III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teori Pengembangan Sumberdaya Manusia Upaya mengembangkan sumberdaya manusia dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan dalam masyarakat. Kegiatan pengembangan sumberdaya manusia terkait erat dengan usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan sumberdaya manusia dengan menekankan segi peningkatan keahlian dan keterampilannya untuk melakukan pekerjaan tertentu. Masalah taraf hidup sering dianggap akan mengikuti peningkatan kemampuan sumberdaya manusia. Pengembangan sumberdaya manusia adalah suatu investasi di bidang sumberdaya manusia, dimana diperlukan adanya suatu korbanan sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan selama proses investasi untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Seperti dikatakan Simanjuntak (1985) bahwa pengembangan sumberdaya manusia merupakan human capital (modal manusia). Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui pengembangan sumberdaya manusia. Penerapan human capital ini dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Melalui pendidikan dan pelatihan tidak hanya menambah pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja. Demikian pula kesehatan adalah suatu kondisi fisik dan mental seseorang yang siap untuk bekerja. Kondisi kesehatan ini bisa diperoleh dengan menjaga kondisi fisik dan kondisi lingkungan dengan bermacam-macam kegiatan. Diantaranya adalah mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi,

2 37 olah raga, rekreasi, periksa kesehatan rutin serta menjaga kondisi lingkungan agar selalu bersih. Pada akhirnya pendidikan, pelatihan dan kesehatan dipandang sebagai suatu investasi yang imbalannya dapat diperoleh kemudian dalam bentuk pertambahan hasil kerja. Dahulu prioritas yang didiskusikan adalah modal fisik, tetapi sekarang telah beralih, yaitu memprioritaskan modal manusia dibanding modal fisik. Yang dibahas adalah peningkatan output yang berasal dari input modal tenaga kerja dan input modal fisik, dimana peningkatan kualitas manusia (yang tak terukur/sulit diukur) lebih penting dibanding peningkatan modal fisik. Hasil statistik menunjukkan bahwa output dari pemanfaatan modal manusia akan meningkat lebih tinggi, jika diikuti dengan perbaikan kualitas manusia. Output yang diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan perbaikan kesehatan akan meningkatkan kualitas produksi yang dihasilkan. Pengeluaran untuk pendidikan, pelatihan dan kesehatan berperan terhadap produktivitas dengan peningkatan kualitas manusia. Pengeluaran ini menghasilkan suatu hasil yang bermanfaat dalam kehidupan manusia di masa yang akan datang. Teori human capital menjelaskan proses dimana pendidikan memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Manusia yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur dengan lamanya waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding yang pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitasnya. Yang sering terjadi tingkat pendidikan tidak selalu sesuai dengan pekerjaannya, sehingga orang yang berpendidikan tinggi ataupun rendah tidak berbeda produktivitasnya

3 38 dalam menangani pekerjaan yang sama. Juga ditekankan bahwa angkatan kerja yang berkeahlian tinggi tidak begitu dibutuhkan lagi karena perkembangan teknologi yang sangat cepat dan proses produksi yang semakin dapat disederhanakan. Menurut Collins dan Meyer (1971) orang yang berpendidikan rendah tetapi mendapat pelatihan (yang memakan periode jauh lebih pendek dan sifatnya non formal) akan memiliki produktivitas relatif sama dengan orang berpendidikan formal tinggi. Modal manusia merujuk pada pengetahuan dan keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan adalah satu cara dimana individu meningkatkan modal manusianya, semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi. Pendidikan sebagai unsur utama dalam pengembangan sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia lebih bernilai jika memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian serta keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang. Pendidikan merupakan salah satu alat untuk menghasilkan perubahan pada diri manusia. Hak untuk memperoleh pendidikan harus diikuti dengan kesempatan dan kemampuan serta kemauannya. Tinggi rendahnya kualitas sumberdaya manusia ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan kinerja yang baik secara individu atau kelompok. Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan dan teknologi yang dibutuhkan oleh dunia kerja dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas proses produksi. Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi.

4 39 Pendidikan diharapkan menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan dan kesempatan yang lebih luas dalam kehidupan nyata. Dengan meningkatkan pendidikan seseorang yang berpenghasilan rendah akan memberikan pengaruh positif, yaitu meningkatkan produktivitas kerja dan terhadap pendapatannya. Pendidikan juga akan meningkatkan suplai tenaga kerja dengan keahlian tinggi, sehingga konsekuensinya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya gaji tenaga kerja. Dengan melakukan pendidikan maka akan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Peningkatan pengetahuan dan keahlian akan mendorong peningkatan produktivitas kerja seseorang. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan dengan peningkatan pendapatan. Rendahnya produktivitas tenaga kerja kaum miskin dapat disebabkan oleh karena rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan, pelatihan dan perbaikan kesehatan. Dalam kaitan ini, Tyler (1977) mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja seseorang, yang kemudian akan meningkatkan pendapatannya. Pelatihan juga merupakan bentuk pengembangan sumberdaya manusia. Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan seseorang, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerjanya. Dengan demikian human capital, bukanlah memposisikan manusia sebagai modal seperti mesin, sehingga seolaholah manusia sama dengan mesin, sebagaimana teori human capital terdahulu. Setelah teori ini semakin meluas, human capital justru bisa membantu pengambil keputusan untuk memfokuskan pembangunan manusia dengan menitikberatkan

5 40 pada kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan organisasi sebagai bagian pembangunan manusia. Penanganan sumberdaya manusia sebagai human capital menunjukkan bahwa hasil dari investasi non fisik jauh lebih tinggi dibandingkan investasi berupa pembangunan fisik. Secara teoritis semakin tinggi tingkat pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi produktivitas kerja. Besaran produksi akan meningkat setelah diberikan pelatihan kepada seseorang. Seperti dikatakan Mangkuprawira (2007) bahwa pelatihan berpengaruh terhadap peningkatan produksi, seperti terlihat pada Gambar 4. Produksi (Unit) Y 1 Y t1 Pelatihan Y 0 Y t0 K Jumlah tenaga kerja (orang) Sumber : Mangkuprawira, Gambar 4. Kurva Produksi Menurut Kegiatan Pelatihan Pada Gambar 4 diperlihatkan bahwa produksi yang dihasilkan sebelum dilakukan pelatihan adalah kurva produksi (Yt1). Dengan jumlah tenaga kerja K akan menghasilkan produksi sebesar Y 0. Setelah dilakukan pelatihan tenaga kerja tersebut, maka dengan jumlah tenaga kerja tetap kurva produksi akan bergeser ke atas (Y t1 ) dan menghasilkan produksi sebesar Y 1. Kegiatan pelatihan menyebabkan produksi meningkat dengan jumlah tenaga kerja tetap, tetapi lebih

