Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

PROFIL DINAS KESEHATAN

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN TRIWULAN I

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Juknis Operasional SPM

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 0 TAHUN 0

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

RESUME PROFIL KESEHATAN

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

Transkripsi:

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu sarana penyajian informasi kesehatan yang diharapkan menjadi acuan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan serta pengambil keputusan dibidang kesehatan. Oleh karena itu kualitas Profil Kesehatan selalu diupayakan peningkatannya dari waktu ke waktu dalam hal ketepatan data, ketepatan waktu dan kesesuaian dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Penyusunan Profil Kesehatan ini mencakup kegiatan yang ada di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Pemerintah maupun swasta dan lintas sektor terkait di Kabupaten Malang, yang penyusunannya didasarkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, Indikator dalam Millenium Development Goals (MDGs) dan menambahkan data Derajat Kesehatan Masyarakat serta data lain yang masih diperlukan. Untuk meningkatkan mutu penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Malang berikutnya, kami sangat mengharapkan sumbang saran, tanggapan peran serta dari semua pihak terkait sebagai sumber data, utamanya para pengelola program pembangunan kesehatan di semua tingkatan adimistrasi, sehingga penyusunan akan menjadi lebih baik lagi. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya hingga tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Malang tahun 2015 ini, kami sampaikan penghargaan yang setinggi-tinginya dan kami menyampaikan terima kasih. Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP. 19651228 199803 1 006

Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN x I. PENDAHULUAN 1 II. GAMBARAN UMUM A. KONDISI GEOGRAFIS 4 B. KEPENDUDUKAN 1. Jumlah Penduduk 5 2. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur. 6 3. Sex Ratio 7 4. Kepadatan Penduduk 7 5. Tingkat Fertilitas a. Ratio Ibu Anak 8 b. Angka Kelahiran Total (TFR) 9 C. SOSIAL EKONOMI 1. Tingkat Pendapatan 9 a. PDRB ADHK 2000 9 b. Pendapatan per Kapita ADHK 2000 10 2. Beban Tanggungan 10 3. Tingkat Pendidikan 11 4. Kondisi Kemiskinan 12 III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo) 13 B. ANGKA KEMATIAN 1. Angka Kematian Bayi (AKB) 15 2. Angka Kematian Balita (AKABA) 18 3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) 19 4. Angka Kecelakaan Lalu Lintas 21 C. ANGKA KESAKITAN 1. Acute Flaccid Paralysis ( AFP) 22 2. Penyakit TB Paru 24 3. Penyakit ISPA 28 4. Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS 30 5. Penyakit Demam Berdarah (DBD) 34 6. Penyakit Diare 37 7. Penyakit Malaria 40 8. Penyakit Kusta 42 9. Penyakit Filaria 44 10. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 46 iii

IV. D. KEADAAN STATUS GIZI 1. Bayi dengan BBLR 47 2. Status Gizi Balita 48 3. Kecamatan Bebas Rawan Gizi 50 SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan Ibu Hamil dan Ibu Bersalin... 53 2. Pelayanan Kesehatan Bayi.. 58 3. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Anak Sekolah Dan Remaja. 61 4. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila 62 5. Pelayanan Keluarga Berencana 63 6. Pelayanan Imunisasi. 65 7. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut.. 67 8. Pelayanan Kesehatan Kerja 69 9. Upaya Penyuluhan Kesehatan... 69 B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Ibu hamil Mendapat Tablet Fe 70 2. Balita mendapat Kapsul Vitamin A... 71 3. Keluarga Dengan Garam Beryodium baik... 73 4. balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan... 75 C. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) 1. Desa/ kelurahan KLB Ditangani < 24 Jam... 76 2. Jenis KLB... 76 D. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT... 78 E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Pemanfaatan Puskesmas 80 2. Pemanfaatan Rumah Sakit 82 3. Sarana Kesehatan dengan Kemapuan Gawat Darurat 89 4. Sarana Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan 90 5. RS dengan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar 90 6. Ketersediaan Obat 91 F. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Rumah Tangga ber PHBS 91 2. Bayi mendapat ASI Eksklusif 92 G. KEADAAN LINGKUNGAN 1. Rumah Sehat 94 2. Keluarga Memiliki Akses Air Bersih 96 3. Keluarga Memiliki Akses Sanitasi Layak 98 4. Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat 99 5. Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Higiene Sanitasi... 100 6. Rumah Bebas Jentik Nyamuk Aedes.. 101 iv

V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN 103 B. TENAGA KESEHATAN 107 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN 111 D. MANAJEMEN KESEHATAN 112 VI. KESIMPULAN 114 VII. PENUTUP 116 DAFTAR PUSTAKA 117 LAMPIRAN-LAMPIRAN v

TABEL JUDUL TABEL Halaman 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 Hasil Kegiatan Program P2 Tuberculosis di Kabupaten Malang.................. Penyakit ISPA di Kabupaten Malang..... Penyakit PMS dan HIV/ AIDS di Kabupaten Malang......................... Perkembangan Penyakit Demam Berdarah di Kabupaten Malang................ Hasil Kegiatan Program P2 Malaria di Kabupaten Malang................. Hasil Kegiatan Program Penanggulangan Kusta di Kabupaten Malang............ Persentase Cakupan Imunisasi Dasar pada Anak Umur 12-59 Bulan.............. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A di Kabupaten Malang Tahun 2011-2014..... Kasus Kejadian Luar Biasa di Kabupaten Malang.......................... Jumlah Kunjungan ke Puskesmas di Kabupaten Malang.................. Persentase Penduduk Rawat Inap Menurut Tempat Perawatan................. 27 29 34 36 41 43 67 73 78 83 84 vi

GAMBAR JUDUL GAMBAR Halaman 2.1 2.2 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 Piramida Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Malang...... Jenis Pendidikan yang Diperoleh Penduduk Kabupaten Malang......... Umur Harapan Hidup Menurut BPS di Jawa Timur dan Kab. Malang 2007-2014.... Angka Kematian Bayi Menurut BPS di Jawa Timur dan Kab. Malang 2007-2012 Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Malang tahun 2009-2014............ Jumlah Kematian Anak Balita di Kabupaten Malang Tahun 2010-2014.... Angka Kematian Ibu di Kabupaten Malang Tahun 2010-2014................. Jenis Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Malang.......... Peta Kasus AFP di Kabupaten Malang Tahun 2014..................... Kasus AFP Berdasar Jenis Kelamin di Kabupaten Malang Tahun 2010-2014.... BTA (+) dan CDR TB di Kabupaten Malang Kasus Pneumonia di Kabupaten Malang.. Angka Notifikasi Rate (CNR) BTA Positif di Kabupaten Malang............... Angka Notifikasi Rate (CNR) pada Semua Kasus TB di Kabupaten Malang........ Kasus Pneumonia Di Kabupaten Malang.. 6 11 14 16 17 19 20 22 23 24 26 26 27 29 vii

GAMBAR JUDUL GAMBAR Halaman 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21 3.22 3.23 3.24 3.25 4.1 4.2 Kasus HIV/ AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Malang........ Kasus HIV/ AIDS di Kabupaten Malang s/d Tahun 2014..................... Peta CFR DBD di Kabupaten Malang.... Perbandingan IR dan CFR DBD di Kabupaten Malang................ Perkembangan Kasus Diare per Bulan di Kabupaten Malang Tahun 2012-2014.... Proporsi Kasus Diare Balita Semua Umur Penemuan Kasus Malaria........... Prevalensi rate (PR) dan Case Detection Rate (CDR) Di Kabupaten Malang....... Case Detection Rate (CDR) Per Puskesmas Sebaran Penemuan Penderita Filariasis di Kabupaten Malang................. Perkembangan Kasus Gizi Buruk dan Gizi Kurang di Kabupaten Malang......... Perkembangan Kecamatan Bebas Rawan Gizi di Kabupaten Malang............ Peta Kecamatan Bebas Rawan Gizi..... Cakupan Ki dan K4 di Kabupaten Malang Tahun 2010-2014................. Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi........... 32 33 36 37 39 39 41 43 44 46 49 51 52 54 64 viii

GAMBAR JUDUL GAMBAR Halaman 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 5.1 Peta cakupan UCI Desa di Kabupaten Malang Tahun 2013................ Perkembangan Cakupan Pemberian Tablet Fe di Kabupaten Malang............ Jumlah Kejadian KLB Keracunan Makanan dan Minuman di Kabupaten Malang..... Cakupan Jaminan Kesehatan Pra Bayar.. Tingkat Pemanfaatan Puskesmas...... Tingkat Pemanfaatan Rumah Sakit..... Cakupan Bayi Mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Malang................ Perkembangan Jumlah Rumah Sehat di Kabupaten Malang................. Pemeriksaan Akses Berkelanjutan Air Minum Layak di Kab. Malang......... Pemeriksaan Rumah/ Bangunan Bebas Jentik di Kabupaten Malang.......... Perkembangan Jumlah Posyandu di Kabupaten Malang................. 66 71 77 80 82 85 94 95 97 102 106 ix

{TABEL JUDUL LAMPIRAN TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Luas Wilayah, Jumlah Desa/ Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur Kasus Baru TB BTA+ Seluruh Kasus TB, Kasus pada TB Anak dan Case Notification Rate (CNR) per 100.000 Penduduk Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin Angka Kesembuhan Dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kasus HIV, AIDS, Dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun Dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kasus Dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/ Jenis Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kasus AFP (Non Polio) x

TABEL JUDUL LAMPIRAN TABEL 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3i) Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3i) Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin Pengukuran Tekanan Darah Menurut Jenis Kelamin Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode Iva dan Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/ Kelurahan Yang Ditangani < 24 Jam Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Jumlah Dan Persentase Komplikasi Kebidanan Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Jumlah Peserta KB Baru Dan KB Aktif Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin Jumlah Bayi Yang Diberi Asi Eksklusif Menurut Jenis Kelamin Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin Cakupan Desa/Kelurahan UCI xi

TABEL JUDUL LAMPIRAN TABEL 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin Cakupan Imunisasi DPT-HB/ DPT-HB-Hib, Polio, Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, dan kunjungan gangguan jiwa di sarana pelayanan kes Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Persentase Rumah Sehat Menurut Puskesmas Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan xii

TABEL JUDUL LAMPIRAN TABEL 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak Menurut Jenis Jamban Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Persentase Tempat Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik Presentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar ) Level I Jumlah Posyandu Menurut Strata Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keterapian fisik Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Non Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Anggaran Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2014 xiii

TABEL JUDUL LAMPIRAN TAMBAHAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indikator Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Penyakit Terbanyak Puskesmas Rawat Inap 10 (Sepuluh) Penyakit Terbesar Pada Rawat Jalan Di Puskesmas Persentase Keluarga Yang Menggunakan Garam Beryodium Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas Dan Rasio Korban Luka Dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Persentase Pelayanan Kesehatan Kerja Pada Pekerja Formal Persentase Rumah/ Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Persentase Penulisan Resep Obat Generik Tingkat Puskesmas Dokumen Renstra, Profil, Laporan Tahunan, Lakip, RUK dan RPK Bidang Kesehatan xiv

xv

xvi

BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan kesehatan Kabupaten Malang yaitu TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN MALANG SEHAT YANG BERKEADILAN DAN MANDIRI, maka Tahun 2015 Dinas Kesehatan berupaya menata kembali kualitas dari Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten yang selanjutnya akan sangat menentukan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, penataan kembali dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten merupakan sesuatu yang sangat penting. Bila hal ini gagal dilakukan, maka Sistem Informasi Kesehatan Nasional pun tidak akan dapat memberikan indikator-indikator yang benar tentang tercapai atau tidaknya pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dan Millennium Development Goals (MDGs) 2015. Selain untuk kepentingan Nasional, penataan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten juga sangat penting artinya bagi Kabupaten sendiri. Yakni sebagai sarana penyedia indikatorindikator yang menunjukkan tercapai atau tidaknya Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Malang. Lebih lanjut, Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten adalah tulang punggung bagi pelaksanaan Pembangunan Daerah berwawasan kesehatan di Kabupaten. Sistem ini diharapkan dapat menyediakan data dan informasi sebagai landasan pengembangan sumber daya, dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain, Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten harus dapat memberikan kepada para penentu kebijakan di Kabupaten sebagai bukti-bukti untuk dapat dilakukannya pengambilan keputusan berlandaskan fakta. 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 1

Salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten adalah Profil Kesehatan Kabupaten, yang pada tahun 2015 berdasarkan pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, Millennium Development Goals (MDG s) 2015 dan Derajat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Malang serta tabel tabel dari pusat/ propinsi yang diringkas sedemikian rupa sehingga tidak ada duplikasi data antar tabel, namun demikian tidak mengurangi data yang akan diperlukan oleh propinsi maupun pusat. Selain itu penyusunan profil kesehatan tahun 2015 menyajikan data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin, dengan tersedianya data kesehatan yang responsive gender diharapkan dapat mengidentifikasi ada tidaknya serta besaran kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam pembangunan bidang kesehatan. Profil Kesehatan Kabupaten yang telah terbit sekali setiap tahun dapat digunakan sebagai sarana penyedia data dan informasi dalam rangka evaluasi tahunan kegiatan-kegiatan dan pemantauan pencapaian Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Malang. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 ini terdiri dari 7 (tujuh) bab, yaitu : Bab I. Pendahuluan Bab ini menyajikan acuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Malang tahun 2015 (Berdasar data Tahun 2014) ini beserta sistimatika penyajiannya. Bab II. Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Malang yaitu: keadaan geografis, kependudukan dan sosial ekonomi. 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2

Bab III. Situasi Derajat Kesehatan Bab ini menguraikan situasi derajat kesehatan antara lain: umur harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan keadaan status gizi. Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan Bab ini berisi uraian situasi upaya kesehatan yang berupa pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat dan keadaan lingkungan. Bab V. Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menyajikan situasi sumber daya kesehatan di Kabupaten Malang berupa sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan manajemen kesehatan. Bab VI. Kesimpulan Bab ini menguraikan proses pengumpulan data dan hambatan yang dijumpai selama penyusunan Profil Kesehatan. Bab VII. Penutup 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 3

BAB II GAMBARAN UMUM A. KONDISI GEOGRAFIS Luas Kabupaten Malang adalah 3.238,27 km2 yang terletak antara 112 17 10.90 sampai dengan 122 57 00 Bujur Timur dan 7 44 55.11 sampai 8 26 35.45 Lintang Selatan. Posisi Kabupaten Malang terletak pada ketinggian 250-500 meter diatas permukaan laut, dengan kondisi daerah perlembahan atadataran rendah, sedangkan daerah dataran tinggi pada ketinggian antara 500-3.600 meter diatas permukaan laut yang terdapat di daerah Malang Selatan, Lereng Pegunungan Tengger, Gunung Semeru dan sekitar Lereng Gunung Kawi dan Gunung Arjuno. Adapun batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri Sebelah Utara : Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Pasuruan Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sedangkan di bagian tengah wilayah Kabupaten Malang dibatasi oleh Kota Malang dan Kota Batu. Wilayah Administrasi Kabupaten Malang terdiri dari: Jumlah kecamatan : 33 kecamatan Jumlah desa/kelurahan : 378 desa/ 12 kelurahan Rukun Warga : 3.125 RW Rukun Tetangga : 14.352 RT 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 4

B. KEPENDUDUKAN Penduduk mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu wilayah. Karena itu perhatian terhadap penduduk tidak hanya dari sisi jumlah tetapi juga dari sisi kualitas. Penduduk yang berkualitas merupakan modal bagi pembangunan dan diharapkan dapat mengatasi berbagai akibat dari dinamika penduduk. Data kependudukan merupakan salah satu informasi yang sangat penting dan mempunyai arti strategis dalam pembangunan khususnya di bidang kesehatan, karena hampir semua sasaran program kesehatan adalah masyarakat atau penduduk, baik sejak dari kandungan sampai dengan usia lanjut. Selanjutnya data kependudukan diperlukan dalam proses perencanaan sampai dengan tahap evaluasi hasil pembangunan. Beberapa masalah kependudukan dalam bidang kesehatan yang perlu diperhatikan meliputi jumlah penduduk, angka kelahiran kasar, tingkat fertilitas, kepadatan, distribusi menurut umur dan lain-lain. 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Proyeksi Penduduk oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kabupaten Malang tahun 2014 sebanyak 2.524.863 jiwa, yang terdiri dari : Laki-laki : 1.266.915 jiwa Perempuan : 1.257.948 jiwa 2. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 5

Kelompok Umur Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kabupaten Malang tahun 2014 menurut BPS Kabupaten Malang (Proyeksi Penduduk Kabupaten Malang tahun 2011 2020 berdasarkan Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 di Kabupaten Malang), adalah 50,18 persen laki-laki dan 49,82 persen perempuan, ini menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Komposisi ini hampir sama dengan hasil SUSENAS Tahun 2007 yang diterbitkan pada akhir tahun 2008 oleh BPS Propinsi Jawa Timur, bahwa jumlah penduduk lakilaki lebih banyak dari pada perempuan (Laki-laki 50,07% dan Perempuan 49,93%). GAMBAR 2.1 PIRAMIDA PENDUDUK MENURUT UMUR DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 65-69 55-59 45-49 35-39 25-29 15-19 5-9 0-1 150000 100000 50000 0 50000 100000 150000 Jumlah Perempuan Jumlah Laki-Laki Sumber : BPS Kab. Malang (Proyeksi Penduduk Kab. M alang tahun 2011-2020) Apabila diperhatikan komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, sekitar 68,64 persen 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 6

penduduk Kabupaten Malang termasuk usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun), dan sekitar 31,36 persen termasuk dalam kelompok usia non produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Data terinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2. 3. Sex Ratio (Rasio Jenis Kelamin) Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Sex ratio untuk keseluruhan Kabupaten Malang adalah 100,71 yang berarti terdapat 101 laki-laki di antara 100 perempuan. 4. Kepadatan Penduduk Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 3.238,27 Km2, seiring dengan perkembangan dan mobilitas penduduk yang tinggi dan diikuti pula dengan pertambahan jumlah penduduk yaitu sebanyak 2.487.120 jiwa pada tahun 2012, dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,08%, tahun 2013 meningkat sebanyak 2.506.102 dan tahun 2014 meningkat sebanyak 2.524.863 (Hasil proyeksi Penduduk oleh BPS). Rata-rata kepadatan penduduk tahun 2013 sebesar 773,90 jiwa/km2, meningkat sebesar 779,69 tahun 2014 dengan rentang kepadatan terendah di Kecamatan Ampelgading sebesar 227,38 jiwa/km2 dan kepadatan tertinggi di Kecamatan Pakis sebesar 2.607,06 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan sebagian besar di bawah 1.000 jiwa/km2, kecuali Kecamatan 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 7

