UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI Jalan Undata No. 3 Palu - Telp

2 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 Penanggung Jawab Pelaksana Tim Penyusun : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi : Seksi Data, Informasi dan Litbangkes Redaksi : Jalan Undata No. 3 Palu Gedung 2 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Palu Telp/Fax (0451) uptsurdatin_sulteng@yahoo.co.id; dinkes@sulteng.go.id. Website : Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2009 i

3 K A T A P E N G A N T A R Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 yang merupakan rangkaian penyajian data/informasi dapat diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini merupakan penyajian data/informasi kesehatan dalam bentuk buku yang disusun setiap tahun, yang diharapkan mampu menyajikan data yang lengkap dan akurat. Ketersediaan data yang lengkap dan akurat dewasa ini semakin terasa diperlukan peranannya terutama dalam upaya perencanaan dan evaluasi. Sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan, di mana penduduknya ditandai kemampuan untuk hidup sehat, maka sistem informasi kesehatan perlu dimantapkan dan dikembangkan dalam upaya menunjang dan memantau pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena itu Buku Profil Kesehatan ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam penyusunan rencana pelaksanaan dan pengendalian serta penilaian pelaksanaan program kesehatan di daerah ini. Profil Kesehatan Provinsi merupakan gambaran tentang hasil pelaksanaan program kesehatan baik pelaksanaan program pokok maupun program penunjang. Di samping itu juga disajikan pula berbagai data pencapaian hasil pelayanan kesehatan beberapa tahun terakhir dalam bentuk tabel dan grafik sehingga lebih memudahkan bagi pembaca dalam memanfaatkan data dan informasi yang tersajikan. Dalam penyusunan Profil Kesehatan ini digunakan data yang bersumber dari unit-unit kerja di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta dari berbagai sumber lainnya di luar Dinas Kesehatan seperti : BPS, Bappeda, BKKBN, dan lain-lain. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 ii

4 Untuk menjamin akurasi data, maka penyusunan profil diawali dengan pertemuan tehnis pemutakhiran data di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah yang diikuti oleh Pengelola Program masing-masing. Selanjutnya dilaksanakan Pemutahiran Data Tingkat Kabupaten/Kota yang diikuti oleh Pengelola Data dan Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se Sulawesi Tengah sebagai upaya pemenuhan data program yang masih belum lengkap. Ini disebabkan sulitnya mendapatkan data yang mutakhir yang berasal dari Kabupaten/Kota dan pengelola program di Provinsi dan sektor terkait. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan masukan guna peningkatan kualitas profil kesehatan ini di masa mendatang. Untuk Profil tahun 2010 ini penyusunannya dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Surveilans, Data dan Informasi (UPT SURDATIN). Mengingat keterbatasan tenaga pengelola data di UPT SURDATIN maka Profil Tahun ini disusun dengan sederhana. Disamping itu terdapat pula keterbatasan pengelola data di tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota maupun Provinsi sehingga sangat berpengaruh terhadap percepatan penyusunan Profil Kesehatan ini. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, daya dan tenaga dalam penyusunan buku profil kesehatan ini, Palu, Juni 2011 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, dr. Abdullah,DHSM., M.Kes Pembina Utama Madya NIP Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 iii

5 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... i ii iv v vii x Bab I PENDAHULUAN... 1 Bab II GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN... 4 A. Keadaan Penduduk... 5 B. Keadaan Sosial Ekonomi... 8 C. Keadaan Pendidikan D. Keadaan Lingkungan E. Perilaku Masyarakat Bab III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas B. Morbiditas C. Status Gizi Bab IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang C. Pemberantasan Penyakit Menular D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar E. Perbaikan Gizi Masyarakat F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan G. Pelayanan Kesehatan Dalam Situasi Bencana Bab V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan 86 B. Tenaga Kesehatan 97 C. Pembiayaan Kesehatan 104 Bab VI P E N U T U P LAMPIRAN (TABEL-TABEL). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 iv

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Wilayah Administrasi Pemerintahan pada Kabupaten/Kota se Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Presentase Penduduk Sulawesi Tengah menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin tahun Presentase Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota tahun Tabel 2.4 Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tengah tahun Tabel 2.5 Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Jenis Kelamin, Melek Huruf dan Buta Huruf di Sulawesi Tengah tahun Tabel 2.6 Indikator Perilaku dan Indikator Gaya Hidup pada PHBS Tabel 2.7 Jumlah Posyandu menurut starata tahun Tabel 3.1 KLB Diare Menurut Jumlah Kasus Attack Rate dan CFR tahun Tabel 3.2 Capaian Indikator Program TB tahun Tabel 3.3 Capaian Indikator Program HIV/AI tahun Tabel 3.4 Kasus HIV/AIDS Kabupaten Kota tahun Tabel 3.5 Jumlah Kasus HIV/AIDS Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten/Kota tahun Tabel 3.6 Angka Kesakitan Penyakit Malaria tahun Tabel 3.7 Kondisi AMI Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 3.8 Jumlah Kasus DBD di Sulawesi Tengah tahun Tabel 3.9 Jumlah Kasus Rabies di Kabupaten/Kota tahun Tabel 3.10 Frekuensi, Jumlah Penderita dan CFR KLB Campak tahun Tabel 4.1 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Baru tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 v

7 Tabel 4.2 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Aktif tahun Tabel 4.3 Prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Perkembangan Jumlah Sarana Distribusi Obat dan Perbekalan Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah tahun Kejadian Bencana di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jenis, Waktu, Lokasi Kejadian dan Korban Krisis Kesehatan Akibat Bencana Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 5.1 Jumlah Puskesmas Menurut Tipe Per Kabupaten/Kota tahun Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit (Umum dan Khusus) dan Kepemilikannya tahun Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan per Penduduk tahun Jumlah Instisusi Diknakes menurut Jenjang Status Kepemilikan dan Jumlah Peserta Didik tahun Tabel 5.5 Jumlah Tenaga Kesehatan yang Tugas Belajar tahun Tabel 5.6 Alokasi Anggaran Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Anggaran Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 vi

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar II.1 Peta Wilayah Administrasi Pemerintahan tahun Gambar II.2 Gambar II.3 Gambar II.4 Gambar II.5 Gambar III.1 Gambar III.2 Gambar IV.1 Gambar IV.2 Gambar IV.3 Komposisi Penduduk Sulawesi Tengah Menurut Golongan Umur tahun Persentase Penduduk yang Melek Huruf dan Buta Huruf menurut Kabupaten/Kota tahun Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Bersih tahun Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar tahun Jumlah Kasus dan CFR Tetanus Neonatorum tahun Prevalensi Balita Status Gizi Kurang dan Sangat Kurang menurut Indeks Berat Badan-Umur tahun Persentase Cakupan Pelayanan K1 & K4 Ibu Hamil tahun Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil menurut Kabupaten/Kota tahun Persentase Cakupan Persalinan dan Melalui Pendampingan Tenaga Kesehatan tahun Gambar IV.4. Gambar IV.5 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan menurut Kabupaten/Kota tahun Persentase Ibu Hamil Risiko Tinggi/Komplikasi yang Dirujuk menurut Kabupaten/Kota tahun Gambar IV.6. Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus tahun Gambar IV.7. Gambar IV.8. Gambar IV.9. Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus menurut Kabupaten/Kota Persentase Cakupan Peserta KB Aktif terhadap Pasangan Usia Subur Persentase Cakupan Imunisasi DPT-1 dan Campak Serta Angka Drop Out (DO) tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 vii

9 Gambar IV.10 Presentase Kelompok Pra Usila dan Usila yang Mendapat Pelayanan Kesehatan tahun Gambar IV. 11 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Pasien Rawat Inap di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tahun Gambar IV.12 Pencapaian Indikator BOR, GDR, NDR, LOS dan TOI Rumah Sakit tahun Gambar IV.13 Persentase Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi di Rujuk dan Mendapat Penanganan tahun Gambar IV. 14 Jumlah Desa/Kelurahan Yang Terkena KLB dan Mendapat Penanganan < 24 jam tahun Gambar IV. 15 Persentase TB Paru Sembuh tahun Gambar IV. 16 Persentase TB Paru Sembuh tahun Gambar IV. 17 Persebaran Kasus AIDS, Infeksi HIV dan Meninggal di Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan tahun Gambar IV. 18 Jumlah Kasus Infeksi HIV dan AIDS di Provinsi Sulawesi Tengah tahun Gambar IV. 19 Gambar IV. 20 Prevalensi HIV di Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus DBD Ditemukan dan Ditangani tahun Gambar IV. 21 Peta Persentase Persebaran Malaria Klinis tahun Gambar IV. 22 Prevalensi Schistosomiasis di Lindu tahun Gambar IV. 23 Prevalensi Schistosomiasis di Nindu tahun Gambar IV. 24 Prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun Gambar IV. 25 Jumlah Balita Ditimbang, Berat Badan Naik, dan Balita BGM tahun Gambar IV. 26 Jumlah Balita Mendapat Kapsul Vitamin A Dua Kali tahun Gambar IV. 27 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil tahun Gambar V. 1 Jumlah Puskesmas dan Rasionya terhadap Penduduk tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 viii

10 Gambar V. 2 Jumlah Puskesmas Pembantu dan Rasionya terhadap Penduduk tahun Gambar V. 3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan tahun Gambar V. 4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasionya Terhadap Puskesmas tahun Gambar V. 5 Perkembangan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Tahun Gambar V. 6 Jumlah Tempat Tidur Rs dan Rasionya terhadap Penduduk tahun Gambar V. 7 Jumlah Sarana Distribusi Sediaan Farmasi dan Alkes tahun Gambar V. 9 Persentase Tenaga Kesehatan yang Sudah Mengikuti Jenjang Pendidikan tahun Gambar V. 10 Jumlah Tenaga Kesehatan yang Tersebar di 10 Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Tengah tahun Gambar V. 11 Persentase Tenaga Kesehatan Menurut 7 Kategori di Propinsi Sulawesi Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 ix

11 DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1 Tabel 2 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, dan Rasio Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Jumlah Kelahiran menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kematian Bayi dan Balita menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kematian Ibu menurut Kelompok Umur per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus dan Penemuan TB Paru BTA+ menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Penemuan Kasus Pneumonia Balita menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 x

12 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan Infeksi Menular Seksual Lainnya menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Kasus Diare yang Ditangani menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus Baru Kusta menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun (Lanjutan) Tabel 23 Jumlah Kasus DBD menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 24 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28 Penderita Filariasis Ditangani menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Bayi Berat Badan Lahir Rendah menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Status Gizi Balita menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 xi

13 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 33 Tabel 34 Tabel 35 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 40 Persentase Cakupan imunisasi TT pada Ibu Hamil per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Ibu Hamil yang Mendapat Table Fe1 dan Fe3 per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah dan Persentase ibu Hamil dan neonatal Risiko tinggi/komplikasi Ditangani menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Proporsi Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Proporsi Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan kunjungan Neonatus menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Kunjungan Bayi menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Desa/Kelurahan UCI per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Imunisasi DPT, HB dan Campak pada Bayi menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Imunisasi BCG dan Polio pada Bayi menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 41 Jumlah Bayi yang Diberi Asi Eksklusif menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 42 Tabel 43 Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan dari Keluarga Miskin menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Pelayanan Anak Balita menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 xii

14 Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46 Tabel 47 Tabel 48 Tabel 49 Jumlah Balita Ditimbang menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat perawatan menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan penjaringan kesehatan Siswa SD dan Setingkat menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia lanjut menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (GADAR) Level I per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 50 Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB menurut Jenis KLB per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 51 Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 Jam per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 52 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 53 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun (Lanjutan) Tabel 54 Tabel 55 Tabel 56 Tabel 57 Tabel 58 Jumlah Kegiatan Penyuluhan per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan dan Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan dan Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 xiii

15 Tabel 59 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 60 Tabel 61 Tabel 62 Tabel 63 Tabel 64 Tabel 65 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Rumah Sehat per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes menurut Jenis Kelamin per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Keluarga menurut Sarana Air Minum yang Digunakan per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 66 Persentase Kelurga dengan Kepemilikan Saranan Sanitasi Dasar per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 67 Tabel 68 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 69 Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 70 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 72 Jumlah Posyandu menurut Strata per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 73 Tabel 74 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 xiv

16 Tabel 75 Tabel 76 Tabel 77 Tabel 78 Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi di Sarana Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 79 Angkaran Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun Tabel 80 Tabel 81 Tabel 82 Tabel 83 Pola 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap di RSU Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 Pola 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di RSU Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 Pola 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Puskesmas Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 Jumlah Kunjungan Puskesmas, Rawat Jalan Dan Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2010 xv

17

18 BAB I PENDAHULUAN Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah adalah gambaran situasi kesehatan di Sulawesi Tengah yang diterbitkan secara berkala setiap tahun sekali sejak tahun Selanjutnya diikuti dengan penerbitan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah memuat data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan dan keluarga berencana. Data dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi, analisis maupun bentuk tampilan fisiknya, sesuai dengan petunjuk teknis dari Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. Sejak terbitan tahun 1990 sampai dengan terbitan tahun 2000, tahun profil dan isi data berbeda satu tahun, yaitu misalnya, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2000 berisi data tahun Namun sejak terbitan data tahun 2001, dilakukan perubahan di mana tahun yang tercantum dalam judul Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tersebut disesuaikan dengan isi data dalam Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Contohnya, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2007 berisi data tahun Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berdiri sendiri tetapi merupakan bagian integrasi dari Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, sejak terbitan tahun 2001, Profil Kesehatan diupayakan untuk lebih berkait dengan Sistem Kesehatan. Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2001 Sistem Kesehatan diarahkan untuk mencapai Visi Indonesia Sehat 2010, dimana Profil Kesehatan bertemakan Menuju Indonesia Sehat 2010, artinya Profil Kesehatan diformat agar dapat menjadi salah satu sarana untuk menilai pencapaian Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

19 Pembangunan Kesehatan dalam rangka mencapai Visi Indonesia Sehat Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat Didalam penyusunan narasi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 ini, kami menyajikan berbagai informasi, terutama kejadian kejadian dan masalah kesehatan seperti terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan lain-lain. Didalam buku Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/MENKES/SK/V/2009 disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut di dalam SKN disebutkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni (1) Subsistem Upaya Kesehatan, (2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan, (3) Subsistem Sumber Daya Manusia Kersehatan, (4) Subsistem Sediaan Farmasi Alat Kesehatan dan Makanan, (5) Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan, dan (6) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 ini berupaya untuk mengacu kepada SKN tersebut. Subsistem upaya kesehatan akan digambarkan tersendiri pada Bab IV, sedangkan subsistem pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat akan digambarkan pada Bab V dan subsistem manajemen kesehatan akan digambarkan pada Bab III, sehingga Profil Kersehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 ini akan terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu : Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 ini dan sistematika dari penyajiannya. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

20 Bab II - Gambaran Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Sulawesi Tengah. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi, dan informasi umum lainnya bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan prilaku. Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi, yang akan disoroti adalah masalah status gizi dan balita dan ibu hamil. Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2010, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan tersebut meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan, upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dengan Posyandu Purnama dan Mandiri, yang disebut dengan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya. Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2010 ini. Gambaran tentang keadaan sumber daya ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sampai tahun Pada Bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah serta distribusi tenaga per Kabupaten/Kota, serta jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Juga akan digambarkan tentang perkembangan penyediaan obat generik, juga tentang distributor obat yang terdiri dari Pedagang Besar Farmasi, Apotek dan Toko Obat. Bab VI - Penutup. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

21

22 BAB II GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas pulau-pulau dengan karakteristik budaya penduduk yang beragam dan adat istiadat yang berbeda, termasuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi yang antara lain berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah Kabupaten. Pada tahun 2010 secara administratif wilayah Sulawesi Tengah terbagi atas 10 Kabupaten dan 1 Kota. Wilayah tersebut meliputi 155 kecamatan, 1630 desa dan 173 kelurahan. Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan per-kabupaten/kota tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar II.1 dibawah ini. TABEL 2.1 WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PADA KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 No Kabupaten/Kota J U M L A H Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah Desa+Kelurahan Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol Parigi Moutong Tojo Unauna Palu Sigi Total Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah Tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

23 GAMBAR II.1 PETA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN TAHUN 2010 Sumber : UPT SURDATIN Tahun 2010 Adapun gambaran umum Sulawesi Tengah dan perilaku penduduk pada tahun 2010 yang diuraikan meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan. A. KEADAAN PENDUDUK Masalah kependudukan di Sulawesi Tengah pada dasarnya meliputi dua hal pokok, yaitu komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi, dan persebaran penduduk yang kurang merata. 1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan sensus penduduk yang dilaksanakan oleh BPS, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Sulawesi Tengah akan terus bertambah dengan laju pertumbuhan yang cenderung menurun. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

24 Pada tahun 1990 jumlah penduduk jiwa, pada tahun 2000 jumlah penduduk jiwa, serta pada tahun 2009 menjadi jiwa dan kemudian pada tahun 2010 naik menjadi jiwa. Dalam hal jumlah penduduk tahun 2010, terjadi perbedaan antara jumlah penduduk yang disampaikan oleh BPS ke Sekretariat Daerah Prov. Sulteng ( jiwa) dengan yang disampaikan ke UPT Surdatin Dinkes Prov. sulteng ( jiwa) yang diterima pada awal bulan September tahun Berdasarkan sensus penduduk tersebut diatas diperoleh gambaran bahwa laju pertumbuhan penduduk selama periode sebesar 1,97%. Tahun 2009 turun menjadi 1,72%, sedangkan untuk tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk naik menjadi 6,23%. 2. Komposisi Penduduk a. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk pada tahun 2010 menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 33,22% penduduk Sulawesi Tengah berusia muda (umur 0-14 tahun), 63,16% berusia produktif (umur tahun) dan hanya 3,62% yang berusia 65 tahun keatas. TABEL 2.2 JUMLAH PERSENTASE PENDUDUK SULAWESI TENGAH MENURUT GOLONGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2010 No. Golongan Umur(Thn) Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % ( L + P ) , , , , , , , , , , , ,53 5 > , , ,62 Jumlah Sumber : BPS Prov.Sulawesi Tengah Tahun 2010 % Berdasarkan komposisi penduduk di atas, menunjukkan bahwa komposisi penduduk di Sulawesi Tengah didominasi oleh penduduk usia produktif sebanyak jiwa (48,63%) yaitu dari kelompok umur tahun dan diikuti jumlah penduduk usia muda, yakni kelompok umur Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

25 5 14 tahun sebanyak jiwa (22,24%) dan diikuti oleh penduduk yang berusia tua dari kelompok umur 65 tahun keatas sebanyak (3,62%). Adapun gambaran komposisi penduduk Sulawesi Tengah dapat dilihat pada grafik penduduk dibawah ini. GAMBAR II.2 KOMPOSISI PENDUDUK SULAWESI TENGAH MENURUT GOLONGAN UMUR TAHUN 2010 Sumber Data : BPS Prov. Sulawesi Tengah Tahun 2010 b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak jiwa, 51,27% atau jiwa laki-laki dan 48.73% atau jiwa perempuan. Berarti rasio jenis kelamin penduduk Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 105,19% (sedikit diatas angka 100). Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif sama (seimbang). Kabupaten dengan sex ratio tertinggi (penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan) adalah Kabupaten Poso 108,23%, sedangkan yang terendah Kota Palu 101,24%. (Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 lampiran) Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

26 3. Persebaran Penduduk Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah adalah Km² dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak jiwa, ini berarti kepadatan rata-rata penduduk di Sulawesi Tengah pada tahun 2010 adalah 38,73/Km² yang berarti mengalami kenaikan 2,27/Km² dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 36,46/Km² pada tahun Persentase luas wilayah dan kepadatan penduduk dapat digambarkan pada tabel di bawah ini : TABEL 2.3 PERSENTASE LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN Kabupaten/Kota Luas (km2) Persentase Kepadatan Penduduk per Km Banggai Kepulauan 2. Banggai 3. Morowali 4. Poso 5. Donggala 6. Tolitoli 7. Buol 6. Parigi Moutong 9. Tojo Unauna 10. Kota Palu 11. Sigi 3.214, , , , , , , , ,51 395, ,02 4,72 14, ,81 7,75 6,00 5,94 9,16 8,41 0,58 7,64 48,45 30,56 11,47 18,46 45,03 48,64 28,94 59,74 31,55 782,24-48,81 30,69 11,60 19,51 51,63 49,16 29,40 60,56 33,19 792,74 39,35 53,39 33,46 13,32 24,02 52,62 51,79 32,73 66,37 24,09 851,85 41,38 Provinsi ,00 100,00 35,84 36,46 38,73 Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah Tahun 2010 Kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kota Palu sebesar 851 jiwa/km² sedangkan yang terendah di Kabupaten Morowali yaitu 13 jiwa/km². B. KEADAAN SOSIAL EKONOMI Masalah ekonomi dapat diketahui dari berbagai indikator antara lain produk domestik regional bruto, angka beban ketergantungan dan tingkat pendidikan penduduk. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

27 1. Produk Domestik Regional Bruto Kemampuan perekonomian Sulawesi Tengah yang diukur dengan Angka Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku dan harga konstan. PDRB berdasarkan harga yang berlaku cenderung meningkat pada tahun 2010 menjadi Rp miliar. Dengan laju pertumbuhan ekonomi 7,79%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan laju pertumbuhan ekonimi pada tahun 2009 sebesar 7,66% hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya PDRB berdasarkan harga konstan dibeberapa sektor seperti sektor pertanian, Pertambangan, Industri pengolahan, Bangunan dan sektor Perdagangan hotel restoran. TABEL 2.4 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SULAWESI TENGAH TAHUN Uraian PDRB atas dasar harga yg berlaku (miliar rupiah) - PDRB atas dasar harga konstan 2000 (miliar rupiah) - Pertumbuhan ekonomi (%) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Tahun , ,79 2. Beban Tanggungan Ratio Beban tanggungan digunakan untuk mengetahui beban tanggungan ekonomi suatu negara. Tingginya ratio beban tanggungan merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi suatu negara karena sebagian besar pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan yang tidak produktif. Di Provinsi Sulawesi Tengah angka beban tanggungan pada tahun 2010 mencapai 58,79 artinya bahwa sebanyak ± 59 penduduk usia non produktif ditanggung oleh 100 penduduk usia produktif dengan rasio jenis kelamin sebesar 105,19 (sebanyak 105 penduduk laki-laki terhadap 100 penduduk perempuan). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

28 C. KEADAAN PENDIDIKAN 1. Kemampuan Baca Tulis Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang pernah sekolah, dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. di Provinsi Sulawesi Tengah penduduk yang melek huruf tahun 2010 sebesar 96.50% dan persentase penduduk yang buta huruf (belum pernah sekolah) sebesar 3.5%. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf dan buta huruf tahun dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 2.5 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KEATAS JENIS KELAMIN, MELEK HURUF DAN BUTA HURUF DI SULAWESI TENGAH TAHUN Uraian Melek Huruf 95,35 96,25 96,50 Buta Huruf 4,37 3,75 3,50 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010 Persentase tertinggi yang buta huruf terdapat di Kabupaten Sigi sebesar 5,65 persen. Hal ini disebabkan karena masih tingginya persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang tidak/belum pernah sekolah di Kabupaten tersebut, dan terendah adalah Kota Palu sebesar 0,88 persen. Gambaran angka buta huruf dan melek huruf menurut Kabupaten/Kota tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

29 GAMBAR II.3 PERSENTASE PENDUDUK YANG MELEK HURUF DAN BUTA HURUF MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal berdasarkan data BPS persentase penduduk berusia 10 tahun keatas yang tidak/belum tamat SD pada tahun 2010 sebesar 20,79%, yang tamat SD sebesar 32,74%, yang tamat SLTP 16,91%, yang tamat SLTA 15,30%, yang tamat Diploma 3,75% dan yang tamat Universitas sebesar 6,45%. Sementara yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 3,61%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 di lampiran. D. KEADAAN LINGKUNGAN Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator Persentase Rumah Sehat dan Persentase Tempat-tempat Umum Sehat. Selain itu disajikan pula indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga (keluarga) menurut Sarana Tempat Pembuangan Air Besar. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

30 1. Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Menurut laporan dari 11 Kabupaten/Kota bahwa pengawasan perumahan dilakukan melalui kegiatan inspeksi kesehatan perumahan dimana pada tahun 2010 dari rumah yang diperiksa didapatkan data bahwa persentase rumah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu atau sekitar 66,4%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka persentase pada tahun 2009 (61,6%), hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada jumlah rumah tangga yang diperiksa. 2. Tempat-tempat Umum Sehat Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. TTU meliputi hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Data yang diolah dari laporan Kabupaten/Kota tahun 2010, memperlihatkan bahwa persentase TTU sehat mencapai 71,12%, dari angka tersebut masih terdapat 1 Kabupaten (Banggai Kepulauan) yang datanya tidak lengkap. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan persentase cakupan pada tahun 2009 (69,49%). Rendahnya persentase TTU sehat dibeberapa Kabupaten dapat Disebabkan berbagai faktor antara lain, kurangnya pemahaman pemilik/ Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

31 pengelola terhadap aspek kesehatan dalam pengelolaan TTU, mudahnya memperoleh perizinan pendirian TTU meskipun belum memenuhi persyaratan kesehatan, dan kurangnya pemeriksaan dan lemahnya pengawasan TTU oleh instansi terkait serta rendahnya porsi anggaran untuk kegiatan tersebut. 3. Akses Terhadap Air Bersih Sumber air bersih yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air kemasan, ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, mata air, penampungan air hujan dan lainnya. Hasil pemutahiran data tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah keluarga di Sulawesi Tengah berjumlah Dari jumlah tersebut yang diperiksa sejumlah keluarga (64,7%). Dari keluarga yang diperiksa tersebut pengguna air bersih dari ledeng (32,5%), sumur gali (23%), sumur pompa tangan (13,5%), penampungan air hujan (1,8%), air kemasan (1%) dan lainnya (9%). (Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 64 lampiran) Gambaran persentase rumah tangga menurut sumber air bersih yang digunakan dapat dilihat pada gambar II.4 berikut. GAMBAR II.4 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR BERSIH TAHUN 2010 Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Lingkungan Tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

32 4. Rumah Tangga Menurut Sarana Sanitasi Dasar Sistem pembuangan rumah tangga (Sampah,Tinja dan Air Limbah Rumah Tangga) sangat erat kaitannya dengan lingkungan dan risiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan rumah tangga dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko pencemaran yang ditimbulkan. Dalam hal ini sistem pembuangan rumah tangga dibedakan dalam 3 (tiga) jenis sarana yaitu jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Persentase rumah tangga menurut sarana sanitasi dasar rumah tangga tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut. GAMBAR II.5 PERSENTASE KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TAHUN 2010 Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Lingkungan Tahun 2010 Data tersebut menggambarkan rendahnya kepemilikan rumah tangga akan sarana jamban yaitu hanya dari atau hanya sekitar 64,6%. Jamban merupakan tempat pembuangan kotoran manusia yang jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan penyakit. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa terdapat 59,1% rumah tangga yang diperiksa jambannya dan hanya 71,3% jamban sehat. Dengan demikian masih ada 28,7% rumah tangga yang memiliki jamban tidak sehat dari semua keluarga yang diperiksa jambannya. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

33 Sarana yang kedua yaitu tempat sampah, jumlah rumah tangga yang diperiksa sebanyak Dari jumlah tersebut yang memiliki tempat sampah sebanyak (55%). Dari data tersebut hanya 68,8% yang memiliki tempat sampah sehat. Dengan demikian masih ada 31,2% rumah tangga yang memiliki tempat sampah tidak sehat dari semua keluarga yang diperiksa tempat sampahnya. Sarana yang ketiga yaitu pengelolaan air limbah, jumlah rumah tangga yang diperiksa sebanyak Dari jumlah tersebut yang memiliki sarana pengelolaan air limbah sebanyak (62,1%). Dari data tersebut hanya 65,4% yang memiliki sarana pengelolaan air limbah sehat. Dengan demikian masih ada 34,6% rumah tangga yang memiliki sarana pengeloaan air limbah tidak sehat dari semua keluarga yang diperiksa pengelolaan air limbahnya. Rendahnya kepemilikan sarana sanitasi dasar dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kebiasaan, pendidikan serta ketersediaan sarana. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya, diantaranya promosi kesehatan, kemitraan dari sektor lain yang terkait sehingga terjadi peningkatan cakupan kepemilikan sarana sanitasi dasar pada rumah tangga di Kabupaten/Kota. Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar di Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 66. E. PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan tiga indikator yaitu Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Persentase Posyandu serta Poskesdes. 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

34 perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku. Dengan melaksanakan PHBS masyarakat dapat mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, dan lingkungannya. PHBS pada tatanan Rumah Tangga dinilai berdasarkan indikator yang meliputi 9 indikator perilaku dan 3 indikator gaya hidup. TABEL 2.6 INDIKATOR PERILAKU DAN INDIKATOR GAYA HIDUP PADA PHBS Indikator Perilaku 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. 2. Memberi ASI Ekslusif. 3. Menimbang balita setiap bulan. 4. Menggunakan air bersih. 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. 6. Menggunakan jamban sehat. 7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu. 8. Makan buah dan sayur setiap hari. 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Sumber : BPS (Sulawesi Tengah dalam angka 2009) Indikator Gaya Hidup Pada PHBS 1. Makan buah dan sayur setiap hari. 2. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. 3. Tidak merokok di dalam rumah. Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan nilai perilaku dan lingkungan sehat tiap keluarga dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Sehat 1 yaitu bila keluarga berperilaku positif kurang dari 25% dari jumlah seluruh indikator PHBS, (2) Sehat 2 yaitu bila keluarga berperilaku positif 25% - 49% dari jumlah seluruh indikator PHBS, (3) Sehat 3 yaitu bila keluarga berperilaku positif 50% - 74% dari jumlah seluruh indikator PHBS, dan (4) Sehat 4 yaitu bila keluarga berperilaku positif lebih dari 75% dari jumlah seluruh indikator PHBS. 2. Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dewasa ini. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

35 Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Untuk Meningkatkan kualitas Posyandu telah dilakukan pengelompokan Posyandu ke dalam 4 tingkat perkembangan, yaitu : 1) Posyandu Pratama, 2) Posyandu Madya, 3) Posyandu Purnama dan 4) Posyandu Mandiri. Berdasarkan Profil UKBM Provinsi Sulawesi Tengah, pada tahun 2010 jumlah Posyandu di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 3149 unit. Tingkat perkembangan Posyandu dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2.7 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA TAHUN No Strata Posyandu Pratama Posyandu Madya Posyandu Purnama Posyandu Mandiri Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % ,09 37,66 20,42 1, ,13 37,97 19,21 2, ,97 36,46 18,74 1, ,61 37,29 17, ,16 36,01 18,99 1,84 Jumlah Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Prop.Sulteng Tahun 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Posyandu yang terbanyak sampai tahun 2010 adalah Posyandu Pratama, yaitu sebesar 43,16%, Posyandu Madya sebesar 36,01%. Sedangkan Posyandu Purnama sebesar 18,99% dan Mandiri baru mencapai 1,84 %. 3. Pos Kesehatan Desa Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumber masyarakat bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

36 di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes menyelenggarakan kegiatankegiatan terutama (1) pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. (2) Penanggulangan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi), (3) Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, dan (4) Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya. Poskesdes adalah salah satu bentuk UKM yang dimiliki oleh Desa Siaga yaitu Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Dari program dilaporkan bahwa tahun 2010 diperoleh data jumlah desa siaga di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 1664 buah, meningkat sebanyak 177 buah dari tahun (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 73) Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

37

38 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas, morbiditas, dan status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per Kelahiran Hidup. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (Persentase Kasus Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 Tahun per anak, dan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per Penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Status Gizi di Bawah Garis Merah pada KMS dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. Selain indikator tersebut diatas, disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan yaitu Angka Harapan Hidup (Eo), dan Angka Kesakitan beberapa penyakit tertentu lainnya. A. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN) Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian baik langsung maupun tidak langsung. Salah satu alat untuk menilai keberhasilan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

39 program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari berbagai uraian berikut ini. 1. Jumlah Kematian Bayi Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat. Karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat tinggal orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial ekonomi orang tua si bayi. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain adalah infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, pertolongan persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru lahir. Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah telah menurun secara bermakna dari 150 per-1000 kelahiran hidup di tahun 1971 menjadi 60 per-1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (menurut SDKI tahun 2007), dan diperkirakan bahwa tahun 2010 AKB di Sulawesi Tengah akan turun menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data dari Program KIA (Bidang Pelayanan Kesehatan) di laporkan bahwa pada tahun 2010 Jumlah kematian Bayi sebanyak 403, dan terbanyak adalah di Kabupaten Sigi sebanyak 74 bayi. Salah satu upaya yang ditempuh guna percepatan penurunan jumlah kematian bayi yaitu melalui peningkatan cakupan imunisasi bayi, peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan penempatan bidan di desa. Selain dari pada itu perbaikan metode pencatatan dan pelaporan yang selama ini masih memakai data agregat menuju pemakaian data individual dalam analisis terhadap penyebab kematian bayi. Kematian bayi menurut Kabupaten dapat dilihat lebih rinci pada lampiran Tabel 7. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

40 2. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Perinatal (AKP) AKB dapat dirinci menurut kelompok umur yaitu kematian Neonatal (Kematian bayi umur < 1 bulan) dan kematian Post-Neonatal (Kematian Bayi umur 1-11 bulan). Di Sulawesi Tengah pada tahun 2010, kasus kematian bayi baru lahir 0-7 hari sebanyak 316 dengan penyebab kematian terbanyak adalah Asfiksia. Kasus kematian tersebut memberikan kontribusi yang terbanyak pada kematian bayi yaitu (78%). 3. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak yang terjadi pada balita sebelum berumur 5 tahun per 1000 KH. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, dan penyakit infeksi. Menurut data program KIA bahwa angka kematian Balita Tahun 2009 sebesar 1,7 per 1000 KH dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 9,4 per 1000 KH. 4. Angka Kematian Ibu Maternal Angka kematian ibu maternal adalah jumlah kematian hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas per kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Pada tahun 2007 AKI secara nasional menurun menjadi 228 per KH. Menurut laporan program KIA tahun 2010 sebesar 247 per KH lebih tinggi dari jumlah kematian ibu pada tahun 2009 yaitu 229 per Penyebab utama kematian ibu di Sulawesi Tengah adalah pendarahan, Hipertensi dan infeksi. Oleh karena itu perlu dilakukan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

41 langkah-langkah kongkrit guna melakukan upaya tindak lanjut dengan berbagai cara diantaranya dengan meningkatkan pelayanan antenatal care, pertolongan persalinan, perawatan nifas. B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN) 1. Penyakit Menular Langsung a. Penyakit Pneumonia Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol. Namun penyebab yang paling sering ialah serangan bakteria streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus. Terjadinya penumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut dan bronkhus yang disebut Bronkopneumonia. Hasil pengumpulan data profil kesehatan Kabupaten/Kota selama tahun 2010, menunjukkan bahwa jumlah penderita balita sebesar orang. Kabupaten dengan balita penderita pneumonia yang terbanyak adalah Kabupaten Parigi Moutong (4.596). Adapun faktor resiko yang berperan dalam salah satu faktor resiko terjadinya ISPA yaitu : Host (usia, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, pemberian suplemen vit A, Pemberian ASI), faktor Lingkungan (Kepadatan hunian, Rumah, status sosio ekonomi, kebiasaan merokok, polusi udara). Data kejadian Pneumonia pada Balita perkabupaten secara lengkap disajikan pada tabel 13. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

42 b. Penyakit Diare Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Sulawesi Tengah dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil pengumpulan data dari Kabupaten/Kota selama tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah kasus penyakit Diare yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah penderita. Pada tahun 2010 terjadi KLB Diare yang tersebar di beberapa tempat dengan total penderita 857 orang dan kematian 37 orang (CFR 4,3%). TABEL 3.1 KLB DIARE MENURUT JUMLAH KASUS, ATTACK RATE DAN CFR TAHUN Tahun Yang diserang Jmlh Kecamatan Jmlh Desa Jumlah Penduduk Terancam Jumlah Penderita Jumlah Kematian Attack Rate CFR % ,74 2, ,66 4, ,60 1, ,08 1, ,7 4,3 Sumber : Seksi Surveilans UPT SURDATIN 2010 Jumlah perkiraan kasus diare dan yang ditangani per kabupaten/kota dapat di lihat pada lampiran profil tabel 16. c. Penyakit TB Paru Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tabel berikut menunjukkan capaian program dalam penanggulangan penyakit TB paru di Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

43 TABEL 3.2 CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM TB TAHUN 2010 No Uraian Target Nasional Tahun 2009, 2010 Capaian Program Tahun 2009 Capaian Program Tahun Case Detection Rate > 70% 37,74% 44,29 2. Convertion Rate > 80% 87,76% 90,68 3. Cure Rate > 85% 80,71% (2008) 88,06 (2009) 4. Succes Rate > 85% 94,29% 93,80 5. Error Rate < 5% Sumber: Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Keterangan singkatan: CDR: Penemuan Penderita, Konfersi Rate: (perubahan BTA + menjadi BTA diakhir fase pengobatan intensif, CR : sembuh menurut indicator program, SR : pengobatan selesai, ER: Kekeliruan Laboratorium Data penderita TB Paru berdasarkan Kabupaten/Kota disajikan pada lampiran tabel 10. d. HIV/AIDS AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun. Secara nasional terdapat beberapa indikator dalam penanganan HIV/AIDS. Capaian program selama dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS selama tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut : Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

44 1. TABEL 3.3 CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM HIV/AIDS TAHUN 2010 No Uraian Indikator program Cakupan ODHA yang mendapat penanganan standar Capaian tahun % 26,67% 2. Jumlah IMS yang di Obati 60% 99,71% 3. Prevalensi HIV 0,66% 2,5% Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Di Sulawesi Tengah Kasus penyakit AIDS pada tahun 2010 menyebar di Kabupaten/Kota dengan total kasus sebanyak 45 kasus. Adapun total kasus HIV/AIDS tahun 2000 s.d 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. TABEL 3.4 KASUS HIV/AIDS KABUPATEN/KOTA TAHUN 2000 s.d 2010 No Kabupaten/Kota Kasus Infeksi AIDS HIV Jumlah Meninggal 1 Palu Donggala Morowali Toli-Toli Parigi Moutong Poso Tojo Una-Una Banggai Banggai kepulauan Buol Sigi Biromaru TOTAL Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 tabel berikut. Kasus HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

45 TABEL 3.5 JUMLAH KASUS HIV/AIDS BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DIKABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 No Kabupaten/Kota 0-14 Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn 1 Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Sigi Biromaru Parigi Moutong Toli-Toli Buol Tojo Una-Una Palu Total Golongan Umur Thn Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat 1 orang penderita HIV/AIDS pada kelompok umur 0-14 Tahun. Data tersebut diatas juga menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS terbanyak pada kelompok produktif. Oleh karena itu penting untuk dilakukan penyuluhan pada masyarakat serta pelaksanaan sero survey untuk mendeteksi sedini mungkin faktor resiko HIV kepada kelompok resiko. 2. Penyakit Menular bersumber binatang a. Penyakit Malaria Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data facility based diperoleh data bahwa terdapat peningkatan kejadian kesakitan selama kurun waktu 3 tahun terakhir seperti pada tabel berikut ini : Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

46 TABEL 3.6 ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA TAHUN PROVINSI SULAWESI TENGAH Tahun Kasus Klinis Kasus Positif AMI/1.000 API/ ,19 4, ,91 4, ,15 6,55 Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Adanya peningkatan kejadian kesakitan Malaria disebabkan oleh masih terdapat 52,37% Puskesmas/UPK yang melakukan konfirmasi Laboratorium dan penegakan diagnosis kasus belum seperti yang diharapkan yaitu hanya 18,12%. Pengobatan penderita hanya 83,5% dengan penggunaan ACT (Artemisinin Combination Therapi) sebanyak 30,65% ( kasus dari kasus positif). Dalam program pengendalian Penyakit Malaria terdapat 3 indikator untuk mengukur keberhasilan program pengendalian penyakit malaria yaitu: 1. Angka Kesakitan Malaria/API (Annual Parasite Incidente) dengan target < 1 Per Mil 2. Konfirmasi Laboratorium dengan target > 80 % 3. Pangobatan Penderita dengan target 100% Berdasarkan hal tersebut, maka pengelola program Malaria telah melakukan upaya-upaya seperti penyediaan sarana Mikroskop dan RDT/Rapid Diagnostic Test serta peningkatan SDM melalui berbagai bentuk pelatihan bagi para dokter dan perawat di Rumah Sakit dan Puskesmas se-provinsi Sulawesi Tengah. Tabel berikut ini menggambarkan tentang AMI dan API per Kabupaten/Kota tahun 2010: Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

47 TABEL 3.7 KONDISI AMI DAN API KABUPATEN/KOTA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 No Kabupaten/Kota AMI/1.000 API/ Palu 3, Donggala 28,91 6,63 3 Parigi Moutong 14,20 1,27 4 Poso 48,5 9,39 5 Morowali 28,38 0,84 6 Tojo Una-Una 75,91 9,78 7 Banggai 37,5 7,88 8 Bangkep 109,51 40,22 9 Toli-Toli 37,11 2,83 10 Buol 54,88 3,84 11 Sigi 36,32 3,67 Sulawesi Tengah 36,15 6,55 Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit demam berdarah dengue atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang peduli dengan kebersihan lingkungan. Oleh karena itu diperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat untuk mengeyahkan Demam Berdarah Dengue (DBD) dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya dengan gerakan 3 M (Menguras, Mengubur). Kasus DBD di Sulawesi Tengah tahun 2010 ditemukan sebanyak kasus dan terbanyak di Kota Palu yaitu kasus. Di bawah ini dapat dilihat jumlah kasus DBD di Sulawesi Tengah tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

48 TABEL 3.8 JUMLAH KASUS DBD DI SULAWESI TENGAH TAHUN URAIAN TAHUN KASUS DBD Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Berbagai upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, pelaporan, pertolongan penderita, pengendalian vektor dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN DBD). Namun belum mampu menekan peningkatan jumlah kasus DBD, hal tersebut disebabkan karena perilaku masyarakat yang belum berubah, masih banyak genangan-genangan air disekitar lingkungan dan tempat tinggal sebagai perindukan berkembangnya jentik nyamuk DBD. c. Penyakit Rabies Penyakit rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang menular yang disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia. Pada hewan yang menderita rabies, virus ditemukan dengan jumlah banyak pada air liurnya. Sulawesi Tengah merupakan salah satu dari 18 Propinsi yang belum bebas rabies. Indikator program adalah semua kasus gigitan pada lokasi bagian atas tubuh wajib mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR). Dari laporan Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah selama tahun 2010 terjadi 783 kasus gigitan yang tersebar di 11 Kabupaten/Kota dengan jumlah kematian 3 orang. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

49 Gambaran jumlah kasus rabies tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut. No TABEL 3.9 JUMLAH KASUS RABIES DI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 Kabupaten/Kota Lyssa Kematian Jumlah yang diberi vaksin 1 Palu Donggala Parigi Moutong Poso Morowali Tojo Una-Una Banggai Bangkep Toli-Toli Buol Sigi Biromaru Total Kasus Gigitan Spesimen Positif (Lab) Sumber: Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tabel di atas menunjukan bahwa terdapat 783 kasus gigitan pada tahun 2010, dengan jumlah kasus terbanyak di Kabupaten Poso yakni 200 kasus dengan Lyssa 3 kasus. Melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa protap penanganan kasus gigitan belum dilaksanakan dengan baik. Idealnya setiap kasus gigitan harus mendapatkan VAR dengan kategori sebagai berikut : 1. Hewan penggigit lari/hilang dan tidak dapat ditangkap, maka pemberian VAR lengkap. 2. Hewan penggigit dibunuh dan specimen otak dapat diperiksa dilaboratorium, bila hasilnya positif lanjutkan pemberian VAR, sedangkan bila hasilnya negative maka stop pemberian VAR. 3. Hewan penggigit ditangkap dan diobservasi selama hari. Bila dalam kurun waktu tersebut hewan mati,maka pemberian VAR Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

