III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS"

Transkripsi

1 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan otonomi daerah saat ini. Salah satu ciri utama otonomi daerah, sebagaimana tersirat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 adalah daerah otonom memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola, dan menggunakannya sendiri untuk pembiayaan pembangunan daerah. Permasalahan dapat muncul ketika Pemerintah Daerah Provinsi NTT mulai merencanakan anggaran pembangunan sektoral, yaitu bagaimana mengalokasikan anggaran pembangunan yang sesuai dengan potensi yang ada terutama bila dikaitkan dengan dengan efek sebar (diffusion effect) yang diberikan oleh suatu sektor ekonomi. Pengetahuan mengenai berapa besar efek sebar yang dapat diberikan oleh suatu sektor ekonomi, akan menentukan hasil yang diterima dari penyaluran dana pembangunan sektoral tersebut. Meskipun dilihat dari kontribusinya terhadap perekonomian wilayah sangat besar, bukan berarti suatu sektor mampu memberi efek sebar yang besar juga dalam perekonomian wilayah. Dampak pembangunan suatu sektor ekonomi tidak bisa dilihat sebatas pada kemampuannya menciptakan PDRB semata, namun yang lebih penting adalah bagaimana pembangunan sektor tersebut dapat memberikan efek lanjut kepada aktifitas pembangunan sektor lain. Dalam hal ini bukan hanya keterkaitan langsung saja yang harus diperhatikan, namun juga termasuk pengaruh tidak langsung.

2 28 Potensi Sektor Pertanian di NTT Dampak Langsung dan Tidak Langsung dalam Perekonomian Dampak Langsung dalam Perekonomian Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Peranan dan Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor Lainnya Pendekatan Model I-O 1. Struktur Permintaan dan Penawaran 2. Struktur Output 3. Struktur Nilai Tambah Bruto 4. Struktur Permintaan Akhir 5. Keterkaitan ke Belakang dan Keterkaitan ke Depan 6. Indeks Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan 7. Dampak Pengganda (Multiplier Effect) Sektor Unggulan Sektor Unggulan Kebijakan Pengembangan Sektor Unggulan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

3 Kerangka Teori Analisis Input-Output Model Input-Output Keterpaduan program ekonomi yang kuat, menyeluruh, dan berkelanjutan menjadi kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Secara ideal, output dari suatu sektor produksi bisa menjadi output bagi sektor-sektor lain. Pembangunan yang besifat ego-sektor diduga dapat merugikan kepentingan di sektor lain. Dalam perekonomian yang lebih luas, hubungan antar kegiatan ekonomi menunjukkan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis. Bahkan jenis-jenis kegiatan baru bermunculan untuk mengisi kekosongan mata rantai kegiatan yang semakin panjang dan kait-mengkait. Kemajuan suatu sektor tidak mungkin tercapai tanpa dukungan sektor-sektor lain (BPS, 1999). Salah satu model yang dapat memaparkan bagaimana interaksi antar pelaku ekonomi terjadi adalah Model I-O yang pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Menurut Leontief, analisis I-O merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Sistem ekonomi yang dimaksud adalah sistem ekonomi yang mencakup suatu bangsa atau dunia. Selanjutnya Leontief juga memfokuskan perhatian terhadap hubungan antarsektor dalam suatu wilayah (Nazara, 2005). Adapun konsep dasar Model I-O Leontif sebagai berikut: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang saling terkait melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumahtangga, pemerintah, pembentukan modal, dan

4 30 ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, rumahtangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha, dan impor, (4) hubungan input-output bersifat linear, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output dan output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi. Data yang disajikan dalam Tabel I-O mempunyai kegunaan antara lain (BPS, 1999): 1. Memperkirakan dampak dari permintaan akhir dan perubahannya terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah, permintaan, pajak, kebutuhan tenaga kerja, dan sebagainya. 2. Memproyeksi variabel-variabel ekonomi makro. 3. Mengamati komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan subsitusinya. 4. Menganalisis perubahan harga, dimana perubahan biaya input mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung perubahan harga output. 5. Memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh terkuat terhadap pertumbuhan ekonomi serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. 6. Menilai tingkat keserasian data statistik serta kelemahan-kelemahannya, sehingga dapat digunakan sebagai landasan perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan statistik lebih lanjut.