Tumpang, Pakis, Lawang, Singosari, Karangploso, Dau, Kepanjen, Sumberpucung, Pakisaji, Wagir, Kromengan, Gondanglegi, Bululawang, Tajinan, Turen dan Kecamatan Pagelaran dengan kepadatan penduduk antara 1.005,67-2.607,06 jiwa/km2. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga (KK) seluruhnya tercatat 741.201 KK dengan rata-rata jiwa per KK adalah 3,41 jiwa/kk. Sedangkan jumlah rumah sebesar 702.677 rumah, sehingga tingkat kepadatan penghunian rumah adalah sebesar 3,59 jiwa/ rumah. Data terinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1. 5. Tingkat Fertilitas a. Ratio Ibu Anak Menurut Hasil Proyeksi Penduduk oleh BPS Kabupaten Malang tahun 2014, jumlah anak berusia 0-4 tahun sebanyak 202.067 anak dan jumlah wanita usia reproduksi (usia 15 44 tahun) sebanyak 570.472 orang, sehingga rasio perbandingan ibu dan anak adalah sebesar 2.823 perseribu. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan rasio tahun 2013 yaitu sebesar 2.781 perseribu dan lebih tinggi dari rasio dari perkiraan BPS sebesar 449 perseribu. b. Angka Kelahiran Total (TFR) Angka Kelahiran Total (TFR) di Jawa Timur menurut BPS diperkirakan sebesar 2,1 per 1000 wanita usia subur pada tahun 2010, sedangkan TFR di 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 8

Indonesia turun dari 2,34 pada periode 1996-1999 menjadi 2,07 pada periode 2020-2025. Jumlah kelahiran total sesuai dengan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang (Bidang Pelayanan dan Peningkatan Kesehatan Masyarakat) pada tahun 2010 sebesar 39.453 jiwa, tahun 2011 meningkat sebesar 41.205 jiwa, tahun 2012 turun sebesar 40.855 jiwa, dan tahun 2013 naik sebesar 43.746 jiwa. Sedangkan tahun 2014 turun sebesar 43.507 jiwa, yang terdiri dari lahir hidup sebesar 43.353 jiwa dan lahir mati sebesar 154 jiwa. C. SOSIAL EKONOMI 1. Tingkat Pendapatan a. PDRB ADHK 2000 Pertumbuhan PDRB ADHK 2000 (Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Malang pada 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 13.718.799,10, tahun 2010 meningkat sebesar Rp. 14.578.967,81, tahun 2011 meningkat sebesar Rp. 15.624.096,52, tahun 2012 meningkat sebesar Rp. 16.786.415,78 dan tahun 2013 meningkat sebesar Rp. 17.901.923,01. b. Pendapatan Per Kapita ADHK 2000 2015 Pendapatan per kapita Kabupaten Malang Atas Dasar Harga Konstan 2000 (ADHK 2000) pada 5 (lima) tahun terakhir juga mengalami peningkatan, yaitu pada Profil Kesehatan Kabupaten Malang 9

tahun 2009 sebesar Rp. 12.478.310,99, tahun 2010 meningkat sebesar Rp. 13.260.701,09, tahun 2011 meningkat sebesar Rp. 14.211.326,65, tahun 2012 meningkat sebesar Rp. 15.268.546,10 dan tahun 2013 meningkat sebesar Rp. 16.283.186,37. Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 5,25 persen, tahun 2010 meningkat menjadi 6,27 persen, tahun 2011 meningkat kembali menjadi 7,17 persen, tahun 2012 meningkat kembali menjadi 7,44 persen dan 2013 turun menjadi 6,55 persen. Sedangkan indeks daya beli masyarakat masih harus diperhitungkan terhadap laju inflasi. Perkembangan inflasi di Kabupaten Malang tahun 2009 sebesar 5,37, tahun 2010 sebesar 6,43, tahun 2012 sebesar 6,05 persen dan tahun 2013 meningkat sebesar 7,73 persen. 2. Beban Tanggungan Untuk mengetahui beban tanggungan usia produktif (15 64 tahun) digunakan indikasi Dependency Ratio. Dependency Ratio Kabupaten Malang menurut proyeksi tahun 2009 sebesar 50,57%, tahun 2010 sebesar 50,57% (hasil SP tahun 2010 oleh BPS). Tahun 2012 turun sebesar 45,72%, tahun 2013 naik sebesar 46,72%. Sedangkan tahun 2014 turun sebesar 45,69%, ini berarti bahwa secara hipotesis setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 46 orang penduduk usia tidak produktif dan angka ini lebih rendah dibanding angka Jawa Timur sebesar 50,26 %. Data terinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 2. 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 10

3. Tingkat Pendidikan Kemampuan membaca dan menulis (tulis baca) merupakan ketrampilan minimum yang diperlukan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup sehat dan sejahtera. Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk untuk dapat menyerap informasi. Angka melek huruf dapat digunakan untuk mengukur kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media dan kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis Menurut data BPS Kabupaten Malang, Angka melek huruf menunjukkan peningkatan dari 67,84% tahun 2011 menjadi 69,33% tahun 2014 yang terdiri dari angka melek huruf laki-laki 73,56% dan perempuan 65,09%. Sehingga dengan meningkatnya angka melek huruf diharapkan kemampuan penduduk untuk dapat menyerap informasi terkait kesehatan akan menjadi lebih baik. GAMBAR 2.2 PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN PENDUDUK KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 11

12.421 35.539 38.565 11,068 280.822 117.784 160.273 377.284 202.225 349.854 179.755 370.451 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 Tdk Ada Ijazah SD SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK DI/DII/DIII 150.000 100.000 50.000 - LAKI-LAKI PEREMPUAN Sumber : BPS Kab. Malang Dari gambar dapat diketahui persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah sebagai berikut (1) Tidak memiliki ijazah SD sebanyak 651.272 jiwa (30,67%) untuk laki-laki dan yang perempuan sebanyak 370.451 jiwa (34,91%), (2) SD/MI sebanyak 727.138 jiwa (34,25%), (3) SMP/MTs sebanyak 381.981 jiwa (17,99%), (4) SMA/MA/MA sebanyak 278.057 jiwa (13,10%), (5) DI/DII/DIII sebanyak 44.369 jiwa (2,09%), (6) D4/S1/S2 sebanyak 40.349 jiwa (1,90%). 4. Kondisi Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu isu krusial yang sangat terkait dengan dimensi ekonomi dan cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Menurut Susenas, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan 2015 Makanan dan Garis Kemiskinan Non Makanan. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 12

Menurut Badan Perencanaan Kabupaten Malang jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebanyak 574.479 jiwa, tahun 2010 meningkat sebanyak 707.863, tahun 2011 meningkat sebanyak 618.035 jiwa, tahun 2012 meningkat sebanyak 689.574 jiwa dan tahun 2014 meningkat sebanyak 719.340 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pertambahan tahunnya di Kabupaten Malang. penduduk miskin setiap 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 13

2015 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 14

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo) Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan di Jawa Timur antara lain ditandai oleh semakin menurunnya angka kematian bayi (AKB) dan semakin meningkatnya angka harapan hidup (AHH) penduduk. Penurunan Angka Kematian Bayi secara tidak langsung akan berpengaruh pada kenaikan umur harapan hidup waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan Kenaikan Umur Harapan Hidup pada waktu lahir (Eo), meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Menurut BPS rata-rata Angka Harapan Hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi 73,6 tahun pada periode 2020-2025, sedangkan di Jawa Timur AHH periode 2005 2010 sebesar 70,0 tahun dan naik menjadi 71,9 tahun untuk peride 2010-2015. Estimasi Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo) di Jawa Timur sebesar 63,39 tahun 1993, tahun 1997 meningkat menjadi 65,21 tahun (Bagian Statistik 1990 2000) dan diperkirakan menjadi 66,20 pada tahun 2002 (SDKI 2003). Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Propinsi Jawa Timur tahun 2004 sebesar 67,20 tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 13

Dari Hasil Susenas Jawa Timur 2011-2013 Angka Harapan Hidup (AHH) dari tahun 2011 sampai dengan 2013 di Jawa Timur berkisar antara 69,81 sampai 70,19, dan di Kabupaten Malang berkisar antara 69,10 sampai 69,69. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Angka Harapan Hidup di Kabupaten Malang tahun 2009 sebesar 68,70 tahun, tahun 2011 meningkat sebesar 68,94 tahun, tahun 2012 sebesar 69,75, tahun 2013 sebesar 69,75, dan tahun 2014 sebesar 69,75*). Angka ini sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan angka Umur Harapan Hidup di Jawa Timur sebesar 71,90 tahun. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar berikut. GAMBAR 3.1 UMUR HARAPAN HIDUP MENURUT BPS DI JAWA TIMUR DAN KAB. MALANG TAHUN 2008 2014 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jawa Timur 69,10 69,35 69,58 69,58 71,9 71,90 0,00 Kab. Malang 68,40 68,70 68,94 68,94 69,75 69,75 69,75 Sumber : BPS Prov Jatim Tahun 2014 *) angka sementara Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 14

B. ANGKA KEMATIAN 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Tingkat mortalitas penduduk dari waktu ke waktu dapat memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan penduduk atau sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan. Kematian bayi sangat berkaitan dengan kondisi kehamilan ibu, penolong persalinan dan perawatan bayi baru lahir. Data kematian bayi dapat diperoleh melalui survey, karena kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Berdasarkan estimasi Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Timur dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Kalau pada tahun 1993, AKB sebesar 53 per 1.000 Kelahiran Hidup, maka pada tahun 1997 menurun menjadi 48 per 1.000 Kelahiran Hidup (Bagian Statistik Demografi Berdasarkan Proyeksi Penduduk di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 1990 2000). Menurut BPS, IMR Indonesia akan turun dari 47 pada tahun 1996 menjadi 15 pada tahun 2022, sedangkan menurut target MDGs 2015 kematian bayi sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut sumber dari BPS angka kematian bayi (IMR) dari tahun 2007 sampai dengan 2012 di Jawa Timur berkisar antara 25,85 sampai 32,93 per 1000 kelahiran hidup, dan di Kabupaten Malang Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 15

berkisar antara 30,75 sampai 38,93 per 1000 kelahiran hidup. Secara lengkap dapat dilihat pada gambar 5 sebagai berikut : GAMBAR 3.2 ANGKA KEMATIAN BAYI MENURUT BPS DI JAWA TIMUR DAN KAB. MALANG TAHUN 2007 2012 50 40 30 20 38,93 33,79 33,46 32,10 30,75 32,93 31,58 31,41 29,99 29,24 25,85 10 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Kab. Malang Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa angka kematian bayi menurut BPS di kabupaten Malang cenderung menurun, angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka Jawa Timur. Sedangkan dari Hasil Susenas Jawa Timur 2011-2013 angka kematian bayi (AKB) dari tahun 2011 sampai dengan 2013 di Jawa Timur berkisar antara 27,23 sampai 29,24 per 1000 kelahiran hidup, dan di Kabupaten Malang berkisar antara 29,10 sampai 30,75 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Malang 5 (lima) tahun terakhir menurut laporan puskesmas cenderung fluktuatif dari 154 bayi (4,23 per 1.000 kelahiran hidup) tahun 2009, tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah kematian sebesar 224 bayi (5,69 per 1.000 kelahiran hidup), tahun 2011 terjadi Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 16

penurunan jumlah kematian sebesar 219 bayi (5,34 per 1.000 kelahiran hidup), tahun 2012 terjadi penurunan jumlah kematian sebesar 199 bayi (4,88 per 1.000 kelahiran hidup) dan tahun 2013 terjadi penurunan jumlah kematian sebesar 193 bayi (4,42 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah kematian sebesar 264bayi (6,09 per 1.000 kelahiran hidup). Jumlah kematian bayi dapat dilihat dalam gambar berikut : GAMBAR 3.3 JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2009 2014 300 250 224 219 193 200 264 150 100 50 154 199 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber dari Laporan Puskesmas Sedangkan lahir mati tahun 2009 sebesar 226 (6,75 per 1.000 Kelahiran Hidup) dari jumlah kelahiran 37.700, tahun 2010 terjadi penurunan lahir mati sebesar 72 (1,83 per 1.000 Kelahiran Hidup) dari jumlah kelahiran 39.381, tahun 2011 terjadi penurunan lahir mati sebesar 72 (1,83 per 1.000 Kelahiran Hidup) dari jumlah kelahiran 41.013, tahun 2012 terjadi penurunan lahir mati sebesar 63 (1,54 per 1.000 Kelahiran Hidup) dari jumlah kelahiran Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 17

40.792 dan tahun 2013 terjadi peningkatan lahir mati sebesar 77 (1,76 per 1.000 Kelahiran Hidup). Sedangkan tahun 2014 terjadi peningkatan lahir mati sebesar 154 (3,54 per 1.000 Kelahiran Hidup) dari jumlah kelahiran 43.353. 2. Angka Kematian Anak Balita (AKABA) Angka kematian Anak Balita (1 4 tahun) adalah kematian anak umur 1 4 tahun per 1.000 anak balita. AKABA menggambarkan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti tingkat kesejahteraan sosial dalam arti luas dan tingkat kemiskinan penduduk. Jumlah kematian anak balita di Kabupaten Malang menurut laporan puskesmas tahun 2009 sebanyak 18 anak balita meninggal (0,49 per 1.000 kelahiran hidup), tahun 2010 turun sebanyak 11 anak balita meninggal (0,28 per 1.000 kelahiran hidup), tahun 2011 naik sebanyak 13 anak balita meninggal (0,32 per 1.000 kelahiran hidup) dan tahun 2012 turun sebanyak 4 anak balita meninggal (0,10 per 1.000 kelahiran hidup) dan tahun 2013 meningkat sebanyak 9 anak balita meninggal (0,21 per 1.000 kelahiran hidup). Sedangkan tahun 2014 meningkat sebanyak 10 anak balita meninggal (0,43 per 1.000 kelahiran hidup), selengkapnya disajikan pada Gambar. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 18

GAMBAR 3.4 JUMLAH KEMATIAN ANAK BALITA DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2014 14 12 10 11 13 9 10 8 6 4 4 2 0 Sumber : Laporan Puskesmas 2010 2011 2012 2013 2014 Angka kematian anak balita menurut menurut BPS dan Susenas cenderung menurun dari tahun 1993-2001 yaitu dari 74 64 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan dari data Susenas tahun 2004 diperoleh perkiraan Angka Kematian Anak 1-4 tahun sebesar 18 per 1000 anak berusia 1-4 tahun. 3. Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan, terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Kematian ibu menurut SKRT tahun 1992-1994 cenderung menurun dari 425 menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan berdasar data SDKI 2002 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio (IMR) di Indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 19

Menurut laporan puskesmas di Kabupaten Malang tahun 2001 2008 jumlah kematian ibu berkisar 19 24 ibu, tahun 2009 turun menjadi 20 ibu (54,90 per 100.000 kelahiran hidup, jumlah kematian ibu tahun 2010 meningkat menjadi 32 ibu (81,26 per 100.000 kelahiran hidup), tahun 2011 jumlah kematian ibu turun menjadi 26 ibu (63,39 per 100.000 kelahiran hidup), tahun 2012 jumlah kematian ibu turun menjadi 25 ibu (61,29 per 100.000 kelahiran hidup) dan tahun 2013 jumlah kematian ibu turun menjadi 39 ibu (89,31 per 100.000 kelahiran hidup). Sedangkan tahun 2014 jumlah kematian ibu turun menjadi 27 ibu (62,28 per 100.000 kelahiran hidup) yang terdiri dari ibu hamil sebesar 7 ibu (25,93%), ibu bersalin sebesar 7 ibu (25,93%) dan ibu nifas sebesar 13 ibu (48,14%). Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan di Jawa Timur sebesar 97,40 per 100.000 kelahiran hidup) dan hasil SKRT. Perkembangan AKI dan jumlah kematian ibu disajikan pada gambar berikut : GAMBAR 3.5 JUMLAH KEMATIAN IBU DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Sumber : Laporan Puskesmas 32 26 25 39 27 2010 2011 2012 2013 2014 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 20

4. Angka Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2010 jumlah kecelakaan turun sebanyak 5.138 kali, dengan jumlah korban sebanyak 6.426 jiwa (260,98 jiwa per 100.000 penduduk) dan tahun 2011 jumlah kecelakan turun 4.817 kali dengan jumlah korban sebanyak 5.124 jiwa (290,69 jiwa per 100.000 penduduk). Tahun 2012 jumlah kecelakan turun 4.392 kali dengan jumlah korban sebanyak 4.392 jiwa (179,73 jiwa per 100.000 penduduk), Tahun 2013 jumlah kecelakan meningkat sebesar 4.718 kali dengan jumlah korban sebanyak 4.718 jiwa (189,70 jiwa per 100.000 penduduk). Dari kejadian kecelakaan tersebut menyebabkan terjadinya kematian sebanyak 18 jiwa (0,38%), luka berat sebanyak 493 jiwa (10,45%) dan luka ringan sebanyak 4.207 jiwa (89,17%), Sedangkan Tahun 2014 jumlah kecelakan meningkat sebesar 6.426 kali dengan jumlah korban sebanyak 6.426 jiwa (256,41 jiwa per 100.000 penduduk). Dari kejadian kecelakaan tersebut menyebabkan terjadinya kematian sebanyak 98 jiwa (1,52%), luka berat sebanyak 690 jiwa (10,74%) dan luka ringan sebanyak 5.638 jiwa (87,74%), bila dibandingkan dengan tahun 2012 lebih besar untuk jumlah korban meninggal, jumlah korban dengan luka berat dan lebih besar bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 10 per 100.000 penduduk. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 21

