SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

Penerapan Masalah Transportasi

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA MODEL KEMOPROFILAKSIS DAN PENANGANAN TUBERKULOSIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

WALIKOTA BANJARMASIN

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

BAB I PENDAHULUAN. ibu kepada anaknya melalui plasenta pada saat usia kandungan 1 2 bulan di

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi.

BAB III PENDEKATAN TEORI

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PANJANG DAN JARAK VEKTOR PADA RUANG HASIL KALI DALAM. V, yang selanjutnya dinotasikan dengan v, didefinisikan:

BEBERAPA IDENTITAS PADA GENERALISASI BARISAN FIBONACCI ABSTRACT

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

Integra. asi 2. Metode Integral Kuadr. ratur Gauss 2 Titik

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

OPTIMASI PENENTUAN DOSIS OBAT PADA TERAPI LEUKEMIA MYELOID KRONIK

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES WELDING ( PENGELASAN N ) PADA PEMBUATAN KAPAL CHEMICAL TANKER / DUPLEK M Di PT.

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

METODE FINITE DIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS ABSTRACT 1. PENDAHULUAN

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

(draft) KAN Calibration Guide: Volumetric Apparatus (IN) PEDOMAN KALIBRASI PERALATAN VOLUMETRIK

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM)

ANALISIS KAPASITAS BALOK KOLOM BAJA BERPENAMPANG SIMETRIS GANDA BERDASARKAN SNI DAN METODA ELEMEN HINGGA

SISTEM PERANGKINGAN ITEM MOBIL PADA E-COMMERCE PENJUALAN MOBIL DENGAN METODE RANDOM-WALK BASE SCORING

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

by Emy 1 IMAGE RESTORATION by Emy 2

PENDEKATAN COPULA UNTUK PENYUSUNAN PETA KERAWANAN PUSO TANAMAN PADI DI JAWA TIMUR DENGAN INDIKATOR EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyakit menular karena masyarakat harus waspada terhadap penyakit

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DI INDONESIA DENGAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR)

BAB I PENDAHULUAN. Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik


II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Ras Broiler

Fisika Ebtanas

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

Oleh : HASNAN NASRUN SUBCHAN, MAHMUD YUNUS

Simulasi Dinamika Gelombang Berjalan Pada Model Invasi Tumor

Trihastuti Agustinah

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Pemodelan Matematika Rentang Waktu yang Dibutuhkan dalam Menghafal Al-Qur an

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

KEKUATAN BATAS : LENTUR DAN BEBAN LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDEKATAN TEORITIS. Prinsip Kerja Oven Surya

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PELUANG BERTAHAN PERUSAHAAN ASURANSI DARI KEBANGKRUTAN PADA WAKTU KEDATANGAN KLAIM BERDISTRIBUSI GAMMA(2,

III PEMODELAN. (Giesecke 1994)

STUDI IDENTIFIKASI LOKASI PEMBANGUNAN IPAL KOMUNAL DAN EVALUASI IPAL KOMUNAL YANG ADA DI KECAMATAN PANAKUKKANG MAKASSAR

LKPD.3 HUKUM ARCHIMEDES

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

BAB II LANDASAN TEORI

1. Persamaan Energi Total

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

ANALISIS KESTABILAN MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERCULOSIS SKRIPSI. Oleh : Lisa Prihutami J2A

PAKET TUTORIAL TERMODINAMIKA OLEH: DRA. HARTATIEK, M.SI.