6 41 berkualitas. Hal tersebut dapat dianalogikan pada bentuk pengembangan sumberdaya manusia yang lain yaitu pendidikan dan kesehatan. Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin baik kondisi kesehatan, maka akan mempengaruhi produksi juga. Peningkatan hasil dari pengembangan sumberdaya manusia ini bisa terjadi di dalam rumahtangga yang juga mempunyai tujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk memperoleh pendapatan rumahtangga yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan Davis (2005) membuktikan bahwa pengembangan sumberdaya manusia yang merupakan investasi sumberdaya manusia sangat mendukung kegiatan produksi dan konsumsi dalam rumahtangga. Kegiatan yang dilakukan dalam rumahtangga adalah bagaimana mengupayakan kesejahteraan, upaya menjaga kondisi kesehatan, mengelola produksi dan konsumsi. Dengan segala keterbatasan yang ada, rumahtangga sangat memerlukan kegiatan investasi sumberdaya manusia apabila rumahtangga mempunyai tujuan memperoleh pendapatan yang lebih baik dan kesejahteraan di masa yang akan datang. Untuk melakukan kegiatan diperlukan keahlian dan keterampilan khusus yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Anggota rumahtangga juga berusaha memperoleh keahlian dan keterampilan tersebut dengan mengembangkan kualitasnya melalui pengembangan sumberdaya manusia yang merupakan kegiatan investasi investasi yaitu menunda konsumsi saat ini untuk memperoleh manfaat di kemudian hari. Dengan tingkat pendidikan tertentu dan memiliki keterampilan tertentu, anggota rumahtangga akan memiliki kesempatan dan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Rumahtangga dan anggota rumahtangga dapat bekerja

7 42 pada usahatani dan luar usahatani untuk menambah penghasilan rumahtangga. Hal ini seperti hasil penelitian Wei (2001) yang mengatakan bahwa lamanya pendidikan dan jumlah keterampilan yang dimiliki akan memberikan dampak pada pendapatan rumahtangga. Pengembangan sumberdaya manusia baik pada individu maupun pada rumahtangga merupakan suatu investasi sumberdaya manusia yang bermanfaat dalam jangka panjang. Pengembangan sumberdaya manusia ini diawali dengan bagaimana rumahtangga mengambil keputusan untuk melakukan investasi di bidang pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Seperti dikatakan Schultz (1971), bahwa pengambilan keputusan di bidang sumberdaya manusia ini akan mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan dilakukan dan pendapatan yang akan diperoleh, walaupun untuk sementara akan kehilangan waktu dan harus mengeluarkan biaya investasi. Pada tingkat rumahtangga, pengembangan sumberdaya manusia sangat penting artinya. Pengambilan keputusan dalam rumahtangga akan dibuat dengan lebih baik juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan kepala rumahtangga dan anggotanya Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam Rumahtangga Pembinaan sumberdaya manusia dimulai dari keluarga, kemudian ditingkatkan melalui pendidikan formal dan pelatihan, dan akhirnya dikembangkan di dalam masyarakat, khususnya di lingkungan pekerjaan. Orang tua memberikan petunjuk dan nasehat, dan meneruskan kebiasaan cara bekerja kepada anak-anaknya. Tahap berikutnya dari pembinaan sumberdaya manusia adalah pendidikan formal dan pelatihan. Orang dididik atau dilatih bukan saja untuk memperoleh pengetahuan tertentu akan tetapi juga untuk meningkatkan

8 43 kemampuan kerja. Dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas kerja yang akan berpengaruh pada pendapatannya. Seperti dikatakan Kubr (1986) bahwa di dalam rumahtangga pendidikan terbagi dalam tiga kategori yaitu pendidikan formal seperti pendidikan di sekolah, pendidikan non formal seperti pelatihan atau kursus dan pendidikan informal seperti pendewasaan seseorang yang merupakan hasil pendidikan dalam keluarga, pengaruh lingkungan dan pengalaman. Pengembangan sumberdaya manusia bisa dilakukan dalam rumahtangga dengan tujuan meningkatkan kualitasnya agar lebih baik kondisi hidupnya. Peran orang tua sangat dominan dalam rumahtangga, karena sebagai kepala keluarga bertanggung jawab terhadap perkembangan kualitas anggota keluarga. Pada umumnya orang tua akan mengeluarkan dana untuk biaya pendidikan anakanaknya. Seperti dikatakan Putri (1996) pada dasarnya orang tua akan melakukan investasi sumberdaya manusia bagi anak-anaknya melalui pembinaan, pengasuhan, pendidikan formal di sekolah ataupun melalui sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga Becker dan Tomes (1976) mengasumsikan orang tua akan berkonsentrasi membiayai anggota keluarganya (anak-anaknya). Investasi sumberdaya manusia ini akan memposisikan anaknya untuk memperoleh tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi, dengan cara memberikan dukungan yang berbeda untuk setiap anggota keluarganya sesuai kebutuhan dan kondisi masing-masing, seperti penelitian yang dilakukan Schultz (2003). Begitu juga menurut Haddad (1997) pendapatan orang tua atau anggota keluarga yang sudah dewasa akan ditransfer kepada anak-anaknya atau anggota

9 44 keluarga yang usianya lebih muda. Jadi perhatian orang tua difokuskan kepada pengembangan bagi anak-anaknya dan seluruh anggota keluarga. Orang tua sebagai kepala keluarga akan berusaha meningkatkan kualitas anggota keluarga dengan melakukan pengembangan sumberdaya manusia dalam rumahtangga. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan suatu investasi sumberdaya manusia yang dilakukan dalam rumahtangga dengan mengeluarkan biaya konsumsi yang manfaatnya akan diperoleh kemudian. Perilaku rumahtangga dalam mengkonsumsi barang dan jasa mempunyai tujuan memperoleh kepuasan termasuk pada saat mengkonsumsi kegiatan investasi sumberdaya manusia. R 2 b C 2 e E = keseimbangan IC BL O C 1 e a R 1 Sumber : Bryant, Gambar 5. Maksimalisasi Utilitas Rumahtangga Antar Waktu Dengan Kendala Pendapatan Keterangan : IC = kurva indiferen (utilitas); BL = garis anggaran; R 1 = barang pada periode 1; R 2 = barang pada periode 2; C 1 = tingkat konsumsi barang periode 1 saat keseimbangan; C 2 = tingkat konsumsi barang periode 2 saat keseimbangan. Bryant (1990) mengatakan di dalam rumahtangga terdapat keseimbangan antara permintaan konsumsi di masa sekarang dan di masa yang akan datang, hal

10 45 ini tergantung kepada marginal rate of substitution, tingkat suku bunga dan tingkat perubahan harga (tingkat inflasi). Kondisi keseimbangan ini menggambarkan keputusan kesediaan rumahtangga untuk mengganti tingkat konsumsi di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Kondisi keseimbangan dalam rumahtangga adalah seperti yang terlihat pada Gambar 5. Pada Gambar 5 diperlihatkan bahwa kepuasan maksimum terletak pada persinggungan kurva indiferen (utilitas) dan garis anggaran yaitu pada titik E. Apabila rumahtangga menggunakan seluruh anggarannya untuk konsumsi saat ini, maka akan mengkonsumsi R 1 sebesar a dan apabila seluruh anggaran digunakan untuk konsumsi keperluan di masa yang akan datang, maka rumahtangga akan mengkonsumsi R 2 sebesar b. Pada dasarnya rumahtangga akan mempunyai pilihan untuk mengambil keputusan, apakah akan mengkonsumsi barang pada saat ini atau untuk keperluan masa yang akan datang. Mengkonsumsi barang untuk keperluan di masa yang akan datang merupakan tabungan (saving). Dengan demikian akan muncul pertanyaan, apakah barang R 2 (tabungan) ini akan digunakan untuk investasi sumberdaya manusia bagi anggota keluarga atau keperluan yang lain. Rumahtangga memutuskan untuk menunda konsumsi di masa sekarang merupakan keputusan bahwa rumahtangga akan menyimpan barang atau pendapatannya sebagai tabungan (saving). Perilaku saving ini untuk memberikan kepuasan tersendiri, karena rumahtangga mempunyai keyakinan bahwa dengan menabung akan mendapatkan manfaat dari tabungan ini di masa yang akan datang.

11 46 Tabungan rumahtangga dapat digunakan bermacam-macam, seperti dikatakan Bryant (1990) dan Sem (2006) bahwa tabungan bisa digunakan untuk kegiatan yang berbentuk pembelian barang dan jasa atau keperluan investasi. Investasi sumberdaya manusia sebagai bagian dari pengembangan sumberdaya manusia di dalam rumahtangga dapat berupa berbagai bentuk. Rumahtangga akan mengalokasikan dana dan tabungannya untuk investasi dalam bentuk pendidikan formal dan pelatihan. Anggota rumahtangga akan menggunakan waktu di luar aktivitas rumahtangga bertujuan menambah keahlian dan keterampilan agar menjadi sumberdaya manusia yang lebih baik. Secara riil yang diharapkan rumahtangga adalah tambahan biaya yang dikeluarkan untuk investasi pendidikan dan pelatihan akan sama dengan tambahan manfaat yang akan diperoleh. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan anggota rumahtangga adalah kegiatan dengan mengalokasikan waktu secara sengaja untuk belajar (pendidikan formal dan pelatihan) yang artinya mengurangi waktu kerja dan waktu senggangnya, dengan harapan di masa yang akan mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Keputusan rumahtangga dalam menentukan melakukan investasi sumberdaya manusia tergantung pada seluruh anggota rumahtangga. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa orang tua sebagai kepala keluarga mempunyai peran yang dominan dalam pengambilan keputusan tersebut. Hal ini karena berkaitan dengan keterbatasan pendapatan dan waktu yang dimiliki dalam rumahtangga. Kegiatan konsumsi dalam rumahtangga akan tergantung pada produksi yang dihasilkan dalam rumahtangga. Seluruh pengeluaran konsumsi pangan dan bukan pangan sangat tergantung pada pendapatan rumahtangga. Begitu juga pengeluaran untuk kegiatan investasi, yang artinya rumahtangga akan

12 47 menunda konsumsi pada saat ini juga merupakan keputusan rumahtangga. Tingkat pendidikan kepala keluarga dan keluarganya akan mempengaruhi pada pengambilan keputusan dalam keluarga. Hal ini berarti di dalam rumahtangga juga diperlukan investasi sumberdaya manusia sebagai bekal yang manfaatnya akan diperoleh di masa yang akan datang. Investasi sumberdaya manusia yang berupa pendidikan, pelatihan dan menjaga kondisi kesehatan anggota rumahtangga merupakan bagian dari pengembangan sumberdaya manusia. Bentuk investasi sumberdaya manusia yang lain adalah kesehatan. Investasi di bidang kesehatan dalam rumahtangga juga merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Walaupun memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi apabila mengesampingkan kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap jumlah waktu untuk bekerja. Kesehatan ini dapat berupa kesehatan fisik dan mental, yang akan meningkatkan tingkat harapan hidup, sehingga bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara maksimal. Sedangkan pendidikan tidak menjamin untuk meningkatkan harapan hidup. Kegiatan menjaga kesehatan ini dapat berupa olah raga, melakukan tes kesehatan (medical check up), mengkonsumsi makanan yang bergizi, vitamin, menjaga nutrisi yang seimbang, rekreasi, perbaikan ventilasi tempat tinggal dan kondisi kandang ternak pada rumahtangga yang memiliki ternak. Dengan demikian akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. Jumlah hari dalam kondisi sakit berkurang dan harapan hidup lebih panjang yang akan berdampak pada peningkatan aktivitas sehingga produktivitas kerja meningkat. Upaya menjaga kesehatan termasuk investasi yang dapat dilakukan oleh rumahtangga secara sadar. Secara teoritis kesehatan sama dengan aspek investasi sumberdaya manusia yang lainnya. Jadi

13 48 marjinal biaya (marginal cost) dalam pengeluaran untuk kesehatan akan sama dengan marjinal manfaat (marginal benefit) yang diperoleh rumahtangga. Dengan melakukan investasi kesehatan, diharapkan kondisi kesehatan anggota rumahtangga akan terjaga. Manfaat yang diperoleh adalah seseorang dapat melakukan kegiatan sehari-hari, bisa bekerja mencari penghasilan. Dalam kondisi kurang sehat, seseorang tidak akan bisa melakukan kegiatan apapun. Seandainya bekerjapun tidak maksimal seperti ketika kondisi sehat. Menjaga kondisi kesehatan adalah suatu kegiatan investasi kesehatan. Untuk melakukan kegiatan investasi kesehatan dan investasi sumberdaya manusia lainnya seseoang harus mengalokasikan waktunya apakah untuk bekerja, istirahat (waktu senggang) ataupun untuk kegiatan investasi sumberdaya manusia. Dalam hal ini Bryant (1990) menggambarkan alokasi waktu yang berhubungan dengan kondisi kesehatan terlihat pada Gambar 6. Dalam kondisi fisik sehat, seseorang dapat bekerja maksimal baik pada usaha milik sendiri atau bekerja sebagai tenaga upahan pada usaha orang lain. Masing-masing individu akan berbeda-beda dalam mengalokasikan waktunya. Apabila kondisi fisik tidak sehat, maka waktu untuk bekerja berkurang dan akan mempengaruhi pada penghasilan yang diperoleh. Gambar 6 memperlihatkan bahwa ketika seseorang dalam kondisi sehat, total waktu yang ada adalah OT unit. Keseimbangan terjadi pada titik P yaitu pertemuan garis anggaran DEBT dengan kurva indiferen (utilitas) U 2. Waktu yang digunakan untuk bekerja adalah sebesar THe. Tetapi ketika seseorang dalam kondisi sakit selama TT unit, keseimbangan terjadi di titik Q yaitu pertemuan garis anggaran D E B T dengan kurva indiferen (utilitas) U 1. Jadi waktu yang digunakan untuk bekerja menjadi berkurang karena

14 49 sakit yaitu menjadi sebesar T He. Dengan berkurangnya jumlah hari kerja, maka akan mempengaruhi jumlah penghasilan yang diterima. Goods D U 2 D U 1 P A A Q E E B B V O L Q L P He He T T Waktu Sumber : Bryant, Gambar 6. Alokasi Waktu yang Berhubungan Dengan Kondisi Kesehatan Keterangan : DEBT : Kurva anggaran (kondisi sehat) AB : Fungsi produksi U 2 : Kurva indiferen (utilitas) THe : Jumlah waktu kerja dalam rumahtangga HeL P : Jumlah waktu kerja pasar OL P V : Waktu senggang : Pendapatan yang diperoleh bukan dari kerja D E B T : Kurva anggaran (kondisi sakit) A B : Fungsi produksi U 1 : Kurva indiferen (utilitas) T He : Jumlah waktu kerja dalam rumahtangga He L Q : Jumlah waktu kerja pasar OL Q : Waktu senggang