50 dilanjutkan sampai tuntas,tetapi bila hewan penggigit tetap sehat maka pemberian VAR dilanjutkan. d. Penyakit Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Tengah. Akibat dari serangan penyakit adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles, dan Culex. Sedangkan cacing penyebab penyakit filaria di Sulawesi Tengah yaitu: Wucheria brancopti, Brugia malayi. Penyakit ini menyebar diseluruh pelosok pedesaan dengan endemisitas yang berbeda-beda. WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by The Year) Untuk itu diharapkan penyakit ini dapat tereleminir dari Sulawesi Tengah. Pada tahun 2010 di Sulawesi Tengah terdapat penderita Filariasis sebanyak 145 orang dan yang terbanyak menderita adalah Perempuan yaitu 78 kasus (53,79%). Penderita (perempuan) terbanyak adalah di Kabupaten Poso 28 kasus (35,8%), Sigi 16 kasus (20,5%). Idealnya untuk menuju ke eliminasi kaki gajah perlu dilakukan penentuan apakah Kabupaten/Kota endemis atau tidak, dengan cara pemeriksaan darah jari (Sediaan Darah Jari). Bila Kabupaten/Kota tersebut endemis maka langkah selanjutnya adalah menentukan kapan dilaksanakan pengobatan massal. Perlu diingat bahwa satu siklus pengobatan massal memerlukan waktu selama 5 tahun, sehingga pengobatan harus mulai dilakukan paling lambat pada tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

51 Adapun upaya yang dilakukan saat ini adalah upaya sosialisasi ke penentu kebijakan untuk mendapatkan dukungan terhadap upaya eliminasi penyakit kaki gajah. e. Penyakit Schistosomiasis Penyakit Schistosomiasis merupakan penyakit yang hanya ada di Sulawesi Tengah yaitu disekitar Danau Lindu dan Lembah Napu. Penyakit ini di tularkan melalui vektor keong Oncomelania Hupensis Linduensis yang merupakan hospes perantara Cacing Trematoda yang menyebabkan penyakit Schistosomiasis yaitu Schistosoma Japonicum. Kegiatan pemberantasannya secara intensif telah dimulai sejak tahun 1982, yang pada awalnya dititik beratkan pada kegiatan penanganan terhadap manusianya yakni pengobatan penduduk secara masal yang ditunjang dengan kegiatan penyuluhan, pengadaan sarana kesehatan lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk, pemeriksaan keong penular dan tikus secara berkala dan rutin. Target pemberantasan penyakit ini adalah menurunkan prevalensi sampai < 1%. Berdasarkan laporan Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan bahwa Cyclus I Prevalensi positif Schistosomiasis di Provinsi Sulawesi Tengah adalah 4,66% dengan Pengobatan 98,94%, sedangkan semester II persentase positif schistosomiasis 2,12%. Tingginya prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah pada tahun 2010 disebabkan pada tahun-tahun sebelumnya prevalensi pengumpulan tinja tidak mencapai target yaitu 80%, kurangnya peran serta lintas sektor dalam pemberantasan schistosomiasis, tingginya pengolahan lahan pertanian yang menjadi tempat perindukan keong oncomelania dan tidak adanya ketersediaan obat prazikuantel pada tahun 2008 s.d Gambaran prevalensi Schistosomiasis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir secara jelas dapat dilihat pada Bab IV. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

52 3. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) a. Acute Flaccid Paralysis (AFP) Dikenal dengan nama lumpuh layuh dan diproyeksikan sebagai indikator keberhasilan program eradikasi (penghapusan) polio. Upaya yang dilakukan melalui gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sebagai wujud dari komitmen Internasional dalam pembasmian penyakit polio di Indonesia. Target angka penderita AFP dicapai secara nasional pada tahun 2010 adalah 2 per anak usia di bawah 15 tahun. Di Sulawesi Tengah Pada tahun 2010, ditemukan 21 penderita AFP yang berarti 2,4 per anak usia di bawah 15 tahun. Angka ini sedikit lebih tinggi dari target Nasional pada tahun Gambaran kasus AFP menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2010 disajikan pada lampiran tabel 9. b. Tetanus Neonatorum Menurut WHO (1989) Tetanus Neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut dan menetek di susul dengan kejangkejang. Tetanus pada bayi kebanyakan disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui tali pusat sewaktu pertolongan persalinan yang tidak memenuhi syarat. Pada tahun 2010 berdasarkan laporan KLB kasus Tetanus Neonatorum yang ditemukan sebanyak 2 kasus yang tersebar di 2 desa. Gambaran jumlah kasus dan CFR Tetanus Neonatorum selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar III.1 berikut, sedangkan jumlah kasus Tetanus Neonatorum selama tahun 2010 disajikan pada lampiran Tabel 21. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

53 GAMBAR III.1 JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM TAHUN Sumber : UPT SURDATIN Tahun 2010 Dari gambar tersebut di atas terlihat bahwa pada tahun 2010 tidak terdapat kematian pada penderita Tetanus Neonatorum hal tersebut dimungkinkan karena cepatnya penanganan serta pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan. c. Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahun 2010 jumlah kasus Campak sebanyak 62 yang tersebar di 3(Tiga) Kabupaten, namun tidak menyebabkan KLB (tidak memenuhi kriteria KLB). TABEL FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA DAN CFR KLB CAMPAK TAHUN Tahun 2006 Frekuensi KLB 24 Jumlah Penderita Jumlah Kematian 5 CFR (%) 0, , Sumber : UPT SURDATIN Tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

54 C. STATUS GIZI Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan individu, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi, juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang masih menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator yaitu status gizi bayi yang diukur dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), NAMUN sebagaimana diuraikan berikut ini. 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Pada tahun 2010 proporsi BBLR diketahui berdasarkan laporan dari program yang melaporkan kasus BBLR dengan jumlah 313 kasus. Gambaran kasus BBLR dari Kabupaten/Kota disajikan pada lampiran tabel 26. Dari keseluruhan bayi yang BBLR dilaporkan telah memperoleh penanganan sesui dengan prosedur. Namun untuk menekan jumlah BBLR diperlukan dukungan dari berbagai lintas sektor, salah satu penyebab BBLR adalah status gizi ibu hamil atau adanya penyakit yang memperberat kehamilannya. 2. Gizi Balita Dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tahun 2010 dari balita yang ada terlihat bahwa prevalensi balita dengan gizi lebih adalah 1,78%, prevalensi gizi normal yaitu 80,07%, prevalensi gizi kurang sebesar 13,56% dan prevalensi gizi sangat kurang yaitu 4,59%. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

55 Sementara berdasarkan laporan dari Kabupaten/Kota tahun 2010 diketahui balita yang ditimbang terdapat ( Balita (70,33 %) yang naik berat badannya. Sedangkan Balita yang BGM tercatat sebanyak (5,53%). Hal tersebut menunjukkan bahwa target persentase balita yang naik berat badannya belum memenuhi target 80%, sedangkan untuk balita BGM sudah memenuhi target SPM < 20%. GAMBAR III.2 PREVALENSI BALITA STATUS GIZI KURANG DAN SANGAT KURANG MENURUT INDEKS BERAT BADAN-UMUR, TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Kabupaten Banggai merupakan Kabupaten dengan status gizi kurang terbanyak di bandingkan Kabupaten lain yang ada Provinsi Sulawesi Tengah yaitu kasus atau (17,15%). Dari data yang ada juga ditunjukkan bahwa status gizi sangat kurang terbanyak di Kabupaten Parigi Moutong (7,6%). Upaya yang dilakukan untuk penanggulangan gizi kurang dan gizi sangat kurang adalah dengan kerjasama dengan lintas sektor. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

56

57 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Masyarakat sehat merupakan investasi yang sangat berharga dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Di bawah ini diuraikan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan serta gambaran hasil yang bisa dicapai selama kurun waktu 2010 di Provinsi Sulawesi Tengah. A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya. a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

58 kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan Promotif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapat pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini menggambarkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ke ibu hamil. Gambaran cakupan ibu hamil K1 dan K4 dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut ini. GAMBAR IV.1 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 ibu hamil selama tahun 2010, dapat dilihat pada Gambar IV.2 dibawah ini. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

59 GAMBAR IV. 2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Gambaran di atas menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah di Kabupaten Donggala (98,7%), sedangkan cakupan terendah adalah di Kabupaten Morowali (68,6%). b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk pendampingan meningkat dari 80,06 % pada tahun 2009 menjadi 85,6 % pada tahun Gambaran cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun dapat dilihat pada gambar IV.3 berikut ini. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

60 GAMBAR IV.3 PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DAN MELALUI PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar IV.4 berikut : GAMBAR IV. 4 PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2010 Pada gambar IV.4 tersebut di atas terlihat bahwa cakupan tertinggi di Kabupaten Banggai (97,2%) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Poso (74,5%). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

61 c. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang dirujuk Pelayanan yang diberikan oleh tenaga bidan di desa dan puskemas untuk kasus ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) yang tidak mampu ditangani dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang lebih memadai. Dalam hal ini persentase ibu hamil dengan kondisi risiko tinggi yang dirujuk pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 70,7% bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2009 sebesar 39,38%. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar IV. 5 berikut ini. GAMBAR IV. 5 PERSENTASE BUMIL RISTI/KOMPLIKASI YANG DIRUJUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa Kabupaten/Kota yang dengan cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Poso (92,7%), sedangkan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Banggai (65,6%). d. Kunjungan Neonatus Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

62 yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama periode tahun dapat dilihat pada gambar IV.6 berikut ini. GAMBAR IV. 6 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Hasil pemutahiran data Profil Kesehatan/pengumpulan data dari Kabupaten/Kota tahun 2010 menunjukkan bahwa persentase cakupan kunjungan neonatus lengkap adalah sebesar 96,1%, angka ini menunjukkan kenaikkan dari tahun sebelumnya yaitu 80,31% pada tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

63 GAMBAR IV. 7 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa Kabupaten/Kota yang dengan cakupan tertinggi adalah di Kabupaten Morowali (100,2%), sedangkan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Tojo Una-una(88,4%). 2. Pelayanan Keluarga Berencana Keberhasilan program KB dapat diketahui dari beberapa indikator, pencapaian target KB Baru, cakupan peserta KB Aktif terhadap Pasangan Usia Subur (PUS), dan persentase peserta KB Aktif Metoda Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET). a. Pelayanan Peserta KB Baru Pencapaian target peserta KB baru dari tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2008 (12,61%), tahun 2009 (15,80%) dan pada tahun 2010 menjadi 19,23 %. Persentase peserta KB Baru tertinggi di Kabupaten Morowali (34,6%) dan terendah di Kabupaten Poso (12,6%). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

64 Untuk mengetahui pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Baru di Sulawesi Tengah tahun dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : TABEL 4. 1 PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PESERTA KB BARU TAHUN Tahun Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Suntik PIL Kondom Implant MOP/MOW Tab. Vagina ,53% 49,00% 44,05% 0,65% 4,34% 0,42% ,68% 48,69% 40,90% 0,73% 7,57% 0,43% ,08% 46,65% 41,49% 0,87% 8,57% 0,33% ,97% 45,43% 40,20% 3,28% 8,25% 0,88% ,75% 37,36% 37,97% 11,35% 9,63% 0,95% ,3% 40,6% 38,20% 10,1% 6,8% 1% 0 Sumber : Kanwil BKKBN Prov. Sulteng Tahun 2010 Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2010 terdapat penurunan persentase penggunaan alat kontrasepsi Kondom dan Implant sedangkan untuk IUD, Suntik, PIL dan MOP/MOW mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun b. Pelayanan Peserta KB Aktif Perkembangan Cakupan peserta KB aktif terhadap PUS selama dapat dilihat pada gambar IV.8 sebagai berikut : Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

65 GAMBAR IV.8 PERSENTASE CAKUPAN PESERTA KB AKTIF TERHADAP PASANGAN USIA SUBUR Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng Tahun 2010 Dari gambar tersebut di atas menunjukkan terjadinya sedikit penurunan cakupan peserta KB Aktif dari 74,84 pada tahun 2009 menjadi 74,51 pada tahun 2010, dengan cakupan tertinggi terdapat di Kabupaten Banggai (86,5%) sedangkan yang terendah berada di Kota Palu (66,8%). Pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Aktif tahun dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tahun TABEL 4.2 PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PESERTA KB AKTIF TAHUN Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Suntik PIL Kondom Implant MOP/MOW Tablet Vagina ,39% 39,20% 42,32% 0,12% 7,16% 1,71% ,27% 39,51% 43,03% 0,12% 7,32% 1,75% ,67% 39,26% 42,85% 0,25% 7,76% 2,21% ,16% 39,78% 42,59% 0,81% 8,44% 2,22% ,20% 40,72% 40,75% 1,68% 9,39% 2,22% ,5% 40,3% 40,4% 2,5% 9,0% 2,3% 0 Sumber : Kanwil BKKBN Prov. Sulteng Tahun Pelayanan Imunisasi Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas dari Departemen Kesehatan yang dinilai sangat efektif dalam menurunkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

66 angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian Indonesia Sehat 2010 adalah Persentase Desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI). Desa yang mencapai UCI adalah desa yang cakupan imunisasi Campaknya 80%. Dari sejumlah desa/kelurahan yang melapor pada tahun 2010, sebanyak 60,18 % mencapai UCI. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2009, yaitu sebanyak 69,94% mencapai UCI. Cakupan UCI yang relatif masih rendah antara lain akibat tingginya angka drop out (DO). Hal ini tampak dari masih adanya beberapa Kabupaten dengan angka DO DPT1-Campak yang melebihi batas toleransi (>10%). Gambaran cakupan imunisasi bayi pada tahun dapat dilihat pada Gambar IV. 9 berikut ini: GAMBAR IV. 9 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK SERTA ANGKA DROP OUT (DO) TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 Kali), Hepatitis-B (3 kali) dan imunisasi campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

67 pelayanan kesehatan lainnya. Gambaran imunisasi dasar bayi selama tahun 2010 diukur dari cakupan imunisasi Campak. Menurut Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan bahwa Kabupaten yang mencapai cakupan tertinggi adalah Kabupaten Donggala mencapai (105,1%), sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Toli-Toli (73%). Rincian cakupan imunisasi bayi menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada lampiran tabel Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut. Seiring dengan bertambahnya Umur Harapan Hidup (UHH) maka keberadaan para lanjut usia tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dengan meningkatnya kualitas hidup usila maka beban ketergantungan dan biaya kesehatan yang ditimbulkannya akan semakin berkurang. Jumlah usila di Sulawesi Tengah tahun 2010 sebanyak orang, namun baru 40,19 % yang telah mendapat pelayanan kesehatan. Cakupan tersebut cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya seperti terlihat pada gambaran pencapaian pelayanan kesehatan kelompok Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV. 10 berikut ini. GAMBAR IV. 10 PERSENTASE KELOMPOK PRA USILA DAN USILA YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

68 Gambar di atas menunjukkan presentase kelompok Pra Usila dan Usila yang mendapat pelayanan kesehatan selama tahun mengalami fluktuasi.data menunjukan bahwa pada tahun 2010 persentase cakupan pelayanan kesehatan Pra Usila dan Usila menjadi 40,19 % lebih tinggi jika dibandingkan data tahun 2009 (26,17%). Persentase cakupan pelayanan kesehatan Pra Usila dan Usila menurut Kabupaten/Kota disajikan pada lampiran tabel 48. B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan Rumah Sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan. Gambaran pencapaian pelayanan kunjungan rawat jalan dan pasien rawat inap hasil pengumpulan data selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV. 11. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

69 GAMBAR IV. 11 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN DAN PASIEN RAWAT INAP DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Rujukan Tahun 2010 Berdasarkan gambar tersebut diatas terlihat bahwa pelayanan kesehatan untuk rawat jalan selama tahun 2010 mengalami penurunan menjadi dibanding tahun 2009 sebanyak , demikian halnya pada rawat Inap juga terjadi penurunan dari pada tahun 2009 menjadi pada tahun Jumlah kunjungan rawat jalan dan pasien rawat inap di sarana pelayanan kesehatan menurut Kabupaten/Kota selama tahun 2010 disajikan pada lampiran tabel Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR), dan persentase pasien keluar yang meninggal < 24 jam perawatan (NDR). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

70 a. Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR) Angka penggunaan tempat tidur (BOR) adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Rata-rata BOR rumah sakit di Sulawesi Tengah pada tahun 2010 adalah 55,29 % dengan kisaran terendah 9,6% (RSU Kabelota Donggala) dan tertinggi 97.6% (RSU Buol). b. Rata-Rata Lama Perawatan (LOS) Rata-rata lama perawatan di Rumah Sakit (LOS = Length Of Stay) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit. Rata-Rata LOS pada RSU di Sulawesi Tengah pada tahun 2010 adalah sebesar 3,91 hari. LOS tertinggi terdapat di RSU Madani yaitu 7,2 hari perawatan dan yang terendah di RS Bangkep yaitu 0,8 hari perawatan. c. Interval Penggunaan Tempat Tidur (TOI/Turn Over Interval) Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata jumlah hari TT tidak terpakai dari saat kosong sampai saat terisi berikutnya. Angka ini merupakan salah satu indikator tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit. Standard TOI adalah 1 3 hari. Rata-rata TOI di RSU Sulawesi Tengah tahun 2010 adalah 5,9 hari, terendah di RSU Anutapura (1,0) dan yang tertinggi adalah RS Kabelota Donggala (30,2) hari. Bila dibandingkan dengan standard TOI maka keadaan RSU di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa tingkat efisiensi RSU masih rendah. d. Angka Kematian Umum (GDR/Gross Death Rate) Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian total pasien rawat inap yang keluar RS per 100 penderita keluar hidup dan mati. Indikator ini menggambarkan kualitas pelayanan suatu RS secara umum, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

71 meskipun GDR dipengaruhi juga oleh angka kematian 48 jam yang umumnya merupakan kasus gawat darurat. Rata-rata GDR di RSU Sulawesi Tengah pada tahun 2010 adalah 24,4, GDR tertinggi di RSU Mokopido Toli-Toli (4,3 ) dan yang terendah di RS Morowali (0,8 ). e. Angka Kematian Netto (NDR/Nett Death Rate) Nett Death Rate (NDR) adalah angka kematian 48 jam pasien rawat inap per 100 penderita keluar (hidup + mati). Indikator ini berguna untuk mengetahui kualitas pelayanan rumah sakit. Rata-rata NDR di RSU Sulawesi Tengah tahun 2010 adalah 9,3, dengan NDR tertinggi di RSU Undata (1,9 ) dan yang terendah di RS Bangkep (0,1 ). Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di RS selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.12 berikut ini. GAMBAR IV.12 PENCAPAIAN INDIKATOR BOR, GDR, NDR, LOS DAN TOI RUMAH SAKIT TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Rujukan Tahun 2010 Berdasarkan gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah sakit selama 4 tahun terakhir ini Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

72 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2007 (52,7), tahun 2008 (50,9), tahun 2009 (48,3) dan pada tahun 2010 (43,1). Banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah rumah sakit dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi perkembangannya atau perlu adanya pemisahan perhitungan BOR pada Rumah Sakit Khusus. Menurunnya angka GDR dan NDR pada tahun 2010, perlu ditindaklanjuti dengan strategi baru dalam pelayanan kesehatan yang dikaitkan dengan peningkatan kemampuan tenaga kesehatan termasuk prosedur rujukan. Sedangkan indikator pemakaian tempat tidur (TOI) dan lamanya hari rawatan dan selang waktu dalam pemakaian tempat tidur sedikit mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Gambaran secara rinci indikator pelayanan kesehatan di RS menurut Kabupaten/Kota tahun 2010 dapat dilihat pada lampiran tabel 59 dan tabel Pelayanan Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi Hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kesehatan Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa Cakupan pelayanan ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk dan mendapatkan penanganan kesehatan selama tahun 2010 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun Kabupaten yang cakupannya tertinggi adalah Kabupaten Poso (92,7%) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Sigi (67,2%). Untuk pelayanan neonatus memiliki risiko tinggi yang dirujuk dan mendapatkan penanganan kesehatan selama tahun 2010 menunjukkan penurunan menjadi 25% dibandingkan cakupan tahun 2009 (41,58%). Persentase ibu hamil risiko tinggi dan neonatus risiko tinggi yang dirujuk Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

73 dan mendapat pelayanan kesehatan dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV. 13. GAMBAR IV. 13 PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATUS RISIKO TINGGI DIRUJUK DAN MENDAPAT PENANGANAN KESEHATAN TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Persentase cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok ibu hamil dan neonatus dengan risiko tinggi yang dirujuk menurut Kabupaten/Kota selama tahun 2010 disajikan tabel Pemanfaatan Obat Generik Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas. Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi oleh keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di fasilitas kesehatan. C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

74 secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita.di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peranserta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperrti berikut ini. 1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulang Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit berpotensi wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya penanggulangan yang dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran lebih luas dan mengurangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Persentase desa/kelurahan yang terkena KLB dan mendapat penanganan dalam kurun waktu < 24 jam selama tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi 100% dibandingkan laporan pada tahun 2009 sebesar 89%. Gambaran desa terkena KLB dan penanganan < 24 jam menurut Kabupaten/Kota selama tahun 2009 disajikan dalam lampiran tabel 51. Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil dari Kabupaten/Kota selama tahun jumlah desa/kelurahan yang melaporkan terkena KLB dan yang mendapatkan penanganan kurang dari 24 jam dapat dilihat pada Gambar IV. 14 berikut. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

75 GAMBAR IV. 14 JUMLAH DESA/KELURAHAN YANG TERKENA KLB DAN MENDAPATKAN PENANGANAN <24 JAM TAHUN Sumber : UPT Surdatin Tahun 2010 Sedangkan UPT SURDATIN mencatat jumlah kasus KLB selama tahun 2010 sebanyak 10 jenis penyakit dengan jumlah penderita dan 56 kematian. Beberapa penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi adalah penyakit Diare (857 penderita) dengan 37 kematian (CFR 4,32%). CFR tertinggi terjadi pada Gizi Buruk (CFR 100%) dari 4 penderita (kasus) yang terjadi. Jumlah penderita dan kematian, CFR KLB menurut jenis KLB pada tahun 2010 disajikan pada lampiran tabel Pemberantasan TB Paru Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observe Treatment Shortcource) atau pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan. Berdasarkan jumlah penduduk yang ada di Sulawesi Tengah, maka diperkirakan kasus TB BTA positif dimasyarakat sekitar orang. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

76 Pada tahun 2010 hanya ditemukan kasus yang menandakan CDR hanya 45,54%. Case Detection Rate masih sangat rendah dari beberapa Kabupaten juga ada yang penyampaian sudah cukup baik diantaranya adalah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Toli-Toli. Tetapi secara rata-rata Propinsi masih dibawah 70%. Berbagai upayaupaya yang dilakukan promosi secara aktif juga telah dilakukan pendekatan pelayanan yaitu memaksimalkan Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa untuk mendekatkan pelayanan TB di masyarakat terpencil. Untuk memaksimalkan pelaksanaan program TB, sangat dibutuhkan dana operasional program melalui dana APBD II Kabupaten. Jika dilihat dari angka Keberhasilan Pengobatan tergambar bahwa terdapat 2 (Dua) Kabupaten dengan Angka Succes Rate < 85%, yaitu Kabupaten Buol dan Kabupaten Banggai Kepulauan. Rendahnya angka Succes Rate pada Kabupaten tersebut disebabkan oleh tingginya angka defaulter. Diperlukan peningkatan motivasi kepada pasien dan petugas pengelola Puskesmas agar melakukan pelaksanaan Program TB sesuai Protap. Persentase TB Paru sembuh dapat dilihat pada lampiran tabel 12, berikut disajikan Persentase TB Paru sembuh dalam peta untuk tahun 2008, 2009 dan GAMBAR IV. 15 PERSENTASE TB PARU SEMBUH TAHUN 2009 Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2009 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

77 GAMBAR IV. 16 PERSENTASE TB PARU SEMBUH TAHUN 2010 Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun Pemberantasan Penyakit ISPA Dalam rangka pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2-ISPA), upaya penanggulangan difokuskan pada penanggulangan penyakit Pneumonia terutama pada anak usia balita. Melalui penemuan secara dini dan tatalaksana kasus yang tepat dan cepat diharapkan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian balita akibat Pneumonia. Salah satu upaya yang telah dikembangkan adalah melalui suatu pendekatan yang dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dimana pendekatan ini diterapkan dalam penanganan balita sakit yang datang ke sarana unit pelayanan kesehatan. Melalui pendekatan ini, tatalaksana kasus ISPA dan beberapa penyakit tertentu yang diderita oleh balita dapat dijaring secara bersamaan atau sekaligus melalui satu kali pemeriksaan sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien. Demikian juga dalam tindakan pengobatan dapat lebih efisien khususnya dalam penggunaan antibiotika. Tatalaksanan kasus ISPA di unit pelayanan kesehatan yang belum mempunyai fasilitas yang memadai dapat melakukan tindakan rujukan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

78 terhadap kasus Pneumonia Berat ke sarana kesehatan yang lebih lengkap (Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit atau Dokter/Dokter Ahli. Sesuai Pendoman Pengendalian Penyakit ISPA tahun 2009, salah satu tujuan khusus Pengendalian Pneumonia Balita diantaranya adalah tercapainya penemuan dan tatalaksana kasus Pneumonia Balita pada tahun 2010 sebesar 60% (berturut-turut hingga tahun 2014 pencapaian ditingkatkan sebesar 10% setiap tahunnya). Artinya yang menjadi indikator program ISPA untuk tahun 2010 adalah penemuan kasus Pneumonia Balita dan dilakukan tatalaksana kasus sesuai standar sebesar 60%. Indikator pencapaian penemuan kasus ini lebih rendah 26% dari target indikator yang telah ditetapkan sebelumnya (86%) sesuai RKJMN Penanggulangan Pneumonia Balita tahun Dari hasil pertemuan pemutahiran data/pengumpulan data profil dari Kabupaten/Kota selama tahun terlihat bahwa persentase cakupan penemuan dan pengobatan Pneumonia pada balita tahun 2010 mengalami penurunan drastis (25,9%) jika dibanding dengan tahun 2009 (100%),seperti terlihat pada lampiran tabel 13. Hasil cakupan penemuan penderita Pneumonia pada balita dari tahun ke tahun berfluktuasi dan cenderung menurun serta semakin jauh dari target sesuai indikator yang seharusnya dicapai setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : kuantitas dan kualitas tenaga terlatih dalam penemuan kasus masih rendah, dukungan dana untuk kegiatan program sangat minim bahkan dibeberapa daerah Kabupaten/Kota alokasi dana tidak tersedia, sarana dan prasaranan belum optimal, dan lain-lain. Sementara itu data yang ada belum dapat menggambarkan situasi penderita ISPA yang sesungguhnya karena masih banyak kasus-kasus yang tidak tercatat, seperti misalnya penderita yang berobat ke rumah sakit atau klinik/balai pengobatan/praktek swasta, sehingga banyak kasus Pneumonia pada balita yang tidak terjaring dalam sistim pencatatan dan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

79 pelaporan program ISPA yang telah berjalan selama ini. Hal ini disebabkan kegiatan kemitraan dengan lintas sektor atau lintas program belum berjalan dengan baik. 4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS Provinsi Sulawesi Tengah dengan letak geografis yang sangat strategis mempunyai potensi untuk terjadi penularan kasus HIV dan AIDS. Kasus pertama dilaporkan pada tahun Ditahun 2002 telah dideteksi melalui survey surveilans (Sero Survey) sebanyak 3 kasus HIV dan sampai akhir tahun 2010 ini jumlah kasus HIV dan AIDS sebanyak 151 kasus dan 35 orang telah meninggal dunia. Tahun 2010 jumlah kasus HIV dan AIDS sebanyak 45 kasus. Karakteristik dari 45 kasus yang didapat adalah WNI 100%, kasus terbanyak wanita 26 kasus (58%) yang mengenai usia produktif yaitu golongan umur 25 s.d 29 tahun, 11 kasus (24%) dan golongan umur 30 s.d 34 tahun, 11 kasus. GAMBAR IV. 17 PESEBARAN KASUS AIDS, INFEKSI HIV DAN MENINGGAL DI PROVINSI SULAWESI TENGAH SAMPAI DENGAN TAHUN 2010 Kasus AIDS Infeksi HIV Meninggal Sumber : Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

80 Kasus HIV dan AIDS terbanyak ditemukan pada tahun 2010 dibanding tahun Jumlah Kasus HIV dan AIDS yang ditemukan tahun 2010 adalah 45 kasus dengan prevalensi 2.5% dan kasus HIV/AIDS yang ditemukan terbanyak pada tahun 2009 yaitu 28 kasus dengan prevalensi 1,59%. GAMBAR IV. 18 JUMLAH KASUS INFEKSI HIV DAN AIDS DI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN Sumber : Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Tahun 2010 Di Provinsi Sulawesi Tengah, kasus HIV dan AIDS ditemukan melalui kegiatan Sero Survey dibeberapa Kabupaten/Kota dan kegiatan VCT di beberapa klinik VCT. Dan prevalensi tertinggi kasus HIV dan AIDS yang ditemukan di wilayah Kota Palu yakni 6,92 %. GAMBAR IV. 19 PREVALENSI HIV DI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN Sumber : Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

81 Adapun upaya-upaya penanggulangan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: I. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah Peningkatan gaya hidup melalui penyuluhan pada masyarakat risiko tinggi. Sero Survei HIV pada kelompok risiko tinggi. Menggalang kemitraan melalui kerjasama lintas sektor/lintas program, LSM, dan KPA. Terbentuknya 7 klinik VCT di Wilayah Kota Palu (RSU. Undata, RS. Bhayangkara, RSJ. Madani,Tondo, Rumkit, LP.Petobo dan Rutan Maesa) dan 6 Klinik VCT di Kabupaten (PKM.Tinggede, PKM. Donggala, RSUD Anuntaloko Parimo, RSUD Poso, RSUD Luwuk dan PKM Ampana Barat). Penyebaran Informasi melalui media cetak dan media elektronik. Terbentuknya Komite Terpadu Pencegahan & Penanggulangan HIV- AIDS dan Taman Baca sebagai pusat informasi kesehatan. Terbentuknya KPAP Sulawesi Tengah. Dilaksanakannya Pertemuan KPA Se- Provinsi Sulawesi Tengah. Dilaksanakannya Pertemuan Pokja IMS & HIV-AIDS. Melaksanakan Malam Renungan AIDS dan Hari AIDS Sedunia. II. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Peningkatan SDM melalui Pelatihan VCT Diadakannya Pelatihan bagi Pendidik Sebaya di beberapa kabupaten oleh KPA Pelatihan Tim Asistensi di Makassar Diadakannya advokasi oleh Tim Asistensi ke beberapa kabupaten & Kota Palu dalam rangka pembentukan KPA di Kabupaten/Kota Melaksanakan rapat pokja secara berkala. Melaksanakan Hari AIDS Sedunia. Sekretariat KPAP dipusatkan di Natoro Farma Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

82 Provinsi Sulawesi Tengah telah mendapatkan kenyataan bahwa telah dilaporkan adanya pengidap infeksi HIV sebanyak 101, kasus AIDS sebanyak 50 kasus dan 35 meninggal. Dengan prinsip fenomena gunung es artinya masih banyak kasus yang tersembunyi dan belum terdeteksi di masyarakat. Kegiatan yang sifatnya terpadu dan promotif sangatlah diperlukan. Penanggulangan HIV-AIDS perlu mendapatkan prioritas sebagai suatu komitmen daerah yang tercermin dari adanya dana dari daerah lintas sektor terkait dan adanya kepedulian dalam penanggulangan masalah yang kian dirasakan lebih meluas terlebih dengan ancaman banyaknya pengguna narkoba. Komisi Penanggulangan AIDS sebagai suatu wadah yang diharapkan dapat lebih pro aktif, bergandengan tangan menggali potensi-potensi yang ada dalam usaha penanggulangan HIV-AIDS. 6. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbagai upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue yang meliputi kegiatan seperti pencegahan, pelaporan, pertolongan penderita, pengendalian vektor dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN- DBD) telah dilakukan, namun ternyata hasilnya belum mampu untuk menekan kasus DBD dengan jumlah kasus setiap tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena lingkungan yang masih kurang bersih dan masyarakat masih belum merubah perilaku untuk hidup bersih, sehingga menyebabkan terdapatnya genangan-genangan air tempat perindukkan berkembangnya jentik nyamuk DBD. Berdasarkan hasil pemutahiran data profil dari Kabupaten/Kota diperolah data jumlah kasus selama tahun 2010 sebesar 2092 kasus yang terjadi di 11 Kabupaten/Kota se Sulawesi Tengah (100% ditangani). Kasus terbanyak terjadi di Kota Palu (1.325 kasus) dan yang terendah di Kabupaten Banggai Kepulauan (3 Kasus). Gambaran penemuan dan penanganan penderita DBD menurut hasil pemutahiran Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

83 data/pengumpulan data dari pemegang program terakhir dapat dilihat dalam gambar IV.18 berikut ini. selama enam tahun GAMBAR IV.20 JUMLAH KASUS DBD DITEMUKAN DAN DITANGANI TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun Pemberantasan Penyakit Malaria Dengan penegakan diagnosa kasus berdasarkan konfirmasi laboratorium/mikroskopis dan pengobatan yang cepat dan tepat merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam pengendalian penyakit malaria disamping pengendalian/pemberantasan vektor dalam rangka pencapaian indikator Annual Parasite Incidente/API < 1 per mil. Data dari pengelola program malaria dilaporkan bahwa selama tahun 2010 jumlah penderita Klinis sebesar dengan hasil yang positif menderita penyakit Malaria. Angka-angka tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya (tahun 2008 dan tahun 2009). Berikut disajikan dalam bentuk gambar Peta Pesebaran Malaria Klinis Tahun Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

84 GAMBAR IV. 21 PETA PERSENTASE PESEBARAN MALARIA KLINIS TAHUN 2010 Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Adanya peningkatan kejadian kesakitan Malaria disebabkan oleh masih terdapat 52,37% Puskesmas/UPK yang melakukan konfirmasi Laboratorium dan penegakan diagnosis kasus belum seperti yang diharapkan yaitu hanya 18,12%. Pengobatan penderita hanya 83,5% dengan penggunaan ACT ( Artemisinin Combination Therapi) sebanyak 30,65% ( kasus dari kasus positif). Berdasarkan hal tersebut maka pengelola program Malaria telah melakukan upaya-upaya seperti penyediaan sarana/ Mikroskop dan RDT/Rapid Diagnostic Test dan peningkatan SDM melalui berbagai bentuk pelatihan bagi para Dokter dan Perawat di Rumah Sakit dan Puskesmas se Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

85 8. Pemberantasan Penyakit Kusta Provinsi Sulawesi Tengah telah melaksanakan Program Penanggulangan Kusta sejak tahun 1979 dengan intensifikasi program pada tahun 1981 dimana pada saat itu angka kesakitan (prevalensi) dengan random survey didapati 97/ hingga 28/ penduduk. Provinsi Sulawesi Tengah telah banyak mengalami kemajuan yaitu sejak tahun 2001 telah berkisar 1 2 / penduduk. Pada akhir tahun 2006 prevalensi menjadi 1,59/ penduduk dengan CDR 16,63/ penduduk. Namun selama tiga tahun terakhir terjadi penurunan yakni pada akhir tahun 2007 prevalensi turun 1,45/ penduduk dengan jumlah kasus baru 383 kasus yang terdiri dari PB 110 orang dan MB 237 orang seiring dengan penurunan CDR menjadi 15.83/ penduduk. Pada akhir tahun 2008 prevalensi turun 1,32/ penduduk dengan jumlah kasus baru 328 kasus yang terdiri dari PB 74 orang dan MB 254 dengan penurunan CDR menjadi 13.55/ penduduk. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan kasus menjadi 347 kasus. Sedangkan pada akhir tahun 2010 prevalensi 1,43/ penduduk dengan jumlah kasus baru 356 kasus yang terdiri dari PB 93 orang dan MB 263 kasus. Rincian jumlah kasus baru kusta tahun 2010 dapat dilihat pada lampiran tabel 17. Naik turunnya CDR sangat ditentukan oleh aktivitas penemuan penderita yang dilakukan. Beberapa kegiatan dapat dilakukan untuk meningkatkan CDR adalah pemeriksaan kontak secara intensif kepada semua penderita baru, penyebarluasan informasi kepada masyarakat dan petugas kesehatan lainnya selain jurim dapat membantu petugas dalam menemukan kasus kusta. Menginggat kusta merupakan penyakit kronis dengan masa inkubasi yang panjang berdampak pada Eliminasi Kusta yang sulit tercapai dalam waktu dekat. Upaya terpenting adalah menjaga kesinambungan penanggulangan kusta yang harus didukung oleh berbagai program dan sektor terkait. Komitmen Pemerintah Daerah sangat diperlukan termasuk Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

86 pendanaan untuk menjaga kesinambungan pengendalian program kusta kedepan. Secara Provinsi angka cacat > 5 %, patut dipertimbangkan untk melaksanakan kegiatan penemuan kasus baru yang bersifat aktif seperti mengintensifkan pemeriksaan kontak bagi penderita baru dan melakukan survei RVS atau Chase Survey bagi daerah kantong kusta sehingga kasus kusta ditemukan secara dini sebelum mengalami kecacatan. Hanya 3 (tiga) kabupaten dengan angka cacat < 5% yaitu Kabupaten Morowali, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Toli-Toli. Walaupun demikian, perlu dilakukan konfirmasi diagnosis oleh wasor kabupaten maupun provinsi. Jika dilihat kasus anak terdapat 6 (Enam) kabupaten yang kasus anak (umur > 5 tahun) yaitu Kota Palu, Kabupaten Poso, Kabupaten Morowali, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Toli-Toli dan Kabupaten Sigi yang hal ini menunjukkan bahwa transmisi penularan pada enam kabupaten/kota tersebut masih berlangsung. Masa pengobatan kusta cukup panjang, berdasarkan Klasifikasi. Untuk tipe PB dibutuhkan masa pengobatan 6-9 bulan, sedangkan tipe MB masa pengobatan bulan. Persentase penderita yang selesai berobat terdapat 3 (tiga) Kabupaten dengan RFT<85% yaitu Kota Palu, Kabupaten Toli-Toli dan Kabupaten Tojo Unauna. Diperlukan peningkatan motifasi dari petugas dan penderita itu sendiri untuk memaksimalkan pengobatan. Bagi penderita kusta yang tinggal di luar wilayah perlu dipertimbangkan agar dikembalikan pada wilayah terdekat yang memiliki pelayanan kusta yang baik sebagai upaya meminimalisir angka defaulter. 9. Pemberantasan Penyakit Filariasis Penyakit Kaki Gajah/Filariasis adalah merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah bagi masyarakat, penyakit ini tersebar hampir di seluruh pelosok daerah Sulawesi Tengah terutama di daerah pedesaan dengan tingkat endemisitas yang berbeda-beda. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

87 Berdasarkan komitmen Global WHO pada tahun 2000 tentang eliminasi Penyakit Kaki Gajah, kesepakatan ini merupakan realisasi dari resolusi WHA pada tahun 1997 tentang eliminasi Penyakit Kaki Gajah di seluruh dunia. Kondisi biologis yang berkaitan dengan permasalahan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah adalah keberadaan vektor penyakit Filariasis yang lenih dari satu spesies, daerah yang dengan pola pemanfaatan lahan sangat berpengaruh pada penularan penyakit yang dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan yang mendukung atas keberadaan tempat perindukkan, khususnya untuk vektor Filariasis. Penyakit Filariasis/Kaki Gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Infeksi Cacing Filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening (Limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Di Indonesia terdapat 3 spesies Cacing Filaria yaitu Wucheria bancropti, Brugia malayi dan Brugia timori dan yang ada di Sulawesi Tengah yaitu Wucheria bancropti dan Brugia malayi. Meskipun Filariasis tidak menyebabkan kematian tetapi merupakan salah satu penyebab utama timbulnya kecacatan. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) bila tidaki mendapat pengobatan yang sempurna dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, payudara dan alat kelamin, penyakit ini tidak memandang jenis kelamin, bagi penderita yang sudah cacat akan dapat menimbulkan stigma sosial, menurunkan kualitas sumber daya manusia, seumur hidupnya mereka tidak dapat bekerja secara optimal bahkan sangat tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban terhadap keluarga, masyarakat dan negara. Pada tahun 2010 di Sulawesi Tengah terdapat penderita Filariasis sebanyak 145 orang dan jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2009 (590). Rincian jumlah kasus Filariasis yang ditangani pada tahun 2010 dapat dilihat pada lampiran tabel 25. Diharapkan pengobatan massal dilakukan serentak di seluruh wilayah endemis untuk menghindari reinfeksi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

88 pada daerah yang telah bebas filariasis. Untuk itu diperlukan perhatian program filariasis dalam penentuan Kabupaten/Kota endemis guna mewujudkan eliminasi filariasis tahun 2020 di Sulawesi Tengah. Langkah konkrit yang harus dilaksanakan adalah Dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pemeriksaan darah jari (SDJ). Dari hasil tersebut akan dapat menentukan endemisitas suatu daerah, selanjutnya daerah endemis melaksanakan penggobatan massal. Untuk merealisasikan eliminasi filaria, telah disepakati bahwa obat (Filarsan) disediakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kemudian pelatihan tenaga (SDM) oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan biaya operasional pengobatan disiapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 10. Penyakit Schistosomiasis Schistosomiasis atau disebut demam keong disebabkan oleh cacing schistosoma japonicum. Cacing dewasa hidup didalam vena mesentrika superior serta cabang-cabangnya, akan tetapi dapat pula didalam vena mesenterika. Sebagaimana diketahui bahwa schistosomiasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan infeksi trematoda. Cacing ini hidup didalam pembuluh darah vena manusia dan binatang vertebrata khusunya mamalia dibeberapa daerah tropic dan sub tropic. Terdapat tiga jenis cacing yang menimbulkan penyakit ini pada manusia yaitu schistosoma haematobium, schistosoma mansoni dan schistosoma japonicum. Gejala penyakit ini antara lain adalah adanya urtikaria (gatal-gatal), sindroma disentri, demam, mual/muntah, tidak ada nafsu makan, hematomegali, splenomegali, melena, ascites dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini pertama kali ditemukan di lindu pada tahun 1937 (Brug & Tesch), sedangkan hospes perantaranya baru ditemukan pada tahun 1971, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

89 yang kemudian diidentifikasi oleh Davis dan Carney (1972) sebagai Oncomelania hupensis lindoensis, bersifat ampibi. Keong hidup di daerahdaerah yang becek terlindung dari terik matahari langsung dan banyak humus. Sulawesi Tengah merupakan satu satunya propinsi dari 33 propinsi di Indonesia yang endemis Schistosomiasis, penyakit ini terdapat di 2 kabupaten dari 11 kabupaten /kota yang ada di Sulawesi Tengah, tepatnya di Dataran Lindu Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi, Lembah Napu Kecamatan Lore Utara, Lore Timur dan Lore Piore, Lembah Besoa Kecamatan Lore Tengah dan Lembah Bada Kecamatan Lore Barat Kabupaten Poso, ke 2 kabupaten ini merupakan daerah yang sangat subur dan jarang penduduknya serta terisolir dengan prevalensi penyakit schistosomiasis pada tahun tahun sebelumnya berada pada kondisi dibawah 1% namun pada tahun 2007, 2008 prevalensinya 1,40%, 2,20% dan tahun 2009 mengalami peningkatan secara drastis menjadi 3,06%. Dari 17 desa yang disurvey pada manusia tahun 2010 semester I di Napu dengan jumlah penduduk jiwa dengan jumlah penduduk yang mengumpulkan tinjanya pada atau 78,4% terdapat 500 (4,78%) jiwa yang positif schistosomiasis, Pengobatan 99,6%, infetion rate keong 1,88% dan infetion rate tikus 7,92%, Semester II 8 desa yang disurvey dengan jumlah penduduk 6816 jiwa dengan jumlah jiwa yang mengumpulkan tinja 6332 (76,2%) jiwa, terdapat 134 (2,12%) jiwa yang positif schistosomiasis, infetion rate keong 4%. Lembah Bada Kec. Lore Barat Kab. Poso yang diadakan survey tinja 6 desa cakupan pemeriksaan 61,1% dengan jumlah penduduk positif tertular schistosomiasis 88 orang atau 5,9%. Dari 4 desa dan 3 dusun yang disurvey pada manusia di Lindu Kec. Lindu Kab. Sigi dengan jumlah penduduk yang harus diperiksa jiwa dengan jumlah penduduk yang mengumpulkan tinja (68,27%) Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

90 terdapat 72 (3,22%) orang yang positif schistosomiasis, Pengobatan 98%, infetion rate keong 1,85% dan infetion rate tikus 3,8%. Pada semester II infetion rate keong 2,5% dan infetion rate tikus 8,3%. Provinsi Sulawesi Tengah semester I cakupan pemeriksaan tinja 73,04% dengan angka positif penduduk 4,66%, Pengobatan 98,94%, infetion rate keong 1,87% dan infetion rate tikus 7%. Sedangkan semester II cakupan pemeriksaan tinja 76,2% persentase positif schistosomiasis 2,12%,infetion rate keong 3,3% dan infetion rate tikus 9,8%. Dalam penanganan penyakit Schistosomiasis terdapat beberapa permasalahan-permasalahan yang mempengaruhi terjadinya peningkatan prevalensi tersebut di atas diantaranya adalah sumber daya semakin berkurang, kurangnya peran lintas sector, komitmen mengendalikan schistosomiasis semakin berkurang, masih adanya masyarakat yang memanfaatkan sumber air bersih dari fokus keong, penyebaran schistosomiasis semakin luas, alat transportasi di Lab. Schistosomiasis Napu tidak ada, Mikroskop di Lab. Schistosomiasis Lindu kurang, dan sarana dan prasarana serta sumber daya di Puskesmas Lengkeka Kec. Lore Barat Kab. Poso belum ada. Untuk itu perlu diupayakan langkah-langkah sebagai berikut yaitu : Pembentukan kader schistosomiasis, Penambahan/regenerasi petugas laboratorium schistosomiasis, Meningkatkan PSM dan pemerintah desa, Perlu dilakukan sinkronisasi kegiatan antara pusat, Provinsi dan kabupaten secara periodik dan Perlu pembentukan lab. Schistosomiasis di Kec. Lore Barat. Gambaran prevalensi Schistosomiasis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini : Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

91 No. Lokasi TABEL 4.3 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN Cycl I Cycl II Cyc I Cycl II Cyc I Cycl II Cyc I Cycl II Cyc I Cycl II Lindu Napu Sulteng 0,52 1,55 1,19 0,23 1,21 0,76 1,40 1,14 1,20-1,84-2,20 2,32 4,52 0 0,88 0, Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Dari data tersebut diatas gambaran prevalensi Schistosomiasis di Lindu dan Napu dapat dilihat pada gambar IV.22 dan IV.23 sebagai berikut: GAMBAR IV.22 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI LINDU TAHUN GAMBAR IV.23 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI NAPU TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Sedangkan gambaran prevalensi penyakit Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun dapat dilihat pada Gambar IV.24 berikut. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

92 GAMBAR IV. 24 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Pengendalian & Pemberantasan Penyakit Tahun 2010 Setelah melihat gambaran semakin tingginya prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah, maka perlu upaya-upaya preventif melalui perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan intervensi lingkungan. D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Untuk mengambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikatorindikator persentase rumah sehat dan presentase tempat-tempat umum sehat. Selain itu disajikan pula indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga (keluarga) menurut sarana tempat pembuangan air besar. 1. Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, memiliki sarana air bersih, memiliki tempat pembuangan sampah, memiliki sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah tidak terbuat dari tanah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

93 Menurut laporan dari 11 Kabupaten/Kota bahwa pengawasan perumahan dilakukan melalui kegiatan inspeksi kegiatan perumahan dimana pada tahun 2010 dari rumah yang diperiksa didapatkan data bahwa persentase rumah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu atau sekitar 66,37%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka persentase pada tahun 2009 yaitu 61,67%, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pada jumlah rumah tangga yang diperiksa. Dimana pada tahun 2009 jumlah rumah tangga sehat lebih banyak dari jumlah rumah tangga sehat pada tahun Sedangkan pada tahun 2008 jumlah rumah tangga sehat adalah atau sekitar 59,93%, artinya bahwa setiap tahunnya persentase rumah sehat selalu meningkat meskipun angka tersebut masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 yaitu sebesar 80%. Sehingga masih sangat perlu upaya program terkait untuk meningkatkan cakupan rumah yang diperiksa di Kabupaten/Kota. Data persentase rumah sehat menurut Kabupaten/Kota disajikan pada lampiran table 62. Rendahnya persentase rumah sehat di Provinsi Sulawesi Tengah dapat disebabkan antara lain karena kurangnya pemahaman sektor-sektor terkait terhadap konsep pembangunan berwawasan kesehatan serta rendahnya pembiayaan untuk upaya tersebut. 2. Tempat-Tempat Umum Sehat Tempat-Tempat Umum (TTU) merupakan sarana yang dikunjungi oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penyakit. Tempat-Tempat Umum meliputi : hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal, dan lain-lain. Sedangkan TTU Sehat adalah tempat umum yang memnuhi syarat kesehatan yaitu yang memilki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai/luas ruang yang sesuai dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

94 Data yang diolah dari laporan Kabupaten/Kota tahun 2010, memperlihatkan bahwa persentase TTU Sehat mencapai 71,60%. Dari angka tersebut masih terdapat 1 Kabupaten (Banggai Kepulauan) yang datanya tidak lengkap. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan persentase cakupan pada tahun 2009 yaitu 69,49%. Sedangkan persentase TTU Sehat pada tahun 2008 adalah 71,72%, artinya persentase TTU Sehat tahun 2010 hampir sama dengan capaian persentase tahun 2008 dan pada tahun 2009 persentase TTU Sehat lebih rendah, sehingga diperlukan berbagai upaya peningkatan pemeriksaan TTU sehingga data yang ada lebih lengkap dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pencapaian target Indonesia Sehat Rendahnya persentase TTU Sehat di beberapa Kabupaten dapat disebabkan berbagai faktor antara lain, kurangnya pemahaman pemilik/pengelola terhadap aspek kesehatan pengelolaan TTU, mudahnya memperoleh perizinan pendirian TTU meskipun belum memenuhi persyaratan kesehatan, dan kurangnya pemeriksaan dan lemahnya pengawasan TTU oleh instansi terkait serta rendahnya porsi anggaran untuk kegiatan tersebut. 3. Akses Terhadap Air Bersih Sumber air bersih yang digunakan Rumah Tangga dapat dibedakan menurut : air kemasan, air ledeng, air sumur pompa tangan, air sumur gali, penampungan air hujan dan lainnya. Hasil pemutakhiran data tahun 2010 menunjukkan bahwa rumah tangga di Sulawesi Tengah berjumlah Dari jumlah tersebut yang diperiksa sejumlah rumah tangga. Dari rumah tangga yang diperiksa tersebit pengguna air bersih dari kemasan (1,0%), ledeng (32,5%), sumur pompa tangan (13,5%), sumur gali (23,0%), penampunagn air hujan (1,8%), dan lainnya (9,0%), jumlah jenis sarana air bersih keseluruhan adalah atau (80,8%). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

95 Data tersebut di atas berasal dari 11 Kabupaten/Kota. Masih ada beberapa Kab/Kota yang datanya tidak lengkap (air kemasan). Gambaran persentase rumah tangga menurut sumber air bersih yang digunakan dapat dilihat pada table Rumah Tangga Menurut Sarana Sanitasi Dasar Sistem pembuangan rumah tangga (sampah, tinja dan air limbah rumah tangga) sangat erat kaitannya dengan lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan rumah tangga dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko pencemaran yang ditimbulkan. Dalam hal ini system pembuangan rumah tangga dibedakan dalam 3 (tiga) jenis sarana yaitu jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah. Persentase rumah tangga menurut sarana sanitasi dasar rumah tangga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 66. 1) Jamban merupakan tempat pembuangan kotoran manusia yang jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan penyakit. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah keluarga yang diperiksa adalah (52,9%) dari jumlah keluarga yang ada, artinya bahwa masih sekitar 265,106 (40,8%) keluarga yang tidak diperiksa. Keluarga yang memiliki jamban sekitar (64,6%) dari jumlah keluarga yang diperiksa, artinya bahwa keluarga yang tidak memiliki jamban sekitar (35,4%). Sementara untuk jamban yang sehat adalah (71,3%) dari jumlah keluarga yang memiliki, dengan demikian masih ada sekitar (28,7%) keluarga yang memiliki jamban yang tidak sehat. 2) Sarana yang kedua yaitu tempat sampat, jumlah rumah tangga yang diperiksa sebanyak (45,8%) dari jumlah keluarga yang ada, artinya masih sekitar (54,2%) keluarga yang tidak diperiksa. Kleuarga yang memiliki jamban adalah (55,0%) dari jumlah Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

96 keluarga yang diperiksa, artinya bahwa keluarga yang tidak memiliki tempat sampah sekitar (45,0%). Sementara untuk tempat sampah yang sehat adalah (68,8 %) dari jumlah keluarga yang memiliki, artinya keluarga yang tidak memiliki tempat sampah yang sehat sekitar (31,2%). 3) Sarana yang ketiga adalah pengelolaan air limbah atau SPAL. Jumlah rumah tangga yang diperiksa sebanyak (49,4%) dari jumlah keluarga yang ada, berarti masih sekitar (50,6%) keluarga yang tidak diperiksa. Jumlah keluarga yang memiliki sarana pembuangan air limbah adalah (62,1%) dari keluarga yang diperiksa, berarti keluarga yang tidak memiliki SPAL ada (37,9%). Untuk pengelolaan air limbah yang sehat adalah (64,4%) dari keluarga yang memiliki, artinya keluarga yang tidak memiliki pengelolaan air limbah sehat sekitar (34,6%). Dengan demikian masih ada 34,6% rumha tangga yang memiliki pengelolaan air limbah yang tidak sehat. Rendahnya kepemilikan sanitasi dasar dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kebiasaan, pendidikan serta ketersediaan sarana, oleh karena itu diperlukan berbagai upaya, diantaranya promosi kesehatan, kemitraan dari sektor lain yang terkait sehingga terjadi peningkatan cakupan kepemilikan sarana sanitasi dasar dikabupaten/kota dapat dilihat pada table 66. E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Keadaan gizi yang baik merupakan syarat utama dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi terjadi disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa sampai dengan usia lanjut. Sampai saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi ganda, yaitu masalah Gizi Kurang dalam bentuk : Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

97 (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Vitamin A (KVA) serta masalah gizi dan berkaitan dengan penyakit degeneratif. 1. Pemantauan Pertumbuhan Balita Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data profil kesehatan dari Kabupaten/Kota gambaran dari pemantauan balita tahun 2010 dapat dilihat dalam Gambar IV. 25 berikut ini. GAMBAR IV. 25 JUMLAH BALITA DITIMBANG, BERAT BADAN NAIK DAN BALITA BGM TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Melihat gambar diatas, cakupan terhadap balita yang ditimbang selama tahun 2010 mengalami penurunan menjadi dibanding tahun 2009 sebesar Dari jumlah balita ditimbang hanya 70,33 % yang menunjukkan kenaikan berat badan. Untuk balita dengan berat badan di Bawah Garis Merah (BGM) selama tahun 2010 terjadi Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

98 penurunan balita dengan berat badan di Bawah Garis Merah (BGM) dibandingkan tahun Pencapaian cakupan D/S Provinsi Sulawesi Tengah belum mencapai target yaitu masih 44, 51% (target 65%). Tampak perbedaan cakupan antar wilayah kabupaten cukup tinggi, dapat dilihat cakupan terendah Kabupaten Parigi Moutong (20,7%) dan cakupan tertinggi Kabupaten Buol (76,44%). Belum tercapainya target D/S menggambarkan bahwa partisipasi masyarakat dalam memantau pertumbuhan balitanya masih sangat kurang, sebagian besar masih beranggapan bahwa kegiatan pemantauan pertumbuhan hanya sampai usia 9 bulan. Setelah anak mendapat imunisasi lengkap, ibu tidak lagi membawa anaknya ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk ditimbang. Untuk itu diperlukan integrasi kegiatan antara posyandu, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang ada di Diknas serta BKB (Bina Keluarga Balita) yang ada di BKKBN. Selain alasan di atas, penrlu dicari penyebab lain alasan ibu tidak datang ke posyandu dan juga perlunya motivasi ke orang tua balita tentang pentingnya memantau pertumbuhan balita. Gambaran secara rinci hasil penimbangan balita menurut Kabupaten/Kota selama tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran tabel Pemberian Kapsul Vitamin A. Berdasarkan hasil survey Xerophthalmia tahun 1992 menunjukkan bahwa 50% anak balita mempunyai kadar serum vitamin A dibawah standar kecukupan yang ditentukan WHO. Keadaan kadar serum vitamin A yang rendah ternyata berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh sehingga berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian balita. Strategi penanggulangan KVA dilaksanakan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi yaitu kapsul vitamin A biru (6-11 bulan) sebanyak satu kali dalam setahun (bulan Februari atau Agustus ) dan kapsul vitamin Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

99 A merah untuk anak balita (1-5 tahun) sebanyak dua kali yaitu tiap bulan Februari dan Agustus, serta ibu nifas paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.26 berikut. GAMBAR IV.26 JUMLAH BALITA MENDAPAT KAPSUL VITAMIN A DUA KALI TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Gambar diatas terlihat bahwa jumlah balita dan cakupan Vitamin A pada tahun 2010 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun Berdasarkan laporan dari pengelola Program Gizi, cakupan vitamin A balita 6-59 bulan belum mencapai target 75% karena baru mencapai 73,87%. Adapun pencapaian Provinsi Sulawesi Tengah bayi 6-11 bulan sebesar 68,88% dan anak balita 1-4 tahun hanya sebesar 78,87%. Cakupan terendah bayi yang mendapat vitamin A yaitu Kabupaten Sigi (46,56 %), sedangkan cakupan vitamin A balita yang terendah berada di Kabupaten Banggai sebesar 46,09 %. Masih rendahnya cakupan kapsul vitamin A pada beberapa kabupaten, salah satunya disebabkan karena kesalahan dalam perhitungan sasaran bayi dan balita. Gambaran secara Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

100 rinci hasil cakupan balita yang diberi vitamin A dua kali menurut Kabupaten/Kota selama tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran tabel Pemberian Tablet Besi. Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil. Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun dapat dilihat pada Gambar IV.27 berikut ini. GAMBAR IV. 27 PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL TAHUN Sumber : Seksi BIMDAL Kesehatan Dasar Tahun 2010 Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe-3) dari tahun terjadi fluktuasi, namun pada tahun mengalami kenaikan, sesuai dengan grafik diatas. Berdasarkan laporan dari pengelola Program Gizi, ibu hamil yang mendapatkan Fe 90 tablet mencapai target, dimana target tahun 2010 sebesar 73,69% sedangkan target nasional tahun 2010 sebesar 71 %. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

101 Walaupun secara provinsi sudah memenuhi target tetapi tidak merata di semua kabupaten karena terlihat bahwa Kabupaten Bangkep cakupannya masih sangat rendah yaitu sebesar 39,86%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masih kurangnya pengadaan tablet Fe dari APBD Kabupaten/Kota, sedangkan Provinsi hanya dapat mendistribusikan 25% dari sasaran yang ada. Faktor lain juga disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke fasilitas kesehatan sehingga tablet Fe tidak diperoleh dan masih sulitnya petugas untuk memantau ibu hamil saat mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan. Selain itu upaya lainnya adalah meningkatkan integrasi dengan program KIA khususnya ANC ibu hamil dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Cakupan pemberian tablet besi kepada ibu hamil menurut Kabupaten/Kota tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran tabel 30. F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara optimal. Upaya tersebut dimaksudkan untuk Menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan Perbekalan Kesehatan termasuk obat tradisional, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Kosmetika. Pelayanan kefarmasian tak lepas dari ketersediaan obat, karena obat adalah merupakan komponen utama yang sangat penting yang tidak dapat digantikan oleh komoditi lain untuk membantu menyelamatkan jiwa manusia yang salah satunya adalah penyediaan obat Buffer Stock Provinsi. Obat Buffer Stock adalah merupakan salah satu elemen penunjang yang sangat pentingperkembangan jumlah sarana distribusi obat dan perbekalan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

102 TABEL 4.4 PERKEMBANGAN JUMLAH SARANA DISTRIBUSI OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2003 S.D 2010 No Jenis Sarana Toko Obat Apotek Pedagang Besar Farmasi Pedagang Besar Alkes Sub penyalur Alkes GF/Instalasi Farmasi T a h u n Sumber : Seksi Farmasi Dinkes Prov Sulteng Tahun 2010 G. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang bencana pada pasa1 ayat 1 mendefinisikan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa bencana itu dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu : bencana alam, non alam dan bencana ulah manusia. Sulawesi Tengah secara geografis dan sosio kultural rawan terhadap krisis kesehatan akibat bencana baik bencana alam (Natural Disaster) maupun bencana non alam serta bencana sosial. Upaya-upaya antisipasi berupa kesiapsiagaan baik melalui penguatan sarana prasarana, kelembagaan dan upaya mitigasi serta pencegahan dampak sangat diperlukan dalam rangka upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Krisis kesehatan akibat bencana pada umumnya sulit diperkirakan kapan terjadinya, baik mengenai waktu maupun lokasi kejadian, karena bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

103 Berdasarkan hasil rekapitulasi data kejadian bencana oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah sepanjang tahun 2010 tercatat sebanyak 39 kali kejadian bencana yang mengakibatkan pengungsian serta krisis kesehatan dan terjadi hampir diseluruh wilayah Propinsi Sulawesi Tengah. Jenisnya pun beraneka ragam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, angin topan, kecelakaan laut, gempa bumi sehingga semakin mengukuhkan bahwa Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Propinsi dengan julukan Etalase Bencana. TABEL 4.5 KEJADIAN BENCANA DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 J e n i s K e j a d i a n No. Kabupaten/Kota Kebakaran Banjir Banjir Longsor Gangguan Kecelakaan Gempa Angin Total Bandang Kamtibnas Laut Bumi Puyuh 1 Palu Sigi Parigi Moutong Poso Tojo Una-Una Banggai Bangkep Morowali Donggala Tolitoli Buol Jumlah Sumber : Seksi BIMDAL Wabah dan Bencana Tahun 2010 Kerugian akibat bencana bukan hanya menyangkut materi, tetapi juga terhadap keselamatan manusia yang terkena dampak, seperti terjadinya korban luka, kematian dan efek psikologis pada penduduk yang mengalami musibah. Dampak lain akibat hal di atas yaitu terjadinya pengungsian besarbesaran, yang memerlukan penanganan bukan hanya dari bidang kesehatan tetapi juga di bidang lainnya. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

104 TABEL 4.6 JENIS, WAKTU, LOKASI KEJADIAN DAN KORBAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 No. Kabpaten/Kota Jenis Kejadian Waktu Kejadian K o r b a n Mengungsi Dirawat Meninggal Luka Ringan Luka Berat Total 1 Tojo Unauna Kecelakaan Laut 8 Januari Tojo Unauna Kecelakaan Laut 16 Januari Tojo Unauna Angin Putting Beliung 19 Januari Parigi Moutong Angin Putting Beliung 19 Januari Tojo Unauna Kebakaran 30 Januari Buol Banjir Pasang Air Laut 30 Januari Buol Banjir 12 Februari Parigi Moutong Banjir 20 Februari Buol Tanah Longsor 22 Febriari Banggai Gempa 8 Maret Morowali Banjir 17 Maret Morowali Banjir 18 Maret Tojo Unauna Kebakaran 24 Maret Palu Kebakaran 20 April Palu Kebakaran 30 April Palu Kebakaran 2 Mei Banggai Gempa 8 Mei Poso Banjir 14 Mei Poso Banjir Pasang Air Laut 14 Mei Sigi Banjir 16 Mei Sigi Banjir 17 Mei Palu Banjir 18 Mei Poso Banjir Pasang Air Laut 18 Mei Banggai Banjir 20 Mei Poso Angin Putting Beliung 22 Mei Palu Kebakaran 26 Mei Sigi Angin Putting Beliung 4 Juli Palu Kebakaran 6 Juni Sigi Banjir 10 Juni Bangkep Kebakaran 25 Juni Parigi Moutong Banjir Bandang 20 Agustus Poso Banjir 22 Agustus Buol Gangguan Kamtibmas 31 Agustus Sigi Angin Putting Beliung 3 September Bangkep Kebakaran 30 September Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

105 36 Morowali Tanah Longsor 12 Oktober Poso Banjir Bandang 30 Oktober J u m l a h Sumber : Seksi BIMDAL Wabah dan Bencana Tahun 2010 Upaya-upaya yang telah dilakukan olehdinas Kesehatan Propinsi dalam hal penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah berupa : 1. Melaksanakan pembinaan upaya Kesiapsiagaan dalam mengantisipasi Krisis Kesehatan Akibat Bencana di Kabupaten/Kota. 2. Melaksanakan upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat bencana dalam wilayah Propinsi Sulawesi Tengah. 3. Melaksanakan pelatihan rencana kontigency. 4. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kejadian Krisis Kesehatan Akibat Bnecana ke Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI dan BPBD Sulawesi Tengah. 5. Melakukan koordinasi baik pada tahap kesiapsiagaan, penangulangan dan pasca kesehatan akibat bencana. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

106

107 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini, adalah sebagai berikut : A. SARANA KESEHATAN Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas, Rumah Sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan. 1. Puskesmas Pada periode tahun , jumlah puskesmas (termasuk Puskesmas Perawatan) terus meningkat, puskesmas tersebut tersebar pada 11 Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah, dari 162 unit pada tahun 2008 menjadi 167 pada tahun 2009, kemudian meningkat lagi menjadi 171 pada tahun 2010 (Puskesmas Perawatan sebanyak 76 Gambar 5.1 Puskesmas Mabelopura Puskesmas dan Puskesmas Non Perawatan sebanyak 93 Puskesmas). Pada periode tahun 2010, ratio Puskesmas terhadap penduduk Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

108 yaitu 6,49 per penduduk. Ini berarti pada periode tahun itu setiap penduduk rata-rata dilayani oleh 5-6 unit Puskesmas. Gambaran jumlah Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. TABEL 5.1 JUMLAH PUSKESMAS MENURUT TIPE PER KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA NON PERAWATAN % PERAWATAN % JUMLAH Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli-toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-una Kota Palu Sigi Jumlah Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 Gambar 5.2 Puskesmas Pembantu Pakuli Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata penduduk, maka jumlah Puskesmas per penduduk pada tahun 2010 rata-rata 1,94 unit, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 2,03 unit per penduduk karena adanya pertambahan penduduk Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

109 Pada periode yang sama, jumlah Puskesmas Pembantu juga cenderung menurun dari 761 unit pada tahun 2002 menjadi 724 unit pada tahun 2009 dan tahun hal ini terjadi karena adanya peningkatan Puskesmas Pembantu (Pustu) menjadi Puskesmas. Sementara itu rasio Puskesmas Pembantu terhadap penduduk sebesar 27,47 pada tahun 2010, ini berarti setiap penduduk dilayani oleh 27 unit Puskesmas Pembantu. Jumlah Puskesmas dan rasionya terhadap penduduk selama tahun dapat dilihat pada gambar V.1 berikut. GAMBAR V.1 JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK TAHUN Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 Sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu dan rasio Puskesmas Pembantu terhadap penduduk pada tahun dapat dilihat pada Gambar V.2 berikut ini. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

110 GAMBAR V.2 JUMLAH PUSKESMAS PEMBANTU DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK TAHUN Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 Berdasarkan jumlah Puskesmas dan jumlah Puskesmas Pembantu pada tahun , maka rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas rata-rata 4:1, artinya setiap Puskesmas rata-rata didukung oleh 3-4 Puskesmas Pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak Otonomi Dearah sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, yaitu dari 69 unit pada tahun 2008 menjadi 79 unit pada tahun Terjadinya peningkatan jumlah Puskesmas Perawatan ini karena adanya Puskesmas yang dialihkan statusnya menjadi Puskesmas Perawatan. Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada tahun dapat dilihat pada Gambar V.3 berikut. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

111 GAMBAR V.3 JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN TAHUN Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling yang menggunakan Roda Empat (R4 mobil) maupun Puskesmas Keliling perahu bermotor (PB) yang dalam kondisi baik pada tahun 2010 sebanyak 132 Unit terdiri dari 101 unit Pusling R-4 DAN 31 Unit Pusling PB. Jumlah Puskesmas Keliling dan rasionya terhadap Puskesmas pada tahun tahun disajikan pada Gambar V.4 berikut ini. GAMBAR V.4 JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS TAHUN Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

112 2. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Perkembangan jumlah Rumah Sakit (umum dan khusus) tahun dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. TABEL 5.2 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM DAN KHUSUS) DAN KEPEMILIKANNYA TAHUN Pengelola/Kepemilikan JUMLAH / TAHUN Pemerintah - TNI/POLRI - Swasta - RS Khusus JUMLAH Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) cenderung meningkat. Selain Rumah Sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur Rumah Sakit. Situasi perkembangan jumlah tempat tidur Rumah Sakit secara ringkas dapat dilihat pada gambar V.5 sebagai berikut. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

113 GAMBAR V.5 PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT TAHUN Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur Rumah Sakit per penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik tempat tidur Rumah Sakit Umum maupun tempat tidur Rumah Sakit Khusus. Pada tahun , rasio tempat tidur Rumah Sakit per penduduk cenderung meningkat dari 74,96 per penduduk pada tahun 2007, tahun 2008 meningkat menjadi 80,91, tahun 2009 turun menjadi 79,87 dan di tahun 2010 naik lagi menjadi Jumlah tempat tidur Rumah Sakit (RS) dan rasionya per penduduk pada tahun disajikan pada gambar V.6 dibawah ini. Gambar 5.3 RSU Anutapura Palu Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

114 GAMBAR V.6 JUMLAH TEMPAT TIDUR RS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK TAHUN Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan Farmasi dan alat kesehatan. Selanjutnya jumlah sarana produksi sediaan farmasi di Sulawesi Tengah bila dibandingkan dengan tahun 2009 terdapat kenaikan presentase ketersediaan sarana farmasi pada tahun 2010 diantaranya apotik mengalami kenaikan jumlah Apotik sebanyak 10 unit (178 Apotik) atau sebesar 5.95 %, jumlah Pedagang Besar Farmasi sebanyak 1 unit (26 PBF) atau sebesar 4 %. Sedangkan yang mengalami penurun jumlah yaitu jumlah Toko Obat sebanyak 25 unit (163 Toko Obat) atau sebesar 13.3 %, jumlah pemegang SUPAK sebanyak 15 unit (86 pemegang SUPAK) atau sebesar 14,86 %, dan jumlah Instalasi Farmasi saat ini (2010) tercatat sebanyak 11 Instalasi Farmasi dari sebelumnya 12 Instalasi Farmasi pada Tahun Jumlah Alat Kesehatan (ALKES) yang tersedia tidak dapat diuraikan disini karena tidak tersedia datanya. Jumlah sarana distribusi sediaan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

115 farmasi dan alat kesehatan menurut jenis tahun disajikan pada gambar V.7 dibawah ini. GAMBAR V.7 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALKES TAHUN Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 (lima) program Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

116 prioritas, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokkan kedalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2010 jumlah Posyandu sebanyak buah. Jumlah Posyandu ini meningkat dibandingkan jumlah Posyandu tahun 2009 yaitu buah. Perkembangan jumlah Posyandu selama tahun dapat dilihat pada Gambar V.8 berikut. GAMBAR V.8 PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU TAHUN Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 Jika mengacu pada definisi operasional Posyandu itu sendiri, sebaiknya 1 (satu) Posyandu melayani minimal 100 balita. Di Sulawesi Tengah jumlah Balita pada tahun 2010 sebanyak jiwa, sedangkan jumlah Posyandu yang tercatat sebanyak unit. Jadi, ketersediaan Posyandu di Sulawesi Tengah pada Tahun 2010 telah terpenuhi sebesar 89,13%. Polindes adalah bangunan yang dibangun dengan bantuan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 Penanggung Jawab Pelaksana Tim Penyusun : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi : - dr. Muhammad

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN DAERAH UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI PROVINSI SULAWESI TENGAH

DINAS KESEHATAN DAERAH UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI PROVINSI SULAWESI TENGAH 2008 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN DAERAH UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI PROVINSI SULAWESI TENGAH Jalan RA. Kartini No. 11 Palu - Telp/Fax. 0451-421070 - 458419 - Website

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 yang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006 SULTENG SEHAT 2010 Kab. Tolitoli Kab. Buol PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2001-2006 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 1,01 0,95 0,93

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

DAFTAR TABEL. Judul Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Tabel 1 : Tabel 2 : Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Depok tahun 2007 Jumlah penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MAJENE DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJENE PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga buku "Profil Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

Manggal Karya Bakti Husuda

Manggal Karya Bakti Husuda LAPORAN INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 DAN PENETAPAN INDIKATOR KABUPATEN SEHAT SEBAGAI TARGET KABUPATEN POLEWALI MANDAR SEHAT (Keputusan Menkes RI No. 1202 /Menkes/SK/VIII/2003) Disajikan Dalam Rangka

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci