PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

2

3 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika Penyajian BAB II GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Geografi B. Keadaan Penduduk. 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk. 2. Rasio Jenis Kelamin Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur C. Keadaan Ekonomi.. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 2. Angka Beban Tanggungan. D. Keadaan Pendidikan.. i iii v x xiv xv BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian.. 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita Angka Kematian Ibu 4. Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas B. Angka Kesakitan 1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Acute Flaccid Paralysis (AFP) Prevalensi Tuberculosis Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani. 6. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS Jumlah Kasus Baru Infeksi Menular Seksual lainnya Donor Darah Diskrining terhadap HIV Kasus Diare Ditangani Prevalensi Kusta Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue Angka Kematian Demam Berdarah Dengue Angka Kesakitan Malaria Angka Kematian Malaria v

4 BAB IV 16. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani 17. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).. a. Difteri b. Pertusis... c. Tetanus (Non Neonatorum)... d. Tetanus Neonatorum.. e. Campak f. Hepatitis B Penyakit Tidak Menular a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 1) Hipertensi 2) Stroke. 3) Dekompensasio Kordis... b. Diabetes Melitus... c. Neoplasma... d. Penyakit paru Obstruktif Kronis... e. Asma Bronkial... C. Status Gizi Masyarakat.. 1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Persentase Balita Dengan Gizi Buruk... SITUASI UPAYA KESEHATAN. A. Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Ibu... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1... b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4... c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. d. Cakupan Pelayanan Nifas... e. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Pelayanan Kesehatan Anak... a. Cakupan Kunjungan Neonatus... b. Cakupan Kunjungan Bayi... c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani... d. Cakupan Pelayanan Anak Balita... e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 3. Pelayanan Gizi... a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi... b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita... c. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas... d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe... e. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif... f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan Keluarga Miskin... g. Jumlah Balita Ditimbang... h. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan... i. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik vi

5 4. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta KB Baru... b. Peserta KB Aktif Pelayanan Imunisasi. a. Persentase Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)..... b. Cakupan Imunisasi Bayi c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak.. d. WUS mendapat Imunisasi TT Pelayanan Kesehatan Gigi.. a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap.. b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut... c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut.. 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa.. a. Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota... b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 Jam... c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa 9. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan.. 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin 4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan.. 5. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit.. a. Angka Kematian Umum Penderita yang dirawat di RS (GDR)... b. Angka Kematian Penderita yang dirawat <48 jam (NDR).. 7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit... c. Pemakaian Tempat Tidur (BOR)... d. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien (ALOS)... e. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati (TOI)... C. Perilaku Hidup Masyarakat Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat... D. Keadaan Lingkungan Persentase Rumah Sehat Persentase Rumah/Bangunan yg Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan vii

6 BAB V 4. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan.. 5. Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar. 6. Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat.. 7. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. A. Sarana Kesehatan 1. Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat 2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan/Pengelola. 3. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar.. 4. Posyandu menurut Strata. a. Posyandu Purnama... b. Posyandu Mandiri Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) Data Dasar Puskesmas.. B. Tenaga Kesehatan 1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan. a. Dokter Spesialis... b. Dokter Umum... c. Dokter Gigi... d. Dokter Spesialis Gigi 2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan a. Bidan... b. Perawat... c. Perawat Gigi.. 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan 4. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan.. a. Kesehatan Masyarakat... b. Tenaga Lingkungan Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan 6. Jumlah dan Rasio Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan. 7. Jumlah dan Rasio Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Lainnya di Fasilitas Kesehatan Jumlah dan Rasio Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan.... C. Pembiayaan Kesehatan. 1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten/Kota viii

7 BAB VI KESIMPULAN.. A. Derajat Kesehatan.. 1. Mortalitas / Angka Kematian. 2. Morbiditas / Angka Kesakitan. 3. Status Gizi B. Upaya Kesehatan. 1. Pelayanan Kesehatan.. 2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan. 3. Perilaku Hidup Masyarakat 4. Keadaan Lingkungan. C. Sumber Daya Kesehatan.. 1. Sarana Kesehatan. 2. Tenaga Kesehatan. 3. Tenaga Non Kesehatan 4. Pembiayaan Kesehatan LAMPIRAN ix

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20 Gambar 3.21 Gambar 3.22 Gambar 3.23 Gambar 3.24 Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 3.27 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Bayi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Balita di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Ibu di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah... Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Penemuan TB Paru di Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kesembuhan TB Paru di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Penanganan Kasus Pneumonia Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun Kasus HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Kasus Baru AIDS menurut Jenis Kelamin Provinsi Jawa Tengah Tahun Grafik Cakupan Penemuan Penderita Diare Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Penderita Kusta selesai diobati Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kesakitan Malaria di Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus Difteri Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus Pertusis Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus Tetanus Non Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun Penemuan Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun Kasus Campak yang Dilaporkan Provinsi Jawa Tengah Tahun Kasus Hepatitis B Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Kasus Penyakit Tidak Menular Provinsi Jawa Tengah Tahun Tren Peningkatan Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Penyakit Stroke Hemoragik & Non Hemoragik Provinsi Jawa Tengah Tahun x

9 Gambar 3.28 Gambar 3.29 Gambar 3.30 Gambar 3.31 Gambar 3.32 Gambar 3.33 Gambar 3.34 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar 4.22 Prevalensi Dekompensasio Kordis Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus di Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Penyakit Kanker Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi PPOK Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Asma Bronkial Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Bayi dengan Berat Lahir Rendah Provinsi Jawa Tengah Tahun Peta Kasus Balita dengan Gizi Buruk (BB/TB) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Pelayanan Antenatal Provinsi Jawa Tengah Th Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Kunjungan Neonatus Provinsi Jawa Tengah Th Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/MI Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Suplementasi Kapsul Vit.A pada Bayi Tahun Cakupan Suplementasi Kapsul Vit.A pada Balita Tahun Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vit. A Tahun Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu hamil Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun Cakupan Balita yang Ditimbang Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Balita dengan Gizi Buruk Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Tahun Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru di Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid SD Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Perawatan Gigi Murid SD di Provinsi Jawa Tengah Tahun Pelayanan Kesehatan Usia lanjut di Provinsi Jawa Tengah Tahun Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat yang dapat Diakses Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun xi

10 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 4.31 Gambar 4.32 Gambar 4.33 Gambar 4.34 Gambar 4.35 Gambar 4.36 Gambar 4.37 Gambar 4.38 Gambar 4.39 Gambar 4.40 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11 Gambar 5.12 Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa yang Terserang Provinsi Jawa Tengah Tahun Grafik Distribusi Frekuensi Desa/Kelurahan Terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam Provinsi Jawa Tengah Tahun Kejadian KLB menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun Jenis KLB menurut Desa/Kelurahan Provinsi Jawa Tengah Tahun Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kelompok yang Dilakukan, Provinsi Jawa Tengah Tahun Distribusi Frekuensi Penyuluhan Massa yang Dilakukan, Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Non Maskin Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah Tahun Kunjungan Gangguan Jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Rata-rata Gross Death Rate di Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Rata-rata Net Death Rate di Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Rumah Sehat Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk dii Provinsi Jawa Tengah Tahun Akses Air Bersih di Provinsi Jawa Tengah Tahun Akses Sumber Air Minum di Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Sanitasi Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Provinsi Jawa Tengah Tahun Sepuluh Besar Prosentase Ketersediaan Obat/Vaksin di Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Sarana Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Tahun Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Posyandu Berdasarkan Strata, Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Posyandu Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Posyandu Purnama Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan Posyandu Mandiri Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Puskesmas, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling, Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Dokter Spesialis Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Dokter Umum Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Dokter Gigi Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Bidan Provinsi Jawa Tengah Tahun xii

11 Gambar 5.13 Gambar 5.14 Gambar 5.15 Gambar 5.16 Gambar 5.17 Gambar 5.18 Gambar 5.19 Rasio Tenaga Perawat Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Kefarmasian Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Kesehatan Lingkungan Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Gizi di Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio Tenaga Keteknisian Medis di Provinsi Jawa Tengah Tahun xiii

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah Tahun PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur di Provinsi Jawa Tengah Tahun xiv

13 DAFTAR LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun keatas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 7 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) Menurut Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, Dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS Menurut Jenis Kelamin Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xv

14 TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 TABEL 24 TABEL 25 TABEL 26 TABEL 27 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota - Lanjutan Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota. TABEL 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota TABEL 30 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kabupaten/Kota TABEL 31 TABEL 32 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 TABEL 38 TABEL 39 TABEL 40 TABEL 41 TABEL 42 TABEL 43 TABEL 44 TABEL 45 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita, Dan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi DPT, HB, Dan Campak Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan Dari Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xvi

15 TABEL 46 TABEL 47 TABEL 48 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 jam Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis KLB TABEL 52 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 53 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota (Lanjutan) TABEL 54 TABEL 55 TABEL 56 TABEL 57 TABEL 58 TABEL 59 TABEL 60 TABEL 61 TABEL 62 TABEL 63 TABEL 64 TABEL 65 TABEL 66 TABEL 67 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Angka Kematian di Rumah Sakit Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Menurut Kabupaten/Kota Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kabupaten/Kota Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluaga Menurut Sarana Air Minum Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota TABEL 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/Kota xvii

16 TABEL 69 TABEL 70 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan TABEL 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar TABEL 72 TABEL 73 TABEL 74 TABEL 75 TABEL 76 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 TABEL 81 TABEL 82 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kabupaten/Kota Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan TABEL 83 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota TABEL 84 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik TABEL 85 Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular Menurut Kabupaten/Kota TABEL 86 Jumlah Kasus Kecelakaan Lalu Lintas xviii

17 DAFTAR LAMPIRAN PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun keatas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 7 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 TABEL 11 TABEL 12 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) Menurut Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota. TABEL 14 TABEL 15 TABEL 16 TABEL 17 TABEL 18 TABEL 19 TABEL 20 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, Dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS Menurut Jenis Kelamin Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xiii

18 TABEL 21 TABEL 22 TABEL 23 TABEL 24 TABEL 25 TABEL 26 TABEL 27 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota - Lanjutan Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota. TABEL 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota TABEL 30 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kabupaten/Kota TABEL 31 TABEL 32 TABEL 33 TABEL 34 TABEL 35 TABEL 36 TABEL 37 TABEL 38 TABEL 39 TABEL 40 TABEL 41 TABEL 42 TABEL 43 TABEL 44 TABEL 45 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita, Dan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi DPT, HB, Dan Campak Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan Dari Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota xiv

19 TABEL 46 TABEL 47 TABEL 48 TABEL 49 TABEL 50 TABEL 51 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 jam Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis KLB TABEL 52 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 53 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota (Lanjutan) TABEL 54 TABEL 55 TABEL 56 TABEL 57 TABEL 58 TABEL 59 TABEL 60 TABEL 61 TABEL 62 TABEL 63 TABEL 64 TABEL 65 TABEL 66 TABEL 67 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Angka Kematian di Rumah Sakit Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Menurut Kabupaten/Kota Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kabupaten/Kota Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluaga Menurut Sarana Air Minum Yang Digunakan, Kabupaten/Kota Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota TABEL 68 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Menurut Kabupaten/Kota xv

20 TABEL 69 TABEL 70 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan TABEL 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar TABEL 72 TABEL 73 TABEL 74 TABEL 75 TABEL 76 TABEL 77 TABEL 78 TABEL 79 TABEL 80 TABEL 81 TABEL 82 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kabupaten/Kota Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan TABEL 83 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota TABEL 84 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik TABEL 85 Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular Menurut Kabupaten/Kota xvi

21 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan Jawa Tengah Sehat 2015 sesuai Rencana Strategis Provinsi Jawa Tengah Tahun , maka pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan cara: 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkeadilan, 2) Mewujudkan sumber daya manusia yang berdaya saing, 3) Mewujudkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan, 4) Melaksanakan pelayanan administrasi internal dan pelayanan publik yang bermutu. Pelaksanaan pelayanan publik yang bermutu diantaranya adalah pelayanan informasi yang meliputi pelayanan kehumasan dan informasi publik. Dalam rangka meningkatkan pelayanan informasi publik di bidang kesehatan, dibutuhkan adanya manajemen dan pengelolaan data dan informasi yang baik, akurat, lengkap, dan tepat waktu. Peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka. Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat waktu. Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif, untuk dipakai sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah adalah gambaran situasi kesehatan yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

