III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala usaha pertanian relatif kecil dan perilaku petani sebagai produsen sekaligus konsumen hasil usahatani. Dalam model dasar rumahtangga pertanian oleh Singh (1986) dapat ditentukan keterkaitan keputusan konsumsi, produksi, alokasi tenaga kerja, investasi dan menabung. Kinerja ketahanan pangan rumahtangga pertanian diasumsikan sebagai resultante dari berbagai keputusan rumahtangga tersebut (Handono, 2002). Analisis ekonomi rumahtangga pertanian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model simultan dengan asumsi bahwa ciri rumahtangga petani yakni semi komersil (mengkonsumsi produksi usahataninya sekaligus menjual sebagian usahatani untuk memperoleh pendapatan) sehingga terjadi keterkaitan antara keputusan produksi dan konsumsi. Dari sisi produsen, rumahtangga pertanian harus memilih alokasi tenaga kerja dan beragam input produksi lainnya untuk memaksimalkan keuntungan, dan dari sisi konsumen, rumahtangga harus menentukan alokasi pendapatan dari keuntungan pertanian dan partisipasi kerja pada pekerjaan lain untuk barang dan jasa konsumsi. Keuntungan pertanian mencakup keuntungan dari barang yang diproduksi dan dikonsumsi oleh rumahtangga yang sama, dan konsumsi mencakup barang yang dibeli serta diproduksi sendiri. Jika pasar barang dialokasikan pada pasar yang bersaing sempurna, termasuk tenaga kerja, maka rumahtangga akan indifferent antara mengkonsumsi barang yang diproduksi sendiri dan barang yang dibeli melalui mekanisme pasar. Dengan mengkonsumsi seluruh atau sebagian output yang dapat dijual pada harga pasar tertentu, rumahtangga membeli barang dari dirinya sendiri. Kemudian, dengan mengalokasikan waktu untuk istirahat atau kegiatan produksi, rumahtangga membeli sumber daya waktunya sendiri, yang dinilai dengan upah pasar. Model ini diterapkan terhadap sektor pertanian yang mengkonsumsi sebagian outputnya atau sebagian inputnya, yaitu pertanian tanaman pangan.

2 27 Singh dan Bagi (1974) dalam Asmarantaka (2007) merumuskan enam kategori dari persamaan simultan yang mencerminkan keterkaitan keputusan dalam rumahtangga petani sebagai berikut : 1. Produksi output pertanian : Q = f (L, K, Nf, Nh, O, t)... (1) Q = nilai kotor produksi pertanian L = luas garapan K = ukuran stok modal tetap Nf = ukuran tenaga kerja keluarga Nh = ukuran tenaga kerja yang disewa O = input lain selain tenaga kerja t = teknologi atau kelembagaan O = f (Q, km, P 1, P A, B)... (2) km = stok modal mesin P 1 dan P A = indeks harga input dan output pertanian B = jumlah pinjaman atau kredit 2. Keputusan Konsumsi yaitu konsumsi yang berasal dari usahatani sendiri (C s ) dan konsumsi beli di pasar (C c ) : C s = f (Q, F,C c, C s-1 )... (3) Q = produksi usahatani F = jumlah anggota keluarga C s-1 = lagged konsumsi subsisten yang merupakan kebiasaan C c = f (Y D, F, C s, P c, C c-1 )... (4) Y D = pendapatan disposible dan P c adalah indeks harga konsumen untuk barang-barang yang dibeli 3. Surplus Pasar (The Marketed Surplus)