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA Abstrak TBC penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardioaskler (mengenai jantng) dan penyakit salran pernafasan, dan merpakan nomor sat penyebab kematian dari golongan penyakit menlar. Di Indonesia risiko penlaran TBC setiap tahnnya ckp tinggi. Sehingga diadakan strategi pemberantasan yakni dengan pemberian aksin pencegah anti TBC serta ditnjang oleh kekebalan tbh yang kat, lingkngan yang sehat jga mengkonsmsi makanan ckp gizi. Selanjtnya, dari asmsi-asmsi didapat model matematika yang bertipe SEI dan diselesaikan secara analisis. Untk simlasi dilakkan rnning program dengan menggnakan bahasa pemrograman MATLAB. Diperoleh hasil bahwa pemberian aksinasi pada indiid ssceptible sangat mempengarhi tinggi rendahnya penyebaran penyakit TBC. Keyword: Tberklosis, aksinasi, bilangan reprodksi dasar(r 0 ). 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG TBC merpakan jenis penyakit menlar langsng (mikroparasitisme) yang disebabkan oleh bakteri mycobacterim tberclosis. Sebagian besar TBC menyerang par-par tetapi dapat jga mengenai organ tbh lain. Dari sekian banyaknya jmlah penddk di dnia, sepertiganya tertlar mycobacterim tberclosis. TBC penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardioaskler (mengenai jantng) dan penyakit salran pernafasan, dan merpakan nomor sat penyebab kematian dari golongan penyakit menlar. Hasil srei mennjkkan jmlah penderita TBC di Indonesia adalah nomor tiga di dnia setelah RRC dan India[1]. Di Indonesia risiko penlaran TBC setiap tahnnya ckp tinggi. TBC menyebar lebih cepat di negaranegara berkembang. Hal ini disebabkan oleh lingkngan yang tidak sehat, semakin meningkatnya gizi brk di sebagian negara berkembang serta mnclnya epidemik HIV/AIDS di dnia. Lebih cepatnya penyebaran TBC jga mengakibatkan ckp tingginya jmlah indiid latenly-infected (indiid -indiid pengidap penyakit tetapi belm menlarkan penyakit) dan jmlah indiid actiely-infected (indiid -indiid pengidap penyakit dan dapat menlarkan penyakit).hal ini membat negara-negara berkembang mengadakan strategi pemberantasan yakni dengan pemberian aksin pencegah anti TBC ntk indiid ssceptible. Makalah ini akan membahas dan mensimlasi model SEI pada penyebaran penyakit TBC, dimana S ntk indiid ssceptible (indiid yang sehat tetapi rentan tertlar penyakit), E ntk indiid latenly-infected (indiid-indiid pengidap penyakit tetapi belm menlarkan penyakit) dan I ntk indiid actiely-infected (indiid-indiid pengidap penyakit dan dapat menlarkan penyakit)[1]. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana mensimlasikan model penyebaran penyakit TBC bertipe SEI. 1.3 BATASAN MASALAH 1. Sema kelahiran bar dianggap ssceptible. 2. Hanya berlak pada TBC dewasa. 1.4 TUJUAN Untk mengetahi pengarh aksinasi terhadap penyebaran penyakit TBC. 1.5 MANFAAT Dengan mempelajari model penyebaran penyakit tberklosis yang bertipe SEI diharapkan dapat mengetahi pola penyebaran dan mengetahi parameter-parameter yang berpengarh terhadap tinggi rendahnya penyebaran penyakit tberklosis. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Penyakit Menlar Penyakit menlar dapat diklasifikasikan menjadi da kategori besar yait mikroparasitisme dan makroparasitisme. Mikroparasitisme adalah penyakit menlar yang disebabkan oleh irs dan bakteri, contohnya seperti cacar dan campak. Sedangkan makroparasitisme adalah penyakit menlar yang disebabkan oleh cacing dan serangga, contohnya seperti demam berdarah dan malaria.[4]. Pada makalah ini penyakit TBC adalah jenis penyakit mikroparasitisme. 2.2 Vaksin Untk Penyakit Tberklosis Vaksin adalah sspensi kman ata irs yang telah dilemahkan dan dipergnakan ntk mengobati ata mencegah sat penyakit menlar. Vaksin yang dignakan ntk penyakit TBC yait aksin BCG(Basills Calmette et Gerin)[2]. 2.3 Penyebaran Mycobacterim Tberclosis Pada Orang Dewasa Smber penyebaran adalah indiid actiely-infected (penderita TBC aktif). Pada wakt batk ata bersin, penderita ini menyebarkan kman ke dara dalam bentk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandng kman dapat bertahan di dara pada sh kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi jika droplet tersebt terhirp ke dalam salran pernafasan[1]. 2.4 Model Epidemik Tipe SEI Sebagian besar penyakit mempnyai masa latent dan masa penlaran. Masa latent adalah lamanya wakt pertama kali indiid tertlar penyakit hingga menlarkan ke seseorang. Masa penlaran adalah lamanya wakt indiid menlarkan penyakit sebelm indiid tersebt 2

sembh ata mati. Penyakit mempnyai masa latent yang panjang ata pendek waktnya, dimana masa ini terjadi setelah ssceptible tertlar tetapi belm menlar ke lainnya. Sistem persamaan diferensialnya sebagai berikt : ds de di IS N E IS N E Jika faktor demografi seperti laj kelahiran dan laj kematian diperhitngkan, maka sistem persamaan diferensialnya sebagai berikt : IS N N S ds ds di IS N E I E E 2.5 Bilangan Reprodksi Dasar Bilangan reprodksi dasar (R 0 ) adalah bilangan yang menyatakan banyaknya rata-rata secondary infectios indiid akibat tertlar primary infection indiid yang ada di dalam poplasi ssceptible. Besar kecilnya kantitas bilangan reprodksi dasar tergantng dari beberapa faktor. Faktor-faktor it adalah banyaknya rata-rata kontak antara indiid-indiid ssceptible dengan indiid-indiid infectios dan lama terjadinya kontak. 2.6 Bilangan Random Sat proses stokastik adalah sistem ata fenomena alam yang bereolsi terhadap wakt dan terjadi perbahan. Dalam simlasi dan modeling yang melibatkan model-model probabilistik yang dapat menirkan sedekat mngkin dengan fenomena-fenomena alam yang sedang diobserasi, maka diperlkan sat distribsi random ariabel yang sesai ntk simlasi tersebt. Sehingga diperlkan sat metode pemilihan random nmber generator yang tepat. Barisan random ariable yang digenerate oleh generator fisik dianggap non-predictible. Hasil dari simlasi dapat dibandingkan dengan fitr yang diinginkandisebt psedorandom nmber. Oleh karena it, random nmber generator hars memiliki sifat: 1. Barisan yang dihasilkan hars terbatas dan sema nilai yang mngkin mncl dengan kesempatan yang sama. 2. Bilangan random yang berrtan letaknya tidak boleh ada korelasi. 3. Barisan hars mempnyai long cycle. Dalam mengenerate bilangan random, ada beberapa simlasi generator bilangan random diantaranya: 3

a. Dengan Distribsi Uniform (a,b) b. Mid Sqare Generator (ntk p = 2) c. Mixed Concrential Generator d. Mltiplicatie Concrential Generator 3. FLOW CHART Flow Chart Model Penyebaran Penyakit Tberklosis: Mlai Landasan Teori Penentan Variabel dan Parameter Asmsi-asmsi ntk mermskan model penyebaran penyakit Tberklosis Formlasi Model Analisis Model Validasi Model Implementasi Selesai 4. PEMBAHASAN 4.1 Nilai Parameter Untk Kass Penyebaran Penyakit Tberklosis Simbol Keterangan Nilai Parameter C Tingkat aksinasi 0,058 Q Besar kecilnya perlindngan terhadap 0,85 penyakit Laj kelahiran perkapita 1000 4

β Anggota dari poplasi S yang menyatakan 0,000025 laj penyebaran perkapita β Anggota dari poplasi S yang menyatakan 0,000025 laj penyebaran perkapita Angka kemngkinan menystnya daya tahan 0,005 perlindngan dengan aksin setiap wakt Μ Laj kematian alami perkapita 0,02 μ T Laj kematian perkapita yang disebabkan oleh penyakit TBC 0,2 p Proporsi berkembangnya indiid S yang 0,05 tertlar menjadi indiid TBC aktif p Proporsi berkembangnya indiid S yang 0,05 tertlar menjadi indiid TBC aktif υ Angka berkembangnya poplasi E menjadi 0,06 indiid TBC aktif υ Angka berkembangnya poplasi E menjadi 0,06 indiid TBC aktif Angka keberhasilan pengobatan 0,88 4.2 Model matematika pada penyebaran penyakit TBC Model SEI : ds = (1 cq)п β S T + ωs μs, ds = cqπ β S I ωs μs, de = (1 p )β S I υ E μe, de = (1 p )β S I υ E μe, di = p β S I + p β S I + υ E + υ E (μ + μ T + δ)i N = N(t) = S (t) + S (t) + E (t) + E (t) + I(t) 4.3 Bilangan Reprodksi Dasar (R 0 ) Didefinisikan bilangan reprodksi dasar (R 0 ) ntk model penyebaran penyakit TBC dengan tipe SEI: ( )( p )[ (1 cq ) ] ( )( R 0 = ( )( )( )( ) T p ) cq 5

4.4 Grafik Penyebaran Penyakit TBC Grafik di atas mennjkkan bahwa Indiid Sceptible yang telah diberikan aksinasi (sesai dengan dosis) hampir tidak ada penyebaran penyakit TBC (digambarkan dengan garis warna merah) dan Indiid Sceptible yang tidak diberikan aksinasi terlihat sangat tinggi penyebaran penyakit TBCnya (digambarkan dengan garis warna bir). 4.5 Algoritma 1. Tentkan seed 2. Hitng 100 nilai (i) 3. Tentkan nilai dy(1), dy(2), dy(3), dy(4), dy(5) 4. Generate N=1,..,100 5. Plot t s y 1 4.6 Hasil Simlasi dari algoritma tersebt: 6

4.7 Tabel Bilangan Random Mixed Concrential Generator ============= ============ ============ ============= i (i) i (i) i (i) i (i) ============= ============ ============ ============= 1 0.0049 26 0.8999 51 0.0603 76 0.3431 2 0.3460 27 0.6288 52 0.8912 77 0.9903 3 0.1769 28 0.2760 53 0.0690 78 0.4130 4 0.3547 29 0.6987 54 0.4509 79 0.4684 5 0.7366 30 0.7541 55 0.8941 80 0.0136 6 0.1798 31 0.2993 56 0.2556 81 0.9057 7 0.5413 32 0.1914 57 0.3926 82 0.0019 8 0.6783 33 0.2877 58 0.1623 83 0.1594 9 0.4480 34 0.4451 59 0.4218 84 0.2352 10 0.7075 35 0.5209 60 0.0282 85 0.0865 11 0.3139 36 0.3722 61 0.8387 86 0.5705 12 0.1244 37 0.8562 62 0.7104 87 0.5442 13 0.9961 38 0.8299 63 0.5005 88 0.8649 14 0.7862 39 0.1506 64 0.0661 89 0.3897 15 0.3518 40 0.6754 65 0.2643 90 0.9757 16 0.5500 41 0.2614 66 0.9524 91 0.4801 17 0.2381 42 0.7658 67 0.9874 92 0.7600 18 0.2731 43 0.0457 68 0.2264 93 0.6725 19 0.5121 44 0.9582 69 0.5267 94 0.0748 20 0.8124 45 0.3605 70 0.7454 95 0.8241 21 0.0311 46 0.1098 71 0.7396 96 0.7775 22 0.0253 47 0.0632 72 0.3664 97 0.7920 23 0.6521 48 0.0777 73 0.4830 98 0.7250 24 0.7687 49 0.0107 74 0.9466 99 0.4334 25 0.2323 50 0.7191 75 0.6142 100 0.7745 5. KESIMPULAN Hasil grafik dan simlasi mennjkkan bahwa Indiid Sceptible yang telah diberikan aksinasi (sesai dengan dosis) hampir tidak ada penyebaran penyakit TBC dan Indiid Sceptible yang tidak diberikan aksinasi maka terlihat sangat tinggi penyebaran penyakit TBCnya. Sehingga pemberian aksinasi pada Indiid Sseptible sangat berpengarh pada tinggi rendahnya penyebaran penyakit tberklosis. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Nasional Penangglangan Tberclosis, cetakan ke 8. Jakarta. [2] Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. 2002. Pedoman Pelaksanaan Program Imnisasi Di Indonesia. Jakarta. [3] Moghadas, S. M dan Gmel, A. B. 2002. Analysis of A Model For Transmission Dynamics of TB, olme 10, nmber 3. Canadian Applied Mathematics Qarterly. [4] Reyne, S. K. 2004. Pengarh Vaksinasi Terhadap Dinamika Penyebaran Penyakit Demam Berdarah. Skripsi. Institt Teknologi Seplh Nopember. Srabaya. 7

[5] Pri W. P, S. R. 2007. Analisis Pada Model Penyebaran Penyakit Tberklosis. Skripsi. Institt Teknologi Seplh Nopember. Srabaya. 8