HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JUMLAH MATA TUNAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN EMPAT VARIETAS UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) Oleh ANGGA WALUYA A

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

PELAKSANAAN PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tanaman yang banyak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

BAHAN METODE PENELITIAN

KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Ubi Kayu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Potensi Hasil Umbi dan Hasil Pati Klon-Klon Harapan Ubi Kayu

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN DAN KERAGAMAN MUTAN TANAMAN UBI KAYU(Manihot esculenta Crantz.) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA SERTA PENDUGAAN HERITABILITAS MITA DIANASARI

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi(Ipomoea batatas L.) jalar Terhadap Pemberian Paclobutrazol

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipe perkecambahan epigeal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan banyak. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya penghematan bahan tanam (bibit) ubi kayu sehingga upaya peningkatan produksi ubi kayu dapat tercapai dan dapat menjamin kontinyuitas upaya tersebut. Tetapi upaya penghematan ini harus tetap dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi ubi kayu yang baik. Diduga kendala dalam penggunaan stek pendek yaitu kehilangan air dan kandungan cadangan bahan makanan akan lebih cepat daripada stek yang lebih panjang. Selain itu jika dibandingkan dengan stek panjang dengan jumlah mata tunas yang lebih banyak, tunas yang tumbuh pada stek pendek akan lebih sedikit karena bakal tunas pada stek tersebut juga lebih sedikit sehingga memberikan pilihan yang lebih sedikit pada seleksi dua tunas terbaik (penunasan), disamping memiliki keunggulan dalam efisiensi penggunaan tenaga kerja untuk penunasan dan diperkirakan dapat memenuhi upaya penghematan bibit ubi kayu melalui peningkatan rasio perbanyakan. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 4) menunjukan bahwa daya tumbuh tidak dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas per stek serta interaksinya pada 1-4 MST. Jumlah tunas dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas per stek pada 1-4 MST, sedangkan interaksi antar perlakuan tersebut terjadi pada 2-4 MST. Tinggi batang dipengaruhi oleh varietas pada 2-16 MST, jumlah mata tunas stek pada 2-12 MST, dan interaksinya pada 2-10 MST. Diameter batang dipengaruhi oleh varietas dan jumlah mata tunas stek pada 2-16 MST, serta interaksinya pada 2-6 MST. Jumlah umbi pada 8-16 MST hanya dipengaruhi oleh varietas, sedangkan jumlah mata tunas stek dan interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh nyata. Begitu juga pada bobot basah umbi, diameter umbi terbesar, dan panjang umbi terpanjang (saat 16 MST) hanya dipengaruhi oleh varietas, sedangkan jumlah mata tunas stek dan interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis atau sidik ragam secara lengkap tertera pada Lampiran 7 sampai 14.

15 Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pada Peubah Pertumbuhan dan Komponen Hasil Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.). Peubah Daya Tumbuh Jumlah Tunas per Tanaman Tinggi Batang Diameter Batang Jumlah Umbi Umur (MST) Varietas (V) Jumlah Mata Tunas (P) V*P KK (%) 1 tn tn tn 2.011 2 tn tn tn 0.722 3 tn tn tn 0.000 4 tn tn tn 0.722 1 ** ** tn 14.835 2 ** ** ** 13.065 3 ** ** * 14.635 4 ** ** ** 14.117 2 ** ** * 18.139 4 ** ** ** 10.032 6 ** ** * 11.480 8 ** ** * 9.431 10 ** ** * 11.134 12 ** * tn 12.592 14 * tn tn 10.536 16 * tn tn 9.990 2 ** ** * 9.581 4 ** ** * 10.645 6 ** ** * 9.027 8 ** ** tn 7.292 10 ** ** tn 7.138 12 ** * tn 7.234 14 ** * tn 5.717 16 ** ** tn 4.838 8 ** tn tn 8.203 16 ** tn tn 15.429 Bobot Basah Umbi 16 ** tn tn 20.040 Diameter Umbi 16 ** tn tn 9.763 Panjang Umbi 16 * tn tn 22.047 Keterangan: * berbeda nyata pada taraf 5 %, ** berbeda sangat nyata pada taraf 1 %, tn tidak berbeda nyata pada taraf 5 %. KK = Koefisien Keragaman. Daya Tumbuh Varietas dan jumlah mata tunas stek tidak berpengaruh nyata terhadap daya tumbuh pada 1 sampai 4 MST (Tabel 4 dan Tabel 5) dan tidak terdapat interaksi antar perlakuan tersebut. Rata-rata daya tumbuh tanaman ubi kayu pada masing-masing perlakuan lebih dari 99 %.