22 B. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi penjelasan tentang maksud, tujuan dan sistematika penyajiannya. BAB II : GAMBARAN UMUM Menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Jawa Tengah meliputi letak geografis, kependudukan, ekonomi dan pendidikan yang erat kaitannya dengan kesehatan. BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat. BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN Menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota. BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. BAB VI : KESIMPULAN Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan porgram/kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Jawa Tengah. LAMPIRAN Berisi resume atau angka pencapaian kabupaten/kota dan 82 tabel data yang sebagian diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

23 BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFI Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar, yaitu bagian barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya antara 5 40 ' ' lintang selatan dan antara ' ' bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar ,12 km², secara administratif terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573 kecamatan dan desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km², atau sekitar 6,57% dari luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang merupakan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km². Secara topografi, wilayah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari wilayah daratan yang dibagi menjadi 4 (empat) kriteria : a. Ketinggian antara m dari permukaan air laut, seluas 53,3%, yang daerahnya berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan. b. Ketinggian antara m dari permukaan air laut seluas 27,4%. c. Ketinggian antara m dari permukaan air laut seluas 14,7%. d. Ketinggian diatas m dari permukaan air laut seluas 4,6%. B. KEADAAN PENDUDUK 1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 (angka proyeksi) sebesar jiwa, dengan luas wilayah sebesar ,12 kilometer persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar jiwa untuk setiap km². Wilayah terpadat adalah Kota Surakarta, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kabupaten Blora, dengan tingkat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

24 kepadatan penduduk sekitar 471 jiwa per km², dengan demikian persebaran penduduk di Jawa Tengah belum merata. Jumlah rumah tangga sebanyak , maka rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 3,82 jiwa untuk setiap rumah tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes jiwa (5,30%) dan paling sedikit di Kota Magelang jiwa (0,36%). Data mengenai kependudukan dapat dilihat pada lampiran Tabel Rasio Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan penghitungan angka proyeksi penduduk tahun 2013 berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, didapatkan angka proyeksi jumlah penduduk laki-laki di Jawa Tengah jiwa (49,60%) dan jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah jiwa (50,40%). Sehingga didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 98,42 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 98 penduduk laki-laki. Data mengenai rasio jenis kelamin (sex ratio) dapat dilihat pada lampiran Tabel Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 3. Perbandingan komposisi proporsi penduduk menurut usia produktif dari tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah tahun Kelompok Usia (Tahun) TAHUN *) ,03 % 26,32 % 26,30 % 25,37 % 25, ,87 % 66,53 % 66,53 % 67,24 % 67, ,11 % 7,05 % 7,18 % 7,40 % 7,47 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

25 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi penduduk tahun 2013 bila dibandingkan dengan tahun 2012, kelompok usia produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan 0,07%, sedangkan kelompok usia belum produktif (0-14 tahun) mengalami sedikit peningkatan. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan relatif sama dengan tahun C. KEADAAN EKONOMI 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Kondisi perekonomian nasional pada tahun 2012 menunjukkan arah pertumbuhan yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23%, lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011 (6,49%). Dengan rendahnya peningkatan permintaan eksport dan masih tingginya harga minyak dunia menjadi penyebab lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dibanding tahun Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2012 meningkat sebesar 6,34%, lebih tinggi dibanding tahun 2011 sebesar 6,03%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2012 secara agregat cukup dinamis yaitu mencapai 6,34%. Produk Domestik Regional Bruto per kapita di Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku sebesar 556,48 triliun rupiah dan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar 210,85 triliun rupiah. PDRB Jawa Tengah tahun 2012 atas dasar harga berlaku meningkat menjadi 4,85 kali dan PDRB atas dasar harga konstan menjadi 1,84 kali. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

26 Tabel 2.2 PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun (Rupiah) Tahun PDRB per Kapita atas dasar harga berlaku PDRB per Kapita atas dasar harga konstan Sumber : PDRB Jawa Tengah Tahun Angka Beban Tanggungan Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 48,74. Angka tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2012 (48,73), berarti pada tahun 2013 setiap 100 penduduk usia produktif (usia tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 49 penduduk usia belum produktif (0 14 tahun) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas). D. KEADAAN PENDIDIKAN Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya. Dibandingkan dengan tahun 2011, pada tahun 2012 secara umum telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan. Peningkatan terjadi pada tingkat pendidikan SD dan SMP. Hal ini wajar terjadi mengingat semakin digalakkannya program sekolah gratis bagi jenjang SD dan SMP dan program-program pendidikan lainnya. Berikut ini disajikan tabel persentase jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

27 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Blm/Tdk Pernah Sekolah Tdk punya Ijazah SD/MI SD/MI SMP SMU/SMK DIPL/AK/ PT Total ,33 23,03 32,01 16,58 14,64 4,41 100, ,42 22,16 32,50 17,22 15,21 4,48 100, ,13 18,91 34,55 18,11 10,48 4,93 100, ,95 20,68 32,59 18,92 16,00 4,85 100, ,32 25,16 33,95 19,71 11,19 3,67 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 Peningkatan tersebut berimbas pada kemampuan baca tulis penduduk yang tercermin dari angka melek huruf. Persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya pada tahun 2012 sebesar 91,22%, sedangkan yang buta huruf sebesar 8,78%. Bila dilihat dari jenis kelaminnya, maka penduduk laki-laki lebih banyak yang melek huruf dibandingkan dengan penduduk perempuan, angka melek penduduk laki-laki sebesar 94,94% dan perempuan sebesar 87,61%. Data mengenai angka melek huruf dapat dilihat pada lampiran Tabel 5. Demikian gambaran umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 secara ringkas dengan penyajian tentang kependudukan, perekonomian dan pendidikan. Faktor perekonomian dan pendidikan secara bersama-sama dengan kesehatan digunakan untuk menentukan Indeks Pembangunan Manusia. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

28 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. A. ANGKA KEMATIAN Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI dan Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas. 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah. AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 10,41/1.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup maka terjadi penurunan angka tetapi ini berarti ada peningkatan kinerja dalam upaya penurunan AKB. Dibandingkan dengan target Millenium Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

29 Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Dibawah ini grafik AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun AKB Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka kematian bayi terendah adalah Kota Surakarta sebesar 3,22/1.000 kelahiran hidup dan tertinggi adalah Kabupaten Rembang sebesar 17,12/1.000 kelahiran hidup. Kt Surakarta Demak Kudus Magelang Boyolali Wonogiri Klaten Sragen Pemalang Tegal Jepara Kt Semarang Kendal Kebumen Karanganyar Pekalongan Brebes Sukoharjo Pati Cilacap Purbalingga Purworejo Semarang Kt Tegal Banyumas Wonosobo Blora Grobogan Kt Pekalongan Batang Kt Magelang Temanggung Kt Salatigan Banjarnegara Rembang Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

30 2. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0 5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 11,80/1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup, ini berarti ada peningkatan kinerja dalam upaya penurunan AKB di Provinsi Jawa Tengah. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sudah melampaui target. Dibawah ini grafik AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun AKABA Gambar 3.3 Angka Kematian Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun AKABA tertinggi di Kabupaten Rembang sebesar 19,91/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah di Kota Surakarta sebesar 4,63/1.000 kelahiran hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

31 Kt Surakarta Demak Magelang Boyolali Kudus Wonogiri Klaten Tegal Pemalang Jepara Sragen Kendal Kt Semarang Kebumen Karanganyar Pekalongan Cilacap Pati Sukoharjo Purbalingga Brebes Semarang Banyumas Purworejo Wonosobo Grobogan Kt Tegal Blora Temanggung Kt Salatiga Kt Pekalongan Kt Magelang Batang Banjarnegara Rembang Gambar 3.4 Angka Kematian Balita di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 terlalu, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

32 laporan dari kabupaten/kota sebesar 118,62/ kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2012 sebesar 116,34/ kelahiran hidup, hal ini berarti terjadi peningkatan permasalahan kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah. Gambar 3.5 di bawah ini tren AKI di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009 sampai dengan tahun AKI 117,02 104,97 116,01 116,34 118,62 Gambar 3.5 Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah kasus kematian maternal terbanyak adalah di Kabupaten Brebes sebanyak 61 kasus kematian. Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah kasus kematian maternal paling sedikit adalah Kota Magelang dengan 1 kematian. Kt magelang Kt Surakarta Kt Pekalongan Kt Salatiga Temanggung Purworejo Kt Tegal Karanganyar Magelang Wonosobo Wonogiri Sukoharjo batang Blora Boyolali Kebumen Sragen Semarang Rembang Banjarnegara Kendal Kudus Grobogan Klaten Demak Jepara Purbalingga Pemalang Kt Semarang Pekalongan pati Cilacap Banyumas Tegal Brebes Gambar 3.6 Jumlah Kasus Kematian Ibu di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

33 Sebesar 57,61% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar 24,33% dan pada waktu persalinan sebesar 18,06%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 68,81%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 25,52% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 5,37%. Sedangkan untuk penyebab kematian dapat dilihat di gambar berikut ini. Proses Audit 0.30% Perdarahan 17.22% Lain-lain 54.49% Infeksi 4.04% Hipertensi 23.95% Gambar 3.7 Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas Angka Kematian kecelakaan lalu lintas adalah jumlah kematian sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas per penduduk dalam kurun waktu satu tahun. Kabupaten/kota yang melaporkan kejadian kecelakaan lalulintas pada tahun 2013 sebanyak 13 kabupaten/kota menurun dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 14 kabupaten/kota. Angka kecelakaan lalulintas per penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 47,36 per penduduk sedangkan tahun 2012 sebesar 26,28 per penduduk sementara Angka kematian kecelakaan lalu lintas tahun 2013 adalah sebesar 0,95 per penduduk di Provinsi Jawa Tengah. Dari 13 kabupaten/kota yang melaporkan, angka kematian kecelakaan lalu lintas tertinggi terjadi di Kota Pekalongan yaitu sebesar 13,06/ penduduk. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

34 B. ANGKA KESAKITAN 1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Acute Flaccid Paralysis (AFP) Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit Polio, pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans AFP. Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut : a. Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal. b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam. c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus (untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung) d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus polio liar didalamnya. e. Diagnosis akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak. Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti penegakan diagnosis kasus AFP termasuk kasus polio atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara anak usia <15 tahun. Target minimal penemuan penderita AFP tahun 2013 sebanyak 196 penderita. Jumlah penderita tahun 2013 sebesar 232 orang, lebih banyak dibanding tahun 2012 (172 orang). Menurut hasil pemeriksaan laboratorium, dari 232 kasus yang diperiksa semua menunjukan negatif polio (berarti tidak ditemukan virus polio liar). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

35 Kasus AFP Gambar 3.8 Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun Prevalensi Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OATyang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Prevalensi Tuberkulosis per penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 60,68 lebih rendah dibanding tahun 2012 (106,42). Prevalensi tuberkulosis tertinggi adalah di Kota Magelang (265,14 per penduduk) dan terendah di Kabupaten Boyolali (22,38 per penduduk). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

36 3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA(+) Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+) yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Pencapaian CDR di Jawa Tengah tahun 2009 s/d 2013 masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 100%. Meskipun masih dibawah target yang ditentukan, capaian CDR tahun 2013 sebesar 58,86% lebih tinggi dibanding tahun 2012 (58,45%). CDR tertinggi di Kota Magelang sebesar 244,44% dan yang terendah di Kabupaten Boyolali sebesar 19,66%. Terdapat enam kabupaten/kota yang sudah melampaui target 100% yaitu kota Magelang (244,44), Kota Surakarta (127,05%), Kota Salatiga (161,20), Kota Tegal (198,84%) Kota Pekalongan (139,07%) dan Kab. Pekalongan (107,36%) CDR TB Gambar 3.9. Angka Penemuan TB Paru (CDR) Provinsi Jawa Tengah Tahun Untuk meningkatkan cakupan CDR dan angka kesembuhan, pada tahun 2013 telah dilakukan berbagai upaya seperti peningkatan SDM, baik tenaga medis, paramedis dan laboratorium, pertemuan jejaring antar unit pelayanan kesehatan dan asistensi ke rumah sakit. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu dievaluasi untuk menilai apakah hasil kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan untuk selanjutnya disusun rencana tindak lanjut perbaikan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