3 28 Merupakan fungsi penawaran dari produk-produk pertanian di pasar. Jumlah output pertanian yang dijual M diasumsikan tergantung pada tingkat output (Q), C s, C c dan indeks komoditas pertanian (P A ), sehingga fungsi surplus pasar : M = f (Q, C s, C c, P A )... (5) 4. Keputusan menggunakan tenaga kerja keluarga (N F ) dan sewa (N H ) Apabila sewa tenaga kerja murah, akan menyebabkan leisure atau waktu santai tinggi atau penggunaan tenaga kerja keluarga turun, sebaliknya jika upah tenaga kerja keluarga tinggi, penggunaan tenaga kerja keluarga akan meningkat. N f = f (Q, km, W A, W F )... (6) W A = sewa tenaga kerja luar keluarga N H = f (Q, km, W A, P 1, P A, N F )... (7) W A = f (U R, P c,w N,W A-1... (8) Dimana U R adalah tingkat pengangguran dan W N adalah upah industri. Fungsi ini berlaku jika penawaran tenaga kerja yang disewakan terbatas. 5. Keputusan investasi Dilakukan untuk meningkatkan produksi usahatani I = f ( L, K -1, i, S -1, B)... (9) Dimana I adalah investasi, L adalah luas garapan / milik, K -1 adalah lagged capital stock, S -1 adalah lagged saving dan B adalah kredit yang tersedia 6. Keputusan keuangan : B = f ( i, O, I, S -1)... (10) Dimana O adalah input selain tenaga kerja Pendapatan, saving, dan ukuran stok modal tetap dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut : a. Y D = Q- C s - O + Y N - T X - d K-1... (11) Dimana T X adalah pajak d K-1 adalah penyusutan stok b. S = Y D - C C... (12) c. K = (1-d) K (13) Teori ekonomi rumahtangga petani dalam penelitian ini merupakan modifikasi teori ekonomi rumahtangga Singh dan Bagi (1974) dan

4 29 penyempurnaan teori tersebut oleh Bekcer (1965) dan Singh et al.,(1986) yang menyatakan bahwa dalam replika ekonomi rumahtangga, karakteristik rumahtangga petani sebagai produsen sekaligus konsumen mengakibatkan pendapatan bersifat endogenous sehingga keputusan produksi dan konsumsi tidak dapat dipisahkan. Singh et.al., (1986) mengembangkan model ekonomi rumahtangga Becker (1965) dengan unit analisisnya di sektor pertanian. Becker (1965) membangun teori ekonomi rumahtangga secara umum tanpa aplikasi kegiatan rumahtangga secara spesifik. Dalam model Bekcer (1965) dan Singh et al.,(1986) waktu santai dianggap sebagai bentuk konsumsi. Karenanya, rumahtangga tidak hanya mengkonsumsi komoditi fisik, tapi ia juga mengkonsumsi waktu seperti mengkonsumsi komoditi fisik lainnya. Menurut Becker (1965), rumahtangga pertanian dalam menghasilkan unit produksi dengan mengkombinasikan barang-barang modal dan barang mentah bersama dengan curahan kerja serta waktu untuk menghasilkan barang akhir. Utilitas langsung diperoleh rumahtangga dengan cara mengkonsumsi berbagai barang akhir. Pendekatan yang digunakan dalam rumahtangga adalah pendekatan utilitas total, yakni memaksimumkan kepuasan untuk seluruh anggota keluarga. Fungsi utilitas tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan 14 sebagai berikut: U = u (Xa.Xm.Xl)... (14) Dimana: U = utilitas rumah tangga yang ingin dicapai Xa = konsumsi komoditas hasil usaha tani sendiri Xm = konsumsi komoditas yang dibeli di pasar Xl = konsumsi waktu santai (leisure) Dalam memaksimumkan fungsi utilitas, rumahtangga menghadapi kendala pendapatan tunai, kendala waktu dan kendala produksi. Ketiga kendala tersebut dirumuskan dalam kendala tunggal dengan mensubtitusikan kendala produksi dan waktu ke dalam kendala pendapatan. - Kendala Pendapatan : Pm Xm = Pa (Q-Xa)-W (L-F) Dalam hal ini, rumahtangga pertanian akan menyamakan total pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi barang di pasar (Pm.Xm) dengan penerimaan dari marketable surplus Pa (Q-Xa) dikurangi biaya usahatani W (L-F)

5 30 Rumahtangga disebut sebagai unit yang menawarkan tenaga kerja jika L > F, kondisi sebaliknya menyatakan bahwa rumahtangga sebagai unit pengguna tenaga kerja dari luar {hired labor). Rumahtangga termasuk kategori komersial jika, Xa=0, semi komersial jika Qa > Xa, dan susbsisten jika Qa = Xa. - Kendala Waktu = Xl + F = T Rumahtangga pertanian menghadapi kendala waktu, dimana total waktu yang dimiliki rumahtangga tidak digunakan seluruhnya oleh anggota keluarga untuk kegiatan produksi, melainkan terdapat waktu santai. - Kendala produksi = Q (L,A) Total waktu yang dimilki rumahtangga pertanian menghadapai kendala produksi yang menyatakan hubungan antara output (Q) dengan input yakni tenaga kerja (L) dan lahan yang diasumsikan bersifat tetap (A). - Kendala waktu dan kendala produksi disubstitusikan pada kendala pendapatan sehingga membentuk kendala tunggal sebagai berikut : Pm Xm = Pa.Q(L,A)-PaXa-WL+WT-WXl, apabila [Pa.Q(L,A)-WL] = keuntungan, maka total pengeluaran rumahtangga untuk ketiga jenis komoditas dan pendapatan tunai dapat dinyatakan sebagai berikut: Pm.Xm + Pa.Xa + wxl = wt + π... (15) dan π = [Pa.Q(L.A) WL)... (16) adalah tingkat keuntungan usahatani Dimana: Pm = harga komoditas yang dibeli di pasar Pa = harga komoditas hasil usaha tani sendiri Q = produksi komoditas hasil usaha tani sendiri W = upah tenaga kerja (buruh tani) L = total input tenaga kerja T = total waktu yang tersedia A = faktor produksi lain (modal dan lahan) F = alokasi waktu tenaga kerja keluarga untuk usahatani Xl = konsumsi waktu santai

6 31 Q-Xa = marketed surplus (produksi usahatani sendiri dikurangi konsumsi komoditas hasil usahatani sendiri), dipengaruhi oleh harga output, harga input dan pendapatan Untuk memaksimalkan utilitas, rumahtangga pertanian membuat keputusan dalam menetukan tingkat konsumsi ketiga komoditas dan penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan produksi pertanian. Untuk memaksimalkan masingmasing pilihan jumlah komoditas yang dikonsumsi, maka perlu ditentukan nilai kepuasan marginal atau marginal utility dari turunan pertama total pendapatan terhadap tingkat penggunaan input (dalam hal ini penggunaan input tenaga kerja). Secara rasional, rumahtangga pertanian akan menyamakan penerimaan produk marginal tenaga kerja dengan upah pasar sehingga L* (permintaan input tenaga kerja) merupakan fungsi dari harga input tenaga kerja / upah, harga output produksi dan lahan. L* = L* (W, Pa, A)... (17) Persamaan (17) disubstitusi pada sisi kanan persamaan (15) yang menunjukan persamaan full income, yakni pada saat keuntungan maksimum diperoleh dengan pilihan penggunaan tenaga kerja yang optimum (WT + π) = Y* sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : Pm.Xm + Pa.Xa + wxl = Y*... (18) Nilai kepuasaan maksimum dengan kendala produksi diperoleh dari turunan pertama konsumsi komoditas yang dibeli di pasar, komoditas hasil usahatani sendiri dan konsumsi waktu santai dan nilai full income pada persamaan (18) sehingga menghasilkan kurva permintaan standar perilaku konsumsi. Permintaan terhadap komoditas pangan ditentukan dengan harga pangan di pasaran, harga pangan hasil usahatani sendiri, upah tenaga kerja, tingkat pendapatan rumahtangga dan karakteristik keluarga. Tingkat pendapatan rumahtangga sendiri ditentukan oleh tingkat produksi dan keuntungan usahatani. Oleh karena itu, keputusan konsumsi yang dipengaruhi oleh pendapatan tidak dapat dipisahkan dengan keputusan produksi. Fungsi permintaan komoditas dapat dinyatakan sebagai berikut : Xm = Xm (Pm, Pa, W, Y*, Ai)... (19)

7 32 Xa = Xa (Pm, Pa, W, Y*, Ai)... (20) Xi = Xi (Pm, Pa, W, Y*, Ai)... (21) dimana Y* = tingkat pendapatan Ai = peubah karakteristik rumahtanga Lebih lanjut Bryant (1990) menyusun model hubungan konsumsi dan saving dalam rumahtangga dengan asumsi rumahtangga mengetahui besarnya pendapatan, harga barang dan preferensi konsumsi sehingga rumahtangga akan memaksimumkan kepuasan dengan keterbatasan sumberdaya yang ada. Alternatif pilihan konsumsi rumahtangga sebagai berikut : 1. A 1 + Y 1 C 1 2. A 1 + Y 1 + B 1 C 1 3. A 1 + Y 1 + S 1 C 1 C 1 = jumlah konsumsi pada tahun-1 Y 1 = pendapatan rumahtangga pada tahun-1 A 1 = jumlah net-asset (asset minus hutang) = (+) atau (-) B1 = jumlah pinjaman S 1 = jumlah saving Dalam melakukan kegiatan konsumsi, rumahtangga menghadapi kendala anggaran berupa sumberdaya yang dimiliki sebagai berikut : R 1 = A 1 +Y 1 +B m 1... (22.1) B m m 1 + r B 1 = Y 2... (22.2) R 1 = A 1 + Y 1 + Y 2 / (1 + r)... (22.3) m P c + C 1 = R 1... (22.4) C m 1 = R 1 / p c... (22.5) r = tingkat bunga pinjaman B m 1 = jumlah kredit/ pinjaman Y 2 = pendapatan yang diharapkan atas pinjaman yang dilakukan R 1 = jumlah sumberdaya pada tahun pertama Pc = harga barang konsumsi yang dominan

8 33 Dengan demikian, keputusan konsumsi rumahtangga merupakan fungsi dari sumberdaya yang dimiliki rumahtangga yakni asset (termasuk investasi), pendapatan, tabungan dan juga dipengaruhi oleh harga barang konsumsi yang dominan. Sedangkan keputusan untuk menabung dipengaruhi pula oleh asset, pendapatan, dan konsumsi. Dalam penelitian ini memperhitungkan derajat kecukupan energi yang merupakan indikator hasil dari ketahanan pangan. Derajat kecukupan energi (DKE) didefinisikan sebagai total konsumsi energi dibandingkan dengan angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk suatu rumahtangga. Total konsumsi energi adalah jumlah konsumsi energi dari seluruh komoditas pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri maupun dibeli. Total konsumsi energi menurut Straus dalam Singh (1986) dinyatakan dalam calori intake dalam persamaan berikut : K = a i. X i... (23) Dimana a i = jumlah kalori tiap unit komoditas pangan yang dikonsumsi X i = jumlah komoditas pangan yang dikonsumsi. Straus juga menyatakan keterkaitan keputusan produksi dengan status gizi rumahtangga petani dalam persamaan berikut : H = H (Xa, Xm, Xl, Z)... (24) Dimana H = status gizi Z = hasil / efek dari konsumsi energi Perubahan konsumsi energi dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas, sehingga derajat konsumsi energi dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas usahatani yang diproduksi rumahtangga, harga komoditas yang dibeli di pasar, upah tenaga kerja pertanian, pendapatan, karakteristik rumahtangga dan angka kecukupan energi anggota rumahtangga yang dinyatakan dalam formula sebagai berikut : DKE = DKE (Pm, Pa, W, Y*, Ai, KEC z )... (25)

9 34 Untuk z = 1,2,3,.. n Dimana DKE = derajat konsumsi energi KEC z = angka kecukupan energi untuk anggota keluarga ke-z Nilai dari konsumsi energi akan disesuaikan dengan kriteria tahan pangan berdasarkan angka kecukupan gizi menurut Widyakarya Pangan Nasional Untuk mendekati tujuan penelitian, bentuk umum model perilaku rumahtangga Singh and Bagi (1974) dan Singh et al,. (1986) dimodifikasi sesuai konteks masalah yakni mencakup penambahan input produksi modal berupa bantuan modal (PUAP) dalam kegiatan usahatani sehingga fungsi produksi sebagai berikut : Q = f (L, A, P, input produksi lain)... (26) Produksi akan menentukan penggunaan input produksi yang optimum untuk memaksimalkan utilitas.luas lahan ditentukan oleh harga output dan modal yang dimiliki petani. Luas lahan merupakan faktor produksi yang cenderung tetap, namun dalam model ekonomi rumahtangga yang digunakan dalam penelitian ini luas lahan menjadi variable endogen agar dapat dianalisis perilaku petani dalam menentukan luas lahan sebagai faktor penentu ketersediaan pangan rumahtangga. Fungsi luas lahan garapan sebagai berikut : A = f (Pa, PUAP, TAB)... (27) Input produksi lain adalah tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga dimana keputusan penggunaan tenaga kerja yang optimal ditentukan oleh upah, harga output dan luas lahan garapan sehingga fungsi penggunaan tenaga kerja sebagai berikut : L = f (W, Pa, A)... (28) Sedangkan penggunaan pupuk yang optimal ditentukan oleh harga pupuk dan luas garapan sehingga fungsi penggunaan pupuk sebagai berikut : P = f (Hp, A)... (29) Produksi usahatani padi mempengaruhi pendapatan pertanian sehingga membentuk pendapatan total rumahtangga. Pendapatan total rumahtangga merupakan penjumlahan dari pendapatan pertanian (pendapatan usahatani padi dan pendapatan non usahatani padi) dan pendapatan lain (pendapatan berburuh

10 35 dan pendapatan sumber lain). Pendapatan usahatani padi bersifat endogenous yakni pendapatan tunai dari marketable surplus dikurangi biaya produksi. Pendapatan non usahatani padi dan pendapatan sumber lain bersifat eksogenous. Pendapatan berburuh bersifat endogenous yang dipengaruhi curahan kerja berburuh, jumlah modal dan karakteristik keluarga. Pendapatan yang siap dibelanjakan dinyatakan sebagai berikut : Y D = Pa.( Q-Xa) W ( L-F) + Pendapatan lain Tx... (30) Keputusan produksi akan mempengaruhi keputusan konsumsi yang terdiri dari konsumsi yang berasal dari usahatani sendiri dan konsumsi yang dibeli di pasar. Konsumsi hasil usahatani dipengaruhi oleh jumlah produksi, jumlah anggota keluarga dan jumlah konsumsi beras yang dibeli di pasar. Keputusan petani untuk menahan hasil produksinya yang digunakan untuk konsumsi rumahtangga serta alokasi bantuan raskin akan mempengaruhi konsumsi beras yang dibeli di pasar, sehingga fungsi konsumsi dari usahatani sendiri sebagai berikut : C s = f (Q, F, C c )... (31) Sedangkan konsumsi yang dibeli di pasar (pengeluaran pangan) akan ditentukan oleh pendapatan rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga, konsumsi hasil usahatani sendiri, konsumsi non pangan, proporsi penggunaan raskin dan harga beras yang dibeli di pasar. C c = f (Y D, F, C s, C non pangan, jumlah raskin, P c )... (32) Dalam penelitian ini, konsumsi non pangan bersifat endogenous yang dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga, tabungan dan jumlah anggota keluarga. C NP = f (Y D, Pengeluaran Investasi, Karakteristik Keluarga)... (33) Keputusan konsumsi juga mencakup pengeluaran investasi sumberdaya manusia dalam keluarga yakni pengeluaran rumahtangga untuk kepentingan kesehatan dan pendidikan anggota keluarga yang dipengaruhi oleh karakteristik rumahtangga, capital stok di masa lalu, pendapatan disposable, tabungan di masa lalu dan kredit yang tersedia Investasi pendidikan dan kesehatan = f (Ai, K -1, Y D, S -1, B)... (34)

11 36 Kegiatan menabung ditentukan oleh pendapatan, pengeluaran pangan, dan jumlah pinjaman PUAP yang dalam penelitian ini berperan menambah tabungan rumahtangga petani serta dipengaruhi oleh nilai suku bunga dan karakteristik keluarga S = f ( Y D, C C, PUAP, i, Ai)... (35) Konsumsi energi sebagai indikator hasil ketahanan pangan dinyatakan dalam fungsi pada persamaan 21. Modifikasi model tersebut memungkinkan pengamatan peran bantuan modal PUAP dan alokasi raskin terhadap kinerja indikator ketahanan pangan pada rumahtangga penerima PUAP dan raskin. Perilaku rumahtangga pertanian menunjukkan indikator ketahanan pangan, dimana kegiatan produksi mendukung indikator ketersediaan pangan, perbandingan pengeluaran pangan dengan pendapatan menyatakan indikator akses pangan (daya beli) dan konsumsi energi merupakan indikator hasil dari ketahanan pangan yang dibentuk dari kegiatan produksi dan konsumsi. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Sesuai tinjauan pustaka, ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya menunjukan situasi kecukupan pangan di tingkat rumahtangga. Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup. Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan : petani adalah produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen terbesar yang sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup untuk membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri (Krisnamukti, 2003). Berdasarkan hal di atas, analisis faktor pembentuk pendapatan dan produksi menjadi penting disamping pengeluaran konsumsi pangan dan kecukupan gizi dalam mempelajari ketahanan pangan rumahtangga. Keputusan rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan pangan baik dari produksi sendiri atau membeli dengan pendapatan yang dimiliki serta porsi pengeluaran rumahtangga untuk

12 37 pangan dalam membangun ketahanan pangan rumahtangga dijelaskan pada Gambar 1. Bagi rumahtangga pertanian, penguasaan garapan usahatani mempengaruhi persediaan pangan natura dan pendapatan tunai. Besarnya skala produksi dipengaruhi oleh tingkat pemanfaatan sumberdaya seperti : lahan garapan, tenaga kerja maupun modal (dalam penelitian ini didukung program PUAP) dan pengaruh eksternal pasar input dan output. Penerimaan usahatani dan usaha produktif lain secara bersama-sama menentukan tingkat pendapatan rumahtangga. Peningkatan produksi usahatani berpotensi meningkatkan ketersediaan pangan sehingga mengurangi porsi pengeluaran rumahtangga untuk pangan atau dijual untuk memperoleh pendapatan dan meningkatkan daya beli terhadap pangan. Pengeluaran pangan berkorelasi dengan tingkat kecukupan gizi yang diproksi dari kecukupan energi dan menjadi faktor penting dalam menentukan kualitas sumberdaya manusia dalam rumahtangga pertanian. Pengeluaran pangan yang didukung alokasi raskin memungkinkan adanya porsi dari pengeluaran rumahtangga yang dapat ditabung sebagai strategi coping rumahtangga pertanian dalam menyangga stabilitas konsumsi. 3.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga ada keterkaitan keputusan produksi dan konsumsi rumahtangga petani penerima PUAP dan raskin sehingga ketahanan pangan rumahtangga memenuhi kriteria tahan pangan 2. Diduga bahwa bantuan modal PUAP akan meningkatkan produksi dan pendapatan rumahtangga sementara alokasi raskin akan mengurangi pengeluaran pangan rumahtangga sehingga meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga petani 3. Perubahan kebijakan berupa peningkatan jumlah modal PUAP akan meningkatkan ketersediaan pangan, pendapatan, akses pangan, dan kecukupan energi sementara peningkatan pagu raskin meningkatkan indikator ketersediaan pangan dan kecukupan energi.

13 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Perilaku Ekonomi dan Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani 38

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 69 VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 6.1. Kinerja Umum Model Hal yang perlu diperhatikan di dalam model adalah terpenuhinya kriteria ekonomi, kriteria statistik dan kriteria

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan rumahtangga pertanian sebagai rumah tangga yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Konseptual Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Studi-studi ekonomi rumahtangga yang dilakukan secara simultan pada umumnya menggunakan kerangka pemikiran model ekonomi rumahtangga yang dirumuskan oleh Becker (1965) yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercennin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal dikarenakan sebagian besar pola usaha nelayan masih berskala kecil, bersifat tradisional

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Model Peluang Kerja Suami dan Istri di luar Sektor Perikanan Secara teoritis, setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu. Hal tersebut dilakukan

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dilandasi oleh teori-teori mengenai konsep marketable dan marketed surplus, serta faktor-faktor yang memepengaruhinya.

Lebih terperinci

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teori 3.1.1. Pengembangan Sumberdaya Manusia Upaya mengembangkan sumberdaya manusia dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERANAN PUAP DAN RASKIN DALAM PERILAKU EKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI (Kasus di Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen) FANNY SEPTYA

PERANAN PUAP DAN RASKIN DALAM PERILAKU EKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI (Kasus di Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen) FANNY SEPTYA PERANAN PUAP DAN RASKIN DALAM PERILAKU EKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI (Kasus di Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen) FANNY SEPTYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 SURAT

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu output yang diharapkan dalam pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut Menteri Kesehatan (2000), SDM

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang 302 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang dikuasai rumahtangga petani, harga bayangan pupuk, tenaga kerja dalam keluarga dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM BESARAN KARAKTERISTIK MARKETABLE SURPLUS BERAS Oleh : Nunung Kusnadi Rita Nurmalina

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM Oleh : Sumaryanto PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Ekonomi Rumahtangga Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu konsep yang fleksibel. Konsep rumahtangga ini menyangkut bagian keluarga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

PERILAKU PETANI PANGAN

PERILAKU PETANI PANGAN 6 PERILAKU PETANI PANGAN Maksimisasi Keuntungan dan Penurunan Penawaran Output Seorang petani yang bersifat komersial akan selalu berpikir bagaimana dapat mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Definisi Ketahanan Pangan Ketahanan pangan adalah fenomena yang kompleks. Selain terkait aspek hukum (hak), ketahanan pangan juga mencakup aspek pasar, waktu, tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Program ketahanan pangan diarahkan pada kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil bercocok tanam atau

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Tinjauan Teoritis 3.1.1. Curahan Tenaga Kerja Secara sederhana, tenaga kerja diartikan sebagai upaya manusia untuk melakukan usaha. Usaha tersebut dalam hubungannya dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alokasi Produk

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alokasi Produk II TINJAUAN PUSTAKA Studi mengenai marketed surplus atau marketable surplus telah dilakukan sejak waktu yang lama, yakni sejak tahun 1960-an. Konsep marketable dan marketed surplus biasanya melekat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

Review Materi. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Review Materi. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Review Materi Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi Bentuk-bentuk organisasi perusahaan Perseorangan Persekutuan Perseroan Terbatas BUMN Koperasi Teori produksi neoklasik Fokus pada penentuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri 56 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri menjadi tiga katagori utama, yaitu (1) karaktersistik teknologi produksi pertanian, (2) karakteristik

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.

KONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi 153 V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi rumahtangga pertanian yang menjadi objek penelitian ini. Variabel-variabel yang

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) Oleh: A. Rozany Nurmanaf Adimesra Djulin Herman Supriadi Sugiarto Supadi Nur Khoiriyah Agustin Julia Forcina Sinuraya Gelar Satya Budhi PUSAT PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada tahun 2012 Provinsi Jawa Timur menghasilkan produksi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Rumahtangga Petani Rumahtangga dapat dilihat sebagai kesatuan dari kumpulan orang-orang yang mana aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi dilakukan. Rumahtangga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve) Teori Ekonomi Mikro Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama (Indifference Curve) Arti Kurva Kepuasan Sama Kurva yang menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dari komoditi x dan y yang menghasilkan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi Keuntungan Jika diasumsikan dalam aktivitas usahatani bertujuan memaksimumkan keuntungan, maka dalam jangka pendek keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dikurangi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

TEORI PILIHAN KONSUMEN

TEORI PILIHAN KONSUMEN TEORI PILIHAN KONSUMEN Salah satu dari Sepuluh Prinsip Ekonomi yg dibahas pada Bab 11 adalah bahwa setiap orang menghadapi Tradeoff. Teori pilihan konsumen menelaah Tradeoff yang dihadapi oleh setiap orang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk 43 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini didasari adanya anggapan bahwa rendahnya produktivitas yang dicapai petani tomat dan kentang diduga

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

IV. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 59 IV. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Dalam bab ini akan diuraikan beberapa teori, konsep atau pendekatan yang akan digunakan dalam analisis kinerja pola PIR kelapa sawit di Sumatera Selatan, terutama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan pustaka Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian.

Lebih terperinci

Pada Tabel 14 juga diperlihatkan besar total pengeluaran rumahtangga. Besaran

Pada Tabel 14 juga diperlihatkan besar total pengeluaran rumahtangga. Besaran 173 Rataratratratrata Rata- Rata- Rata- % % % % Pangan dibeli dari pasar 2562 29.95 3104 29.65 4092 26.19 3263 28.17 Pangan disediakan sendiri 1102 12.88 1380 13.19 2551 16.32 1682 14.52 Total pangan 3664

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA & PERMINTAAN PASAR & PERILAKU KONSUMEN.

Pengantar Ekonomi Mikro PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA & PERMINTAAN PASAR & PERILAKU KONSUMEN. Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA & PERMINTAAN PASAR & PERILAKU KONSUMEN. Fakultas FEB MANAJEMEN Irwan Mangara Harahap, SE, MSi. Program Studi Manajemen Mekanisme harga

Lebih terperinci