GAMBAR 3.6 JENIS KORBAN AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 Meninggal 0,38% Luka Berat 10,55% Luka Ringan 89,07% Sumber : Laporan Puskesmas C. ANGKA KESAKITAN 1. Angka Acute Flaccid Paralysis ( AFP ) Jumlah kasus AFP non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk usia < 15 tahun di wilayah Kabupaten Malang diperoleh dari laporan W2 puskesmas, yang dilaporkan setiap minggu secara rutin (walaupun zero reporting). Kasus AFP di Kabupaten Malang pada Tahun 2004 2010 cederung fluktuatif yaitu antara 6-19 kasus, namun tahun 2011 kasus AFP yang ditemukan turun sebanyak 17 kasus (1,89 per 100.000 penduduk < 15 Tahun) yang tersebar di 6 Puskesmas (6 kecamatan) yang berbeda, dengan jumlah penderita meninggal sebanyak 2 orang, angka Attack rate 0.02% dan angka CFR sebesar 11,76%. Tahun 2012 kasus AFP yang ditemukan turun sebanyak 9 kasus (1,49 per 100.000 penduduk < 15 Tahun) yang Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 22

tersebar di 8 Puskesmas (8 kecamatan) yang berbeda, dan tidak ada penderita yang meninggal, angka Attack rate 0.001% dan angka CFR sebesar 0%. Tahun 2013 kasus AFP yang ditemukan sebanyak 9 kasus (1,50 per 100.000 penduduk < 15 Tahun) yang tersebar di 7 Puskesmas (6 kecamatan) yang berbeda, dan tidak ada penderita yang meninggal, angka Attack rate dan angka CFR sebesar 0%. Sedangkan tahun 2014 kasus AFP yang ditemukan meningkat sebanyak 13 kasus (2,17 per 100.000 penduduk < 15 Tahun) yang tersebar di 6 Puskesmas (5 kecamatan) yang berbeda, dan tidak ada penderita yang meninggal, angka Attack rate dan angka CFR sebesar 0%, cakupan ini lebih kecil bila dibandingkan dengan target Nasional yaitu 2 per 100.000 penduduk dibawah 15 Tahun. GAMBAR 3.7 PETA KASUS AFP DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Ket : - Hijau : tidak terdapat kasus AFP - Merah : terdapat kasus AFP Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 23

Kasus AFP menurut jenis kelamin di Kabupaten Malang 4 (empat) tahun terakhir yaitu tahun 2010-2011 lebih banyak dialami oleh anak laki-laki daripada anak perempuan, tetapi sebaliknya untuk tahun 2012-2014 kasus AFP lebih banyak dialami oleh anak perempuan daripada anak laki-laki. Hal tersebut seperti tampak dalam gambar berikut : GAMBAR 3.8 KASUS AFP BERDASAR JENIS KELAMIN DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2013 10 8 6 4 2 0 Laki-laki Perempuan 2010 2011 2012 2013 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang 2. Penyakit TB Paru Penyakit TB Paru di Indonesia menempati urutan ke 3 penyebab kematian umum, selain menyerang paru, Tuberculosis dapat menyerang organ lain/extra pulmonary (Hasil Surkesnas 2001). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular kronis yang menjadi isu global. Di Indonesia penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit karena berdampak Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 24

luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi serta sering mengakibatkan kematian. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur prevalensi TB sebesar 0,2% dan prevalensi di Kabupaten Malang sebesar 0,4%. Hasil penemuan penderita TB Paru melalui pemeriksaan dahak tahun 2010 BTA positif meningkat sebesar 986 penderita, dan diobati sebanyak 784 (95,65%), dengan tingkat kesembuhan 76,91% (603 penderita). Tahun 2011 BTA positif kembali meningkat sebesar 1.167 penderita yang terdiri dari 653 (55,96%) laki-laki dan 514 (44,04%) perempuan, dan diobati sebanyak 799 (47,37%), dengan tingkat kesembuhan 87,36% (698 penderita). Tahun 2012 BTA positif turun sebesar 1.145 penderita yang terdiri dari 613 (CDR : 46,44%) laki-laki dan 532 (CDR : 40,71%) perempuan, dan diobati sebanyak 1.167, dengan tingkat kesembuhan 85,09% (993 penderita) Tahun 2013 BTA positif turun sebesar 961 penderita yang terdiri dari 613 yang terdiri dari 541 laki-laki dan 420 perempuan, dan diobati sebanyak 1.150, dengan tingkat kesembuhan 84,17% (968 penderita). Sedangkan Tahun 2014 BTA positif turun sebesar 952 penderita yang terdiri dari 525 laki-laki dan 427 perempuan, dan diobati sebanyak 968, dengan tingkat kesembuhan 75,52% (731 penderita). Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan penderita baru BTA positif pada wilayah tersebut. Target CDR adalah 70% pada tahun 2010 dan tetap dipertahankan pada tahun-tahun Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 25

selanjutnya. Terjadi peningkatan CDR dari tahun 2009 s/d 2011, namun menurun sedikit pada tahun 2012 dan tahun 2013 menurun menjadi 35,83%. Sedangkan pada tahun 2014 menurun menjadi 35,31%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. GAMBAR 3.9 BTA (+) dan CDR TB DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2007 2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Case Notification Rate (CNR) angka yang menunjukkan trend atau kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan penderita pada wilayah tersebut. Gambaran CNR di Kabupaten Malang dapat dilihat pada gambar berikut. GAMBAR 3.10 ANGKA NOTIFIKASI RATE (CNR) BTA POSITIF DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2007 2013 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 26

Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang GAMBAR 3.11 ANGKA NOTIFIKASI RATE (CNR) PADA SEMUA KASUS TBDI KAB MALANG TAHUN 2005 2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Dari gambar tersebut dapat diketahui CNR pada semua kasus mengalami kenaikan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011, menurun pada tahun 2012. Namun meningkat lagi pada tahun 2013 dan tahun 2014. Perkembangan penyakit TB Paru di Kabupaten Malang selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 3.1 HASIL KEGIATAN PROGRAM P2 TUBERKULOSIS DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2014 No Uraian Target Pencapaian (%) 2010 2011 2012 2013 2014 1 Proporsi suspek diperiksa 100% 41,3 42,6 46,6 36,15 36,32 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 27

2 3 Proporsi pend TBC paru BTA +dianta ra suspek yg diperiksa dahaknya 5-15% 9,07 10,8 9,75 10,41 10,20 Proporsi pend TBC paru BTA + diantara seluruh penderita TBC paru tercatat > 5% 67,7 75,6 78,5 67,54 60,04 4 Case Detection Rate (CDR) > 0% 36,42 44,43 43,6 35,83 35,31 5 Angka konversi (px th. 2013) > 0% 86,3 90,49 88,1 87,74 85,02 6 Angka kesembuhan (th 2013) > 5% 81,6 85,02 85,1 83,39 75,52 7 Angka keberhasilan pengob (px th. 2013) > 5% 89,8 91,01 90,84 91,65 88,74 8 Angka Drop Out (px th. 2012) < 0% 3,31 2,7 2,74 1,65 3,10 9 Case Notification Rate (CNR) BTA + 39 48 46 39 38 10 Case Notification Rate (CNR) semua kasus 65,4 69,3 67,2 68,6 71,3 3. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat dapat menjadi pneumonia. Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Dari hasil SKRT diketahui bahwa 80% sampai 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan pneumonia. Upaya dalam rangka pemberantasan ISPA lebih difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus penderita pneumonia balita yang ditemukan secara cepat dan tepat. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur prevalensi ISPA sebesar 6,4% dan prevalensi Pneumonia sebesar 0,4%. Sedangkan di Kabupaten Malang prevalensi ISPA sebesar 4,3%, dan prevalensi Pneumonia sebesar 0,4%. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 28

Jumlah penderita pneumonia yang dilaporkan puskesmas tahun 2010 jumlah penderita pneumonia sebanyak 2.343 balita (100% balita ditangani), tahun 2011 jumlah penderita pneumonia ditemukan dan ditangani sebanyak 1.865 balita (8,99% dari 20.745 perkiraan penderita balita), tahun 2012 jumlah penderita pneumonia ditemukan dan ditangani meningkat sebanyak 2.151 balita (10,29%) dari 20.911 perkiraan penderita balita, penderita laki-laki sebanyak 1,162 (11,05%) dan penderita perempuan sebanyak 989 (9,50%). Tahun 2013 jumlah penderita pneumonia ditemukan dan ditangani meningkat sebanyak 2.524 balita (12,25%) dari 20.610 perkiraan penderita balita, penderita laki-laki sebanyak 1,362 (13,15%) dan penderita perempuan sebanyak 1.162 (11,33%), sedangkan tahun 2014 jumlah penderita pneumonia ditemukan dan ditangani meningkat sebanyak 2.549 balita (12,61%) dari 20.207 perkiraan penderita balita, penderita laki-laki sebanyak 1,505 (14,82%) dan penderita perempuan sebanyak 1.196 (11,90%). TABEL 3.2 PENYAKIT ISPA DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 NO INDIKATOR Target Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 Penemuan Penderita Pneumonia Balita > 15% 11,3 9,0 10,4 12,2 12,6 2 Proporsi kasus pneumonia yg ditangani dgn penatalaksanaan standart 100% 100 100 100 100 100 3 Proporsi kesembuhan balita pneumonia 100% 100 100 100 100 100 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang GAMBAR 3.12 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 29

JML KASUS KASUS PNEUMONIA DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2012-2014 300 KASUS PNEUMONIA DI KAB. MALANG TH. 2012-2014 250 200 150 100 50 0 2012 2013 2014 Jan PebMartApr Mei Juni Juli AgsSeptOkt NopDes Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Dari gambar dapat diketahui penemuan kasus pneumonia balita per bulan tahun 2012 s.d tahun 2014 menunjukkan ada kenaikan dan penurunan yang fluktuatif. 4. Penyakit Menular Seksual dan HIV / AIDS Tingkat perkembangan penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS di Indonesia terutama di Kabupaten Malang terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran penyakit ini. Upaya yang dilakukan dalam pemberantasan penyakit tersebut antara lain : (1) penanganan penderita yang ditemukan, Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 30

(2) upaya pencegahan melalui skrening HIV/AIDS terhadap darah donor, (3) upaya pemantauan dan pengobatan penderita penyakit menular seksual (PMS) Jumlah penderita HIV/ AIDS di Kabupaten Malang sejak tahun 1991 sampai akhir Desember 2014 sebanyak 1.097 orang (0,23% per jumlah penduduk beresiko). Angka ini masih lebih kecil bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 0,9% per jumlah penduduk beresiko. Tetapi penderita HIV/ AIDS dari tahun ketahun mengalami kenaikan, hal ini terlihat dari jumlah penderita baru HIV/AIDS tahun 2014 yang ditemukan sebanyak 261 kasus (HIV 200 kasus dan AIDS 61 kasus) dan yang ditangani sebanyak 261 kasus (100%), lebih tinggi dari kasus tahun 2013 sebanyak 221 kasus, tahun 2012 sebanyak 172 kasus, tahun 2011 sebanyak 143 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 133 kasus penderita baru. Jumlah darah donor yang diperiksa tahun 2010 sebesar 12.748 pendohor, jumlah sample darah yang diperiksa sebanyak 12.748 dan jumlah positif HIV/AIDS sebanyak 25 sampel (0,20%). Tahun 2011 Jumlah darah donor yang diperiksa sebesar 11.815 pendonor, jumlah sample darah yang diperiksa sebanyak 11.815 dan jumlah positif HIV/AIDS sebanyak 13 sampel (0,11%). Tahun 2012 Jumlah darah donor yang diperiksa sebesar 14.046 pendonor, jumlah sample darah yang diperiksa sebanyak 14.046 dan jumlah positif HIV/AIDS sebanyak 34 sampel (0,24%) terdiri dari laki-laki sebesar 27 sampel (0,26%) dan perempuan sebesar 7 sampel (0,18%). Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 31

Tahun 2013 Jumlah darah donor yang diperiksa sebesar 15.542 pendonor, jumlah sample darah yang diperiksa sebanyak 15.542 dan jumlah positif HIV/AIDS sebanyak 24 sampel (0,15%) terdiri dari laki-laki sebesar 20 sampel (0,18%) dan perempuan sebesar 4 sampel (0,09%). Sedangkan tahun 2014 Jumlah darah donor yang diperiksa sebesar 17.418 pendonor, jumlah sample darah yang diperiksa sebanyak 17.418 dan jumlah positif HIV/AIDS sebanyak 28 sampel (0,16%) terdiri dari laki-laki sebesar 24 sampel (0,21%) dan perempuan sebesar 4 sampel (0,07%). Untuk mengetahui Distribusi kasus HIV/AIDS berdasar jenis kelamin di Kabupaten Malang tahun 1991 2014 disajikan pada gambar berikut. GAMBAR 3.13 KASUS HIV/ AIDS BERDASAR JENIS KELAMIN DI KABUPATEN MALANG S/D 2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Dari gambar diketahui berdasarkan jenis kelamin, pengidap HIV/AIDS terdapat pada laki-laki dan perempuan. Pada awal tahun 1991 sampai dengan tahun 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS masih Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 32

didominasi oleh perempuan, namun mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 lebih banyak laki-laki. Namun demikian sejak tahun 2010 sampai 2014 penderita perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dari tahun 1991-2014 sebanyak 80% pengidap/penderita HIV/AIDS masih hidup, 19% telah meninggal dunia dan 1% tidak jelas keberadaannya. Untuk lebih jelasnya kematian HIV/AIDS disajikan dalam gambar berikut: GAMBAR 3.14 KASUS HIV/ AIDS DI KABUPATEN MALANG S/D TAHUN 2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Jumlah kasus penyakit infeksi menular seksual tahun 2010 sebesar 2.555 kasus (100% kasus ditangani), tahun 2011 turun sebesar 1.935 kasus (kasus pada laki-laki sebesar 261 (13,49%) dan 1.674 (86,51%) kasus pada perempuan), 100% kasus yang ditemukan dapat ditangani, tahun 2012 meningkat sebesar 2.864 kasus (kasus pada laki-laki sebesar 289 (10,09%) dan 2.645 (92,35%) kasus pada perempuan). Tahun 2013 meningkat sebesar 5.440 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 33

kasus (kasus pada laki-laki sebesar 405 (7,44%) dan 5.035 (92,56%) kasus pada perempuan), 100% kasus yang ditemukan dapat ditangani. Sedangkan Jumlah kasus penyakit infeksi menular seksual tahun 2014 turun sebesar 2.806 kasus, dan ditemukan kasus penyakit Syphilis sebanyak 2 kasus (proporsi sebesar 9,52) pada laki-laki yang berusia 20-24 tahun. Untuk mengetahui perkembangan kasus PMS dan HIV/AIDS dapat dilihat pada Tabel 3. TABEL 3.3 PENYAKIT PMS DAN HIV/AIDS DI KAB. MALANG TAHUN 2010 2014 No JENIS PENYAKIT 1 Menular Seksual a. Jumlah kasus Laki-laki Perempuan b. Jumlah Diobati 2 HIV/AIDS a. Jumlah ditemukan b. Jumlah ditangani c. Kumulatif Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang 2010 2011 2012 2013 2014 2.555 1.935 2.864 5.440 2.806-261 289 405 209-1.674 2.645 5.035 2.597 2.555 1.935 2.864 5.440 2.806 133 143 172 221 261 133 143 172 221 261 560 703 875 1.097 1.358 5. Penyakit Demam Berdarah (DBD) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas keseluruh wilayah di Kabupaten Malang. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian relatif tinggi. Upaya pemberantasan penyakit DBD dititik beratkan Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 34

pada peng gerakan potensi ma syarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3M), pemantauan angka bebas jentik (AJB) serta pengenalan gejala penyakit DBD dan penanganannya di rumah tangga. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur prevalensi DBD ber dasarkan diagnosa dan diagnosa gejala sebesar 0,16% dan prevalensi di Kabupaten Malang sebesar 0,15%. Jumlah penderita Demam Berdarah di Kabupaten Malang dari tahun ke tahun cenderung fuktuatif yaitu tahun 2010 kasus DBD sebesar 1.358 kasus (55,57 per 100.000 penduduk), penderita meninggal sebanyak 7 orang (Attack Rate : 0,02% dan CFR : 77,78%), Tahun 2011 kasus DBD turun drastis sebesar 193 kasus (9,70 per 100.000 penduduk), penderita meninggal sebanyak 7 orang (Attack Rate : 0,02% dan CFR : 3,63%). Tahun 2012 kasus DBD turun sebesar 173 kasus (6,96 per 100.000 penduduk), penderita meninggal sebanyak 7 orang (CFR : 0,28%) yang tersebar di 6 puskesmas (6 kecamatan), dan tahun 2013 kasus DBD meningkat cukup tinggi sebesar 1.165 kasus (46,49 per 100.000 penduduk), penderita meninggal sebanyak 14 orang (CFR : 1,2%) yang tersebar di 11 puskesmas (10 kecamatan). Sedangkan Tahun 2014 kasus DBD terjadi penurunan sebesar 834 kasus (33,03 per 100.000 penduduk) yang terdiri dari 379 penderita laki-laki dan 455 penderita perempuan, penderita Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 35

meninggal sebanyak 4 orang (CFR : 0,48%) yang tersebar di 4 puskesmas (4 kecamatan). Angka ini lebih rendah dari target nasional yaitu 2 per 100.000 penduduk, meskipun demikian masih sangat perlu dilakukan peningkatan kegiatan-kegiatan pencegahan dan pemberantasan Penyakit Demam Berdarah, yaitu menggalakkan kegiatan penggerakan masyarakat. GAMBAR 3.15 PETA CFR DBD KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Keterangan : : Luar Wilayah : Terdapat Kematian DBD : Daerah Bebas Kematian DBD Perkembangan kasus DBD di Kabupaten Malang selengkapnya disajikan pada Tabel berikut. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 36

TABEL 3.4 PERKEMBANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2014 Tahun Jumlah Kasus Jumlah Kematian IR CFR (%) ABJ (%) 2010 1.358 12 54,67 0,88 85,47 2011 200 7 8,12 3.5 87,71 2012 173 7 4.06 6,95 88,74 2013 1.165 14 46.49 1,20 87,20 2014 834 4 33,03 0,48 87,34 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang GAMBAR 3.16 PERBANDINGAN IR DAN CFR DBD DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014, insidens rate di Kabupaten Malang cenderung fluktuatif. Tahun 2009 2010 mengalami kenaikan, tahun 2011 2012 mengalami penurunan dan tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 46,14 per 100.000 penduduk. Sedangkan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 33,03 per 100.000 penduduk. Begitu juga dengan angka kematian (CFR ) dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif, tahun 2009 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 37

2010 mengalami penurunan dan tahun 2011 2013 mengalami kenaikan, sedangkan tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,48%. 6. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari hasil SKRT dalam beberapa survey dan Surkesnas 2001 yaitu penyebab kematian bayi sebesar 9,4% dan sebesar 13,2% sebagai penyebab kematian balita. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur prevalensi Diare sebesar 4,9% dan prevalensi di Kabupaten Malang sebesar 4,0%. Secara umum jumlah jumlah penderita diare di Kabupaten Malang terjadi penurunan dari 53.433 kasus (21,87 per 1000 penduduk) dengan penderita balita sebanyak 19.497, meninggal sebanyak 2 jiwa (Attack rate : 1,18% dan CFR : 1,04%) tahun 2010, tahun 2011 jumlah kasus meningkat sebanyak 60.625 jiwa (24,81 per 1000 penduduk) dengan penderita balita sebanyak 22.441, Attack rate : 0,2% dan tidak ada yang meninggal (CFR: 0%). Tahun 2012 jumlah kasus meningkat sebanyak 63.299 jiwa (59,31%) dari 102.221 sasaran, dengan penderita balita sebanyak 23.102, dan tahun 2013 jumlah kasus turun sebanyak 55.467 jiwa (100%) dari 53.631 sasaran, dengan penderita balita sebanyak 18.837. Sedangkan tahun 2014 jumlah kasus ditemukan dan Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 38

diobati turun sebanyak 53.383 jiwa (98,80%) dari 54.032 sasaran, dengan penderita balita sebanyak 18.932. Angka kesakitan diare di Kabupaten Malang tahun 2014 sebesar 214 per 1.000 penduduk. Perkembangan kasus diare berdasarkan bulan tahun 2012 2013 mempunyai pola yang hampir sama, dimana kasus terlihat mengalami peningkatan pada bulan Juli dan September dan tahun 2014 kasus terlihat mengalami peningkatan pada bulan Juli dan Nopember. Untuk lebih jelasnya sajikan pada gambar berikut. GAMBAR 3.17 PERKEMBANGAN KASUS DIARE PER BULAN DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2012-2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Proporsi kasus diare pada balita diantara semua umur dapat dilihat pada gambar berikut: GAMBAR 3.18 PROPORSI KASUS DIARE BALITA DAN SEMUA UMUR DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 39

Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Dari gambar terlihat Proporsi kasus diare pada balita diantara semua umur tahun 2014 sebesar 34,40%, meningkat dibanding tahun 2013 sebesar 33,96% dan turun dibanding tahun 2012 sebesar 37,03%. 7. Angka Kesakitan Malaria Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya di Kabupaten Malang, perkembangan penyakit malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API). Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur prevalensi Malaria berdasarkan diagnosa dan diagnosa gejala sebesar 0,05% dan prevalensi di Kabupaten Malang sebesar 0,06%. Dari laporan puskesmas diperoleh data tahun 2010 jumlah tersangka kasus malaria turun sebanyak 7.168 (2,93 per 1.000 penduduk), dengan penderita malaria positif meningkat sebanyak 66 orang (0,027 per 1.000 penduduk) dan tahun 2011 jumlah kasus malaria positif meningkat sebanyak 76 (0,031 per 1.000 penduduk). Tahun 2012 jumlah kasus malaria Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 40

positif meningkat sebanyak 88 (0,035 per 1.000 penduduk) dan tahun 2013 jumlah kasus malaria positif meningkat sebanyak 134 (0,05 per 1.000 penduduk). Sedangkan tahun 2014 jumlah suspek malaria sebanyak 131 kasus, sediaan darah diperiksa 49 sediaan dan sediaan darah positif/ penderita malaria positif turun sebanyak 49 penderita (angka kesakitan/annual Parasite Incidence sebesar 0,019 per 1.000 penduduk beresiko), angka ini masih dibawah target nasinal yaitu 5 per 1.000 penduduk. Penemuan kasus malaria tahun 2006-2013 terlihat ada kecenderungan peningkatan penemuan kasus malaria di Kabupaten Malang. Walaupun pada tahun 2009 terjadi penurunan kasus malaria dengan jumlah kasus sebanyak 48 penderita, akan tetapi jumlah kasus tersebut mengalami peningkatan hingga tahun 2013. Sedangkan tahun 2014 penemuan kembali turun. Lebih jelasnya disajikan pada gambar berikut: GAMBAR 3.19 PENEMUAN KASUS MALARIA DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2006-2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 41

Untuk lebih jelasnya hasil kegiatan Program P2 Malaria disajikan pada Tabel 3.5 dan Lampiran Tabel 24. TABEL 3.5 HASIL KEGIATAN PROGRAM P2 MALARIA DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2014 NO KEGIATAN 2010 2011 2012 2013 2014 1 SD Malaria 7.168 7.006 2.782 2.560 859 2 Penderita Klinis 7.168 7.006 2.782 2.560 859 3 Penderita Positif 66 77 88 134 49 4 Spot Check 4 4 4 4 4 5 Larvasidasi 4 4 4 4 4 6 Pembersih lumut - - 4 4 4 7 MFS 4 4 4 4 4 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang 8. Penyakit Kusta Penyakit kusta sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat, meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada pertengahan tahun 2000. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia. Angka prevalensi secara nasional pada tahun 2003 sebesar 0,8 per 10.000 penduduk, sedangkan penderita kusta yang selesai menjalani pengobatan (RFT) tahun 2004 di Jawa Timur sebesar 80,93%. Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Malang tahun 2010 jumlah penderita sebanyak 39 orang (prevalensi 0,16 per 10.000 penduduk), tahun 2011 jumlah penderita meningkat sebanyak 77 orang (prevalensi 0,31 per 10.000 penduduk), tahun 2012 jumlah penderita turun sebanyak 70 orang (prevalensi 0,29 per 10.000 penduduk), dan tahun 2013 jumlah Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 42

penderita turun sebanyak 59 orang (prevalensi 0,23 per 10.000 penduduk). Sedangkan tahun 2014 jumlah penderita turun sebanyak 44 orang (prevalensi 0,17 per 10.000 penduduk) dan jumlah penderita baru sebanyak 41 oang, dengan angka penemuan kasus baru (NCDR/ New Case Detection Rate sebesar 1,62 per 100.000 penduduk). Persentase penderita kusta selesai berobat (Release From Treatment/ RTF) sebesar 2,19%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan Lampiran Tabel 14-17. TABEL 3.6 HASIL KEGIATAN PROGRAM PENANGGULANGAN KUSTA DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2014 PENCAPAIAN (%) URAIAN TARGET 2010 2011 2012 2013 2014 a. Prevalensi per 10.000 pddk < 1 /10.000 1.8 0.92 0.29 0.23 0.17 b. CDR per 100.000 penduduk <5 /100.000 1.57 3.14 2.73 2.35 1.62 c. Proporsi cacat II diantara penderita baru < 5% 15.4 26.0 19.4 16,9 17,0 d. Proporsi anak < 14 tahun diantara pend baru < 5% 7.69 2.60 1.49 0,00 12,1 e. Proporsi MB diantara penderita baru < 50% 97.4 96.1 95.5 93,2 95 f. Proporsi penderita wanita diantara pend baru 30.8 37.7 25.4 22,0 46 g. RFT - RFT tipe MB > 90 % 86.8 87.8 92,2 - - - RFT tipe PB > 95 % 100 66.7 100 100 - Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Untuk mengetahui prevalensi rate dan CDR Penyakit Kusta di Kabupaten Malang disajikan pada gambar berikut. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 43

GAMBAR 3.20 PREVALENSI RATE (PR) dan CASE DETECTION RATE (CDR) DI KAB. MALANG TAHUN 2002-2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Dari gambar dapat diketahui naik turunnya Prevalensi rate tidak diikuti dengan naik turunnya Case detection rate. Hal ini berarti sebenarnya masih dapat ditemukan kasus kusta lebih banyak lagi. Case detection rate (CDR) kusta per 100.000 penduduk per puskesmas tahun 2014 sebesar 1,62 per 100.000 penduduk. Ada sebanyak 21 puskesmas yang menemukan penderita kusta pada tahun 2014 dengan peringkat sebagai berikut. GAMBAR 3.21 CASE DETECTION RATE (CDR) PER PUSKESMAS TAHUN 2014 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 44

Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang 9. Kasus Penyakit Filaria Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta me nyebabkan gejala akut, kronis dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Di Indonesia telah ditemukan sebanyak 27 jenis nyamuk dari genus culex, Anopheles, Aedes dan Mansonia. Di Jawa Timur belum ditemukan jenis nyamuk yang menjadi vektor filariasis. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian secara langsung, gejala akut yang berulang dan gejala kronis yang menetap sangat menurunkan kualitas sumber daya manusia dan produkti fitas, sedangkan penderita elefantiasis merupakan beban keluarga, masyarakat dan negara. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur prevalensi Filaria berdasarkan diagnosa dan diagnosa gejala sebesar Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 45

0,01% dan prevalensi di Kabupaten Malang sebesar 0,03%. Keadaan kasus filariasis di Kabupaten Malang sampai dengan tahun 2014 telah ditemukan sebanyak 34 kasus filariasis ( 1,35 per 100.000 penduduk). Dari jumlah tersebut yang telah meninggal dunia sebanyak 8 orang. Tersebar di 19 puskesmas (18 kecamatan) dari 39 Puskesmas (33 kecamatan) yang ada dan tersebar pada 39 desa dari 390 desa yang ada. Tahun 2009 ditemukan 2 kasus filariasis baru di Puskesmas Pagelaran dan Sumberpucung, tahun 2010 ditemukan 1 kasus filariasis baru di Puskesmas Sumber Pucung, tahun 2011 kasus baru sebanyak 3 kasus yang ditemukan di Puskesmas Ardimulyo, Pakisaji dan Puskesmas Pagelaran. Tahun 2012 kasus baru sebanyak 3 kasus yang ditemukan di Puskesmas Poncokusumo, Dampit dan Puskesmas Ampelgading dan tahun 2013 kasus baru sebanyak 3 kasus yang ditemukan di Puskesmas Tumpang dan Puskesmas Dampit. Sedangkan tahun 2014 tidak ditemukan kasus baru. Gambaran sebaran Kasus Filariasis di Kabupaten Malang disajikan dalam gambar berikut. GAMBAR 3.22 SEBARAN PENEMUAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 46

Sbr Mjg Wetan Bantur Wonokerto Sbr Mjg Kulon Donomulyo Poncokusumo Kepanjen Gondanglegi Pamotan Pujon Ngajum Gedangan Pakis Dau Bululawang Sbr Pucung Ardimulyo Pakisaji Pagelaran SEBARAN PENEMUAN PENDERITA FILARIASIS DI KABUPATEN MALANG PERIODE 2002-2014 4,5 3,5 4 2,5 3 1,5 2 0,5 1 0 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 23. 10.Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Sejak diperluasnya program imunisasi menjadi Program Pengembangan Imunisasi sejak tahun 1977, berbagai Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) sudah dapat ditekan. Walaupun demikian, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan atau KLB PD3I. Untuk itu upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar terjadinya peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Beberapa kasus KLB PD3I yang pernah terjadi di Kabupaten Malang yaitu Tetanus neonatorum, Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 47

Campak, Difteri dan Hepatitis B. Pada tahun 2010 terjadi KLB Diphteria sebanyak 12 kasus (1 meninggal Attack rate: 0,01%, CFR: 8,33%), AFP sebanyak 19 kasus(attack rate: 0,02%) dan 77 kasus penyakit Campak dan tahun 2011 terjadi KLB Diphteri sebanyak 38 kasus ( Attack rate: 0,02%) dan tahun 2012 terjadi KLB Diphteri sebanyak 22 kasus ( Attack rate: 0,01% ), AFP sebanyak 9 kasus (Attack rate: 0,001%) dan 18 kasus penyakit Diare (Attack rate: 0,02%). Tahun 2013 terjadi KLB Diphteri sebanyak 15 kasus ( Attack rate: 0,01% ), AFP sebanyak 9 kasus (Attack rate: 0,002%) dan 1 kasus penyakit Leptospirosis (Attack rate: 0,01%), sedangkan tahun 2014 terjadi KLB Diphteri sebanyak 37 kasus (Attack rate: 0,02). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 27. D. KEADAAN STATUS GIZI 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. Di negara berkembang banyak kasus BBLR yang disebabkan premature atau karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang karena ibu berstatus gizi buruk, anemia sebelum konsepsi atau pada saat kehamilan. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur prevalensi BBLR sebesar Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 48

9,9% dan di Kabupaten Malang prevalensi BBLR sebesar 9,0%. Jumlah kasus BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Malang tahun 2010 kasus BBLR menurun sebesar 344 (0,91%) dari 37.700 lahir hidup, tahun 2011 kasus BBLR sebesar 472 (1,22%) dari 41.013 lahir hidup, tahun 2012 kasus BBLR sebesar 1.402 (1,22%) dari 40.792 lahir hidup dan tahun 2013 kasus BBLR sebesar 1.402 (3,21%) dari 43.669 lahir hidup. Sedangkan tahun 2014 kasus BBLR meningkat sebesar 1.497 (3,45%) dari 43.353 lahir hidup. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 37. 2. Status Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengu kuran anthro pometri meng gunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Dari hasil Pemantauan Status Gizi Balita (PSG) yang dilaksanakan setiap tahun di Kabupaten Malang me nunjukkan persentase gizi buruk dan gizi kurang fluktuatif, tahun 2005-2007 mengalami peningkatan, dan tahun 2007-2009 mengalami penurunan meskipun penurunannya relatif kecil dan tahun 2010-2014 cenderung fluktuatif, seperti terdapat pada gambar berikut. GAMBAR 3.23 PERKEMBANGAN KASUS GIZI BURUK DAN GIZI KURANG DI KAB. MALANG TAHUN 2010 2014 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 49

8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 7,10 6,50 5,40 4,93 3,40 5,52 1,10 0,90 0,92 0,87 2010 2011 2012 2013 2014 Gizi Buruk Gizi Kurang Sumber : Dinkes Kab. Malang (Hasil PSG tahun 2010-2014) Dari gambar tersebut dapat diketahui secara umum di Kabupaten Malang tahun 2010-2014 prevalensi kasus gizi kurang mengalami penurunan dari 7,10% tahun 2010 menjadi 5,52% tahun 2014 dan prevalensi gizi buruk dari 3,40% tahun 2010 menjadi 0,87% tahun 2014. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,8% dan balita gizi kurang sebesar 12,6% dan di Kabupaten Malang prevalensi balita gizi buruk sebesar 3,1% dan balita gizi kurang sebesar 9,4%. Hasil PSG tahun 2014 bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, maka prevalensi gizi buruk dan prevalensi gizi kurang hasil PSG lebih rendah daripada hasil Riskesdas. Sedangkan dari hasil penimbangan balita tahun 2010 jumlah balita BGM sebanyak 1.194 balita (0,82%), dan balita gizi buruk sebanyak 289 (0,20%), sehingga total prosentase balita BGM dan gizi buruk Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 50

sebesar 1,01%, tahun 2011 jumlah balita BGM meningkat sebanyak 1.253 balita (0,85%), dan balita gizi buruk meningkat sebanyak 313 (0,15%), sehingga total prosentase balita BGM dan gizi buruk menurun sebesar 1,0%. Tahun 2012 jumlah balita BGM/ balita gizi buruk meningkat sebanyak 1.221 (0,81%).Tahun 2013 jumlah balita BGM/ balita gizi buruk turun sebanyak 1.071 (0,73. Sedangkan tahun 2014 jumlah balita BGM/ balita gizi buruk turun sebanyak 1.017 (0,68%), angka ini masih dibawah target nasional maksimal 15% Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 47. 3. Kecamatan Bebas Rawan Gizi Kecamatan bebas rawan gizi adalah kecamatan yang merupakan daerah dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk < 15% pada kurun waktu tertentu, kecamatan bebas rawan gizi di peta ditandai dengan warna hijau. Dan kecamatan rawan gizi terdiri dari: 1) prevalensi gizi kurang dan gizi buruk 15%-20% (warna kuning/ masalah ringan), 2) prevalensi gizi kurang dan gizi buruk 20%-30% (warna merah/masalah sedang), 3) prevalensi gizi kurang dan gizi buruk >30% (warna hitam/ masalah berat). GAMBAR 3.24 PERKEMBANGAN KECAMATAN BEBAS RAWAN GIZI DI KAB. MALANG TAHUN 2010 2014 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 51

33,5 33 32,5 32 31,5 31 30,5 30 33 33 33 32 31 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Dinkes Kab. Malang (Hasil PSG tahun 2010-2014) Dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Balita di Kabupaten Malang tahun tahun 2010 jumlah kecamatan bebas rawan gizi sebanyak 32 kecamatan (96,97%) dan 1 kecamatan rawan gizi (0,03%) yaitu Kecamatan Jabung, tahun 2011 jumlah kecamatan bebas rawan gizi turun sebanyak 31 kecamatan (93,94%) dan 2 kecamatan rawan gizi (6,06%) yaitu Kecamatan Pagak dan Kecamatan Gondanglegi. Sedangkan tahun 2012, tahun 2013 dan tahun 2014 jumlah kecamatan bebas rawan gizi meningkat sebanyak 33 kecamatan (100%). Prosentase ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 80% kecamatan bebas rawan gizi. Perkembangan kecamatan bebas rawan gizi dapat dilihat pada gambar berikut. GAMBAR 3.25 PETA KECAMATAN BEBAS RAWAN GIZI KABUPATEN MALANG Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 52

TAHUN 2014 Keterangan : Kecamatan Bebas Rawan Gizi Kecamatan Rawan Gizi Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 53

Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 54

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Ibu Bersalin a. Pelayanan Antenatal Kehamilan merupakan masa yang rawan bagi kesehatan ibu yang mengandung maupun bayi yang dikandungnya, sehingga dalam masa kehamilan perlu pemeriksaan secara teratur melaui pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, dan lainnya. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan kunjungan K1 dan K4. Cakupan K1 (akses pelayanan ibu hamil) merupakan gambaran jumlah ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan, sedangkan cakupan K4 adalah gambaran jumlah ibu hamil yang mendapat pelayanan 4 (empat) kali yaitu sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan rata-rata kunjungan ibu hamil (K1) di Kabupaten tahun 2010 sebesar 96,82% (44.004 kunjungan), tahun 2011 naik sebesar 99,03% (45.011 kunjungan), tahun 2012 naik sebesar 98,16% (44.861 kunjungan) dan tahun 2013 naik sebesar 99,95% (45.366 kunjungan). Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 53

Sedangkan tahun 2014 cakupan rata-rata kunjungan ibu hamil (K1) turun sebesar 98,72% (44.537 kunjungan). Cakupan K1 yang dilaporkan selama ini adalah akses, dengan demikian dapat menggambarkan keterjangkauan pelayanan program. Cakupan K1 Tahun 2014 bila dibandingkan dengan cakupan pemberian Fe1 (93,30%) dan Fe3 (87,54%) tampak sekali bahwa K1 (98,72%) belum dapat diartikan memenuhi syarat 5T, tetapi hal ini masih perlu ditelaah lebih lanjut. Cakupan rata-rata kunjungan ibu hamil (K4) di Kabupaten Malang 5 (lima) tahun terakhir cenderung meningkat yaitu tahun 2010 sebesar 90,02%, tahun 2011 meningkat sebesar 93,68%, tahun 2012 meningkat sebesar 94,62%, tahun 2013 meningkat sebesar 95,42% dan tahun 2014 meningkat sebesar 97,07% (43.802 kunjungan dari 45.115 ibu hamil yang ada). Cakupan tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 90%. Gambaran cakupan K1 dan K4 disajikan pada gambar berikut : GAMBAR 4.1 CAKUPAN K1 DAN K4 DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 2014 2013 2012 2011 2010 90,02 93,68 95,25 94,62 97,07 98,72 100 98,16 99,03 96,82 85 90 95 100 Cakupan K4 Cakupan K1 Sumber : Bidang PPKM Dinkes Malang Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 54

Kesenjangan K1 terhadap K4 lebih dari 1,63%, hal ini menunjukkan belum semua ibu hamil mau memeriksakan kehamilannya diakhir /trimester ketiga terutama pada penduduk musiman dan penduduk terpencil. Disamping itu kesenjangan tersebut disebabkan belum optimalnya pencatatan dan pelaporan terutama yang berasal dari praktek swasta baik praktek dokter maupun bidan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 29. b. Ibu Hamil Resiko Tinggi ditangani Terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas kepada ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti), hal ini memerlukan tindakan lebih lanjut yaitu perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi adalah ibu hamil yang mempunyai kondisi beresiko/ berbahaya pada waktu kehamilan maupun persalinannya. Upaya deteksi resiko tinggi pada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan 5 (lima) tahun terakhir cenderung fluktuatif yaitu tahun 2010 sebesar 82,01%, tahun 2011 meningkat sebesar 87,84%, dan tahun 2012 turun sebesar 78,51% (7.176 ibu hamil komplikasi kebidanan yang ditangani) dan tahun 2013 meningkat sebesar 80,18% (7.278 ibu hamil yang ditangani dari 9.077 ibu hamil resiko tinggi dengan komplikasi). Sedangkan tahun 2014 terdapat sebanyak 9.023 ibu hamil resiko tinggi dengan komplikasi, Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 55

meningkat sebesar 96,24% (8.684 ibu hamil komplikasi kebidanan yang ditangani). Meskipun tidak semua ibu hamil dengan komplikasi ditangani, tetapi cakupan ini lebih meningkat bila dibandingkan tahun lalu dan kenyataan ini cukup menggembirakan karena upaya menurunkan AKI melalui GSI difokuskan untuk mencegah 4 (empat) terlambat, salah satunya terlambat deteksi resiko tinggi. Melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin dapat diketahui sejak dini kondisi ibu hamil yang masuk golongan resiko tinggi/ komplikasi yang memerlukan pelayanan rujukan. Ada sekitar 14 puskesmas PONED di Kabupaten Malang yang siap untuk menangani ibu hamil resiko tinggi dan komplikasi. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 33. c. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Pada tahun 2010 cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Malang sebesar 93,86%, tahun 2011 meningkat sebesar 97,54%, tahun 2012 turun sebesar 93,08% (40.604 dari 43.625 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 56

sasaran ibu bersalin), tahun 2013 meningkat sebesar 99,99% (43.321 dari 43.324 sasaran ibu bersalin) dan tahun 2014 turun sebesar 99,85% (42.999 dari 43.064 sasaran ibu bersalin). Cakupan tertinggi di 20 puskesmas yaitu Puskesmas Tumpang, Poncokusumo, Jabung, Pakis, Lawang, Dau, Pujon, Kasembon, Kepanjen, Sumberpucung, Wonosari, Sumbemanjing Kulon, Donomulyo, Bantur, Wonokerto, Gedangan, Gondanglegi, Ketawang, Wajak, dan Puskesmas Tajinan sebesar 100%, sedangkan cakupan terendah di Puskesmas Turen sebesar 80,83%. Cakupan Kabupaten Malang ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan target SPM yaitu 90%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 29. d. Pelayanan Nifas Masa nifas adalah masa 6 8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami pemulihan untuk kembali normal dan baru pulih betul setelah tiga bulan pasca persalinan, sehingga dalam masa nifas tersebut ibu harus memperoleh pelayanan kesehatan yang tepat yaitu 3 kali kunjungan sehingga memperkecil resiko kelainan atau kematian. Dari laporan puskesmas pelayanan nifas di Kabupaten Malang tahun 2010 sebesar 92,39% (38.605 ibu nifas mendapat pelayanan, tahun 2011 meningkat sebesar 94,44% (39.463 ibu nifas mendapat pelayanan dari 41.786 ibu nifas, tahun 2012 pelayanan nifas meningkat sebesar 90,69% (39.563 dari 43.625 ibu nifas yang ada) dan tahun 2013 pelayanan nifas Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 57

meningkat sebesar 96,68% (41.884 dari 43.324 ibu nifas yang ada). Sedangkan tahun 2014 pelayanan nifas turun sebesar 95,50% (41.125 dari 43.064 ibu nifas yang ada), cakupan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan target SPM yaitu 90%. Cakupan tertinggi di Puskesmas Tumpang, Poncokusumo, Pakis, Kasembon, Donomulyo, Bantur, Wonokerto, dan Puskesmas Gondanglegi sebesar 100%, sedangkan cakupan terendah di Puskesmas Turen sebesar 77,31%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 29. 2. Pelayanan Kesehatan bayi a. Kunjungan Neonatus Umur bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang rentan/ beresiko mengalami gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan/ kunjungan pada neonatus (KN). Kunjungan neonatus adalah terjadinya kontak antara bayi usia 0-28 hari dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal tiga kali yaitu dua kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu kali pada umur 8-28 hari (KN2). Pelayanan neonatus yang dilakukan yaitu pemeriksaan kesehatan bayi dan melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu, meliputi : a) pelayanan kesehatan neonatal dasar, b) pemberian Vitamin K, c) manajemen terpadu balita muda (MTBM), Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 58

d) penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pemeriksaan neonatus (KN) di Jawa Timur KN1 sebesar 63,4% dan KN2 sebesar 40,9%, di Kabupaten Malang KN1 sebesar 57,1% dan KN2 sebesar 40%. Dari laporan puskesmas yang masuk dapat diketahui bahwa pelayanan kunjungan neonatus di Kabupaten Malang dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif yaitu : Jumlah kunjungan neonatus 1 kali (KN1) tahun 2010 sebesar 40.532 (92,03%), tahun 2011 meningkat sebesar 40.532 bayi (98,15%) dari 41.297 bayi, tahun 2012 meningkat sebesar 40.953 bayi (100%) dari 40.300 bayi, tahun 2013 meningkat sebesar 40.100 bayi (99,99%) dari 40.103 bayi dan tahun 2014 meningkat sebesar 41.099 bayi (102,76%) dari 39.995 bayi. Jumlah kunjungan neonatus 3 kali (KN lengkap) tahun 2010 sebesar 40.826 (98,86%) dari 41,297 bayi, tahun 2011 menurun sebesar 39.395 (95,39%) dari 41.297 bayi, tahun 2012 meningkat sebesar 39.988 (99,23%) dari 40.300 bayi dan tahun 2013 turun sebesar 39.248 (97,87%) dari 40.103 bayi. Sedangkan tahun 2014 kunjungan neonatus 3 kali menigkat sebesar 40.899 (102,26%) dari 39.995 bayi, angka cakupan tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan target SPM yaitu sebesar 90%. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 59

Upaya deteksi resiko tinggi pada neonatal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di kabupaten Malang pada tahun 2010 sebesar 92,66% (5.784 dari 6.242 neonatal risti), tahun 2011 turun sebesar 78,42% (4.846 dari 6.195 neonatal risti), tahun 2012 turun sebesar 75,81% (4.583 dari 6.045 neonatal risti) dan tahun 2013 meningkat sebesar 76,54% (4.604 dari 6.015 neonatal risti). Sedangkan tahun 2014 penanganan komplikasi pada neonatal meningkat sebesar 90,51% (5.430 dari 5.999 neonatal risti). b. Kunjungan Bayi Kunjungan bayi umur 29 hari 11 bulan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan disebut kunjungan bayi. Jumlah kunjungan bayi minimal 4 kali di Kabupaten Malang tahun 2010 sebesar 39.744 (96,24%) dari 41.297 bayi, tahun 2011 Jumlah kunjungan bayi turun sebesar 38.731 bayi (93,79%) dari 41.297 bayi, tahun 2012 Jumlah kunjungan bayi meningkat sebesar 38.929 bayi (96,60%) dari 40.300 bayi dan tahun 2013 Jumlah kunjungan bayi turun kembali sebesar 34.424 bayi (95,81%) dari 40.103 bayi. Sedangkan tahun 2014 Jumlah kunjungan bayi meningkat sebesar 39.335 bayi (98,35%) dari 39.995 bayi, angka ini lebih tinggi bila dibandingkan target SPM sebesar 90%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 40. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 60

3. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Anak Sekolah dan Remaja Pemantauan kesehatan pada anak balita dan anak pra sekolah dilakukan melalui deteksi dini tumbuh kembang minimal dua kali pertahun oleh tenaga kesehatan. Penyimpangan tumbuh kembang yang ditemukan diantaranya status gizi buruk, lingkar kepala tidak normal, perkembangan tidak normal, perilaku tidak normal,serta daya lihat / kesehatan mata tidak normal dan pendengaran yang tidak normal. Cakupan upaya kesehatan Anak Balita dalam kwalitas pelayanan yang disertai dengan pemeriksaan tumbuh kembang baru tahun 2010 sebesar 76,34% (188.412 dari 246.806 sasaran), tahun 2011 meningkat 88,51% (146.204 dari 165.188 sasaran), tahun 2012 turun sebesar 84,16% (142.152 dari 168.897 sasaran) dan tahun 2013 turun sebesar 84,97% (141.048 dari 166.001 sasaran). Sedangkan tahun 2014 cakupan pelayanan anak balita turun sebesar 84,17% (136.416 dari 162.072 sasaran anak balita), cakupan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan target SPM yaitu sebesar 75%. Pelayanan kesehatan untuk anak sekolah di laksanakan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yaitu upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam upaya membentuk perilaku hidup sehat pada anak usia sekolah. Kegiatan UKS dilaku kan melalui penjaringan kesehatan/ Skrining murid SD/ MI sederajat kelas I yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan dibantu oleh tenaga terlatih di sekolah (guru UKS dan dokter kecil). Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 61

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/ MI tahun 2010 sebesar 39.323 (94,88%) dari 41.443 murid kelas I, tahun 2011 sebesar 36.726 (98,72%) dari 37.202 murid kelas I, tahun 2012 sebesar 47.947 (100%) dari 47.947 murid kelas I dan tahun 2013 sebesar 54.586 (100%) dari 54.586 murid kelas I. Sedangkan tahun 2014 sebesar 54.586 (100%) dari 54.586 murid kelas I, angka ini sama bila dibandingkan dengan target nasional yaitu sebesar 100%. Data selengkapnya Lampiran Tabel 49. dapat dilihat pada 4. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut saat ini mulai mendapat perhatian oleh karena pada masa ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam menilai Usia Harapan hidup pada suatu wilayah atau negara. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Puskesmas, bahwa pelaksanaan program Usia lanjut (Usila) di Kabupaten Malang masih belum dapat memberikan pembinaan dan pelayanan yang optimal dengan berbagai Usila. kebutuhan khusus dibidang kesehatan Cakupan pelayanan pra usia lanjut dan usia lanjut(>60 tahun) tahun 2010 meningkat sebesar meningkat sebesar 66,30% (234.426 dari 353.575 sasaran), tahun 2011 turun sebesar 39,76% (106.506 dari 267.870 sasaran), tahun 2012 cakupan pelayanan usia lanjut meningkat sebesar 75,48% (294.086 dari 389.626 sasaran) dan tahun 2013 cakupan pelayanan usia lanjut turun sebesar 43,36% (300.538 dari 693.128 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 62

sasaran). Sedangkan tahun 2014 cakupan pelayanan usia lanjut mningkat sebesar 56,92% (167.139 dari 293.658 sasaran), angka ini lebih rendah dari target nasional sebesar 70%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 52. 5. Pelayanan Keluarga Berencana Usia subur seorang wanita menurut hasil penelitian adalah usia antara 15 49 tahun, oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat/ cara dengan Keluarga Berencana (KB). Capaian pelayanan KB dapat digambarkan melalui kelompok sasaran program yang sedang dan pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Jumlah Pasangan Usia Subur peserta Akseptor KB Aktif tahun 2010 sebesar 345.469 (74,81%) dari 481.842 PUS, tahun 2011 sebesar 348.981 (75,56%) dari 461.842 PUS, tahun 2012 sebesar 75,46% (354.284 dari 469.528 PUS, tahun 2013 turun sebesar 74,48% (362.268 dari 473.656 PUS dan tahun 2014 turun sebesar 66,80% (334.844 dari 501.266 PUS, angka ini lebih tinggi dari target nasional sebesar 70%. Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor adalah metode Suntik sebanyak 178.599 (53,34%) dan paling sedikit digunakan adalah MOP (Metode Operasi Pria) sebanyak 534 (0,16%). Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 63

Sedangkan Jumlah PUS peserta KB Baru tahun 2010 turun sebesar 11,93% (55.084 dari 461.842 PUS), tahun 2011 turun sebesar 21,77% (100.557 dari 461.842 PUS), tahun 2012 turun sebesar 20,09% (94.322 dari 469.528 PUS), tahun 2013 turun sebesar 19,91% (94.322 dari 473.656 PUS) dan tahun 2014 turun sebesar 3,11% (15.583 dari 501.266 PUS). Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor baru adalah Suntik sebanyak 5.877 (37,71%) dan paling sedikit digunakan adalah MOP (Metode Operasi Pria) sebanyak 85(0,55%). Data selengkapnya disajikan pada Lampiran Tabel 34,35 dan 36. GAMBAR 4.2 JUMLAH KB BARU dan KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 180.000 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 KB Baru - KB Aktif 736 3.769 706 5.877 396 4.099 IUD MOP/MOW IMPLAN KONDOM SUNTIK PIL Sumber : Bidang PPKM Dinkes Malang Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 64

6. Pelayanan Imunisasi a. Desa mencapai Universal Child Imunization (UCI ) Desa/ kelurahan UCI (Universal Child Immunization) adalah desa/ kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 3 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Indikator UCI adalah tercapainya cakupan imunisasi Campak 80%. Pencapaian desa/ kelurahan UCI di Kabupaten Malang 5 (lima) tahun terakhir dari 390 desa/ kelurahan yang ada cenderung fluktuatif yaitu tahun 2010 meningkat sebesar 370 desa (94,87%), tahun 2011 turun sebesar 312 desa (80%), tahun 2012 meningkat sebesar 343 desa (87,95%) dari 390 desa, tahun 2013 meningkat sebesar 382 desa (97,95%) dari 390 desa dan tahun 2014 turun sebesar 342 desa (87,69%) dari 390 desa. Cakupan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan target SPM Kabupaten Malang yaitu sebesar 90% dan lebih rendah dari target nasional sebesar 100%. Cakupan UCI tertinggi sebesar 100% terdapat di 19 Puskesmas (48,72%), cakupan < 100% terdapat di 20 puskesmas (51,28%) dan cakupan terendah di Puskesmas Wonosari 25%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 41. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 65

GAMBAR 4.3 PETA CAKUPAN UCI DESA KAB. MALANG 2014 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Keterangan : = UCI = Non UCI b. Cakupan Imunisasi Dasar Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Jawa Timur persentase cakupan Imunisasi Lengkap anak umur 12-59 bulan di Jawa Timur sebesar 45,2% dan di Kabupaten Malang sebesar 33,4%, sedangkan persentase cakupan Imunisasi dasar anak umur 12-59 bulan adalah seperti pada tabel berikut : Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 66

TABEL 4.1 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK UMUR 12-59 BULAN Jenis Imunisasi Jawa Timur Cakupan (%) Kab. Malang BCG 87,9 91 POLIO 3 72,6 62,8 DPT 3 66,5 53,6 HB 3 59,5 45,1 CAMPAK 85,5 86,7 Sumber : Hasil Riskesdas Prop. Jatim 2007 Sedangkan dari hasil laporan puskesmas di Kabupaten Malang cakupan imunisasi dasar pada bayi tahun 2014 adalah sebagai berikut : HB < 7 hari sebesar 40.294 bayi (92,94%), BCG sebesar 40.563 bayi (93,56%), DPT3 + HB3 sebesar 41.605 bayi (104%), Polio 4 sebesar 41.663 bayi (104%), dan Campak sebesar 41.923 bayi (104%) imunisasi lengkap sebesar 41.262 bayi (103%), serta bayi yang drop out (DO) sebanyak 1,63%. Selain itu cakupan bayi yang mendapat imunisasi lengkap sebesar 41.262 bayi (103%), angka ini lebih besar dari cakupan tahun 2013 sebesar 99,98% dan tahun 2012 sebesar 99,67%. 7. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pemeriksaan Gigi dan Mulut pada murid SD/MI Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti pencabutan, pengobatan, penambalan sementara dan tetap yang dilaksanakan di Poli gigi puskesmas (dalam gedung) dan usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) di luar Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 67

gedung dengan kegiatan sikat gigi massal dan pemeriksaan gigi murid. Sesuai dengan Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Malang tahun 2010 jumlah murid SD/MI sebanyak 105.754 anak dan yang mendapat pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut sebanyak 27.145 anak (25,67%), tahun 2011 jumlah murid SD/MI sebanyak 205.404 anak dan yang mendapat pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut sebanyak 23.509 anak (11,45%) dan tahun 2012 jumlah murid SD/MI sebanyak 234.553 anak dan yang mendapat pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut sebanyak 32.659 anak (13,92%). Tahun 2013 jumlah murid SD/MI sebanyak 234.688 anak dan yang mendapat pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut sebanyak 132.015 anak (56,25%). Angka ini lebih rendah dari target nasional yaitu sebesar 100%. Sedangkan tahun 2014 jumlah murid SD/MI sebanyak 243.120 anak dan yang mendapat pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut sebanyak 12.913 anak (5,31%). Angka ini lebih rendah dari target nasional yaitu sebesar 100%. Jumlah murid SD/MI yang mendapat perawatan tahun 2010 sebanyak 10.260 (24,26%) dari 42.284 murid, tahun 2011 sebanyak 3.954 (27,57%) dari 14.344 murid, tahun 2012 sebanyak 11.521 (87,17%) dari 13.217 murid, dan tahun 2013 sebanyak 6.316 (54,76%) dari 11.535 murid dan tahun 2014 sebanyak 951 (13,89%) dari 6.847 murid. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 51. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 68

8. Pelayanan Kesehatan Kerja Pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal adalah pelayanan kesehatan yang terdiri dari promotip, preventip, kuratip, dan atau rehabilitatip sesuai dengan standar kepada pekerja yang terdaftar pada suatu badan usaha milik pemerintah maupun swasta oleh fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. Cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal tahun 2010 sebesar 69.957 (46,89%) dari 149.203 pekerja, tahun 2011 meningkat sebesar 189.376 (61,99%) dari 305.516 pekerja dari 37 puskesmas yang melapor, tahun 2012 meningkat sebesar 430.569 (65,0%) dari 662.375 pekerja dari 37 puskesmas yang melapor dan tahun 2013 jumlah pekerja sebanyak 292.139 dan sebanyak 129.653 (44,35%) pekerja formal yang dilayani dan diobati dari 39 puskesmas yang melapor. Sedangkan tahun 2014 jumlah pekerja sebanyak 318.736 dan sebanyak 129.019 (40,48%) pekerja formal yang dilayani dan diobati dari 38 puskesmas yang melapor, angka ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan target nasional sebesar 80%. 9. Upaya Penyuluhan Kesehatan Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan di Kabupaten Malang meliputi penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa, kegiatan ini dilakukan baik di Puskesmas, Rumah Sakit maupun di Dinas Kesehatan Jumlah penyuluhan kesehatan di Kabupaten Malang tahun 2011 sebanyak 24.798 kali, tahun 2012 menurun Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 69

sebanyak 21.287 kali, sedangkan Jumlah penyuluhan kesehatan tahun 2013 menurun sebanyak 6.225 kali, dengan rincian: (1) dilakukan di puskesmas sebanyak 6.156 kali (6.093 kali penyuluhan kelompok dan 63 kali enyuluhan massa), (2) dilakukan di Dinas Kesehatan sebanyak 69 kali (45 kali penyuluhan kelompok dan 24 kali penyuluhan massa), (3) dilakukan di Rumah Sakit tidak ada data. B. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 1. Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe Anemia gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Masalah anemia gizi pada ibu hamil, wanita usia subur dan balita perlu mendapat perhatian serius dalam penanggulangannya. Berdasarkan hasil SKRT tahun 1995 diketahui secara Nasional masalah anemia gizi ibu hamil sebesar 50,9%. Upaya penanggulangan dalam jangka pendek dilakukan dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil. Cakupan Ibu Hamil mendapat Tablet Fe sekali (Fe1/30 bungkus) sebanyak 40.199 (87,78%) tahun 2010 sebanyak 40.896 (89,98%) dari 45.451 ibu hamil, tahun 2011 sebanyak 40.896 (92,03%) dari 45.451 ibu hamil, tahun 2012 meningkat sebanyak 42.225 (92,39%) dari 45.703 ibu hamil dan tahun 2013 meningkat sebanyak 43.049 (94,85%) dari 45.387 ibu hamil. Sedangkan tahun 2014 turun sebanyak 39,495 (87,54%) dari 45.115 ibu hamil. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 70

39.596 40.896 41.830 40.068 42.225 40.655 39.495 41.085 42.094 43.049 45.703 45.703 45.451 45.451 45.115 Sedangkan cakupan ibu hamil mendapat Tablet Fe tiga kali (Fe3/90 bungkus) tahun 2010 meningkat sebesar 39.596 (87,12%) dari 45.451 ibu hamil, tahun 2011 meningkat sebesar 40.068 (88,16%) dari 45.451 ibu hamil, tahun tahun 2012 meningkat sebesar 40.665 (88,95%) dari 45.703 ibu hamil dan tahun 2013 meningkat sebesar 41.085 (90,02%) dari 45.387 ibu hamil. Sedangkan tahun 2014 turun sebesar 39.495 (87,54%) dari 45.115 ibu hamil, angka cakupan ini sudah melebihi target nasional yaitu 80%. Perkembangan cakupan pemberian Tablet Fe di Kabupaten Malang dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Lampiran Tabel 30. GAMBAR 4.4 PERKEMBANGAN CAKUPAN PEMBERIAN TABLET FE DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Ibu Hamil Fe 1 Fe 3 Sumber : Bidang PPKM Dinkes Malang 2. Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah gizi utama di Indonesia. KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita KEP atau gizi buruk sebagai Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 71

akibat asupan zat gizi sangat kurang. Anak yang menderita KVA berdampak pada resiko kebutaan juga resiko kematian balita karena infeksi dan mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernapasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak tersebut menurun. Penanggulangan masalah KVA dilaksanakan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan secara preventif dapat dilakukan dengan suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan fortifikasi bahan makanan dengan vitamin A. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi khususnya diberikan pada sasaran prioritas yaitu bayi ( 6 11 bulan ), anak balita (1-5 tahun) dan ibu nifas. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebaran anak umur 6-59 bulan yang mendapatkan Kapsul Vitamin A di Jawa Timur sebesar 73,6% dan di Kabupaten Malang sebesar 65,3%. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan 5 (lima) tahun terakhir cenderung fluktuatif yaitu tahun 2010 sebesar 97,28%, tahun 2011 sebesar 102,32% (42.257 dari 41.297 bayi), tahun 2012 turun sebesar 53,63% (21.615 dari 40.300 bayi), tahun 2013 naik sebesar 100% (41.648 dari 40.103 bayi) dan tahun 2014 naik sebesar 100,03% (40,009 dari 39.995 bayi). Sedangkan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita 2 kali/ tahun tahun 2010 sebesar 83,16% (137.371 anak balita), tahun 2011 meningkat sebesar 86,46% (142.823 dari 165.188 anak balita), tahun 2012 turun sebesar 84,80% (143.221 dari 168.897 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 72

anak balita) dan tahun 2013 meningkat sebesar 89,28% (148.210 dari 166.001 anak balita). Sedangkan tahun 2014 meningkat sebesar 93,33% (151.267 dari 162.072 anak balita). Data selengkapnya dan perkembangan cakupan pemberian Vitamin A di Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel berikut dan Lampiran Tabel 32. Tabel 4.2 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A di Kab. Malang Tahun 2011-2014 No Sasaran Target Cakupan (%) 2011 2012 2013 2014 1. 2. 3. Bayi (6-11 bln) Anak Balita ( 1-4 th ) 2x Ibu nifas 80 % 80 % 80 % 102,32 86,46 92,31 53,63 84,80 91,49 100 89,28 90,08 100.03 93,33 87,30 Sumber : Bidang PPKM Dinkes Malang 3. Keluarga dengan Garam Beryodium Baik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium merupakan sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus, dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan ini merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Apabila di suatu wilayah dijumpai penyakit gondok lebih dari 5%, maka daerah itu dinyatakan daerah GAKY dan harus dilakukan tindakan penanggulangan GAKY. Berdasarkan hasil survey pemetaan Nasional GAKY di Kabupaten Malang tahun 1998 prevalensi total goiter rate (TGR) pada anak usia sekolah rata-rata sebesar 22,99 %, dan tahun 2001 turun menjadi 18,96%. Di Kabupaten Malang terdapat 6 kecamatan endemik berat, 9 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 73

kecamatan endemik sedang, dan 17 kecamatan endemik ringan. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Malang kasus GAKY adalah tersebar di seluruh kecamatan. Salah satu upaya mempercepat penurunan prevalensi GAKY yaitu dengan pemberian kapsul yodium (jangka pendek) dan jangka panjang melalui optimalisasi pemanfaatan garam beryodium, hal ini disebabkan program pemberian kapsul Yodium telah dihentikan pada tahun 2009 (sesuai Surat Edaran Dirjen Binkesmas Kemkes RI). Dari hasil survei yang dilakukan di Kabupaten Malang tahun 2010, ada sekitar 6.003 keluarga (73,30%) dari 8.190 keluarga yang di survei telah menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat, dan dari 390 desa yang ada, sebanyak 111 desa (28,46%) masuk kategori desa baik. Tahun 2011 ada sekitar 3.944 keluarga (73,65%) dari 5.355 keluarga yang di survei telah menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat, tahun 2012 ada sekitar 7.388 keluarga (90,44%) dari 8.169 keluarga yang di survei telah menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat dan tahun 2013 ada sekitar 3.670 keluarga (76,30%) dari 4.810 keluarga yang di survei telah menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat. Sedangkan tahun 2014 ada sekitar 10.140 keluarga (75,35%) dari 13.746 keluarga yang di survei telah menggunakan garam beryodium yang memenuhi syarat, cakupan tersebut masih dibawah target yaitu 90%. Cakupan tertinggi di Puskesmas Singosari dan Puskesmas Sitiarjo sebesar (100%) dan cakupan terendah di Puskesmas Tirtoyudo (46,75%). Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 74

Dari dari 390 desa yang ada, sebanyak 25,38% (99 desa dari 348 desa yang di survei) masuk kategori desa baik. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran Tabel Tambahan 4. 4. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten Malang tahun 2010 sebanyak 289 balita (100%), tahun 2011 sebanyak 313 balita (100%) mendapat perawatan, tahun 2012 sebanyak 304 balita (100%) mendapat perawatan dan tahun 2013 sebanyak 243 balita (100%) mendapat perawatan. Sedangkan tahun 2014 sebanyak 145 balita gizi buruk ditemukan dan sebesar 145 balita (100%) mendapat perawatan, yang terdiri dari 73 balita laki-laki (50,34%) dan 72 balita perempuan (49,66%). Selengkapnya disajikan pada Lampiran Tabel 48. C. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) Kejadian luar biasa adalah peningkatan kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan. Kejadian luar biasa yang menimbulkan kesakitan dan kematian dari tahun ke tahun masih sering terjadi di Kabupaten Malang, hal ini dapat diketahui dari laporan puskesmas yang masuk. Diantara KLB yang sering terjadi adalah keracunan, Demam Berdarah dan Diare yang terjadi sejak tahun 2003 sampai tahun 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 75

1. Desa/ Kelurahan KLB di Tangani < 24 jam Tahun 2010 jumlah desa/ kelurahan yang terserang KLB sebanyak 64 desa dari 390 desa yang ada (sebesar 100% ditangani oleh petugas kesehatan sebelum 24 jam), tahun 2011 yang terserang KLB turun sebanyak 37 desa (9,49%) dari 390 desa dan 37 desa (100%) ditangani oleh petugas kesehatan sebelum 24 jam, tahun 2012 yang terserang KLB meningkat sebanyak 41 desa (10,51%) dari 390 desa dan 41 desa (100%) ditangani oleh petugas kesehatan sebelum 24 jam dan tahun 2013 yang terserang KLB turun sebanyak 33 desa (8,46%) dari 390 desa, dengan rata-rata kejadian KLB perdesa/ kelurahan sebesar 0,08 dan 33 desa (100%) ditangani oleh petugas kesehatan sebelum 24 jam. Sedangkan tahun 2014 yang terserang KLB meningkat sebanyak 63 desa (8,46%) dari 390 desa, dan 63 desa (100%) ditangani oleh petugas kesehatan sebelum 24 jam, angka ini sesuai dengan target nasional yaitu 100%. Perkembangan jumlah desa/ kelurahan sesuai jenis KLB disajikan pada Lampiran Tabel 28. 2. Jenis KLB Jenis KLB yang terjadi di Kabupaten Malang selama 7 (tujuh) tahun yaitu tahun 2007 2014 antara lain : Tetanus Neonatorum, AFP, Keracunan (makanan dan gas amoniak), Diare, Campak, DBD, Tetanus, Diphteri, Chikungunya, dan Bencana alam (tanah longsor, banjir, angin puting beliung). Dari laporan puskesmas dapat diketahui ada 3 (tiga) jenis KLB yang terjadi: Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 76

a). KLB Penyakit KLB penyakit yang terjadi tahun 2014 adalah Dipteri dengan jumlah penderita sebanyak 37 penderita, penduduk terancam sebanyak 216.468 jiwa (Attack Rate: 0,02%) yang terjadi di 30 desa (15 kecamatan). b). Kejadian Keracunan Makanan dan Minuman Kejadian keracunan makanan dan minuman di Kabupaten Malang terjadi hampir setiap tahun, sejak tahun 2010 2014 kecenderungannya terus meningkat, hal ini terlihat seperti gambar berikut : GAMBAR 4.5 JUMLAH KEJADIAN KLB KERACUNAN MAKANAN DAN MINUMAN DI KAB. MALANG 2010-2014 350 300 284 294 250 200 150 100 50 118 75 29 0 2010 2011 2012 2013 2014 KLB Keracunan Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Dari gambar dapat diketahui kejadian keracunan makanan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup tajam terutama pada tahun 2011 dan tahun 2012, sedangkan tahun 2013 dan tahun 2014 mengalami penurunan. Selengkapnya disajikan pada Lampiran Tabel 27. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 77

c) Kejadian Bencana Kejadian bencana yang terjadi di Kabupaten Malang terjadi setiap tahun, yang kecenderungannya terus meningkat. Jenis bencana yang terjadi tahun 2010-2014 adalah bencana banjir, tanah longsor dan angin puting beliung. Kejadian bencana yang terjadi tahun 2014 di Kabupaten Malang adalah tanah longsor yang terjadi di 30 desa ( 6 kecamatan), dengan jumlah penderita 7.758 orang, penduduk terancam sebanyak 174.545 jiwa dan jumlah orang meninggal sebanyak 9 orang (Attack rate : 4,44 % dan CFR : 012%). Perkembangan jenis KLB disajikan dalam tabel berikut : TABEL 4.3 KASUS KEJADIAN LUAR BIASA DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 NO JENIS KLB 2010 2011 2012 2013 2014 1 TN 0 0 0 0 0 2 AFP 19 18 9 9 0 3 Keracunan 118 334 334 75 0 a. Makanan 0 284 294 75 29 b. Gas amoniak 0 50 0 0 0 4 Diare 192 21 18 0 0 5 DBD 9 0 0 0 0 6 Difteri 12 38 22 15 15 7 Chikungunya 102 0 0 0 0 8 Bencana Alam 16 17 12 12 12 a. Banjir 4 0 0 11 0 b. Tanah longsor 6 17 12 4 7.758 c. Puting beliung 6 0 0 1 0 9 Leptospirosis 0 0 0 1 0 10 Febris 0 0 0 20 0 Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 78

Untuk menanggulangi bencana yang terjadi di Kabupaten Malang telah terbentuk Tim Penanggulangan Bencana baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat kecamatan / puskesmas, dan juga di tiap puskesmas telah memiliki peta rawan bencana. Selengkapnya disajikan pada Lampiran Tabel 27. D. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, sejak lama dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat. Saat ini telah berkembang cara pembiayaan jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar di masyarakat antara lain : dana sehat, Askes, Jamsostek, tabulin, Jamkesmas/ Jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya. Jumlah peserta jaminan kesehatan tahun 2014 di Kabupaten Malang adaah sebagai berikut : 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Jumlah peserta JKN sebanyak 1.366.814 jiwa (54,13%), yang terbagi menjadi : a) Penerima bantuan iuran (PBI) APBN sebesar 691.394 peserta (27,38%) b) Penerima bantuan iuran (PBI) APBD, tidak ada data. c) Pekerja penerima upah (PPU)/ mandiri sebesar 166.609 peserta (6,60%) d) Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/ mandiri sebesar 58.531 peserta (2,32%) e) Bukan pekerja (BP) sebesar 450.280 peserta (17,83%) 2. Jamkesda, jumlah peserta sebanyak 6.213 jiwa (0,25%). 3. Asuransi Swasta, jumlah peserta sebanyak 104.981 jiwa (4,16%). Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 79

4. Asuransi Perusahaan,tidak ada data. Jumlah peserta jaminan kesehatan untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar berikut: GAMBAR 4.6 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PRA BAYAR DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 Asuransi Swasta 7% Jamkesda 0% Asuransi Perusahaan 0% JKN 93% Dari gambar diatas dapat diketahui peserta jaminan kesehatan sebesar prabayar terbesar berasal dari peserta Jamina Kesehatan Nasinal (JKN) yang terkecil berasal dari peserta Jamkesda. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 53. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin sesuai dengan pelaporan SPM tahun 2014 di sarana kesehatan strata 1 (Puskesmas) sebesar 321.430 jiwa (45,04%) dan cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata 2 dan 3 (Rumah Sakit) sebesar 58.260 jiwa (8,16%). Cakupan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2013 di sarana kesehatan strata 1 (Puskesmas) sebesar 237.490 jiwa (29,96%) dan cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata 2 dan 3 (Rumah Sakit) sebesar 237.490 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 80

jiwa (29,96%), tetapi cakupan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 100%. E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Pemanfaatan Puskesmas Pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas oleh penduduk di Kabupaten Malang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, hal ini dapat diketahui dari meningkatnya cakupan kunjungan yang masuk dari 39 puskesmas yang ada, baik kunjungan rawat jalan maupun kunjungan rawat inap. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 persentase penduduk rawap inap menurut tempat perawatan (di puskesmas) di Jawa Timur sebesar 1,5% dan di Kabupaten Malang sebesar 0,9%. Di Kabupaten Malang cakupan kunjungan rawat jalan di Puskesmas tahun 2010 sebesar 1.153.982, tahun 2011 sebesar 1.060.027, tahun 2012 meningkat sebesar 1.254.048, dan tahun 2013 turun sebesar 1.006.795 dan tahun 2014 turun sebesar 912.344. Sedangkan cakupan kunjungan rawat inap di Puskesmas tahun 2014 sebesar 11.477 lebih rendah dari cakupan tahun 2013 sebesar 12.949 (dari 27 puskesmas rawat inap yang ada), lebih tinggi bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 sebesar 11.444 (dari 27 puskesmas rawat inap yang ada), dan lebih rendah dari cakupan tahun 2011 sebesar 16.073, tahun 2010 sebesar 13.617 dan lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas. Kunjungan tertinggi di Puskesmas Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 81

Tumpang sebesar 2.234 orang (19,47%) dan terendah di Puskesmas Ardimulyo sebesar 15 (0,13%) serta 7 puskesmas tidak ada kunjungan rawat inap yaitu Puskesmas Jabung, Singosari, Dau, Pujon, Kasembon, Kalipare, dan Puskesmas Bantur. Dari 302 tempat tidur yang ada di puskesmas, yang dimanfaatkan oleh penduduk (BOR) sebesar 32,91% dan jumlah hari perawatan sebesar 38.240 hari. Cakupan ini lebih tinggi bila dibandingkan tahun 2013 yaitu 25,23% untuk BOR dan 27.886 hari untuk jumlah hari perawatan, tetapi hal ini menunjukkan masih kurangnya pemanfaatan pelayanan rawat inap di puskesmas oleh penduduk. 60 50 40 GAMBAR 4.7 TINGKAT PEMANFAATAN PUSKESMAS DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 47,78 44,04 51,45 40,69 36,59 30 20 10 0 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Bidang PPKM Dinkes Malang Jumlah total kunjungan penduduk ke Puskesmas baik rawat jalan dan rawat inap 5 (lima) tahun terakhir cenderung fluktuatif yaitu tahun 2010 menurun sebesar 1.167.599 kunjungan (47,78%), tahun 2011 menurun sebesar 1.076.100 kunjungan (44,04%), tahun 2012 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 82

jumlah kunjungan menurun sebesar 1.279.665 kunjungan (51,45%) dan tahun 2013 jumlah kunjungan menurun sebesar 1.019.744 kunjungan (40,69%). Sedangkan tahun 2014 jumlah kunjungan menurun sebesar 923.821 kunjungan (36,59%), angka ini lebih besar bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 15% penduduk. Kunjungan tertinggi terdapat di Puskesmas Turen sebesar 79.546 (8,61%) dan terendah di Puskesmas Sumbermanjing Kulon sebesar 2.519 (0,27%) serta 4 puskesmas tidak lapor, data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4 dan Lampiran Tabel 58. TABEL 4.4 JUMLAH KUNJUNGAN KE PUSKESMAS DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 Tahun Jumlah Kunjungan Kunjungan Puskesmas Jumlah Penduduk Tingkat pemanfaatan (%o) 2010 1.167.599 2.443.609 47,78 2011 1.076.100 2.443.609 44,04 2012 1.279.665 2.487.120 51,45 2013 1.019.744 2.506.102 40,69 2014 923.821 2.524.863 36,59 Sumber : Bidang PPKM Dinkes Malang 2. Pemanfaatan Rumah Sakit Pemanfaatan pelayanan kesehatan di rumah sakit oleh penduduk di Kabupaten Malang diperoleh dari laporan kunjungan baik rawat jalan maupun rawat inap baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 83

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 persentase penduduk rawap inap menurut tempat perawatan adalah seperti pada tabel berikut : TABEL 4.5 PERSENTASE PENDUDUK RAWAP INAP MENURUT TEMPAT PERAWATAN Tempat Berobat Rawat Inap Jawa Timur Cakupan (%) Kab. Malang RS Pemerintah 2,9 2,7 RS Swasta 7,7 3,8 RS Luar Negeri 0,00 0,1 RS Bersalin 0,3 0,2 Sumber : Hasil Riskesdas Prop. Jatim 2007 Cakupan kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit tahun 2010 sebesar 50.895 (dari 19 RS), tahun 2011 sebesar 266.058 (dari 21 RS), tahun 2012 sebesar 308.275 (dari 21 RS), dan tahun 2013 sebesar 195.808 (dari 11 RS yang lapor). Sedangkan kunjungan rawat jalan tahun 2014 sebesar 163.349 (dari 10 RS yang lapor). Kunjungan rawat jalan tertinggi di RS Jiwa Lawang sebesar 39.728 (24,32%) dan terendah di RS Hayunantyo Dau sebesar 513 (0,31%). Sedangkan cakupan kunjungan rawat inap di Rumah sakit tahun 2010 sebesar 265.369 (84,15%), tahun 2011 sebesar 125.665, tahun 2012 turun sebesar 81.655 dan tahun 2013 turun sebesar 38.592. Sedangkan tahun 2014 turun sebesar 33.278 (dari 10 RS yang lapor), kunjungan rawat inap tertinggi di RSUD Lawang sebesar 5.526 (16,61%) dan terendah di RS Hayunantyo Dau sebesar 37 (0,11%). Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 84

Jumlah total kunjungan penduduk ke rumah sakit baik Pemerintah maupun Swasta, baik rawat jalan ataupun rawat inap 5 (lima) tahun terakhir cenderung fluktuatif yaitu tahun 2010 jumlah total kunjungan meningkat menjadi 315.349 (12,90%) dari 2.443.609 penduduk, tahun 2011 jumlah total kunjungan meningkat sebesar 385.700 (15,78%) dari 2.443.609 penduduk, tahun 2012 jumlah total kunjungan meningkat sebesar 406.608 (16,35%) dari 2.487.120 penduduk dan tahun 2013 jumlah total kunjungan meningkat sebesar 234.400 (9,35%) dari 2.506.102 penduduk. Sedangkan tahun 2014 jumlah total kunjungan turun sebesar 196.627 (7,79%) dari 2.524.863 penduduk. Angka cakupan ini jauh lebih tinggi dari target nasional yaitu 1,5%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 54. GAMBAR 4.8 TINGKAT PEMANFAATAN RUMAH SAKIT DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 12,90 12,9 16,35 9,35 7,79 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Laporan Tahunan RS tahun 2014 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 85

Sedangkan untuk indikator- indikator pelayanan rumah sakit yang lain dapat diuraikan sebagai berikut : a. BOR (Bed Occupancy Ratio/ Angka penggunaan tempat tidur) BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Prosentase pemakaian tempat tidur rumah sakit di Kabupaten Malang tahun 2010 sebesar 51,21%, tahun 2011 turun sebesar 63,26%, tahun 2012 turun sebesar 62,56%, tahun 2013 turun sebesar 35,38% dan tahun 2014 turun sebesar 25,90%. BOR tertinggi Rumah Sakit Umum adalah di Rumah Sakit Kanjuruhan Kepanjen sebesar 70,95% dan terendah di RS Bantuan Lawang sebesar 0,02%, sedangkan BOR tertinggi Rumah Sakit Khusus adalah di Rumah Sakit Jiwa Lawang sebesar 82,58%. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). b. AVLOS (Average Length of Stay/ Rata-rata lamanya pasien dirawat) AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Rata-rata lama pasien dirawat di rumah sakit adalah tahun 2010 sebesar 11,92 hari, tahun 2011 turun sebesar 8,14 hari, tahun 2012 turun sebesar 6,54 hari, tahun 2013 sebesar 2,43 hari dan tahun 2014 sebesar 3,64 hari. AVLOS tertinggi Rumah Sakit Umum adalah Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 86

di RS Kanjuruhan Kepanjen selama 4,78 hari dan terendah di Rumah Sakit Umum Daerah Lawang selama 0 hari. Sedangkan AVLOS tertinggi Rumah Sakit Khusus adalah di Rumah Sakit Jiwa Lawang selama 48,64 hari. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005). c. TOI (Turn Over Interval / Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rata-rata TOI rumah sakit tahun 2010 turun sebesar 4,17 hari, tahun 2011 naik sebesar 4,72 hari, tahun 2012 turun sebesar 3,91 hari, tahun 2013 naik sebesar 4,43 hari dan tahun 2014 naik sebesar 11,03 hari. Cakupan TOI tertinggi Rumah Sakit Umum adalah di RS Madinah Kasembon sebesar 15,49 hari dan terendah di RS Marsudi Waluyo Singosari sebesar 1,89 hari, sedangkan tertinggi Rumah Sakit Khusus adalah di Rumah Sakit Hayunantyo Karangploso sebesar 56,28 kali dan terendah di RS Bersalin Siti Miriam Singosari sebesar 9,70 kali. d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 87

Frekuensi pemakaian tempat tidur tahun 2008 sebesar 36,65 kali, tahun 2009 turun sebesar 23,16 kali, tahun 2010 meningkat sebesar 35,58 kali. Sedangkan tahun 2014 turun sebesar 24,52 kali Cakupan tertinggi Rumah Sakit Umum adalah di RS Marsudi Waluyo Singosari sebesar 68,60 kali dan terendah di RS Madinah Kasembon sebesar 23,56 kali, sedangkan tertinggi Rumah Sakit Khusus adalah di Rumah Sakit Bersalin Siti Miriam Singosari Dampit sebesar 26,56 kali dan terendah di RS Hayunantyo Karangploso sebesar 1,43 kali. e. NDR (Net Death Rate) NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Angka kematian 48 jam setelah dirawat di rumah sakit tahun 2010 naik sebesar 1,74, tahun 2011 turun sebesar 1,19, tahun 2012 naik sebesar 11,83, tahun 2013 turun sebesar 1,66 dan tahun 2014 turun sebesar 1,58. Kematian tertinggi Rumah Sakit Kanjuruhan Kepanjen sebesar 35,28 dan terendah sebesar 1,12 di RS Ben Mari Pakisaji. Sedangkan NDR tertinggi Rumah Sakit Khusus khusus adalah di RS Jiwa Lawang sebesar 2,86 dan terendah di RS Bersalin Siti Miriam Singosari sebesar 0,75. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 88

f. GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. Angka kematian umum di rumah sakit tahun 2010 turun sebesar 3,53, tahun 2011 turun sebesar 2,57, tahun 2012 naik sebesar 23,83, tahun 2013 turun sebesar 3,21 dan tahun 2014 turun sebesar 3,39. Kematian tertinggi Rumah Sakit Umum adalah di RS Kanjuruhan Kepanjen sebesar 73,43 dan terendah di RS Ben Mari Pakisaji sebesar 3,07, sedangkan kematian tertinggi Rumah Sakit khusus adalah di RS Bersalin Siti Miriam sebesar 4,52 dan terendah di RS Jiwa Lawang sebesar 1,32. 3. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat Semua Sarana Kesehatan harus mempunyai kemampuan Gawat Darurat (Gadar), namun sesuai pengumpulan data pada tahun 2010 meningkat sebanyak 44 sarkes (75,86%) mempunyai gadar dari 58 sarkes yang ada, tahun 2011 meningkat sebanyak 43 sarkes (95,74%) mempunyai gadar dari 48 sarkes yang ada, tahun 2012 sebanyak 43 sarkes (89,58%) mempunyai gadar dari 47 sarkes yang ada dan tahun 2013 sebanyak 48 sarkes (96%) mempunyai gadar dari 50 sarkes yang ada. Sedangkan tahun 2014 sebanyak 21 Rumah Sakit (91,30%) mempunyai fasilitas gawat darurat (gadar) level 1 dari 23 Rumah Sakit yang ada. Data selengkapnya dapat dilihat ada Lampiran Tabel 68. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 89

4. Sarana Kesehatan dengan Laboratorium kesehatan Sesuai standar, semua Sarana Kesehatan harus mempunyai kemampuan Laboratorium Kesehatan (100%), namun sesuai pengumpulan data pada tahun 2010 dari 58 sarana kesehatan sebanyak 40 sarkes (68,97%) mempunyai sarana Laboratorium, tahun 2011 dari 60 sarana kesehatan sebanyak 44 sarkes (73,33%) dan tahun 2012 dari 60 sarana kesehatan sebanyak 48 sarkes (80%). Sedangkan tahun 2013 dan tahun 2014 dari 62 sarana kesehatan sebanyak 62 sarkes (100%) mempunyai sarana Laboratorium yang terdiri dari: Rumah Sakit Umum sebanyak 16 buah, Rumah sakit Khusus sebanyak 7 buah, dan Puskesmas sebanyak 39 buah. 5. Rumah Sakit dengan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialisasi Dasar Pelayanan Medik Spesialis Dasar di Rumah Sakit terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Pelayanan Kesehatan Anak, Pelayanan Bedah, Pelayanan Obstetri dan Ginekologi. Tahun 2010 dari 13 Rumah Sakit umum yang ada, tahun 2011 dari 15 Rumah Sakit umum yang ada terdapat 15 Rumah Sakit (100%) yang mempunyai 4 Pelayanan Kesehatan Spesialisasi Dasar dan tahun 2012 dari 15 Rumah Sakit umum yang ada terdapat 15 Rumah Sakit (100%) yang mempunyai 4 Pelayanan Kesehatan Spesialisasi Dasar, dan tahun tahun 2013 dari 16 Rumah Sakit umum yang ada terdapat 16 Rumah Sakit (100%) yang mempunyai 4 Pelayanan Kesehatan Spesialisasi Dasar. Sedangkan tahun 2014 dari 16 Rumah Sakit umum Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 90

yang ada terdapat 16 Rumah Sakit (100%) yang mempunyai 4 Pelayanan Kesehatan Spesialisasi Dasar. 6. Ketersediaan Obat Obat generik/ essensial adalah obat dengan nama sesuai dengan zat berkasiat yang dikandungnya, dan dengan harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat (sesuai SK Menkes RI tentang Pedoman Umum Pengadaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar). Ketersediaan obat sesuai ke butuhan pelayanan kesehatan tahun 2010 sebanyak 35 item obat dari 35 item obat yang dibutuhkan, dengan tingkat ketersediaan 100%. Ketersediaan obat tahun 2011 sebanyak 31 item obat (91,18%) dari 34 item obat yang dibutuhkan (dengan tingkat ketersediaan 100%), dan Ketersediaan obat tahun 2012 sebanyak 30 item obat (88,23%) dari 34 item obat yang dibutuhkan (dengan tingkat ketersediaan 100%). Tahun 2013 ketersediaan obat menurut jenis obat sebanyak 135 item obat dan 7 item obat jenis vaksin, sedangkan tahun 2014 ketersediaan obat menurut jenis obat sebanyak 144 item obat dan 9 item diantaranya adalah obat jenis vaksin. F. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Rumah Tangga ber PHBS Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang semua anggota keluarganya berperilaku hidup bersih dan sehat, yaitu merupakan komposit 12 dari 16 indikator (Pertolongan persalinan oleh nakes, balita diberi ASI, Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 91

Kepadatan rumah, Mendapatkan air bersih, mempunyai jamban, lantai rumah kedap air, jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, olahraga teratur dan makanan gizi seimbang. Berdasarkan survei PHBS yang dilakukan di Kabupaten Malang selama 5 (lima) tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah rumah tangga ber PHBS yaitu pada tahun 2010 Jumlah Rumah Tangga di pantau sebanyak 3.890 dan yang ber PBHS meningkat sebanyak 2.150 (55,27%), tahun 2011 Jumlah Rumah Tangga di pantau sebanyak 4.286 dan yang ber PBHS menurun sebanyak 2.225 (51,91%). Tahun 2012 Jumlah Rumah Tangga di pantau sebanyak 24.692 dan yang ber PBHS meningkat sebanyak 14.135 (57,25%). Tahun 2013 Jumlah Rumah Tangga di pantau sebanyak 39.800 dan yang ber PBHS sebanyak 22.386 (56,25%), sedangkan tahun 2014 Jumlah Rumah Tangga di pantau sebanyak 66.205 dan yang ber PBHS sebanyak 18.759 (28,33%), prosentase ini lebih kecil bila dibandingkan dengan target nasional. Prosentase Rumah Tangga ber PHBS tertinggi di Puskesmas Dau sebesar 77,64% dan terendah di Puskesmas Poncokusumo sebesar 13,12%, sedangkan ada 6 puskesmas yang tidak melapor yaitu Puskesmas Pakisaji, Ngajum, Wonosari, Bantur, Ampelgading dan Puskesmas Tirtoyudo. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 57. 2. Bayi Mendapat ASI Eksklusif Bayi mendapat ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sampai mencapai usia 6 bulan. Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 92

manfaat bagi bayi baik dari aspek gizi, imunologik, psikologik, kecerdasan, neurologik, ekonomik dan aspek penundaan kehamilan serta dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak (Suddent Infant Death Syndrome / SIDS). Dari Hasil Survei ASI Eksklusif di 17 desa (4 kecamatan) yaitu di Kecamatan Singosari, Jabung, Ngantang dan Kecamatan Pagelaran Tahun 2006 diperoleh data jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif sebesar 23,53%. Sedangkan dari laporan puskesmas cakupan ASI eksklusif tahun 2010 ASI sebanyak 15.374 bayi, tahun 2011 ASI eksklusif sebanyak 22.156 bayi (67,86%) dari 33.199 bayi yang diperiksa dan tahun 2012 ASI eksklusif sebanyak 25.689 bayi (57,90%) dari 44.367 bayi yang diperiksa dan tahun 2013 ASI eksklusif sebanyak 25.843 bayi (64,71%) dari 39.939 bayi yang diperiksa. Sedangkan tahun 2014 cakupan ASI eksklusif meningkat sebanyak 26.024 bayi (66,61%) dari 39.072 bayi yang diperiksa, angka ini masih lebih rendah dari target nasional yaitu 80%. Cakupan ASI Eksklusif lebih dari 80% terdapat di 4 Puskesmas yaitu Puskesmas Lawang, Singosari, Kromengan, dan Puskesmas Ngajum, sedangkan cakupan yang dibawah 80% terdapat di 35 puskesmas. Cakupan tertinggi di Puskesmas Singosari sebesar 87,50% dan cakupan terendah di Puskesmas Bantur sebesar 35,01%. Data terinci dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Lampiran Tabel 39. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 93

19270 33199 39939 15374 44367 39072 22156 25689 25843 26024 GAMBAR 4.9 Cakupan Bayi Mendapat ASI Eksklusif Di Kabupaten Malang tahun 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Bayi Asi Eksklusif Sumber : Bidang PPKM Dinkes Malang G. KEADAAN LINGKUNGAN a. Rumah Sehat Rumah sehat diartikan sebagai bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Tahun 2010 dari 111.080 rumah yang diperiksa, terdapat 73.918 rumah (66,54%) yang memenuhi syarat (rumah sehat), tahun 2011 dari 113.796 rumah yang diperiksa, meningkat sebanyak 82.281 rumah (72,30%) yang memenuhi syarat (rumah sehat) dan tahun 2012 dari 183.673 rumah yang diperiksa, meningkat sebanyak Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 94

129.575 rumah (70,55%) yang memenuhi syarat (rumah sehat). Tahun 2013 dari 209.542 rumah yang diperiksa, meningkat sebanyak 146.693 rumah (70,01%) yang memenuhi syarat (rumah sehat). Sedangkan tahun 2014 dari 110.326 rumah yang dibina, sebesar 58.843 rumah (53,34%) memenuhi syarat dan rumah sehat tahun 2014 sebanyak 211.029 rumah (30,57%) dari 690.281 rumah yang ada. Angka ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 80% rumah memenuhi syarat kesehatan. Cakupan rumah sehat tertinggi di Puskesmas Pakisaji sebesar 100%, dan cakupan terendah di Puskesmas Lawang (0,37%) dan sebanyak 10 Puskesmas tidak melapor. Data selengkapnya dan perkembangan jumlah rumah sehat di kabuapten Malang dapat dilihat pada gambar 4.10 dan Lampiran Tabel 58. GAMBAR 4.10 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SEHAT DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 80 70 60 50 66,54 72,3 70,55 70,01 40 30 30,57 20 10 0 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Bidang PKSL Dinkes Malang Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 95

b. Keluarga Memiliki Akses Air bersih Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Malang, maka secara otomatis berdampak pada kebutuhan akan air bersih yang semakin meningkat pula. Berbagai upaya telah dilakukan agar akses masyarakat terhadap air bersih dapat meningkat, salah satunya dengan pendekatan pastisipatif untuk mendorong masyarakat berperan aktif dalam pembangunan pipanisasi air bersih di daerahnya. Sesuai dengan hasil pemeriksaan Sumber Air Bersih yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang dapat dijabarkan sebagai berikut : tahun 2010 pemeriksaan Sumber Air Bersih dari 667.761 KK yang ada, yang diperiksa sebesar 144.164 (17,10%). Tahun 2011 pemeriksaan Sumber Air Bersih dari 669.980 KK yang ada, yang diperiksa sebesar 75.923 (11,33%), tahun 2012 pemeriksaan Sumber Air Bersih dari 702.677 KK yang ada, yang diperiksa sebesar 183.673 (26,14%) dan tahun 2013 pemeriksaan Sumber Air Bersih dari 702.677 KK yang ada, yang diperiksa sebesar 175.802 (25,02%). Sedangkan tahun 2014 jumlah penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak sebesar 771.556 penduduk (30,56%) dari 2.524.863 penduduk yang ada di Kabupaten Malang. Hasil pemeriksaan akses berkelanjutan terhadap air minum layak di Kabupaten Malang tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut : (1). Bukan jaringan perpipaan terdiri dari : a) Sumur gali terlindung memenuhi syarat sebesar 59.515 buah (28,85%) dari 206.303 sumur yang ada. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 96

b) Sumur gali dengan pompa memenuhi syarat sebesar 47.795 buah (77,28%) dari 61.849 sumur yang ada. c) Sumur Bor dengan pipa memenuhi syarat sebesar 1.955 buah (44,72%) dari 4.372 sumur yang ada. d) Mata air terlindung memenuhi syarat sebesar 4.696 buah (80,19%) dari 5.856 mata air yang ada. e) Penampungan air hujan memenuhi syarat sebesar 489 buah (65,73%) dari 744 penampungan air hujan yang ada. (2). Jaringan perpipaan (PDAM/BPSPAM) yang memenuhi syarat sebesar 104.425 buah (59,58%) dari 175.253 jaringan perpipaan yang ada. Untuk lebih jelasnya hasil pemeriksaan akses berkelanjutan terhadap air minum layak bukan jaringan perpipaan disajikan pada gambar berikut: GAMBAR 4.11 PEMERIKSAAN AKSES BERKELANJUTAN AIR MINUM LAYAK DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000-47.795 59.515 Sumber : Bidang PKSL Dinkes Malang 1.955 4.696 SGP SGL S Bor Mata Air PAH T Air Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 59. - Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 97

c. Keluarga Memiliki Akses Sanitasi Layak Kepemilikan sarana sanitasi layak (Jamban sehat) yang dimiliki oleh keluarga meliputi jamban komunal, leher angsa, jamban plengsengan, dan jamban cemplung. Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah maupun tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan menyebabkan timbulnya penyakit. Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi layak (jamban sehat) di Kabupaten Malang tahun 2014 sebesar 552.882 penduduk (21,90%) dari 2.524.863 penduduk yang ada. Dari hasil pemeriksaan dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Jamban komunal yang memenuhi syarat sebanyak 38 unit (100%) dari 38 unit, dengan penduduk pengguna sebesar 8.100 penduduk (93,62%). 2) Jamban leher angsa yang memenuhi syarat sebanyak 248.485 unit (67,24%) dari 369.566 unit, dengan penduduk pengguna sebesar 863.042 penduduk (74,48%). 3) Jamban plengsengan yang memenuhi syarat sebanyak 49.282 unit (95,27%) dari 51.727 unit, dengan penduduk pengguna sebesar 189.993 penduduk (94,57%). 4) Jamban cemplung yang memenuhi syarat sebanyak 28.525 unit (66.157%) dari 43.118 unit, dengan penduduk pengguna sebesar 84.417 penduduk (60,27%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 61. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 98

d. Tempat Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Tempat-tempat Umum (TTU) merupakan suatu yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit meliputi hotel, restoran/ rumah makan, pasar dan lain-lain. Beberapa tempat umum (TTU) di Kabupaten Malang yang mendapat pembinaan kesehatan lingkungan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas antara lain sarana pendidikan, sarana kesehatan dan hotel. Cakupan pemeriksaan tempat umum sehat tahun 2014 sebesar 1.311 unit (67,72%) dari 1.936 TTU yang ada, dari hasil pemeriksaan diketahui hasil sebagai berikut : 1).Sarana pendidikan : SD memenuhi syarat kesehatan sebesar 852 SD (69,89%) dari 1.219 SD yang ada. SLTP memenuhi syarat kesehatan sebesar 210 SD (57,69%) dari 364 SLTP yang ada. SLTA memenuhi syarat kesehatan sebesar 90 SD (57,32%) dari 157 SLTA yang ada. 2).Sarana kesehatan Puskesmas memenuhi syarat kesehatan sebesar 120 unit (90,91%) dari 132 (puskesmas dan puskesmas pembantu) yang ada. Rumah Sakit Umum memenuhi syarat kesehatan sebesar 12 RSU (75%) dari 16 RSU yang ada. 3).Hotel Hotel bintang memenuhi syarat kesehatan sebesar 2 hotel (100%) dari 2 hotel yang ada. Hotel non bintang memenuhi syarat kesehatan sebesar 25 hotel (55,56%) dari 45 hotel yang ada. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 63. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 99

e. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Memenuhi Higiene Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) merupakan suatu yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit meliputi tempat makanan, depot air minum dan lain-lain. Beberapa Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Kabupaten Malang yang mendapat pembinaan kesehatan lingkungan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas antara lain : jasa boga, rumah makan/ restoran, depot air minum, dan makanan jajanan. Cakupan pemeriksaan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi higiene sanitasi tahun 2014 sebesar 53,03% (2.045 dari 3.856 TPM yang ada, dari hasil pemeriksaan diketahui hasil sebagai berikut: 1).Jasa boga memenuhi higiene sanitasi sebesar 79 unit (3,86%) dari 2.045 TPM yang ada. 2).Restoran/ rumah makan memenuhi higiene sanitasi sebesar 556 unit (27,19%) dari 2.045 TPM yang ada. 3).Depot air minum memenuhi higiene sanitasi sebesar 104 unit (5,09%) dari 2.045 TPM yang ada. 4).Makanan jajanan memenuhi higiene sanitasi sebesar 1.306 unit (63,86%) dari 2.045 TPM yang ada. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 64. Sementara itu dari TPM yang tidak memenuhi higiene sanitasi sebesar 1.594 unit mendapat pembinaan dan uji petik dengan hasil sebagai berikut : 1) Jumlah TPM dibina sebesar 35,88% (572 dari 1.594 TPM) 2) Jumlah TPM diuji petik sebesar 11,38% (243 dari 1.594 TPM). Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 100

f. Rumah/ Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Pemeriksaan Jentik Nyamuk pada rumah/ bangunan perlu dilakukan mengingat dengan makin pentingnya digalakan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3 M (Menutup, Menguras, Mengubur) dan meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk hidup bersih agar dapat menurunkan incidence rate penyakit DBD. Pemeriksaan rumah/ bangunan bebas jentik di Kabupaten Malang 5 (lima) tahun terakhir dapat diuraikan sebagai berikut: tahun 2010 Jumlah rumah/ bangunan sebanyak 613.572 buah, yang diperiksa meningkat sebanyak 98.968 buah (16,13%), dan hasil pemeriksaan rumah/ bangunan yang bebas jentik meningkat sebanyak 84.587 buah (85,47%), tahun 2011 Jumlah rumah/ bangunan sebanyak 669.095 buah, yang diperiksa menurun sebanyak 25.605 buah (3,83%), dan hasil pemeriksaan rumah/ bangunan yang bebas jentik meningkat sebanyak 22.593 buah (88,24%) dan tahun 2012 Jumlah rumah/ bangunan sebanyak 702.677 buah, yang diperiksa menurun sebanyak 109.443 buah (15,58%), dan hasil pemeriksaan rumah/ bangunan yang bebas jentik meningkat sebanyak 97.125 buah (88,74%). Tahun 2013 Jumlah rumah/ bangunan sebanyak 702.677 buah, yang diperiksa menurun sebanyak 29.361 buah (15,58%), dan hasil pemeriksaan rumah/ bangunan yang bebas jentik turun sebanyak 25.386 buah (86,46%). Sedangkan tahun 2014 Jumlah rumah/ bangunan sebanyak 702.677 buah, yang diperiksa meningkat sebanyak 108.363 buah (13,47%), dan hasil pemeriksaan Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 101

25605 98968 84587 22593 29361 25386 109443 97125 108363 94646 613572 669095 702677 702677 702677 rumah/ bangunan yang bebas jentik turun sebanyak 94.646 buah (87,34%). Namun cakupan ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan target Kabupaten Malang dan nasional yaitu sebesar >95%. GAMBAR 4.12 PEMERIKSAAN RUMAH/ BANGUNAN BEBAS JENTIK DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010-2014 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2010 2011 2012 2013 2014 Jml Rumah Diperiksa Bebas Jentik Sumber : Bidang P2P Dinkes Malang Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel Tambahan 7. Angka Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat merupakan salah satu alternatif pendekatan baru. Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun juru / kader pemantau jentik atau Jumantik. Sejak tahun 2008 sampai dengan 2014 bahwa Angka Bebas Jentik di Kabupaten Malang berkisar antara 85,73% sampai 87,34%, Angka ini masih dibawah target nasional yaitu 95 %. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 102

Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 103

SAMPAI DISINI Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 104

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN Melalui program bantuan pembangunan sarana kesehatan maupun program/ proyek lainnya, penyediaan sarana kesehatan makin ditingkatkan jumlah dan mutunya, sehingga makin meluas jangkauan dan pemerataannya serta semua lapisan masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan. Dengan meluasnya jangkauan dan pemerataan sarana kesehatan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. a. Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang berada di wilayah kecamatan untuk melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Malang pada tahun 2014 sebanyak 39 unit, yang keseluruhannya sudah rawat inap (16 puskesmas perawatan dengan PONED dan 23 puskesmas perawatan Non PONED). Ratio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah 1,54 per 100.000 penduduk, ini berarti bahwa pada periode waktu tahun itu setiap 100.000 penduduk dilayani 1 2 unit puskesmas. Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 103

Untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas telah ditingkatkan Puskesmas menjadi Puskesmas Ideal (puskesmas standart) sebanyak 16 (enam belas) puskesmas yaitu Puskesmas Dau, Tumpang, Ampelgading, Sumberpucung, Dampit, Donomulyo, Kepanjen, Turen, Gondanglegi, Pujon, Karangploso, Sumbermanjing Kulon, Bantur, Bululawang, Sitiarjo dan Puskesmas Pakisaji. Jumlah Puskesmas Pembantu tahun 2014 jumlah sebesar 93 buah, Ratio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas adalah 1 dibanding 2,47. Sedangkan jumlah Puskesmas Keliling (roda empat) pada tahun 2011 sebanyak 54 buah, tahun 2012 meningkat menjadi 55 buah, dan tahun 2014 meningkat sebanyak 72 buah. b. Rumah Sakit Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit ádalah dengan melihat perkembangan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasio rumah sakit terhadap jumlah penduduk. Jumlah kepemilikan sarana rumah sakit di Kabupaten Malang tahun 2010 sebanyak 19 unit, tahun 2011 jumlah rumah sakit meningkat menjadi 21 unit dan tahun 2013 jumlah rumah sakit meningkat menjadi 23 unit. Sedangkan tahun 2014 jumlah rumah sakit meningkat menjadi 24 unit, tetapi 1 rumah sakit belum ada ijin operasionalnya yang meliputi Rumah Sakit Umum Pemerintah 3 unit, Rumah Sakit Umum Swasta 14 unit, Rumah Sakit Bersalin 2 unit, Rumah Sakit Jiwa 3 unit, Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 104

Rumah Sakit Bedah 1 unit. Sehingga rasio rumah sakit terhadap penduduk adalah 0,92 per 100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2013 yaitu 0,84 per 100.000 penduduk. Jumlah tempat tidur rumah sakit umum dan rumah sakit khusus baik pemerintah maupun swasta tahun 2014 sebanyak 2.151 buah, meningkat bila dibandingkan tahun 2012 sebanyak 2.036 buah dan tahun 2011 yaitu sebanyak 2.007 buah. c. Sarana Kesehatan Lainnya Jumlah dan kepemilikan sarana kesehatan lain di Kabupaten Malang tahun 2014 yang meliputi: Klinik Rawat Inap 2 buah, Klinik Rawat Jalan 44 buah, Apotek 122 buah, praktek Dokter Perorangan sebanyak 276 buah, praktek pengobatan tradisional 17 buah, Pos Obat Desa (POD) 54 buah, Toko obat 7 buah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 67. d. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat diperlukan upaya memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyakat diantaranya Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), dan sebagainya. Jumlah Posyandu di Kabupaten Malang tahun 2010 meningkat sebanyak 2.765 buah, tahun 2011 meningkat sebanyak 2.775 buah, tahun 2012 meningkat sebanyak 2.783 buah, dan tahun 2013 meningkat sebanyak 2.799 Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 105

buah. Sedangkan tahun 2014 meningkat sebanyak 2.816 buah meliputi: Posyandu Pratama sebanyak 248 buah (8,81%), Posyandu Madya sebanyak 837 buah (29,72%), Posyandu Purnama sebanyak 1.587 buah (56,36%) dan Posyandu Mandiri sebanyak 144 buah (5,11%). Sedangkan Posyandu Puri sebanyak 1.554 (55,52%), meningkat bila dibanding tahun 2013 sebanyak 1.731 (61,47%), rasio Posyandu terhadap desa/ kelurahan adalah 1,39 atau ratarata pada tiap desa/ kelurahan terdapat 7-8 posyandu, dan rasio Posyandu terhadap 100 balita adalah 1,36. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 69. GAMBAR 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU DI KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2014 2.820 2.800 2.780 2.760 2.740 2.720 2.775 2.783 2.765 2.799 2.816 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Bidang PKSL Dinkes Malang e. Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Salah satu pendukung yang membuat masyarakat mandiri untuk hidup sehat adalah desa siaga. Desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa Profil Kesehatan Kabupaten Malang 2015 106