BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Responden 4.1.1. Kelas Kategori kelas ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa dari setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar Dewantara yaitu Akuntansi (AK), Administrasi Perkantoran (AP), dan Pemasaran (PS). berikut ini: Deskripsi data responden berdasarkan kelas dapat dijelaskan pada tabel Tabel 4.1 Kelas Kelas Jurusan Frekuensi Persentase (%) X AK 33 11% AP 42 15% PS 33 11% XI AK 34 12% AP 25 8% PS 36 12% XII AK 34 11% AP 32 11% PS 27 9% Total 300 100% Sumber : Microsoft Excel 35
36 Berdasarkan tabel di atas menunjukan sebanyak 33 siswa (11%) berasal dari kelas X AK, sebanyak 42 siswa (15%) berasal dari kelas X AP, sebanyak 33 siswa (11%) berasal dari kelas X PS, sebanyak 34 siswa (12%) berasal dari kelas XI AK, sebanyak 25 siswa (8%) berasal dari kelas XI AP, sebanyak 36 siswa (12%) berasal dari kelas XI PS, sebanyak 34 siswa (11%) berasal dari kelas XII AK, sebanyak 32 siswa (11%) berasal dari XII AP, dan sebanyak 27 siswa (9%) berasal dari kelas XII PS. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar respoden berada di kelas XI PS dengan persentase responden sebesar 12% dan sebagian kecil responden berada di kelas XI AP dengan persentase 8%. 4.1.2. Jenis Kelamin Deskripsi data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Perempuan 189 63% Laki laki 111 37% Total 300 100% Sumber : Microsoft Excel Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 189 siswa (63%) dan responden yang berjenis kelamin laki laki sebanyak 111 siswa (37%). 4.1.3. Cita - cita berikut ini: Deskripsi data responden berdasarkan cita - cita dapat dijelaskan pada tabel Tabel 4.3 Cita cita Cita cita Jumlah % adm piutang 10 3,01%
37 Administrasi 3 1,00% akuntan 34 11,37% Arsitek 3 1,00% Astronot 1 0,33% Atlet 3 1,00% Auditor 11 3,68% Dokter 2 0,67% Guru 1 0,33% Karyawan 14 4,68% Marketing 17 5,69% Musisi 3 1,00% pelukis 1 0,33% pemain bola 13 4,35% Pembalap 1 0,33% Pengacara 2 0,67% Pengusaha 59 19,73% Perpajakan 1 0,33% Pilot 2 0,67% PNS 4 1,34% Polisi 2 0,67% Polwan 1 0,33% PR 1 0,33% Pramugari 1 0,33% Psikolog 5 1,67% punya usaha 1 0,33% Sekretaris 84 28,09% staf 12 4,01% administrasi Teller 2 0,67% TNI 4 1,34% Wartawan 1 0,33% Wiraswasta 1 0,33% Total 300 100,00% Sumber: Microsoft Excel Berdasarkan tabel di atas menunjukan masing masing persentase untuk siswa yang ingin menjadi astronot, guru, pelukis, pembalap, perpajakan, polwan, ingin memiliki usaha sendiri, wartawan, dan wiraswasta sebesar 0,33%. Kemudian masing masing persentase 0,67% untuk siswa yang ingin menjadi dokter, pengacara, polisi dan teller. 1,00% persentase untuk administrasi, atlet, dan musisi. 1,34% masing masing jumlah persentase untuk siswa yang ingin menjadi PNS dan TNI. 1, 67 % siswa ingin menjadi psikolog. 3,01% siswa memilih untuk menjadi
38 adm piutang. 3,68% siswa yang ingin menjadi auditor. 4,01% siswa yang ingin menjadi staf administrasi. 4,68% siswa yang ingin menjadi karyawan. 5,69% siswa ingin menjadi marketing. 11,37% siswa yang ingin menjadi akuntan. 19,73% siswa yang ingin menjadi pengusaha. 28,09% siswa yang ingin menjadi sekretaris. 4.1.4 Usia bawah ini: Deskripsi data responden berdasarkan usia akan dijelaskan pada tabel di Tabel 4.4 Usia Usia Jumlah Presentase (%) 15 83 28% 16 101 33% 17 93 31% 18 23 8% Total 300 100% Sumber: Mircrosoft Excel Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang berusia 15 tahun sebanyak 83 siswa dengan presentase 28%, responden yang berusia 16 tahun sebanyak 101 siswa dengan presentase 33%, responden yang berusia 15 tahun sebanyak 93 siswa dengan presentase 31%, dan responden yang berusia 18 tahun sebanyak 23 siswa dengan presentase 8%. 4.2 Hasil dan Pembahasan Penelitian 4.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data dalam penelitian yang dilakukan berdistribusi normal atau tidak (Sarwono, 2012). Tabel 4.5 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test TOTAL VAR00001 N 300 300 Normal Parameters a,b Mean 180.86 117.26 Std. Deviation 18.581 9.800
39 Most Extreme Differences Absolute.209.128 Positive.121.086 Negative -.209 -.128 Kolmogorov-Smirnov Z 3.623 2.220 Asymp. Sig. (2-tailed).000.000 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0 Pada tabel diatas, variabel Kematangan karir sebesar 0,000 dan variabel motivasi belajar memiliki nilai signifikansi (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0,000. Jika nilai signifikan < 0.05 maka data berdistribusi tidak normal, sedangkan jika nilai signifikan > 0.05 maka data berdistribusi normal (Sarwono, 2012). Maka dapat disimpulkan bahwa populasi data kematangan karir dan motivasi belajar berdistribusi normal. 4.2.2 Hasil Korelasi antara Kematangan Karir dan Motivasi Belajar Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro Tabel 4.6 Korelasi Pearson Correlations AVR VAR00001 Pearson Correlation 1.521 ** AVR Sig. (2-tailed).000 N 300 300 Pearson Correlation.521 ** 1 VAR00001 Sig. (2-tailed).000 N 300 300 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0 Berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat nilai korelasi antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang sebesar 0,521. Maka dapat dikatakan ada hubungan yang signifikan pada
40 tingkat sedang antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro di Tangerang. Interpretasi tersebut berdasarkan tabel korelasi r menurut Sugiyono (2012). 4.7 tabel korelasi r Koefisien Tingkat Hubungan 0.00 0.199 Sangat rendah 0.20 0.399 Rendah 0.40 0.599 Sedang 0.60 0.799 Kuat 0.80 1.000 Sangat kuat Dengan demikian, hipotesis null (H o ) yang menyatakan tidak adanya hubungan antara kematangan karir dengan motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro ditolak. 4.2.3 Kematangan karir pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro Tabel 4.8 Kematangan Karir pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro Kematangan karir Frekuensi Persentase (%) Matang 211 70 Belum Matang 89 30 Mean 180.6 Total 300 100 Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0 Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kematangan karirnya sudah matang dengan jumlah persentase 70% (211 siswa), sedangkan sebagian kecil siswa yang masih belum matang kematangan karirnya dengan jumlah persentase 30% (30 siswa). Tabel 4.9 Kematangan Karir pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro Perkelas Kelas Frekuensi Persentase (%) Matang Belum Matang Matang Belum Matang X AK 6 27 18 82 X PS 4 29 13 87
41 X AP 30 12 71 29 XI AK 31 3 91 9 XI PS 24 1 96 4 XI AP 33 3 92 9 XII AK 27 7 71 29 XII PS 26 1 96 4 XII AP 28 4 87 13 Sedangkan berdasarkan persentasi kematangan karir menurut kelas, pada kelas X AK terdapat 18 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 82% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas X PS terdapat 13 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 87% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas X AP terdapat 71 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 29% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XI AK terdapat 91 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 9 % siswa yang kematangan karirnya belum matang. pada kelas XI PS terdapat 96 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 4% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XI AP terdapat 92 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 8% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XII AK terdapat 71 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 29% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XII PS terdapat 96 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 4% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Pada kelas XII AK terdapat 87 % siswa yang kematangan karirnya sudah matang dan 13% siswa yang kematangan karirnya belum matang. Dari data tersebut dapat disimpulkan sebagian besar siswa pada kelas X AP, XI AK, XI PS, XI AP, XII AK, XII PS, dan XII AK kematangan karirnya sudah matang. Sedangkan sebagian besar siswa pada kelas X AK dan X PS kematangan karirnya belum matang.
42 Dalam penelitian ini, kematangan karir siswa ditentukan berdasarkan hasil perolehan mean dari total skor. Hasil mean yang diperoleh sebesar 180.6, jadi apabila nilai yang diperoleh dari masing masing total skor di bawah 180.6 maka dapat dikatakan bahwa kematangan karir belum matang. Sebaliknya, apabila kematangan karir berada di atas mean total skor 180.6 maka dapat dikatakan kematangan karir sudah matang. Dampak dari siswa yang sudah memiliki kematangan karir yaitu sudah bisa membuat perencanaan karirnya dimasa depan, bisa mencari tahu kira kira apa saja yang harus dipersiapkan untuk mereka bekerja nanti, bisa menentukan pilihan karir mereka sendiri dari hasil diskusi dengan guru, orang tua, atau bahkan orang yang memiliki karir yang sama seperti yang mereka inginkan, dan juga tahu informasi tentang dunia kerja di bidang yang ingin mereka tekuni sebaliknya. Sebaliknya, siswa yang belum memiliki kematangan karir belum tahu bagaimana merencanakan karir mereka, belum tahu apa saja yang harus dipersiapkan untuk bekerja nanti, belum bisa menentukan pilihan sendiri untuk karirnya di masa depan, dan juga belum tahu informasi tentang dunia kerja yang akan mereka tekuni nantinya. Rata rata siswa kelas X belum mencapai kematangan karir, hal ini terjadi karena siswa belum tahu bagaimana merencanakan karir mereka, belum tahu apa saja yang harus dipersiapkan untuk bekerja nanti, belum bisa menentukan pilihan sendiri untuk karirnya di masa depan, dan juga belum tahu informasi tentang dunia kerja yang akan mereka tekuni nantinya. 4.2.4 Gambaran Motivasi Belajar Tabel 4.9 Gambaran Motivasi Belajar Motivasi Belajar Frekuensi Persentase (%) Tinggi 166 55
43 Sedang 20 7 Rendah 114 38 Minimum 2,14 Maximum 5,00 Median 4,03 Std. Deviation 0,337 Total 300 100% Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0 Kelas Frekuensi Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi X AK 22 3 8 67 9 24 X PS 16 3 14 49 9 42 X AP 17 3 22 41 7 52 XI AK 9 3 22 26 9 65 XI PS 7 2 16 28 8 64 XI AP 7 5 22 20 15 65 XII AK 15 1 18 44 3 53 XII PS 8 0 19 30 0 70 XII AP 13 0 19 30 0 70 Dari data analisa di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar motivasi belajar pada siswa SMK Ki Hajar Dewantoro berada pada tingkat tinggi dengan presentase 55% atau sebanyak 166 siswa. kemudian motivasi belajar dengan tingkat rendah dengan presentase 38% atau sebanyak 114 siswa, dan motivasi belajar siswa dengan tingkat sedang dengan presentase 7% atau sebanyak 20 siswa. Dengan perincian perkelas yaitu pada kelas X AK terdapat 67% siswa dengan motivasi belajar rendah, 9% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 24% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas X PS terdapat 49% siswa dengan motivasi belajar rendah, 9% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 42% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas X AP terdapat 41% siswa dengan motivasi belajar rendah, 7% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 52% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XI AK terdapat 26% siswa dengan motivasi belajar rendah, 9% siswa dengan
44 motivasi belajar sedang, dan 65% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XI PS terdapat 28% siswa dengan motivasi belajar rendah, 8% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 64% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XI AP terdapat 20% siswa dengan motivasi belajar rendah, 15% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 65% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XII AK terdapat 44% siswa dengan motivasi belajar rendah, 3% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 53% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XII PS terdapat 30% siswa dengan motivasi belajar rendah, 0% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 70% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Pada kelas XII AP terdapat 30% siswa dengan motivasi belajar rendah, 0% siswa dengan motivasi belajar sedang, dan 70% siswa dengan motivasi belajar tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa pada SMK Ki Hajar Dewantoro memiliki motivasi belajar tinggi dan memenuhi indikator dari motivasi belajar tersebut yang antara lain adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia, kreatif, keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang, keinginan untuk memperbaiki kegagalan, keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, pemberian hadiah atau hukuman dari proses belajar. Dampak dari siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi adalah siswa menjadi lebih terdorong untuk belajar dalam hal mencapai tujuan yang ingin diraih, sehingga prestasi siswa pung meningkat, siswa juga akan lebih aktif dalam mencari tahu sendiri materi belajar yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang, dan juga aktif bertanya di kelas jika ada hal yang tidak diketahui oleh siswa. Sedangkan, apabila siswa memiliki motivasi belajar yang rendah dorongan siswa untuk belajar juga akan rendah karena siswa belum tahu apa tujuan mereka untuk belajar, sehingga menyebabkan siswa tidak memiliki dorongan untuk belajar sendiri dan mencari tahu
45 materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru, siswa menjadi pasif di kelas, dan prestasi belajar juga akan menurun.