15 50 Kegiatan pengembangan sumberdaya manusia dapat dilakukan oleh semua lapisan rumahtangga termasuk yang berpendapatan rendah. Pengembangan sumberdaya manusia bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, yang bermanfaat dalam kehidupan rumahtangga. Pengembangan sumberdaya manusia dikatakan suatu investasi sumberdaya manusia yang dalam proses investasi diperlukan suatu korbanan yang manfaatnya akan dinikmati di masa yang akan datang. Dalam penerapannya rumahtangga mengalami berbagai kendala yaitu besarnya pendapatan dan waktu yang dimiliki anggota rumahtangga, sehingga belum tentu semua rumahtangga dapat melakukan investasi sumberdaya manusia ini secara maksimal. Rumahtangga yang berpendapatan rendah akan mengalami kesulitan, karena dihadapkan pada biaya investasi sumberdaya manusia yang tidak terjangkau. Di sisi lain, rumahtangga yang berpendapatan menengah ke atas juga dihadapkan berbagai kendala lainnya. Rumahtangga harus memilih prioritas biaya yang harus dikeluarkan. Masingmasing rumhatangga akan berbeda-beda, sehingga ada beberapa pilihan yang harus dilakukan. Walaupun investasi sumberdaya manusia penting dan bermanfaat, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi keputusan rumahtangga untuk melakukan investasi sumberdaya manusia. Diantaranya faktor ciri pribadi kepala keluarga yaitu motivasi, tingkat pendidikan dan ukuran keluarga. Sedangkan faktor lainnya adalah besar pendapatan rumahtangga, jumlah tabungan yang dimiliki rumahtangga, pemahaman anggota rumahatangga terhadap kegiatan pengembangan sumberdaya manusia dan hubungan anggota rumahtangga terhadap lembaga terkait.

16 Kerangka Konseptual Penelitian Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keputusan Rumahtangga Petani untuk Melakukan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengembangan sumberdaya manusia yang dilakukan rumahtangga petani dalam bentuk pendidikan, pelatihan dan kesehatan akan sangat bermanfaat dan berdampak positif pada kehidupan rumahtangga di masa yang akan datang. Dalam hal ini banyak faktor yang mempengaruhi keputusan rumahtangga untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia. Pertimbangan yang sering muncul dalam pemikiran rumahtangga petani adalah apakah petani mempunyai keinginan untuk melakukan suatu kegiatan. Untuk memutuskannya, perlu adanya pemahaman akan tujuan dan manfaat kegiatan tersebut. Setelah mengetahui manfaatnya, muncul pertimbangan lain apakah rumahtangga memiliki cukup modal berupa dana untuk membiayai kegiatan yang akan dilakukan. Dan juga menjadi pertimbangan adalah siapa dan berapa jumlah anggota keluarga yang akan mengikuti kegiatan, karena hal ini berhubungan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Rumahtangga petani dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semuanya memerlukan biaya. Rumahtangga perlu mempertimbangkan kebutuhan pokok yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Pada akhirnya muncul pertanyaan apakah pengembangan sumberdaya manusia sudah menjadi prioritas utama dalam rumahtangga. Dalam penelitian ini keputusan rumahtangga dipengaruhi oleh faktor ciri pribadi petani sebagai kepala keluarga dan faktor lainnya. Dalam bentuk umum dapat dituliskan sebagi berikut. INV s = fs (CP j, FL k )...(1)

17 52 dimana : INV = Keputusan rumahtangga petani untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia. CP = Faktor ciri pribadi petani FL s j k = Faktor lainnya = Pendidikan/pelatihan/kesehatan = (kelompok faktor ciri pribadi petani) = (kelompok faktor lainnya) CP 1 = Motivasi petani (CPPEN = motivasi petani untuk melakukan kegiatan pendidikan, CPPEL = motivasi petani untuk melakukan kegiatan pelatihan, CPKES = motivasi petani untuk melakukan kegiatan kesehatan) CP 2 = Pendidikan formal petani CP 3 = Total anggota keluarga (JAK) FL 1 = Pendapatan rumahtangga petani (PERT) FL 2 = Jumlah tabungan rumahtangga FL 3 = Pandangan rumahtangga petani terhadap pengembangan sumberdaya manusia (PEND = pendidikan, PEL = pelatihan dan KES = kesehatan) FL 4 = Hubungan dengan lembaga terkait (ORG = keterlibatan dalam organisasi, SULUH = kehadiran dalam penyuluhan, LEMB = jumlah lembaga yang dihubungi). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan rumahtangga petani untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia terbagi menjadi dua yaitu faktor ciri pribadi petani sebagai kepala keluarga dan faktor lainnya yaitu karakteristik rumahtangga petani. Yang termasuk faktor ciri pribadi petani adalah : 1. Motivasi petani Motivasi adalah perilaku yang dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan tertentu yang dirasakan dan merupakan proses pemberian motif (penggerak)

18 53 yang bekerja pada manusia sedemikian rupa, sehingga mereka bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi. Motivasi merupakan dorongan yang membuat seseorang melakukan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi akan mempengaruhi perilaku petani dalam kehidupan sehari-hari, kalau ada faktor yang mendorong petani untuk melakukan suatu kegiatan, maka petani akan melakukannya termasuk kegiatan investasi sumberdaya manusia. 2. Tingkat pendidikan formal petani. Tingkat pendidikan formal menunjukkan seseorang memiliki wawasan dalam berpikir dan bertindak. Artinya akan lebih cepat menangkap pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh. Dengan demikian gagasan dan informasi baru akan lebih mudah diterima petani yang memiliki pendidikan formal yang lebih tinggi. Makin tinggi tingkat pendidikan formal petani diduga akan makin mampu menangkap adanya kesempatan ekonomi yang lebih baik dalam kehidupannya, dan semakin memahami akan kebutuhan pendidikan, pelatihan dan kesehatan keluarga. 3. Total anggota keluarga Setiap anggota keluarga mempunyai aktivitas masing-masing, baik yang menghasilkan pendapatan maupun yang tidak atau belum menghasilkan pendapatan. Bagi rumahtangga yang memiliki anggota keluarga makin besar, maka petani sebagai kepala keluarga akan melakukan upaya lebih besar untuk memberikan pengetahuan kepada anggotanya dalam bentuk pendidikan, pelatihan dan kesehatan.