5 31 Di banyak negara khususnya di Indonesia, penggunaan Tabel I-O masih terbatas pada Tabel I-O statik. Sebagaimana diketahui bahwa analisis dalam model statik menggunakan koefisien teknis yang merupakan ukuran arus barang yang dibutuhkan untuk produksi berjalan (current production) dalam suatu periode tertentu. Tetapi pada kenyataannya kegiatan produksi suatu sektor juga dipengaruhi oleh beberapa input barang, khususnya barang modal yang digunakan sebagai penunjang terlaksananya proses produksi pada tahun yang bersangkutan, misalnya bangunan, mesin, dan peralatan lainnya. Dengan kata lain, dalam melaksanakan kegiatan produksinya suatu sektor mempunyai stok barang modal atau stok kapital yang juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keperluan produksinya. Di dalam model statik, barang tersebut merupakan variabel eksogen yang dianggap tidak berpengaruh terhadap jalannya proses produksi Asumsi-asumsi dan Keterbatasan dalam Analisis Input-Output Dalam menyusun suatu Model I-O yang bersifat terbuka dan statis, transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel I-O harus memenuhi tiga asumsi dasar, yaitu: (1) asumsi homogenitas, artinya suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada substitusi output diantara berbagai sektor, (2) asumsi proporsionalitas, yaitu dalam proses produksi hubungan antara input dengan output merupakan fungsi linier. Artinya tiap input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor tersebut, dan (3) asumsi aditivitas ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi

6 32 di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengaruh di luar sistem input output diabaikan (BPS, 1999). Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka Tabel I-O sebagai model kuantitatif mempunyai keterbatasan, yaitu karena koefisien input ataupun koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan) selama periode analisis atau proyeksi sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam produksi dianggap konstan. Hubungan yang tetap ini menunjukkan bahwa apabila input suatu sektor diduakalikan maka outputnya akan dua kali juga. Asumsi semacam ini menolak adanya pengaruh perubahan teknologi ataupun produktivitas yang berarti perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output. Walaupun mengandung keterbatasan, Model I-O tetap merupakan alat analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif (Daryanto dan Hafizrianda, 2010) Tabel Input-Output Penyajian Tabel I-O lazimnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok tabel-tabel dasar dan kelompok tabel-tabel analisis. Dalam kelompok tabel-tabel dasar disajikan informasi statistik yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antarsektor ekonomi, seperti transaksi total atas dasar harga pembeli dan harga produsen serta transaksi domestik atas dasar harga produsen. Tabel-tabel dasar ini diperlukan dalam membuat analisis deskriptif, seperti struktur perekonomian nasional/regional, nilai tambah sektoral, distribusi barang dan jasa, struktur konsumsi dan pembentukan modal, struktur impor dan ekspor, dan sebagainya. Tabel-tabel analisis menyajikan informasi yang

7 33 diturunkan dari tabel-tabel dasar, seperti tabel koefisien input dan matriks kebalikan yang sangat berguna untuk keperluan analisa lanjutan (Nazara, 2005). Format Tabel I-O terdiri dari kerangka matriks berukuran n x n dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Gambaran yang lebih lengkap mengenai Tabel I-O disajikan pada Tabel 1. Dapat diamati bahwa bagian horisontal memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir. Sedangkan isian angka menurut garis vertikal menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk kegiatan produksi suatu sektor. Tabel 1. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output Permintaan Antara Sektor Produksi Susunan Input n Input Antara Sektor Produksi Permintaan Akhir Total Output 1 x 11 x 12 x x 1n F 1 X 1 2 x 21 x 22 x x 2n F 2 X 2 3 x 31 x 32 x x 3n F 3 X n x n1 x n x nn F n X n Total Input Primer V 1 V 2 V 3... V n Total Input X 1 X 2 X 3... X n Sumber: BPS (1999). Ada tiga matriks yang dapat dilihat dari Tabel 1, yaitu: (1) matriks x atau matriks input antara, (2) matriks F atau matriks permintaan akhir yang terdiri atas konsumsi rumahtangga (C), pemerintah (G), investasi (I), dan Ekspor (X), dan (3) matriks V atau matriks input primer yang terdiri atas upah/gaji (W), surplus usaha (S), penyusutan (D), dan pajak tidak langsung/minus subsidi (T).

8 34 Misalkan dalam suatu perekonomian terdapat tiga sektor produksi, yaitu sektor 1, sektor 2, dan sektor 3. Tabel 1 bila dilihat secara horisontal, setiap isi sel total output menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan, yang mana sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate input) pada sektor produksi dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Baris pertama pada sektor produksi 1, jika dibaca secara horisontal bahwa besarnya output sektor produksi 1 adalah X 1 dimana dari total output tersebut sebagian dialokasikan untuk memenuhi permintaan input antara pada sektor 1 sebesar x 11, sektor 2 sebesar x 12, dan sektor 3 sebesar x 13. Selain itu, sebagian juga untuk memenuhi permintaan akhir sebesar F 1. Demikian juga untuk baris-baris lainnya dibaca demikian. Secara keseluruhan distribusi output tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut: x 11 + x 12 + x 13 + F 1 = X 1 x 21 + x 22 + x 23 + F 2 = X 2 x 31 + x 32 + x 33 + F 3 = X 3... (1) Secara umum persamaan-persamaan di atas dapat dituliskan kembali menjadi: dimana: n x ij + F i = X i ; untuk i = 1,2,3, dan seterusnya (2) i=1 x ij : Jumlah output sektor i yang dialokasikan sebagai input antara pada sektor j F i : Jumlah permintaan akhir terhadap sektor i X i : Jumlah output sektor i Sebaliknya jika Tabel 1 dibaca secara vertikal, angka-angka tersebut menunjukkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi. Total input X 1 menunjukkan bahwa sebagian jumlah input digunakan oleh sektor 1 adalah sebanyak x 11, sektor 2 sebesar x 21, dan sektor 3

9 35 sebesar x 31. Sebagian lagi untuk pengeluaran input primer sebesar V 1. Seluruh distribusi input tersebut dapat ditulikan dalam bentuk persamaam aljabar sebagai berikut: x 11 + x 21 + x 31 + V 1 = X 1 x 12 + x 22 + x 32 + V 2 = X 2 x 13 + x 23 + x 33 + V 3 = X 3... (3) Secara umum persamaan-persamaan di atas dapat dituliskan menjadi: dimana: n x ij + V j = X j ; untuk j = 1,2,3, dan seterusnya.... (4) j=1 x ij : Jumlah input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh sektor j V j : Jumlah input primer atau nilai tambah bruto (NTB) yang digunakan oleh sektor j X j : Jumlah input sektor j Data Tabel 1 dapat dianalisis mengenai koefisien input antara dan koefisien input primer. Koefisien input menggambarkan jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Koefisien input dibedakan atas koefisien input antara (a ij ) dan koefisien input primer (v j ). Untuk memperoleh kedua koefisien tersebut digunakan rumus berikut: x ij a ij = untuk i dan j = 1,2,3, dan seterusnya.... (5) Xj dimana: V j v j = untuk j = 1,2,3, dan seterusnya (6) Xj a ij : Jumlah output dari sektor i yang digunakan sebagai input antara oleh sektor j

10 36 x ij : Jumlah input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh sektor j v j : Jumlah input primer yang dibutuhkan oleh sektor j untuk menghasilkan output V j : Jumlah input primer yang digunakan oleh sektor j X j : Jumlah output sektor j Jumlah koefisien input antara dan input primer sama dengan 1. Akibatnya jika a ij makin besar maka v j menjadi kecil dan sebaliknya. Koefisien input antara yang tinggi menunjukkan indikasi tingkat efisiensi yang rendah. Koefisien input antara bermanfaat untuk melihat komponen input yang paling dominan, peranan penggunaan bahan baku dan energi, tingkat pemakaian jasa bank, komunikasi, transportasi, dan sebagainya. Sedangkan koefisien input primer menunjukkan peranan dan komposisi dari upah/gaji, surplus usaha, pajak tak langsung neto, dan penyusutan. Berdasarkan koefisien input, maka persamaan-persamaan (1) di atas dapat dituliskan menjadi: a 11 X 1 + a 12 X 2 + a 13 X 3 + F 1 = X 1 a 21 X 1 + a 22 X 2 + a 23 X 2 + F 2 = X 2 a 31 X 1 + a 32 X 2 + a 33 X 3 + F 3 = X (7) Dalam bentuk persamaan matriks menjadi: a 11 a 12 a 13 X 1 F 1 X 1 a 21 a 22 a 23 X 2 + F 2 = X 2 a 31 a 32 a 33 X 3 F 3 X 3 A X + F = X Sistem persamaan (7) dapat dituliskan dalam notasi matriks lebih sederhana sebagai berikut: AX + F = X

11 37 dimana: F = X AX F = (I A)X.... (8) I : Matriks identitas berukuran n x n A : Koefisien input X : Vektor kolom matriks output Persamaan matriks (8) dapat dituliskan menjadi: X = (I A) -1 F (9) dimana (I A) -1 dikenal dengan nama matriks invers Leontief atau matriks kebalikan. Kekuatan peramalan Model I-O terletak pada matriks invers Leontief ini. Dengan matriks tersebut, dapat diprediksi perubahan setiap variabel eksogen dalam permintaan akhir, seperti pengeluaran pemerintah terhadap sistem perekonomian secara simultan. Selain itu, matriks invers Leontief juga dapat memberikan informasi tentang dampak keterkaitan antarsektor produksi. Dalam Tabel I-O, matriks koefisien input memegang peranan yang sangat penting karena dengan matriks koefisien input tersebut analisis I-O dapat dilakukan. Salah satu cara untuk membuat matriks koefisien input adalah melalui matriks transaksi ekonomi. Untuk mendapatkan matriks transaksi ekonomi maka perlu dilakukan survey besar yang melibatkan berbagai aspek kegiatan ekonomi. Kegiatan survey tersebut akan membutuhkan biaya yang mahal, waktu yang lama, dan sumberdaya manusia yang banyak. Oleh karena adanya kendala-kendala yang dihadapi, menyebabkan analisis I-O yang sering dilakukan dengan asumsi statis. Asumsi ini bisa membuat perencanaan pembangunan daerah salah arah. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada pembuatan Tabel I-O melalui survey, maka dikembangkan suatu metode pembuatan Tabel I-O tanpa

12 38 melakukan survey. Tabel I-O tersebut disusun berdasarkan matriks koefisien teknologi (koefisien input) pada tahun sebelumnya dan beberapa data mengenai total penjualan output antarsektor, total pembelian input antarsektor, dan total output keseluruhan pada periode yang dijadikan dasar penurunan. Cara pembuatan Tabel I-O nonsurvey disebut RAS. Ahli ekonomi yang pertama memperkenalkan metode RAS adalah Richard Stone dari Cambridge University pada tahun 1961 (Miller dan Blair, 1985). RAS adalah sebuah nama rumus matriks, dimana R dan S merupakan matriks diagonal berukuran n x n yang menunjukkan banyaknya sektor ekonomi. Elemen matriks A pada periode t atau A t dapat diprediksi jika diketahui elemen matriks A pada periode t = 0 atau A(0), maka A t dapat ditentukan dengan rumus: A(t) = R.A(0).S (10) Elemen matriks A disebut koefisien teknologi atau koefisien input. Tingkat perubahan koefisen teknologi pada dua periode yang berbeda diwakili oleh elemen matriks R dan S. Elemen matriks diagonal R menunjukkan efek subsitusi teknologi yang diukur melalui penambahan jumlah permintaan antara tiap output sektor-sektor ekonomi. Elemen matriks diagonal S merupakan efek perubahan jumlah input antara dan primer pada setiap sektor ekonomi Peranan Sektor Ekonomi Struktur Permintaan dan Penawaran Pada periode tertentu, jumlah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa di suatu daerah atau negara akan mencapai jumlah tertentu. Jumlah permintaan tersebut akan digunakan oleh sektor produksi dalam rangka kegiatan produksinya atau biasa disebut sebagai permintaan antara. Permintaan tersebut digunakan

13 39 untuk memenuhi konsumsi akhir domestik (konsumsi rumahtangga dan yayasan nirlaba), konsumsi pemerintah, pembentukan modal, perubahan stok, dan ekspor. Selebihnya digunakan untuk ekspor baik untuk luar negeri maupun provinsi lain. Apabila dilihat dari sisi penawaran, barang dan jasa yang ditawarkan di suatu daerah atau negara dapat berasal dari produksi domestik, dapat juga berasal dari produksi luar daerah atau daerah tersebut (BPS, 1999). Berdasarkan pengamatan terhadap struktur permintaan dan penawaran pada setiap sektor dapat dilihat sektor yang merupakan produsen utama untuk suatu produk tertentu. Misalkan berdasarkan nilai outputnya, produsen utamanya sektor pertanian. Dari sektor ini selanjutnya dapat ditelusuri subsektor atau komoditi mana yang mengalami surplus paling tinggi ataupun paling rendah yang nilainya berdasarkan selisih antara jumlah permintaan dan penawaran Struktur Output Output merupakan nilai produksi baik barang atau jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau negara. Dengan menelaah besarnya output yang dihasilkan oleh masing-masing sektor, maka akan diketahui pula sektor-sektor mana yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam membentuk output total di suatu daerah atau negara. Dilihat dari segi output yang dihasilkan dari masing-masing sektor dapat ditentukan sektor produksi mana yang merupakan leading sector, yang perlu mendapat perhatian dalam rangka pengembangan perekonomian daerah (BPS, 1999).

14 Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor-faktor yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel I-O, nilai tambah ini dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Besarnya nilai tambah di masing-masing sektor ditentukan oleh besarnya output yang dihasilkan dan jumlah biaya yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, suatu sektor yang mempunyai output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar pula (BPS, 1999) Struktur Permintaan Akhir Barang dan jasa selain digunakan oleh sektor produksi dalam rangka proses produksi (memenuhi permintaan antara) juga digunakan untuk memenuhi permintaan oleh konsumen akhir seperti untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. Dalam terminologi I-O, penggunaan barang dan jasa untuk konsumen akhir seperti disebutkan di atas, dikatakan sebagai permintaan akhir (BPS, 1999). Dalam Tabel I-O suatu negara/daerah, komponen permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumahtangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. Dengan demikian, apabila jumlah masing-masing komponen permintaan akhir tersebut dikurangi dengan jumlah impornya, maka akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor produksi domestik atau disebut PDB/PDRB.

15 41 Pengeluaran konsumsi rumahtangga adalah pengeluaran rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba (private non profit institution) selama satu tahun yang meliputi konsumsi barang dan jasa baik yang diperoleh dari pihak lain maupun yang dihasilkan sendiri, dikurangi nilai neto penjualan barang bekas dan barang sisa. Pengeluaran konsumsi rumahtangga ini meliputi konsumsi yang dilakukan di dalam region. Data konsumsi yang dilakukan di luar region dianggap sebagai konsumsi terhadap barang impor. Sebaliknya konsumsi oleh penduduk asing di dalam region dianggap sebagai ekspor. Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran pemerintah pusat dan daerah kecuali yang sifatnya pembentukan modal. Tolak ukur pengeluaran pemerintah meliputi seluruh pengeluaran untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan, dan perbaikan serta belanja rutin lainnya. Pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru, baik dari dalam dalam maupun luar negeri, dan barang bekas dari luar negeri oleh sektor-sektor ekonomi. Pembentukan modal tetap mencakup juga perbaikan yang dilakukan terhadap barang-barang modal. Metode yang dipakai dalam perkiraan angka pembentukan modal tetap adalah pendekatan arus barang, yaitu suatu pendekatan melalui penyediaan barang-barang modal baik yang berasal dari produksi dalam maupun luar negeri. Perubahan stok adalah selisih antara nilai stok barang pada akhir dengan stok pada awal tahun, yang dapat dirinci sebagai berikut: (1) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas, dan barang-barang strategis yang disimpan pemerintah,

16 42 (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, dan (3) perubahan stok di sektor perdagangan terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual pada pedagang besar dan pengecer. Ekspor dan impor barang dan jasa adalah transaksi ekonomi antar penduduk dengan penduduk provinsi dan negara lain. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor, yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang (merchandise), jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa asuransi, jasa komunikasi, dan jasa transaksi komoditas lainnya. Transaksi penduduk mencakup badan pemerintah pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Termasuk transaksi ekspor adalah transaksi langsung di pasar domestik oleh penduduk negara/wilayah lain. Sedangkan pembelian langsung di pasar luar wilayah oleh penduduk dikategorikan sebagai transaksi impor Keterkaitan Antarsektor Ekonomi Menurut Daryanto dan Hafizrianda (2010) hasil analisis I-O dapat ditentukan sektor-sektor yang dijadikan leading sector atau sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi. Suatu sektor yang terindikasi sebagai pemimpin memiliki kemampuan daya sebar dan kepekaan yang sangat tinggi dalam suatu perekonomian. Sektor pemimpin mampu mendorong permintaan agregat (aggregate demand) yang lebih tinggi dan meningkatkan penawaran agregat (aggregate supply) untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Dengan demikian, memfokuskan pembangunan pada sektor-sektor yang menjadi pemimpin maka target pertumbuhan ekonomi yang direncanakan dapat dicapai.

17 43 Adanya penggunaan input antara dan input primer yang berasal dari output sektor produksi lain, menyebabkan suatu sektor produksi menjadi terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Hubungan ini menciptakan saling ketergantungan satu dengan lainnya, dimana output dari suatu sektor produksi merupakan input bagi sektor produksi lainnya, begitu sebaliknya. Dengan demikian, perubahan output suatu sektor produksi akan mempengaruhi pula output dari sektor produksi yang lain. Keterkaitan antarsektor dapat dirinci menjadi: (1) keterkaitan langsung ke belakang, (2) keterkaitan langsung ke depan, (3) daya sebar ke depan, dan (4) daya sebar ke belakang. Atas dasar analisis keterkaitan ini, dapat ditentukan pengaruh suatu perubahan dalam satu sektor terhadap semua sektor lain dalam perekonomian. Sebagai ilustrasi untuk menunjukkan bagaimana keterkaitan langsung dan tidak langsung antarsektor dalam perekonomian terjadi dapat dilihat di Gambar 2. Diasumsikan dalam suatu perekonomian hanya terdapat 3 sektor, yaitu sektor 1, sektor 2, dan sektor 3. Sektor 2 membutuhkan output dari sektor 1 sebagai faktor produksinya, sedangkan sektor 3 dalam proses produksinya membutuhkan input yang berasal dari output sektor 2. Oleh karena sektor 2 membeli output dari sektor 1 untuk digunakan sebagai input dalam proses produksinya, maka dikatakan sektor 2 mempunyai keterkaitan ke belakang secara langsung dengan sektor 1. Namun disisi lain, output sektor 2 juga dijual kepada sektor 3, artinya sektor 2 juga mempunyai keterkaitan ke depan secara langsung dengan sektor 3. Bagi sektor 3, karena outputnya dibeli oleh sektor 2, sementara sektor 2 membeli output sektor 1 sebagai inputnya, maka dikatakan sektor 3 mempunyai keterkaitan ke belakang secara tidak langsung dengan sektor 1. Demikian juga dengan

18 44 sektor 1, karena outputnya dijual kepada sektor 2, sementara output sektor 2 dijual kepada sektor 3, maka sektor 1 mempunyai keterkaitan ke depan secara tidak langsung dengan sektor 3. Keterkaitan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan Langsung ke Depan Menjual ke Keterkaitan Langsung ke Depan Menjual ke Sektor 1 Sektor 3 Sektor 2 Membeli dari Keterkaitan Langsung ke Belakang Membeli dari Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan Tidak Langsung ke Belakang Gambar 2. Alur Keterkaitan Antarsektor dalam Perekonomian Sumber: Daryanto dan Hafizrianda (2010) Keterkaitan ke Belakang dan Keterkaitan ke Depan Arief (1993) menyatakan bahwa metode I-O dapat digunakan untuk menentukan sektor-sektor yang dapat menjadi pemimpin dalam pembangunan daerah. Sektor-sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila: (1) mempunyai kaitan ke belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi, (2) menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan final demand yang relatif tinggi pula, (3) mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi, dan (4) mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

19 45 Penentuan sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu daerah dapat menggunakan dua metode tradisional pengukuran keterkaitan antar sektor, yaitu: (1) metode Chenery dan Watanabe dan (2) metode Rasmussen (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Pada metode Chenery dan Watanabe, keterkaitan antarsektor dibagi dalam dua bagian, yaitu keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan. Ukuran keterkaitan ke belakang pada suatu sektor beranjak dari metode Leontief dengan melihat sisi permintaan (demand-driven), sedangkan untuk keterkaitan ke depan dilihat dari sisi penawaran (supply-driven). Chenery and Watanabe menggunakan koefisien input (output) secara langsung, yang didapat dari satu kali iterasi perhitungan keterkaitan antarsektor, maka diperoleh ukuran keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan secara langsung yang mengabaikan dampak tidak langsung (indirect effect) antarsektor. Metode Rasmussen menggunakan matriks invers Leontief, G = (I A) -1, maka ukuran keterkaitan antar sektor merupakan ukuran keterkaitan langsung dan tidak langsung, yang menghitung dampak total dari suatu sektor dalam perekonomian. Keterkaitan ke belakang pada model Rasmussen merefleksikan pengaruh dari kenaikan permintaan akhir pada sektor j terhadap output perekonomian secara keseluruhan atau menunjukkan besarnya perubahan output perekonomian sebagai akibat terjadinya kenaikan sebanyak satu unit permintaan akhir di sektor j. Sedangkan keterkaitan ke depan merupakan ukuran besarnya kenaikan output pada sektor j jika permintaan akhir pada setiap sektor lainnya naik sebanyak satu unit. Indikator keterkaitan langsung dan tidak langsung lebih baik digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor kunci dalam perekonomian.

20 Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Rasmussen menyatakan ada dua jenis ukuran indeks untuk melihat keterkaitan ke depan dan ke belakang dari suatu sektor dalam suatu perekonomian, yaitu: (1) kemampuan penyebaran (power of dispersion) dan (2) kepekaan penyebaran (sensivity of dispersion). Dengan dua indeks ini dapat ditentukan sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi dengan melakukan perbandingan besarnya derajat keterkaitan antarsektor (Nazara, 2005). Menurut BPS (1999), besarnya tingkat keterkaitan juga dapat dilihat dari dua sisi, yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkage) atau disebut juga daya penyebaran dan keterkaitan ke depan (forward linkage) atau disebut juga derajat kepekaan. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukkan indikasi bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang strategis dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Sedangkan sektor yang memiliki derajat kepekaan tinggi menunjukkan sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk mensuplai sektor-sektor produksi lainnya Angka Pengganda Menurut BPS (1999), angka pengganda menunjukkan dampak yang terjadi baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi di dalam negeri sebagai akibat dari adanya perubahan pada variabel-variabel eksogen perekonomian nasional. Angka pengganda berguna bagi perencana pembangunan untuk mengamati seberapa besar perubahan output suatu sektor produksi jika terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogennya. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat ditentukan target-target pembangunan ekonomi daerah dan kebutuhan dana pembangunan sektoral (Daryanto dan

21 47 Hafizrianda, 2010). Sedangkan menurut Nazara (2005), analisis angka pengganda memberikan gambaran perubahan yang terjadi pada variabel-variabel endogen, yaitu output sektoral, akibat perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir di perekonomian. Ada tiga variabel yang menjadi perhatian utama dalam analisis angka pengganda, yaitu: (1) angka pengganda output, (2) angka pengganda pendapatan rumahtangga, dan (3) angka pengganda lapangan pekerjaan Angka Pengganda Output Angka pengganda output menunjukkan nilai total dari output yang dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi adanya perubahan satu unit permintaan akhir di suatu sektor. Peningkatan permintaan akhir sektor j tidak hanya meningkatkan output sektor tersebut, tetapi juga akan berdampak peningkatan output sektor-sektor lain di suatu perekonomian. Peningkatan output sektor-sektor lain tersebut tercipta akibat adanya dampak langsung dan dampak tidak langsung dari peningkatan permintaan akhir sektor j tersebut. Dengan demikian, jika terjadi perubahan permintaan akhir dalam model I-O, maka akan terjadi perubahan output oleh sektor-sektor produksi dalam suatu perekonomian Angka Pengganda Pendapatan Rumahtangga Angka pengganda pendapatan rumahtangga (household income multiplier) menunjukkan peningkatan permintaan akhir dalam bentuk pendapatan rumahtangga. Peningkatan output akan meningkatkan permintaan tenaga kerja, begitu pun sebaliknya penurunan output akan menurunkan permintaan tenaga kerja. Karena balas jasa tenaga kerja merupakan sumber pendapatan rumahtangga,

22 48 maka perubahan permintaan tenaga kerja akan mempengaruhi pendapatan rumahtangga. Hubungan antara total output untuk setiap sektor dengan balas jasa tenaga kerja tersebut ditunjukkan oleh komponen upah atau gaji pada matriks input primer Angka Pengganda Tenaga Kerja Angka pengganda lapangan pekerjaan (employment multiplier) merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan di perekonomian akibat adanya satu unit perubahan permintaan akhir di suatu sektor tertentu. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sebagai akibat dari satu unit permintaan akhir suatu sektor disebut sebagai koefisien jumlah tenaga kerja. Untuk melihat dampak dari suatu perubahan permintaan akhir di suatu sektor produksi terhadap perubahan lapangan pekerjaan di seluruh perekonomian diperlukan jumlah lapangan pekerjaan awal pada masing-masing sektor produksi yang telah digunakan untuk melakukan produksi. Tambahan permintaan akhir disuatu sektor akan mengakibatkan tambahan output di sektor lain dan meningkatkan permintaan permintaan tenaga kerja untuk sektor tersebut. Sedangkan tambahan output disuatu sektor akibat tambahan permintaan akhir akan meningkatkan tenaga kerja di sektor lain dalam suatu perekonomian.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei sampai dengan Juli 2004. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis berisi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai April 2010 di PPS Nizam Zachman Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor Zuhri Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma zuhri_muin@yahoo.com Abstrak. Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA MENGARTIULASIAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN ERANGA ANALISISNYA Budi Cahyono 1 ; Bagus Sumargo2 ABSTRACT Input -Output (I-O) table can be used to analyse economic projection and present some service and good

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI Lili Masli Politeknik Negeri Bandung Elly Rusmalia H STIE INABA Bandung ABSTRAK Analisis Input Output dalam perencanaan ekonomi dapat menggambarkan: (1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi Industri Negara-negara berkembang berkeyakinan bahwa sektor industri mampu mengatasi masalah-masalah perekonomian, dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN Hadi Sutrisno Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Darul Ulum Jombang Jl Gus Dur 29 A Jombang Email : hadiak@undaracid

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi) Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian. III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA

DATA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK MENCERDASKAN BANGSA DATA MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 171, Kotak Pos 13 Jakarta 11 Telepon : (21) 3841195, 384258, 381291-4, Fax. : (21) 385746 BADAN PUSAT STATISTIK TEKNIK PENYUSUNAN

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 137-155 ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT) Didit Purnomo

Lebih terperinci

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H14094013 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN TITUK

Lebih terperinci

II. KERANGKA PRNDEKATAN TEORI. (economic development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth).

II. KERANGKA PRNDEKATAN TEORI. (economic development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth). II. KERANGKA PRNDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Dalam ekonomi pembanguan perlu dibedakan antara pembanguan ekonomi (economic development) dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

APLIKASI INPUT OUTPUT

APLIKASI INPUT OUTPUT APLIKASI INPUT OUTPUT Selama ini sebagian besar perencanaan pembangunan ekonomi daerah masih bersifat parsial dan belum dapat mendeteksi bagaimana dampak investasi pada suatu sektor terhadap struktur perekonomian

Lebih terperinci

Persaingan Sub Sektor Peternakan dengan Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya Di Wilayah Jawa Barat Dan Jawa Tengah (Analisis Input-Output) 1

Persaingan Sub Sektor Peternakan dengan Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya Di Wilayah Jawa Barat Dan Jawa Tengah (Analisis Input-Output) 1 Persaingan Sub Sektor Peternakan dengan Sektor-Sektor Perekonomian Lainnya Di Wilayah Jawa Barat Dan Jawa Tengah (Analisis Input-Output) 1 Oleh Achmad Firman dan Sri Rahayu Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II TINJAUAN PUSTAKA 21 Definisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Hess dan Ross (2000), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode waktu tertentu

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Teori Klasik Pembangunan Ekonomi Perubahan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Teori Klasik Pembangunan Ekonomi Perubahan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Beberapa teori yang ditinjau untuk mendukung penelitian ini adalah teori pembangunan ekonomi, hubungan perubahan struktur dan pertumbuhan ekonomi, teori perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Tabel Input-Output Tabel input-output (I-O) yang dianalisis adalah Tabel I-O Kabupaten Ciamis tahun 2008 dengan menggunakan data transaksi domestik, dengan data ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang kehidupan manusia yang meliputi tiga aspek penting yaitu : (1) peningkatan standar hidup

Lebih terperinci

Yofi et al., Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi...

Yofi et al., Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi... Yofi et al., Analisis Peran Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi... 1 Analisis Peran Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi (Pendekatan Input-Output) An Analysis

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output. DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN JOMBANG Junaedi Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Email : Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir merupakan suatu hal yang diperlukan dalam setiap penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut hasil

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut hasil BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut hasil penelitian Galton, meskipun ada kecenderungan pada orangtua yang

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI JAWA TENGAH

ANALISIS DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI JAWA TENGAH ANALISIS DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI JAWA TENGAH Oleh: Achmad Firman, SPt., MSi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JUNI 2007 LEMBAR PENGESAHAN Penelitian Mandiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Studi Literatur Penelitian ini merupakan hasil studi literatur yang meliputi : a. Data-data sekunder yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungan atas sektor yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan juga dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap Perekonomian di Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Para pakar ekonomi dan perencanaan pembangunan cenderung sepakat dalam memandang pembangunan ekonomi sebagai suatu kebutuhan bagi suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT OLEH: Abdul Kohar Mudzakir Dosen Lab Sosek Perikanan, Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci