BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, deskripsi data penelitian beserta analisis data, dan dilanjutkan dengan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian Gambaran Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Padang Sago, dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 79 orang yang terdiri dari 39 orang lakilaki dan 40 orang perempuan Pelaksanaan Penelitian Tabel 4.1. Subjek Penelitian No Kelas Jenis Kelamin Jumlah 1 L 13 X 2 P 12 3 L 11 XI 4 P 16 5 L 15 XII 6 P 12 Total 79 Sumber: Data Penelitian Ket: L= Laki-laki P= Perempun Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Padang Sago, tepatnya di Jalan Raya Lubuk Napa Kecamatan Padang Sago. Letak geografis lokasi sekolah ini berada pada kawasan dekat dengan pemukiman masyarakat dan 91

2 90 dekat dari jalan raya. Pengambilan data dilakukan pada tanggal Juli Pengambilan data penelitian dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi izin penelitian Nomor: B.1436/In.02/FU/TL.00.9/07/2017 yang ditanda tangani oleh wakil dekan bidang akademik Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala kepada siswa SMAN 1 Padang Sago dengan jumlah sampel sebanyak 79 orang seperti yang dijabarkan pada BAB III. Penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dengan membagikan skala yaitu skala persepsi tentang layanan konseling dan skala minat berkonsultasi. Agar tidak terjadi kesalahan di dalam pengisian skala, peneliti memberikan penjelasan pengisian yang telah ada di lembar skala Pengumpulan Data Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan dua skala yaitu skala persepsi tentang layanan konseling yang terdiri dari 77 aitem pernyataan dan skala minat berkonsultasi yang terdiri dari 80 aitem pernyataan. Pada setiap skala terdapat lembar identitas, kolom jawaban, dan cara pengisian serta ucapan terima kasih. Selain dari itu, peneliti menggunakan wawancara dan observasi sebagai pengambilan data awal Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian digunakan untuk membuat kategorisasi variabel dengan menggolongkan subjek dalam dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Menurut Azwar (2005:105), skor skala sebagai hasil ukur

3 91 berupa angka (kuantitatif) maka skor memerlukan suatu norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Berdasarkan tujuan tersebut maka peneliti menetapkan suatu kategorisasi. Kategorisasi dilakukan dengan menggunakan persamaan skor tertinggi dikurangi skor terendah kemudian dibagi dengan kelas interval yaitu tinggi dan rendah pada skala minat berkonsultasi dan positif dan negatif pada skala persepsi tentang layanan konseling. Maka kelas intervalnya adalah 2. Rumus yang dipakai untuk mencari kategorisasi tinggi dan rendah yaitu (Hadi, 2004:265): Keterangan: I = Interval R = Range (Nilai Tertinggi Nilai Terendah) K = Kelas Interval (Tinggi dan Rendah) Kategorisasi Persepsi tentang Layanan Konseling Tingkat persepsi tentang layanan konseling siswa SMAN 1 Padang Sago dikategorisasikan menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif. Hal ini dilakukan untuk menetapkan kategori yang jelas pada subjek penelitian. Kategorisasi dilakukan dengan menggunakan persamaan skor tertinggi dikurangi skor terendah kemudian dibagi dengan kelas interval yaitu tinggi dan rendah. Maka kelas intervalnya adalah 2.

4 92 Rumus yang dipakai untuk mencari kategorisasi tinggi dan rendahnya tingkat kontrol diri siswa yaitu (Hadi, 2004:265): Keterangan: I = Interval R = Range (Nilai Tertinggi Nilai Terendah) K = Kelas Interval (Tinggi dan Rendah) R = = 81 K = 2 I = 81/2 = 40,5 Tabel 4.2 Kategorisasi Berdasarkan Skala Persepsi tentang Layanan Konseling No Skor Kategori Jumlah Persentase Negatif 45 orang 57,1% Positif 34 orang 43,3% Sumber : Data Penelitian Total 79 orang 100% Valid Tabel 4.3 Kategorisasi Berdasarkan Skala Persepsi tentang Layanan Konseling Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Negatif 45 57,1 57, Positif 34 43,3 43, Total Sumber: Data SPSS 16.0 for windows

5 93 Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa dari 79 orang subjek, 34 orang atau 43,3% yang memiliki persepsi tentang layanan konseling positif, dan sebanyak 45 orang lainnya atau 57,1% memiliki persepsi tentang layanan konseling yang negatif. Dari besarnya persentase persepsi tentang layanan konseling pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa siswa SMAN 1 Padang Sago dominan memiliki tingkat persepsi tentang layanan konseling negatif Kategorisasi Minat Berkonsultasi Tingkat minat berkonsultasi siswa SMAN 1 Padang Sago dikategorisasikan menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan rendah. Hal ini dilakukan untuk menetapkan kategori yang jelas pada subjek penelitian. Kategorisasi dilakukan dengan menggunakan persamaan skor tertinggi dikurangi skor terendah kemudian dibagi dengan kelas interval yaitu tinggi dan rendah. Maka kelas intervalnya adalah 2. Rumus yang dipakai untuk mencari kategorisasi tinggi dan rendahnya tingkat minat berkonsultasi siswa yaitu: Keterangan: I = Interval R= Range (Nilai Tertinggi Nilai Terendah) K= Kelas Interval (Tinggi dan Rendah)

6 94 R = = 82 K = 2 I= 82/2=41 Tabel 4.4 Kategorisasi Berdasarkan Skala Minat Berkonsultasi No Skor Kategori Jumlah Persentase Rendah 14 orang 18% Tinggi 65 orang 82% Sumber : Data Penelitian Total 79 orang 100% Tabel 4.5 Kategorisasi Berdasarkan Minat Berkonsultasi Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Rendah ,7 Tinggi Total Sumber: Data SPSS 16.0 for windows Berdasarkan tabel 4.4 dan tabel 4.5 di atas didapatkan bahwa dari 79 subjek yang diteliti, sebanyak 14 orang atau 18% minat berkonsultasinya rendah, dan 65 orang atau 82% minat berkonsultasinya tinggi. Dari besaran persentase minat berkonsultasi pada tabel tersebut, menunjukkan bahwa siswa SMAN 1 Padang Sago lebih dominan memiliki tingkat minat berkonsultasi yang dikategorikan tinggi.

7 Hasil Penelitian Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel penelitian secara signifikan mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Kedua variabel dikatakan linear apabila memiliki taraf signifikansi kecil dari 0,05 (P < 0,05) (Priyatno, 2014:79). Uji linearitas pada SPSS versi 16.0 for windows diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.6 Uji Linearitas Sebaran Skala Persepsi tentang Layanan Konseling dengan Skala Minat Berkonsultasi ANOVA Table Mean Sum of Squares Df Square F Sig. Minat * Persepsi Between Groups (Combined) Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total Sumber: Data SPSS 16.0 for windows Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat pada output ANOVA Table, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,000 karena signifikansi kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi terdapat hubungan yang linear, maka asumsi linearitas terpenuhi.

8 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data terdistribusi normal atau tidak. Distribusi data yang normal menyatakan bahwa subjek penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada, sebaiknya apabila sebaran tidak normal, maka dapat disimpulkan bahwa subjek tidak representatif atau tidak mewakili populasi yang ada. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji one sample kalmogorov smirnov, dapat dinyatakan terdistribusi normal jika signifikansi besar dari 0,05 (Priyatno, 2014:69). Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for windows, maka diperoleh hasil uji normalitas sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Normalitas Sebaran Skala Persepsi tentang Layanan Konseling dengan Skala Minat Berkonsultasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Persepsi Minat N Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data SPSS 16.0 for windows Untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui dari tabel One-Sample Kolmogorov Smirnov Test pada tabel 4.7 di atas. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai signifikansi >

9 97 0,05 maka data terdistribusi normal. Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymptotic Significance 2-tailed) untuk persepsi tentang layanan konseling adalah 0,716 dan minat berkonsultasi 0,406. Signifikansi untuk variabel persepsi tentang layanan konseling lebih besar dari 0,05 maka berdistribusi normal dan untuk signifikansi minat berkonsultasi juga lebih besar dari 0,05 maka berdistribusi normal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data skala persepsi tentang layanan konseling berdistribusi normal dan data skala minat berkonsultasi juga berdistribusi normal Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Pearson untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows diperoleh sebagai berikut:

10 98 Tabel 4.8 Hasil Analisis Korelasi Pearson Correlations Persepsi Minat Persepsi Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).000 N Minat Pearson Correlation.567 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: SPSS 16.0 for windows Hasil analisis pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai koefisien pearson correlation persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi sebesar 0,567. Jika nilai signifikansi < 0,05 berarti hipotesis diterima sedangkan jika nilai signifikansi > 0,05 berarti hipotesis ditolak dan nilai signifikansi dari persepsi tentang layanan konseling dan minat berkonsultasi 0,000 (0,000 < 0,05) yang berarti pada taraf signifikansi antara dua variabel menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan besar koefisien 0,567, diperoleh nilai r hitung adalah 0,567, sementara r tabel 0,220. Menurut Sugiyono (2010:185), jika r hitung > (besar) dari r tabel maka hipotesis diterima. Sebaliknya, Jika r hitung < (kecil) dari r tabel maka hipotesis ditolak. Dari hasil perhitungan koefisien

11 99 korelasi diperoleh nilai r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,567 > 0,220, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi siswa SMAN 1 Padang Sago. Dasar pengambilan keputusan dengan uji t sebagai berikut: = = = = =6,041 Menurut Priyatno (2014:175), jika t hitung besar dari t tabel (t hitung > t tabel ), maka hipotesis diterima. Dari hasil pengambilan keputusan dengan uji t, t hitung sebesar 6,041 dan t tabel 0,679. Karena t hitung lebih besar dari t tabel (6,041 > 0,678) artinya terdapat hubungan antara persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi siswa SMAN 1 Padang Sago Pembahasan Berdasarkan analisis data yang diperoleh menunjukkan, bahwa data yang diperoleh dari 79 subjek yang diteliti, 34 orang atau 43,3%

12 100 memiliki tingkat persepsi tentang layanan konseling yang positif, 45 orang atau 57,1 % yang memiliki tingkat persepsi tentang layanan konseling yang negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dari siswa SMAN 1 Padang Sago memiliki tingkat persepsi tentang layanan konseling yang negatif. Hal ini berarti dugaan semula dari peneliti bahwa persepsi siswa tentang layanan konseling di SMAN 1 Padang Sago negatif adalah tepat. Kenyataan di sekolah menunjukkan siswa banyak yang memberikan pernyataan di skala dengan persepsi negatif. Kemudian data dari 79 subjek yang diteliti, 14 orang atau 18% memiliki tingkat minat berkonsultasi yang rendah, 65 orang atau 82% yang memiliki tingkat minat berkonsultasi yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa SMAN 1 Padang Sago memiliki tingkat minat berkonsultasi yang tinggi. Perbedaan antara fenomena yang ada dengan hasil penelitian yang dilaksanakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pertama, kecenderungan sampel yang terjaring merupakan siswa yang masuk kategori siswa yang disiplin, kedua, sebagian responden dalam menjawab cenderung ingin terlihat baik dan ketiga, penelitian yang pada mulanya menggunakan sampel acak untuk menentukan siapa yang akan menjadi responden berubah karena keikutsertaan guru di sekolah menunjuk siapa saja yang akan menjadi sampel pada penelitian ini, kemungkinan ini juga mempengaruhi hasil skor minat berkonsultasi siswa. Selanjutnya, dari analisis yang diperoleh bahwa persepsi terhadap layanan konseling memiliki hubungan positif yang signifikan dengan minat

13 101 berkonsultasi. Sehingga semakin tinggi/positif tingkat persepsi tentang layanan konseling seseorang maka semakin tinggi pula minat berkonsultasinya. Hal ini terbukti dari hasil analisis korelasi Pearson yang menunjukan bahwa nilai Pearson Correlation antara variabel persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi sebesar 0,567 dengan sumbangan persepsi tentang layanan konseling sebesar 32,2% dan nilai signifikansi 0,000, yang mana nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) yang berarti antara dua variabel menunjukkan hubungan positif yang signifikan. Artinya hanya 32,2 % persepsi tentang layanan konseling mempengaruhi tingkat minat berkonsultasi siswa SMAN 1 Padang Sago, dan 67,8% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain seperti minat intrinsik dan minat ekstrinsik. minat intrinsik, dapat timbul karena pengaruh sikap, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan termasuk juga harapan. Sedangkan minat ekstrinsik dapat timbul karena pengaruh ajakan teman, keterpaksaan berkonseling, informasi, lingkungan dan sebagainya (Khairani, 2007:145). Berdasarkan analisis yang diperoleh bahwa persepsi tentang layanan konseling memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan minat berkonsultasi. Sehingga semakin tinggi atau semakin positif persepsi tentang layanan konseling maka minat berkonsultasinya akan semakin tinggi. Jadi 43,3% persepsi terhadap layanan konseling yang positif menyebabkan minat berkonsultasi menjadi tinggi yaitu 82%. Hal ini terjadi karena variabel minat berkonsultasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor persepsi tentang layanan konseling saja, melainkan ada faktor lain yang mencetuskannya

14 102 misalnya pengaruh sikap, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin, termasuk juga harapan, pengaruh ajakan teman, keterpaksaan berkonseling, lingkungan dan lain-lain. Begitupun hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi siswa SMAN 1 Padang Sago. Setelah dilakukan penghitungan didapatkan hasil t hitung sebesar 6,041, sedangkan t tabel 0,679, karena 6,041 > 0,679 itu berarti t hitung lebih besar dari t tabel, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi. Atkinson (1983:201) menyebutkan persepsi adalah proses pengorganisasian dan penafsiran pola stimulus dalam lingkungan. Persepsi terhadap layanan konseling adalah interpretasi siswa mengenai pola stimulus tentang layanan konseling di sekolah. Dengan kata lain, yang dimaksud persepsi tentang layanan konseling dalam penelitian ini yaitu siswa menginterpretasikan informasi mengenai program-program yang diterapkan layanan konseling, siswa menginterpretasikan informasi mengenai fasilitas yang disediakan layanan konseling, siswa menginterpretasikan informasi mengenai kapasitas konselor dan siswa menginterpretasikan informasi megenai kualitas bidang layanan konseling di lembaga sekolah. Tinggi rendahnya tingkat persepsi tentang layanan konseling siswa SMAN 1 Padang Sago dapat dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala persepsi tentang layanan konseling. Semakin tinggi atau positif skor yang diperoleh siswa pada skala persepsi tentang layanan

15 103 konseling maka semakin tinggi pula tingkat persepsi tentang layanan konseling yang dimiliki oleh siswa tersebut. Sebaliknya, semakin rendah atau negatif skor yang diperoleh siswa pada skala persepsi tentang layanan konseling maka semakin rendah pula tingkat persepsi tentang layanan konseling pada siswa tersebut. Menurut Hurlock (2003:116) aspek-aspek minat adalah sebagai berikut: pertama, aspek kognitif, dalam pengertian bahwa minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi berdasarkan pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut. Kedua, aspek afektif, merupakan konsep minat yang dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek minat menimbulkan daya ketertarikan yang dibentuk oleh dua aspek yaitu kognitif dan afektif. Minat yang dimiliki seseorang merupakan dorongan yang membuatnya tertarik melakukan aktivitas atau kegiatan melalui proses penilaian kognitif dan penilain afektif dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat

16 104 adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat. Konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan (misal nasehat, saran) yang sebaik-baiknya. Gladding (2012:342) mendefinisikan konsultasi yaitu konsep sistematis dengan serangkaian keahlian. Konsultasi menekankan suatu layanan tidak langsung; biasanya melibatkan tiga pihak (triadik); sukarela; dan berdasarkan pada tugas, peraturan, nilai-nilai, dan tujuan. Kata konsultan diartikan sebagai orang (ahli) yang tugasnya memberi petunjuk atau nasehat suatu kegiatan sedangkan kata berkonsultasi diartikan sebagai bertukar pikiran atau meminta pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Jadi minat berkonsultasi dapat diartikan keinginan atau kesedian siswa untuk dibantu mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang dialami sehingga memperoleh wawasan, pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani masalah. Tinggi rendahnya tingkat minat berkonsultasi siswa SMAN 1 Padang Sago dapat dilihat melalui tinggi rendahnya skor yang diperoleh pada skala minat berkonsultasi. Semakin tinggi skor yang diperoleh siswa pada skala minat berkonsultasi maka semakin tinggi pula tingkat minat berkonsultasi yang dimiliki oleh siswa tersebut. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh siswa pada skala minat berkonsultasi maka semakin rendah pula tingkat minat berkonsultasi pada siswa tersebut.

17 105 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyuni (2011) yang penelitiannya berjudul Hubungan antara Persepsi tentang Layanan Bimbingan Konseling dan Minat Berkonsultasi Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Pekanbaru, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat kolerasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Artinya semakin positif persepsi siswa tentang layanan bimbingan konseling maka akan semakin tinggi minat berkonsultasi siswa. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap layanan konseling memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan minat berkonsultasi. Apabila tingkat persepsi terhadap layanan konseling siswa tinggi maka minat berkonsultasi tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat persepsi terhadap layanan konselingnya rendah maka minat berkonsultasinya juga rendah. Penelitian yang peneliti lakukan sesuai dengan penelitian yang terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh, Andini (2008) di SMA 109 Tanggerang yang berjudul Hubungan antara persepsi siswa terhadap bimbingan konseling dan intensitas pemanfaatan layanan bimbingan konseling, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap bimbingan konseling dan intensitas pemanfaatan layanan bimbingan konseling di SMA 109 Tanggerang diterima. Selanjutnya penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh, Arwidita (2014) yang berjudul Hubungan antara persepsi terhadap layanan konseling individual dengan

18 106 minat berkonseling pada siswa SMKN 1 kota Bengkulu, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara persepsi terhadap layanan konseling individual dengan minat berkonseling pada siswa SMKN 1 Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa: Hubungan persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi menunjukkan hasil positif walaupun dengan lokasi penelitian yang berbeda. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, artinya persepsi tentang layanan konseling dengan minat berkonsultasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Kelemahan dan keterbatasan di dalam penelitian ini, yaitu kurangnya penelusuran sumber dan literatur, guna memperkaya dan menambah penguatan terhadap teori-teori yang mendukung. Keterbatasan pengkaitan dalam memperhatikan variabel selain persepsi tentang layanan konseling yang mungkin mempengaruhi minat berkonsultasi, kemudian mengambil wilayah penelitian yang sempit, melakukan penelitian terhadap sampel yang sedikit, dan menggunakan rancangan penelitian yang kurang kompleks tidak dilanjutkan dengan pendekatan secara kualitatif atau mixed method.