19 54 Faktor lainnya yang juga berpengaruh terhadap keputusan rumahtangga petani untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia adalah : 1. Pendapatan rumahtangga petani Pendapatan rumahtangga petani diperoleh dari dua sumber yaitu dari usahatani dan luar usahatani. Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dari usahataninya baik lahan milik sendiri maupun bukan milik sendiri. Sedangkan pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dari luar usahataninya baik usaha keluarga maupun luar keluarga. Dengan meningkatnya pendapatan, maka rumahtangga petani juga akan leluasa menggunakan pendapatannya termasuk untuk kegiatan investasi sumberdaya manusia. 2. Jumlah tabungan rumahtangga petani Tabungan adalah jumlah aset yang dimiliki rumahtangga petani yang tidak digunakan untuk modal usaha yang bisa berupa perhiasan, dana, kendaraan, ternak dan lahan yang bukan untuk usaha. Dengan adanya tabungan, rumahtangga mempunyai jaminan ada ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan investasi sumberdaya manusia. 3. Pandangan rumahtangga terhadap pengembangan sumberdaya manusia Rumahtangga petani akan melakukan investasi sumberdaya manusia, apabila mempunyai pemahaman bahwa investasi sumberdaya manusia bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Semakin anggota rumahtangga petani memandang bahwa aspek pendidikan, pelatihan dan kesehatan tersebut bermanfaat, maka rumahtangga akan menyediakan dana dan waktu untuk

20 55 medukung penuh terhadap kegiatan investasi sumberdaya manusia pada keluarga. 4. Hubungan dengan lembaga terkait a. Keterlibatan dalam organisasi Keterlibatan anggota rumahtangga petani dalam kelompok (organisasi) perlu ditingkatkan karena dapat memberikan pemahaman kepada petani dan keluarganya akan arti pentingnya berkelompok. Salah satu fungsi kelompok adalah merupakan media yang dapat mengatasi masalah yang ada secara bersama-sama. Seperti misalnya bagaimana cara meningkatkan mutu dan produktivitas hasil, memperkuat permodalan dan jaringan pemasaran, serta memperkuat posisi tawar petani. Apabila anggota rumahtangga petani aktif dalam organisasi (sebagai pengurus atau anggota), maka cenderung akan lebih memahami manfaat berkelompok, termasuk pemahaman akan pentingnya pendidikan, pelatihan dan kesehatan. b. Kehadiran dalam penyuluhan Kehadiran anggota rumahtangga petani pada penyuluhan akan sangat bermanfaat. Penyuluhan merupakan media yang dapat memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan anggota rumahtangga petani. Dengan semakin tinggi frekuensi kehadiran dalam penyuluhan, maka akan lebih banyak menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pertemuan, termasuk pemahaman tentang investasi sumberdaya manusia.

21 56 c. Jumlah lembaga yang dihubungi Dengan seringnya anggota rumahtangga berhubungan dengan suatu lembaga, maka menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk meningkatkan potensinya dan akan berdampak pada pemahaman dan kebutuhan pengetahuan termasuk pemahaman pendidikan, pelatihan dan kesehatan dalam rumahtangga petani Model Ekonomi Rumahtangga dalam Penelitian Menurut Sadoulet dan Janvry (1995) terdapat ciri khusus pada kegiatan produksi pertanian di negara-negara berkembang, yaitu : (1) tidak terpisahnya kegiatan produksi dan rumahtangga petani, (2) tujuan petani menghasilkan produk tidak hanya untuk dipasarkan tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga, (3) penggunaan tenaga kerja keluarga lebih diutamakan, (4) terbatasnya ketersediaan tenaga kerja keluarga, dan (5) petani lebih banyak berperilaku sebagai penerima harga input dan harga output serta tidak mampu mempengaruhi harga pasar (price taker). Kekhususan rumahtangga pertanian ini memerlukan analisis khusus, yaitu dengan menggunakan model ekonomi rumahtangga petani. Batasan rumahtangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur. Pengertian satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan seharihari dikelola bersama menjadi satu (Putri, 1996). Pengertian rumahtangga ini sama dengan definisi menurut Bryant (1990), yaitu mereka yang tinggal di bawah satu atap dan membentuk suatu keluarga. Rumahtangga merupakan sekelompok manusia yang secara bersama berusaha mengontrol kehidupannya sehingga tercapai tujuannya.

22 57 Model ekonomi rumahtangga pertanian (agricultural household economic model) lahir dari pemikiran bahwa dalam satu unit rumahtangga pertanian terdapat keputusan produksi yang tidak terpisahkan dengan keputusan konsumsi. Dengan demikian dalam pengambilan keputusan produksi, terdapat hasil produksi yang dikonsumsi dan ada yang dijual ke pasar. Pengembangan teoritik terhadap adanya saling ketergantungan konsumsi dan produksi ini, dalam model ekonomi rumahtangga pertanian melahirkan dua kelompok model yaitu model rekursif dan model non-rekursif. Model non-rekursif mencoba menangkap adanya saling ketergantungan antara produksi dan konsumsi, keputusan produksi mempengaruhi konsumsi rumahtangga, demikian sebaliknya keputusan konsumsi mempengaruhi keputusan produksi (Kusnadi, 2005). Bagi dan Singh (1974) menyatakan bahwa keputusan usahatani adalah saling tergantung, saling mempengaruhi secara simultan. Bagi dan Singh merumuskan 6 (enam) kategori dari persamaan secara simultan pada perilaku usahatani rumahtangga yaitu : (1) keputusan produksi, (2) keputusan konsumsi, (3) surplus pasar, (4) keputusan penggunaan tenaga kerja, (5) keputusan investasi, dan (6) keputusan finansial. Selanjutnya Singh, et al. (1986) mengembangkan model simultan yang digunakan untuk menganalisis rumahtangga pertanian yaitu agricultural household model, yang mengasumsikan bahwa rumahtangga petani sebagai konsumen akan memaksimumkan kepuasannya. Kepuasan rumahtangga petani dalam hal ini tergantung pada konsumsi dari hasil usahatani sendiri, konsumsi barang-barang bukan hasil usahatani sendiri dan konsumsi waktu senggang. Bentuk umum agricultural household model dapat dimodifikasi dan

23 58 dikembangkan ke dalam berbagai model sesuai dengan latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian. Pengembangan sumberdaya manusia adalah suatu kegiatan investasi di bidang sumberdaya manusia yang di dalamnya termasuk kemampuan dan keterampilan merupakan hasil dari pengeluaran (expenditure) untuk pendidikan, on the job training dan pelayanan kesehatan (Todaro, 1994). Investasi adalah kegiatan yang diharapkan mendapatkan hasil di masa yang akan datang. Jadi investasi sumberdaya manusia ini merupakan kegiatan konsumsi yang manfaatnya akan dinikmati dan akan memberikan manfaat dan kepuasan pada rumahtangga di kemudian hari. Penelitian ini menganalisis adanya pengembangan sumberdaya manusia dalam rumahtangga pertanian, maka terdapat variabel investasi sumberdaya manusia yaitu pendidikan, pelatihan dan kesehatan yang dimasukkan dalam model. Diasumsikan bahwa di dalam fungsi utilitas terdapat sejumlah faktor karakteristik rumahtangga A yang menjadi faktor penggeser. Secara matematis fungsi utilitas rumahtangga petani adalah : U = U (X m, X h, X L, I, A)...(2) dimana : U X h X m X L I A = Kepuasan (Utility) = Konsumsi hasil usahatani = Konsumsi barang-barang yang dibeli di pasar = Waktu senggang = Konsumsi investasi sumberdaya manusia = Karakteristik rumahtangga petani

24 59 Konsumsi investasi sumberdaya manusia terdiri dari kegiatan pendidikan, pelatihan dan upaya menjaga kondisi kesehatan secara preventif. Kegiatan investasi sumberdaya manusia diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam rumahtangga, yang ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut : K = K (I, µ )...(3) dimana : K = Kualitas sumberdaya manusia µ = Faktor lainnya Yang dimaksud dengan faktor lainnya adalah karakteristik rumahtangga petani diantaranya adalah tingkat pendidikan formal petani sebagai kepala keluarga dan pendidikan anggota keluarga. Dalam memaksimumkan kepuasannya rumahtangga dihadapkan pada berbagai kendala. Kendala yang dihadapi rumahtangga adalah : 1. Kendala produksi dirumuskan dalam persamaan berikut : Q = Q (D,A,KP,K)...(4) dimana : Q D A KP = Produksi = Penggunaan tenaga kerja = Jumlah faktor produksi lainnya = Karakteristik proses produksi Persamaan (4) merupakan fungsi produksi, yang ditentukan oleh penggunaan tenaga kerja, penggunaan faktor produksi lainnya dan karakteristik proses produksi. Karakteristik proses produksi adalah ciri-ciri spesifik yang berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Tentu saja ciri-ciri spesifik tersebut berbeda-beda

25 60 pada setiap kondisi wilayah tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah kualitas sumberdaya manusia dan pengalaman. 2. Kendala ketersediaan waktu anggota rumahtangga dirumuskan dalam persamaan berikut : T = X L + D h + T I...(5) dimana : T D h X L T I = Total ketersediaan tenaga kerja = Total input tenaga kerja rumahtangga = Waktu senggang = Waktu kegiatan investasi sumberdaya manusia Rumahtangga petani akan mengalokasikan waktu yang dimiliki. Ketersediaan waktu keluarga dapat digunakan untuk kegiatan usahatani, untuk istirahat (senggang) dan waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengembangan sumberdaya manusia yaitu sekolah, mengikuti pelatihan dan kegiatan upaya menjaga kesehatan. 3. Kendala pendapatan dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut : P m X m = P h (Q-X h )-W(D-D h ) P I.I...(6) dimana : P m X m P h X h = Harga barang dan jasa yang dibeli di pasar = Konsumsi barang dan jasa yang dibeli di pasar = Harga barang yang dihasilkan oleh rumahtangga = Konsumsi hasil usahatani

26 61 (Q-X h ) = Surplus produksi untuk dipasarkan W = Upah tenaga kerja P I = Biaya investasi sumberdaya manusia Kendala-kendala yang dihadapi rumahtangga tersebut dapat disatukan dengan mensubstitusi kendala produksi dan kendala waktu ke dalam kendala pendapatan, sehingga akan menghasilkan bentuk kendala tunggal yaitu : P m X m + P h X h + WX L + P I I = WT + π...(7) dimana : π = P h Q (D,A,CP,K) WD...(8) Persamaan (7) menunjukkan bahwa sisi kiri merupakan pengeluaran total rumahtangga untuk barang X m, X h, X L (waktu senggang) dan I (investasi sumberdaya manusia) yang dikonsumsi. Sedangkan sisi kanan adalah pengembangan dari konsep pendapatan penuh Becker (1965), nilai waktu yang tersedia dicatat secara eksplisit. Selain itu pengembangan yang dilakukan adalah memasukkan pengukuran keuntungan {P h.q(d,a,cp,k) - WD}. Semua tenaga kerja dihitung berdasar upah pasar, maka diperoleh suatu persamaan sebagai berikut : P m X m + P h X h + WX L + P I I = Y*...(9) Dimana Y* adalah pendapatan penuh pada saat keuntungan maksimum.

27 62 Selanjutnya fungsi Lagrangian rumahtangga yang dapat memaksimumkan fungsi utilitas dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada adalah : Max U = U (X m,x h,x L,I) λ (P m X m - P h X h - WX L - P I.I- Y*)...(10) Dimana λ adalah pengganda Lagrangian. Syarat pertama yang harus dipenuhi agar fungsi Lagrangian tersebut maksimal adalah turunan pertama fungsi tersebut harus sama dengan nol. Turunan parsial fungsi tersebut adalah : U/ X m = λp m...(11) U/ X h = λp h...(12) U/ X L = λw...(13) U/ I = λp I...(14) P m X m - P h X h - WX L -P I.I = Y*...(15) Secara umum investasi sumberdaya manusia yang mencakup investasi pendidikan, investasi pelatihan dan investasi kesehatan merupakan fungsi permintaan. Data yang digunakan dalam penelitian adalah cross section, sehingga yang terjadi dalam analisis tidak dapat menangkap variasi harga yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, maka model diperluas dengan tidak terlepas dari teori dasar rumahtangga. Fungsi permintaan diperluas menjadi permintaan yang dipengaruhi oleh harga, pendapatan dan faktor lainnya yaitu karakteristik rumahtangga. Karakteristik rumahtangga tersebut adalah motivasi dan tingkat pendidikan formal petani sebagai kepala keluarga, ukuran keluarga, jumlah

28 63 tabungan rumahtangga, pandangan anggota rumahtangga terhadap investasi sumberdaya manusia dan hubungan rumahtangga dengan lembaga terkait. Solusi dari persamaan (9) sampai dengan (15) menghasilkan permintaan barang X i sebagai berikut : X i = X i (P m, P h, W, P I, Y* / A)...(16) Dimana i adalah X m, X h, X L dan I. Dari persamaan (16) permintaan X m, X h, X L dan I tergantung pada harga, pendapatan dan karakteristik rumahtangga A. Dengan diketahuinya fungsi permintaan rumahtangga tersebut, dapat juga dirumuskan fungsi penawaran tenaga kerja rumahtangga untuk kegiatan usahatani dan luar usahatani. Penawaran tenaga kerja merupakan total tenaga kerja dikurangi waktu senggang (X L ). Dengan demikian fungsi penawaran tenaga kerja keluarga merupakan fungsi dari faktor-faktor yang sama dengan fungsi permintaan waktu senggang pada persamaan (16), sehingga fungsi penawaran tenaga kerja keluarga adalah : S t = S t (P m, P h, W, P I, Y* / A)...(17) (Untuk t = c, d) Dimana c menyatakan tenaga kerja keluarga di usahatani, sedangkan d menyatakan tenaga kerja keluarga di luar usahatani. Untuk kasus dalam penelitian ini, pendapatan ditentukan oleh aktivitas produksi rumahtangga dan kegiatan investasi sumberdaya manusia. Selanjutnya hasil dari investasi sumberdaya manusia yang berupa kualitas sumberdaya manusia akan mempengaruhi perilaku produksi, pendapatan dan konsumsi.

29 Peran Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam Peningkatan Pendapatan Rumahtangga Petani Salah satu sumber kemajuan ekonomi yang sangat penting adalah modal manusia (human capital), karena pengetahuan yang melekat pada sumberdaya manusia adalah dasar untuk meningkatkan faktor produktivitas total. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan upaya manusia untuk memberdayakan rumahtangga petani dalam rangka meningkatkan pendapatan rumahtangga petani, sehingga dapat memberikan dampak sosial pada rumahtangganya dan masyarakat. Analisis faktor produksi yang biasa dilakukan seperti input, tenaga kerja, modal, teknologi dan aspek manajerial selalu berkaitan dengan kualitas faktor produksi termasuk kualitas tenaga kerja. Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja ini pendidikan dan pelatihan merupakan sarana utama untuk mempercepat pembentukan tenaga kerja yang berkualitas. Fenomena yang terjadi bahwa rendahnya produktivitas lahan disebabkan oleh keterbatasan teknologi, informasi, sumberdaya input, kepemilikan lahan, modal, infrastruktur dan rendahnya kemampuan petani serta lemahnya kondisi kelembagaan. Dengan kepemilikan lahan yang sempit, petani hanya dapat memperoleh penghasilan sesuai potensi lahan yang dimiliki, kecuali menggunakan teknologi baru atau melakukan diversifikasi usaha pada lahannya. Demikian pula alokasi sumberdaya input yang lain, seperti penggunaan pupuk, obat, peralatan pertanian, ini memerlukan modal dan pengetahuan dalam penggunaan input yang tepat. Sementara kondisi petani tidak memiliki modal yang cukup, pendapatan yang diperoleh hanya untuk kebutuhan dasar saja, sehingga petani menghadapi

30 65 hambatan untuk meningkatkan produktivitas lahannya. Dengan pengetahuan dan modal terbatas, petani juga menghadapi kendala untuk mengakses informasi dan teknologi yang ada. Walaupun petani mengetahui bahwa informasi dan teknologi baru sangat diperlukan, tetapi kalau untuk mendapatkan teknologi tersebut mengalami hambatan, maka keinginan petani untuk memperoleh teknologi tersebut akan menurun. Untuk meningkatkan kualitas petani yang mampu mengelola rumahtangganya dengan baik, mengelola usaha keluarga sebagai sumber pendapatan keluarga, diperlukan adanya pengembangan sumberdaya manusia yang merupakan investasi dalam bentuk pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Investasi sumberdaya manusia yang dilakukan dalam rumahtangga petani ini bisa berasal dari berbagai sumber baik inisiatif dan pembiayaannya berasal dari rumahtangga sendiri (mandiri). Ataupun dari pihak lain seperti instansi pemerintah atau instansi lain yang peduli terhadap pengembangan sumberdaya manusia di tingkat rumahtangga petani. Untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia diperlukan suatu korbanan yang tidak mudah. Berupa korbanan yang berasal dari dalam diri petani sendiri dan yang berasal dari luar petani. Kegiatan pengembangan sumberdaya manusia dalam rumahtangga petani dapat dilakukan dengan baik, tentu harus ada kemauan petani dan anggota keluarganya. Semua ini tergantung dari pemahaman petani dan keluarganya terhadap pengembangan sumberdaya manusia yang dapat dilakukan pada tingkat rumahtangga petani. Apakah kegiatan tersebut bermanfaat dan dapat memberikan manfaat bagi rumahtangga petani baik sebagai produsen maupun konsumen.

31 66 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan rumahtangga petani untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia terbagi dalam dua kelompok yaitu faktor ciri pribadi petani sebagai kepala keluarga yaitu motivasi petani, tingkat pendidikan formal petani, total anggota keluarga. Dan faktor lain sebagai karakteristik rumahtangga petani adalah pendapatan rumahtangga, jumlah tabungan rumahtangga, pandangan anggota rumahtangga terhadap investasi sumberdaya manusia dan hubungan anggota rumahtangga dengan lembaga terkait. Pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam rumahtangga petani. Pendidikan yang sudah dimiliki petani sejak lama dan investasi pendidikan yang saat ini sedang dilakukan akan bermanfaat bagi rumahtangga petani. Anggota rumahtangga mempunyai pengetahuan dan keahlian yang disiapkan untuk menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas. Seperti dikatakan Mantra (1986) pendidikan formal ini dapat menciptakan tenaga terdidik kaitannya dengan tenaga kerja yang berkualitas. Apabila tenaga kerja tersebut bekerja pada kegiatan yang sesuai, maka akan memperoleh manfaat pendidikan yang telah dilakukan. Bentuk pengembangan sumberdaya manusia yang lain adalah pelatihan. Huffman (1999) menyatakan bahwa pelatihan sangat diperlukan untuk menunjang pendidikan formal yang sudah dimiliki petani dan keluarganya. Pendidikan tersebut belum cukup untuk meningkatkan keterampilan petani dalam melakukan pekerjaannya, artinya belum dapat diaplikasikan dalam kehidupan kerja. Bentuk investasi yang lain adalah kesehatan, yang merupakan investasi yang sangat dibutuhkan, yaitu kegiatan yang dialokasikan untuk upaya menjaga kesehatan anggota rumahtangga petani.

32 67 Pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan pengembangan sumberdaya manusia diharapkan dapat diaplikasikan secara langsung oleh petani dan keluarganya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk penerapan ini petani juga menghadapi berbagai hambatan. Dan muncul beberapa pertanyaan apakah pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan kegiatan yang dilakukan petani, apakah sesuai dengan kondisi lingkungan fisik dan sosial, apakah untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut diperlukan dana. Beberapa pertanyaan tersebut merupakan pertimbangan yang digunakan petani membuat keputusan untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia dalam rumahtangga petani. Semua upaya pengembangan sumberdaya manusia mempunyai tujuan dapat meningkatkan produktivitas kerja petani. Seperti dinyatakan Tyler (1977) dan Simanjuntak (1985) bahwa pendekatan pengembangan sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan akan meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja dan berkorelasi positif dengan peningkatan pendapatan. Setelah petani dan keluarganya mendapatkan pendidikan, pelatihan dan dalam kondisi sehat, diharapkan pengetahuan yang diperoleh bermanfaat bagi rumahtangga. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu petani akan menerapkan pengetahuan yang diperoleh atau tidak memanfaatkan, karena rumahtangga mempunyai berbagai pertimbangan untuk memutuskannya. Apapun yang akan dilakukan petani akan mempengaruhi produktivitas kerja dan kegiatan usaha yang dilakukan rumahtangga. Banyak yang menganggap bahwa keterbatasan modal merupakan kendala utama dalam rumahtangga petani. Dengan modal terbatas, petani tidak dapat melakukan usahatani maupun usaha di luar usahatani secara optimal.

33 68 Rumahtangga tidak mengalokasikan dana pada kegiatan pengembangan sumberdaya manusia, karena kegiatan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Rumahtangga petani lebih memprioritaskan pengeluaran untuk konsumsi kebutuhan pokok. Kendala lain yang dihadapi adalah kondisi infrastruktur yang masih lemah, seperti misalnya kondisi transportasi. Kondisi transportasi jalan dan alat transportasi menyebabkan petani menghadapi kendala. Untuk mencapai tempat penyediaan faktor produksi ataupun tempat penjualan hasil pertanian, petani mengalami kesulitan, sehingga sering terjadi petani menjual produknya kepada para tengkulak di lokasi tempat tinggal atau lokasi panen dengan harga di bawah harga pasar dan ini sangat merugikan petani. Hal ini bisa terjadi karena kondisi kelembagaan yang masih lemah. Lembaga yang ada di sekitar petani banyak yang beroperasi tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Kelompok tani yang seharusnya dapat bersatu untuk memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan faktor produksi sering kurang dilakukan. Kondisi yang demikian diduga penyebabnya adalah pada kualitas sumberdaya manusia dalam rumahtangga dan kelembagaannya. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki topografi yang beragam, ada wilayah yang datar dan ada wilayah yang berupa pantai serta pegunungan. Antara wilayah pantai dan pegunungan berbeda secara fisik. Topografi wilayah pantai relatif datar, sehingga aksesibilitas transportasi menuju ke wilayah pantai ini relatif mudah. Begitu juga didukung oleh fasilitas infrastruktur fisik dan sosial yang memadai. Sedangkan wilayah pegunungan berada di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan air laut. Topografi wilayah pegunungan curam dan berbukit, aksesibilitas transportasi relatif lebih sulit dan infrastruktur fisik kurang

34 69 memadai. Yang dimaksud infrastruktur fisik adalah fasilitas listrik, air bersih, transportasi dan keberadaan pasar, sedangkan infrastruktur sosial adalah fasilitas layanan kesehatan, layanan pendidikan dan aktivitas kelompok-kelompok informal. Berdasar agroekologi ini, maka perbedaan wilayah pantai dan pegunungan menyebabkan nilai sosial budaya dan nilai manfaat ekonomi juga berbeda, sehingga peluang ekonomi antara dua wilayah tersebut juga berbeda (Harniati, 2007). Interaksi manusia dan biofisik yang beragam kondisinya ini memberikan bentuk aktivitas sosial, ekonomi dan budaya yang beragam pula. Interaksi tersebut menjadi penting karena sebagian besar penduduk menggantungkan sumber penghidupannya pada ketersediaan lingkungan biofisiknya. Hal ini mengakibatkan sumber mata pencaharian penduduk di masing-masing wilayah akan berbeda yang akhirnya terjadi perbedaan pendapatan, pengeluaran dan perilaku konsumsi masyarakatnya. Aktivitas ekonomi masyarakat akan tergantung pada biofisik wilayah, kondisi sumberdaya manusia, modal yang dimiliki, infrastruktur fisik dan sosial. Dan ini akan berkaitan dengan aspek pendapatan dan pengeluaran yang sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, usia, tingkat pendidikan, keterampilan dan kondisi kesehatan. Kondisi fisik yang berbeda antar lokasi menyebabkan kondisi sosial ekonomi berbeda pula seperti penelitian yang dilakukan oleh Parikesit (1998), Weir (2000) dan Suandi (2007). Ditinjau dari sisi wilayah ini dengan adanya perbedaan topografi, iklim, ketinggian tempat akan menyebabkan perbedaan perilaku sosial masyarakat di sekitarnya. Dengan adanya interaksi antara proses ekologi dan faktor-faktor sosial ekonomi seperti adanya perbedaan luas

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA

VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA FaktorFaktor yang Berpengaruh terhadap Keputusan Rumahtangga Petani Untuk Melakukan Pengembangan Sumberdaya Manusia Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan

III. KERANGKA TEORI. Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk. memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Konseptual Integrasi usaha sapi pada kawasan persawahan bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah dalam rangka mempertahankan kesuburan lahan melalui siklus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program pemberdayaan petani. Secara purposive dipilih satu provinsi di Jawa yaitu Daerah Istimewa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Model Peluang Kerja Suami dan Istri di luar Sektor Perikanan Secara teoritis, setiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu. Hal tersebut dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pemanfaatan potensi perikanan laut di Sulawesi Tengah belum optimal dikarenakan sebagian besar pola usaha nelayan masih berskala kecil, bersifat tradisional

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Ekonomi Rumahtangga Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu konsep yang fleksibel. Konsep rumahtangga ini menyangkut bagian keluarga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

VI. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHTANGGA PETANI. sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai

VI. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHTANGGA PETANI. sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai VI. PENGEMANGAN SUMERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHANGGA PEANI Pengembangan sumberdaya manusia merupakan investasi di bidang sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai tujuan untuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi, disintesakan (dirangkum), dibatasi, dan ditetapkan menjadi tiga pokok permasalahan (faktor),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Studi-studi ekonomi rumahtangga yang dilakukan secara simultan pada umumnya menggunakan kerangka pemikiran model ekonomi rumahtangga yang dirumuskan oleh Becker (1965) yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Produksi Produksi merupakan sebuah proses menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi KTSP & K-13 Kelas X ekonomi TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk

KERANGKA PEMIKIRAN. diduga disebabkan oleh rendahnya tingkat kepemilikan modal petani untuk 43 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini didasari adanya anggapan bahwa rendahnya produktivitas yang dicapai petani tomat dan kentang diduga

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN 8.1. Beberapa Konsep Dasar Ekonomi Lahan Lahan mempunyai tempat yang khusus dalam kelompok sumber daya, karena lahan diperlukan dalam semua aspek kehidupan manusia dan lahan juga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG Aladin Nasution*) Abstrak Secara umum tingkat pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi suatu rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh: Martha Hindriyani 10/299040/EK/17980 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU KONSUMEN (Pendekatan Kardinal) 2 Pengertian dasar Perilaku konsumen dianalisa untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri 56 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pada tataran konsep, Nakajima (1986) memandang pertanian sebagai industri menjadi tiga katagori utama, yaitu (1) karaktersistik teknologi produksi pertanian, (2) karakteristik

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercennin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

STRUKTUR UPAH [OPISSEN YUDISYUS ESDM ILMU EKONOMI]

STRUKTUR UPAH [OPISSEN YUDISYUS ESDM ILMU EKONOMI] STRUKTUR UPAH Ketimpangan upah mencerminkan dua "fundamental" dari pasar tenaga kerja. Pertama, terdapat perbedaan produktivitas di kalangan pekerja. Semakin besar perbedaan produktivitas, semakin merata

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Asumsi dalam Model Utilitas Kardinal Kepuasan konsumen pada suatu barang dapat diukur dengan satuan uang. Konsumen berusaha memaksimumkan kepuasan total. MUx

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN Lecture note : Tatiek Koerniawati Karakteristik Harga Sangat dipengaruhi karakteristik alamiahnya Ada time lag dalam produksi on farm Gap antara pengambilan keputusan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 GARIS-GARIS BESAR

Lebih terperinci

III. KERANGKA KONSEPTUAL. Keputusan ekonomi nelayan untuk memilih penggunaan alat tangkap legal

III. KERANGKA KONSEPTUAL. Keputusan ekonomi nelayan untuk memilih penggunaan alat tangkap legal III. KERANGKA KONSEPTUAL Keputusan ekonomi nelayan untuk memilih penggunaan alat tangkap legal dan illegal perlu dikonseptualisasikan. Kerangka konseptual memberikan abstraksi mengenai kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk terbesar di dunia. Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan secara nasional di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Untuk menjawab tujuan penelitian ini telah dilakukan analisis perilaku rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkspektif ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam. Pertemuan ke 4

Perkspektif ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam. Pertemuan ke 4 Perkspektif ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam Pertemuan ke 4 Pandangan ekonom Sumberdaya menurut Adam Smith dalam Wealth of Nation (1776): seluruh faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK Penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Review Bab 1-6 Fakultas 7FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Masalah Ekonomi dan Kebutuhan Membuat Pilihan Kelangkaan (scarcity)

Lebih terperinci

SUMBERDAYA PERTANIAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

SUMBERDAYA PERTANIAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. SUMBERDAYA PERTANIAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. MATERI PEMBELAJARAN 1 PENDAHULUAN 2 SUMBERDAYA ALAM 3 SUMBERDAYA MANUSIA 4 SUMBERDAYA MODAL PENDAHULUAN DEFINISI SUMBERDAYA: Kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pertumbuhan Ekonomi a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan produk nasional (GNP) karena ada peningkatan kuantitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang atau membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci