EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: USAHATANI GUREM DAN KEPUTUSAN ALOKASI TENAGA KERJA KELUARGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: USAHATANI GUREM DAN KEPUTUSAN ALOKASI TENAGA KERJA KELUARGA"

Transkripsi

1 SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: USAHATANI GUREM DAN KEPUTUSAN ALOKASI TENAGA KERJA KELUARGA Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas Brawijaya tatiek.fp@ub.ac.id DESKRIPSI MODUL Modul ini mencoba memaparkan salah satu realitas dalam praktek usahatani berskala kecil yang lazim dilakukan oleh petani gurem di negara-negara sedang berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Dalam menjalankan usahatani, petani gurem biasanya bekerja bersama dengan anggota keluarga yang tidak diupah. Oleh karena itu banyak model produksi pertanian berskala kecil dibangun dengan asumsi ketiadaan pasar tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang penting setelah lahan usahatani khususnya bagi petani gurem. Keputusan alokasi tenaga kerja keluarga berdasarkan merupakan keputusan manajerial penting dalam produksi pertanian. 10 TUJUAN PEMBELAJARAN Kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa setelah: 1. Membaca modul dan pustaka yang disarankan 2. Mengerjakan tugas terstruktur mandiri 3. Melaksanakan tutorial online adalah sebagai berikut: 1. Memahami konsep alokasi kerja pada rumahtangga petani gurem 2. Menganalisis respon rumahtangga petani sebagai unit pengambil keputusan usahatani dalam mengalokasikan kerja di antara anggota rumahtangga 3. Menjelaskan alternatif solusi berbasis intervensi pengembangan kesempatan bekerja dan berusaha bagi anggota rumahtangga

2 10.1. Keputusan Rumahtangga pada Pasar Tenaga Kerja Tidak adanya pasar tenaga kerja merupakan asumsi kunci teori Chayanov. Hal ini dimaksudkan agar produksi rata-rata dan produksi marginal tenaga kerja dapat diprediksi 1. Selain itu dalam model berlaku asumsi fleksibilitas terhadap lahan pertanian sehingga dampak diminishing marginal return tenaga kerja dapat dianggap tidak berubah selama periode analisis. Dengan asumsi ini, rumahtangga petani dianggap mampu menyesuaikan luas usahatani dengan banyaknya anggota rumahtangga sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup. Model Chayanov ini dibangun untuk menjelaskan pengambilan keputusan rumahtangga petani pada pasar tenaga kerja. Gambar 10.1 (a) dan (b) model Chayanov mengilustrasikan respon yang terjadi jika rumahtangga bebas mempekerjakan tenaga kerja upahan atau sebaliknya menawarkan tenagakerja keluarga pada usahatani lain dengan tingkat upah pasar yang berlaku. Pada kasus ini, adanya pasar persaingan digambarkan sebagai garis upah ww. Secara teoritis, garis upah ini menunjukkan biaya peluang (opportunitas) atas beberapa alternatif penggunaan waktu tenaga kerja keluarga seperti misalnya kegiatan rumah tangga, kegiatan usahatani, ataupun pekerjaan lain diluar kegiatan usahatani. Salah satu alternatif penggunaan tenaga kerja keluarga adalah untuk kegiatan rumah tangga dan leisure(non working time). Dengan demikian telah ada upaya untuk meredefinisi kerja dengan memasukkan aktivitas domestik sebagai kegiatan kerja tak berupah yang juga membutuhkan alokasi waktu dan curahan tenaga kerja anggota keluarga. Dalam jangka panjang hal ini dilakukan untuk menghilangkan beberapa konotasi negatif bahwa satu-satunya alternatif alokasi tenaga kerja selain bekerja diluar usahatani adalah menganggur, bersantai atau leisure (non working time). Dampak masuknya aspek biaya opportunitas tenaga kerja adalah bahwa alokasi tenaga kerja rumahtangga tidak lagi hanya ditentukan oleh variabel struktur keluarga, tetapi sudah lebih berorientasi pada pasar. Selanjutnya hal ini membuka peluang analisis keputusan petani dalam 1 Asumsi tersebut dimaksudkan agar alokasi waktu kerja anggota rumahtangga hanya dicurahkan pada usahatani keluarga, tidak pada kerja upahan lainnya. Page 2 of 21

3 memaksimumkan utilitas alokasi penggunaan tenaga kerja dan pendapatan sebagai dua variabel penyusun kurva indiferen petani gurem. Ini dimungkinkan sebab terbuka peluang bagi petani untuk menyewa atau menyewakan tenaga kerja pada tingkat harga pasar. Pada Gambar 10.1 (a) jumlah tenaga kerja keluarga yang disediakan untuk melakukan produksi usahatani ditunjukkan oleh L e dimana pendapatan rumah tangga (Y) yang bersedia dikorbankan untuk tambahan satu jam kegiatan rumah tangga (Z), yaitu dy/dz, adalah sama dengan upah pasar. Hal ini ditunjukkan oleh titik singgung antara kurva indiferen dengan garis upah. Di lain pihak, penggunaan tenagakerja optimum pada usahatani adalah sebesar L T dimana produksi marginal tenaga kerja sama dengan tingkat upah yang berlaku di pasar. Dengan demikian maka jumlah tenaga kerja upahan yang dibutuhkan oleh rumahtangga adalah sebesar selisih antara L T dan L e. Hal yang sama ditunjukkan pada gambar 10.1.b. dimana jumlah tenaga kerja yang ingin ditawarkan rumahtangga petani ke pasar adalah sebesar selisih antara L e yakni tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga dan L T yakni jumlah tenaga kerja optimum yang dapat dicurahkan untuk aktivitas usahatani pada tingkat upah pasar yang berlaku. Kehadiran pasar tenaga kerja dengan demikian sangat berpengaruh dalam kinerja model usahatani keluarga.oleh karena itu dapat dipahami bahwa selengkap apapun informasi mengenai alternatif konsumsi dan produksi yang dimiliki petani, apabila pasar tenaga kerja tidak ada maka respon output dan penggunaan tenaga kerja terhadap perubahan harga dan biaya cenderung negatif (Barnum & Squire, 1979: 26-36). Sebaliknya, apabila aspek pasar dimasukkan pada sistem pengambilan keputusan petani, maka keputusan tersebut bersifat independen terhadap keputusan konsumsi dan respon rumahtangga terhadap perubahan pasar akan dapat diprediksi dengan jelas. Page 3 of 21

4 output/ pendapatan Y outptut/pendapatan Y output/pendapatan Y output/pendapatan Y Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012 a) I1 w' Yr TVP I1 w b) 0 Le Waktu Kerja (L) Lr Waktu Domestik Z (kerja di rumah) I1 w' Ye I1 TVP w 0 Lr Le L waktu kerja waktu domestik (Z) Gambar a) Rumahtangga Petani Mempekerjakan Tenaga Kerja Keluarga; b) Rumahtangga Petani Mempekerjakan Tenaga Kerja Upahan Ilmu Ekonomi Rumahtangga Sama halnya dengan teori rumah tangga yang dikembangkan oleh Chayanov, model pengambilan keputusan usahatani rumah tangga yang selanjutnya dikaji dalam modul ini adalah cabang dari teori ekonomi neoklasik yang sering dirujuk sebagai new home economics. Pada dasarnya cabang ilmu ekonomi ini diperkenalkan oleh Becker (1965) dalam Page 4 of 21

5 tulisannya mengenai mengenai alokasi waktu rumah tangga yang dipublikasikan pada tahun 1960 an. Pendekatan perhitungan sederhana yang diberikan mengikuti formulasi yang disusun oleh Michael & Becker (1973). Pengertian fungsi utilitas dalam konsep ekonomi rumahtangga sedikit banyak telah berubah dari teori ekonomi sebelumnya. Pada teori new home economics kepuasan rumah tangga tidak lagi didasarkan pada kepuasan yang dapat diperoleh dari kombinasi dua komoditas sebagaimana yang diuraikan oleh teori utilitas konvensional. Pada teori yang baru ini kepuasan konsumsi rumah tangga merupakan kepuasan maksimum yang dapat diperoleh dari kombinasi konsumsi barang jadi dan jasa. Ciri-ciri pokok dari new home economics adalah: a. Rumah tangga merupakan himpunan individu, sehingga unit analisis maksimisasi utilitas adalah keputusan kolektif yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga bukan secara individual; b. Utilitas tidak hanya diperoleh atas konsumsi komoditi pasar (yang dijual) tetapi juga diperoleh dari konsumsi barang akhir yang diproduksi oleh rumah tangga; c. Penggunaan nilai barang Z untuk membedakannya dari barang yang diperoleh dengan membeli (barang-x), sehingga fungsi utilitas dirumuskan sebagai berikut: U = f(z 1, Z 2,, Z n ); d. Produksi barang-z oleh rumah tangga membutuhkan input waktu rumah tangga serta barang dan jasa yang diperoleh dengan membeli, sehingga penekanan utama dari teori ini adalah alokasi penggunaan waktu oleh rumah tangga untuk memproduksi barang Z dan kerja upahan; e. Rumah tangga memproduksi barang Z dari input yang dibeli dari pasar (x i ) dan waktu yang dipakainya (T i ), untuk itu fungsi produksi rumah tangga disajikan dalam bentuk: Z = f(x i, T i ). f. Rumah tangga dalam memaksimumkan utilitas tidak dibatasi oleh kendala anggaran, tetapi oleh fungsi produksi, total waktu yang tersedia, dan kendala pendapatan tunai. Page 5 of 21

6 g. Kendala total waktu (T) ditentukan berdasarkan waktu kerja di luar rumah tangga (T w ) dan jumlah waktu yang dicurahkan untuk memproduksi barang Z ( T i ): T = T w + T i h. Kendala pendapatan tunai (Y) ditentukan oleh perkalian tingkat upah pasar dengan alokasi waktu kerja yang tersedia (wtw). Pada kondisi keseimbangan pendapatan tunai ini memiliki nilai yang sama dengan nilai barang x yang digunakan sebagai input untuk produksi barang-z ( p i x i ), dimana p i adalah harga dari barang x: Y = wtw = p i x i ; i. Dengan membandingkan seluruh waktu yang tersedia dengan tingkat upah pasar, maka kendala waktu dan kendala pendapatan dapat digabungkan membentuk persamaan sebasgai F = wt = w T i + p i x i ; full income yang diformulasikan j. Dapat dilihat bahwa keseimbangan dari rumah tangga diperoleh pada saat rasio dari marginal utilitas setiap pasangan barang Z (marginal rate of substitution) sama dengan ratio dari full marginal cost produksi (MC i /MC j ). Dalam hal ini full marginal cost setiap barang Z (Z j ) adalah penjumlahan hasil kali tingkat upah dengan produksi marginal waktu rumahtangga. Kedua harga pasar kemudian dikalikan produksi marginal barang pasar yang digunakan sebagai input. Dengan demikian dapat dilihat bahwa struktur logika dari teori new home economics tidak berbeda dari berbagai bentuk model ekonomi rumahtangga petani yang telah dibahas sebelumnya. Kerangka teori dari model ekonomi ini disajikan pada Gambar Page 6 of 21

7 Produksi Rumahtangga Z Produksi Rumahtangga Z Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012 w' C B F I1 TPP H A w D 0 T1 T2 T waktu domestik Tz Upah Tw Leisure TH Gambar Model Produksi Rumahtangga Misalkan waktu total yang tersedia dalam keluarga adalah sebesar T. Total waktu tersebut dialokasikan kedalam tiga komponen penggunaan yakni untuk aktivitas rumah tangga (T z ), waktu kerja upahan (T w ) dan Leisure (T H ). Biaya oportunitas disamakan dengan upah riil pasar, w/p, dimana w adalah upah, dan p adalah tingkat harga barang yang dibeli. Garis OF, dengan slope w/p, menggambarkan kenaikan total pendapatan riil sebagai bertambahnya jam kerja. Titik F menunjukkan biaya opportunitas waktu rumah tangga yang diturunkan dari total waktu tersedia (T) pada upah riil. Biaya oportunitas ini sama dengan wt/p. Gambar 10.2 juga memuat fungsi produksi yang menunjukkan transformasi waktu kerja pada output akhir, Z. Kurva indiferen, I, menunjukkan tingkat kepuasan yang diperoleh dari kombinasi leisure dan Z, sedangkan garis yang menggeser upah nyata, ww, menunjukkan biaya opportunitas waktu pada harga pasar yang berlaku. Page 7 of 21

8 Keseimbangan rumah tangga dalam memproduksi Z terjadi pada titik A, dimana MPP aktivitas domestik sama dengan upah riil: MPP = w/p atau MVP = w. Konsep tersebut menyamakan teori usahatani dengan teori perusahaan, di mana total biaya untuk komponen kegiatan domestik dalam memproduksi Z adalah H. Titik keseimbangan mengkonsumsi Z rumah tangga dalam ditunjukkan oleh titik B, dimana marginal rate of substitution leisure terhadap Z ( MU L /MU Z ) sama dengan ratio biaya opurtunitas leisure terhadap harga pasar barang Z (w/p). Perhatikan bagaimana diagram tersebut dapat memenuhi berbagai kendala maksimisasi utilitas dalam model ekonomi rumahtangga. Kendala waktu dipenuhi dengan penjumlahan tiga komponen waktu yang digambarkan pada garis horizontal. Kendala pendapatan CH pada grafik sama dengan upah pasar, w, dikalikan dengan waktu bekerja, T W. Pendapatan total rumah tangga household full income ditunjukan oleh F yang bergeser keatas pada w untuk memasukkan nilai bersih tenaga kerja yang dicurahkan untuk kegiatan rumah tangga. (=jarak AD profit dalam teori ekonomi produksi konvensional). Model ekonomi rumahtangga dapat digunakan untuk mengkaji pengaruh beberapa perubahan yang terjadi pada variabel eksogeneous rumahtangga. Berbagai kegiatan lain juga dapat dimasukkan sebagai komponen Z seperti misalnya mengasuh anak, pendidikan, kegiatan sosial dan ataupun rekreasi. Berikut, secara singkat disajikan beberapa kesimpulan teoritis : a. Pada gambar diilustrasikan pengaruh kenaikan upah pasar. Kenaikan upah akan meningkatkan slope garis upah, ww. Pengaruh pertama adalah penurunan komponen produksi Z yang dihasilkan rumahtangga dan meningkatkan komponen pasarnya, sebab biaya marginal waktu domestik relatif meningkat dibandingkan biaya marginal input yang dibeli. Pengaruh kedua adalah pendapatan rumahtangga meningkat sehingga rumahtangga berpindah ke kurva indiferen yang lebih tinggi. Pengaruh ketiga, adalah tersedianya waktu ekstra yang dapat digunakan untuk menambah pekerjaan upahan, atau untuk leisure, ataupun kombinasi keduanya. Page 8 of 21

9 b. Terlihat bahwa peningkatan upah dan ataupun penurunan harga pasar memiliki efek pendapatan dan berbagai efek subsitusi yang berbeda c. Lebih umum, adalah lebih berguna untuk membedakan antara berbagai jenis barang Z, seperti misalnya anatara barang yang membutuhkan tenaga kerja tinggi (padat karya) tapi hanya membutuhkan sejumlah kecil input dan barang lain yang membutuhkan input pasar tinggi tapi hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja keluarga untuk menghasilkannya. d. Seperti misalnya penerapan pada tugas di sekitar pemeliharaan anak (merawat, memasak, mencuci dan seterusnya), yang mana kegiatan ini lebih membutuhkan penggunaan waktu intensif, model menyarankan bahwa kenaikan upah seharusnya dapat memotivasi untuk mengurangi jumlah anak dalam keluarga. (Evenson, 1981). Terlepas dari pendekatan teoritis sebagaimana telah dipaparkan di atas, hal ini merupakan suatu isu yang rumit sebab banyak dipengaruhi oleh anggapan perlunya memiliki anak seperti misalnya: (a) anak dipandang sebagai konsumsi atau investasi dan (b) peran alamiah dari laki-laki dan perempuan pada rumah tangga Model Rumahtangga Petani :Barnum-Squire Barnum dan Squire (1979) mengembangkan dan mengaplikasikan model rumahtangga. Model ini menjadi framework untuk memprediksi respon rumahtangga petani terhadap perubahan-perubahan domestik (ukuran keluarga dan struktur keluarga) dan variabel pasar (harga output, harga input, tingkat upah, dan teknologi). Model Barnum-Squire didasarkan pada asumsi yang berbeda dengan model Chayanov, yaitu: 1. Ada pasar tenagakerja 2. Tanah yang tersedia untuk berusahatani konstan 3. Kegiatan rumah (produksi Z-goods) dan leisure dikombinasikan atau dipertukarkan untuk mencapai utilitas maksimum 4. Pilihan rumahtangga yang penting adalah memilih antara output yang dikonsumsi sendiri atau dijual untuk mendapatkan barang konsumsi nonpertanian yang dibutuhkan (misalnya Manufaktur) 5. Ketidakpastian dan perilaku terhadap resiko diabaikan Page 9 of 21

10 Selanjutnya terdapat tiga aspek dalam fungsi utilitas, yaitu: 1. Waktu digunakan untuk memproduksi kombinasi Z-goods dan leisure (Tz) 2. Konsumsi terdiri dari konsumsi output domestik (C), dan barang-barang konsumsi yang dibeli (M). Sehingga fungsi utility sbb: U = f(tz, C, M) 3. Preferensi diantaranya dipengaruhi ukuran rumahtangga dan rasio ketergantungan (dependency ratio). Fungsi produksi adalah: Y = f(a,l,v), dimana A adalah tanah (diasumsikan konstan), L adalah total tenagakerja (baik dari rumahtangga maupun menyewa) yang digunakan dalam berproduksi, dan V adalah variabel input lainnya dalam produksi. Utilitas dimaksimumkan terhadap fungsi produksi, kendala waktu, dan kendala pendapatan. Kendala waktunya dalam bentuk: T = Tz + Tf + Tw Dimana Tz adalah waktu yang dialokasikan untuk Z-goods dan leisure (kombinasi), Tf adalah waktu alokasi untuk bekerja di pertanian, dan Tw adalah upah kerja yang nilainya bisa positip atau negatip. Jika tenagakerja dipekerjakan dalam usahatani sendiri (Tw>0) dampaknya akan terjadi peningkatan ketersediaan waktu total, sementara itu bila tenagakerja disewakan ke luar usahatani (Tw<0) waktu total yang tersedia dalam rumahtangga berkurang. Dalam teori ekonomi konvensional, umumnya waktu rumahtangga Tz dan Tf dijumlahkan sebagai G. Kendala pendapatan menyatakan bahwa penghasilan bersih rumahtangga sama dengan pengeluaran untuk barang pasar. P(Q C) wtw vv = mm Dimana p adalah harga output, (Q-C) adalah kuantitas total output yang dijual, w adalah upah pasar, dan wtw menggambarkan tambahan pendapatan (jika tenagakerja disewakan), v adalah harga input lainnya sedangkan V dan m adalah harga rata-rata M. Dalam model ekonomi ada dua kendala yang diturunkan dari persamaan full income yang kemudian dimasukkan dalam kendala pengeluaran (F ): F = wtz + pc +mm = + wg Dimana wtz adalah oppurtunity cost dari waktu yang digunakan untuk memproduksi Z-goods, pc adalah nilai pasar konsumsi output rumah, dan Page 10 of 21

11 mm adalah nilai pasar yang dihasilkan. Ini sama dengan pendapatan pertanian bersih atau profit ditambah dengan nilai implisit total waktu rumahtangga. Kondisi keseimbangan model yang mengikuti standar ekonomi untuk produksi dan konsumsi dapat kita lihat pada bab 2, yaitu bahwa: a. MVPL = w b. MVPv = v (harga rata-ratanya) c. MRTS antara C dan M = p/m Adanya dua proses pertukaran konsumsi dengan tiga sumber yang ada dalam fungsi produksi mengartikan bahwa model ini tidak dapat dieksposisikan dalam gambar tunggal namun masih dapat ditunjukkan oleh grafik yang mengkombinasikan elemen gambar 10.1 dan Pada Gambar 10.3 kita mengilustrasikan komponen model yang berisi: 1. pilihan antara C yang lebih besar daripada Tz 2. fungsi produksi untuk single farm output dengan tenagakerja sebagai single input 3. kasus dimana tenagakerja yang dipekerjakan sendiri lebih besar daripada disewakan ke luar usahatani Page 11 of 21

12 Output PertanianY output pertanian Y Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012 w' Q I1 B TPP F' C I1 A F w 0 T1 T2 T Tenaga kerja keluarga TF tenaga kerja upahan Tw Tenaga kerja keluarga Tz Aktivitas Pertanian Aktivitas domestik Gambar Model Usahatani Keluarga Barnum-Squire Pada Gambar 10.3 total waktu rumahtangga petani dinyatakan sebagai T, sepanjang garis horisontal. Waktu ini dibagi antara kerja di pertanian oleh anggota keluarga (Tf), menyewa tengakerja (tw) dan waktu domestik (Tz). Opportunity cost waktu ditetapkan sebagai w/p, dimana w adalah upah nominal dan p adalah harga output pertanian. Garis OF dengan slope w/p menggambarkan kenaikan biaya total tenagakerja bila penggunaannya meningkat.. Titik F menunjukkan total cost waktu yang tersedia pada rumahtangga, baik apakah berasal dari dalam keluarga atau menyewa. Gambar juga memuat fungsi produksi dari output pertanian (TPP), kurva indeferen yang diturunkan dari kombinasi waktu dan konsumsi domestik, serta gerakan garis upah ww yang menunjukkan biaya upah relatif. Keseimbangan rumahtangga dalam produksi ada pada titik B, yang sekaligus menunjukkan persamaan full income (F ). Keseimbangan rumahtangga dalam konsumsi tercapai pada titik A, yang terdiri dari Page 12 of 21

13 konsumsi domestik (C) dan penawaran pasar (Q-C). Model Barnum-Squire ini mampu memprediksi dampak perubahan tingkat upah atau harga output dalam keputusan rumahtangga petani. Pengaruh peningkatan upah atau harga output pada gambar dapat dijelaskan sbb: 1. Kenaikan upah pasar meningkatkan ratio w/p, dan menyebabkan pergeseran garis biaya upah (ww ) sehingga: a. output dan full income turun. b. alokasi waktu kerja anggoata rumahtangga pada usahatani keluarga meningkat dan penggunaan tenagakerja sewa menurun c. meningkatkan konsumsi rumahtangga dan menurunkan penjualan output 2. Kenaikan harga pasar output mengurangi rasio harga w/p dan membuat pergeseran ww. Ini mengakibatkan: a. kenaikan output dan full income b. menurunkan aktivitas usahatani keluarga dan meningkatkan pengunaan tenagakerja sewa upahan c. menurunkan konsumsi konsumsi rumahtangga dan meningkatkan penawaran pasar. Dengan referensi model yang lengkap, prediksi-prediksi di atas dapat diturunkan dari preferensi relatif rumahtangga antara waktu domestik dengan komoditi pasar. Slope kurva indeferen menjelaskan hal-hal sbb: 1. bila rumahtangga menunjukkan kecenderungan preferensi yang tinggi pada aktivitas rumahtangga maka harus lebih banyak buruhtani disewa, akibatnya profit usahatani berkurang sehingga tidak tersisa surplus pendapatan untuk membeli barang-barang konsumsi 2. bila rumahtangga menunjukkan preferensi yang tinggi untuk mengusahakan komoditi usahatani yang komersial maka tenaga kerja keluarga lebih banyak dicurahkan untuk aktivitas usahatani, akibatnya jumlah input tenaga kerja yang disewa berkurang, selanjutnya profit usahatani meningkat sehingga rumahtangga memiliki surplus pendapatan untuk dibelanjakan barang konsumsi Page 13 of 21

14 Independensi keputusan produksi dan konsumsi dalam model Barnum- Squire memungkinkan beberapa solusi sbb: 1. Fungsi produksi dapat diestimasi, selanjutnya fungsi produksi tersebut digunakan untuk menghitung output dan pendapatan usahatani yang dapat diproduksi petani 2. Fungsi permintaan dari tiga pilihan konsumsi dalam fungsi utilitas dapat diestimasi. Fungsi permintaan ini memuat beberapa variabel seperti tingkat upah, harga, ukuran dan komposisi keluarga yang memberikan dampak pada keputusan konsumsi. Fungsi permintaan ini dibatasi oleh kebutuhan konsumsi minimum yang dapat dipenuhi dari hasil usahatani sendiri, alokasi waktu domestik dan produk konsumsi yang dibeli. Dari fungsi permintaan dapat diperoleh estimasi elastisitas permintaan terhadap sejumlah variabel eksogenous 3. Interaksi antara keputusan produksi dan konsumsi dapat diamati dari respon individual yang dietimasikan dari elastisitas permintaan Tabel Elastisitas Respon Rumahtangga Variabel Output Padi Output Padi yang dijual Output Padi yang dikonsumsi sendiri Input Tenaga Kerja Keluarga Permintaan input tenaga kerja luar keluarga Pasar Harga Padi 0,61 0,66 0,38-0,57 1,61 Tingkat upah -0,47-0,55-0,08 0,11-1,47 Domestik Tanpa pekerja - -0,09 0,44 0,62 - Tanpa beban tanggungan - -0,50 0,23 0,12 - Sumber: Barnum dan Squire, 1979 Barnum dan Squire (1979) melakukan penelitian dengan sampel tanaman padi di desa Muda River-Malaysia. Pada tabel 10.1 dapat diketahui nilai elastisitas respon rumahtangga, yang merupakan persenatse respon keputusan rumahtangga terhadap satu persen kenaikan variabel Page 14 of 21

15 eksogenous.misalkan kenaikan harga padi sebesar 10 persen menyebabkan 6,1 persen peningkatan total output padi, 6,6 persen peningkatan penawaran padi, 3,8 persen menaikan konsumsi padinya sendiri, 5.7 persen menurunkan input tenagakerja dari rumahtangganya sendiri, i.61 menaikkan sewa tenagakerja. Elastisitas respon pasar dapat dilihat pada Tabel Page 15 of 21 Misalkan harga padi ditawarkan naik 10 persen akan menyebabkan tingkat prediksi respon rumahtangga 6.6 persen menjadi 0.8 persen. Ini merupakan dampak dari kenaikan harga pada upah di desa: tidak ada pada tabel. Keunggulan dari model barnum-squire terletak pada kapasitasnya dalam mengejar dampak join antara keputusan produksi dan konsumsi dalam rumahtangga ke sistem ekonomi yang leih besar. Dengan kata lain, ini menghasilkan dasar analisis general equilibrium rumahtangga petani kecil Usahatani Keluarga Model LOW Low membuat model usahtani keluarga sedikit berbeda dengan yang diuraikan terlebih dahulu. Namun demikian model ini masih merupakan pengembangan dari model Chayanov dan New Home Ekonomi tetapi didasari dengan asumsi yang berbeda dari Barnum-Square model. Situasi yang melatarbelakangi model Low adalah system usahatani di suatu wilayah perbatasan Afrika Selatan dimana terdapat pasr tenaga kerja upahan yang sudah tertata dengan lebih baik. Secara ringkas, beberapa sitiasi system usahatani di daerah tersebut digambarkan sebagai berikut: Terdapat pasar tenaga kerja yang menawarkan upah berbeda pada beberapa kategori tenaga kerla (labor), hal ini berbeda dengan asumsi Barnum yang mengasumsikan single rate of wage. Asumsi ini secara implisit menunjukkan bahwa setiap anggota keluarga memiliki potensi yang berbeda dalam memperoleh imbalan upah. Lebih jauh lagi, dapat dikatakan bahwa TK tertentu dalam rumah tangga petani memiliki nilai komparativ yang lebih besar dalam bekerja sebagai buruh upahan dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya. Terdapat akses yang fleksibel terhadap lahan pertanian. Artinya

16 luyas usahatani dapat bervariasi sesuai dengan ukuran besarnya rumah tangga petani. Hal ini sama dengan model Chayanov dan berbeda dengan model Barnum. Asumsi ini secara implisit mengatakan banha terdapat peluang meningkatkan luas areal usahatani sesuai dengan potensi tenaga kerja yang dimiliki. Lebih jauh lagi hal ini dapat berarti konsep diminshing return dapat lebih ditekan. MPP L dapat dipertahankan constant hingga level yang lebih jauh. Usahatani keluarga bersifat semi subsisten, dimana hal ini dicirikan dengan harga bahan pangan berbeda pada tingkat gerbang petani dan di pasar konsumen. Hal ini berbeda dengan asumsi harga yang tetap oleh barnum Rumah tangga petani dicirikan oleh defisit bahan pangan dan status sebagai buruh tani. Hal ini juga berbeda dengan model Barnum yang mengasumsikan rumah tangga petani sebagai produsen mengalami surplus bahan pangan dan defisit TK. Asumsi ketiga dan keempat ini secara bersama-sama menunjukkan bahwa defisit bahan pangan dan keputusan untuk mencari upah dengan berburuh tani tidak tergantung pada harga hasil produksi ditingkat gerbang petani tetapi lebih dipengaruhi oleh ratio anatar upah dengan harga bahan pangan pada tingkat pengecer. Konsep kerja dari model LOW dapat dilihat pada gambar Sebagai misal, diasumsikan bahwa TKDK petani berdasarkan tingkat upah yang dapat diperoleh dibagi kedalam tiga kategori yakni A,B,dan C, namun memiliki produktivitas yang sama apabila bekerja di usahatani sendiri. TPP dianggap memiliki fungsi garis lurus sehingga MPP adalah konstan. Garis OW menunjukkan pola total pendapatan upah yang didasarkan pada upah real (w/p). Garis OW pada setiap segmen adalah sejajar dengan garis ww yang merupakan biaya oportunitas dari masing-masing TK anggota keluarga tersebut (A,B, dan C). Page 16 of 21

17 Real Income Y Real Income Y m W T 1 T 2 A B C Labour time T Gambar 10.4 Model Low Secara grafis dapat dilihat bahwa titik E yang merupakan titik singgung antara garis ww dengan TPP. Pada titik E tercapai jarak terjauh antara garis produksi TPP dengan garis OW. Implikasinya jelas yang berarti bahwa hanya tenaga kerja A dan B yang memiliki oportunitas biaya lebih rendah dari MPP L yang akan bekerja pada lahan usahatani keluarga, sebab dengan memperkerjakan C ke tempat lain maka keluarga akan memperoleh total pendapatan keluarga yang lebih besar. Implikasi lebih jauh dari konsep ini adalah bahwa apabila upah real (w/p) < MPP maka anggota keluarga akan lebih bermanfaat jika bekerja mengusahakan lahan pertaniannya sendiri, sebaliknya jika w/p > dari MPP maka adalah lebih menguntungkan untuk bekerja di luar usahatani sendiri. Dengan mudah dapat dipahami misalnya jika upah meningkat atau harga bahan pangan ditingkat pengecer turun maka ratio w/p akan semakin besar sehingga ww akan berotasi ke kiri menjadi mm. Pada situasi pasar yang baru ini maka anggota keluarga berikutnya (B) akan memasuki pasar dan meninggalkan lahan pertaniaan keluarga. Page 17 of 21

18 10.5. Aspek Kebijakan Satu hal yang perlu dicermati dari ulasan tentang berbagai model yang dibahas diatas adalah: Implikasi kebijakan tidak dapat dipisahkan dari data empiris. Meskipun pemahaman logis dari beberapa model tersebut dapat menghasilkan prediksi tentang respon dari rumahtangga, perilaku agregatif adalah tergantung pada besarnya elastisitas respon dan interaksi mereka terhadap situasi perekonomian yang lebih luas. Page 18 of 21 Hal ini sudah barang tentu sangat bervariasi pada berbagai lingkup masyarakat, wilayah, dengan perilaku pasar yang dimilikinya. Temuan Barnum, yang kebetulan merupakan kasus di Indonesia, menunjukkan bahwa dengan peningkatan sebesar 10 % pada harga output hanya memberikan respon penawaran pasar yang sedikit lebih rendah (6,3 %) dibandingkan dengan respon penawaran petani yakni 9 %. Berbagai Model yang didiskusikan diatas kelihatannya dapat memberikan pandangan yang lebih luas lagi mengenai perbedaan perhitungan ekonomis anatara petani keluarga dengan perusahaan pertanian yang lebih besar. Anggapan tentang keunikan petani yang mana menjadi landasan model Chayanov tampaknya sangat tergantung pada asumsi ketidak hadiran pasar tenaga kerja. Begitu pasar tenaga kerja dihadirkan maka petani akan berperilaku sebagaimana layaknya perusahaan pertanian dalam mengambil keputusan. Model Barnum-Squire cenderung bergerak pada arah yang berlawanan dengan Chayanov. Model ini mengasumsikan pasar dan faktor produksi bekerja secara penuh. Disatu sisi uraian model ini lebih mendekati usahatani keluarga komersil, Disisi lain, kemampuan petani untuk mempekerjakan TK upahan membawa model ini lebih dekat pada perusahaan pertanian kapitalis Ringkasan. Beberapa poin yang dapat dijadikan sebagi ringkasan dari bab ini adalah: 1. Model Chayanov mengenalkan petani sebagai pemasok dan pengguna TK. 2. Teori Chayanov ini sangat menarik karena dengan demikian maka

19 keputusan produksi optimum berdasarkan penggunaan TK dapat dipisahkan dengan pengambilan keputusan konsumsi optimum yang didasarkan pada variabel pendapatan dan alternatif penggunaan waktu. 3. Bab ini mengenalkan teori ekonomi rumah tangga yang baru. 4. Teori ekonomi rumah tangga baru ini meletakkan rumahtangga sebagai unit produksi 5. Dalam bab ini diulas model usahatani rumahtangga Barnum yang memiliki tiga tujuan dalam fungsi utility rumahtangga. 6. Kekuatan model Barnum terletak pada kemampuannya memberikan analisis keseimbangan umum dalam ekonomi usahatani keluarga yang lebih luas. 7. Dalam bab ini juga dikenalkan model LOW dengan konsep yang membedakan biaya oprtunitas dari masing-masing tenaga kerja dalam keluarga sebagaimana kasus yang ditemuinya di sutu daerah perbatasan Afsel. 8. Baik model Barnum-Squire dan Low menekankan pada keberadaan pasar TK dalam kinerja perekonomian rumahtangga petani gurem 9. Model LOW menjelaskan pembagian TK berdasarkan pria wanita yang dikaikan pada konsep keuntungan komparatif. TUGAS DAN DISKUSI 1. Cari dan himpunlah informasi tentang konsep kerja on farm, off farm dan non farm. Selanjutnya secara berkelompok susunlah makalah tentang konsep alokasi tenaga kerja keluarga dalam usahatani skala kecil (on farm) dan alternatif kegiatan ekonomi lain baik off farm maupun non farm. Pada makalah ini diwajibkan adanya referensi berupa skripsi, thesis atau jurnal yang relevan. 2. Jelaskan opini Anda tentang keterkaitan antara urbanisasi,migrasi tenaga kerja perempuan ke luar negeri dengan konsep diminishing marginal return tenaga kerja keluarga pada sektor on farm. Page 19 of 21

20 REFERENSI Debertin, D.L., 1996, Agricultural Production Economics, Macmillan Publishing Company, New York Ellis, Frank., 1989,Peasant Economics: Farm Household and Agrarian Development. Samuelson, P.A., 1970, A Foundation of Economics Analysis, Atheneum, New York RANCANGAN TUGAS Tujuan Tugas : Menjelaskan kembali definisi dan memahami konsep teoritis bahan kajian pada modul serta mengaplikasikan konsep teoritis tersebut pada fenomena empiris atau kasus-kasus yang relevan di bidang produksi pertanian. Uraian Tugas: 1. Obyek garapan: tugas dan latihan soal pada modul Batasan tugas: a. Tugas yang diberikan pada modul 10 adalah tugas kelompok dikumpulkan dalam waktu satu minggu melalui e-learning dan dipresentasikan pada agenda praktikum b. Menghimpun dan mengelola informasi dalam urutan yang logik dan mengelola informasi agar dapat menjadi sumber pembelajaran yang baik adalah salah satu learning skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Oleh karena itu seluruh materi belajar yang telah dihimpun akan dievaluasi oleh tim dosen sebagai indikator proses belajar Anda. 3. Metodologi dan acuan tugas: a. Tugas kelompok dalam bentuk paper diketik dengan margin kiri dan kanan masing-masing 3 cm. Tuliskan nama anggota kelompok, kelas dan NIM pada halaman cover. Berikan nomor halaman pada lembar kerja Anda di sudut kanan bawah. Jangan lupa menuliskan keterangan tugas yang Anda kerjakan dan pengerjaan harus berurutan dari tugas nomor 1,2 dan seterusnya. Page 20 of 21

21 b. Tugas individu dikumpulkan tiap minggu, pengaturan jadual pengumpulan tugas diumumkan secara online pada e-learning 4. Keluaran tugas: satu dokumen tugas kelompok yang diupload dalam format PDF dan satu file ppt untuk presentasi kelas yang juga di upload dalam format PDF. Kriteria Penilaian: 1. Kejelasan dan kelengkapan penguasaan konsep-konsep utama modul Kemampuan mengomunikasikan gagasan kreatif dan partisipasi pada diskusi online 3. Dinamika kelompok dalam presentasi di kelas yang dipandu oleh asisten Page 21 of 21

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PERILAKU PETANI GUREM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN USAHATANI

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PERILAKU PETANI GUREM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN USAHATANI SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PERILAKU PETANI GUREM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN USAHATANI Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: teori dan aplikasi di Indonesia

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: teori dan aplikasi di Indonesia EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: teori dan aplikasi di Indonesia Modul 1 Tutorial Ekonomi Produksi Pertanian ini wajib dibaca sebagai bahan kajian utama pada tutorial pertama. Sumber pembelajaran dan komunikasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: SKALA USAHATANI DAN PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: SKALA USAHATANI DAN PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: SKALA USAHATANI DAN PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Ekonomi Rumahtangga Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu konsep yang fleksibel. Konsep rumahtangga ini menyangkut bagian keluarga

Lebih terperinci

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: DEFINISI DAN RUANG LINGKUP

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: DEFINISI DAN RUANG LINGKUP SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: DEFINISI DAN RUANG LINGKUP Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas Brawijaya Email : tatiek.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION. seimbang antar strata sosial di pedesaan.

TUJUAN PEMBELAJARAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION. seimbang antar strata sosial di pedesaan. SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PRAKTEK PENYAKAPAN DAN BAGI HASIL OLEH PETANI GUREM Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas

Lebih terperinci

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM USAHATANI BERSKALA KECIL

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM USAHATANI BERSKALA KECIL SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM USAHATANI BERSKALA KECIL Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Konseptual Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus

Lebih terperinci

MODUL 1 EKONOMI MIKRO

MODUL 1 EKONOMI MIKRO LABORATORIUM EKONOMI PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MODUL 1 EKONOMI MIKRO Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Malang, Februari

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Mata Kuliah/Kode Koordinator Deskripsi Singkat : Pengantar

Lebih terperinci

Bab II. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik

Bab II. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik Bab II. Teori Produksi Pertanian Neo Klasik A. Pengambilan Keputusan Usahatani Dalam pendekatan analisis pengambilan keputusan usahatani neoklasik, petani dipandang sebagai pengambil keputusan yang menentukan

Lebih terperinci

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: POLA HUBUNGAN PRODUKSI INPUT-INPUT

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: POLA HUBUNGAN PRODUKSI INPUT-INPUT SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: POLA HUBUNGAN PRODUKSI INPUT-INPUT Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas Brawijaya Email

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci

Rancangan Kegiatan Pembelajaran Semester

Rancangan Kegiatan Pembelajaran Semester Rancangan Kegiatan Pembelajaran Semester Laboratorium Ekonomi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya RENCANA KEGIATAN SEMESTER (RKPS) Mata kuliah

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PERUBAHAN TEKNOLOGI DALAM PERSPEKTIF USAHATANI GUREM

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PERUBAHAN TEKNOLOGI DALAM PERSPEKTIF USAHATANI GUREM SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PERUBAHAN TEKNOLOGI DALAM PERSPEKTIF USAHATANI GUREM Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri 56 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri menjadi tiga katagori utama, yaitu (1) karaktersistik teknologi produksi pertanian, (2) karakteristik

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPS)

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPS) RANCANGAN KEGIATAN SEMESTER (RKPS) Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012 EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: RENCANA KEGIATAN SEMESTER Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Swalayan Menurut Kotler dan Keller (2007), pasar swalayan adalah satu toko yang cukup besar yang menyediakan seluruh kebutuhan rumah tangga, barang-barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi TEORI KONSUMSI: Pendekatan Kardinal: UTILITY Definisi Utility (Total

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI 1 / AK-021240 SKS : 2

Lebih terperinci

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen Modul 4. Teori Perilaku Konsumen Deskripsi Modul Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier

Berikut merupakan contoh dari production possibilities Frontier Kurva kemungkinan produksi Dalam ekonomi, kurva kemungkinan produksi (Inggris: production possibility frontier (PPF), production possibility curve, production-possibility boundary atau product transformation

Lebih terperinci

Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan

Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan DIE-FEUI February 19, 2013 Kuliah II-Teori Konsumen & 1 2 3 4 Kuliah II-Teori Konsumen & Bacaan Pindyck Ch.3 & Ch.4 Nicholson Ch.3 Kuliah II-Teori Konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Model Peluang Kerja Suami dan Istri di luar Sektor Perikanan Secara teoritis, setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu. Hal tersebut dilakukan

Lebih terperinci

Perusahaan, Produksi, dan Biaya

Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan adalah kesatuan teknis, yang bertujuan untuk menghasilkan benda-benda atau jasa. Perusahaan ingin mencapai laba setinggi mungkin. Pengertian sehari-hari, laba

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Asumsi dalam Model Utilitas Kardinal Kepuasan konsumen pada suatu barang dapat diukur dengan satuan uang. Konsumen berusaha memaksimumkan kepuasan total. MUx

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi, disintesakan (dirangkum), dibatasi, dan ditetapkan menjadi tiga pokok permasalahan (faktor),

Lebih terperinci

PENAWARAN AGREGAT. Minggu 14

PENAWARAN AGREGAT. Minggu 14 PENAWARAN AGREGAT Minggu 14 Pendahuluan Penawaran agregrat menunjukkan kemampuan masyarakat suatu negara menawarkan produk/jasa secara agregat. Kurva penawaran agregat dibentuk dengan menghubungkan antara

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) Oleh: A. Rozany Nurmanaf Adimesra Djulin Herman Supriadi Sugiarto Supadi Nur Khoiriyah Agustin Julia Forcina Sinuraya Gelar Satya Budhi PUSAT PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci

Fungsi produksi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan hubungan antara output (jumlah produksi barang/jasa) dan faktor-faktor produksi (input).

Fungsi produksi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan hubungan antara output (jumlah produksi barang/jasa) dan faktor-faktor produksi (input). Penawaran agregrat menunjukkan kemampuan masyarakat suatu negara menawarkan produk/jasa secara agregat. Kurva penawaran agregat dibentuk dengan menghubungkan antara fungsi produksi, fungsi permintaan dan

Lebih terperinci

Modul 6. Ekonomi Produksi Pertanian. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Modul 6. Ekonomi Produksi Pertanian. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Modul 6 Ekonomi Produksi Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya VI. MAKSIMALISASI PADA KASUS DUA INPUT Deskripsi Materi Pembelajaran: Bab ini menjelaskan konsep dasar

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

GBPP DAN SAP PENGANTAR EKONOMI MIKRO

GBPP DAN SAP PENGANTAR EKONOMI MIKRO (KK-003) GBPP DAN SAP PENGANTAR EKONOMI MIKRO GARIS-GARIS BESAR PENGAJARAN DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM STRATA SATU MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI GARIS-GARIS PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : TEORI EKONOMI 1 / IT-022254 SKS : 3 Semester

Lebih terperinci

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan

PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PEMASARAN HASIL PERTANIAN: Aplikasi Penawaran dan Permintaan Prof. Ir. Ratya Anindita, MSc., Ph.D. Lab. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 06 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Produsen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU PRODUSEN (Analisis Jangka Pendek) 2 Basic Concept Inputs Production Process Outputs Produksi

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI JENJANG : D3 AKUNTANSI : ATA : PENDEKATAN TEORI DAN PENERAPANNYA : WAJIB MEMBERIKAN KASUS DAN PEKERJAAN PENEKANAN

PENGANTAR EKONOMI JENJANG : D3 AKUNTANSI : ATA : PENDEKATAN TEORI DAN PENERAPANNYA : WAJIB MEMBERIKAN KASUS DAN PEKERJAAN PENEKANAN JURUSAN : AKUNTANSI PENGANTAR EKONOMI Koordinator: Mohammad Abdul Mukhyi Email: mukhyi@staff.gunadarma.ac.id dan doele63@yahoo.com Telp: 87987739 dan 41 Ext: 409; HP 0817 126 402 JUMLAH SKS : 2SKS JENJANG

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

PERILAKU PETANI PANGAN

PERILAKU PETANI PANGAN 6 PERILAKU PETANI PANGAN Maksimisasi Keuntungan dan Penurunan Penawaran Output Seorang petani yang bersifat komersial akan selalu berpikir bagaimana dapat mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU KONSUMEN (Pendekatan Kardinal) 2 Pengertian dasar Perilaku konsumen dianalisa untuk mengetahui

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat memahami tentang konsep pasar persaingan monopoli, mampu menghitung tingkat harga baik dalam jangka pendek dan jangka

Lebih terperinci

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN Kardono-nuhfil1 IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori perilaku

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 06Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Teori Tingkah Laku Konsumen, Konsep Cardinal Utility Approach, Kurva Indeference Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen TEORI

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan pustaka Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian.

Lebih terperinci

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang

Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Modul 1 Permintaan Agregat dalam Perekonomian Tertutup: Perilaku Pasar Barang dan Pasar Uang Arief Ramayandi, S.E., MecDev., Ph.D. Ari Tjahjawandita, S.E., M.Si. M PENDAHULUAN odul ini akan menjelaskan

Lebih terperinci

Silabus. MGT-101 Ekonomi Mikro Dalizanolo Hulu, SE,ME

Silabus. MGT-101 Ekonomi Mikro Dalizanolo Hulu, SE,ME Silabus MGT-101 Ekonomi Mikro Dalizanolo Hulu, SE,ME Program Studi Manajemen/Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya 2014/2015 Universitas Pembangunan Jaya SEMESTER GENAP 2014/2015 MGT-101: Ekonomi Mikro

Lebih terperinci

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. TM2 MATERI PEMBELAJARAN PENDAHULUAN PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN PANGAN DAN SERAT PERAN PERTANIAN SEBAGAI PRODUSEN BAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

PRINSIP EKONOMI DAN APLIKASINYA DALAM USAHATANI

PRINSIP EKONOMI DAN APLIKASINYA DALAM USAHATANI PRINSIP EKONOMI DAN APLIKASINYA DALAM USAHATANI Tujuan Intruksional Khusus : Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang dapat diterapkan pada usahatani, mengenal hubungan

Lebih terperinci

METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1

METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 Handewi P.S. Rachman Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Abstrak Harga dan kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TEORI PERMINTAAN KONSUMEN PENDEKATAN UTILITY TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan pengertian utilitas, menerangkan pengaruh utilitas dan permintaan serta menganalisisnya. TIK:

Lebih terperinci

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN Lecture note : Tatiek Koerniawati Karakteristik Harga Sangat dipengaruhi karakteristik alamiahnya Ada time lag dalam produksi on farm Gap antara pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan

2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan Ekonomi Mikro. program pascasarjana Unlam 2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan KELANGKAAN, PILIHAN, DAN BIAYA OPORTUNITAS 1 Kebutuhan manusia bersifat tak terbatas, namun sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints :

PRODUKSI TOTAL, PRODUKSI MARJINAL DAN PRODUK RATA RATA Hints : ANALISA PRODUKSI Fungsi produksi : Suatu fungsi yang menunjukkan hubungan fisik antara input yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Konsep konsep penting dalam analisa produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercennin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

Kuliah IV-Analisis Perilaku Produsen: Konsep Produksi

Kuliah IV-Analisis Perilaku Produsen: Konsep Produksi Outline Kuliah IV-Analisis Perilaku Produsen: Konsep Produksi DIE-FEUI March 4, 2013 Outline 1 Definisi Produksi SR vs LR Ilustrasi 2 Ukuran Produktivitas 3 Q, AP dan MP Antara AP dan MP Peran Perubahan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari

BAB II URAIAN TEORITIS. pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen Pertemuan Ke 4 Teori Tingkah Laku Konsumen Ada dua pendekatan 1. Pendekatan nilai guna (Utiliti) kardinal Yaitu kenikmatan konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif 2. Pendekatan nilai guna (Utiliti)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal dikarenakan sebagian besar pola usaha nelayan masih berskala kecil, bersifat tradisional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 09Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Bentuk Organisasi Perusahaan, Fungsi Produksi dan Input 2 Variabel Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen TUJUAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN

EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN EKONOMI LINGKUNGAN Pertemuan 4 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN Pengantar (1) Pembahasan dasar-dasar mikroekonomi memberikan pemahaman dari konsep dasar yg dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: teori dan aplikasi di Indonesia

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: teori dan aplikasi di Indonesia EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: teori dan aplikasi di Indonesia Modul 1 Perkuliahan Ekonomi Produksi Pertanian ini wajib dibaca sebagai bahan kajian utama pada tatap muka pertama. Dosen bertugas menyampaikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Studi-studi ekonomi rumahtangga yang dilakukan secara simultan pada umumnya menggunakan kerangka pemikiran model ekonomi rumahtangga yang dirumuskan oleh Becker (1965) yang selanjutnya

Lebih terperinci

Permintaan Agregat & Penawaran Agregat

Permintaan Agregat & Penawaran Agregat Permintaan Agregat & Penawaran Agregat Permintaan Agregat Permintaan Agregat adalah, jumlah dari keseluruhan barang dan jasa yang diminta oleh seluruh pelaku ekonomi pada berbagai tingkat harga. Permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017

Lebih terperinci