IV. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

IV METODE PENELITIAN

VII. FORMULASI STRATEGI

IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI DI X TRAVEL DENGAN METODE QSPM

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. industri tersebut sangat membutuhkan informasi dan kreativitas dengan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

IV. METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah strategi bersaing PT. Bintang

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISA. mudah dan cepat serta mampu menterjemahkan Al-Qur'an. Metode ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah studi kasus dan sengaja dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa kedua desa ini merupakan desa yang tergolong miskin dan kurang berkembang di sektor agribisnisnya. Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2011. Berikut ini adalah peta lokasi Desa Tangkil dan Hambalang yang dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Peta Desa Tangkil dan Hambalang Sumber : Google Map, 2011

4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dengan didukung beberapa data sekunder yang diperlukan dalam penyusunan laporan hasil penelitian yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer yang diperoleh melalui survei lapang untuk mengetahui gambaran kegiatan agribisnis, karakteristik desa dan potensi agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. Data primer akan ditangkap melalui dua tahapan, yaitu dengan menggunakan kuesioner serta wawancara secara mendalam (in depth interview) untuk melakukan pendalaman lebih jauh. Wawancara secara langsung dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten Bogor khusunya Kepala dan petugas dari Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Gunung Putri yang membawahi Kecamatan Citereup, Petugas Pertanian Kecamatan (PPK) Citereup, Kepala Desa Tangkil dan Hambalang, perangkat desa terkait, tokoh masyarakat serta para pelaku agribisnis di kedua desa yang memahami kondisi kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. Data penunjang lainnya atau data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait seperti penelitian terdahulu, Badan Pusat Statistik (BPS), LSI IPB, berbagai situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan bahan pustaka lain yang relevan. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk tabulasi guna memudahkan pemahaman. 4.3. Metode Pengumpulan Data Responden dipilih secara sengaja (purposive) yang memiliki kontribusi besar dalam perumusan dan pelaksanaan strategi pengembangan agribisnis dan pemberdayaan ekonomi di Desa Tangkil dan Hambalang. Pemilihan responden tersebut dilakukan atas dasar keterwakilan dari pemerintah dan masyarakat di kedua desa. Responden yang diambil berjumlah delapan orang yang terdiri dari Kepala BP3K Gunung Putri, Petugas Pertanian Kecamatan Citereup, Kepala Desa Tangkil dan Hambalang, tokoh ekonomi masyarakat di kedua desa serta perangkat desa terkait.

4.4. Teknik Pengumpulan Data Primer Dalam hal ini teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara : a. Interview/Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui halhal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face). Dalam penelitian ini kegiatan wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dalam wujud tatap muka. b. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur. Dalam penelitian ini penyebaran kuisioner dilakukan oleh peneliti sehingga dapat mendampingi responden dalam pengisian jawaban. Kuisioner disajikan dalam bentuk pertanyaan campuran terbuka dan tertutup dengan tujuan untuk lebih mendalami jawaban responden terhadap variabelvariabel pertanyaan. c. Observasi dan Survey Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dua proses terpenting dari observasi ini adalah pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini observasi secara terstruktur dilakukan untuk memperoleh gambaran detail mengenai permasalahan dan potensi agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. d. FGD Focus Group Discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 812 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator. Berbeda dengan riset kuantitatif yang metodologinya memiliki sifat pasti (exact), metode FGD yang

bersifat kualitatif memiliki sifat tidak pasti, berupa eksploratori atau pendalaman terhadap suatu masalah dan tidak dapat digeneralisasi. 4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Perumusan alternatif strategi bagi pengembangan agribisnis di Desa Tangkil dan Desa Hambalang dilakukan dengan menggunakan matriks. Proses perumusan alternatif strategi melalui tiga tahap yaitu : 1) Tahap pengumpulan data (Input Stage); 2) Tahap analisis (Matching Stage); dan 3) Tahap pengambilan keputusan (Decision Stage). 4.5.1. Proses Perumusan Alternatif Strategi 1. Tahap Pengumpulan Data Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analsis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Penjelasan mengenai data eksternal dan internal telah disebutkan pada bab kerangka pemikiran. Dimana hal pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah melihat kegiatan agribisnis dan mengidentifikasi potensi agribisnis di kedua desa, selanjutnya dilakukan identifikasi data internal dan eksternal di perdesaan. Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan dirangkum dalam suatu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dimana datadata tersebut merupakan faktor strategis. Matriks IFE digunakan untuk mengetahui kekuatan paling besar dan terkecil yang dimiliki maupun kelemahan terbesar dan terkecil yang dimiliki perdesaan, sedangkan Matriks EFE digunakan untuk mengetahui peluang terbesar dan terkecil yang dimiliki perdesaan dan ancaman terbesar maupun ancaman yang tidak mempengaruhi perdesaan. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada kedua desa maka kita dapat mengetahui bagaimana efektivitas strategi yang dilakukan oleh pemerintah desa selama ini juga dapat menentukan strategi yang dapat memanfaatkan faktor internal dan eksternal yang ada sehingga dapat lebih meningkatkan sektor agribisnisnya.

2. Tahap Analisis Analisis lingkungan internal perdesaan di Desa Tangkil dan Hambalang menggunakan pendekatan Kerangka Penghidupan Berkelanjutan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL). Kerangka SL mengungkap lima jenis modal yang harus dimiliki sehingga seseorang atau suatu wilayah bisa terhindar dari kemiskinan. Keluaran (Output) yang diharapakan dari kerangka SL ini adalah (1) pendapatan masyarakat menjadi lebih baik, (2) kesejahteraan meningkat, (3) kerentanan berkurang, (4) ketahanan pangan meningkat, dan (5) pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan agribisnis perdesaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam modelmodel kuantitatif untuk menganalsis perumusan strategi. Modelmodel yang dapat digunakan sebagai alat analisis adalah matriks SWOT (Strength, Weakness, Opprtunities, Threats) (David, 2009). Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu pemerintah desa dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu strategi kekuatanpeluang (SO strategies), strategi kelemahanpeluang (WO strategies), strategi kelemahanancaman (WT strategies) dan strategi kekuatanancaman (ST strategies). Masingmasing strategi dijabarkan sebagai berikut : a. Strategi SO, startegi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pemerintah desa yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang. b. Strategi ST, menggunakan kekuatan perdesaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 3. Tahap Pengambilan Keputusan Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perangkat desa harus mampu

mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik, yang paling cocok dengan kondisi internal perdesaan serta lingkungan eksternal. Untuk itu alat analisis yang dapat digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). 4.5.2. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Framework) Sebagai kerangka kerja, sustainable livelihood berusaha memberikan gambaran kenyataan atau potret yang lebih utuh dengan realitas penghidupan unit komunitas tertentu yang diamati. Beranjak dari konteks tersebut, strategi penghidupan perdesaan terdiri dari berbagai aktifitas yang dibagi dalam dua kategorisasi yakni aktifitas penghidupan berbasis sumber daya alam (seperti pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan berbagai komoditas lainnya) dan aktifitas nonsda seperti perdagangan, jasa, industri dan manufaktur. Dampak pada capaian keamanan penghidupan perdesaan seperti tingkat pendapatan yang stabil, risiko yang berkurang dan capaian keberlanjutan ekologis yakni kualitas tanah, hutan, air serta keragaman hayati yang terpelihara memberikan ilustrasi bahwa suatu unit perdesaan tertentu melangsungkan hidup dan penghidupannya dengan bertumpu pada berbagai asset yang dimilikinya. Aset tersebut meliputi modal sosial, modal manusia (SDM), modal finansial ekonomi, modal sumber daya alam dan lingkungan serta modal fisik infrastruktur. 4.5.3. Matriks IFE dan EFE Menurut David (2009) tahapan dalam membuat matriks IFE/EFE adalah sebagai berikut : 1) Menuliskan daftar semua kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman suatu perdesaan dengan dibuat secara rinci pada kolom pertama. 2) Memberikan bobot terhadap daftar yang telah dibuat untuk menunjukkan relatif tingkat kepentingan faktor dalam menuju kesuksesan organisasi. Pembobotan berkisar antara 0.00 (tidak penting) sampai 1.00 (sangat penting) yang diletakkan pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu.

3) Menentukan rating tiap faktor yang menunjukkan keefektifan strategi suatu organisasi dalam merespon faktorfaktor tersebut pada kolom ketiga. Untuk matriks IFE, 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, 3 = kekuatan minor dan 4 = kekuatan utama sedangkan untuk matriks EFE, 4 = respon tinggi, 3 = respon diatas ratarata, 2 = respon ratarata dan 1 = respon kurang. Setiap rating digandakan dengan masingmasing bobot untuk memperoleh skor pembobotan. 4) Menjumlahkan skor tersebut sehingga diperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4 dengan nilai 1 pada matriks IFE menunjukkan kondisi internal perdesaan yang sangat buruk, sedangkan nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perdesaan sangat baik. Nilai 2.5 pada matriks IFE menunjukkan bahwa situasi perdesaan berada pada tingkat ratarata sedangkan nilai 2.5 menggambarkan perdesaan mampu merespon situasi eksternal secara ratarata untuk matriks EFE. Nilai 1 pada matriks EFE menunjukkan bahwa perdesaan tidak mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman. Nilai 4 mengindikasikan bahwa perdesaan saat ini telah dengan sangat baik memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman. Contoh Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 3 dan Matriks EFE pada Tabel 4. Tabel 3. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Kekuatan 1. 2. dst Faktorfaktor Internal Bobot Rating Skor Pembobotan Kelemahan 1. 2. dst Total

Tabel 4. Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Peluang 1. 2. dst Ancaman 1. 2. dst Faktorfaktor Eksternal Bobot Rating Skor Pembobotan Total 4.5.4. Penentuan Bobot Setiap Variabel Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara penilaian bobot faktor strategis eksternal dan internal organisasi kepada informan yang telah dipilih, yang mengetahui betul kondisi dan permasalahan pada suatu organisasi. Penentuan bobot untuk matriks IFE dan matriks EFE dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison Scales (David, 2009). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian setiap faktor penentu eksternal dan internal. Untuk menentukkan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal organisasi dapat dilihat pada Tabel 5 dan bentuk penilaian pembobotan faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Organisasi Faktor Strategis Internal A B C D Total Bobot A B C D.. Total Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Organisasi Faktor Strategis Eksternal A B C D Total Bobot A B C D.. Total 4.5.5. Matriks SWOT Setelah menganalisis dengan matriks IFE dan EFE maka dilakukan berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya : 1) strategi dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan; 2) tidak ada batas jumlah strategi yang dapat diperiksa atau dievaluasi; dan 3) membutuhkan ketelitian dalam memadukan faktorfaktor eksternal dan internal yang terkait dalam proses keputusan. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perdesaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planning) harus menganalisis faktorfaktor strategis perdesaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini. Hal tersebut disebut dengan analisis situasi.

Analisis SWOT dituangkan ke dalam matriks SWOT yang menghasilkan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT (Tabel 7). Tabel 7. Matriks SWOT Analisis Internal Analisis Eksternal Peluang (O) Daftar 510 faktorfaktor peluang Kekuatan (S) Daftar 510 faktorfaktor kekuatan S O Strategi Gunakan kekuatan untuk Memanfaatkan peluang Kelemahan (W) Daftar 510 faktorfaktor kelemahan W O Strategi Atasi kelemahan dengan Memanfaatkan peluang Ancaman (T) Daftar 510 faktorfaktor ancaman S T Strategi Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman W T Strategi Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Menuliskan peluang eksternal perdesaan yang menentukkan 2. Menuliskan ancaman eksternal perdesaan yang menentukan 3. Menuliskan kekuatan internal perdesaan yang menentukan 4. Menuliskan kelemahan internal perdesaan yang menentukan 5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk strategi SO 6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk strategi WO 7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi ST 8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi WT 4.5.6. Matriks QSPM Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perdesaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal perdesaan serta situasi lingkungan eksternal. Untuk itu dapat digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Ada 6 langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu :

1. Menuliskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan 2. Memberikan bobot untuk masingmasing peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks IFE dan EFE 3. Menuliskan alternatif strategi yang dievaluasi 4. Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan berikan nilai AS (Atractiveness Score) yang berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 = tidak dapat diterima, nilai 2 = mungkin dapat diterima, nilai 3 = kemungkinan besar dapat diterima dan nilai 4 = dapat diterima. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan dangan berikan nilai AS. 5. Mengkalikan bobot dengan nilai AS 6. Menghitung nilai totalnya (Weighted Atractiveness Score/WAS) Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Matriks QSPM Fakator Kunci Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Total Bobot Alternatif Strategi Strategi I Strategi II Strategi III AS WAS AS WAS AS WAS