHP tidak bisa diteruskan karena Pasal 231 ayat (3) tidak jelas maknanya, sehingga tidak memberikan kepastian hukum. Bahwa atas kejadian ini, Pemohon berkeyakinan ketentuan Pasal 231 ayat (3) KUHP telah menimbulkan ketidakpastian hukum yang adil dan mengakibatkan hilangnya hak konstitusional Pemohon sebagai pemohon eksekusi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Bahwa ketentuan Pasal 231 ayat (3) KUHP, Pemohon meya kini bertentangan dengan prinsip-prinsip konstitusi. Bahwa ketentuan Pasal 231 ayat (3) KUHP, Pemohon meyakini bertentangan dengan Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Bahwa atas bahwa agar ada kejelasan makna dan memberikan kepastian hukum, semestinya Pasal 231 ayat (3) KUH P berbunyi, Penyimpan barang sitaan yang dengan sengaja melakukan atau membiarkan dilakukan salah satu kejahatan itu menarik atau menyembunyikan, menghancurkan, merusak, atau membikin tidak dapat dipakai barang sitaan atau sebagai pembantu menolong perbuatan itu atau tidak memberikan secara sukarela barang yang disita atas perintah hakim diancam dengan pidana paling lama lima tahun. Permohonan kami petitum kami. 1. Kami mohon menga mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menyatakan Pasal 231 ayat (3) KUHP berten KUHP bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai penyimpan barang sitaan yang dengan sengaja melakukan atau membiarkan dilakukannya salah satunya kejahatan itu merusak atau membikin tidak dapat dipakai atau sebagai pembantu menolong perbuatan itu atau tidak mau memberikan secara sukarela barang yang disita atas perintah hakim diancam dengan pidana paling lama lima tahun. 3. Menyatakan Pasal 231 ayat (3) KUHP tidak dapat mem punyai tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai penyimpan barang sitaan yang dengan sengaja melakukan atau membiarkan dilakukan salah satu kejahatan itu menarik, menyembunyikan, menghancurkan, merusak atau membikin tidak dapat dipakai barang sitaan atau sebagai pembantu sebagai pembantu menolong perbuatan itu atau tidak memberikan secara sukarela barang yang disita atas perintah hakim diancam dengan pidana paling lama lima tahun. Demikian, Yang Mulia.
13. KETUA: ASWANTO Baik. 14. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Ya. Ini yang saya mau tanyakan dahulu di angka 11 daripada permohonan Saudara yang terdapat pada halaman dua barangkali, halaman dua, itu siapa yang mengatakan ini tidak... Pasal 231 ayat (3) KUHP tidak dapat diterapkan karena (suara tidak terdengar jelas) tidak dapat memberikan kepastian hukum. Siapa yang mengatakan begitu? Polisi mengatakan atau Saudara? Ya? 15. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Polisi hanya mengatakan ini enggak jelas, gitu saja, kita tafsirkan seperti ini, Yang Mulia. 16. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Oke. Nah, kalau ini menurut Saudara di petitumnya itu harus dilengkapi, ya, tidak mau memberikan secara sukarela barang yang di sita atas perintah hakim. 17. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Betul, Yang Mulia. 18. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Diancam dengan pidana penjara (suara tidak terdengar jelas) tetap. Ini kan Saudara tahu bahwa sesuatu barang yang disita itu mutlak tidak bisa dipindahtangankan. Itu kan berarti kalau terjadi, itu penggelapan. Lalu kenapa bukan itu Saudara... kenapa tidak bisa... apakah ini bukan soal penerapan hukum? 19. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Kalau pendapat kami ini karena ketidakjelasan ini. Ketidakjelasan hukum ini, maka polisi tidak berani bertindak, Yang Mulia. Seperti itu, Yang Mulia.
20. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Ini Pasal 231 ayat (3) ini apanya yang tidak jelas menurut Saudara? 21. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Ada yang kurang di apa... dimaknanya itu, Yang Mulia. 22. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Maknanya atau polisi yang tidak mau menjalankannya? 23. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Maknanya, Yang Mulia karena kita juga (...) 24. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Gimana Saudara mengatakan begini, itu Pasal 231, Penyimpan barang yang dengan sengaja melakukan atau membiarkan melakukan salah satu kejahatan itu, atau sebagai pembantu menolong perbuatan itu diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Itu kan, itu kan sudah jelas sekali itu yang... barangkali penerapannya yang Saudara maksud? 25. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Tidak juga, Yang Mulia. Apa... kan kalau menurut kami ini yang tercantum di Pasal 231 kurang, Yang Mulia, kurang apa... dalam praktiknya ini kurang. Jadi kalau penyimpan barang menarik jelas, ya kan, penyimpan barang... membiarkan barang itu rusak, jelas. Tapi penyimpan barang tidak menyerahkan kepada hakim itu tidak diatur, Yang Mulia. 26. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Oh, itu sehingga Saudara memakai anu... bersyarat begitu? 27. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Betul, Yang Mulia. 28. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Kalau syarat itu dipenuhi, seperti konstitusional?
29. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Betul, Yang Mulia. 30. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM 31. KETUA: ASWANTO Ya, buat sementara, Prof. Terima kasih, Yang Mulia. Saya undang Yang Mulia Pak Dr. Anwar Usman, silakan. 32. HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Terima kasih, Yang Mulia. Pemohon, teknis penyusunan permohonan ini sudah cukup memenuhi syarat namun masih belum lengkap, ya. Misalnya di kewenangan Mahkamah, Pemohon masih menggunakan Undang-Undang MK yang lama, sudah ada undang-undang baru jadi harus dikaitkan pula dengan Undang-Undang MK yang baru. Kemudian di bagian akhir dari kewenangan juga itu Saudara belum memasukkan kesimpulan yang bagaimana dari uraian itu apakah Mahkamah berwenang apa tidak, itu tidak ada. Berikutnya mengenai kedudukan dan hak konstitusional Pemohon. Supaya dipertajam uraiannya, alasannya sehingga Pemohon dirugikan dengan berlakunya pasal yang diuji ini atau paling tidak berpotensi dirugikan. Jadi di mana itu harus dijelaskan, lebih-lebih lagi apabila dikaitkan oleh... dengan apa yang dijelaskan oleh Yang Mulia Bapak Muhammad Alim tadi, apakah ini memang masalah implementasi atau masalah konstitusionalitas pasal yang Saudara uji? Jadi harus dibedakan ya, walaupun menurut Pemohon itu masih pasalnya yang bermasalah. Jadi harus diuraikan lebih tajam lagi di mana pasal ini disebut bermasalah ya, sehingga melahirkan multitafsir atau mungkin implementasi yang berbeda oleh penegak hukum terutama oleh penyidik. Saya rasa sudah cukup, terima kasih, Yang Mulia. 33. KETUA: ASWANTO Terima kasih, Yang Mulia. Saudara Pemohon, ya? 34. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Baik.
35. KETUA: ASWANTO Dari permohonan yang Saudara masukkan, nampaknya masih harus Saudara lakukan pendalaman-pendalaman termasuk yang harus Saudara uraikan betul-betul secara runtut adalah hak konstitusional dari Pemohon, apakah ada jaminan di dalam konstitusi tentang hak itu? Kemudian apakah hak konstitusional Pemohon itu potensial atau faktual dirugikan dengan berlakunya norma yang Saudara minta untuk diuji. Nah, ini yang belum nampak. Ini belum nampak, ini Saudara harus elaborasi sedemikian rupa sehingga nampak bahwa ternyata Pemohon itu adalah warga negara yang memang punya hak konstitusional dan kemudian dengan berlakunya norma yang Saudara minta untuk diuji, yaitu Pasal 231 ayat (1), (2), dan 231, Yang Mulia. Ayat (1), (2), (3) ( ) 36. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI Ayat (3), Yang Mulia. 37. KETUA: ASWANTO Oh, ya sori, ayat (3). Baik, ayat (3). Itu Pemohon faktual dirugikan atau potensial dirugikan dan Saudara juga harus mengelaborasi selanjutnya bahwa seandainya norma itu tidak berlaku, maka dapat dipastikan bahwa potensi kerugian yang akan dialami atau kerugian faktual yang akan dialami oleh Pemohon itu tidak akan terjadi. Dan tentu kerugian yang dimaksud di situ adalah kerugian konstitusional ya. Ini yang mesti Saudara harus elaborasi kembali sehingga Hakim bisa melihat bahwa apakah yang bersangkutan betul-betul punya legal standing. Tadi saya juga sudah menyampaikan kepada Saudara bahwa Saudara harus melihat secara seksama PMK ya. Peraturan Mahkamah Konstitusi yang mengatur mengenai tata cara beracara untuk pengujian undang-undang. Tadi Saudara mengatakan sudah punya. Nanti di apa dilihat kembali apakah permohonan Saudara sudah memenuhi persyaratan itu ya. Ada tambahan, Pak? Nah, Saudara Pemohon? Masih ada yang Saudara ingin sampaikan? 38. KUASA HUKUM PEMOHON: RINALDI 39. KETUA: ASWANTO Cukup, Yang Mulia. Kita akan perbaiki. Baik, Saudara punya kesempatan untuk memperbaiki 14 hari. Hari kalender ya, bukan hari kerja tapi hari kalender dihitung dari sekarang.
Namun walaupun sebelum 14 hari, kalau Saudara sudah siap untuk memasukkan silakan, langsung dimasukkan ke bagian kepaniteraan dan kalau Saudara tidak melakukan perbaikan sampai pada waktu yang ditentukan yaitu 14 hari. Kita menganggap bahwa permohonan Saudara yang akan ditindaklanjuti adalah permohonan yang kami sudah terima sekarang. Jadi itu sepenuhnya diserahkan kepada Saudara. Apakah Saudara akan menggunakan hak untuk itu atau tidak. Dan kalau tidak ada lagi yang Saudara akan kemukakan, untuk sidang selanjutnya Saudara tinggal menunggu pemberitahuan dari Mahkamah dan sidang pada hari ini sidang kita pada hari ini selesai dan dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 14.50 WIB Jakarta, 5 November 2014 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP. 19730601 200604 1 004 Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.