37 4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+) Evaluasi pengobatan pada penderita TB paru BTA(+) dilakukan melalui pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan negatif. Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilakukan, namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA(+) yang diobati disebut keberhasilan pengobatan (Succes Rate). Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 81,39 lebih rendah dibanding 2011 sebesar 82,90% dan belum melebihi target nasional (>85%) Angka kesembuhan tertinggi di Kabupaten Karanganyar sebesar 98,40%, sedangkan terendah di Kota Semarang sebesar 54,55% , , , , , , CR TB 83,9 85,01 85,15 82,9 81,39 Gambar 3.10 Angka Kesembuhan TB Paru (CR) Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

38 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2013 sebesar kasus (25,85%) meningkat dibanding tahun 2012 (24,74%). Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 (100%). Berikut ini ditampilkan persentase penemuan pneumonia balita Provinsi Jawa Tengah tahun Pneumonia Balita Gambar 3.11 Persentase Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia pada Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun Pada tingkat kabupaten/kota, ada satu kota yang mempunyai persentase cakupan tertinggi yaitu Kabupaten kebumen (86,42%), sementara kabupaten dengan persentase cakupan terendah adalah Kabupaten Sragen (1,49%). 6. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP). Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2013 sebanyak lebih banyak dibanding tahun 2012 (607 kasus), sebagian besar didapat dari hasil VCT di rumah sakit. Kasus Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS) sebanyak kasus, lebih banyak dibanding tahun 2012 (797 kasus) dimana kasus tersebut didapatkan dari laporan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

39 VCT rumah sakit, laporan rutin AIDS kab/kota serta Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM). Peningkatan kasus AIDS ini dikarenakan upaya penemuan atau pencarian kasus yang semakin intensif melalui VCT di rumah sakit dan upaya penjangkauan oleh LSM peduli AIDS di kelompok risiko tinggi. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, artinya kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil yang ada di masyarakat. Jumlah kematian karena AIDS di Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 182 kasus, lebih banyak dibanding tahun 2012 (149 kasus) HIV AIDS Meninggal Gambar 3.12 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 3.11 menunjukan bahwa kecenderungan (trend) kasus HIV maupun AIDS selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Jumlah kasus baru HIV/AIDS tertinggi adalah di Kota Semarang (119/86 kasus), jumlah kematian karena AIDS terbanyak di Kabupaten Jepara sebanyak 24 kasus. Perempuan 38% Laki-laki 62% Gambar 3.13 Persentase Kasus Baru AIDS menurut Jenis Kelamin Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah Kasus Baru Infeksi Menular Seksual lainnya Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS meliputi Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi Menular Seksual Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

40 (IMS) yang diobati adalah kasus IMS yang ditemukan berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati sesuai standar. Jumlah kasus baru IMS lainnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak kasus, lebih tinggi dibanding tahun 2012 (8.671 kasus). Meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar. 8. Donor Darah Diskrining terhadap HIV Selain melakukan kegiatan serosurvei HIV dan surveilans/ pengamatan kasus AIDS, Dinas Kesehatan juga melakukan pengamatan terhadap hasil skrining/penapisan darah donor melalui UTDD PMI Jawa Tengah. Tujuan skrining ini adalah untuk mengamankan darah donor supaya bebas dari beberapa penyakit seperti Hepatitis C, Sifilis, Malaria, DBD termasuk juga bebas dari virus HIV. Pada tahun 2013 diketahui jumlah pendonor sebanyak orang dari 34 kabupaten yang melapor. Pemeriksaan sampel darah terhadap pendonor sebanyak (99,88%). Dari hasil pemeriksaan sampel darah tersebut, sebanyak 384 sampel (0,10) yang positif HIV. Tabel perkembangan jumlah sampel yang diperiksa dan hasil yang positif HIV dari tahun 2009 sampai dengan 2013 sebagai berikut : Tabel 3.1 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Provinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Jumlah Sample Diperiksa Jumlah Positif HIV Positif HIV , , , , ,10 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

41 9. Kasus Diare Ditangani Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 51,32%, lebih tinggi dibanding tahun 2012 (42,66%). Pada tingkat kabupaten/kota, diketahui bahwa cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi adalah Kota Pekalongan (106,85%) dan terendah adalah Kabupaten Boyolali (16,42%) Cakupan 48,5 44,48 57,9 42,66 51, Prevalensi Kusta Gambar 3.14 Cakupan Penemuan dan Penanganan diare Provinsi Jawa Tengah Tahun Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut: a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa, b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot, c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif) Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler sebanyak kasus, lebih banyak dibanding tahun 2012 (1.308 kasus) dan tipe Pausi Basiler sebanyak 242 kasus, juga lebih tinggi dibanding tahun 2012 (211 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

42 persentase (%) kasus) dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 5,38 per penduduk. Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2013 sebesar 12,40%, lebih rendah dibanding tahun 2012 (16,59%). Sedangkan proporsi anak di antara penderita baru pada tahun 2013 sebesar 3,85%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tahun 2013 lebih berhasil dalam mendeteksi kusta di Jawa Tengah dan tingkat penularannya juga lebih sedikit. 11. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Cakupan program kusta diukur berdasarkan angka penderita kusta tipe Pauci Baciller (PB) dan Multy Baciller (MB) selesai diobati. Cakupan program kusta tipe PB tahun 2013 berdasarkan jumlah penderita baru tahun 2012 yang selesai diobati sampai dengan tahun 2013 sebesar 94,84% lebih tinggi dibanding tahun 2012 (92,31%) dan lebih tinggi dari target 90%. Kusta tipe MB diambil dari data penderita baru tahun 2011 yang selesai diobati sampai dengan tahun 2012 sebesar 86,43% lebih tinggi dibanding tahun 2011 (75,39%) tetapi masih dibawah target 95%. Cakupan selama 5 tahun terakhir kusta tipe PB dan tipe MB mulai tahun 2009 (tabel 12) PB MB Gambar 3.15 Persentase Penderita Kusta selesai diobati Provinsi Jawa Tengah Tahun Cakupan kusta tidak bisa tercapai dikarenakan masih banyak penderita yang tidak berobat teratur atau penderita yang seharusnya sudah selesai diobati Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

43 (Release From Treatment - RFT), tetapi belum dicatat sudah RFT. Rendahnya cakupan penderita kusta RFT juga dikarenakan adanya ketentuan baru pengobatan untuk penderita default. Penderita PB tidak minum obat lebih dari 3 bulan dalam jangka waktu 9 bulan sudah dianggap default. Ketentuan lama penderita disebut default kalau 3 bulan berturut-turut tidak minum obat. Penderita MB tidak minum obat lebih dari 6 bulan dalam jangka waktu 18 bulan sudah disebut default. Ketentuan lama penderita MB berturut-turut 6 bulan tidak berobat baru dikatakan default. 12. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 45,53/ penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2012 (19,29/ penduduk) dan sudah melampaui target nasional yaitu <20/ penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kabupaten Jepara sebesar 170,39/ penduduk, terendah di Kabupaten Purworejo sebesar 4,96/ penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian. Tingginya angka kesakitan DBD disebabkan karena adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak maksimalnya kegitan PSN di masyarakat sehingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten/kota. Angka kesakitan DBD di kabupaten/kota hampir semuanya lebih dari 20/ penduduk. Tidak ada yang dibawah 2/ penduduk. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

44 IR DBD Target Gambar 3.16 Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) Angka kematian/case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2013 sebesar 1,21% lebih rendah dibanding tahun 2012 (1.52%), dan masih lebih tinggi dibandingkan dengan target nasional (<1%). 1,5 1,25 1 0, CFR DBD 1,42 1,29 0,93 1,52 1,21 Gambar 3.17 Angka Kematian DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Angka kematian tertinggi adalah di Kabupaten Tegal sebesar 5,45% dan tidak ada kematian di 8 kabupaten/kota. Sedangkan kabupaten/kota dengan angka kematian lebih dari 1% sebanyak 21 kabupaten/kota. 14. Angka Kesakitan Malaria Penyakit malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah. Saat ini masih ditemukan desa High Case Incidence (HCI) sebanyak 31 desa yang tersebar di 5 Kabupaten yaitu Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara, Grobogan dan Pati. Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence-API) merupakan indikator untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Jumlah kasus tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

45 2013 sebanyak kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012 (2.420 kasus) dan angka kesakitan malaria sebesar 0,06, sedikit turun dibandingkan tahun 2012 (0.08 ). Perkembangan insidens malaria sejak tahun 2009 dilihat pada gambar berikut API Gambar 3.18 Angka Kesakitan Malaria Provinsi Jawa Tengah Tahun Penderita malaria tahun 2013 ditemukan di 30 kabupaten, terbanyak di Kabupaten Purworejo (712 penderita) dan tidak ada kasus di 5 Kabupaten/Kota. 15. Angka Kematian Malaria Angka kematian/case Fatality Rate (CFR) Malaria tahun 2013 sebesar 0%. Semua Kabupaten/Kota tidak terdapat kasus kematian. 16. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani Jumlah kasus Filariasis di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin bertambah. Secara kumulatif, jumlah kasus Filariasis pada tahun 2013 sebanyak 583 penderita lebih banyak dibanding tahun 2012 (565 penderita). Pada tahun 2013 terdapat 9 kasus baru, lebih sedikit dibanding tahun 2012 (10 kasus) yang ditemukan di 3 kabupaten/kota. 17. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Yang termasuk dalam PD3I yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri dan Hepatitis B. Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut, diperlukan komitmen global untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang lebih banyak Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

46 dikenal dengan Eradikasi Polio (ERAPO), Reduksi Campak (Redcam) dan Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Saat ini telah dilaksanakan Program Surveilans Integrasi PD3I, yaitu pengamatan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Difteri, Tetanus Neonatorum, dan Campak). Dalam waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus PD3I yang dilaporkan adalah sebagi berikut: a. Difteri Jumlah kasus Difteri di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 9 kasus, lebih sedikit dibanding tahun 2012 (32 kasus) Hal ini dimungkinkan karena pencapaian cakupan imunisasi yang meningkat (>85%). Penemuan kasus selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Kasus Difteri Gambar 3.19 Penemuan kasus Difteri Provinsi Jawa Tengah Tahun b. Pertusis Provinsi Jawa Tengah mulai tahun 2012 sudah tidak ada kasus pertusis (nihil), begitu juga dengan tahun Penemuan kasus selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Kasus Pertusis Gambar 3.20 Penemuan kasus Pertusis Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

47 c. Tetanus (Non Neonatorum) Jumlah kasus Tetanus (Non Neonatorum) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 0 kasus, mengalami penurunan yang sangat drastis dibanding tahun 2012 (18 kasus). Penemuan kasus selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Kasus Tetanus Non Neonatorum Gambar 3.21 Penemuan kasus Tetanus Non Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun d. Tetanus Neonatorum Pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah terdapat 2 (dua) kasus Tetanus Neonatorum. Penemuan kasus dan kematian Tetanus Neonatorum selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Kasus Mati e. Campak Gambar 3.22 Penemuan kasus dan kematian Tetanus Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun Jumlah kasus Campak di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 32 kasus (positif campak), lebih sedikit dibanding tahun 2012 (416 kasus). Kasus campak positif terbanyak terdapat di Kabupaten Karanganyar (11 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

48 kasus). Terdapat 24 Kabupaten/Kota yang tidak terdapat kasus campak. Penemuan kasus campak selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Campak f. Hepatitis B Gambar 3.23 Kasus Campak yang dilaporkan Provinsi Jawa Tengah Tahun Pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah tidak terdapat kasus (0 kasus) Hepatitis B, menurun drastis dibanding tahun 2012 (98 kasus). Penemuan kasus Hepatitis B selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut Hepatitis B Gambar 3.24 Kasus Hepatitis B Provinsi Jawa Tengah Tahun Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular (PTM) yang diintervensi meliputi jantung koroner, dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, diabetes mellitus, kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis, asma bronkiale, dan kecelakaan lalu lintas. Penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes mellitus, penyakit paru obstruktif kronis dan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

49 kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok PTM utama yang mempunyai faktor risiko sama (common underlying risk factor). Faktor risiko tersebut antara lain faktor genetik merupakan faktor yang tidak dapat diubah (unchanged risk factor), dan sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko yang dapat diubah (change risk factor) antara lain konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang, makanan yang mengandung zat aditif, kurang berolah raga dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan. Penyakit tidak menular mempunyai dampak negatif sangat besar karena merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu. Penderita ini menjadi serba terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan jenis dan gradasi dari penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan tidak diketahui kapan sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan. Yang harus mendapatkan perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian tertinggi dibanding dengan penyakit menular. Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang melaporkan data PTM tahun 2013 sebanyak 31 kabupaten/kota (88,57%). Kasus tertinggi Penyakit Tidak Menular pada tahun 2013 adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari total kasus yang dilaporkan sebesar 69,51% ( kasus) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini Neoplasma Diabetes Melitus Jantung & Pembuluh Darah PPOK Asma Bronkial Gambar 3.25 Persentase Kasus Penyakit Tidak Menular Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

50 a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit yang mengganggu jantung dan sistem pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner (angina pektoris, akut miokard infark), dekompensasio kordis, hipertensi, stroke, penyakit jantung rematik, dan lain-lain. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2013 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit Hipertensi Esensial, yaitu sebanyak kasus (67,00%) menurun dibanding tahun 2012 ( kasus/67,57 %). 1) Hipertensi Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang muncul akibat adanya penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi kehamilan, dll Hipertensi Essensial Gambar 3.26 Tren Peningkatan Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun Penyakit Hipertensi Essensial pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan adanya penurunan kasus yang cukup tinggi, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

51 hanya pada tahun 2011 terlihat adanya kenaikan jumlah kasus dan hal ini dapat dilihat pada gambar tersebut diatas. 2) Stroke Stroke adalah suatu penyakit menurunnya fungsi syaraf secara akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan cepat yang menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke disebabkan oleh kurangnya aliran darah yang mengalir ke otak, atau terkadang menyebabkan pendarahan di otak. Stroke dibedakan menjadi stroke hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan stroke non hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak. Jumlah kasus stroke tahun 2013 sebanyak terdiri dari stroke hemoragik sebanyak dan stroke non hemoragik sebanyak Jumlah kasus stroke tahun 2013 tertinggi di Kota Magelang sebesar kasus dan terendah di Kabupaten Jepara sebesar 15 kasus Hemoragik Non Hemoragik Gambar 3.27 Jumlah kasus Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik Provinsi Jawa Tengah Tahun ) Dekompensasio Kordis Dekompensasio kordis merupakan kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh atau istilah lain adalah payah jantung. Gambaran klinis dekompensasio kordis kiri adalah sesak nafas: dyspnoe d effort dan ortopne, pernafasan cheynes stokes, batuk-batuk mungkin hemoptu, sianosis, suara serak, ronchi basah halus tidak nyaring, tekanan vena jugularis masih normal. Sedangkan gambaran Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

52 klinis dekompensasio kordis kanan adalah gangguan gantrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah, meteorismus dan rasa kembung di epigastrum. Selain itu terjadi pembesaran hati yang mula-mula lunak, tepi tajam, nyeri tekan, lama kelamaan menjadi keras, tumpul dan tidak nyeri. Dapat juga terjadi edema pretibial, edema presakral, asites dan hidrotoraks, tekanan jugularis meningkat. Jumlah kasus dekompensasio kordis tahun 2013 sebanyak lebih sedikit dibanding 2012 ( kasus). Jumlah kasus terbanyak di Kota Surakarta (2.821 kasus) Kasus Dekomp Kordis Gambar 3.28 Jumlah Kasus Dekompensasio Kordis Provinsi Jawa Tengah Tahun b. Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif. Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya berbeda pada setiap orang. (Perkeni 2002) WHO (1985) mengklasifikasikan penderita DM dalam lima golongan klinis, yaitu DM Tergantung Insulin (DMTI), DM Tidak Tergantung Insulin (DMTTI), DM berkaitan dengan malnutrisi (MRDM), DM karena Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), dan DM karena kehamilan (GDM). Di Indonesia, yang terbanyak adalah DM tidak tergantung insulin. DM jenis ini baru muncul pada usia di atas 40 tahun. DM dapat menjadi penyebab aneka penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak, glaukoma, kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

53 fungsi hati, luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus diamputasi terutama pada kaki. DM merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, artinya sekali didiagnosa DM seumur hidup bergaul dengannya. Penderita mampu hidup sehat bersama DM, asalkan mau patuh dan kontrol teratur. Gejala khas berupa Polyuri (sering kencing), Polydipsi (sering haus), Polyfagi (sering lapar). Sedangkan gejala lain seperti Lelah/lemah, berat badan menurun drastis, kesemutan/gringgingan, gatal/bisul, mata kabur, impotensi pada pria, pruritis vulva hingga keputihan pada wanita, luka tdk sembuh-sembuh, dll. Kelompok Faktor Risiko Tinggi antara lain pola makan yang tidak seimbang, riwayat Keluarga/ada keturunan, kurang olah raga, umur Lebih dari 40th, obesitas, hipertensi, kehamilan dengan berat bayi lahir > 4 kg, kehamilan dengan hiperglikemi, gangguan toleransi glukosa, lemak dalam darah tinggi, abortus, keracunan kehamilan, bayi lahir mati, berat badan turun drastis, mata kabur, keputihan, gatal daerah genital, dan lain-lain. Jumlah kasus Diabetes Melitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar kasus, lebih rendah dibanding tahun 2012 (19.493). Kasus tertinggi di Kabupaten Brebes dan Kota Semarang (1.095 kasus). Sedangkan Jumlah kasus DM tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari kasus menjadi kasus. Kasus DM tidak tergantung insulin tertinggi di Kota Surakarta ( kasus) DMTI DMTTI Gambar 3.29 Jumlah Kasus Diabetes Mellitus Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

54 c. Neoplasma Neoplasma atau kanker adalah tumor ganas yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan abnormal dari sel-sel tubuh, yang tumbuh tanpa kontrol dan tujuan yang jelas, mendesak dan merusak jaringan normal. Di Indonesia terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni kanker rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit, dan kanker rektum. Kasus penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak kasus, lebih sedikit dibanding tahun 2012 ( kasus). Penyakit kanker terdiri dari Ca. servik kasus (25,10%), Ca. mamae kasus (52,06%), Ca. hepar (16,99%), dan Ca. paru 535 kasus (5,85%). Kasus kanker serviks tertinggi di Kota Semarang (529 kasus), kanker payudara tertinggi di Kota Semarang (832 kasus), kanker hati tertinggi di Kota Surakarta (356 kasus), kanker paru tertinggi di Kota Semarang (152 kasus) Ca Servik Ca Mamae Ca Hepar Ca Paru Jml Kasus Gambar 3.30 Jumlah Penyakit Kanker menurut jenisnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun d. Penyakit Paru Obstruktif Kronis Penyakit Paru Obtruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai adanya hambatan aliran pernafasan bersifat reversible sebagian dan progresif yang berhubungan dengan respon inflamsi abnormal dari paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. (Global Obstructive Lung Disease 2003). Faktor risiko pencetus terjadinya PPOK adalah perokok aktif/pasif, debu dan bahan kimia, polusi udara di dalam atau di luar ruangan, infeksi Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

55 saluran nafas terutama waktu anak-anak, usia, genetik, jenis kelamin, ras, defisiensi alpha-1 antitripsin, alergi dan autoimunitas. Jumlah kasus PPOK di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan semula kasus pada tahun 2012 menjadi kasus pada tahun 2013 dan tertinggi di Kota Salatiga sebesar kasus. Dalam kurun waktu lima tahun prevalensi PPOK semakin menurun. Grafik Prevalensi Penyakit PPOK dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagai berikut : Kasus PPOK Gambar 3.31 Trend Kasus PPOK Provinsi Jawa Tengah Tahun e. Asma Bronkial Asma Bronkial terjadi akibat penyempitan jalan napas yang reversibel dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme, dan edema mukosa serta deskuamasi epitel bronkus/bronkeolus, akibat inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang berlebihan. Serangan asma bronkhiale sering dicetuskan oleh ISPA, merokok, tekanan emosi, aktivitas fisik, dan rangsangan yang bersifat antigen/allergen antara lain: - Inhalan yang masuk ketubuh melalui alat pernafasan misalnya debu rumah, serpih kulit dari binatang piaraan, spora jamur dll. - Ingestan yang masuk badan melalui mulut biasanya berupa makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dll. - Kontaktan yang masuk badan melalui kontak kulit seperti obat-obatan dalam bentuk salep, berbagai logam dalam bentuk perhiasan, jam tangan dll. Jumlah kasus asma di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar kasus mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 ( kasus) dan Tertinggi di Kota Surakarta sebanyak kasus. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

56 Kasus Asma Bronkial Gambar 3.32 Jumlah Kasus Asma Bronkial Provinsi Jawa Tengah Tahun C. STATUS GIZI 1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 20,912 (3,75%) sama seperti jumlah BBLR tahun 2012 yang sebanyak 21,573 (3,75%). Persentasi Bayi BBLR berjenis kelamin perempuan (3,79%) lebih tinggi dibandingkan pada bayi laki-laki (3,70%) Prevalensi Gambar 3.33 Persentase Bayi dengan BBLR Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

57 2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dab TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization National Centre for Health Statistic (WHO- NCHS). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor. Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 3,86%, lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 4,88%. Kejadian gizi kurang lebih banyak pada kelompok balita laki-laki (3,94%) dibandingkan pada kelompok perempuan (3,79%). Persentase balita dengan gizi kurang tertinggi di Kota Tegal (14,10%) dan terendah di Kabupaten Pekalongan (0,52%). 3. Persentase Balita dengan Gizi Buruk. Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

58 gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. J A B A R Cilacap Brebes Tegal Kota Tegal Banyumas Batang Pekalongan Pemalang Purblg Wonosobo Bj negara Kebumen Keterangan : Kasus Gizi Buruk (>100 kasus) Kota Pekalongan Purworejo Kendal Demak Kota Semarang Temanggung Kota Mgl Kab. Mgl Kab Semarang Salatiga DI. Yogyakarta Jepara Kudus Grobogan Sragen Pati Surakarta Boyolali Kr.anyar Klaten Sukoharjo Wonogiri Rembang Blora J A T I M Gambar 3.34 Peta Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Balita Gizi Buruk tahun 2013 berjumlah (0,30%) meningkat apabila dibandingkan tahun 2012 sejumlah (0,06%). Kejadian gizi buruk lebih banyak terjadi di balita perempuan (1.305 kasus) dibandingkan pada balita lakilaki (1.170 kasus). Sementara persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2013 sebesar 100%. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

59 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan 1. Pelayanan Kesehatan Ibu a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 tahun 2013 sebesar 98,65% sedikit lebih rendah bila dibanding dengan cakupan tahun 2012 yang sebesar 98,89%. Ada 17 kabupaten/kota yang cakupannya sudah mencapai 100% yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Blora, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Cakupan terendah Kabupaten Boyolali (93,9%). b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toxoid, (4) Tinggi fundus uteri, (5) Pemberian tablet besi 90 selama kehamilan, (6) Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC) Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 92,13% menurun bila dibandingkan dengan cakupan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

60 tahun 2012 (92,99%) dan masih dibawah target SPM 2015 (95%). Cakupan tertinggi (98,8%) di Kabupaten Pekalongan dan terendah (80,8%) di Kabupaten Rembang. Dari 35 kabupaten/kota tersebut baru 9 kabupaten/kota (25,71%) yang telah melampaui target SPM Cak. K Target Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Antenatal K4 Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 98,08% mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (97,14%). Semua Kabupaten/Kota sudah mencapai target SPM 2015 (90%). Data cakupan mulai tahun 2009 sampai dengan 2013 secara keseluruhan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut : Cak. Linakes Target Gambar 4.2 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

61 Cakupan tertinggi sebesar 102,8% di Kabupaten Pekalongan dan terendah adalah Kabupaten Karanganyar (90,5%). Dengan semakin naiknya angka cakupan pertolongan persalinan menunjukkan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga. d. Cakupan Pelayanan Nifas Paska persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakan terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus. Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2013 yaitu 94,06% lebih rendah bila dibandingkan cakupan tahun 2012 (95,54%) tetapi sudah melampaui target SPM tahun 2015 (90%). Cakupan yang telah mencapai 100% meliputi Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Demak, Kabupaten Pekalongan dan Kota Magelang. Kabupaten yang terendah capaiannya adalah Kota Semarang (83,3%). Dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah masih belum mencapai target SPM ada 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Semarang dan Kota Semarang. e. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c) Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah dini. Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

62 berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas diantaranya (a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (b) Infeksi nifas, (c) Perdarahan nifas. Ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK). Jumlah komplikasi kebidanan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak (20% dari jumlah ibu hamil). Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani tahun 2013 sebesar 102,2% meningkat bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 sebesar 90,81%. Pencapaian cakupan tahun ini sudah melampaui target SPM tahun 2015 (80%). 2. Pelayanan Kesehatan Anak a. Cakupan Kunjungan Neonatus Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/Th tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi menjadi 3, yaitu: KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari,kn2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus 1 (KN1) di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 98,83%. Cakupan KN1 pada kelompok neonatus laki-laki (99,17%) lebih besar dibandingkan cakupan KN1 neonatus perempuan (98,91%). Cakupan kunjungan neonatus 3 (KN-lengkap) sebesar 96,95% dimana cakupan neonatus perempuan (98,18%) lebih tinggi dibanding pada neonatus laki-laki (96,20%). Dari 35 kabupaten/kota, cakupan KN3 rata-rata sudah lebih dari 90%, namun masih ada Kabupaten/Kota yang cakupannya kurang dari 90% yaitu Kabupaten Pekalongan (87,77%). Untuk meningkatkan Kunjungan Neonatus di Kabupaten/Kota, pemerintah telah mengupayakan alokasi dana diantaranya melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) disamping pendanaan lainnya baik dari Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Selain itu perlu dilakukan analisis apakah jumlah tenaga kesehatan yang ada telah mencukupi kebutuhan pelayanan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

63 kesehatan tersebut serta tenaga kesehatan yang bertugas apakah telah melakukan pelayanan kesehatan secara optimal. Adapun cakupan kunjungan neonatus (KN3) di Jawa Tengah pada tahun dapat digambarkan sebagai berikut: KN Target Gambar 4.3 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN3) Provinsi Jawa Tengah Tahun Secara keseluruhan cakupan kunjungan neonatus di tingkat Provinsi Jawa Tengah sudah memenuhi target yaitu lebih dari 90%. Hal ini disebabkan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui penambahan dan penempatan bidan di desa. Selain itu juga adanya upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA serta meningkatnya pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk bayinya. b. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, di luar kunjungan neonatus. Setelah umur 28 hari. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan bayi tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 95,59%, menurun apabila dibandingkan tahun 2012 (96,95%). Cakupan Kunjungan Bayi laki-laki (95,98%) lebih tinggi dibandingkan cakupan pada bayi perempuan (95,18%). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

64 Cakupan kunjungan bayi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pada tahun 2013 yang masih dibawah 80% yaitu Kabupaten Kendal (70,3%). Adapun grafik cakupan bayi dapat digambarkan sebagai berikut: Kunjungan Bayi Target Gambar 4.4 Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian. Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan lahir rendah < 2500 gr), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Neonatus dengan komplikasi yang ditangani merupakan neonatus komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan komplikasi. Tahun 2013 perkiraan neonatal dengan komplikasi yang dihitung dari banyaknya sasaran bayi jumlahnya sebesar bayi lebih rendah dibandingkan perkiraan neonatal komplikasi tahun 2012 yang sebanyak bayi. Dari jumlah perkiraan tersebut yang mendapat penanganan tenaga kesehatan di tiap jenjang pelayanan kesehatan tahun 2013 sebanyak bayi (75,36%) meningkat dibandingkan cakupan tahun 2012 sebesar 66,38% Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

65 ( bayi). Cakupan neonatal risti/komplikasi pada kelompok bayi laki-laki (76,8%) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok bayi perempuan (74,6%). Cakupan Neonatus Risiko Tinggi/komplikasi yang ditangani tersebut masih jauh dari target cakupan sebesar 80%. Masih rendahnya neonatus risiko tinggi yang mendapatkan pelayanan kesehatan diantaranya disebabkan belum adanya keseragaman definisi operasional mengenai neonatal yang termasuk dalam risiko tinggi, sehingga belum semua neonatus dengan risiko tinggi/komplikasi dicatat dan dilaporkan. Disamping target neonatus komplikasi yang ditangani untuk neonatal resiko tinggi seharusnya 15% dari jumlah sasaran bayi pertahun, namun belum semua kabupaten/kota mempunyai persepsi/pemahaman yang sama. d. Cakupan Pelayanan Anak Balita Anak balita adalah anak berumur bulan. Setiap anak umur bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 x dalam setahun yang tercatat di Kohort Anak Balita dan Pra Sekolah, Buku KIA/KMS atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan pertinggi/panjang badan (BB/TB). Di tingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD, Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak, serta Raudatul Athfal dll. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan untuk menentukan status gizinya dan upaya tindak lanjut. Pemantauan perkembangan meliputi penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak, dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Bila ditemukan penyimpangan atau gangguan perkembangan harus dilakukan rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih memiliki kompetensi. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia bulan dilaksanakan melalui pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

66 Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort Anak Balita dan Prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi ( IU) diberikan pada anak umur bulan 2 kali per tahun ( bulan Februari dan Agustus) Jumlah anak balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak , yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak (83,07%) sedikit menurun dibandingkan cakupan tahun 2012 (83,15). Cakupan pelayanan anak balita laki-laki (83,18%) sedikit lebih besar dibandingkan cakupan pelayanan anak balita perempuan (82,97%). Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% adalah Kabupaten Kebumen dan kabupaten Tegal. Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Sukoharjo (57,14%) e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Penjaringan kesehatan siswa Sekolah Dasar (SD) dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan terhadap murid baru kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman mata, ketajaman pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental emosional dan kebugaran jasmani. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama dengan guru sekolah dan kader kesehatan/konselor kesehatan. Setiap puskesmas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan siswa SD/MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal tahun ajaran baru sekolah. Siswa SD dan setingkat ditargetkan 100% mendapatkan pemantauan kesehatan melalui penjaringan kesehatan. Melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat diharapkan dapat menapis atau menjaring anak yang sakit dan melakukan tindakan intervensi secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat tidak tertular menjadi sakit. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan/guru UKS/kader kesehatan sekolah tahun 2013 sebesar 87,79%, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

67 lebih tinggi dibandingkan cakupan tahun 2012 (70,08%). Cakupan penjaringan kesehatan pada siswa SD Laki-laki (89,62%) lebih tinggi dibandingkan cakupan penjaringan kesehatan pada siswa SD perempuan (85,93%). Cakupan terendah di Kabupaten Pati (30,52%) dan tertinggi di Kabupaten Banyumas (101,09%). Adapun grafik cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI tahun dapat digambarkan sebagai berikut: Cakupan 43,8 52,61 81,02 70,08 87,79 target Gambar 4.5 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/MI Provinsi Jawa Tengah Tahun Pelayanan Gizi a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related Diseases yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Berdasarkan data yang yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota, cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi tahun 2013 sebesar 98,15%, menurun dibandingkan tahun 2012 sebesar 98,74%. Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada bayi laki-laki (98,43%) lebih tinggi dibanding cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada bayi perempuan (97,87%). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

68 Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi selama 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Cakupan 98,11 96,84 99,08 98,74 98,15 Gambar 4.6 Cakupan Suplementasi Kapsul Vit. A pada Bayi Tahun b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak. Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak umur bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis SI yang diberikan pada anak umur bulan dan diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Anak Balita tahun 2013 sebesar 90.37%, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 (98.34%). Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada anak balita perempuan (90,32%) sedikit lebih rendah dibandingkan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita laki-laki (90,42%). Cakupan anak balita mendapat vitamin A tertinggi (100%) sudah dapat dicapai oleh 7 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten Magelang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

69 Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Semarang dan Kota Pekalongan. Sedangkan yang cakupannya terrendah adalah Kabupaten Wonosobo (53,52%). Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita selama 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Cakupan 82,44 96,76 98,45 98,34 90,37 Gambar 4.7 Cakupan Suplementasi Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi ( SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2013 sebesar 94,59%, menurun dibandingkan tahun 2012 (95,90%). Cakupan tertinggi (>100%) dicapai oleh Kabupaten Klaten, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kota Magelang dan Kota Semarang. Sementara cakupan terendah di Kabupaten Kendal sebesar 61,23%. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A selama 5 tahun terakhir ( ) dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

70 Cakupan Gambar 4.8 Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vit. A di Provinsi Jawa Tengah Tahun Beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi, balita, dan bufas diantaranya: 1) Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan informasi. 2) Forum komunikasi, yang bermanfaat sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sektor terkait. 3) Sosialisasi pemberian kapsul Vitamin A terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya. 4) Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit pada sasaran ibu anak. 5) Tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau. 6) Lintas program/ lintas sektor terkait (Promosi Kesehatan, Imunisasi, dll) 7) Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang belum mendapatkan kapsul Vitamin A pada bulan kapsul. d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamill, ibu nifas, remaja putri, dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 90,74% mengalami penurunan bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (91,77%). Cakupan tertinggi dicapai Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

71 Kabupaten Kebumen (97,77%) dan terendah Kabupaten Kendal (73,48%) Fe 1 92,59 95,92 95,43 97,73 96,42 Fe 3 85,62 90,25 89,39 91,77 90,74 Gambar 4.9 Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Provinsi Jawa Tengah Tahun Dari grafik di atas dapat diihat bahwa cakupan Fe 1 dan cakupan Fe 3 sudah cukup baik dan memadai. Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi pemberian tablet Fe pada ibu hamil. e. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

72 Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga merupakan isu global. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut laporan mutakhir UNICEF (Fact About Breast Feeding) merupakan kekeliruan yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang diberi susu formula, namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dll. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2013 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,99%, meningkat dibandingkan tahun 2012 (25,6%). Cakupan tertinggi adalah kabupaten Temanggung (103,54%). Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Karanganyar (14,89%) Cakupan 40,21 37,18 45,36 25,6 52,99 Gambar 4.10 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah: 1). Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar. 2). Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan. 3). Faktor sosial budaya. 4). Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja. 5). Gencarnya pemasaran susu formula. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif tetap berpedoman pada Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yaitu: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

73 1) Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2) Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3) Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. 4) Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan yang dilakukan di ruang bersalin (inisiasi dini). Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar. 5) Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. 6) Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7) Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8) Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui. 9) Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10) Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari rumah sakit, rumah bersalin atau sarana pelayanan kesehatan. f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 bulan Keluarga Miskin. Anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin diberikan makanan pendamping ASI baik makanan lokal maupun pabrikan. Data jumlah anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin tahun 2013 tersedia di 32 kabupaten/kota sebanyak anak, yang mendapatkan makanan tambahan ASI (MP-ASI) sebanyak (61,22%). Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% adalah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

74 Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Tembanggung dan Kota Tegal. Cakupan terendah adalah Kabupaten Brebes 1,08%. g. Jumlah Balita Ditimbang Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian kegiatannya dilaksanakan di Posyandu. Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di posyandu merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita. Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu tahun 2013 sebesar 72,44% menurun dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (79,0%). Cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Purworejo (93,58%) dan terendah Kabupaten Purbalingga (45,57% Balita ditimbang 75,89 89,49 78, ,44 Gambar 4.11 Cakupan Balita Yang Ditimbang Tahun Kabupaten/kota yang sudah mencapai target partisipasi masyarakat sebesar 80% sebanyak 6 kabupaten/kota. Banyak hal dapat mampengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan masyarakat tentang Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

75 kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya. Dari data yang ada menggambarkan bahwa pedesaan dan perkotaan tidak memperlihatkan perbedaan yang menyolok dalam partisipasi masyarakat tetapi yang sangat berpengaruh adalah faktor ekonomi dan sosial budaya. h. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. Pendataan gizi buruk di Jawa Tengah didasarkan pada 2 kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit. 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, Jml Balita Gibur 5,249 3,514 3,187 1, Gambar 4.12 Jumlah Balita dengan Gizi Buruk Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

76 Balita Gizi Buruk tahun 2013 berjumlah anak meningkat apabila dibandingkan tahun 2012 (1.131). Tetapi persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2013 sebesar 100%. i. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan, dimana pada tahun 2013 sebanyak 86,50% meningkat dibandingkan tahun 2012 (56,65%) % Desa dg garam beryodium Gambar 4.13 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Tahun Berdasarkan laporan yang masuk dari 32 kabupaten/kota, yang cakupannya mencapai 100% adalah Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Semarang. Sedangkan kabupaten dengan konsumsi garam beryodium terendah adalah Kabupaten Cilacap (29,23%) dan Kabupaten Grobogan (29,23%). 4. Pelayanan Keluarga Berencana a. Peserta Keluarga Berencana Baru Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Jumlah PUS Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak menurun dibanding tahun 2012 ( ). Peserta KB baru pada tahun 2013 (13,83%), menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2012 (15,3%). Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

77 1) MKJP: Tahun 2013 IUD (9,48%), MOP (0,16%), MOW (1,84%) dan Implant (13,46%). Sedangkan tahun 2012 IUD (9,2%), MOP (0,2%), MOW (2,4%) dan Implant (12,5%). 2) NON MKJP: Tahun 2013 Suntik (47,90%), PIL (16,69%) dan Kondom (4,82%), sedangkan tahun 2012 Suntik (54,0%), PIL (16,6%) dan Kondom (5,1%). PIL 17,69% Kondom 5,11% IUD 10,05% MOP 0,17% MOW 1,95% Implan 14,27% Suntik 50,77% Gambar 4.14 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non MKJP yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan cukup besar yaitu 50,77%, hal tersebut dapat difahami karena akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif dengan mempergunakan kontrasepsi MOP hanya 0,17% dan kondom hanya 5,11%, karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang menjadi sasaran. b. Peserta KB Aktif Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

78 Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS. Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 80,34%, mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 (80,2%). Angka ini sudah mencapai target SPM sebesar 70%. Cakupan tertinggi di Kabupaten Rembang (88,23%) dan terendah di Kota Tegal (73,49%) Cakupan Target Gambar 4.15 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun Pelayanan Imunisasi a. Persentase Desa yang Mencapai Universal Child Immunization (UCI) Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang berdasarkan indikator cakupan DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI desa tahun 2013 (99,14%) mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 (98,05%). Hasil pencapaian UCI desa tahun 2013 yang mencapai target (100%) sebanyak 24 kabupaten/kota lebih banyak dibanding tahun Sedangkan kabupaten yang pencapaian UCI desa terendah di Kabupaten Karanganyar (81,92%). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tidak tercapainya pencapaian UCI desa di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, pada Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

79 umumnya disebabkan karena penghitungan sasaran (denominator) yang melebihi dengan kondisi riil jumlah sasaran di lapangan UCI target Gambar 4.16 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah Tahun Kabupaten/kota yang belum mencapai target imunisasi dasar lengkap pada bayi disebabkan antara lain : 1) Adanya perbedaan jumlah dibandingkan dengan sasaran yang ada, hal ini dikarenakan penentuan jumlah sasaran masih berdasarkan angka estimasi jumlah penduduk, bukan dari hasil pendataan. 2) Belum semua Puskesmas membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi secara rutin (bulanan, tribulanan) dikarenakan banyak petugas imunisasi yang merangkap dengan tugas lain. 3) Belum dilakukan pelaksanaan sweeping atau kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya masih rendah, pada umumnya disebabkan keterbatasan sumber daya atau tenaga banyak yang merangkap dengan tugas lain. 4) Masih ada sebagian kecil orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi dikarenakan keyakinan/kepercayaan agama, dan lain-lain. b. Cakupan Imunisasi bayi Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B, dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

80 persentase (%) bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB). Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas I SD/MI/SDLB/SLB, sedangkan BIAS TT diberikan pada semua anak usia kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB, Backlog Fighting (melengkapi status imunisasi). Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Jawa Tengah dari semua antigen sudah mencapai target minimal nasional (85%), pencapaian tiap tahun cenderung menurun, tetapi tahun 2013 terjadi peningkatan. Jumlah sasaran bayi pada tahun tahun 2013 adalah menurun dibanding tahun 2012 sebanyak Sedangkan cakupan masing-masing jenis imunisasi tahun 2013 adalah sebagai berikut BCG (99,22%), DPT1+HB1 (100,01), DPT3+HB3 (99,98%), Polio 3 (100,18%) dan Campak (99,81%). Hal ini mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2012, hanya BCG yang mengalami penurunan BCG DPT1+Hb1 DPT3+Hb3 Polio 3 Campak Gambar 4.17 Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak Dalam rangka mencapai dan mempertahankan UCI desa, analisis PWS harus diikuti dengan tindak lanjut. Dengan grafik PWS akan terlihat dan dapat dianalisis cakupan dan kecenderungan setiap bulan, maka dapat segera diketahui kekurangan cakupan dan beban yang harus dicapai setiap bulan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

81 pada periode berikutnya. Untuk kecenderungan cakupan setiap bulan dapat diketahui dengan indikator Drop Out (DO). Sesuai kesepakatan dengan kabupaten/kota indikator DO di Jawa Tengah maksimal 5% atau (-5%). Tahun 2013 DO tingkat Jawa Tengah sebanyak 0,36%, mengalami penurunan dibanding tahun 2012 (1,69%). Sebanyak 3 kabupaten/kota yang DO-nya lebih dari 5% atau (-5%) yaitu Kabupaten Wonogiri (5,48%), Kabupaten Temanggung (-5,37%) dan Kota Tegal (7,37%). d. WUS Mendapat Imunisasi TT Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Menurut WHO, tetanus maternal dan neonatal dikatakan tereliminasi apabila hanya terdapat kurang dari satu kasus tetanus neonatal per kelahiran hidup di setiap kabupaten. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans Tetanus Neonatorum. Jumlah ibu hamil 2013 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak lebih sedikit dibanding tahun 2012 ( ), yang mendapat TT-1 sebesar 26,09%, TT-2 sebesar 28,35%, TT-3 sebesar 15,88%, TT-4 sebesar 12,63 dan TT-5 sebesar 11,33% dan TT2+ sebanyak 68,18%. 6. Pelayanan Kesehatan Gigi a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi dari perhatian masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul rusak dan harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

82 Rasio Gambar 4.18 Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Provinsi Jawa Tengah Tahun Rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap menunjukkan tingkat motivasi masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya, semakin besar rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap berarti semakin tinggi motivasi masyarakat dalam mempertahankan gigi geliginya. Rasio tumpatan dengan pencabutan gigi tetap di Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2009 cenderung meningkat, tetapi pada tahun 2013 sedikit mengalami penurunan dari 0,98 pada tahun 2012 menjadi 0,94 pada tahun Data pelayanan gigi dan mulut di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 berasal dari 34 kabupaten/kota. Ada satu kabupaten yang tidak masuk datanya yaitu Kabupaten Kudus. Di kabupaten/kota, rasio tertinggi sebesar 2,28 yaitu di Kabupaten Semarang. Sedangkan rasio terendah sebesar 0,09 yaitu di Kabupaten Rembang. Terdapat 15 (42,86%) kabupaten/kota dengan rasio yang rendah dibawah 1 (satu) yang berarti bahwa pencabutan gigi tetapnya lebih banyak daripada tumpatan gigi tetap. Kondisi tersebut perlu ditindaklanjuti dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut serta dampaknya pada sistem pencernaan dan kesehatan tubuh secara umum. b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya adalah Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan upaya promotif dan preventif kesehatan gigi khususnya untuk anak sekolah. Kegiatan sikat gigi masal di SD/MI merupakan salah satu kegiatan UKGS yang bertujuan agar anak-anak sekolah dasar dapat memahami cara dan waktu yang tepat untuk Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

83 melakukan sikat gigi. Dari 30 kab/kota yang masuk datanya, Persentase SD/MI yang melaksanakan sikat gigi masal sebesar 77,6 %. Sedangkan yang mendapatkan pelayanan gigi sebesar 82,5%. Kegiatan UKGS yang lain adalah pemeriksaan gigi pada seluruh murid untuk mendapatkan murid yang perlu perawatan gigi, kemudian melakukan perawatan pada murid yang memerlukan. Cakupan pemeriksaan kesehatan gigi murid SD/MI tahun 2013 sebesar 42,38%. Sejak tahun 2009 tren cakupan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD/MI cenderung naik. Terdapat 3 kab/kota yang cakupannya mencapai 100%, yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Blora, dan Kota Salatiga. Cakupan terrendah adalah di Kab. Brebes sebesar 6,41% Cakupan 36,31 37,59 37,9 35,86 42,38 Gambar 4.19 Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut Jumlah Murid SD/MI diperiksa dan memerlukan perawatan tahun 2013 sebanyak anak, sedangkan yang dirawat sebanyak anak. Cakupan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 53,81%, sedikit meningkat bila dibanding cakupan tahun 2012 (53,6%) Cakupan Gambar 4.20 Cakupan Perawatan Gigi Murid Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

84 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa cakupan perawatan gigi murid SD/MI yang membutuhkan perawatan dalam lima tahun terakhir baru berkisar antara 50%- 55% dari sekitar 35% murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut. Hal ini berarti masih banyak murid SD/MI yang belum mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Fakta menunjukkan bahwa Umur Harapan Hidup di Indonesia semakin tinggi (2010 : rata-rata UHH 71,4 tahun). Populasi lansia di Indonesia meningkat 414 % dari tahun 1990 s.d Untuk itu diperlukan upaya agar proses menjadi tua pada lansia tetap berjalan namun menjadi tua yang tetap sehat, berguna, produktif, dan tidak menjadi beban di masyarakat. Pelayanan kesehatan usia lanjut merupakan salah satu upaya tersebut. Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, baik di puskesmas maupun di posyandu/kelompok usia lanjut. Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 58,58% meningkat bila dibandingkan cakupan pada tahun 2012 (52,83%). Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi (100%) adalah Kabupaten Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pekalongan. Sementara Kabupaten dengan cakupan terrendah adalah Kabupaten Cilacap (9,21%) Cakupan Gambar 4.21 Pelayanan Kesehatan Usia lanjut Provinsi Jawa Tengah Tahun Tren cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di Provinsi Jawa Tengah sejak Tahun 2009 hingga Tahun 2013 cenderung meningkat. Cakupan pelayanan kesehatan usila tahun 2013, hampir mencapai target program lansia Tahun 2013 yaitu 60%. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

85 Tengah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pra usila dan usila antara lain sebagai berikut : a. Meningkatkan sosialisasi, advokasi dan komunikasi (Penguatan Promosi Kesehatan melalui pendekatan perubahan gaya hidup) b. Meningkatkan akses masy. Lansia untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas (Penguatan sistem kesehatan untuk mendukung Active and Healthy Ageing ). c. Menjalin kemitraan. d. Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan mandiri di usia lanjut. e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM yang terlibat dalam upaya kes. Usila. f. Mengupayakan anggaran dari pemerintah, swasta dan masyarakat g. Kerjasama dengan universitas dan lembaga penelitian untuk pengembangan program. 8. Pelayanan Dawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa a. Pelayanan Gawat Darurat Level I yang Harus Diberikan Pelayanan Kesehatan di Kabupaten/Kota Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat merupakan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan pelayanan gawat darurat yang dimaksud adalah upaya cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti jantung dengan Resusitasi Jantung Paru Otak (Cardio Pulmonary Cebral Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau ditekan sampai minimal dengan menggunakan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support/BLS) dan Bantuan Hidup Lanjut (ALS). Sarana kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah bersalin, puskesmas, dan rumah sakit baik rumah sakit umum, jiwa maupun khusus. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

86 RSU RSJ RS Khusus Pusk RI Gambar 4.22 Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat yang Dapat Diakses Masyarakat Provinsi Jawa TengahTahun Jumlah rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2013 sebanyak 271. Semua rumah sakit, baik rumah sakit umum, khusus, maupun rumah sakit khusus jiwa semua telah mempunyai kemampuan pelayanan gawat darurat level I. Sedangkan untuk puskesmas perawatan masih ada beberapa yang belum mempunyai kemampuan pelayanan gawat darurat level I sehingga pencapaian untuk Tahun 2013 baru mencapai 95,5%, sedikit lebih rendah dibanding capaian Tahun 2012 sebesar 96,74%. Hal ini disebabkan tedapat Puskesmas rawat inap baru dimana beberapa Puskesmas rawat inap baru tersebut belum mempunyai kemampuan gawat darurat. b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang Ditangani <24 Jam Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Jawa Tengah. Tingginya frekuensi KLB seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Acute Flacid Paralisys (AFP), Keracunan Makanan, Difteri, Campak, Diare, bencana serta munculnya penyakit baru seperti Avian Influenza (Flu Burung), disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut upaya atau tindakan secara cepat dan tepat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

87 (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan Desa/kel terkena KLB Gambar 4.23 Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa yang Terserang Provinsi Jawa Tengah Tahun Dari Gambar 4.23 di atas diketahui bahwa pada Tahun 2013 desa yang mengalami kejadian luar biasa mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu dari 363 desa/kelurahan menjadi 501 desa/kelurahan. Dari 501 desa/kelurahan mengalami kejadian luar biasa seluruhnya (100%) ditangani secara cepat (kurang dari 24 jam) Ditangani <24jam (%) Gambar 4.24 Grafik Distribusi Frekuensi Desa/Kelurahan Terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 jam Provinsi Jawa Tengah Tahun Pada Tahun 2013, kejadian luar biasa penyakit menular, bencana, dan keracunan makanan yang sebanyak 17 jenis yang tersebar di 33 kab/kota. Ada dua kab/kota yang tidak melaporkan adanya kejadian luar biasa yaitu Kota Magelang dan Kota Tegal. Frekuensi tertinggi adalah KLB keracunan makanan yang terjadi di 93 kecamatan dan 114 desa/kelurahan. Urutan ke dua adalah KLB DBD yang terjadi di 58 kecamatan dan 95 desa. Urutan ke tiga adalah KLB Chikungunya yang terjadi di 60 kecamatan dan 92 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

88 Kab.Temanggung Kab.Kr.anyar Kab. Cilacap Kab. Sukoharjo Kab. Banyumas Kab. Pemalang Kab. Tegal Kab. Wonogiri Kab. Klaten Kab. Boyolali Kab. Brebes Kab. Batang Kota Semarang Kab. Grobogan Kab. Magelang Kab. Semarang Kab. Pekalongan Kab. Sragen Kota Salatiga Kab. Pati Kab. Wonosobo Kab. Jepara Kab. Purworejo Kab. Kebumen Kab. Kendal Kab. Demak Kab. Kudus Ka. Rembang Kota Pekalongan Kota Surakarta Kab. Purbalingga Kab. Blora Kab. Kota Tegal Kota Magelang desa/kelurahan. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, jenis KLB yang terjadi pada Tahun 2013 mengalami penurunan dari 22 jenis menjadi 17 jenis Keracunan Makanan DBD Chikungunya AFP Diare Hepatitis A Leptospirosis Difteri Rubela Banjir,Tnh Longsor Campak Scabies Tetanus Neonatorum Tersangka Flu Burung Parotitis Varicella Malaria Gambar 4.25 Jenis KLB Menurut Desa/Kelurahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Sebaran KLB tahun 2013 menunjukkan bahwa 3 kabupaten/kota dengan frekuensi KLB terbanyak adalah Kabupaten Temanggung (45 kejadian), Kabupaten Karanganyar (42 kejadian) dan Kabupaten Cilacap (35 kejadian). Sedangkan rata-rata desa/kelurahan terjadi KLB per jumlah desa/kelurahan adalah sebesar 0, Gambar 4.26 Kejadian KLB Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa Dari tujuh belas jenis KLB penyakit menular, bencana alam, dan keracunan makanan, Jumlah penduduk terancam KLB tahun 2013 sebanyak Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

89 jiwa. Sedangkan yang menderita akibat kejadian luar biasa tersebut sebanyak jiwa, sehingga attack rate atau rata-rata kejadian sebesar 0,45%. Dari sejumlah penderita tersebut, yang meninggal sebanyak 75 orang (case fatality rate/cfr: 1,65%). CFR tertinggi adalah KLB Tersangka Flu Burung sebesar 100%. Urutan ke dua adalah Tetanus Neonatorum sebesar 33,33%, dan yang ke tiga adalah Demam Berdarah Dengue sebesar 7,55%. 9. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Metode pembelajaran dalam penyuluhan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan, kemampuan tenaga pengajar, kemampuan objek sebagai pendengar, besarnya kelompok waktu pelaksanaan, dan ketersediaan sarana prasarana. Metode penyuluhan kesehatan bersifat penyuluhan individual, penyuluhan kelompok, dan penyuluhan massa. Dari data kegiatan penyuluhan, 35 kab/kota melaporkan frekuensi kegiatan penyuluhan kelompok, tetapi pada kegiatan penyuluhan massa hanya 32 kab/kota yang melaporkan. Frekuensi kegiatan penyuluhan kelompok di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 sebanyak kali. Frekuensi tertinggi adalah di Kab. Pekalongan yaitu sebanyak kali. Urutan ke dua adalah Kab. Kebumen sebanyak kali, dan urutan ke tiga adalah Kab. Karanganyar sebanyak kali. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

90 Kab. Pekalongan Kab. Kebumen Kab. Karanganyar Kab. Sragen Kab. Tegal Kab. Purbalingga Kab. Temanggung Kab. Brebes Kab. Semarang Kab. Wonosobo Kab. Rembang Kota Surakarta Kab. Banyumas Kab. Boyolali Kab. Klaten Kab. Magelang Kab. Banjarnegara Kab. Jepara Kab. Demak Kab. Grobogan Kab. Purworejo Kab. Batang Kab. Kudus Kab. Sukoharjo Kota Magelang Kab. Pemalang Kota Pekalongan Kab. Kendal Kab. Cilacap Kab. Wonosobo Kab. Pati Kota Salatiga Kab. Blora Kota Tegal Kab. Pekalongan Gambar 4.27 Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kelompok yang Dilakukan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Frekuensi penyuluhan massa di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 sebanyak kali. Frekuensi tertinggi adalah di Kab. Tegal yaitu sebanyak kali. Tiga kabupaten/kota tidak melaporkan kegiatan penyuluhan massa yaitu Kab. Blora, Kab. Demak, dan Kab. Temanggung. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Kab. Tegal Kab. Banyumas Kab. Semarang Kota Pekalongan Kab. Kendal Kab. Rembang Kab. Sragen Kota Surakarta Kab. Purworejo Kab. Magelang Kab. Kudus Kota Semarang Kab. Jepara Kab. Pemalang Kab. Klaten Kota Salatiga Kab. Kebumen Kab. Cilacap Kab. Brebes Kab. Boyolali Kab. Purbalingga Kab. Pati Kab. Karanganyar Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Wonosobo Kota Magelang Kab. Grobogan Kab. Wonogiri Kab. Kota Tegal Kab. Sukoharjo Kab. Temanggung Kab. Demak Kab. Blora Gambar 4.28 Distribusi Frekuensi Penyuluhan Massa yang Dilakukan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

91 B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan. Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung (out of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya. Di Indonesia, ada dua kelompok peserta jaminan pemeliharan kesehatan yaitu kelompok penduduk non maskin yang membayar sendiri premi jaminan pemeliharaan kesehatannya dan kelompok maskin yang ditanggung oleh pemerintah. Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013, kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 71,64%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2012 (65,52%). Kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan Sedangkan untuk masyarakat miskin, pemerintah menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), di mana semua biaya pemeliharaan kesehatan untuk masyarakat miskin ini semua ditanggung oleh pemerintah Cakupan Gambar 4.29 Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Non Maskin Provinsi Jawa Tengah Tahun Selain jamkesmas, banyak kabupaten/kota yang menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan tujuan agar masyarakat miskin yang belum tercakup jamkesmas bisa tercakup jamkesda. Kepesertaan jeminan pemeliharaan untuk masyarakat miskin (Jamkesmas) di Provinsi Jawa Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

92 Tengah Tahun 2013 sebesar 42,54% dari total penduduk, mengalami penurunan bila dibandingkan kepesertaan Tahun 2012 sebesar 48,40%. Kepesertaan jaminan kesehatan terdiri dari: Askes (7,49%), Jamsostek (4,11%), Askeskin/Jamkesmas (42,54%), Jamkesda (8,80%) dan lain-lain (11,67%). KEPESERTAAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN 7,49 % 11,67 % 4,11 % 8,80% 42,54 % Askes Jamsostek Jamkesmas Jamkesda Lain-lain Gambar 4.30 Cakupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Sejak 1 Januari 2014, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah melaunching BPJS Kesehatan yang pesertanya dimulai dari peserta Askes, Jamsostek, dan jaminan kesehatan anggota TNI/Polri. Pada Tahun 2019 ditargetkan Universal Coverage kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang berarti bahwa seluruh penduduk di Indonesia pada tahun 2019 harus memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Terdapat dua cara pembayaran premi yaitu untuk masyarakat non miskin premi dibayar sendiri oleh peserta, sedangkan untuk masyarakat miskin, premi dibayarkan oleh pemerintah. 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat Miskin Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan di Puskesmas meliputi rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, persalinan normal di Puskesmas dan jaringannya, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan transport untuk rujukan bagi pasien. Sedangkan pelayanan di rumah sakit meliputi rawat jalan tingkat lanjut, rawat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

93 inap tingkat lanjut, pelayanan obat dan bahan habis pakai, pelayanan penunjang medik, serta pelayanan tindakan dan operasi. Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin pada tahun 2013 sebanyak orang. Masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana pelayanan strata 1 sebanyak (34,9%) sedangkan di sarana pelayanan strata 2 dan strata 3 sebesar (3,5%). 3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin Pelayanan kesehatan yang diberikan bagi pasien masyarakat miskin dan tidak mampu meliputi pelayanan kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit. Selain mendapatkan pelayanan rawat jalan juga mendapatkan rawat inap. Pada Tahun 2013, jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di sarana kesehatan strata 1 sebanyak (1,93%) sedangkan di sarana kesehatan 2 dan 3 sebanyak (2,45%). 4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan ini meliputi kunjungan rawat jalan di Puskesmas, kunjungan rawat jalan di rumah sakit, dan kunjungan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan kunjungan rawat jalan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 51,87%. Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat inap ini meliputi kunjungan rawat inap di Puskesmas, kunjungan rawat inap di rumah sakit, dan kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan lain. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 3,17%. 5. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

94 perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Data yang masuk untuk pelayanan kesehatan jiwa di RS berasal dari Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Umum yang mempunyai klinik jiwa. Permasalahan yang ada saat ini adalah tidak semua Rumah Sakit Umum mempunyai pelayanan klinik jiwa karena belum tersedia tenaga medis jiwa dan tidak banyak kasus jiwa di masyarakat yang berobat di sarana pelayanan kesehatan. Dari permasalahan tersebut, upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pembinaan program kesehatan jiwa di sarana kesehatan pemerintah dan swasta, pelatihan/refreshing bagi dokter dan paramedis Puskesmas terutama upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan program kesehatan jiwa. KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA 32,71% 67,29% Rumah Sakit Pusk. & Sarkes Lain Gambar 4.31 Kunjungan Gangguan Jiwa di Puskesmas dan Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2013 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak Sebagian besar kunjungan gangguan jiwa adalah di rumah sakit (67,29%), sedangkan 32,71% lainnya di Puskesmas dan sarkes lain. 6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit a. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross Death Rate (GDR) Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross Death Rate) berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di Rumah Sakit. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

95 Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka yang dapat ditolerir untuk GDR ini maksimum GDR 34,01 59,4 44,47 Gambar 4.32 Angka Rata-rata Gross Death Rate di Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun GDR rata-rata di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 sebesar 44,47, berarti masih dalam angka yang dapat ditolerir, dan masih lebih baik bila dibandingkan dengan GDR tahun 2012 sebesar 59,4. Dari 198 RS yang melapor, sebanyak 20 rumah sakit mempunyai nilai GDR melebihi angka yang dapat ditolerir (kurang baik). b. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate (NDR) Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, berarti bahwa mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per penderita keluar GDR 17,07 29,7 36,16 Gambar 4.33 Angka Rata-rata Net Death Rate di Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

96 Rata-rata NDR di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 36,16, berarti sudah melampaui batas yang bisa ditolerir dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan NDR tahun 2012 sebesar 29,7. Dari 171 rumah sakit yang melapor, sebanyak 14 rumah sakit mempunyai nilai NDR melebihi angka yang dapat ditolerir. Berdasarkan data GDR dan NDR tersebut berarti pada tahun 2013 terjadi penurunan mutu pelayanan atau perawatan di rumah sakit sehingga diperlukan pembinaan lebih lanjut. 7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Dalam menentukan peningkatan sarana rumah sakit, indikator yang digunakan antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan, diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur serta rasio terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2013 jumlah keseluruhan rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 271, bertambah 8 rumah sakit dari tahun Gambar berikut adalah Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur di Provinsi Jawa Tengah menurut jenis dan kepemilikannya. Tabel 4.1 Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 NO RUMAH SAKIT JUMLAH TEMPAT TIDUR TOTAL KELAS III 1 RSU Pemerintah RS TNI/Polri RSU Swasta RS Khusus Pemerintah RS Khusus Swasta RS Khusus TNI/Polri JUMLAH a. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah sakit dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>80%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

97 tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Pada tahun 2013, rata-rata BOR di Provinsi Jawa Tengah sebesar 49,39 masih di bawah BOR ideal. Dari 188 rumah sakit yang melapor, 49 RS (26,06%) mempunyai BOR yang dianggap cukup ideal, 24 RS (12,77%) mempunyai tingkat pemanfaatan sangat tinggi diatas maksimal occupancy rate, 113 RS (60,11%) tingkat pemanfaatannya masih kurang. Rumah sakit dengan BOR tinggi pada umumnya terdapat di rumah sakit pemerintah baik milik pemerintah pusat, provinsi, maupun kab/kota. Sedangkan yang mempunyai tingkat pemanfaatan rendah kebanyakan adalah rumah sakit swasta tipe D. b. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS) Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/average Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di rumah sakit se Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 adalah 3,45 hari, lebih rendah dari ALOS ideal. Dari 186 rumah sakit yang melapor, hanya 5 RS (2,7%) yang mempunyai nilai ALOS ideal, 6 RS (3,2%) mempunyai ALOS yang tinggi melebihi ALOS ideal, dan 175 RS (94,09%) mempunyai ALOS yang rendah dibawah 6. Rumah Sakit yang memiliki ALOS ideal adalah RS PKU Muhammadiyah Kutowinangun Kebumen, RSUD Kudus, RSU Adella, RSUP Dr. Kariadi Semarang, RSUD Kardinah Kota Tegal. Sedangkan yang mempunyai ALOS yang tinggi kebanyakan adalah Rumah Sakit Jiwa. c. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI) TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1 3 hari. Rata-rata TOI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 adalah 3,54 hari, di atas kisaran TOI ideal. Hal ini berarti mengalami penurunan efisiensi penggunaan tempat tidur dari tahun 2012 dimana TOI adalah 2,8 hari atau berada dalam kisaran TOI ideal. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

98 Dari 186 RS yang lapor, 89 RS (47,8%) mempunyai nilai TOI lebih tinggi dari pada nilai ideal, 25 RS (13,44%) mempunyai nilai TOI lebih kecil dari nilai ideal, dan 72 RS (38,7%) mempunyai nilai TOI ideal. Angka BOR, ALOS, dan TOI rata-rata di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 tersebut menunjukkan bahwa kinerja pelayanan rumah sakit masih kurang baik, sehingga diperlukan upaya-upaya perbaikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan tersebut. C. Perilaku Hidup Masyarakat 1. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan rumah tangga. Adapun 16 indikator PHBS tatanan Rumah tangga tersebut meliputi: a. Variabel KIA dan GIZI: persalinan nakes; ASI Eksklusif; penimbangan balita; gizi seimbang b. Variabel KESLING: air bersih; jamban; sampah; kepadatan hunian; lantai rumah. c. Variabel GAYA HIDUP: aktifitas fisik; tidak merokok; cuci tangan;kesehatan gigi dan mulut; miras/narkoba d. Variabel UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT: Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2013 persentase rumah tangga yang dipantau sebesar 37,29%, sedikit meningkat dibanding rumah tangga yang dipantau pada tahun 2012 (33,4%). Pencapaian persentase rumah tangga sehat yaitu yang diwakili oleh rumah tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehat paripurna telah mencapai 76,77%, meningkat bila dibandingkan tahun 2012 (74,67%). Ada 10 (28,57%) kab/kota yang mempunyai cakupan rumah tangga sehat lebih dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

99 90%. Cakupan tertinggi sebesar 100% yaitu di Kabupaten Demak. Sedangkan Cakupan terrendah sebesar 46,20% yaitu di Kab. Banjarnegara. Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi memerlukan proses yang panjang termasuk didalamnya perlu upaya pemberdayaan masyarakat yang berkesinambungan. Berikut ini adalah Grafik persentase rumah tangga sehat berdasarkan strata Utama dan Paripurna di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 s/d Cakupan 63,68 68,63 74,68 74,67 76,77 Gambar 4.34 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 s/d 2013 D. Keadaaan Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: (1) Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, (2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko Lingkungan, (4) Pengembangan Wilayah Sehat. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat. Pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya, berbagai lintas sektor ikut serta berperan (Bappeda, Bapermas, Perindustrian, Lingkungan Hidup, Pertanian, Cipta Karya, dan Dinas Kesehatan). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

100 1. Persentase Rumah Sehat Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu Burung, TBC, ISPA dan lain - lain. Data persentase rumah yang diperiksa di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 berasal dari 34 kab/kota. Ada satu kabupaten yang tidak masuk datanya yaitu Kab. Grobogan. Rumah yang diperiksa sebesar 49,70% dari keseluruhan rumah yang ada. Dari yang diperiksa 73,96% merupakan rumah sehat. Cakupan rumah sehat Tahun 2013 ini meningkat bila dibandingkan dengan capaian tahun 2012 (68,1%) Rumah Sehat 65,12 65,01 62,95 68,1 73,96 Gambar 4.35 Cakupan Rumah Sehat Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa Jentik Nyamuk Aedes Penyakit Demam Berdarah masih merupakan permasalahan di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu cara pengendalian penyakit tersebut adalah dengan pemberantasan vektor yang menjadi perantara penularan penyakit tersebut. Pemberantasan vektor dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yang cukup efektif adalah pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3 M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur dan Plusnya adalah Mencegah Gigitan Nyamuk). Angka bebas jentik merupakan indikator keberhasilan program pemberantasan sarang nyamuk. Target angka bebas jentik di Provinsi Jawa Tengah sebesar 95%. Cakupan rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes di Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

101 Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 74,56%, mengalami penurunan bila dibanding cakupan tahun 2012 (83,72%). Angka bebas jentik di Provinsi Jawa Tengah masih fluktuatif dan masih di bawah target. Hal ini akan berpengaruh terhadap kejadian penyakit demam berdarah dengue, yang saat ini cenderung meningkat dan bertambah luas wilayah yang terjangkit Angka Bebas Jentik Gambar 4.36 Cakupan Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang ditandatangani oleh Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Pekerjaan Umum cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi pelaksanaan diantaranya, meliputi penerapan pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi. Pada dasarnya negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produktif (UU No. 7 Tahun 2004, pasal 10). Namun pada kenyataannya persentase penduduk miskin masih tinggi, sehingga kemampuan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

102 untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum yang memenuhi syarat masih terbatas. Masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata membayar lebih besar untuk memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan tinggi, hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam mendapatkan akses pada air minum. Walaupun terdapat program program air minum dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah, namun akses terhadap air minum belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Perlu dukungan kebijakan yang lebih fokus untuk penyediaan sanitasi dan air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dari seluruh keluarga yang ada di Provinsi Jawa Tengah, 51,8% dilakukan pemeriksaan sumber air bersihnya. Dari yang diperiksa, 89,3% telah memiliki akses terhadap sarana air bersih, mengalami peningkatan bila dibandingkan cakupan akses air bersih tahun 2012 (75,05%). Sarana air bersih yang paling banyak adalah sumur gali (43,6%). Jenis Sarana Air Bersih 7,2 % 0,4 % 11 % 0,3 % 20,9 % Kemasan Ledeng 6,2 % SPT SGL 43,6 % Mata Air PAH Lainnya Gambar 4.37 Akses Air Bersih Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Data persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan berasal dari 34 kab/kota. Satu kota tidak masuk datanya yaitu Kota Surakarta. Keluarga yang diperiksa sumber air minumnya sebesar 48,41% dari seluruh rumah tangga yang ada. Dari yang diperiksa, 75,62% telah menggunakan sumber air minum terlindung sedikit meningkat dibanding tahun 2012 (75,4%). Dengan demikian masih ada 24,38% keluarga yang menggunakan sumber air minum tidak Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

103 terlindung yang rawan terhadap pencemaran sehingga potensial untuk terkena penyakit water borne disseases. 4,3% 1,5% 1,8% 11 % 0,1% 8,1% 0,4 % Jenis Sumber Air Minum 0,8 % 5,2 % 3 % 7,2 % 3 % Kemasan Isi Ulang Leding Meteran Leding Eceran Pompa Sumur Terlindung Mata Air Terlindung Gambar 4.38 Akses Sumber Air Minum Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar merupakan salah satu syarat rumah sehat. Sarana sanitasi dasar meliputi jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah. Keluarga yang diperiksa kepemilikan sanitasi dasarnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 50,7% dari keseluruhan keluarga yang ada. Dari yang diperiksa 75% memiliki jamban, 71,1% memiliki tempat sampah, dan 59,4% memiliki pengolahan air limbah. Adapun jamban yang sehat sebesar 75%, tempat sampah sehat sebesar 68,4%, pengelolaan air limbah sehat sebesar 67%. Tren cakupan sarana sanitasi dasar di Provinsi Jawa Tengah selama lima tahun dapat dilihat pada gambar berikut Jamban Tempat Sampah Air Limbah Gambar 4.39 Cakupan Sanitasi Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Dinas Kesehatan BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Hunting) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 telah dapat diterbitkan. Salah satu sarana yang dapat digunakan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN Dinas Kesehatan PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2013 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika Penyajian BAB II GAMBARAN UMUM. A. Keadaan Geografi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015 PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Dinas Kesehatan PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG SEMESTER 1 TAHUN 2015 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI Jalan Undata No. 3 Palu - Telp.+62-451-421070-457796 http://dinkes.sulteng.go.id

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

DAFTAR TABEL. Judul Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Tabel 1 : Tabel 2 : Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Depok tahun 2007 Jumlah penduduk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Profil Kesehatan Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 581.947

Lebih terperinci

AKI

AKI AKI 2009 2010 2011 2012 11.24 12.27 12.93 10.2 2009 2010 2011 2012 ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya, Buku Profil Kesehatan Kabupaten Pemalang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN Jl. Proklamasi No. 16 Tegal (0283) 353351 Website : http://dinkes.tegalkota.go.id PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 85 Sarkes yang memiliki Labkes 100 % C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 86 Rumah Tangga ber-phbs 64.56 % 87 Posyandu Aktif 53.07

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 Penanggung Jawab Pelaksana Tim Penyusun : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi : - dr. Muhammad

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 2 3.297 Km 2 Jumlah Desa/Kelurahan 852 Desa/Kel 3 Jumlah Penduduk 262.351 267.400 529.751 Jiwa 4 Rata-rata

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Edisi Data Terpilah menurut Jenis Kelamin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI 2011 KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. L P L + P Satuan Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 315 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 59 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 86,900 88,800

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG DINAS KESEHATAN ProfiI Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2013 Rakyat Sehat Kualitas Bangsa Meningkat i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan sekalian

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN DESA KELURAHAN DESA+KEL.

JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN DESA KELURAHAN DESA+KEL. TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN WILAYAH DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG PEMERINTAH KOTA PALEMBANG PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG JL. MERDEKA NO. 72 PALEMBANG www.dinkes.palembang.go.id DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015

RESUME PROFIL KESEHATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 8,972 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 1557 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 5,932,601

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Dinas Kesehatan TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id e-mail : mi_jateng@yahoo.co.id;

Lebih terperinci

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu TIM PENYUSUN Penasehat (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu) Pengarah (Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan) Penanggung Jawab (Kepala

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 9 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 7 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 113.883 115.084

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT A.UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. UU no.3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci