BAB V STUDI KASUS: HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN RANTAI MARKOV PADA POLA MUTASI ASAM DEOKSIRIBOSA NUKLEAT MITOKONDRIA TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus.

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen

BAB IV APLIKASI MODEL HIDDEN MARKOV DISKRET PADA DNA

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Organisasi DNA dan kode genetik

BAB 3 PEMBAHASAN. Contoh 1:

HASIL DAN PEMBAHASAN

M A T E R I G E N E T I K

MATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed.

SINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya

II. TINJAUAN PUSTAKA. real. T dinamakan himpunan indeks dari proses atau ruang parameter yang

Aulia Dwita Pangestika A2A Fakultas Kesehatan Masyarakat. DNA dan RNA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 6. Pewarisan Sifat pada Makhluk HidupLatihan Soal 6.1

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

SUBSTANSIGENETIK 1. KROMOSOM 2. GEN - DNA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Studi Arkeologis dan Genetik Masyarakat Bali

BIOTEKNOLOGI. Struktur dan Komponen Sel

BIO306. Prinsip Bioteknologi

PENYAJIAN SECARA GEOMETRI HIMPUNAN PEMBENTUK DNA

MATERI GENETIK A. KROMOSOM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

BAB 1. Rantai Markov 1.1 ILUSTRASI

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata,

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Struktur DNA dan Pengaruh Perubahannya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV

MAKALAH BIOLOGI PERBEDAAN ANTARA DNA dengan RNA

ANALISIS MARKOV Proses Markov Matriks kemungkinan perpindahan keadaan / transisi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

IMPLEMENTASI PROGRAM DINAMIS DENGAN ALGORITMA NEEDLEMAN-WUNSCH PADA PENSEJAJARAN DNA DAN PROTEIN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB. 4 METODOLOGI PENELITIAN. dependen diambil secara bersamaan ketika penelitian dilaksanakan.

BAB 1. Rantai Markov 1.1 ILUSTRASI

ASAM NUKLEAT (NUCLEIC ACID)

BAB I PENDAHULUAN. sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

Ciri Khas Materi Genetik

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS MARKOV

Ada 2 kelompok basa nitrogen yang berikatan pada DNA yaitu

Hasil dan Pembahasan

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN...

Pengantar Proses Stokastik

SUBSTANSI HEREDITAS. Dyah Ayu Widyastuti

HIRARKI ORGANISASI MATERI BENDA HIDUP

Triasilgliserol. = trigliserida 9 kkal/g vs 4 kkal/g (glikogen) Terdiri dari: Asam lemak: 3 asam lemak (gugus asil)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

REPRESENTASI GEOMETRI DARI HIMPUNAN KODON

BAB III MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. SUBSTANSI GENETIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK

Asam Nukleat Kuliah Biokimia ke-5

Definisi Sintesis Protein

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Analisis DNA Mitokondria Pada Temuan Rangka di Kompleks Candi Kedaton desa Sentonorejo Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV MODEL HIDDEN MARKOV

BAB 2 LANDASAN TEORI

Asia-Pacific Informatics Olympiad 10 Mei 2008

PENENTUAN PELUANG TRANSISI t LANGKAH DALAM RANTAI MARKOV DAN PENERAPANNYA DI BIDANG PERTANIAN SKRIPSI RUDY ASWIN

ABSTRAK. Kata Kunci : Kewajiban Kontinjensi, Estimasi yang Layak, Rantai Markov, Laba Bermakna. Universitas Kristen Maranatha

Profil Genetik Daerah Hipervariabel I (HVI) DNA Mitokondria pada Populasi Dataran Tinggi. Gun Gun Gumilar, Ridha Indah Lestari, Heli Siti HM.

STRUKTUR DNA MERUPAKAN MOLEKUL LINIER DENGAN BERAT MOLEKUL SANGAT TINGGI. MOLEKUL-MOLEKULNYA MERUPAKAN RANTAI POLINUKLEOTIDA YANG PANJANG.