16 Tabel 5. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Persentase Daya Tumbuh Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Perlakuan 1 2 3 4 Adira-1 99.17 100 100 100 Varietas Adira-4 98.75 100 100 100 UJ-5 99.58 99.58 100 100 Malang-4 100 100 100 99.58 Rata-rata 99.38 99.90 100.00 99.90 4 98.33 99.58 100 99.58 Jumlah Mata Tunas 6 99.58 100 100 100 per Stek 8 100 100 100 100 10 99.58 100 100 100 Rata-rata 99.37 99.90 100.00 99.90 Daya tumbuh pada 1, 2, 3, dan 4 MST setiap varietas menunjukkan nilai yang tidak berbeda jauh. Hanya pada saat 3 MST nilai daya tumbuh mencapai rata-rata 100%, sedangkan daya tumbuh pada 1 MST memiliki rata-rata 99.38%, pada 2 dan 4 MST memiliki rata-rata 99.90 %. Secara umum varietas Adira-1 dan Adira-4 mulai mencapai daya tumbuh 100 % pada 2 MST, sedangkan UJ-5 pada 3 MST. Varietas Malang-4 mencapai daya tumbuh 100 % sejak 1 MST, namun mengalami penurunan daya tumbuh pada 4 MST. Kematian stek di lapang (Lampiran 15) disebabkan oleh tingginya curah hujan sehingga stek menjadi busuk. Selain itu kematian stek juga disebabkan oleh adanya serangan rayap. Daya tumbuh pada stek dengan 4 mata tunas terlihat sedikit fluktuatif bahkan terjadi penurunan pada 4 MST, hal ini disebabkan oleh panjang stek 4 mata tunas lebih pendek daripada stek lainnya. Sinthuprama (1980) menyatakan bahwa stek yang lebih pendek mempunyai persentase daya tumbuh yang lebih kecil. Menurut Effendi (2002) stek yang lebih pendek mempunyai persentase kemampuan tumbuh yang lebih kecil dibanding dengan stek yang lebih panjang karena kehilangan bahan makanan akan lebih cepat. Tetapi melihat rata-rata daya tumbuh lebih dari 99 %, sebenarnya dapat dikatakan bahwa setiap stek memiliki kandungan cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya. Stek 6 dan 10 mata tunas mencapai daya tumbuh 100 % mulai 2 MST, sedangkan stek 8 mata tunas sejak 1 MST telah mencapai daya tumbuh 100 %.

17 Jumlah Tunas Varietas dan jumlah mata tunas stek berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas pada 1 sampai 4 MST (Tabel 4 dan Tabel 6). Varietas Malang-4 memiliki jumlah tunas paling banyak pada 1-3 MST, namun pada 4 MST jumlah tunas terbanyak terdapat pada varietas Adira-1. Secara umum jumlah tunas pada setiap varietas cenderung menurun kecuali pada varietas Adira-1 mengalami peningkatan pada 4 MST. Hal ini diduga karena adanya perbedaan distribusi bahan makanan pada setiap tunas serta daya tahan terhadap lingkungan tumbuhnya. Tunas yang memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap lingkungan tumbuhnya akan tumbuh lebih baik dan memungkinkan untuk seleksi tunas terbaik. Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Jumlah Tunas Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Perlakuan 1 2 3 4 Adira-1 5.1b 5.7a 4.8a 5.2a Varietas Adira-4 4.7b 4.8b 4.1b 3.6b UJ-5 5.2b 4.4b 3.8b 3.6b Malang-4 6.1a 6.1a 5.0a 5.0a Rata-rata 5.3 5.3 4.4 4.4 4 3.3d 3.6c 4.8a 3.1c Jumlah Mata Tunas 6 4.7c 4.7b 4.1b 4.1b per Stek 8 6.1b 6.1a 3.8b 5.0a 10 7.0a 6.6a 5.0a 5.1a Rata-rata 5.3 5.3 4.4 4.3 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %. Jumlah tunas pada perlakuan jumlah mata tunas per stek secara umum memiliki kecenderungan yang sama yaitu mengalami penurunan walaupun pada stek 4 mata tunas mengalami kenaikan jumlah tunas pada 2-3 MST, tetapi pada 4 MST kembali menurun dan jumlahnya lebih sedikit daripada stek lainnya. Stek dengan 10 mata tunas menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan jumlah mata tunas lainnya, hal ini didugadisebabkan oleh bakal tunas pada stek dengan 10 mata tunas lebih banyak.

18 Semakin banyak jumlah mata tunas stek, maka jumlah tunas yang dihasilkan akan lebih banyak pula dan akan memberikan pilihan lebih banyak untuk melakukan seleksi tunas terbaik. Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas per stek terjadi pada 2, 3, dan 4 MST (Tabel 7). Pada varietas Adira-1 dan Malang-4, penggunaan stek pendek (4 mata tunas) akan menghemat penggunaan tenaga kerja untuk melakukan penunasan (seleksi tunas terbaik) menjadi 1/3 kali penggunaan stek panjang. Tabel 7. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Jumlah Tunas Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) 2 3 4 VARIETAS Jumlah Mata Tunas per Stek 4 6 8 10 Adira-1 4.0efgh 2.8defg 7.0b 7.1b Adira-4 2.90h 3.8fgh 6.5bc 5.9bcd UJ-5 3.8fgh 5.0def 4.0efgh 4.9defg Malang-4 3.6gh 5.2ced 6.9b 8.6a Adira-1 3.9defgh 4.4bcdef 5.2abcd 5.8ab Adira-4 2.9h 3.0gh 5.2abcd 5.2abcd UJ-5 3.3fgh 4.3cdefg 3.6efgh 4.0defgh Malang-4 3.2fgh 4.9bcde 5.5abc 6.3a Adira-1 3.4e 4.9bcd 6.4a 6.0ab Adira-4 2.8e 2.8e 4.9bcd 3.9de UJ-5 3.1e 3.9de 3.3e 3.9de Malang-4 3.2e 4.8cd 5.2bc 6.6a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada umur yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %. Saat 2 MST interaksi yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu antara perlakuan varietas Malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (8.6 tunas), sedangkan interaksi yang mengasilkan jumlah tunas paling sedikit yaitu antara perlakuan Adira-1 dan perlakuan 6 mata tunas stek (2.8 tunas). Saat 3 MST yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu interaksi antara perlakuan varietas malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (6.3 tunas), sedangkan interaksi yang menghasilkan jumlah tunas paling sedikit yaitu antara perlakuan Adira-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (2.9 tunas). Pada saat 4 MST yang menghasilkan jumlah tunas terbanyak yaitu interaksi antara perlakuan varietas malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (6.6 tunas), sedangkan interaksi yang menghasilkan

19 jumlah tunas paling sedikit yaitu antara perlakuan Adira-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (2.8 tunas) serta perlakuan Adira-4 dan perlakuan 6 mata tunas stek (2.8 tunas). Hasil analisis regresi jumlah mata tunas stek terhadap jumlah tunas per stek bibit ubi kayu (Gambar 1) menunjukan bahwa semakin banyak jumlah mata tunas stek maka akan semakin banyak pula jumlah tunas per stek. Seperti telah dijelaskan sebelumnya hal ini terjadi karena semakin banyak jumlah mata tunas per stek bibit ubi kayu maka akan semakin banyak pula bakal tunas pada stek tersebut. 4.5 y = 0.155x + 2.29 R² = 0.642 Jumlah Tunas per Stek 4.0 3.5 3.0 2.5 4 6 8 10 Jumlah Mata Tunas per Stek Gambar 1. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Jumlah Tunas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 4 MST Tinggi Batang Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi batang pada 2 sampai 12 MST dan berpengaruh nyata pada 14 MST sampai 16 MST. Sedangkan jumlah mata tunas stek berpengaruh sangat nyata pada saat 2 MST sampai 12 MST, namun tidak berpengaruh nyata pada saat 14 MST dan 16 MST (Tabel 4 dan Tabel 8).

20 Varietas Adira-4 merupakan varietas yang tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya, kecuali pada 1 MST varietas tertinggi cenderung terdapat pada varietas UJ-5 (Gambar 2 dan Tabel 8) hal ini disebabkan oleh jarak antar mata tunas pada varietas Adira-4 lebih renggang daripada varietas lainnya (panjang setiap steknya lebih panjang). Secara keseluruhan pada 2-6 MST varietas yang memiliki tinggi terendah cenderung terdapat pada varietas Malang-4, namun mulai 8 MST tinggi batang terendah cenderung terdapat pada varietas Adira-1. Jarak antar mata tunas pada varietas Adira-1 lebih rapat dibandingkan dengan varietas lainnya sehingga stek (bahan tanam) pada varietas tersebut lebih pendek. Stek yang lebih panjang mungkin menghasilkan batang lebih panjang dan daun lebih banyak dari pada stek yang lebih pendek (Toro and Atlee, 1980). Selain itu pengaruh varietas juga disebabkan adanya pengaruh faktor genetik masing-masing varietas. 140 120 Tinggi Batang (cm) 100 80 60 40 20 Adira-1 Adira-4 UJ-5 Malang-4 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Gambar 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Tinggi stek 4 mata tunas lebih kecil dibandingkan dengan stek lainnya (Tabel 8 dan Gambar 3). Stek dengan mata tunas lebih banyak (lebih panjang) memungkinkan mata tunas yang tertanam lebih banyak pula daripada stek dengan mata tunas lebih sedikit dan mungkin menghasilkan batang lebih panjang dan

21 daun lebih banyak (Toro and Atlee, 1980). Diduga dengan lebih banyak mata tunas yang tertanam maka akar yang dihasilkan akan lebih banyak dan berkorelasi positif dengan penyerapan hara oleh stek tersebut (hara yang terserap akan lebih banyak). Hal ini juga terjadi karena adanya kemungkinan stek 4 mata tunas memiliki cadangan makanan yang relatif sedikit dibandingkan dengan stek lainnya sehingga kemampuannya untuk tumbuh pada masa awal (2-12 MST) tidak sebaik stek lainnya yang memiliki jumlah mata tunas lebih banyak (lebih panjang). Table 8. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tuas Stek terhadap Tinggi Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Perlakuan Varietas 2 4 6 8 10 12 14 16 cm A-1 4.41b 11.35c 20.62c 30.00c 43.29c 65.69b 89.71c 101.90c A-4 6.82a 16.54a 30.76a 43.49a 64.46a 92.08a 114.99a 129.39a UJ-5 6.96a 15.31b 27.97b 30.14b 49.84b 70.58b 99.44b 113.81b M-4 3.95b 10.33c 19.37c 30.34c 45.15bc 69.72b 95.24bc 110.00bc Rata-rata 5.54 13.38 24.68 33.49 50.69 74.52 99.85 113.78 Jumlah Mata Tunas 4 4.51b 10.86c 21.08c 30.43c 43.29b 67.59b 92.76 108.74 6 5.85a 13.50b 24.01b 34.52b 51.29a 78.31a 101.21 116.25 8 5.76a 14.73a 27.55a 38.55a 53.59a 75.15ab 100.82 115.33 10 6.02a 14.43ab 26.08ab 36.11ab 54.57a 77.03a 104.58 114.78 Rata-rata 5.54 13.38 24.68 33.90 50.69 74.52 99.85 113.78 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %. A-1 = varietas Adira-1. A-4 = varietas Adira-4. UJ-5= varietas UJ-5. M-4= varietas Malang-4. Suatu fase vegetatif dari suatu perkembangan tanaman, karbohidrat digunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknnya (Harjadi, 1979). Terbatasnya cadangan bahan makanan akibat ukuran stek yang pendek atau jumlah mata tunas yang lebih sedikit juga berpengaruh terhadap bobot bahan makanan berupa karbohidrat, air, dan lemak (Effendi, 2002). Pengaruh ini juga terlihat dari hasil analisis regresi jumlah mata tunas per stek terhadap tinggi batang ubi kayu (Gambar 4) yang menunjukan bahwa semakin banyak jumlah mata tunas per stek bibit ubi kayu maka tinggi batang ubi kayu juga akan semakin tinggi. Setelah masa pertumbuhan lebih lanjut

22 (14-16 MST) tinggi batang yang dihasilkan oleh setiap stek tidak berbeda nyata (Tabel 4 dan Tabel 8) karena adanya kemungkinan bahwa pada setiap stek telah dapat menyerap dan mempergunakan hara secara efisien untuk pertumbuhannya sehingga penggunaan stek 4 mata tunas sebenarnya dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi batang yang tidak berbeda dengan stek lainnya yang jumlah mata tunas per steknya lebih banyak (steknya lebih panjang). Tinggi Batang (cm) 140 120 100 80 60 40 20 0 2 4 6 8 10 12 14 16 4 Mata Tunas 6 Mata Tunas 8 Mata Tunas 10 Mata Tunas Gambar 3. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas Stek 80.00 y = 1.352x + 59.25 R² = 0.922 Tinggi Batang (cm) 75.00 70.00 65.00 60.00 4 6 8 10 Jumlah Mata Tunas Stek Gambar 4. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Tinggi Batang Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) saat 12 MST

23 Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas stek terhadap tinggi batang ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 9. Pada 2 MST yang menghasilkan batang tertinggi yaitu antara perlakuan varietas UJ-5 dan perlakuan 10 mata tunas stek (8.39 cm). Interaksi yang menghasilkan batang terpendek yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (3.42 cm). Tabel 9. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Tinggi Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) 2 4 6 8 10 VARIETAS Jumlah Mata Tunas per Stek 4 6 8 10 cm.. Adira-1 4.70cd 4.94cd 3.89d 4.11d Adira-4 4.81cd 7.42ab 7.05ab 8.00ab UJ-5 5.11cd 6.38bc 7.98ab 8.39a Malang-4 3.42d 4.65cd 4.14d 3.59d Adira-1 10.86cd 12.09bc 11.21cd 11.25cd Adira-4 12.00bc 16.74a 18.62a 18.78a UJ-5 11.83bc 14.16b 17.87a 17.38a Malang-4 8.75d 11.01cd 11.23cd 10.32cd Adira-1 19.79ef 22.33def 20.62ef 19.72ef Adira-4 24.39de 29.17bc 34.78a 34.70a UJ-5 21.89ef 26.89cd 32.87ab 30.22abc Malang-4 18.26f 17.63f 17.63f 19.67ef Adira-1 27.86hi 32.17fghi 29.50ghi 30.45fghi Adira-4 36.31def 44.69bc 48.97ab 51.78a UJ-5 30.61fghi 36.11defg 41.78cd 40.05cde Malang-4 26.93i 29.72fghi 33.94efgh 30.78fghi Adira-1 40.39e 42.89de 44.61de 45.28de Adira-4 50.50de 64.28bc 65.34b 77.72a UJ-5 41.67de 53.61cd 52.83cde 51.28de Malang-4 40.61e 44.39de 51.61de 44.00de Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada umur yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5%. Saat 4 MST batang tertinggi dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (18.78 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan batang terpendek yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (8.75 cm). Saat 6 MST batang tertinggi dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 8 mata tunas stek (34.78 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan batang terpendek

24 yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 6 mata tunas stek serta 8 mata tunas stek (17.63 cm). Saat 8 MST batang tertinggi dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (51.78 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan batang terpendek yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (26.93 cm). Saat 10 MST batang tertinggi dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Malang-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (77.72 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan batang terpendek yaitu antara perlakuan Adira-1 dan perlakuan 4 mata tunas stek (40.39 cm). Diameter Batang Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada 2 sampai 16 MST, selain itu jumlah mata tunas berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada 2-10 MST serta 16 MST, namun berpengaruh nyata pada 12 dan 14 MST (Tabel 4 dan Tabel 10). Table 10. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Varietas Perlakuan 2 4 6 8 10 12 14 16....cm.... A-1 0.35c 0.57d 0.83c 1.07c 1.25c 1.52c 1.74c 1.99c A-4 0.45b 0.83a 1.10a 1.31a 1.63a 1.91a 2.26a 2.43a UJ-5 0.41a 0.73b 1.08a 1.21b 1.35b 1.58c 1.79c 1.95c M-4 0.37c 0.64c 0.95b 1.14bc 1.38b 1.69b 1.99b 2.17b Rata-rata 0.40 0.69 0.99 1.18 1.40 1.68 1.95 2.04 Jumlah Tunas Mata 4 0.35b 0.58b 0.89c 1.07c 1.27b 1.58b 1.85b 2.04b 6 0.41a 0.70a 0.99b 1.17b 1.41a 1.74a 2.01a 2.21a 8 0.40a 0.74a 1.08a 1.27a 1.43a 1.69a 1.98a 2.14a 10 0.42a 0.74a 1.01ab 1.21ab 1.49a 1.68ab 1.95a 2.14a Rata-rata 0.40 0.69 0.99 1.18 1.40 1.67 1.95 2.13 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %. A-1 = varietas Adira-1. A-4 = varietas Adira-4. UJ-5= varietas UJ-5. M-4= varietas Malang-4. Secara umum (Gambar 5 dan Tabel 10), dari 2 sampai 16 MST diameter terbesar tedapat pada varietas Adira-4. Sedangkan diameter batang terkecil dari 2

25 sampai 14 MST terdapat pada varietas Adira-1 dan saat 16 MST terdapat pada varietas UJ-5. 3 2.5 Diameter Batang (cm) 2 1.5 1 0.5 Adira-1 Adira-4 UJ-5 Malang-4 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Gambar 5. Pertumbuhan Diameter Batang Empat Varietas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Fase vegetatif tanaman salah satunya ditandai dengan pertambahan tinggi dan diameter batang. Hal ini merupakan hasil kerja dari jaringan meristematik. Jaringan ini terdiri dari jaringan yang berfungsi dalam perpanjangan ukuran tanaman (perpanjangan akar, perpanjangan batang) disebut dengan meristem apikal dan jaringan yang berfungsi dalam pembesaran tanaman (seperti penambahan diameter batang) disebut meristem lateral. Dijelaskan sebelumnya bahwa dalam suatu fase vegetatif dari suatu perkembangan tanaman, karbohidrat digunakan dan tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuknnya. Seperti halnya yang terjadi pada pengamatan tinggi tanaman 2-12 MST, Gambar 6 dan Tabel 10 menunjukan bahwa stek dengan 4 mata tunas sampai 16 MST diameternya lebih kecil daripada stek lainnya. Hal ini juga diduga terjadi akibat kandungan cadangan makanan pada stek dengan 4 mata tunas lebih sedikit dari stek lainnya, sehingga laju perkembangannya lebih lambat. Hasil analisis korelasi (Tabel 14) menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara diameter batang dan tinggi batang ubi kayu. Semakin tinggi batang maka diameter

26 akan semakin besar. Selain itu jumlah mata tunas yang tertanam pada stek 4 mata tunas lebih sedikit dibandingkan dengan mata tunas lainnya sehingga penyerapan hara pada stek 4 mata tunas lebih sedikit. 2.5 Diameter Batang (cm) 2 1.5 1 0.5 4 Mata Tunas 6 Mata Tunas 8 Mata Tunas 10 Mata Tunas 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Gambar 6. Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas Stek Interaksi antara varietas dan jumlah mata tunas stek terhadap diameter batang terjadi pada 2, 4, dan 6 MST (Tabel 11). Diameter terbesar saat 2 MST dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (0.51 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan diameter terkecil yaitu antara perlakuan varietas UJ-5 dan perlakuan 4 mata tunas stek (0.33 cm). Saat 4 MST diameter terbesar dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan varietas Adira-4 dan perlakuan 10 mata tunas stek (0.94 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan diameter terkecil yaitu antara perlakuan Malang-4 dan perlakuan 4 mata tunas stek (0.55 cm). Saat 6 MST diameter terbesar dihasilkan oleh interaksi antara perlakuan Adira-4 dan perlakuan 8 mata tunas stek (1.19 cm), sedangkan interaksi yang menghasilkan diameter terkecil yaitu antara perlakuan Adira-1 dan perlakuan 8 mata tunas stek (0.80 cm).

27 Tabel 11. Pengaruh Interaksi Varietas dan Jumlah Mata Tunas Stek terhadap Diameter Batang Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) 2 4 6 VARIETAS Jumlah Mata Tunas per Stek 4 6 8 10....cm... Adira-1 0.34de 0.38cde 0.35de 0.34de Adira-4 0.37de 0.46ab 0.44abc 0.51a UJ-5 0.33e 0.40bcde 0.44abc 0.47ab Malang-4 0.35de 0.41bcd 0.37de 0.35de Adira-1 0.57e 0.63de 0.54e 0.55e Adira-4 0.63de 0.79bc 0.93a 0.94a UJ-5 0.58e 0.73bcd 0.79bc 0.82ab Malang-4 0.55e 0.72bcd 0.72bcd 0.66cde Adira-1 0.84g 0.85g 0.80g 0.83g Adira-4 0.97cdefg 1.10abcd 1.19ab 1.16ab UJ-5 0.85g 1.05bcdef 1.27a 1.14abc Malang-4 0.88fg 0.95defg 1.07bcde 0.90efg Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama pada umur yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5%. Hasil analisis regresi jumlah mata tunas per stek terhadap diameter batang ubi kayu (Gambar 7) menunjukan bahwa penggunaan stek sampai 10 mata tunas dapat meningkatkan diamater batang ubi kayu, tetapi ada satu titik maksimum penggunaan jumlah mata tunas stek dan jika melebihi jumlah tersebut maka diameter batang ubi kayu akan mengecil. Hal ini diduga berkaitan dengan penggunaan cadangan makanan pada stek bibit ubi kayu. Menurut Gardner et al. (1991) salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah pembagian hasil asimilasi dan Nitrogen. Semakin banyak jumlah mata tunas per stek, maka jumlah tunas yang tumbuh/muncul pada stek tersebut juga akan semakin banyak sehingga penggunaan cadangan makanan pun akan semakin besar dan meningkatkan persaingan antar tunas. Akan tetapi diameter batang tidak berkorelasi nyata dengan komponen produksi (Tabel 14). y = -0.004x 2 + 0.080x + 1.266 y = -0.008x + 0.08 0 = -0.008x + 0.08 0.008x = 0.08 x = 10

28 Hasil perhitungan menunjukan bahwa penggunaan mata tunas per stek sampai 10 mata tunas per stek dapat meningkatkan diameter batang ubi kayu. Penggunaan lebih dari 10 mata tunas per stek akan menurunkan diameter batang. Diameter Batang (cm) 1.68 1.66 1.64 1.62 1.60 1.58 1.56 1.54 1.52 1.50 y = -0.004x 2 + 0.080x + 1.266 R² = 0.873 4 6 8 10 Jumlah Mata Tunas Stek Gambar 7. Hubungan Jumlah Mata Tunas per Stek dengan Diameter Batang Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 12 MST Jumlah Umbi Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah umbi pada 8 dan 16 MST. Setiap varietas memiliki karakter dan potensi yang berbeda sehingga jumlah umbi yang dihasilkan akan berbeda pula. Saat 8 MST jumlah umbi terbanyak terdapat pada varietas UJ-5 (11.0 umbi) sedangkan jumlah umbi terendah terdapat pada varietas Adira-1 (7.2 umbi). Jumlah umbi varietas Adira-4 dan Malang-4 masing-masing adalah 7.5 dan 8.3 umbi. Jumlah umbi terbanyak saat 16 MST cenderung terdapat pada varietas UJ-5 (16.2 umbi) sedangkan jumlah umbi terendah cenderung terdapat pada varietas Adira-1 (10.9 umbi). Jumlah umbi pada varietas Adira-4 dan Malang-4 masing-masing adalah 11.3 dan 15.3 umbi.

29 Tabel 12. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas per Stek terhadap Jumlah Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Perlakuan 8 16 Adira-1 7.2c 10.9b Adira-4 7.5c 11.3b Varietas UJ-5 11.0a 16.2a Malang-4 8.3b 15.3a Rata-rata 8.5 13.4 4 8.4 13.5 6 8.2 13.2 Jumlah Mata Tunas 8 8.8 13.1 10 8.7 14 Rata-rata 8.5 13.5 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %. Perlakuan jumlah mata tunas stek tidak berbeda nyata terhadap jumlah umbi pada 8 dan 16 MST. Saat 8 MST rata-rata jumlah umbi adalah 8.5 umbi, dengan jumlah umbi terbanyak cenderung terdapat pada stek yang memiliki 8 mata tunas (8.8 umbi) sedangkan jumlah umbi paling sedikit cenderung terdapat pada stek yang memiliki 6 mata tunas (8.2 umbi). Jumlah umbi pada stek dengan mata tunas 4 dan 10 masing-masing adalah 8.4 dan 8.7 umbi. Saat 16 MST ratarata jumlah umbi adalah 13.5 umbi, dengan jumlah umbi terbanyak cenderung terdapat pada stek yang memiliki 10 mata tunas (14 umbi), sedangkan jumlah umbi paling sedikit cenderung terdapat pada stek yang memiliki 8 mata tunas (13.1 umbi). Jumlah umbi pada stek dengan 4 dan 6 mata tunas masing-masing adalah 13.5 dan 13.2 umbi. Bobot Basah, Diameter Umbi, dan Panjang Umbi Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah umbi dan diameter umbi, dan berbeda nyata terhadap panjang umbi saat 16 MST, sedangkan jumlah mata tunas per stek tidak memberikan pengaruh nyata (Tabel 4 dan Tabel 13). Walaupun hasil analisis ragam menunjukan bahwa jumlah umbi varietas UJ-5 dan Malang-4 tidak berbeda nyata saat 16 MST, namun varietas UJ-5 sebenarnya cenderung menghasilkan rata-rata jumlah umbi terbanyak yaitu 16.2 umbi per

30 tanaman sedangkan varietas Malang-4 cenderung menghasilkan jumlah umbi yang lebih sedikit dengan 15.3 umbi per tanaman (Tabel 12), tetapi umbi terpanjang terdapat pada varietas Malang-4 (49.17 cm) sedangkan umbi terpendek terdapat pada varietas UJ-5 (32.50 cm). Hasil analisis korelasi (Tabel 14) menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara jumlah umbi dan bobot basah umbi. Semakin banyak jumlah umbi maka bobot basah umbi juga akan semakin besar. Selain itu korelasi positif juga terjadi antara panjang umbi dan bobot basah umbi. Panjang umbi varietas Adira-1 dan Adira-4 masing-masing adalah 35.04 cm dan 39.50 cm. Jika diurutkan, bobot basah umbi terberat sampai yang teringan masing-masing adalah varietas Malang-4 seberat 1.85 Kg, varietas UJ-5 seberat 1.51 Kg, varietas Adira-4 seberat 1.35 Kg, dan varietas Adira-1 seberat 0.91 Kg. Tabel 13. Pengaruh Varietas dan Jumlah Mata Tunas per Stek terhadap Bobot Basah, Diameter, dan Panjang Umbi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) pada 16 MST Perlakuan Bobot Basah Diameter Umbi Panjang Umbi..Kg/tanaman.. cm cm Adira-1 0.91c 3.39b 35.04b Varietas Adira-4 1.35b 4.29a 39.50b UJ-5 1.51b 4.19a 32.50b Malang-4 1.85a 3.48b 49.17a Rata-rata 1.41 3.84 39.05 4 1.36 3.78 38.75 Jumlah Mata 6 1.35 3.99 37.67 Tunas 8 1.42 3.80 39.21 10 1.47 3.79 40.58 Rata-rata 1.4 3.84 39.05 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5 %. Hasil analisis korelasi menunjukan bahwa terdapat korelasi positif antara tinggi batang dan diameter umbi (Tabel 14). Semakin tinggi batang ubi kayu maka diameter umbinya akan semakin besar. Varietas Adira-4 sebagai varietas tertinggi memiliki diameter umbi terbesar (4.29 cm), sedangkan diameter umbi terkecil terdapat pada varietas Adira-1 (3.39 cm). Diameter umbi varietas UJ-5 dan Malang-4 masing-masing adalah 4.19 cm dan 3.48 cm. Setiap varietas memiliki potensi hasil yang berbeda sehingga komponen hasil yang didapatkan pada

31 penelitian ini juga berbeda. Menurut deskripsi varietas yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) tahun 2001, varietas Malang-4 memiliki potensi hasil yang lebih tinggi daripada ketiga varietas lainnya yaitu 39.7 ton umbi segar per hektar, varietas Adira-4 dapat menghasilkan umbi segar sebanyak 35 ton per hektar, UJ-5 berkisar antara 25-38 ton umbi segar per hektar, dan varietas Adira-1 sebanyak 22 ton umbi segar per hektar. Gambar umbi masing-masing varietas tertera pada Lampiran 16. Tabel 14. Hasil Analisis Korelasi Antar Peubah T D JU BU DU PU T 1.0000 0.76695 ** -0.13996 tn 0.30373 tn 0.75023 ** 0.17537 tn D 1.0000-0.32618 tn 0.21731 tn 0.41295 tn 0.39645 tn JU 1.0000 0.65741 ** 0.02892 tn 0.0378 tn BU 1.0000 0.15026 0.66043 ** DU 1.0000-0.2898 tn PU 1.0000 Keterangan: T = Tinggi Batang, D = Diameter Batang, JU = Jumlah Umbi, BU = Bobot Basah Umbi, DU = Diameter Umbi Terbesar, PU = Panjang Umbi Terpanjang, ** = Sangat Nyata, tn = Tidak Nyata. Prediksi Hasil Panen Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan produktivitas masing-masing varietas diprediksi melebihi produktivitas potensial. Menurut hasil perhitungan, saat panen pada umur 10 BST diprediksi produktivitas varietas Adira-1 sebesar 36.28 ton, Adira-4 sebesar 54 ton, UJ-5 sebesar 60.4 ton, dan Malang-4 sebesar 74 ton. Selain itu stek dengan 4 mata tunas diprediksi dapat mencapai produktivitas sebesar 54.4 ton/ha, stek 6 mata tunas sebesar 54 ton/ha, stek 8 mata tunas sebesar 56.8 ton/ha, dan stek 10 mata tunas sebesar 58.8 ton/ha. Contoh perhitungan untuk varietas Adira-1 adalah sebagai berikut: Asumsi jumlah tanaman/ha = 10 000 tanaman. Luas Lahan 10 000 m 2 Populasi = = = 10 000 tanaman/ha Jarak Tanam 1 m x 1 m

32 Bobot basah umbi saat tanaman berumur 4 BST adalah 0.91 kg/tanaman (Tabel 13). Dengan populasi tanaman sebanyak 10 000 tanaman/ha, maka umbi yang dihasilkan adalah 0.91 kg/tanaman x 10 000 tanaman/ha = 9 100 kg/ha Tanaman mulai menghasilkan umbi saat umur 2 BST, dengan asumsi 1 bulan adalah 30 hari, maka selama 60 hari tanaman menghasilkan umbi dengan bobot basah sebesar ± 151 kg/ha per hari. Bobot basah umbi = = 151 kg/ha/hari Sisa waktu panen adalah 6 bulan = 180 hari. Potensi bobot basah tambahan berdasarkan hasil umbi per hari dalam waktu 6 bulan adalah 180 hari x 151 kg/ha/hari = 27 180 kg/ha. Total bobot basah umbi yang akan diperoleh saat panen (saat 10 BST) adalah 9 100 kg/ha + 27 180 kg/ha = 36 280 kg/ha atau 36.28 ton/ha (potensi hasil dalam deskripsi varietas adalah 22 ton/ha). dengan cara perhitungan yang sama diperoleh prediksi hasil seperti tertera pada Tabel 15 dan 16. 9 100 kg/ha 60 hari Efisiensi Penggunaan Stek Pendek Berdasarkan Rasio Perbanyakan Perbanyakan dengan menggunakan stek 4 mata tunas dapat meningkatkan rasio perbanyakan ubi kayu (hasil umbi yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan stek lainnya). Jika menggunakan cara perbanyakan secara konvensional (menggunakan stek 20 cm), maka dari 1 ha lahan dapat mensuplai bibit untuk 10 ha (populasi tanaman per ha adalah 10 000 tanaman). Sedangkan dengan penggunaan stek 4 mata tunas, dari 1 ha lahan dapat mensuplai bibit untuk 40 ha (populasi tanaman per ha adalah 10 000 tanaman) atau 4 kali lipat lebih banyak daripada menggunakan stek 20 cm. Cara perhitungan rasio perbanyakan sebagai berikut:

33 1. Menggunakan stek 20 cm Asumsi populasi tanaman/ha adalah 10 000 tanaman, dengan jumlah batang per tanaman = 2 batang. Dari 1 ha lahan dapat diperoleh 20 000 batang untuk bahan perbanyakan. Jika dari 1 batang ubi kayu diperoleh 1 m batang untuk perbanyakan, maka dengan penggunaan stek 20 cm akan diperoleh 5 stek/batang ubi kayu atau sekitar 100 000 stek/ha. Jika populasi tanaman yang akan di tanam per ha adalah 10 000 tanaman, maka dari 1 ha dapat mensuplai bibit untuk 10 ha. 2. Menggunakan stek 4 mata tunas Asumsi populasi tanaman/ha adalah 10 000 tanaman, dengan jumlah batang per tanaman = 2 batang. Dari 1 ha lahan dapat diperoleh 20 000 batang untuk bahan perbanyakan. Jika dari 1 batang ubi kayu diperoleh 1 m batang untuk perbanyakan, maka dengan penggunaan stek 4 mata tunas (panjang stek 4 mata tunas sekitar 5 cm) akan diperoleh 20 stek/batang ubi kayu atau sekitar 400 000 stek/ha. Jika populasi tanaman yang akan di tanam per ha adalah 10 000 tanaman, maka dari 1 ha dapat mensuplai bibit untuk 40 ha. Berdasarkan Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Penggunaan stek pendek (4 mata tunas per stek) dapat menghemat penggunaan tenaga kerja ketika melakukan penunasan (pemilihan tunas terbaik). Pada Tabel 7, sebagai salah satu contoh dapat dilihat pada varietas Malang 4 dan Adira-1 pada saat 4 MST (Tabel 7). Rata-rata jumlah tunas pada stek 4 mata tunas adalah sekitar 3 mata tunas pada kedua varietas, sedangkan pada stek lainnya adalah sekitar 5 6 tunas. Ketika melakukan pemilihan 2 tunas terbaik pada stek 4 mata tunas dengan jumlah tunas yang lebih sedikit, tentunya HOK ataupun tenaga kerja yang diperlukan akan lebih sedikit daripada stek lainnya dengan jumlah tunas yang lebih banyak. Semakin banyak tunas yang tumbuh pada suatu stek maka waktu yang diperlukan untuk melakukan penunasan akan lebih lama dan dalam suatu luasan lahan, tenaga kerja yang diperlukan juga akan semakin banyak.

34 Table 15. Prediksi Hasil pada Empat Varietas Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) Varietas Bobot Umbi saat 4 BST (kg/tanaman) Produksi Umbi per Hari (kg/tanaman) Populasi/ha Produksi Sampai 4 BST (kg/ha) Sisa Waktu Panen (hari) Bobot Basah Tambahan (kg/ha) Bobot Umbi Total Saat Panen (kg/ha) Potensi Hasil (Berdasarkan Deskripsinya) Adira-1 0.91 0.0151 10000 9100 180 27180 36280 22 ton/ha Adira-4 1.35 0.0225 10000 13500 180 40500 54000 35 ton/ha UJ-5 1.51 0.0252 10000 15100 180 45300 60400 28-38 ton/ha Malang-4 1.85 0.0308 10000 18500 180 55500 74000 39.7 ton/ha Table 16. Prediksi Hasil Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Berdasarkan Jumlah Mata Tunas per Stek Jumlah Mata Tunas per Stek Bobot Umbi 4 BST (kg/tanaman) Produksi Umbi per Hari (kg/tanaman) Populasi/ha Produksi Sampai 4 BST (kg/ha) Sisa Waktu Panen (hari) Bobot Basah Tambahan (kg/ha) Bobot Umbi Total Saat Panen (kg/ha) 4 1.36 0.023 10000 13600 180 40800 54400 6 1.35 0.023 10000 13500 180 40500 54000 8 1.42 0.024 10000 14200 180 42600 56800 10 1.47 0.025 10000 14700 180 44100 58800