III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

HOUSEHOLD EQUILIBRIUM

TEORI PILIHAN KONSUMEN

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: USAHATANI GUREM DAN KEPUTUSAN ALOKASI TENAGA KERJA KELUARGA

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 4 PERILAKU KONSUMEN

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Household Production Theory

II. TINJAUAN PUSTAKA

Modul ke: Perilaku Konsumen. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen.

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

KERANGKA BERPIKIR Kerangka Konseptual Kegiatan Bekerja dalam Keluarga ).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi

GBPP DAN SAP PENGANTAR EKONOMI MIKRO

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Fungsi produksi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan hubungan antara output (jumlah produksi barang/jasa) dan faktor-faktor produksi (input).

PENAWARAN AGREGAT. Minggu 14

III. KERANGKA TEORITIS

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1

Template Standar Powerpoint

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

Qx TUx MUx

Teori Tingkah Laku Konsumen dan Teori Nilai Guna (Utility) Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

III. KERANGKA TEORITIS

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL

Perusahaan dan produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

Materi Presentasi. Teori Perilaku Konsumen dan Pilihan Konsumen. Sayifullah Analisis Utilitas

Catatan Kuliah 11 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Persamaan

Permintaan Individu dan Pasar

TEORI PERILAKU KONSUMEN

Pengantar Ekonomi Mikro

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

KULIAH KE - 4 TEORI PERILAKU INDIVIDUAL

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

EKONOMI FERTILITAS 1

Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan

Teori Dasar Permintaan, Penawaran dan Keseimbangan

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

TEORI MAKROEKONOMI KLASIK

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

V. Consumer Surplus and Consumer Welfare

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii viii ix xiv xv xvi

Teori Perilaku Konsumen Cardinal Utility

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO

MICROECONOMICS DEMAND SUPPLY & MARKET EQUILIBRIUM MARIA PRAPTININGSIH, S.E., M.S FE.

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik bekerja untuk diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi

ANALISIS PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA INDUSTRI KECIL KERUPUK DI KABUPATEN DEMAK: STUDI KASUS DESA NGALURAN DAN DESA KARANGASEM. Oleh: BUDI SULISTYO

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model IS-LM. Lanjutan... Pasar Barang & Kurva IS 5/1/2017. PASAR UANG & PASAR BARANG (Keseimbangan Kurva IS-LM)

Transkripsi:

23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga sebagai pengambilan keputusan baik dalam kegiatan produksi maupun kegiatan konsumsi yang hubungannya dengan alokasi waktu produktif dan non produktif serta pendapatan rumahtangga yang diperoleh. Menurut Becker (1976) bahwa ada dua proses dalam perilaku rumahtangga yaitu proses produksi dan konsumsi yang mempunyai keterkaitan sangat erat yang harus dianalis secara bersama-sama. Becker menerapkan fungsi kepuasan sederhana dari konsumsi barang-barang dalam ekonomi rumahtangga, sehingga fungsi kepuasan rumahtangga dikemukakan Becker sebagai berikut : dimana: dari: dimana: U = U (Z 1, Z 2,...,Z m )...(3.1) Z i = produk yang dihasilkan oleh rumahtangga (i = 1,2,.m) Produk yang dihasilkan oleh rumahtangga ini merupakan fungsi produksi Z i = f i (x i, T i ).. (3.2) x i = barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar. T i = waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang Z ke i Dalam memaksimumkan kepuasannya, rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran dan kendala waktu yang terlihat pada persamaan sebagai berikut:

24 m 1 p i xi = I = V + T w w...(3.3) m Ti 1 = T c = T T...(3.4) w dimana: p i = harga barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar T w = waktu yang digunakan untuk bekerja W = upah per unit T w V = pendapatan selain upah T c = jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengkonsumsi T = jumlah waktu yang tersedia I = Pendapatan rumahtangga Dengan berdasarkan konsep dikemukakan oleh Strauss (1986), yang menggunakan comparative statics untuk melihat secara terpisah antara pendapatan dan pembelanjaan suatu rumahtangga, maka dalam penelitian ini diasumsikan rumahtangga mengkonsumsi yaitu leisure (X l ), barang yang dibeli di pasar (X m ) dan barang yang dihasilkan rumahtangga (X u ), sehingga fungsi utilitas rumahtangga adalah: U = U (X l, X m, X u )....(3.5) dimana X u adalah barang yang dihasilkan oleh rumahtangga dari usahatani padi, ada yang dikonsumsi dan ada yang dijual. Dalam memaksimumkan utilitasnya, rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran: Y = p i X i=1 i (3.6) dimana: Y = full income rumahtangga p i = harga komoditi

25 dalam hal ini full income sama dengan nilai dari waktu yang tersedia ditambah dengan nilai produksi rumahtangga dikurangi nilai dari input variabel dan nilai dari non upah seperti yang terlihat pada persamaan berikut: Y = M N + j = 1 i= 1 p T + q jq j qivi p E (3.7) dimana: T Q j V i q j q i E = waktu yang tersedia = output untuk j = 1,.., M = input-input variabel selain tenaga kerja, untuk i = 1,..,N = permintaan tenaga kerja = harga Q j = harga V i = pendapatan yang bukan dari produksi rumahtangga Untuk menghasilkan barang Q s dan semua barang yang dapat dijual di pasar, rumahtangga menggunakan tenaga kerja (), input variabel (V) dan input tetap (K). Fungsi lagrangnya dapat dituliskan: = U (X l, X m, X u ) + λ[p T + (q j Q u p - q v V) + E p X p m X m p u X u ] + µg(q u, V, K)......(3.8) dimana syarat pertama yang harus dipenuhi adalah turunan pertama dari fungsi tersebut harus sama dengan 0, sehingga turunan parsialnya sebagai berikut: X l X m X u = U = U = U u m λ p = 0...(3.9) λ p = 0...(3.10) m λ p = 0...(3.11) u

26 = p( T Xl ) + pu ( Qu Xu) pv v pmx λ m + E= 0...(3.12) Qu 1 µ = λ p u + µ G u = 0 atau = pu + Gu... (3.13) λ λ Q u 1 µ = λ p + µ G = 0 atau = p + G λ λ... (3.14) V 1 µ = λ p v + µ G v = 0 atau = pv + Gv λ V λ... (3.15) µ = G( Q, Q s p, Q b, Q u,, V, K) = 0...(3.16) fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan barang diperoleh dari persamaan (3.9) hingga (3.12) bila persamaan-persamaan tersebut diselesaikan secara simultan. Adapun fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan barang adalah sebagai berikut: D a = D a (p u, p, p v, Y); a = X l, X m, X u...(3.17) fungsi penawaran tenaga kerja rumahtangga untuk kegiatan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas produksi di dalam rumahtangga merupakan fungsi dari faktor-faktor sebagai berikut: S b = S b (p u, p, p v, Y); b = p...(3.18) fungsi penawaran produk yang dihasilkan oleh rumahtangga dari kegiatan usahatani dan fungsi permintaan inputnya diperoleh dari persamaan (3.13) hingga (3.16), dimana fungsi penawaran produk yang secara keseluruhan sebagian dikonsumsi oleh rumahtangga merupakan fungsi marketed surplus yang dinyatakan sebagai berikut: MS = MS(p u, p, p v, Y)...(3.19)

27 adapun fungsi permintaan input rumahtangga untuk melakukan aktivitas produksi dapat dilihat pada persamaan berikut: B w = B w ((p u, p, p v, Y); w =, V...(3.20) 3.2. Efek Upah terhadap Alokasi Waktu Rumahtangga Bryant (1990) menyatakan bahwa upah individu dapat menguasai pasar tenaga kerja dengan harga leisure, yaitu sejumlah uang rumahtangga yang dikorbankan untuk mengkonsumsi waktu leisure. Ketika upah berubah yang disebabkan oleh harga leisure yang berubah dan salah satu keluarga dapat menduga untuk merespon dengan merubah permintaannya untuk leisure. Upah juga merupakan bagian integral dari produktivitas individu dalam mendapatkan barang-barang yang dibeli, yaitu w/p menunjukkan kuantitas market goods yang dapat diperoleh dengan melakukan setiap jam market work dan menggunakan penghasilannya untuk membeli barang. Suatu perubahan di dalam upah juga merubah produktivitas pasar individu yang relatif terhadap produktivitas rumahtangga. Memodifikasi penjualan, pada akhirnya berdampak pada distribusi waktu kerja antara produksi pasar dan rumahtangga (Gambar 1). DEBT adalah garis total budget rumahtangga untuk merubah upah. Upah terhadap individu adalah w dan dikarenakan slope dari DE adalah w/p. Kepuasan yang maksimal dari rumahtangga pada titik P, dimana individu menghabiskan jam Olp per minggu dalam aktivitas leisure, jam H di dalam pasar tenaga kerja, dan jam TH di dalam aktivitas kerja rumahtangga. Bila terjadi perubahan perilaku individu karena adanya respon terhadap peningkatan upah dari w ke w, maka hal-hal yang terjadi adalah hubungan antara produktivitas pasar individu (w/p) dan produktivitas rumahtangga g h berubah.

28 Dengan meningkatnya w jumlah barang yang dapat dibeli dengan menggunakan satu jam pertama pada pasar kerja (w/p) akan lebih besar dibandingkan jumlah barang yang dapat dihasilkan pada satu jam terakhir yang digunakan pada aktivitas rumahtangga pada titik E, dimana g < w' p. Sebagai konsekuensinya h E / rumahtangga dapat menghasilkan lebih banyak barang dengan curahan waktu kerja yang sama jika jumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas rumahtangga dikurangi dan waktu yang digunakan untuk bekerja ditingkatkan. Peningkatan upah akan menyebabkan individu mensubtitusi pasar kerja dengan aktivitas rumahtangga sepanjang jumlah total waktu kerja adalah konstan. Substitusi pasar kerja terhadap aktivitas rumahtangga ditunjukkan oleh pergeseran total anggaran rumahtangga dari DEBT ke D E BT, dimana penurunan waktu kerja rumahtangga dari TH e ke TH e dan meningkatnya jam kerja dari H e ke H e. Sebelum adanya peningkatan upah, titik E adalah titik persinggungan antara fungsi produksi rumahtangga AB dan garis anggaran DE. Pada titik E, w p = /. Ketika w meningkat ke w, g h E w ' / p > g h E dan individu akan mensubtitusi kerja dengan aktivitas rumahtangga, sehingga equilibrium rumahtangga yang baru ada pada titik E, dimana w ' / p = dan garis anggaran g h E ' yang baru adalah D E dan slopenya adalah w /p. Proses subtitusi ini disebut efek subtitusi produksi. Ketika upah meningkat dari w/p ke w /p, harga leisure menjadi relatif lebih mahal terhadap harga barang. Bila kepuasan rumahtangga dianggap konstan, maka rumahtangga akan mensubtitusi barang yang harganya lebih murah dengan leisure yang harganya lebih mahal. Hal ini terjadi bila terjadi peningkatan jam kerja individu dan menggunakan kelebihan pendapatan yang

29 diperoleh untuk meningkatkan konsumsi keluarga terhadap barang. Hal ini disebut dengan efek subtitusi konsumsi karena subtitusi terjadi pada aktivitas konsumsi, bukan pada aktivitas produksi. Efek subtitusi ini dapat dilihat pada persinggungan antara garis anggaran yang baru D E dengan kurva indiferen awal U o. JJ adalah garis yang bersinggungan dengan U o pada titik Q. Dimana JD adalah jumlah pendapat real yang harus dihasilkan rumahtangga untuk meningkatkan kepuasannya pada tingkat upah yang baru seperti pada tingkat upah yang lama. Dengan kata lain dengan adanya efek subtitusi konsumsi karena adanya peningkatan upah mengakibatkan terjadi penurunan kuantitas leisure yang dikonsumsi dari 0 p ke 0 q dengan asumsi kepuasannya adalah konstan. Efek subtitusi total dengan adanya peningkatan upah adalah penjumlahan dari efek subtitusi produksi dan efek subtitusi konsumsi. Adanya peningkatan upah mengakibatkan terjadi peningkatan real income rumahtangga sehingga akan meningkatkan permintaan rumhtangga terhadap barang maupun leisure sepanjang keduanya adalah barang normal. Efek pendapatan dengan adanya peningkatan upah ditunjukkan oleh pergeseran dari JJ ke D E yang mengakibatkan terjadi peningkatan permintaan terhadap leisure dari 0 q ke 0 r dan equilibrium rumahtangga bergeser dari titik Q ke titik R. Hal ini berarti terjadi penurunan penawaran tenaga kerja dan terjadi peningkatan permintaan terhadap leisure, tetapi waktu kerja untuk aktivitas rumahtangga tidak mengalami penurunan.

30 Efek total upah pada pasar kerja merupakan penjumlahan dari efek subtitusi produksi, efek subtitusi konsumsi dan efek pendapatan, yang ditunjukkan oleh persamaan berikut: r H e - p H e = H e H e + p q + q r...(3.21) dimana kedua efek subtitusi mengakibatkan terjadi peningkatan jam kerja di luar aktivitas rumahtangga sedangkan efek pendapatan mengakibatkan jam kerja menurun, sehingga efek total upah bisa positif maupun negatif, tergantung pada besar kecilnya masing-masing efek yang ditimbulkan. Dimana kurva penawaran tenaga kerja bisa positif seperti umumnya (dengan tingkat upah yang tinggi, penawaran tenaga kerja meningkat) atau backward bending dan bisa juga negatif (dengan tingkat upah yang tinggi, penawaran tenaga kerja rendah). Goods C+G T U 0 U 1 D J R D A Q P E J E V B

31 0 q r p H e H e T Sumber : Bryant, 1990 Gambar 1. Efek Upah pada Penggunaan Waktu Rumahtangga Efek total upah pada aktivitas rumahtangga merupakan efek subtitusi produksi. Dimana pada saat upah meningkat, waktu yang dicurahkan untuk aktivitas rumahtangga berkurang dan tenaga kerja rumahtangga yang ada berpindah ke pasar tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan oleh H e H e. Sedangkan efek total upah pada leisure terdiri dari efek pendapatan dan efek subtitusi konsumsi. Ketika harga relatif leisure meningkat terhadap harga barang, maka rumahtangga akan mensubtitusi leisure dengan barang. Selain itu bila tingkat upah meningkat maka real income rumahtangga juga meningkat sehingga permintaan terhadap leisure akan meningkat, dimana: r p = p q + q r...(3.22) 3.3. Efek Pendapatan Rumahtangga terhadap Perilaku Kerja Menurut Bryant (1990) bahwa pendapatan keluarga memiliki dua sumber yaitu pendapatan kerja dan pendapatan non kerja. Pendapatan karena bekerja ditentukan oleh seberapa besar upah yang diperoleh per satuan unit waktu di pasar tenaga kerja. Perubahan upah maupun jam kerja suatu rumahtangga berdampak kepada perubahan equilibrium suatu rumahtangga. Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja (V) meningkatkan sumberdaya yang tersedia bagi suatu rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kombinasi barang baik yang dibeli di pasar maupun yang dihasilkan serta leisure yang tersedia juga meningkat. Namun perubahan tersebut tidak dapat diharapkan untuk merubah upah yang diterima oleh masing-masing anggota rumahtangga pada pasar tenaga kerja, harga barang-

32 barang yang dibeli di pasar, dan fungsi produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh rumahtangga. Peningkatan pendapatan karena tidak bekerja (non labor income) meningkatkan sumberdaya yang tersedia pada rumahtangga tetapi tidak merubah keadaan pasar barang dan leisure maupun kondisi produksi suatu rumahtangga. Peningkatan non labor income hanya akan menggeser budgetline ke atas sehingga mengakibatkan permintaan terhadap barang dan leisure dari masing-masing anggota rumahtangga meningkat, sepanjang barang tersebut adalah barang normal. Peningkatan permintaan terhadap leisure akan mengurangi jam bekerja dari masing-masing anggota rumahtangga tetapi tidak mengurangi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas rumahtangga. Gambar 2 dapat menjelaskan fenomena tersebut. Total anggaran rumahtangga ditunjukkan oleh DEBT. Masing-masing rumahtangga (S dan R) memperoleh non labor income (V) per minggu dan masing-masing anggota rumahtangga memperoleh upah sebesar $w/ jam dari alokasi waktu kerja mereka di pasar tenaga kerja yang ditunjukkan oleh slope DE. Kurva indiferen U or dan U 1r menunjukkan preferensi rumahtangga R sementara U os dan U 1s menunjukkan preferensi rumahtangga S. Pada kondisi awal, rumahtangga S mengalami keseimbangan pada titik P, sedangkan rumahtangga R pada titik Q. Pada titik P, masing-masing anggota rumahtangga pada S menghabiskan jam bekerja untuk aktivitas rumahtangga setiap minggu sebesar TH e dan jam bekerja di pasar tenaga kerja sebesar H e p dan 0 p untuk leisure. Sedangkan pada rumahtangga R, anggota rumahtangga yang ada tidak bekerja di

33 pasar tenaga kerja dan menghabiskan waktunya untuk melakukan pekerjaan rumahtangga sebesar TH q per minggu dan 0H q perminggu untuk leisure. Bila diasumsikan masing-masing rumahtangga memperoleh tambahan non labor income sebesar VV perminggu maka total anggaran masing-masing rumahtangga bergeser ke D E B T secara paralel dan vertikal karena peningkatan non labor income tidak mempengaruhi tingkat upah yang diperoleh baik oleh rumahtangga R maupun S pada pasar tenaga kerja. Dimana pemberi kerja atau perusahaan tidak akan meningkatkan upah kepada S maupun R karena mereka sudah bertambah kaya. Di lain pihak penigkatan non labor income mengakibatkan terjadi peningkatan pembelanjaan barang-barang pasar dari 0V ke 0V. Pada rumahtangga S, setelah menerima non labor income sebesar VV, equilibriumnya meningkat ke P. Pada titik tersebut rumahtangga tersebut menghabiskan sebesar TH e setiap minggu untuk aktivitas rumahtangga sama seperti kondisi awal, H e p perminggu untuk bekerja mendapatkan upah (lebih rendah dari sebelumnya) dan 0 p perminggu untuk leisure (lebih banyak dari sebelumnya). Peningkatan jam leisure menunjukkan penurunan jam untuk bekerja pada pasar kerja. Dilain pihak jumlah jam kerja untuk kegiatan rumahtangga tidak mengalami perubahan karena dengan g h = w/p tetap tidak berubah sekalipun terjadi peningkatan non labor income. Aktivitas rumahtangga hanya akan berubah dengan adanya peningkatan non labor income bila pasar dan barang-barang yang dihasilkan oleh rumahtangga tidak tersubtitusi sempurna atau jika peningkatan non labor income sangat besar sehingga menyebabkan setiap orang berhenti bekerja secara bersamaan.

34 Pada rumahtangga R yang tidak bekerja sebelum dan sesudah adanya non labor income menghabiskan TH q perminggu untuk pekerjaan rumahtangga (lebih kecil dari sebelumnya) dan 0H q untuk leisure setiap minggunya (lebih besar dari sebelumnya). Bila diasumsikan leisure adalah barang normal maka rumahtangga R hanya akan mengkonsumsi leisure lebih banyak dengan mengurangi sejumlah aktivitas rumahtangga yang selama ini sudah dilakukan. Goods C+G D U 0s U 1s T D A P A P E E Q Q V B V B 0 p p H e H q H q T Sumber : Bryant, 1990 Gambar 2. Efek Peningkatan Non abor Income pada Perilaku Kerja Rumahtangga Dalam rumahtangga petani secara umum bahwa curahan kerja pada suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh upah yang diterima, jumlah anggota

35 rumahtangga dan pendapatan non usahatani. Selain itu pula terdapat keterkaitan antara kegiatan produksi dengan konsumsi sebagai suatu sistem, maka kerangka konseptual ekonomi rumahtangga petani seperti terlihat pada Gambar 3. Investasi Tabungan Pendapatan Total Rumahtangga Petani Input Pendapatan Pertanian Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Saprodi, ahan Curahan Kerja Suami, Isteri Pada Usahatani Padi Produksi Usahatani Padi Curahan kerja (suami, isteri, anak) pada non usahatani Konsumsi Pendapatan Non Pertanian Gambar 3. Diagram Model Dasar Rumahtangga Petani