Modifikasi String dan Pattern untuk Mempercepat Pencocokan Rantai Asam Amino pada Rantai DNA

ANALISIS FILOGENETIK DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA MANUSIA PADA POPULASI PAPUA MELALUI PROSES MARKOV

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

PROSES KEPUTUSAN MARKOVIAN TEKNIK RISET OPERASI

MAKALAH BIOLOGI PERBEDAAN DNA DAN RNA

B. RuBP E. Asam sitrat C. Glukosa ULANGAN TENGAH SEMESTER 5 BIOLOGI Perhatikan gambar berikut ini: 1. Perhatikan gambar berikut :

ULANGAN HARIAN BERSAMA TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN 2016/2017

Topik 4 DNA Sebagai Bahan Genetik

3 Metodologi Penelitian

1. Jelaskan pengertian mutasi menurut berbagai ahli dan penyebab terjadinya mutasi!

BERANDA SK / KD INDIKATOR MATERI LATIHAN UJI KOMPETENSI REFERENSI PENYUSUN SELESAI. psb-psma rela berbagi iklas memberi

DNA DNA (deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribosa nukleat (ADN) merupakan tempat penyimpanan informasi genetik.

SIFAT FISIK DAN KIMIA DNA NUNUK PRIYANI. Progran Studi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015

adalah proses DNA yang mengarahkan sintesis protein. ekspresi gen yang mengodekan protein mencakup dua tahap : transkripsi dan translasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK PADA DNA SEQUENCING BY HYBRIDIZATION NOVI MURNIATI

IDENTIFIKASI PERUBAHAN STRUKTUR DNA TERHADAP PEMBENTUKAN SEL KANKER MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI GRAF

Saya telah melihat cara membuat strand dna ini di internet dan akhirnya,,,, inilah hasilnya

Asam Nukleat dan Nukleotida

Pengantar Proses Stokastik

Transkripsi:

BAB V STUDI KASUS: HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Hasil dan Pembahasan Penulis melakukan pembatasan daerah penelitian dari data yang tersedia, yaitu hanya mencari posisi yang mengalami mutasi (misalkan posisi i) kemudian mengamati satu posisi setelah (i+1). Seperti telah penulis jelaskan pada bab IV, peubah yang digunakan dalam uji tanda adalah peubah acak bivariat. Oleh sebab itu, penulis melakukan proses analisis pada bagian (i, i+1). Setelah itu, penulis menetapkan setiap pasang (B, B ) dalam tanda (+), (-) atau (0), dengan terlebih dahulu melakukan pengodean. Penulis memberi kode sebagai berikut: A = 0, C = 1, G = 2 dan T = 3. Masing-masing basa (A, C, G dan T) mempunyai 3 kemungkinan untuk bermutasi menjadi basa lain. Oleh karena itu, secara keseluruhan kita peroleh 12 kasus mutasi substitusi basa. Dari keduabelas kasus tersebut, penulis tidak menjumpai kasus mutasi basa guanin (G) menjadi basa sitosin (C) dan kasus mutasi basa timin (T) menjadi basa guanin (G). Dengan demikian, penulis hanya mendapatkan sepuluh kasus mutasi substitusi basa. Penulis melakukan pendekatan uji tanda pada sepuluh kasus tersebut untuk mengetahui ada atau tidak adanya trend seperti telah dijelaskan sebelumnya. Hasilnya penulis sajikan dalam TABEL II berikut ini. 24

TABEL II HASIL UJI TANDA No. Kasus Mutasi n P N Z Ada/Tidak Ada Trend 1. A ke C 4 0 0 4 Tidak ada trend 2. A ke G 15 2 11 2 Ada trend turun 3. A ke T 1 0 0 1 Tidak ada trend 4. C ke A 3 3 0 0 Ada trend naik 5. C ke G 2 1 1 0 Tidak ada trend 6. C ke T 143 0 78 65 Ada trend turun 7. G ke A 21 15 0 6 Ada trend naik 8. G ke T 3 0 3 0 Ada trend turun 9. T ke A 1 1 0 0 Ada trend naik 10. T ke C 110 20 35 55 Ada trend turun Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan MATLAB Keterangan: n : banyaknya kasus mutasi P : banyaknya tanda (+) N : banyaknya tanda (-) Z : banyaknya tanda (0) Dari TABEL II, kita dapat melihat bahwa terdapat trend pada kasus mutasi terutama pada kasus mutasi yang banyak terjadi yaitu yang memiliki n besar. Selanjutnya, penulis akan melakukan pendekatan melalui rantai Markov untuk mengetahui pola mutasi substitusi basa pada ADN mitokondria. Terlebih dahulu, penulis ingin mengetahui tingkat kecenderungan basa yang muncul pada posisi i+1 untuk masing-masing kasus mutasi. Penulis menyajikan hasilnya dalam TABEL III berikut ini. 25

TABEL III TINGKAT KECENDERUNGAN BASA YANG MUNCUL PADA POSISI i+1 No. Kasus Mutasi A C G T 1. A ke C 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 2. A ke G 0,4000 0,3333 0,1333 0,1333 3. A ke T 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 4. C ke A 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 5. C ke G 0,5000 0,0000 0,0000 0,5000 6. C ke T 0,1399 0,3986 0,0070 0,4545 7. G ke A 0,2857 0,1429 0,4762 0,0952 8. G ke T 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 9. T ke A 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 10. T ke C 0,3182 0,5000 0,1091 0,0727 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan MATLAB Keterangan: Angka-angka di atas menunjukkan proporsi masing-masing basa (A, C, G dan T) pada posisi i+1 untuk setiap kasus mutasi. Angka yang dicetak tebal menunjukkan proporsi terbesar suatu basa pada posisi i+1 untuk setiap kasus mutasi. Sebagai contoh, pada kasus mutasi basa adenin menjadi guanin (A ke G), proporsi terbesar ditempati oleh basa adenin (A) yaitu 0,4000. Ini berarti bahwa untuk kasus mutasi basa adenin menjadi guanin (A ke G), posisi i+1 ditempati oleh basa adenin (A) dengan tingkat kecenderungan 40%. Dari tabel di atas terlihat bahwa posisi i+1 cenderung ditempati oleh basa sitosin (C). Lebih jauh, penulis tidak melihat basa apa yang bermutasi tetapi hanya melihat posisi i yaitu basa hasil mutasi maka kita mendapatkan hasil seperti yang disajikan pada TABEL IV berikut ini. 26

TABEL IV TINGKAT KECENDERUNGAN BASA YANG MUNCUL PADA POSISI i+1 SECARA KESELURUHAN Basa Hasil Mutasi A C G T A 6 (0,2400) 7 (0,2800) 10 (0,4000) 2 (0,0800) C 35 (0,3070) 59 (0,5175) 12 (0,1053) 8 (0,0702) G 7 (0,4118) 5 (0,2941) 2 (0,1176) 3 (0,1765) T 20 (0,1361) 60 (0,4082) 1 (0,0068) 66 (0,4490) Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan MATLAB Keterangan: TABEL IV menunjukkan tingkat kecenderungan basa yang muncul pada posisi i+1 bila posisi i diketahui. Pada kasus mutasi yang menghasilkan basa sitosin (C) terlihat bahwa pada posisi i+1 akan diisi oleh basa sitosin juga yaitu sekitar 51,75% dari 114 kasus yang terjadi. Namun, secara keseluruhan bisa dilihat pada kasus mutasi yang menghasilkan basa timin (T) yaitu sebanyak 66 kasus yang terjadi. Pada kasus tersebut, basa yang cenderung muncul pada posisi i+1 adalah basa timin (T) dengan proporsi 44,90%. Dari TABEL IV, penulis menyajikannya dalam bentuk matriks peluang transisi sebagai berikut. 0,2400 0,2800 0,4000 0,0800 0,3070 0,5175 0,1053 0,0702 P = 0,4118 0,2941 0,1176 0,1765 0,1361 0,4082 0,0068 0,4490 Misalkan P menyatakan peluang transisi n-langkah suatu pola mutasi ADN mitokondria bila basa pada posisi i mengalami mutasi menjadi basa x dan basa pada posisi i+n adalah basa y. P = P(B = y B = x), n 0, x, y 0. 27

Penulis membuat model untuk n = 2 yaitu basa yang muncul pada posisi i+2 sehingga memperoleh matriks peluang transisi dua langkah sebagai berikut. 0,3192 0,3624 0,1731 0,1454 P 0,2855 0,4134 0,1902 0,1110 = 0,2616 0,3741 0,2107 0,1536 0,2219 0,4346 0,1013 0,2423 Namun demikian, dari data yang teramati penulis memperoleh matriks peluang transisi dua langkah P = Q sebagai berikut. 0,2400 0,3200 0,0000 0,4400 0,2456 0,7105 0,0175 0,0263 Q = 0,3529 0,3529 0,0588 0,2353 0,2585 0,5850 0,0136 0,1429 Dari matriks peluang transisi dua langkah P, kita dapat melihat bahwa untuk setiap kasus mutasi (basa hasil mutasi A, C, G dan T), basa pada posisi i+2 cenderung ditempati oleh basa sitosin (C) dengan tingkat kecenderungan 36% - 43%. Demikian halnya, bila kita melihat matriks peluang transisi dua langkah yang diperoleh dari data yang teramati, untuk setiap kasus mutasi (kecuali mutasi yang menghasilkan basa A), basa yang muncul pada posisi i+2 adalah basa sitosin (C). Kita ingin mengetahui peluang (tak bersyarat) bahwa pada posisi tertentu (posisi i+1 dan/atau i+2) ditempati oleh basa tertentu (A, C, G dan/atau T). Kita dapat menghitungnya dengan menggunakan peluang transisi tak bersyarat sebagai berikut. Misalkan α = P(B = x), x {0, 1, 2, 3} dimana α = 1 28

Peluang tak bersyarat dapat dihitung dengan mensyaratkan pada keadaan awal yaitu basa pada posisi i, P(B = y) = P(B = y B = x) P(B = x) = P α Selanjutnya, kita akan menghitung α, α, α dan α dari data yang diperoleh. Dari seluruh data kasus mutasi diperoleh α = 0,0825 α = 0,3762 α = 0,0561 α = 0,4851 Sekarang kita akan menghitung peluang tak bersyarat bahwa pada posisi i+1 ditempati oleh suatu basa (A, C, G atau T). Dengan demikian, kita akan menghitung P(B = y), y {0, 1, 2, 3}. Dengan kata lain, kita akan menghitung besar peluang suatu basa muncul pada posisi i+1 yaitu satu posisi tepat setelah posisi basa yang terkena mutasi. Untuk y = 0, P(B = 0) = P α = P α + P α + P α + P α = (0,24)(0,0825) + (0,307)(0,3762) + (0,4118)(0,0561) + (0,1361)(0,4851) 0,2244 29

Untuk y = 1, P(B = 1) = P α = P α + P α + P α + P α = (0,28)(0,0825) + (0,5175)(0,3762) + (0,2941)(0,0561) + (0,4082)(0,4851) 0,4323 Untuk y = 2, P(B = 2) = P α = P α + P α + P α + P α = (0,4)(0,0825) + (0,1053)(0,3762) + (0,1176)(0,0561) + (0,0068)(0,4851) 0,0825 Untuk y = 3, P(B = 3) = P α = P α + P α + P α + P α = (0,08)(0,0825) + (0,0702)(0,3762) + (0,1765)(0,0561) + (0,449)(0,4851) 0,2607 Oleh karena itu, peluang bahwa posisi i+1 akan ditempati oleh basa adenin (A), sitosin (C), guanin (G) dan timin (T) berturut-turut adalah 22,44%, 43,23%, 8,25% dan 26,07%. Setelah itu, bila kita juga menghitung proporsi masing-masing basa yang muncul pada posisi i+1 dengan memanfaatkan data yang tersaji pada TABEL IV maka akan diperoleh hasil sebagai berikut. 30

Proporsi A = 6 + 35 + 7 + 20 100% = 22,44% Proporsi C = 7 + 59 + 5 + 60 100% = 43,23% Proporsi G = 10 + 12 + 2 + 1 100% = 8,25% Proporsi T = 2 + 8 + 3 + 66 100% = 26,07% Seperti yang kita lihat ternyata hasil yang diperoleh sama dengan hasil yang diperoleh dengan cara menghitung peluang tak bersyaratnya. Lebih jauh, sekarang kita akan mencoba menghitung peluang (tak bersyarat) suatu basa yang muncul pada posisi i+2 yaitu P(B = y), y {0, 1, 2, 3}. Untuk y = 0, P(B = 0) = P α = P α + P α + P α + P α = (0,3192)(0,0825) + (0,2855)(0,3762) +(0,2616)(0,0561) + (0,2219)(0,4851) 0,2561 31

Untuk y = 1, P(B = 1) = P α = P α + P α + P α + P α = (0,3624)(0,0825) + (0,4134)(0,3762) +(0,3741)(0,0561) + (0,4346)(0,4851) 0,4172 Untuk y = 2, P(B = 2) = P α = P α + P α + P α + P α = (0,1731)(0,0825) + (0,1902)(0,3762) +(0,2107)(0,0561) + (0,1013)(0,4851) 0,1468 Untuk y = 3, P(B = 3) = P α = P α + P α + P α + P α = (0,1454)(0,0825) + (0,1110)(0,3762) +(0,1536)(0,0561) + (0,2423)(0,4851) 0,1799 Jadi, peluang bahwa posisi i+2 akan ditempati oleh basa adenin (A), sitosin (C), guanin (G) dan timin (T) berturut-turut adalah 25,61%, 41,72%, 14,68% dan 17,99%. Selanjutnya, bila kita juga menghitung proporsi masing-masing basa yang muncul pada posisi i+2 dengan memanfaatkan data yang ada maka akan diperoleh hasil sebagai berikut. 32

Proporsi A = 6 + 28 + 6 + 38 100% = 25,74% Proporsi C = 8 + 81 + 6 + 86 100% = 59,74% Proporsi G = 0 + 2 + 1 + 2 100% = 1,65% Proporsi T = 11 + 3 + 4 + 21 100% = 12,87% Meskipun hasilnya berbeda dengan hasil yang kita peroleh melalui perhitungan peluang tak bersyaratnya, tetapi dari hasil ini juga proporsi terbesar basa yang menempati posisi i+2 adalah basa sitosin (C) yaitu sebesar 59,74%. Penulis menyajikan semua hasil perhitungan dalam TABEL V. 33

TABEL V PELUANG TAK BERSYARAT DAN PROPORSI BASA PADA POSISI i+1 DAN i+2 Posisi i+1 Posisi i+2 No. Jenis Basa Peluang Tak Proporsi Peluang Tak Proporsi Bersyarat Bersyarat 1. Adenin (A) 22,44% 22,44% 25,61% 25,74% 2. Sitosin (C) 43,23% 43,23% 41,72% 59,74% 3. Guanin (G) 8,25% 8,25% 14,68% 1,65% 4. Timin (T) 26,07% 26,07% 17,99% 12,87% Sumber: Hasil Perhitungan Dari TABEL V, kita dapat melihat bahwa posisi i+1 akan ditempati oleh basa sitosin (C) dengan peluang tak bersyarat dan proporsi yang sama yakni sebesar 43,23%. Demikian halnya, posisi i+2 akan ditempati oleh basa sitosin (C) dengan peluang tak bersyarat dan proporsi masing-masing sebesar 41,72% dan 59,74%. 34