PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN

2 KETENTUAN PERHITUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 89/PMK.010/2015

3 TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX ALLOWANCE WAJIB PAJAK PTSP BKPM KEPALA BKPM MENTERI KEUANGAN c.q. DIRJEN PAJAK Konsultasi Persyaratan Rapat Koordinasi (Trilateral) Usulan kepada Menkeu c.q. Dirjen Pajak Memenuhi Persyaratan: Persyaratan Umum bagi seluruh Wajib Pajak : WP badan dalam negeri Melakukan penanaman modal pada bidang usaha dan/atau daerah tertentu sesuai PP 18/2015. * Tambahan persyaratan khusus bagi Wajib Pajak yang memiliki Izin Prinsip yang diterbitkan sebelum berlakunya PP 18/2015 Permohonan kepada Kepala BKPM: Surat Permohonan Izin Penanaman Modal/Izin Perluasan Penanaman Modal Rincian Aktiva Tetap Pengajuan sebelum saat berproduksi secara komersial (SMB) Pemeriksaan Dokumen BKPM Staf Ahli Menteri Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian pembina sektor 15 hari kerja KEPUTUSAN DIUSULKAN Rekomendasi Staf Ahli Menteri Keuangan 3 hari kerja Surat Usulan Fotokopi Surat Permohonan Izin Penanaman Modal atau Izin Perluasan Penanaman Modal Rincian Aktiva Tetap Surat Keterangan: - pemenuhan kriteria - kesesuaian cakupan produk - persyaratan lainnya Surat keterangan belum SMB dari BKPM Rekomendasi Tertulis Staf Ahli Menteri Keuangan Surat Penolakan Tax Holiday* (berlaku khusus bagi WP yang pernah ditolah Tax Holiday) 10 hari kerja SK Persetujuan YA KEPUTUSAN SK Penolakan TIDAK 3

4 PENGHITUNGAN FASILITAS Tambahan pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5% pertahun yang dihitung sejak saat mulai berproduksi secara komersial (Investment Allowance); Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat (Accelerated Depreciation/Amortization); Pengurangan tarif PPh atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia sebesar 10% atau tarif yang lebih rendah menurut tax treaty; dan Tambahan jangka waktu kompensasi kerugian. 4

5 PEMANFAATAN FASILITAS DALAM SIKLUS TAHAPAN INVESTASI TAHAP PERENCANAAN TAHAP REALISASI TAHAP PRODUKSI TAHAP DIVESTASI Izin Prinsip Penanaman Modal Pemeriksaan Dokumen Persyaratan Permohonan kepada Kepala BKPM: Rapat Koordinasi (Trilateral) Laporan Realisasi Penanaman Modal SAAT MULAI BERPRODUKSI SECARA KOMERSIAL Permohonan Penetapan SMB kepada Dirjen Pajak c.q. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Laporan Realisasi Produksi Laporan Mutasi dan Penggunaan Aktiva Tetap Pengawasan oleh Kantor Pelayananan Pajak Penggunaan Aktiva untuk Tujuan Lain Pengalihan Aktiva SK Pencabutan Fasilitas Usulan kepada Menkeu c.q. Dirjen Pajak SK Penetapan SMB Investment Allowance 6 tahun Fasilitas Berakhir SK Persetujuan Pemberian Fasilitas Tarif Dividen Lebih Rendah Penyusutan/Amortisasi Dipercepat SK Tambahan KK Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian Masa Manfaat Aktiva Berakhir 5

6 1) Perhitungan Fasilitas Pengurangan Penghasilan Neto (Investment Allowance) Fasilitas Pajak Penghasilan Pengurangan Penghasilan Neto dibebankan sejak Tahun Pajak saat mulai berproduksi secara komersial. Pemanfaatan fasilitas Pajak Penghasilan Pengurangan Penghasilan Neto dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun dikalikan jumlah Penanaman Modal yang ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan.

7 1) Perhitungan Fasilitas Pengurangan Penghasilan Neto (Investment Allowance)... (2) Fasilitas pengurangan penghasilan neto diberikan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak saat mulai berproduksi komersial, yaitu setiap tahunnya sebesar 5 % (lima persen) dari jumlah Penanaman Modal berupa perolehan aktiva tetap berwujud termasuk tanah untuk kegiatan utama usaha. Fasilitas ini sifatnya mengurangi penghasilan neto (dalam hal mendapat keuntungan usaha) atau menambah kerugian fiskal (dalam hal mendapat kerugian usaha). Contoh : PT. ABC melakukan Penanaman Modal sebesar Rp100 miliar berupa pembelian aktiva tetap berupa tanah, bangunan dan mesin. Terhadap PT ABC dapat diberikan fasilitas pengurangan penghasilan neto (investment allowance) sebesar 5% x Rp100 miliar = Rp5 miliar setiap tahunnya, selama 6 tahun dihitung sejak saat mulai berproduksi komersial.

8 2) Perhitungan Fasilitas Tarif Pajak Dividen Lebih Rendah Fasilitas Tarif Pajak Dividen Lebih Rendah dapat dimanfaatkan: sejak berlakunya keputusan persetujuan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan dan berakhir pada saat Wajib Pajak tidak lagi memenuhi ketentuan bidang usaha, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), atau cakupan produk, serta persyaratan lainnya dalam lampiran keputusan persetujuan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan.

9 2) Perhitungan Fasilitas Tarif Pajak Dividen Lebih Rendah... (2) Misalnya, investor dari negara X, memperoleh dividen dari Wajib Pajak badan dalam negeri yang telah ditetapkan memperoleh fasilitas berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. Apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di negara yang belum memiliki Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Pemerintah Republik Indonesia, atau bertempat kedudukan di negara yang telah memiliki P3B dengan Pemerintah Republik Indonesia dengan tarif pajak dividen untuk Wajib Pajak Luar Negeri 10% (sepuluh persen) atau lebih, maka atas dividen tersebut hanya dikenakan Pajak Penghasilan di Indonesia sebesar 10% (sepuluh persen). Namun apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di suatu negara yang telah memiliki P3B dengan Pemerintah Republik Indonesia dengan tarif pajak dividen lebih rendah dari 10% (sepuluh persen) maka atas dividen tersebut dikenakan Pajak Penghasilan di Indonesia sesuai dengan tarif yang diaturdalam P3B tersebut.

10 2) Perhitungan Fasilitas Tarif Pajak Dividen Lebih Rendah... (3) Dalam hal Wajib Pajak selain menghasilkan produk yang diberikan fasilitas juga menghasilkan produk yang tidak diberikan fasilitas, besaran dividen yang mendapat fasilitas tarif pajak dividen lebih rendah dari 10% adalah sebesar persentase total nilai penjualan produk yang mendapat fasilitas terhadap total nilai penjualan seluruh produk pada tahun pajak sebelum dividen dibagikan. Kepada Wajib Pajak yang melakukan perluasan usaha, besarnya dividen yang mendapat fasilitas tarif pajak dividen lebih rendah dari 10% sebanding dengan persentase nilai realisasi aktiva perluasan usaha terhadap total nilai buku fiskal aktiva yang diperoleh sebelum perluasan usaha ditambah dengan nilai realisasi aktiva perluasan usaha pada waktu selesainya perluasan usaha.

11 3) Perhitungan Fasilitas 3) Perhitungan Fasilitas Penyusutan/Amortisasi Yang Dipercepat Penyusutan/Amortisasi Yang Dipercepat Perhitungan fasilitas Pajak Penghasilan Penyusutan/Amortisasi Yang Dipercepat, dimulai sejak bulan berlakunya keputusan persetujuan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan. Penghitungan penyusutan atas aktiva berwujud dan amortisasi atas aktiva tak berwujud untuk bulan sebelum berlakunya keputusan persetujuan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan, dilakukan sesuai ketentuan mengenai penyusutan dan amortisasi sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU PPh. Pemanfaatan fasilitas Pajak Penghasilan Penyusutan/Amortisasi Yang Dipercepat, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kelompok aktiva berwujud dan kelompok aktiva tak berwujud adalah sesuai ketentuan mengenai penyusutan dan amortisasi sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU PPh.

12 3) Perhitungan Fasilitas Penyusutan/ Amortisasi Yang Dipercepat... (2) b. Dasar penyusutan dan amortisasi dipercepat adalah: 1) harga perolehan aktiva bagi Wajib Pajak yang menggunakan metode penyusutan garis lurus; 2) nilai sisa buku aktiva bagi Wajib Pajak yang menggunakan metode penyusutan saldo menurun. c. Tarif penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud dan tarif amortisasi yang dipercepat adalah sesuai tabel dalam PMK. d. Masa manfaat dipercepat aktiva adalah setengah dari sisa masa manfaat aktiva sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A UU PPh dengan ketentuan bagian bulan dihitung sebagai 1 (satu) bulan penuh. Dalam hal aktiva tetap yang lama diganti dengan aktiva tetap yang baru, dasar penyusutan aktiva tetap baru adalah harga perolehan aktiva baru dimaksud.

13 KRITERIA TAMBAHAN JANGKA WAKTU KOMPENSASI KERUGIAN Penanaman Modal baru pada bidang usaha di Lampiran I PP 18/2015 dilakukan di kawasan industri dan/atau kawasan berikat; Wajib Pajak yang melakukan Penanaman Modal baru mengeluarkan biaya infrastruktur ekonomi/sosial di lokasi usaha paling sedikit Rp10 miliar; menggunakan bahan baku dan/atau komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% sejak tahun ke 4 (dapat berupa Penanaman Modal baru atau Perluasan Usaha). Mempekerjakan sekurang-kurangnya 500/1000 orang tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut-turut (dapat berupa Penanaman Modal baru atau Perluasan Usaha); Mengeluarkan biaya Litbang di dalam negeri paling sedikit 5% dari jumlah investasi dalam jangka waktu 5 tahun (dapat berupa Penanaman Modal baru atau Perluasan Usaha); 13

14 KRITERIA TAMBAHAN JANGKA WAKTU KOMPENSASI KERUGIAN melakukan ekspor paling sedikit 30% dari nilai total penjualan untuk penanaman modal sesuai Lampiran I PP 18 Tahun 2015 yang dilakukan di luar Kawasan Berikat. Perluasan dari usaha yang telah ada sebagian sumber pembiayaannya berasal dari laba setelah pajak (Earning After Tax) pada satu tahun pajak sebelum tahun diterbitkannya izin prinsip penanaman modal; Pelaksanaan ketentuan tambahan jangka waktu kompensasi kerugian yang berasal dari laba setelah pajak (Earning After Tax): o Tambahan jangka waktu kompensasi kerugian diberikan untuk kerugian fiskal pada tahun pajak saat mulai berproduksi secara komersial atas penanaman modal berupa perluasan yang telah ada; o Besarnya kerugian fiskal dihitung berdasarkan proporsi laba setelah pajak (Earning After Tax) yang ditanamkan kembali dalam perluasan usaha terhadap nilai buku fiskal seluruh aktiva tetap pada akhir tahun pajak saat dimulainya berproduksi secara komersial. 14

15 4) Perhitungan Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian dapat dimanfaatkan sejak berlakunya keputusan persetujuan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan dan Wajib Pajak memenuhi persyaratan. Dalam hal Wajib Pajak dapat memenuhi sebagian atau seluruh persyaratan sehingga Wajib Pajak dimaksud dapat memperoleh tambahan jangka waktu kompensasi kerugian yang melebihi dari 5 (lima) tahun, besarnya tambahan jangka waktu kompensasi kerugian yang diberikan adalah paling lama untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Wajib Pajak yang melakukan pembukuan secara terpisah atas penanaman modal yang mendapatkan fasilitas dan yang tidak mendapatkan fasilitas, penghitungan besarnya kerugian yang mendapat fasilitas tambahan jangka waktu kompensasi kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d angka 1, angka 2, angka 3, angka 4, angka 5, dan/atau angka 7 sesuai dengan penghitungan berdasarkan pembukuan secara terpisah atas penanaman modal yang mendapatkan fasilitas dan yang tidak mendapatkan fasilitas.

16 4) Perhitungan Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian... (2) Dalam hal Wajib Pajak tidak melakukan pembukuan secara terpisah atas penanaman modal yang mendapatkan fasilitas danyang tidak mendapatkan fasilitas, besarnya kerugian yang mendapat fasilitas tambahan jangka waktu kompensasi kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d angka 1, angka 2, angka 3, angka 4, angka 5, dan/atau angka 7 dihitung dengan formula sebagai berikut: KMF = BVMF x TK (BVTF+BVMF) KMF = Kerugian yang mendapat fasilitas Pajak Penghasilan BVMF = Total nilai buku fiskal aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas pada akhir tahun pajak terjadinya kerugian BVTF = Total nilai buku fiskal aktiva tetap yang tidak mendapatkan fasilitas pada akhir tahun pajak terjadinya kerugian TK = Total kerugian

17 4) Perhitungan Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian... (3) Perhitungan bagi Wajib Pajak yang melakukan perluasan usaha yang sumber pembiayaan untuk perluasan usaha dimaksud berasal dari laba setelah pajak (earning after tax): Wajib Pajak yang dapat diberikan fasilitas tambahan kompensasi kerugian dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d angka 6 adalah Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1); Sumber pembiayaan perluasan Penanaman Modal berasal dari laba setelah pajak (earning after tax) Wajib Pajak pada satu tahun pajak sebelum tahun diterbitkannya izin prinsip perluasan penanaman modal; kerugian yang dapat diberikan fasilitas tambahan jangka waktu kompensasi kerugian selama 2 (dua) tahun adalah kerugian fiskal pada tahun pajak saat mulai berproduksi secara komersial atas kegiatan perluasan Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada huruf b;

18 4) Perhitungan Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian... (4) Besarnya kerugian yang mendapat fasilitas tambahan jangka waktu kompensasi kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d angka 6 dihitung dengan formula sebagai berikut: KMF = EAT x TK BVAT BVAT = BVMF + BVTF KMF = Kerugian yang mendapat fasilitas Pajak Penghasilan EAT = Laba setelah pajak yang ditanamkan kembali dalam perluasan usaha BVAT = Total nilai buku fiskal seluruh aktiva tetap BVMF = Total nilai buku fiskal aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas pada akhir tahun pajak terjadinya kerugian BVTF = Total nilai buku fiskal aktiva tetap yang tidak mendapatkan fasilitas pada akhir tahun pajak terjadinya kerugian TK = Total kerugian Tahun Pajak saat mulai berproduksi secara komersial

19 4) Perhitungan Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian... (5) Contoh: Untuk tahun pajak yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 PT DEF memiliki laba setelah pajak (earning after tax) sebesar Rp250 miliar. Pada tanggal 1 Mei 2016 PT DEF mendapatkan Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan rencana penanaman modal sebesar Rp500 miliar. Sumber pembiayaan untuk perluasan penanaman modal dimaksud berasal dari laba setelah pajak (earning after tax) tahun pajak 2015 sebesar Rp220 miliar dan sisanya berasal dari pinjaman sebesar Rp280 miliar. Atas perluasan penanaman modal tersebut, PT DEF mendapatkan keputusan persetujuan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini pada tanggal 2 Januari 2017.

20 4) Perhitungan Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian... (6) Contoh: Pada tanggal 31 Juli 2017 PT DEF merealisasikan seluruh rencana perluasan penanaman modal sebesar Rp500 miliar. PT DEF mengalami kerugian fiskal tahun pajak 2017 sebesar Rp10 miliar. Nilai buku fiskal seluruh aktiva tetap PT DEF pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp550 miliar yang terdiri dari: a. nilai buku fiskal aktiva tetap sebelum perluasan sebesar Rp100 miliar dengan perincian: Rp1 triliun (nilai perolehan) dikurangi Rp900 miliar (akumulasi penyusutan s.d. 31 Des 2017).

21 4) Perhitungan Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian... (7) Contoh: b. nilai buku fiskal aktiva tetap perluasan sebesar Rp450 miliar dengan perincian: Rp500 miliar (nilai perolehan) dikurangi Rp50 miliar (akumulasi penyusutan s.d. 31 Des 2017).Nilai buku fiskal seluruh aktiva tetap PT DEF pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp550 miliar yang terdiri dari: Besarnya kerugian fiskal yang mendapatkan fasilitas

22 4) Perhitungan Fasilitas Tambahan Jangka Waktu Kompensasi Kerugian... (8) Jadi kerugian fiskal tahun pajak 2017 sebesar Rp4 miliar dapat dikompensasikan selama 7 (tujuh) tahun, sedangkan untuk kerugian sebesar Rp6 miliar hanya dapat dikompensasikan selama 5 (lima) tahun. Atas kerugian fiskal tahun pajak 2018 dan tahun-tahun berikutnya tidak lagi dapat diberikan tambahan jangka waktu kompensasi kerugian berdasarkan persyaratan sebagian sumber pembiayaannya berasal dari laba setelah paja (earning after tax) karena kerugian fiskal yang dapat diperhitungkan hanya kerugian fiskal atas tahun pajak saat dimulainya berproduksi secara komersial yaitu tahun pajak 2017.

23 Sekian Terima Kasih 23